• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENURUNAN LIBIDO PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA (DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT) TERHADAP POLA ADAPTASI SEKSUAL DENGAN PENDEKATAN MODEL ADAPTASI CALLISTA ROY (Studi di Dusun Dondong Desa Gedongarum Kecamatan Kanor kabupaten Bojonegoro) - STIKES Insan Cende

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENURUNAN LIBIDO PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA (DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT) TERHADAP POLA ADAPTASI SEKSUAL DENGAN PENDEKATAN MODEL ADAPTASI CALLISTA ROY (Studi di Dusun Dondong Desa Gedongarum Kecamatan Kanor kabupaten Bojonegoro) - STIKES Insan Cende"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENURUNAN LIBIDO PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA

(DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT) TERHADAP POLA ADAPTASI

SEKSUAL DENGAN PENDEKATAN MODEL ADAPTASI CALLISTA ROY

(Studi di Dusun Dondong Desa Gedongarum Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro)

NURGIANTI 13.321.0041

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

2017

(2)

PENURUNAN LIBIDO PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA

(DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT) TERHADAP POLA ADAPTASI

SEKSUAL DENGAN PENDEKATAN MODEL ADAPTASI CALLISTA ROY

(Studi di Dusun Dondong Desa Dondong Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro)

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan

Menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

NURGIANTI 13.321.0041

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

2017

(3)
(4)

80

(5)

81

(6)

82

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bojonegoro 02 November 1995 dari Bapak Suyitno

dan Ibu Suranti. Penulis merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara.

Pada tahun 2001 penulis lulus dari TK RA Kartini Gedongarum, tahun

2007 penulis lulus dari SD Negeri Gedongarum, tahun 2010 penulis lulus dari

SMP Negeri 1 Kanor, tahun 2013 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sumberrejo

Bojonegoro dan tahun 2013 penulis lulus seleksi masuk STIKES “Insan Cendekia

Medika” Jombang melalui jalur PMDK. Penulis memilih Program Studi Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada di STIKES “ICME”

Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, juni 2017

Nurgianti

(7)

83

PENURUNAN LIBIDO PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA (DEPOMEDROXY PROGESTERON ASETAT) TERHADAP POLA ADAPTASI SEKSUAL

DENGAN PENDEKATAN MODEL ADAPTASI CALLISTA ROY (Studi di Dusun Dondong Desa Gedongarum Kecamatan Kanor kabupaten

Bojonegoro)

Muarrofah*Nurgianti**Dwi Prasetyaningati***

ABSTRAK

Penurunan libido sering terjadi pada akseptor KB suntik DMPA. Penurunan libido akan berdampak langsung terhadap hubungan seksual berupa ketidaknyamanan, perasaan tidak aman dan rasa khawatir tak mendapat perhatian dari pasangan yang membuat individu melakukan berbagai macam adaptasi seksual. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada pengaruh penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA terhadap pola adaptasi seksual dengan pendekatan model adaptasi Callista Roy di dusun Dondong desa Gedongarum Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi pada akseptor KB suntik DMPA yang mengalami penurunan libido di dusun Dondong sebanyak 42 responden dengan sampel adalah 38 responden dengan metode simple random sampling. Variabel independen yaitu penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA dan variabel dependen yaitu pola adaptasi seksual. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik pengolahan data menggunakan editing, coding, scoring, tabulating serta uji statistiknya menggunakan uji regresi linier

α=0,05 dengan program aplikasi SPSS 24.Hasil penelitian menunjukkan penurunan libido

sedang 15 responden (39,5%), dan pola adaptasi seksual inefektif 23 responden (60,5%). Hampir setengah responden mengalami penurunan libido sedang dengan pola adaptasi seksual inefektif sejumlah 13 responden (34,2%), dengan uji regresi linier α=0,05 dan hasil p value = 0.001 ≤ 0,05 sehingga H1 diterima.Kesimpulannya adalah ada pengaruh antara

penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA terhadap pola adaptasi seksual dengan pendekatan model adaptasi Callista Roy.

Kata kunci : KB Suntik DMPA, Penurunan Libido, Pola Adaptasi Seksual.

(8)

84

DECREASED OF LIBIDO TO ACCEPTORS’ FAMILY PLANNING DMPA INJECTION (DEPO

MEDROXY PROGESTERON ASETAT) TOWARD THE PATTERN OF SEXUAL ADAPTATION BY APPROACHING OF CALLISTA ROY ADAPTATION MODEL

(The Study at Dondong hamlet, Gedongarum village, Kanor district and Bojonegoro regency)

ABSTRACT

Decreased of libido is common happens to acceptor’s family planning DMPA injection. Decreased of libido have direct impact to sexual intercourse such as inconvenience, feeling of insecurity and worry does not get attention from their couple which make individual

does various sexual adaptations. The purpose of this study is to knoe the influences of

decreased of libido to acceptor’s family planning DMPA injection toward the pattern of sexual adaptation by approachin of Callista Roy adaptation model in Dondong hamlet of Gedongarum village Kanor district, Bojonegoro regency.The study design was cross sectional. Population on DMPA injection acceptor who decreased libido in Dondong hamlet as much as 42 respondents with sample is 38 respondents with simple random sampling method. The independent variable is the decrease of libido in DMPA injection acceptor and the dependent variable is the pattern of sexual adaptation. Data collection using questionnaires. Data processing techniques using editing, coding, scoring, tabulating

and statistical tests using linear regression test α = 0.05 with SPSS 24 aplication

program.The results showed decreased libido was 15 respondents (39.5%), and the patters of sexual adaptation inefective 23 respondents (60.5%). Almost half of the respondents

experienced a decrease in moderate libido with ineffective sexual adaptation pattern of 13 respondents (34.2%), with linier regression test α = 0.05and p value = 0.001 ≤ 0.05 so that H1 was accepted.The conclusion is that there is an influence between decreasing libido in DMPA injection acceptor toward sexual adaptation pattern with approach of Callista Roy adaptation model.

Keywords: DMPA injection, Decreased libido, sexual adaptation pattern.

(9)

85

Motto

Serius, santai, bertanggung jawab dan optimis.

Serius maksudnya selalu berkomitmen dengan apa yang sudah diucapkan. Santai

maksudnya menyelesaikan masalah dengan suatu ketenangan tanpa emosi. Bertanggung jawab

maksudnya selalu menerima suatu konsekuensi setiap tindakan. Optimis maksudnya terarah tidak

mudah terpengaruh dengan sesuatu yang baru dan tenar. (penulis)

(10)

86

PERSEMBAHAN

Allhamdulilah, allhamdulilahirobil’alamin

Sujud syukur ku persembahkan kepadamu tuhanku yang maha agung,

maha adil, maha penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang

selalu berfikir, berilmu, beriman, bersyukur, dan besabar menjalani kehidupan

yang fana ini. Semoga keberhasilan kecil ini menjadi satu langkah awal untukku

meraih cita-cita besarku. Ku persembahkan karya tulis ini untukmu :

1. Ibuku Suranti dan ayahku Suyitno, terima kasih yang sebesar-besarnya

atas keringat yang engkau keluarkan untuk anak mu demi cita-citanya.

2. Kakakku Kadri dan keponakanku Arkanata, terima kasih atas support dan

dukungannya untukku meraih kesuksesan ini.

3. Calon imam ku kelak Eko Susanto, terima kasih atas semua dukungan dan

motivasi yang kau berikan untuk aku, terima kasih atas semua

pengorbananmu dan ketulusanmu dalam mendampingi perjalanan hidupku

4 tahun terakhir.

4. Terima kasih untuk sahabat sekaligus teman sekamarku Dwi Nurjannah,

yang sudah menemani perjalanan ku selama 3 tahun disini, kau lah

satu-satunya sahabat yang bisa mengerti dan memahami setiap lekuk

kehidupanku.

5. Kakak kelas seperjuangan yang ada dikos mbk Ihda dan Mbk Umi Terima

kasih untuk semua masukan-masukan yang kau berikan terhadapku, semoga

kita bisa dilancarkan semua keinginan-keinginan yang kita impikan.

6. Teman-teman STIKes ICME satu angkatan khususnya kelas A, terima kasih

sudah berjuang bersama, kesuksesan ini tak akan ada tanpa kalian semua.

(11)

87

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan rasa puji syukur kehadirat

ALLAH SWT, atas segala rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Penurunan Libido Pada Akseptor KB Suntik

DMPA (Depo Medroxy Progesteron asetat) Terhadap Pola Adaptasi Seksual dengan

Pendekatan Model Adaptasi Callista Roy (di Dusun Dondong Desa

Gedongarum Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro)” dengan baik.

Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada H.Bambang Tutuko, S.H.,S.Kep.,Ns.,M.H. selaku Ketua

STIKes ICME Jombang, Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Ketua

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Muarrofah, S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku

pembimbing pertama yang selalu memberikan bimbingan dalam penyusunan

skripsi, Dwi Prasetyaningati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku pembimbing kedua yang

selalu membantu memberikan bimbingan mengenai penulisan skripsi. Ucapan

terima kasih juga kepada Ayah, Ibu, dan teman-teman semuanya atas bantuan doa

dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Semoga skripsi ini dapat disetujui, bermanfaat bagi semuanya dan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan.

Jombang, Juni 2017

Penulis

(12)

88

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN...iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... v

RIWAYAT HIDUP ...vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

MOTTO ...ix

PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ...xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN xvii BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.4 Manfaat penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Konsep KB suntik... 6

2.2 Konsep KB suntik DMPA ... 9

2.3 Konsep libido ... 13

2.4 Konsep pola adaptasi seksual ... 27

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ... 43

3.1 Kerangka Konseptual ... 43

3.2 Hipotesis ... 44

(13)

89

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 45

4.1 Desain Penelitian... 45

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 45

4.3 Populasi, sampel, sampling ... 45

4.4 Kerangka kerja... 48

4.5 Identifikasi variabel ... 49

4.6 Definisi operasional ... 50

4.7 Instrumen penelitian ... 50

4.8 Pengumpulan data ... 51

4.9 Analisa data ... 55

4.10 Etika penelitian ... 56

4.11 Keterbatasan penelitian ... 57

BAB 5 PEMBAHASAN... 58

5.1 Hasil penelitian ... 58

5.2 Pembahasan ... 65

BAB 6 PENUTUP ... 72

6.1 Kesimpulan ... 72

6.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN

(14)

90

DAFTAR TABEL

No. Daftar Tabel Halaman

4.1 Definisioperasional ... 50

5.1 Karakteristik responden berdasarkan umur ... 59

5.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ... 59

5.3 Karakteristik responden berdasarkan waktu bekerja dalam sehari ... 60

5.4 Karakteristik responden berdasarkan peningkatan berat badan ... 60

5.5 Karakteristik responden berdasarkan siklus haid ... 60

5.6 Karakteristik responden berdasarkan penurunan libido ... 61

5.7 Karakteristik responden berdasarkan pola adaptasi seksual ... 61

5.8 Tabulasi silang penurunan libido terhadap pola adaptasi seksual ... 62

5.9 Uji normalitas one-sample kolmogrov-smirnov test ... 63

5.10 Uji linieritas ... 64

5.11Uji regresi linier ... 64

(15)

91

DAFTAR GAMBAR

No. Daftar Gambar Halaman

2.1 Gambar sistem adaptasi sister Callista Roy ... 32

2.2 Gambar rentang respon seksual ... 39

3.1 Kerangka konseptual... 43

4.1 Kerangka kerja ... 48

(16)

92

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Permohonan Calon Responden

2. Lembar Persetujuan sebagai Responden

3. Ksi-kisi kuesioner

4. Kuesioner data umum

5. Kuesioner penurunan libido

6. Kuesioner pola adaptasi seksual

7. Perhitungan skor kuesioner

8. Tabulasi data umum

9. Tabulasi penurunan libido

10.Tabulasi pola adaptasi seksual

11.Jadwal proposal penelitian

12.Hasil uji SPSS

13. Lembar pernyataan dari perpustakaan

14.Lembar surat studi pendahuluan

15.Lembar surat BAKESBANGPOL

16.Lembar surat DINKES

17.Lembar surat Kecamatan

18.Lembar surat balasan Kepala desa

19.Lembar persetujuan sidang proposal

20.Lembar pengesahan sidang proposal

21.Lembar konsultasi

22.Lembar pernyataan bebas plagiasi

(17)

93

DAFTAR LAMBANG

1. H1 : hipotesis alternatif

2. % : prosentase

3.  : alfa (tingkat signifikansi)

4. ≤: lebih kecil sama dengan

5. =: sama dengan

6. n: jumlah sampel

7. p : p-value (nilai signifikasi)

8. > : lebih besar

9. < : lebih kecil

DAFTAR SINGKATAN

ACTH :Adrenocorticotropic Hormone

ASI :Air Susu Ibu

Badilag :Badan Peradilan Agama

BKKBN :Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

Cit :Citato

CRF :Corticotropin-Releasing Factor

DMPA :Depo Medroxy Progesterone Acetat

DSM :Diagnostic and Stastitical Manual of Mental Disorder

FSFI :Female Sexual Function Index

HIV : Human Immunodeficienty Virus

ICD :International Stastical Classificatoin of Deseases and Related

Health Problems

(18)

94

ICMe : Insan Cendekia Medika

KB : Keluarga Berencana

KIE :Komunikasi, Informasi dan Edukasi

LSD :Lisergat Dietilamida

MA :Mahkamah Agung

Mg :Mili Gram

PH :Potensial Hidrogen

PMS :Pre Menstrual Syndrom

RCT :Randomized Controlled Tiral

STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

WHO :World Health Organization

(19)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang

KB suntik menjadi daya tarik bagi pasangan yang mengikuti program

kehamilan karena kelebihannya hingga mencapai 99%. KB suntik memiliki

banyak efek samping yang salah satunya adalah penurunan libido terutama pada

KB suntik DMPA (KB suntik 3 bulan) (Ichwanul, 2015 cit. Aisyah, 2015).

Penurunan libido akan berdampak langsung terhadap hubungan seksual berupa

ketidaknyamanan, perasaan tidak aman dan rasa khawatir tak mendapat perhatian

dari pasangan yang membuat individu melakukan berbagai macam adaptasi

seksual (Hamid, 2008). Hubungan seksual dalam keluarga merupakan puncak

keharmonisan dan kebahagiaan, oleh karena itu kedua pihak harus dapat

menikmatinya bersama. Ketidakpuasan seks dapat menimbulkan perbedaan

pendapat, perselisihan dan akhirnya perceraian (Manuaba, 2010).

Di Indonesia suntik KB merupakan jenis kontrasepsi yang paling banyak

diminati yaitu sekitar 17.104.340 (47,78%) dari seluruh peserta KB aktif sebanyak

35.795.560 (75,10%) pengguna (BKKBN, 2016). Berdasarkan data profil kesehatan

kabupaten Bojonegoro tahun 2015 menyatakan bahwa dari 83,36% penggunaan KB

hormonal terdapat 63,7% pengguna KB suntik. Hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Aisyah (2015) menunjukan bahwa penggunaan KB suntik dalam

jangka panjang > 2 tahun dapat mengakibatkan penurunan libido. Berdasarkan data

dari Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) bahwa dalam

rentang 2009-2014, dari 2 juta pasangan yang mencatatkan perkawinannya dalam

setiap tahunnya, ditemukan angka hampir 300.000 atau

(20)

2

sekitar 15% yang mengakhiri perkawinan mereka di meja sidang perceraian.

Bahkan di beberapa daerah seperti Indramayu dan Banyuwangi, angkanya

melebihi rerata nasional, terdapat lima faktor dan yang paling tertinggi disebabkan

karena tidak ada keharmonisan sebanyak 97.615 kasus termasuk adanya masalah

kebutuhan seksual yang tidak terpenuhi.

Studi pendahuluan peneliti dengan cara wawancara yang didampingi oleh kader

kepada 55 akseptor KB Suntik yang telah menggunakan KB suntik DMPA (KB

suntik 3 bulan) selama 2 tahun di Dusun Dondong Desa Gedongarum Kecamatan

Kanor Kabupaten Bojonegoro. Penurunan libido diketahui dengan wawancara

menggunakan kuesioner FSFI per kategori dengan satu pertanyaan dalam setiap

parameter pada semua akseptor KB suntik. Hasil dari wawancara ditemukan 42

akseptor yang cenderung mengalami penurunan libido. Akseptor yang mengalami

penurunan libido diambil 4 orang kemudian peneliti melakukan wawancara kepada 4

orang tersebut untuk mengetahui bagaimana respon pola adaptasi seksual yang terjadi

dengan cara menggunakan kuesioner pola adaptasi seksual. Hasil dari wawancara

diketahui dari 4 akseptor KB tersebut ada 3 akseptor

yang mengalami respon pola adaptasi seksual inefektif dengan skor ≤ median dan

hanya 1 orang yang memiliki respon adaptif dengan skor > median. Peneliti

melakukan wawancara secara langsung bahwa memang mereka merasa malas

untuk berhubungan seksual dan hanya berdasarkan tanggung jawab sebagai

seorang istri, mereka merasa kesakitan/nyeri pada saat senggama, mereka sering

kali menolak ajakan suami untuk berhubungan seksual.

Penurunan keinginan seksual (libido) pada akseptor KB suntik meskipun

(21)

3

panjang dapat timbul karena faktor perubahan hormonal terutama KB suntik

DMPA (KB suntik 3 bulan) yang memiliki efek progesteron yang tinggi, sehingga

terjadi pengeringan pada vagina yang menyebabkan nyeri saat bersenggama dan

pada akhirnya menurunkan keinginan gairah seksual (David, 2012). Pendekatan

teori adaptasi Callista Roy ini diterapkan dalam perubahan pola adaptasi seksual

pada perubahan tersebut maka terjadilah respon pasangan untuk menyesuaikan

diri dan timbullah stimulasi yang mencetuskan terjadinya perubahan pada diri

seseorang. Perubahan pada diri ini merupakan sebuah input, yang terbagi menjadi

tiga tingkat yaitu stimulus fokal, kontekstual dan residual, dengan input tersebut

timbul respon manusia untuk mempertahankan diri dengan pertahanan internal

yang terdiri dari sistem regulator dan sistem kognator. Kedua sistem tersebut

diterapkan kedalam empat mode yaitu fisiologis, fungsi peran, konsep diri, dan

interdependensi, dari empat mode tersebut yang nantinya akan muncul proses

output yaitu respon adaptif dan respon inefektif (Roy, 2009 cit. Priyo, 2012).

Respon adaptif akan berdampak pada perilaku seksual yang memuaskan yang

menghargai hak orang lain, sedangkan respon inefektif akan berdampak pada

disfungsi performa seksual, perilaku seksual yang membahayakan dan memaksa

(Stuart & Laraia, 2005 cit. Priyo, 2012)

Solusi dari uraian diatas bahwa pentingnya peran tenaga kesehatan untuk

memberikan edukasi kepada calon akseptor KB dan pasangan tentang pendidikan

kesehatan mengenai penggunaan kontrasepsi beserta efek samping yang akan

ditimbulkan sehingga diharapkan dapat mengubah perilaku individu dalam

memenuhi kebutuhan seksual secara adaptif (Sulistyawati, 2013). Petugas

(22)

4

mengatasi penurunan libido yang menyebabkan vagina kering seperti Lubrikasi

(vaselin), pelembab, Pilokarpin dimana terapi hormonal tersebut berfungsi

mengurangi vagina kering, sehingga mengurangi nyeri saat bersenggama.

1.2

Rumusan masalah

Apakah ada pengaruh penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA

(Depo Medroxy Progesteron Asetat) terhadap pola adaptasi seksual dengan

pendekatan model adaptasi Callista Roy di Dusun Dondong Desa Gedongarum

kecamatan Kanor kabupaten Bojonegoro

1.3

Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis pengaruh penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA

(Depo Medroxy Progesteron Asetat) terhadap pola adaptasi seksual dengan

pendekatan model adaptasi Callista Roy di dusun Dondong desa Gedongarum

kecamatan Kanor kabupaten Bojonegoro.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA (Depo

Medroxy Progesteron Asetat) di dusun Dondong desa Gedongarum

kecamatanKanor kabupaten Bojonegoro.

2. Mengidentifikasi pola adaptasi seksual dengan pendekatan model adaptasi

Callista Roy pada akseptor KB suntik DMPA (Depo Medroxy Progesteron

Asetat) di Dusun Dondong Desa Gedongarum kecamatan Kanor kabupaten

Bojonegoro.

3. Menganalisis pengaruh penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA

(23)

5

pendekatan model adaptasi Callista Roy di Dusun Dondong Desa

Gedongarum kecamatan Kanor kabupaten Bojonegoro.

1.4

Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi secara teoritis bagi teori

keperawatan maternitas tentang diketahuinya mekanisme penurunan libido pada

akseptor KB suntik DMPA (Depo Medroxy Progesteron Asetat) terhadap

perubahan pola adaptasi seksual dengan menggunakan pendekatan model adaptasi

Callista Roy sebagai dasar dalam penelitian ilmu keperawatan.

1.4.2 Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi petugas

kesehatan agar lebih efektif memberikan KIE (Komunikasi, Informasi, dan

Edukasi) pada akseptor KB yang mengalami penurunan libido dan perpengaruh

pada pola adaptasi seksual untuk dianjurkan mengganti cara kontrasepsi non

hormonal. Bagi akseptor KB suntik DMPA (Depo Medroxy Progesteron Asetat)

diharapkan mampu memahami kondisi dan perubahan pada dirinya akibat

penggunaan kontrasepsi KB suntik sehingga dapat melakukan penyesuaian diri

(24)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep KB suntik

2.1.1 Definisi KB suntik

KB suntik adalah jenis kontrasepsi injeksi untuk mencegah kehamilan

dengan melalui suntikan hormonal. KB suntik ini sangat efektif, aman, dapat

dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, cocok untuk masa laktasi

karena tidak menekan produksi ASI, tetapi kembalinya kesuburan lebih lambat,

rata-rata empat bulan (Sulistyawati, 2013).

2.1.2 Jenis KB suntik

Menurut Sulistyawati (2013) menyatakan bahwa tersedia dua jenis

kontrasepsi yang hanya mengandung progestin, yaitu sebagai berikut:

1. Depo Mendroksi Progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA

yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara disuntik intramuscular (didaerah

bokong).

2. Depo noreisteron enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg noretindron

enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara disuntik intramuscular.

Selain 2 jenis KB suntik diatas ada juga jenis KB suntik kombinasi yaitu KB

suntik 1 bulan yang sering digunakan di Indonesia yaitu Suntikan / 1 bulan yaitu

cyclofem. Efektifitas dari beberapa jenis kontrasepsi suntik tersebut memiliki

efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal

penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan

(Prawirohardjo & Wiknjosastro, 2009).

(25)

7

2.1.3 Cara kerja KB suntik

Menurut Sulistyawati (2013) menyatakan bahwa cara kerja KB suntik adalah

sebagai berikut:

1. Mencegah ovulasi.

2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi

sperma.

3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.

4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

2.1.3 Keuntungan KB suntik

Menurut Sulistyawati (2013) keuntungan dari KB suntik adalah sebagai

berikut :

1. Sangat efektif.

2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

4. Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

5. Tidak memiliki pengaruh terhadap produksi ASI.

6. Efek samping sedikit.

7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

8. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai

perimenopause.

9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

10. Menurunkan kejadian tumor jinak payudara.

(26)

8

12. Menurunkan krisis anemia bulan sakit (sickle cell).

2.1.4 Keterbatasan dan efek samping KB suntik

Menurut Sulistyawati (2013) keterbatasan dan efek samping dari KB suntik

adalah sebagai berikut :

1. Sering ditemukan gangguan haid seperti siklus haid yang memendek atau

memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur

atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali.

2. Klien sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus kembali

untuk disuntik).

3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

4. Sering menimbulkan efek samping masalah berat badan.

5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,

hepatitis B, atau infeksi virus HIV.

6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian penggunaan.

7. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena kerusakan/kelainan pada

organ genitalia, tetapi karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari

deponya (tempat suntikan).

8. Terjadi perubahan pada lipid serum dengan penggunaan jangka panjang.

9. Gangguan jangka panjangnya yaitu dapat sedikit menurunkan kepadatan

tulang (densitas).

10. Pada gangguan jangka panjang juga dapat menimbulkan kekeringan pada

vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, gugup,

(27)

9

2.2 Konsep KB suntik DMPA

2.2.1 Definisi KB suntik DMPA

Kontrasepsi suntik 3 bulan atau DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat)

termasuk jenis gestagen alamiah yang berasal dari turunan progesteron yang

memiliki ikatan reseptor yang relatif kuat terhadap reseptor glukokortikoid dan

aldosteron. Khasiat glukokortikoid baru akan terlihat pada pemberian dosis tinggi.

DMPA tidak memiliki khasiat anti androgen karena tidak melalui hati,

keberadaannya dalam serum mencapai 100% dan hampir 88% terikat pada

albumin ( Baziad, 2008). Depoprovera atau biasa disingkat DMPA adalah berisi

depo medroksi progesteron asetat dan diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg

secara intramuscular setiap 12 minggu (Everett, 2008). DMPA adalah suatu

sintesa progestin yang mempunyai efek seperti progestin asli dari tubuh wanita

(Anggraini & Martini, 2012)

2.2.2 Mekanisme kerja kontrasepsi DMPA

Menurut Hartanto (2010) menyatakan mekanisme kerja kontrasepsi suntik

DMPA terbagi dua yaitu :

1. Primer : Mencegah Ovulasi Endometrium menjadi dangkal dan atrofis

dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif, sering stroma menjadi oedeomatus.

Pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya,

sehingga tidak didapatkan atau hanya didapatkan sedikit sekali jaringan bila

dilakukan 7 biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali

(28)

10

2. Sekunder Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan

barier terhadap spermatozoa dan membuat endometrium menjadi kurang baik

atau kurang layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi.

2.2.3 Kerugian kontrasepsi DMPA

Menurut Anggraini & Martini (2012) kerugian kontrasepsi suntik DMPA.

Sering ditemukan gangguan haid, seperti :

1. Siklus haid yang memendek atau memanjang. Perdarahan yang banyak atau

sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid

sama sekali.

2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan.

3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

4. Permasalahan berat badan.

5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,

hepatitis B virus dan infeksi virus HIV.

6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

7. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang

8. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang.

9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina,

menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala dan jerawat.

2.2.4 Keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan DMPA

Menurut Manuaba (2010) keuntungan kontrasepsi suntikan adalah:

1. Pemberiannya sederhana setiap 12 minggu.

2. Tingkat efektivitasnya tinggi.

(29)

11

4. Pengawasan medis yang ringan.

5. Dapat diberikan pasca persalinan, pasca keguguran, atau pasca menstruasi.

6. Tidak mengganggu proses laktasi dan tumbuh kembang bayi.

Menurut Everett (2008) menyatakan teknik penyuntikan DMPA harus

diberikan dalam lima hari pertama masa menstruasi, tidak dibutuhkan kontrasepsi

tambahan, setelah itu suntikan selanjutnya diberikan setiap 12 minggu. Suntikan

harus diberikan secara intramuscular pada kuadran luar atas bokong, spuit yang

sebelumnya telah diisi DMPA harus dikocok sebelum diberikan.

Menurut Anggraini & Martini (2012) farmakologi dari kontrasepsi suntikan

jenis DMPA :

1. Tersedia dalam larutan mikrokristalin.

2. Setelah satu minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu

kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali.

3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi

umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih.

4. Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatik dari DMPA

dalam darah atau serum.

2.2.7 Efektivitas kontrasepsi suntik DMPA

DMPA sangat efektif sebagai metode kontrasepsi, kurang dari 1 per 100

wanita akan mengalami kehamilan dalam satu tahun pemakaian DMPA. Dosis

(30)

12

bulan adalah dosis tinggi. Setelah disuntik, ovulasi tidak akan terjadi untuk

minimal 14 minggu (Hartanto, 2010).

2.2.8 Kontraindikasi kontrasepsi suntik DMPA

Menurut WHO dalam Hartanto (2010) menganjurkan untuk tidak

menggunakan kontrasepsi suntikan pada :

1. Kehamilan

2. Karsinoma payudara

3. Karsinoma traktus genetalia

4. Perdarahan abnormal uterus

5. Pada wanita diabetes atau riwayat diabetes selama kehamilan, harus dilakukan

follow up dengan teliti, karena dari beberapa percobaan laboratorium ditemukan

bahwa DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat.

2.2.9 Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntik Progestin

Peringatan yang harus diperhatikan saat pemakaian KB DMPA menurut

Anggraini & Martini (2012) yaitu:

1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan hamil.

2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik

terganggu.

3. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya

penglihatan.

4. Perdarahan yang berat 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih

(31)

13

2.3 Konsep libido

2.3.1 Definisi seksualitas

Seksologi yaitu ilmu pengetahuan tentang reaksi dan tingkah laku seksual

manusia yang sifatnya universal dan multidisipliner. Disebut universal karena

ilmu ini berlaku diseluruh dunia, baik bagi penduduk-penduduk yang paling

primitif, maupun bagi orang-orang yang paling tinggi tingkat kebudaya nya.

Multidisipliner menunjukkan, bahwa ilmu ini bergerak di banyak bidang ilmu

pengetahuan lain (Prawirohardjo & Wiknjosastro, 2009).

Seksualitas memiliki makna yang sangat luas karena meliputi semua aspek

yang berhubungan dengan seks seperti perilaku, sikap, orientasi dan nilai.

Terciptanya sebuah hubungan seksual yang nyaman dan memuaskan merupakan

salah satu faktor yang paling berperan dalam suatu hubungan perkawinan bagi

setiap pasangan (Manan, 2013).

Richard von Krafft-Ebing dengan karya tulisnya yang berjudul Psychopathia

sexualis (terbitan pertama dalam tahun 1886), yang dipandang sebagai bapak dari

seksologi modern, sangat berjasa dengan memisahkan ilmu pengetahuan ini sebagai

satu disiplin yang berdiri sendiri, namun masih merupakan bagian dari ilmu

kedokteran. Ia menyadari, bahwa selain penderita-penderita penyakit jiwa yang

disertai kelainan-kelainan seksual masih ada lebih banyak lagi orang-orang sehat

yang menunjukkan penyimpangan-penyimpangan dari yang dianggap normal dalam

kehidupan seksual. Iwan bloch merupakan orang pertama yang mengikut-sertakan

ilmu-ilmu pengetahuan lain dalam metodologi untuk mempelajari reaksi dan tingkah

laku seksual manusia (Prawirohardjo & Wiknjosastro, 2009).

(32)

14

Libido seksualitas (nafsu birahi, nafsu syahwat) adalah dorongan atau

keinginan untuk bersetubuh (koitus). Ini dapat disamakan dengan keinginan untuk

makan (lapar) dan minum (haus). Apabila lapar dan haus mempunyai arti dalam

mempertahankan kelangsungan kehidupan individu, maka libido mempunyai

tujuan untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan genus homo sapiens

(manusia) (Prawirohardjo & Wiknjosastro, 2009).

Seksualitas, reaksi dan tingkah laku seksual didasari dan dikuasi oleh

nilai-nilai kehidupan manusia yang lebih tinggi, tidak seperti pada hewan. Hewan

bersetubuh semata-mata atas dorongan naluri birahi. Jadi pada manusia

seksualitas dapat dipandang sebagai pencetusan dari hubungan antar individu,

dimana daya tarik rohaniah dan badaniah (psikofisik) menjadi dasar kehidupan

bersama antara dua insan manusia. Dengan demikian dalam hubungan seksual

tidak hanya alat kelamin dan daerah erogen yang pegang peranan, melainkan juga

psikis dan emosi (Prawirohardjo & Wiknjosastro, 2009).

Sigmund Freud (bapak psikologi modern) mempopulerkan istilah libido dan

mendefinisikan sebagai energi atau daya insting, terkandung dalam apa yang

disebut freud sebagai identifikasi, yang berada dalam komponen ketidaksadaran

dari psikologi. Freud menunjukkan bahwa dorongan libidinal ini dapat

bertentangan dengan perilaku yang beradap. Kebutuhan untuk menyesuaikan diri

dengan masyarakat dan pengendalian libido menyebabkan ketegangan dan

gangguan dalam diri individu, mendorong untuk digunakannya pertahanan ego

untuk meyalurkan energi psikis dari kebutuhan yang tidak terpenuhi dan

kebanyakan tidak disadari ini ke dalam bentuk lain (Putranto, 2010 cit. Aisyah,

(33)

15

Fregiditas merupakan tidak ada libido seksualitas pada wanita (true frigidity)

atau kegagalan wanita mencapai orgasme, karena psikhe merupakan pusat dari

libido maka hampir semua kasus frigidity disebabkan oleh gangguan psikologik

(Prawirohardjo & Wiknjosastro, 2009).

Penurunan libido sama halnya dengan disfungsi seksual merupakan hasrat

seksual yang rendah pada seseorang atau lawan jenisnya, baik pria maupun

wanita. Gangguan ini dapat terjadi karena berbagai hal, baik secara psikologis

maupun secara medis, serta memberikan efek yang kurang menyenangkan

terhadap keharmonisan suatu hubungan antara suami istri (Manan, 2013).

2.3.3 Faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan libido

Menurut Rendra (2009) dalam Aisyah (2015), menyatakan bahwa naik

turunnya libido berdasarkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Gangguan Psikologis

1) Kurang percaya diri Rasa percaya diri yang minim membuat seorang

perempuan kehilangan libido. Contoh : karena tidak puas tubuh

(kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan), tidak nyaman

untuk menampilkan diri apa adanya di depan dan akibatnya tidak merasa

bergairah jika pasangan mengajak untuk bercinta dan tidak menikmati

aktivitas tersebut.

2) Stres masalah pekerjaan, keluarga, keuangan atau masalah pribadi yang

berlarut-larut, stres membuat tidak bisa menikmati aktivitas lain

termasuk seks.

(34)

16

Libido juga bisa turun jika merasa takut pada aktivitas seks, ketakutan

atau kecemasan berlebihan disebabkan karena beberapa hal seperti

trauma karena pelecehan seksual atau ketakutan lainnya. Langkah yang

harus dilakukan adalah mengungkapkan kecemasan ini pada pasangan,

minta waktu untuk menenangkan diri dan dapatkan dukungan pasangan.

Jika tidak bisa menghadapinya, wajib untuk mengonsultasikannya

kepada psikolog.

4) Cinta memudar

Pasangan yang mengalami gangguan komunikasi dan berkonflik terus

menerus hingga akhirnya sudah tidak cinta lagi, tentu sudah tak berhasrat

lagi untuk berintim-intim di tempat tidur.

5) Depresi

a Gejala/ keluhan

Perasaan lesu (lethargi), tidak bersemangat dalam

kerja/kehidupan. b Penyebab

Diperkirakan dengan adanya hormone progesterone terutama yang

berisi 19-norsteroid menyebabkan kurangnya Vitamin B6

(Pyridoxin) didalam tubuh.

6) Kelainan seksual

Keadaan tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis didalam otak.

4. Gangguan Fisik

1) Kurang olahraga

Dengan berolahraga, seseorang akan lebih bergairah. Olahraga tidak harus

(35)

17

lancar, demikian juga produksi hormon tubuh. Olahraga membuat sehat

baik tubuh maupun kesehatan seksual

2) Diet tidak sehat

Diet memang sering dilakukan oleh kaum perempuan untuk menurunkan

berat badan, namun diet yang dilakukan tanpa pengawasan dan tidak sesuai

dengan kondisi tubuh justru dapat membuat tubuh lemas dan sakit. Ketika

tubuh lemah dan kekurangan nutrisi otomatis gairah seks menurun, cobalah

untuk berkonsultasi pada ahli gizi dahulu sebelum berdiet.

3) PMS (Pre Menstrual Syndrom)

Pengaruh tamu bulanan dan sindroma pramenstruasi yang membuat

wanita jadi lebih sensitif karena ketidaknyamanan dari perubahan

hormon yang sedang terjadi, tentu saja hal ini menurunkan gairah

seksualnya. solusinya yaitu minum air putih yang banyak dan

berolahraga atau melakukan aktivitas relaksasi.

4) Kurang tidur

Tubuh memerlukan jam tidur yang cukup untuk menjaga pikiran tetap

fokus, tubuh sehat, dan libido tetap aktif. Secara fisik, kurang tidur akan

meningkatkan level kortisol yang bisa menekan libido.

5) Keputihan (Lechorea)

a Gejala/ keluhan Keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina

(36)

18

b Penyebab Oleh karena efek progesteron merubah flora dan PH

vagina, sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan

menimbulkan keputihan.

6) Jerawat

a Gejala/ keluhan adalah timbul jerawat pada wajah.

b Penyebab adalah progestin terutama 19-norprogestine menyebabkan

peningkatan kadar lemak.

7) Rambut Rontok

a Gejala/ keluhan Rambut rontok selama pemakaian suntikan atau bisa

sampai sesudah penghentian suntikan.

b Penyebab Progesteron terutama 19-norprogesterone dapat

mempengaruhi folikel rambut, sehingga timbul kerontokan rambut.

8) Perubahan Berat Badan

a Gejala/ keluhan

 Kenaikan berat badan rata-rata untuk setiap tahun bervariasi

antara 2,3-2,9 kg.

 Berat Badan berkurang/turun. Setiap tahun rata-rata penurunan

berat badan antara 1,6-1,9 kg.

b Penyebab

Kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon

progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi

lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon

(37)

19

menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat

menyebabkan berat badan bertambah.

9) Pusing/ Sakit Kepala/Migrain

a Gejala/ keluhan Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau

seluruh bagian kepala dan terasa berdenyut disertai rasa mual yang

amat sangat.

b Penyebab biasanya dikaitkan dengan reaksi tubuh terhadap

progesteron.

10) Kelelahan

Kondisi kelelahan setelah bekerja keras seharian dapat menurunkan

gairah seksual. Selain itu, mengurangi waktu efektif tidur yang

seharusnya antara 6-8 jam sehari akan berdampak pada tubuh yang akan

terlihat tidak bugar lagi dan pada akhirnya mempengaruhi kondisi libido

seseorang. Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada

umumnya 6-10 jam. Sisanya dipergunakan untuk kehidupan dalam

keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain

11) Menopause

Kebanyakan wanita mengalami penurunan gairah seksual saat memasuki

masa menopause. Penyebabnya cukup banyak, mulai dari penurunan

hormon estrogen sehingga kondisi vagina menjadi kering dan

menyebabkan penetrasi menjadi menyakitkan. Menopause juga

menyebabkan testosteron dalam tubuh berkurang.

12) Gangguan Siklus Haid

(38)

20

 Tidak mengalami haid (Amenorhea)

 Perdarahan berupa tetesan/bercak-bercak (Spotting)

 Perdarahan diluar siklus haid (Metroragia/breakthrough

bleeding)

 Perdarahan haid yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya

(Menoragia)

a. Penyebab

Karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium

mengalami perubahan histologi. Keadaan amenorea disebabkan

atrofi endometrium.

13) Mual dan Muntah

b Gejala/keluhan

Mual sampai muntah seperti hamil muda. Terjadi pada bulan-bulan

pertama pemakaian suntikan, bahkan tidak jarang juga terjadi pada

akseptor yang sudah lama menggunakan kontrasepsi suntik KB 3

bulan.

c Penyebab

Reaksi tubuh terhadap hormon progesteron yang mempengaruhi

produksi asam lambung.

Menurut Prawirohardjo dan Wiknjosastro (2009) menyatakan bahwa

berkurangnya atau hilangnya libido untuk sementara akibat pikiran, keletihan setelah

penderitaan penyakit, penggunaan morfin, heroin, LSD dan pula kebiasaan merokok

yang berlebihan, serta penyalahgunaan alkhohol. Selain itu, gangguan perkembangan

(39)

21

fregiditas yang menganggap bahwa seks itu jahat dan tabu, terjadi trauma saat

koitus pertama seperti rasa nyeri, kecemasan dan ketakutan, kurang rasa cinta

terhadap suami, ketakutan akan hamil.

Menurut Sulistyawati (2013) menyatakan bahwa penurunan libido bisa

terjadi karena efek dari progesteron terutama yang berisi 19 Norsteroid.

Penurunan keinginan seksual (libido) pada akseptor KB suntik meskipun

jarang terjadi dan tidak dialami pada semua wanita tetapi pada pemakaian jangka

panjang dapat timbul karena faktor perubahan hormonal (David, 2012).

2.3.4 Dampak penurunan libido

Menurut Manuaba (2010) menyatakan bahwa hubungan seksual dalam

keluarga merupakan puncak keharmonisan dan kebahagiaan, oleh karena itu

kedua pihak harus dapat menikmatinya bersama. Ketidakpuasan seks dapat

menimbulkan perbedaan pendapat, perselisihan dan akhirnya perceraian.

Menurut David (2012) menyatakan bahwa penurunan libido akibat KB suntik

dalam jangka panjang akan berpengaruh pada perubahan hormonal dan akan

berdampak pada pengeringan vagina, sehingga terasa nyeri saat senggama.

2.3.5 Penanggulangan dan pengobatan penurunan libido

Menurut Sulistyawati (2013), bahwa penanggulangan dan pengobatan pada

penurunan libido dapat dilakukan hal sebagai berikut:

1.

KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)

Apabila terjadi penurunan libido, dianjurkan untuk ganti cara kontrasepsi non

(40)

22

2.

Pemberian obat simtomatis

Selain cara-cara diatas untuk mengatasi penurunan libido akibat dari

pengeringan vagina dapat menggunakan terapi non hormonal sebagai berikut:

1. Lubrikan

Lubrikan dapat digunakan untuk mengurangi vagina kering saat sanggama

semata, sehingga tidak bersifat pemecahan masalah jangka panjang. Walaupun

terdapat beberapa fakta bahwa pelembab dan zat lainnya mungkin bisa memiliki

efek yang lebih lama jika digunakan secara sinambung. Pilihan non-hormonal

terutama ditujukan untuk wanita yang tidak menginginkan terapi hormonal atau

memiliki risiko tinggi pada jenis penyakit keganasan yang sensitif hormon

seperti kanker payudara atau endometrium. Sebagian besar produk ini tersedia

tanpa perlu resep dokter dengan harga yang cukup mahal. Lubrikan bersifat

non-fisiologis, hanya memberi efek sementara dalam mengurangi gejala, bahkan

sering diikuti dengan timbulnya iritasi vagina. Vaselin dapat memecah lapisan

latex dari kondom (Van der Laak et al, 2002)

2. Pelembab

Pelembab bersifat hidrofilik, tidak larut dalam air, berikatan silang sebagai

polimer. Bersifat bio-adhesive di tempat melekatnya pada musin dan sel

epitel dinding vagina sehingga menahan air. Pelembab akan dieliminasi

dengan pergantian sel epitel. Efek menguntungkan terhadap gejala atrofi

vagina adalah melalui efek dapar (buffer) yang dapat menurunkan pH vagina

(Van der Laak et al, 2002).

Dari salah satu penelitian yang dilakukan oleh Bygdeman & Swahn pada tahun

(41)

23

dengan krim estrogen dienosterol pada wanita postmenopause dengan gejala

atrofi vagina selama kurun waktu 12 minggu, kedua jenis terapi menunjukkan

perbaikan pada indeks untuk keluhan vagina kering pada 1 minggu pertama.

Namun dienosterol ternyata tetap lebih efektif daripada preparat non

hormonal. Pada penelitian terkini yang yang membandingkan pelembab

vagina dengan vagina estrogen dosis rendah, 18 pasien mendapat krim estriol

(n = 10) atau tablet estradiol (n = 8), dan 8 mendapat pelembab 18

polikarbopilik. Hasilnya ditemukan bahwa kedua preparat hormonal dosis

rendah efektif untuk gejala dan kesehatan vagina, sedangkan manfaat

pelembab non-hormonal hanya bersifat sementara (Biglia et al, 2010)

3. Pilokarpin

Terbukti mampu meningkatkan lubrikasi vagina dan perbaikan yang bermakna

terhadap vagina kering pada wanita dengan gejala atropi pasca kemoterapi

(Le vaque, 2004).

2.3.6 Kategori penurunan libido (disfungsi seksual)

Menurut Elvira (2006) menyatakan bahwa pada DSM IV dari American

Phychiatric 28 Association, dan ICD-10 dari WHO, disfungsi seksual terbagi

menjadi 4 kategori sebagai berikut:

1. Gangguan minat/ keinginan seksual (desire disorders) yaitu berkurang atau

hilangnya pikiran, khayalan tentang seks dan minat untuk melakukan

hubungan seks, atau takut dan menghindari hubungan seks.

2. Gangguan birahi/perangsangan (arousal disorder) yaitu ketidakmampuan

(42)

24

secara subjektif, yang ditandai dengan berkurangnya cairan atau lendir pada

vagina (lubrikasi).

3. Gangguan orgasme (orgasmic disorder) yaitu sulit atau tidak dapat mencapai

orgasme, walaupun telah ada rangsang seksual yang cukup dan telah

mencapai fase arousal.

4. Gangguan nyeri seksual (sexual pain disorder) gangguan nyeri seksual

termasuk dispareunia, yaitu merasakan nyeri saat melakukan senggama dan

dapat terjadi saat masuknya penis ke dalam vagina (penetrasi) atau selama

berlangsungnya hubungan seks, dan vaginismus yaitu terjadinya kontraksi

atau kejang otot-otot vagina sepertiga bawah sebelum atau selama senggama

sehingga penis sulit masuk ke dalam vagina.

2.3.7 FSFI (Female Sexual Function Index)

Female Sexual Function Index (FSFI) merupakan suatu alat ukur dalam bentuk

kuesioner atau pertanyaan yang valid dan akurat untuk menilai fungsi seksual wanita.

Kuesioner ini mempunyai 19 pertanyaan yang terbagi dalam enam subskor, yaitu

hasrat seksual (desire), rangsangan seksual (arousal), lubrikasi (lubrication),

orgasme, kepuasan (satisfaction), dan rasa nyeri (pain) (Walwiener dkk, 2010).

FSFI digunakan untuk mengukur fungsi seksual wanita termasuk hasrat seksual

dan respon seksual yang menggambarkan fungsi seksual wanita dalam empat minggu

terakhir. Skor domain individu dan skor keseluruhan dapat diperoleh dari tabel yang

sudah ditetapkan pada FSFI. Untuk skor domain individual diperoleh dari

penambahan skor untuk masing-masing pertanyaan yang dijawab, sedangkan untuk

skor keseluruhan peroleh dari penjumlahan pada skor masing-masing enam domain.

(43)

25

seksual yang lebih baik, begitupun sebaliknya skor yang rendah pada tiap domain

menunjukan level fungsi seksual yang buruk. Wanita yang mempunyai skor FSFI

≤26,5 dinyatakan mengalami disfungsi seksual. Dibandingkan dengan kuesioner

lain, kuesioner FSFI mempunyai nilai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi.

Kuesioner ini memiliki sensitivitas 89,9% dan spesifitas 86,3% (Lee et al, 2014).

2.3.8 Tingkatan penurunan libido

1. Stadium ringan

Biasanya karena gangguan fisik dan psikis yang ringan seperti kelelahan,

stres ringan, atau kurang tidur. Setelah gangguan itu hilang, gairah seks akan

kembali normal.

2. Stadium sedang

Pada tahap ini, turunnya libido lebih parah. Penderita diberi perlakuan dengan

obat maupun alat agar gairah seksnya muncul kembali.

3. Stadium berat

Pada tahap ini, ada penderita yang masih dapat diobati dengan terapi dan

meminum obat tertentu, tapi ada juga yang harus pasrah menerima nasib.

(Perempuan.com, 2008 cit. Noprisanti, 2012)

2.3.9 Mekanisme penurunan libido akibat KB suntik

Kontrasepsi suntik adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan

melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntik ini di Indonesia

semakin banyak dipakai pada wanita usia reproduksi yaitu 20-35 tahun karena

kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan

aman. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya pemakai

(44)

26

orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB

hormonal selama maksimal 5 tahun (Yetti, Anggraini dan Martini, 2011).

Efek samping dari Kontrasepsi KB progesterone (DMPA) juga terjadi pada

vagina sebagai akibat sampingan dari hormon progesteron. Vagina menjadi

kering, sehingga merasa sakit (dispareuni) saat melakukan hubungan seksual, dan

jika kondisi ini berlangsung lama akan menimbulkan penurunan gairah atau

disfungsi seksual pada wanita (Yetti, Anggraini dan Martini, 2011). Pada

penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,

menurunkan libido, gangguan emosi dan dapat menimbulkan sakit kepala,

nervousitas dan jerawat (Saifuddin, 2006). Penggunaan jangka panjang DMPA

(hingga dua tahun) dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dan

progesteron dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadi perubahan sel yang

normal menjadi tidak normal. Progesteron dalam alat kontrasepsi tersebut

berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim

untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga mempermudah

perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali efek sampingnya

adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan bertambah dan

menurunnya gairah seksual (Mukhdan, 2008).

2.4 Konsep pola adaptasi seksual

2.4.1 Pola adaptasi

Pola adaptasi merupakan mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan

cara-cara menyesuaikan diri. Manusia merupakan suatu sistem yang hidup,

(45)

27

lingkungan. Manusia mempunyai pertahanan internal untuk mempertahankan

tubuh dalam kondisi normal (Roy, 2009 cit. Priyo, 2012).

Pertahanan internal manusia mempunyai dua sistem adaptasi yaitu sistem

regulator dan kognator. Subsistem regulator merupakan gambaran respon

berkaitan dengan perubahan pada sistem syaraf, kimia tubuh dan organ endokrin.

Subsistem regulator merupakan mekanisme kerja utama yang berespon dan

beradaptasi terhadap stimulus lingkungan. Subsistem kognator adalah gambaran

respon yang berkaitan dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk

didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran membuat alasan dan

emosional. Subsistem regulator dan kognator dimanifestasikan kedalam empat

mode yaitu fisiologis, fungsi peran, konsep diri dan interdependensi. Perubahan

pada fungsi fisiologis adalah adanya perubahan fisik yang menimbulkan adaptasi

secara fisiologis untuk mempertahankan homeostatis . perubahan konsep diri

adalah keyakinan akan perasaan diri sendiri yang mencakup persepsi, perilaku dan

respon. Perubahan fungsi peran adalah ketidakseimbangan mempengaruhi fungsi

dan peran yang diemban seseorang. Perubahan interdependensi adalah

kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan masing-masing komponen

menjadi satu kesatuan yang utuh (Roy, 2009 cit. Priyo, 2012)

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Adaptasi

Menurut Roy (2009) dalam Priyo (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan untuk menghadapi stress ada dua yaitu respon adaptif dan respon

(46)

28

1. Respon adaptif meliputi:

1) Fisiologis

a Oksigenasi: melakukan proses pernapasan seimbang, stabil dan

memadai.

b Nutrisi: pemcernaan yang stabil, pola nutrisi sesuai keperluan tubuh

yang memadai, kebutuhan metabolism dan nutrisi terpeuhi.

c Eliminasi: mempertahankan proses keseimbangan usus yang efektif,

pola eliminasi yang stabil, proses pembentukan urin yang efektif,

pola eliminasi urin yang stabil, dan strategi koping sistem eliminasi

yang efektif.

d Aktivitas dan istirahat: melakukan proses mobilitas yang terintegrasi,

pergerakan yang cukup, pola tidur yang efektif, dan menyesuaikan

tidur dengan perubahan lingkungan.

e Perlindungan: memperlihatkan kulit utuh, respon penyembuhan yang

efektif, integritas dan kekebalan tubuh yang cukup, proses imunitas

yang efektif, dan pengaturan suhu yang efekif.

fIndra: melalui proses sensasi yang efektif, mampu meneysuaikan sensasi

terhadap masukan informasi yang efektif, dan strategi koping

terhadap sensasi yang efektif.

g Cairan, elektrolit dan kesembangan asam basa: menunjukkan proses

keseimbangan cairan yang stabil, stabilitas elektrolit dalam cairan,

keseimbangan asam basa, dan pengaturan zat kimia sebagai

(47)

29

h Fungsi Neurologis: memperlihatkan proses gairah dan perhatian

yang efektif, sensasi dan persepsi efektif; pembentukan konsep,

memori, bahasa, perencanaan, dan tanggapan motorik, terpadunya

proses berpikir dan perasaan, efektifnya pengembangan sistem saraf

dan fungsi endokrin, efektifnya hormon pengatur perkembangan alat

reproduksi, stabilnya sistem hormon terhadap umpan balik negatif,

stabilnya ritme siklus hormonal dan efektifnya strategi mengatasi

stress.

2) Konsep diri: diketahui dan gambaran diri positif, fungsi seksual efektif,

penyesuaian psikis sesuai dengan pertumbuhan fisik, kompensasi untuk

perubahan tubuh yang memadai, strategi mengatasi kerugian secara

efektif, proses penutupan kehidupan yang efektif, konsistensi diri yang

stabil, ideal diri yang efektif, pertumbuhan proses moral, etis dan

spiritual yang efektif, harga diri sesuai fungsi, dan strategi koping

terhadap ancaman diri secara efektif.

3) Fungsi peran: teridentifikasi kejelasan peran, proses transisi peran yang

efektif, perilaku peran dan ekspresif terintegrasi, peran primer, sekunder

dan tersier secara terintegrasi, pola kinerja peran yang efektif, proses

menghadapi perubahan peran secara efektif, peran kinerja akuntabilitas,

integrasi peran secara efektif, dan pola keamanan peran yang stabil.

4) Interdependensi atau saling ketergantungan: menunjukkan kasih saying

yang cukup, pola member dan menerima cinta, hormat, dan nilai yang

stabil, pola ketergantungan dan kemandirian yang efektif, kecukupan

(48)

30

pemeliharaan kemampuan untuk memberikan perawatan dan perhatian,

keamanan dalam berhubungan dengan orang lain secara memadai dan

sistem pendukung yang cukup.

2. Respon inefektif meliputi:

1) Fisiologis

b. Oksigenasi: menunjukkan terjadinya hipoksia, syok, penurunan

ventilasi, tidak adekuatnya transport pertukaran gas, perubahan

perfusi sel, berkurangnya kebutuhan oksigen, nutrisi, mual dan

muntah, nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh, obesitas,

tidak nafsu makan, gangguan menelan, diare, perut kembung,

inkontinensia usus, konstipasi, inkontinensia urin, retensi urin, dan

tidak efektifnya strategi koping.

c. Eliminasi: diketahui terjadinya diare, perut kembung, tidak bisa

kencing, konstipasi, dan sulit kencing.

d. Perlindungan: ditunjukkan dengan terganggu integritas kulit,

tekananan ulkus, gatal, tertunda penyembuhan luka, infeksi, reaksi

alergi, tidak efektif mengatasi perubahan status kekebalan, tidak

efektif pengaturan suhu, demam, dan hipotermia.

e. Indra: memperlihatkan penurunan rasa, peningkatan cedera,

hilangnya kemampuan perawatan diri, stigma, sensorik kelebihan

dan kekurangan, sensorik monoton, sakit, nyeri akut, nyeri kronis,

persepsi yang menurun, tidak efektifnya strategi koping untuk

(49)

31

f. Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa: diketahui terjadinya

dehidrasi, edema, retensi cairan intraseluler, syok, hiper atau

hipokalmia, kalemia tau natremia, ketidakseimbangan asam basa,

dan tidak efektifnya pengaturan keseimbangan PH.

g. Fungsi Neurologis: penurunan tingkat kesadaran, kecacatan

pengolahan kognitif, berkurangnya memori, ketidakstabilan perilaku

dan suasana hati, tidak efektif kompensasi defisit kognitif, dan

potensi kerusakan otak akibat sekunder.

h. Fungsi endokrin: menunjukkan tidak efektif pengaturan hormon, tidak

efektif reproduksi, pengembangan, ketidakstabilan sistem hormon.

2) Konsep diri: menunjukkan gangguan gambaran diri, ketidakefektifan

seksual, sindrom trauma perkosaan, kerugian yang belum terselesaikan,

kegelisahan, ketidakberdayaan, dan harga diri rendah.

3) Fungsi peran: diketahui dari efektif peran, transisi peran berkepanjangan,

konflik peran, dan kegagalan peran.

4) Interdependensi: menunjukkan tidak efektif pola memberi dan menerima,

tidak efektif pola ketergantungan dan kemandirian, tidak efektif komunikasi,

kurangnya keamanan dalam hubungan, sistem pendukung untuk kebutuhan

kasih sayang dan hubungan yang tidak efektif, pemisahan,

kecemasan, pengasingan, kesepian, tidak efektifnya pengembangan

hubungan.

2.4.3 Sistem Adaptasi Callista Roy

Output dikategorikan oleh Roy sebagai suatu respons adaptif dan respons yang

(50)

32

yang digambarkan dengan kemampuan untuk mencapai tujuan, bertahan hidup,

tumbuh, bereproduksi dan menjadi manusia yang berkualitas, sedangkan respon

yang tidak efektif digambarkan dengan tidak tercapainya tujuan. Sistem adaptasi

roy digambarkan dalam Gambar 2.1

Gambar 2.1 Sistem Adaptasi Sister Calista Roy

Input Control Processes Effector Output

CopingPhysiologicalAdaptive

Stimuli

Mechanism

Self concept response

AdaptationRegulator

Role function

LevelIneffevtive

Cognator

interdependen response

Sumber: Sister Callista Roy (1984) dalam Tomey dan Alligod (2006) dalam Priyo (2012)

2.4.4 Kebutuhan seksual

Manusia mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Kebutuhan

merupakan inti kodrat manusia. Kebutuhan mudah diabaikan atau ditekan (Goble,

2010 cit. Priyo, 2012). Menurut Stuart (2007) dalam Priyo (2012), menjelaskan

suatu sifat dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat sebagai

berikut:

1. Ketidakhadirannya menimbulkan penyakit.

2. Kehadirannya mencegah timbulnya penyakit.

3. Pemulihannya menyembuhkan penyakit.

(51)

33

5. Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada

orang yang sehat.

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling dasar, kuat dan jelas

antara semua kebutuhan dasar yaitu untuk mempertahankan kehidupan. Menurut

Goble (2010) dalam Priyo (2012), menyampaikan bahwa kebutuhan fisiologis

berdasarkan kebutuhan dasar Maslow mempengaruhi manusia terutama kebutuhan

seksual. Kebutuhan seksual diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan

individu dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman,

pengetahuan, ideal, nilai, fantasi dan emosi (Potter & Perry, 2005 cit. Priyo,

2012). Pasangan suami istri menginginkan hubungan seks yang dilakukannya

tidak hanya sebagai bentuk pemuasan biologis saja, tetapi mempunyai harapan

berdampak kesehatan jiwa dan fisiknya. Suami isteri dalam mencapai kenikmatan

seks yang diharapkan dibutuhkan kondisi, suasana dan tempat yang mendukung.

Berbagai faktor yang mampu mencapai kenikmatan dalam pemenuhan kebutuhan

seksual yaitu ketenangan jiwa dan adanya kesadaran pada pasangan bahwa

hubungan seksual yang dilakukannya tidak hanya sebagai pemenuhan kewajiban

saja tetapi ada kesadaran untuk bersama-sama mempunyai keinginan untuk

mencapai kenikmatan, hubungan seksual akan bernilai lebih ketika dilakukan

dengan perasaan cinta dan sayang, dan memperlakukan pasangan dengan baik

(Priyo, 2012).

Tingkah laku seksual menurut Rogers ditentukan utama oleh yang namanya

cinta yaitu keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh

hati (Goble, 2010 cit Priyo, 2012). Kebutuhan pokok cinta bagi laki-laki yaitu

(52)

34

mengaguminya, menyetujui pekerjaannya atau perbuatannya, sedangkan kebutuhan

pokok cinta bagi perempuan yaitu penjagaaan dan perhatian, pemahaman,

penghormatan, pengorbanan hidup laki-laki khusus untuk dirinya, memberikan yang

berhak ia terima dan tidak memberitahukan kesalahannya, penguatan cinta

laki-laki kepadanya secara terus-menerus (An-Nu’ami, 2011 cit. Priyo, 2012).

Suami istri harus berkomitmen untuk mencapainya dengan memperhatikan

pola dan perbedaan lama hubungan seksual diantara keduanya. Penelitian Kenzi

dalam Setyawan (2008) dalam Priyo (2012), menyatakan bahwa laki-laki yang

telah menikah dan berusia antara 21-25 tahun rata-rata dapat melakukan hubungan

seksual 3x/minggu, usia 31-35 tahun 2x/minggu dan usia 45 melakukan hubungan

seksual 3x dalam 2 minggu, dan usia >56 tahun 1x/minggu. Boyke (2011) dalam

Priyo (2012) menganjurkan agar suami istri berhubungan intim secara teratur 1-4

kali seminggu. Pertimbangannya frekuensi tersebut sesuai ritme tubuh atau

kondisi fisiologis pria maupun wanita.

2.4.5 Pendekatan adaptasi Callista Roy dengan Kebutuhan seksual

Menurut Roy (2009) dalam Priyo (2012), mengembangkan proses internal

seseorang sebagai sistem adaptasi dengan empat model adaptasi meliputi

fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.

1. Fisiologis

Seseorang merasa dirinya terancam maka tubuh akan mengalami

penyesuaian secara fisiologis. Pada kondisi stres tubuh akan memberi

rangsangan pada medula oblongata, kelenjar hipofisis, dan biokimia stres.

(53)

35

meningkatkan atau menurunkan frekuensi jantung, tekanan darah, dan

pernafasan. Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar kecil yang melekat pada

hipotalamus yang menghasilkan hormon untuk adaptasi terhadap stres. Stres

fisik atau emosional mengaktivasi amygdale bagian sistem limbik

menstimulasi respon hormonal dari hipotalamus. Hipotalamus akan

melepaskan CRF (Corticotropin-Releasing Factor) yang menstimulasi

hipofisis melepaskan hormone ACTH (Adrenocorticotropic Hormone ) ke

dalam darah. ACTH menstimulasi kelenjar adrenal. Hipotalamus bekerja

melalui sistem otonom terbagi dua yaitu sistem simpatis dan parasimpatis.

Sistem simpatis bertanggung jawab terhadap adanya stimulasi stres. Reaksi

yang timbul berupa peningkatan denyut jantung, napas cepat, penurunan

aktivitas gastrointestinal sementara. Sistem parasimpatis membuat tubuh

kembali kekeadaan istirahat melalui penurunan denyut jantung, perlambatan

pernapasan, dan meningkatkan aktivitas gastrointestinal (Potter & Perry,

2005 cit. Priyo, 2012).

Penyakit fisik menyebabkan terganggunya seksual. Individu mengalami

penyakit fisik mempengaruhi aktivitas seksual (Steinke, 2005 cit.Priyo, 2012).

Hasil penelitian Talepros & McCabe (2001), menunjukkan bahwa hambatan

seksual dikaitkan dengan memiliki gangguan fisik. Penyakit fisik yang

mengganggu pemenuhan seksual adalah sebagai berikut: nyeri yang luar biasa

atau persendian dan cidera medula spinalis (Hamid, 2009 cit. Priyo, 2012).

2. Konsep diri

Hasil penelitian Randall dan Johnson (2008) dalam Priyo (2012),

Gambar

Gambar 2.1 Sistem Adaptasi Sister Calista Roy
Gambar 2.2 Sumber: Rentang respon seksual (Stuart & Laraia, 2005 dalam Priyo 2012)
Gambar 3.1 Kerangka konsep Pengaruh penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA (Depo Medroxy Progesteron Asetat) terhadap pola adaptasi seksual dengan pendekatan model adaptasi Callista Roy
Gambar 4.1 Kerangka kerja Pengaruh Penurunan libido pada akseptor KB suntik DMPA (Depo Medroxy Progesteron Asetat) terhadap pola adaptasi seksual dengan pendekatan model adaptasi Callista Roy
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, boleh dipungut sebab ada kebutuhan yang kuat (hajah rajihah). Pendapat kedua juga dengan beberapa variasi keadaan antara lain sebagai berikut. 1) Bunga

The result of this research showed that from 32 students as the sample in this research, there were 23 students (71,875%) of the fifth semester students of English

The associated widget changes its view and then invokes another Tcl script (one of its configuration options) that tells the scrollbar exactly what information is now displayed in

The Pro version provides more functionality since it can be expanded through plug- ins, but the major feature that sets it apart today is the ability of users to encrypt mes-

(jika selisih dari data antara tahun 1972 dan 1971)/2 &gt; setengah dari jarak interval yang sesuai dengan fuzzifikasi Aj dengan nilai keanggotaan sama degan

Dengan demikian hipotesis kedua menyatakan bahwa Size secara parsial mempunyai pegaruh positif signifikan terhadap Net Interest Margin (NIM) pada Bank Buku 1

Buku Putih Utilisasi Reaktor Riset BATAN 22 Fasilitas iradiasi yang ada di dalam teras reaktor Irradition Position (IP).. dapat digunakan untuk memproduksi

TEKNIS YUSTISIAL PERADILAN AGAMA SEJAWA TIMUR 1999 -727 PELATIHAN YUSTISIAL PENINGKATAN PENGETAHUAN HUKUM. HAKIM PERADILAN AGAMA