• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERAPI BEHAVIORAL UNTUK MENANGANI KECANDUAN MEDIA TELEVISI SEORANG ANAK REMAJA DI KELURAHAN KETINTANG SURABAYA : STUDI KASUS SEORANG ANAK SMP YANG SERING MENGGUNAKAN MEDIA TELEVISI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TERAPI BEHAVIORAL UNTUK MENANGANI KECANDUAN MEDIA TELEVISI SEORANG ANAK REMAJA DI KELURAHAN KETINTANG SURABAYA : STUDI KASUS SEORANG ANAK SMP YANG SERING MENGGUNAKAN MEDIA TELEVISI."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

TERAPI BEHAVIORAL UNTUK MENANGANI KECANDUAN

MEDIA TELEVISI SEORANG ANAK REMAJA DI KELURAHAN

KETINTANG SURABAYA

(STUDI KASUS SEORANG ANAK SMP YANG SERING

MENGGUNAKAN MEDIA TELEVISI)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Program Studi Bimbingan Dan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Disusun Oleh:

PRASIDHI SUNUSURYA W

NIM. B73213098

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

HALAMAN ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat ... 10

E. Definisi Konsep... 11

F. Metode Penelitian ... 20

G. Sistematika Penulisan ... 29

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ... 31

A. Kajian Teoritik ... 31

1. Terapi Behavioral ... 31

a. Pengertian Behavioral ... 31

b. Tujuan Terapi Behavior ... 32

c. Tahap-tahap dalam Behavioral ... 35

(7)

1) Desesititasi Sistematik ... 36

2) Terapi Implosif ... 38

3) Terapi Asertif ... 38

4) Terapi Aversi ... 39

5) Pengondisian Operan ... 40

6) Penguatan Positif ... 40

7) Percontohan (Modelling) ... 44

8) Pembentukan (Shaping) ... 46

9) Token Economy ... 47

2. Kecanduan Media Televisi... 48

a. Kecanduan ... 48

b. Macam-Macam Kecanduan... 50

c. Pengertian Media Televisi ... 51

d. Pengaruh Media Televisi ... 52

e. Faktor penyebab melihat Televisi ... 53

f. Dampak Media Televisi ... 53

g. Karakterisitik Televisi ... 54

h. Fungsi Media massa dan Televisi ... 54

i. Manfaat Televisi ... 56

j. Tayangan dalam Televisi ... 59

3. Remaja ... 60

a. Pengertian Remaja ... 61

b. Tugas Perkembangan masa Remaja ... 61

c. Fase Perkembangan Remaja ... 63

d. Karakterisitk perkembangan Remaja ... 64

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 64

BAB III: PENYAJIAN DATA ... 67

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 67

1. Data Lokasi Penelitian ... 67

2. Deskripsi Konselor... 70

3. Deskripsi Klien ... 72

a. Data Klien ... 72

b. Latar Belakang Keluarga ... 73

(8)

d. Deskripsi Lingkungan Klien ... 75

e. Deskripsi Kepribadian Klien ... 75

f. Deskripsi Masalah ... 76

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 79

1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Terapi Behavioral Untuk Menangani Kecanduan Media Seorang Anak Remaja Di Kelurahan Ketintang Surabaya. ... 79

a. Identifikasi Masalah ... 80

b. Diagnosis ... 89

c. Prognosis ... 89

d. Treatment ... 89

e. Follow Up/Tindak Lanjut ... 108

2. Hasil Akhir Proses Terapi Behavioral Untuk Menangani Kecanduan Media Seorang Anak Remaja Di Kelurahan Ketintang Surabaya ... 111

BAB IV: ANALISIS DATA ... 111

A. Analisis Data Terapi Behavioral Untuk Menangani Kecanduan Media Seorang Anak Remaja Di Kelurahan Ketintang Surabaya ... 111

B. Analisis Hasil Proses Terapi Behavioral Untuk Menangani Kecanduan Media Seorang Anak Remaja Di Kelurahan Ketintang Surabaya ... 120

BAB V: PENUTUP ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Saran... 124 DAFTAR PUSTAKA

(9)

ABSTRAK

Prasidhi Sunusurya W (B7213098), Terapi Behavioraluntuk Menangani Kecanduan Media Televisi Seorang Remaja Di Kelurahan Ketintang Surabaya (Studi Kasus Seorang Anak SMP Yang Sering Menggunakan Media Televisi.

Penelitian ini dibahas dengan rumusan masalahnya adalah untuk mengetahui (1) Bagaimana aplikasi Terapi Behavioraluntuk Menangani Kecanduan Media Televisi Seorang Remaja Di Kelurahan Ketintang Surabaya? (2) Bagaimana hasil dari penerapan Terapi Behavioraluntuk Menangani Kecanduan Media Televisi Seorang Remaja Di Kelurahan Ketintang Surabaya.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif komparatif yaitu membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

Peneliti menggunakan Terapi Behavioral dalam melakukan proses terapinya. Terapi ini merubah perilaku klien yang awalnya maladptif menjadi adaptif. Penelitian ini menggunakan teknik behavioral (penguatan dan model) membrikan perbahan perilaku dengan adanya hadiah yan diberikan dan percontohan. Menjadi salah satu cara dalam proses terapi ini sehingga ketika dikaitkan dengan masalah kecanduan media televisi, maka konselor dalam memberikan bimbingannya selalu berusaha merubah perilaku maladptif menjadi adaptif, menyadarkan serta menggerakkan hati dan fikirannya untuk selalu meninggalkan televisi serta melaksanakan tanggung jawabnya yang memang harus dilaksanakan, di awalkan dan tidak untuk di tinggalkan karena kegiatan atau alasan apapun. Melalui cara ini klien dapat sadar akan apa yang telah dilakukannya itu tindakan yang merugikan diri sendiri. Tergerak hati klien untuk meninggalkan televisi dan mulai melaksanakan tanggung jawabnya tanpa bermalas-malasan. Menurut penuturan klien mengerjakan tanggung jawabnya tanpa menunda-nunda sangat nyaman karena, dia bisa merasakan menjalankan dengan tepat waktu setelah menjalani proses terapi dapat dijelaskan bahwa klien mengalami perubahan yang cukup baik, khususnya secara psikis hal tersebut terlihat dari pengakuan klien yang telah sadar atas perbuatan klien sebelumnya, klien juga sudah mengurangi melihat televisi dan mengerjakan tanggung jawabnya.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media televisi merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua media pada umumnya merupakan sebuah media komunikasi massa dengan menyebarkan informasi kepada khalayak. Seseorang mendapatkan segala macam informasi bahkan mendapat pengalaman baru dari media massa. Peranan televisi sebagai pemersatu bangsa sangat besar pengaruhnya1.

Perkembangan media elektronik atau teknologi komunikasi yang mendukung penyebaran pesan dengan cepat melalui televisi, radio, surat kabar, telepon seluler (smartphone), internet dan perangkat elektronik lainnya, semakin memudahkan komunikasi manusia2. Karena itu pembahasan

terhadap teknologi komunikasi seringkali dihubungkan dengan adopsi terhadap penggunaan teknologi baru yang dipakai dalam komunikasi, dan dampak sosial, yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi cenderung memungkinkan terjadinya transformasi berskala luas dalam kehidupan manusia3.

Media dan teknologi adalah sebuah alat (sarana) yang sering digunakan oleh semua manusia dan menjadikan manusia itu sendiri merasa nyaman. Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup

1Inge hutagalung, “penggunaan media tv di indonesia” , jurnal komunikologi vol. 1 no

1, maret 2004. Hal 6

2 Dr. Eko Harry Susanto, Komunikasi Manusia(Esensi Dan Aplikasi Dalam Dinamika

Sosial Ekonomi Politik), (Jakarta : 2010, Mitra Wacana Media), hlm. 12

3

(11)

2

manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini membuat hampir tidak ada bidang kehidupan manusia yang bebas dari penggunaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat, peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting salah satunya adalah televisi.

Media televisi saat ini bukan hanya sebagai wadah untuk menyebarkan informasi, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran dan hiburan bagi pendengar, pembaca sekalipun penontonya. Media televisi dalam berbagai macam wujud digemari oleh semua kalangan dan menjadi hal yang paling diminati dalam kehidupan. Televisi merupakan media yang paling kompleks karena menjadi alat yang interaktif dibandingkan media media yang lain. Tayangan-tayangan yang ditampilkan juga bermacam – macam, mulai dari tayangan anak-anak, berita, iklan, hiburan dan acara pendidikan ada tiap harinya. Antusiasme yang ada juga tidak berkurang seiring dengan berjalannya waktu.

(12)

3

menjadi ritual harian oleh kebanyakan dari kita diterima sebagai nasib teknologi.4 Televisi sebagai acuan publik adalah bukan sepenggal kata yang

aman melainkan sangat berbahaya. Secara tidak langsung televisi dapat membentuk moral perilaku seseorang yang melihatnya, karena manusia bersifat meniru maka segala macam bentuk yang ditayangkan dalam televisi menjadi bahan tiruan untuk masyarakat.

Seperti yang terjadi sekarang ini banyak tayangan-tayangan yang tidak bersifat mendidik dan bercerita tentang kehidupan-kehidupan yang tidak manusiawi serta realistis. Tayangan yang ada sekarang ini juga tidak bersifat rasional serta banyak dari iklan-iklan yang ada memiliki sifat dan kecenderungan yang mendekati logika pembohong.5

Tayangan-tayangan yang tidak bersifat mendidik berlanjut hingga sekarang, tayangan yang ada berdampak pada banyaknya seseorang menonton televisi hingga tidak kenal waktu, sehingga menjadi malas melakukan aktivitas dan lalai terhadap tanggungjawabnya. Hal ini disebabkan program siaran yang disajikan makin lama makin menarik dan dibiayai dengan dana yang cukup tinggi, sehingga tidak mengherankan dapat memaksa khalayak penontonnya betah berjam-jam didepan televisi.6 Media televisi sendiri menayangkan tayangan yang mencakup berbagai umur, baik

4 Nirmana, “Peran Televisi dalam Masyarakat citraaa Dewasa ini sejarah,

Perkembangan dan Pengaruhnya” , jurnal desain komunikasi visual vol. 1 no. 2, juli 1999:95- 108. Hal 97

5 Burhan bungin, “Konstruksi Sosial Media Massa :Kekuatan Pengaruh Media Massa,

Iklan Televisi Dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L Berger”, Jakarta :

kencana. 2008. Hal 115.

6 Darwanto sastro subroto,televisi sebagai media pendidikan (cetak ketiga),(Yogyakarta :

(13)

4

tayangan mulai dari anak dibawah umur hingga tayangan untuk orang dewasa. Sehingga secara tidak langsung tayangan-tayangan tersebut dinikmati dari kalangan pelajar mulai dari TK yang mayoritas masih anak dibawah umur, pelajar SMP dan SMA yang termasuk dalam kategori remaja. Dikalangan pelajar media massa seperti televisi tidaklah asing bagi mereka, karena di kalangan siswa saat ini kehidupannya tidak lepas dari media-media yang ada seperti televisi. Seiring dengan perkembangan zaman media massa atau televisi tidak hanya digunakan sebagai sarana penghibur bagi pelajar namun juga tempat memperoleh informasi dan berita-berita yang dapat digunakan sebagai rujukan tambahan pengetahuan. Jika dilihat dari fase pertumbuhannya, pelajar merupakan masa dimana proses pertumbuhan dari fase anak-anak menuju fase remaja. Kalangan pelajar didominasi oleh para remaja, sedangkan remaja merupakan salah satu fase dimana seorang anak yang masuk atau berproses menuju pada perkembangan fase dewasa.

Jika dikelompokkan dalam psikologi perkembangan dapat dikategorikan dalam tahap masa remaja yang dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Masa remaja disini dimulai dari usia 10 – 13 tahun dan berakhir pada usia 18 dan 22 tahun.7

Dalam masa anak anak umur 6 – 12 tahun merupakan tahap terpenting dalam kehidupannya karena mengembangkan aspek afektif, kognitif dan

(14)

5

psikomotorik. 8Dalam usia remaja merupakan fase dimana masih mencari jati diri dan menemukan apa yang ada dalam dirinya. Pencarian jati diri remaja merupakan akibat dari peralihan antara masa kehidupan anak – anak dan masa ehidupan orang dewasa.9 Karena masih dalam proses pencarian jati diri dan dapat dikatakan Dalam kaum remaja masih sering labil terhadap dunia luar serta yang ada didalamnya seperti sebuah media.

Media merupakan sebuah alat yang muncul karena perkembangan zaman dan merupakan sebuah teknologi yang paling canggih. Dengan semakin berkembangnya zaman yang ada teknologi juga mengalami perkembangan, begitu pula media yang juga semakin berkembang mengikuti perkembangan zaman. Dari perkembangan - perkembangan media, banyak memberikan dampak - dampak yang positif dan juga tidak pula dampak yang negatif.

Dampak positif adanya media adalah pelajar terbantu dengan adanya media – media yang ada saat ini. Dan dampak negatif dari adanya media pelajar adalah sering menggunakan media dan tidak menghiraukan yang lain. Pengaruh positif dalam media televisi juga memberi dorongan bagi upaya modernisasi di negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan perilaku negatifnya dapat menimbulkan wabah terhadap sesuatu secara berulang – ulang kali ditayangkan secara rutin dengan unsur kesengajaan maupun

8 Hastuti, psikologi perkembangan anak,( Jakarta : Tugu Publisher, 2012)). Hal. 19. 9 Mohammad Ali, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), (Jakarta : PT. Bumi

(15)

6

ketidaksengajaan.10 Dampak yang muncul juga membuat menjadi menirukan apa yang ada dalam televisi.11

Seperti yang terjadi dikalangan remaja, mereka yang sudah dari awal selalu menggunakan media termasuk media televisi pada akhirnya akan terus bergantung kepada media tersebut dalam setiap hal yang dilakukannya. Contoh, di saat mereka sedang asyik melihat tayangan televisi mereka tidak melakukan aktivitas yang diperintahkan oleh orang tua.

Banyak dari pelajar saat berada dirumah yang menghabiskan waktunya ber jam – jam hanya untuk melihat media massa atau televisi hingga mereka kecanduan akan televisi, akibatnya banyak waktu yang terbuang seperti waktu makan, waktu isitirahat dan lain lain. Kecanduan media ini sendiri dapat menimbulkan perubahan tingkah laku anak yang disebabkan terlalu sering melihat media massa atau televisi. Kecanduan timbul karena adanya kemauan dari anak untuk melakukan sesuatu. Anak secara sadar menciptakan sesuatu yang berdasarkan perasaan dan fikiran dalam dirinya.12

Saat anak diingatkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang ada, anak akan marah karena diganggu aktivitas yang dia senangi. Aktivitas tersebut seakan menjadi hobby tersendiri bagi anak. Anak sanggup berjam -

10Inge hutagalung, “Penggunaan Media Tv Di Indonesia” , jurnal komunikologi vol. 1

no 1, maret 2004. Hal. 8.

11 Prasiska Agustina, Dampak Tayangan Drama Korea Di Televisi Dalam Perubahan

Sikap Dan Perilaku Remaja , e-journal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 3, 2013 : 249 – 262. Hal 260.

(16)

7

jam, bahkan berhari – hari.13 Tidak dapat dipungkiri media massa atau televisi ini sangat berpengaruh bagi anak termasuk pola pikir anak yang terlalu sering melihat media massa atau televisi dapat berubah. Mereka jadi sering berkhayal dan terbawa suasana dari cerita yang ada dalam televisi. Akibatnya, mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya dalam dunia fantasi.14

Kegiatan yang mereka lakukan terjadi karena adanya kesalahan pola asuh keluarga. Pola asuh yang salah memberikan dampak terhadap anak. Kesalahan pola asuh anak dalam keluarga juga dapat mempengaruhi dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anak. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya dan tidak menghiraukan anaknya menjadikan seorang anak kurang perhatian dan kasih sayang orang tua. Orang tua dapat mempengaruhi pemikiran moral anak dan remaja yang tengah dalam fase perkembangan. Oleh sebab itu pola asuh orang tua sangat mempengaruhi anak dan setiap anak mendapatka pola asuh yang berbeda.

Perbedaan pola asuh yang diterima oleh remaja atau anak tentu akan terdapat pula perbedaan proses pembentukannya.15 Seorang anak dan remaja

yang membutuhkan bimbingan dalam proses perkembangannya akhirnya melakuakn semua kegiatan secara mandiri dan mulai mencari kesibukan yang membuat dirinya merasa nyaman. Sebagai kesimpulannya, proses yang

13 Agus sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta. 1996). Hal 133. 14 Mohammad Ali, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), (Jakarta : PT. Bumi

Aksara. 2006). Hal 17

15 Ninik Murtiyani, Hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di RW

(17)

8

terjadi dalam keluarga memainkan pernaan yang lebih penting dalam perkembangannya.16

Dari hasil penelitian sementara, peneliti menemukan fenomena yang bukan lagi rahasia umum yakni tentang pemanfaatan media massa atau televisi yang sering digunakan untuk melihat film dan menonton sinetron yang ada serta menirukan apa yang ada didalamnya pada Seorang Remaja di kelurahan ketintang Surabaya. Seperti yang dialami oleh Mawar (nama samaran), kehidupan dita setelah pulang dari sekolah langsung melihat televisi. Mawar terkadang tidak langsung mengganti bajunya hingga malam dan suka tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh ibunya jika sedang melihat televisi.

Mawar seolah asyik dengan dunianya sendiri tanpa menghiraukan apa yang ada disekitarnya termasuk tanggung jawabnya sebagai anak dalam rumah dan kewajibannya dalam hal belajar. Sering kali Mawar melupakan belajarnya hingga pada akhirnya tugas-tugas yang dia kerjakan selalu menggunakan sistem kebut semalam. Dengan kebiasaan itu pada akhirnya banyak tugas Mawar menjadi salah dan tidak terkontrol. Kesibukan Mawar saat melihat televisi memang tidak dapat diatasi dengan baik oleh orang tuanya. Orang tuanya sering kali mengingatkan Mawar namun tidak dihiraukan oleh dirinya.

Mawar juga selalu berdiam diri dan berbaring dikamar jika sedang tidak melihat televisi. Televisi membuat Mawar menjadi berpikir dengan pola

16 John W. Santrock, adolescence perkembangan remaja, (Jakarta : erlangga, 2003), Hal.

(18)

9

yang salah dan menganggap kehidupan di televisi menjadi bagian dari kehidupannya.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam penggunaan media massa atau televisi pada usia remaja paling sering digunakan untuk mencari informasi, melihat sinetron dan film serta meniru apa yang ada dalam media tersebut. Kehidupan remaja hanya sering melihat televisi tanpa menghiraukan apa yang ada di sekitarnya.

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan diatas, maka peneliti berasumsi bahwa diduga adanya “Terapi Behavioral untuk menangani

kecanduan media seorang anak remaja di kelurahan ketintang Di Surabaya: (Studi Seorang anak SMP yang sering menggunakan media televisi)” sekaligus menjadi Judul dari penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka Perumusan masalah yang akan menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah :

(19)

10

2. Bagaimana Hasil Akhir Pelaksanaan Terapi Behavioral untuk menangani kecanduan media seorang anak remaja di kelurahan ketintang Di Surabaya (Studi Seorang anak SMP yang sering menggunakan media televisi) ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan proses Terapi Behavioral untuk menangani kecanduan media seorang anak remaja di kelurahan ketintang Di Surabaya (Studi Seorang anak SMP yang sering menggunakan media televisi).

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan hasil akhir pelaksanaan Terapi Behavioral untuk menangani kecanduan media seorang anak remaja di kelurahan ketintang Di Surabaya (Studi Seorang anak SMP yang sering menggunakan media televisi).

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca maupun peneliti sendiri, antara lain sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

(20)

11

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan prodi Bimbingan Konseling Islam mengenai Terapi Behavioral dalam menangani kecanduan media televisi.

2. Secara praktis

a. Membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kecanduan media televisi

b. Menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam melaksanakn tugas penelitian selanjutya.

E. Definisi Konsep

Untuk mengetahui pemahaman mengenai penelitian yang akan dilakukan, maka penulis perlu menjelaskan definisi operasional sesuai judul yang telah ditetapkan. Definisi operasional dalam penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari judul yang diteliti dan untuk menghindari salah penafsiran tentang inti persoalan yang diteliti.

1. Terapi Behavioral

Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada umumnya.17

Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua adalah sama.18 Pendekatan, teknik, dan prosedur yang dilakukan berakar

pada teori belajar. Dalam menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Salah satunya adalah teori belajar behavioristik, teori belajar

(21)

12

behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Dalam pandangan behavior kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku, perilaku tersebut dibentuk berdasarkan pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungannya.19

Jadi dapat disimpulkan, terapi behavioral adalah sebuah terapai yang berpusat pada perubahan pola perilaku manusia dengan cara belajar. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.

Perhatian utama konselor dalam terapi behavioral adalah perilaku yang tampak. Sikap konselor behavior adalah lebih menerima dan mencoba memahami apa yang dikemukakan konseli. Dengan menggunakan teknik :

a. Penguatan (reinforcement)

Penguatan positif adalah teknik pemberian stimulus yang dilakukan saat berada dalam suatu situasi, meningkatkan kemungkinan bahwa suatu perilaku akan terjadi.20

19 Latipun, Psikologi Konseling. (Malang: umm pres, 2006), hal. 129.

20 Friedman Howard S , Kepribadian (teori klasik dan riset modern), (Jakarta: penerbit

(22)

13

Penguatan positif adalah teknik yang digunakan melalui pemberian ganjaran segera tingkah laku yang diharapkan muncul. Salah satu contoh penguatan positif adalah dengan melakuak senyuman, pujian, bintang emas, medali, dan uang.21

Penguatan positif dapat menjadikan individu melakukan suatu aktivitas secara berulang. Penguat positif adalah suatu peristiwa yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang untuk diulangi lagi.22 Penguatan positif lebih efektif dalam mengendalikan tingkah laku karena hasil-hasilnya lebih bisa diramalkan serta kemungkinan timbulnya tingkah laku yang tidak diinginkan akan lebih kecil.23

Dalam terapi penguatan positif terdapat dua model penerapan yang dilakukan, antara lain:

a) Verbal

Pemberian penguatan yang dilakukan dengan berupa kata-kata seperti pujian, saya suka hasil kerja anda, dan tingkatkan terus kemampuanmu dalam bekerja.

b) Non-verbal

Pemberian penguatan yang dilakukan dengan memberikan gerakan seperti acungan jempol, memberikan senyuman, berupa tanda penghargaan dan hadiah-hadiah dengan mengkombinasikannya

21 Namora lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik,

(Jakarta: Kencana prenada media group,2011),hal.175.

(23)

14

sehingga sikap yang diinginkan akan dibentuk dan sikap yang tidak baik akan sedikit demi sedikit dihilangkan.24

Terapi penguatan positif juga memiliki beberapa model yaitu : a) Sekunder

Memuaskan kebutuhan psikologi dan sosial, dan memiliki niai yang berkerja sama dengan penguatan primer. Contoh dalam penguatan ini adalah dengan senyuman, persetujuan, uang, pujian da hadiah.

b) Primer

Memberikan penguatan dengan berhubungan kebutuhan biologis yang mendasar.25 Contoh makanan atau tidur yang diberikan dalam terapi ini.26

Dalam penggunaan terapi penguatan positif, harus memperhatikan prinsip-prinsip yang ada. Prinsip-prinsip dalam penguatan atara lain:

a) Penguat positif tergantung pada penampilan tingkah laku yang diinginkan

b) Tingkah laku yang diinginkan diberikan penguatan segera setelah tingkah laku tersebtu ditampilkan

24Anggi indayani,” pneerapan konseling behavioral dengan teknik penguatan positif

sebagai upaya untuk meminimalisis perilaku membolos pada siswa kelas X SMA negeri 1

sawan”,e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Vol. 2No. 1,tahun 2014,hal.4.

25 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, terjemahan oleh Wahyu Indianti (Jakarta :

Penerbit Erlangga, 2008),hal.434.

26 Ni nyoman oktavia ayu, “efektivitas konseling behavioral teknik penguatan positif dan

teknik percontohan untuk meningkatkan ketrampilan komunikasi antar pribadi siswa kelas VII

SMPLaboratorium Undiksa”,e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Vol. 2No. 1,tahun

(24)

15

c) Ketika tingkah laku diinginkan sudah dapat dilakukan, diberikan penguatan secara berkala

d) Pada tahap awal, penguatan sosial selalu diikuti dengan penguatan yang berebda.27

Terdapat tiga jenis penguatan yang dapat digunakan untuk modifikasi tingkah laku, yaitu :

a) Primary reinfocer yaitu penguatan yang dapat langsung dinikmati seperti makanan dan minuman.28 Dalam penguatan ini semua benda nyata yang dapat disentuh.29

b) Secondary reinfocer yaitu penguatan yang berupa tingkah laku manusia pada umumnya sepert senyuman, pujian

c) Contingency reinforcement yaitu tingkah laku tidak menyenangkan dipakai sebagai syarat agar anak melakukan tingkah laku yang menyenangkan. Misalnya kerjakan dulu PR baru nonton TV.30 d) Penguat Aktivitas yaitu kesempatan utnuk terlibat dalam aktivitas

yang disukai.31 b. Percontohan (modelling)

Dalam teknik ini dapat mengamati seseorang yang dijadikan modelnya dalam berperilaku kemudian diperkuat dengan mencontoh tingkah laku sang model. Dalam hal ini setiap penggunaannya konselor

27 Ganina komalasari, Teori dan teknik konseling, (Jakarta : PT. Indeks, 2011),hal.162. 28 Ganina komalasari, Teori dan teknik konseling, (Jakarta : PT. Indeks, 2011),hal.163. 29 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, terjemahan oleh Wahyu Indianti (Jakarta :

Penerbit Erlangga, 2008),hal.435.

30Ganina komalasari, Teori dan teknik konseling, (Jakarta : PT. Indeks, 2011),hal.163. 31 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, terjemahan oleh Wahyu Indianti (Jakarta :

(25)

16

sering kali digunakan sebagai model.32 Modelling merupakan belajar melalui observasi dengan menambhakan atau menguragi tingkah laku yang teramati.33

Dalam terapi percontohan(modelling) terdapat Macam macam modelling, antara lain:

a) Live Model seperti terapis, guru, anggota keluarga b) Symbolic Model seperti tokoh dalam film

c) Multiple model seperti dalam kelompok, seseorang merubah sikapnya saat melihat anggota lain dalam kelompok.34

Maka, dari penelitian ini terapi yang akan digunakan adalah Terap Behavior. Terapi Behavior adalah pendekatan pendekatan dalam konseling dan psikoterapi yang berkaitan dengan perilaku manusia dan merubahnya denagn cara belajar. Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan dalam proses belajar agar bisa menghasilkan perilaku yang lebih efektif dan mampu menanggapi sesuatu dengan lebih efisien lagi. 35

32 Namora lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik,

(Jakarta: Kencana prenada media group,2011),hal.175.

33 Ganina komalasari, Teori dan teknik konseling, (Jakarta : PT. Indeks, 2011),hal.176. 34 Ganina komalasari, Teori dan teknik konseling, (Jakarta : PT. Indeks, 2011),hal.179. 35 Corey gerald, Teori Dan Praktek Konseling Da Psikoterapi. (Bandung : refika aditama,

(26)

17

2. Kecanduan Media Televisi

Kecanduan didefinisikan suatu aktivitas yang dilakukan berulang ulang dan dapat menimbulkan dampak negatif .36kecanduan adalah suatu sifat yang berada dalam pikiran manusia yang dengan parahnya menginginkan atau memerlukan sesuatu agar bekerja dengan baik. Secanduan sendiri juga bisa dipandang sebagai keterlibatan terus menerus dengan sebuah aktivitas meskipun hal hal tersebut berakibat negatif.

Saat sedang mengalami kecanduan sesuatu yang pernah dilakukannya akan mengalami sakit jika tidak dapat terpenuhi segala keinginannya. Kecandan adalah sebuah ketergantungan psikologis yang abnormal atau bersifat negatif.

Media televisi merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua media pada umumnya merupakan sebuah media komunikasi massa dengan menyebarkan informasi kepada khalayak. Seseorang mendapatkan segala macam informasi bahkan mendapat pengalaman baru dari media massa. Peranan televisi sebagai pemersatu bangsa sangat besar pengaruhnya37.

Media Televisi merupakan media yang efektif untuk menyampaikan berbagai informasi, karena melalui televisi pesan – pesan

36Fitri Ma’rifatul laili, “Penerapan Konseling Keluarga Untuk Mengurangi Kecanduan

Game Online Pada Siswa Kelas VIII SMP Nnegeri 21 Surabaya”, Jurnal BK, Volume 05 Nomor 01 2015”, (ejournal.unesa.ac.id diakses 25 maret 2015).

37 Inge hutagalung, Penggunaan Media Tv Di Indonesia” , jurnal komunikologi vol. 1 no

(27)

18

atau informasi dapat tersampaikan kepada audiensi dengan jangkauan yang sangat luas.38

Kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan itu, individu kurang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu yang disenangi. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat kebiasaannya.

Berdasarkan uraian di atas maka kecanduan dapat di artikan sebagai suatu kondisi dimana individu merasakan ketergantungan terhadap suatu hal yang disenangi pada berbagai kesempatan yang ada akibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga merasa terhukum apabila tidak memenuhi hasrat dan kebiasaannya.39

Menurut penleitian ini yang dikatakan kecanduan media televisi yaitu orang yang selalu melihat televisi secara terus menerus. Mereka yang melihat televisi secara lama (7 jam lebih) tanpa melakukan ativitas yang lain dan menikmati acara acara yang ada akhirnya menjadi terbawa suasana dan alur cerita yang ada dalam televisi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Ketidak sesuaian itu menjadikan manusia lari dari kenyataan dan selalu bermimpi indah tentang kehidupan.40

38 Ahmad Atabik, “Prospek Dakwah Melalui Mdia Televisi” , jurnal komunikasi

penyiaran islam vol. 1 no. 2, Juli – Desember 2013. Hal 195

39 Yuly Rahmawati “Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Teknik Modelling Untuk Mengatasi

Online Shop Addict: Studi Kasus Seorang Warga Di Kelurahan Magersari Di Sidoarjo” (Skripsi,

FDK Uneversitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016), hal. 44

(28)

19

3. Remaja

Adams, G.R dan Gullota T. menyatakan bahwa di negaranegara barat konsep tentang anak sebagai suatu hal yang berbeda dari orang dewasa, belum dikenal sampai dengan abad pertengahan. Pandangan tersebut ternyata tidak hanya berlaku dinegara barat, tetapi juga terdapat di bagia lain dunia. Seperti di Arab, pada masa Khalifah Umar bin Chatab masih berkuasa terdapat kebiasaan mengubur anak perempuan dikarenakan membutuhkan anak laki-laki untuk menjadi pejuang perang.

Di eropa sendiri konsep tentang anak mulai muncul pada abad ke-13,walaupun konsep anak sudah ada sejak abad e-13 namun konsep tentang remaja baru mucul pada abad ke-20.41

Masa remaja, menurut Mappiare berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.42 Masa remaja adalah masa peralihan anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis namun juga fisik.43 Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa.44

Maksud dari penelitian ini adalah kecanduan media televisi dapat dikatakan sebuah ketergantungan psikologis yang abnormal atau bersifat negatif. Ketergantungan ini juga dapat memberikan dampak yang tidak

41

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal.19-20.

42

Mohammad Ali,Psikologi Remaja,(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), hal.9.

43Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2003), hal.52.

44

(29)

20

positif bagi kehidupan manusia terutama remaja di masa depan. Ketergantungan media televisi juga menjadikan manusia itu menjadi sering berkhayal dan terjebak dalam dunia fantasi yang mereka lihat di televisi. Remaja menjadi salah satu fase transisi dari anak-anak menuju dewasa dan dapat diaktakan fase yang mencari jati diri.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan terapi dan teknik behavior. Sedangkan Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.45

Jadi, pendekatan kualitatif yang peneliti gunakan pada penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien secara menyeluruh yang dideskripsikan berupa kata-kata dan bahasa untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip dan definisi secara umum.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian study kasus (case study) adalah penelitian tentang status

45Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

(30)

21

subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.46

Jadi pada penelitian ini, Peneliti menggunakan penelitian studi kasus karena penulis ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari individu secara rinci dan mendalam selama kurun waktu tertentu untuk membantunya memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seorang remaja yang bernama Dita(nama samaran) mengalami kecanduan media massa atau televisi yang selanjutnya disebut Klien, Sedangkan konselornya adalah Prasidhi Sunusurya Widiarsa. Lokasi penelitian ini bertempat di kelurahan Ketintang Surabaya.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk kata verbal atau deskriptif. Adapun jenis data pada penelitian ini adalah:

1) Data Primer yaitu data yang langsung diambil dari sumber pertama di lapangan, yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang dan masalah klien, perilaku atau dampak yang

46

(31)

22

dialami klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir pelaksanaan konseling.

2) Data Sekunder yaitu data yang diambil dari sumber kedua atau berbagai sumber guna melengkapi data primer.47 Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan klien, riwayat pendidikan klien, dan perilaku keseharian klien.

b. Sumber Data

Untuk mendapat keterangan dan informasi, penulis mendapatkan informasi dari sumber data, yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.48 Adapun sumber datanya adalah: 1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh

peneliti di lapangan yaitu informasi dari klien yakni seorang siswa yang mengalami media elektronik dan teknologi iformasi serta Konselor yang melakukan Konseling.

2) Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang lain guna melengkapi data yang peneliti peroleh dari sumber data primer. Sumber ini peneliti peroleh dari informan seperti: teman kelas klien, keluarga, tetangga dan teman dekat klien.

47 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif

(Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal. 128.

48Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktek (Jakarta: PT.

(32)

23

4. Tahap-tahap Penelitian

Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan menurut buku metode penelitian praktis adalah:

a. Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang dicapai oleh suatu penelitian dan merencanakan strategis untuk memperoleh dan menganalisis data bagi peneliti. Hal ini dimulai dengan memberikan perhatian khusus terhadap konsep dan hipotesis yang akan mengarahkan penelitian yang bersangkutan dan menelaah kembali terhadap literatur, termasuk penelitian yang pernah diadakan sebelumnya, yang berhubungan dengan judul dan masalah penelitian yang bersangkutan.

b. Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian, tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan, disini disajikan latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, serta metode atau prosedur analisis dan pengumpulan data. Analisis dan laporan hal ini merupakan tugas terpenting dalam suatu proses penelitian.49

c. Pada tahap penelitian, pengakijan secara teliti, peneliti menggunakan metode penggumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

(33)

24

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data sangat penting guna mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati klien meliputi: Kondisi Klien, kegiatan klien, dan proses konseling yang dilakukan.

Observasi merupakan pengamatan terhadap peristiwa yang diamati secara langsung oleh peneliti. Observasi yaitu pengamatan dan penelitian yang sistematis terhadap gejala yang diteliti.50 Observasi ini

dilakukan untuk mengamati di lapangan mengenai fenomena sosial yang terjadi dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Pada dasarnya teknik observasi di gunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut.51

b. Wawancara

Merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data dengan

50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung, Alfabeta,

2012), hal.145

51 Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta,

(34)

25

dialog tanya jawab secara lisan baik langsung maupun tidak langsung.52 Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk

mendapat informasi mendalam pada diri klien yang meliputi: Identitas diri klien, Kondisi keluarga, lingkungan dan ekonomi klien, serta permasalahan yang dialami klien.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.53

Di dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan untuk mendapat gambaran tentang lokasi penelitian yang meliputi: Luas wilayah penelitian, serta data lain yang menjadi data pendukung dalam lapangan penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi

52Djumhur dan M. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. (Bandung: CV. Ilmu,

1975), hal. 50. 12

53Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:

(35)

26

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukannya pola, dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.54

Definisi analisis data, banyak dikemukakan oleh para ahli metodologi penelitian. Menurut Lexy J. Moleong analisis data adalah proses mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai social, akademik dan ilmiah.

Dalam proses analisis data peneliti melakukan klasifikasi data dengan cara memilah-milah data sesuai dengan kategori yang disepakati. Teknis analisis data ini dilakukan setelah proses pengumpulan data diperoleh. Penelitian ini bersifat studi kasus, untuk itu analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif komparatif yaitu setelah data terkumpul dan diolah maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut.

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah Deskriptif Komparatif atau biasa disebut Metode Perbandingan Tetap.

(36)

27

Teknik ini secara tetap membandingkan kategori satu dengan kategori yang lain.55

Analisa yang dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor yang menyebabkan seorang siswa mengalami kecanduan media massa atau televisi dan dampak yang dialami seorang siswa tersebut, dengan menggunakan analisis deskriptif.

Deskriptif Komparatif digunakan untuk menganalisa proses konseling antara teori dan kenyataan dengan cara membandingkan teori yang ada dengan pelaksanaan Terapi Behavior yang dilakukan oleh konselor di lapangan , serta apakah terdapat perbedaan pada konseli antara sebelum dan sesudah mendapatkan Terapi Behavior.

7. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan kemantapan validitas data. Dalam penelitian ini peneliti memakai keabsahan data sebagai berikut: a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada penelitian.

55 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

(37)

28

Diperpanjangan keikutsertaan ini peneliti harus intens bertemu sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai, dalam hal ini yang yang dilakukan oleh peneliti diantaranya:

1) Melakukan pengamatan terhadap klien dan hal hal yang menjadi kebiasaan klien sendiri. Dengan pengamata perpanjangan ini peneliti mengecek kembali kebenaran data yang telah diperoleh. Peneliti juga mengajak berbicara klien saat berada di Masjid. 2) Mendengarkan segala keluhan yang terjadi pada klien. b. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Sugiyono menjelaskan bahwa, “triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada.”56

Adapun teknik triangulasi yang peneliti pakai dalam penelitian ini adalah triangulasi data atau triangulasi sumber. Triangulasi data atau sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi dengan jalan : membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang lain dengan apa yang dikatakan klien. Secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

56 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

(38)

29

Hal ini dimaksudkan agar dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber data agar data yang diperoleh akan lebih konsisten dan pasti. Dalam hal ini peneliti mewanwancarai informan yang terkait dengan klien, seperti teman kelas dan teman akrab klien serta observasi wilayah dan lingkungan tempat tinggal klien.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab pokok bahasan yang meliputi:

BAB I : Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, teknik analisis data dan diakhiri dengan sistematika penulisan yang menjelaskan mengenai gambaran mengenai isi dari masing-masing bab dalam penelitian ini.

Bab II : meliputi kajian pustaka (beberapa referensi yang digunakan untuk menelaah objek kajian), dan kajian teoritik (teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian).

Bab III : Akan di memaparkan deskripsi subyek dan lokasi penelitian dan juga deskripsi data penelitian. Seorang remaja di ketintang Surabaya, seperti dalam hal kondisi dirinya, keluarga dan lingkungannya, maupun teman sebayanya.

(39)

30

(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teoritik

1. Terapi Behavioral

a. Pengertian Behavioral

Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada umumnya.32 Behaviorisme merupakan teori yang berasa dari salah satu tokoh behavior yaitu skinner.

Behaviourisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua adalah sama dan tidak ada perbedaan. 33

Gerald Corey menjelaskan bahwa behavior adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berkaitan dengan pengubahan tingkah laku. Pendekatan, teknik dan prosedur yang dilakukan berakar pada berbagai teori tentang belajar. 34

Sedangkan Menurut Sofyan Willis, Terapi Behavior berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovia dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B. F. Skinner. Mula-mula terapi ini di kembangkan oleh Wolpe untuk menanggulangi neurosis. Neurosis dapat dijelaskan dengan mempelajari perilaku yang tidak adaptif melalui proses belajar. Dengan perkataan lain yang menyimpang bersumber dari hasil belajar di lingkungan.35

32 Bimo Walgito, pengantar psikologi umum, (Yogyakarta : Andi Offset. 2002) hlm 53. 33 Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Surabaya : PT. Bina Imu, 1982), hal. 28.

34 Gerald Corey, Konseling dan psikoterapi, (Bandung : Refika Aditama, 1997), hal. 196. 35 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta, 2007),

(41)

32

Pendekatan, teknik, dan prosedur yang dilakukan berakar pada teori belajar. Dalam menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Salah satunya adalah teori belajar behavioristik, teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Dalam pandangan behavior kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku, perilaku tersebut dibentuk berdasarkan pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungannya.36

Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah lebih efektif. Dalam Terapi Behaviour berpusat pada perubahan pola perilaku manusia dengan cara belajar. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.

b. Tujuan terapi Behavior

Dalam setiap terapi yang ada selalu diharapkan hasil akhir yang tampak dari terapi tersebut. Dalam pendekatanya terapi behavior bertujuan untuk menghilangkan tingkah laku yang salah dan membentuk

(42)

33

tingkah laku yang baru.37 Dalam terapi behavior yang memfokuskan pada persoalan-persoalan perilaku spesifik atau perilaku menyimpang, bertujuan untuk menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar dengan dasar bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari termasuk tingkah laku yang maladaptif.38

Menurut Corey tujuan dalam pendekatan behavioristik adalah sebagai refleks masalah konseli, dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling dan sebagai kerangka untuk menilai hasil konseling. 39

Sedangkan Latipun dalam bukunya yang berjudul Psikologi Konseling menjelaskan bahwa tujuan Terapi Behavior adalah mencapai kehidupan tanpa mengalami perilaku simptomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang, atau mengalami konflik dengan lingkungan sosial.40

Tujuan behavioristik adalah menciptakan suatu kondisi baru yang lebih baik melalui proses belajar sehingga perilaku yang lama dapat dihilangkan.41

37Sigit Sanyata, “Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling”, Jurnal

paradigma, No. 34 Th. VII, Juli 2012. Hal 5

38 Gerald Corey, Konseling dan Psikoterapi, (Bandung : Refika Aditama, 1997), hal. 202.

39Sigit Sanyata, “Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling”, Jurnal

paradigma, No. 34 Th. VII, Juli 2012, hal. 5.

40 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang : UMM Press, 2001), hal. 112.

41 Namora lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik,

(43)

34

Jika dalam konseling, tujuan konseling behavior adalah untuk membantu klien membuang respon-respon yang lama yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat.42 Konseli disini membentuk dirinya menjadi lebih baik dan baru dari sebelumnya sedangkan tujuan umum dari Terapi Behavior ialah membentuk kondisi baru untuk belajar. Karena dengan melalui proses belajar dapat mengatasi masalah yang ada.43 Tujuan konseling behavioral sendiri

berorientasi pada pengubahan perilaku konseli, diantaranya :44 1) Menciptakan kondisi baru bagi proses belajar

2) Membantu konseli membuang respon yang lama yang merusak dan menggantinya dengan baru

3) Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif

4) Menetapkan tujuan konseli secara bersama sama dengan konselor 5) Konseli belajar perilaku baru dan meninggalkan perilaku yang

maladaptif.

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari behavioristik adalah suatu cara untuk membentuk diri klien agar lebih baik lagi, tujuan dari terapi behavior adalah :

1) Menghilangkan perilaku buruk dan membentuk perilaku yang baru 2) Membantu belajar dengan kondisi yang baru

42 Jeanette Murad Lesmana, Dasar-dasar Konseling (Jakarta: UI Press, 2008), hal. 27-28. 43 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta, 2007),

hal. 71.

(44)

35

c. Tahap-Tahap dalam Behavioral

Dalam pelaksanaan konseling yang menggunakan terapi behavioral, konseling behavioral memiliki empat tahap, yaitu :

1) Assessment

Tahap ini menentukan apa yang akan dilakukan oleh konseli saat ini. Dalam assessmen bebrapa informasi yang harus didapatkan, yaitu :

a) Analisis tingkah laku b) Analisis situasi c) Analisis diri

d) Analisis motivasional 2) Goal setting

Tahap ini menentukan tujuan konseling antara konselor dan konseli secara bersama. Dalam fase yang dilakukan tahap goal setting membantu konseli untuk memandang masalahnya dan memecahkan tujuan dalam sub-tujuan dan menyusunnya hingga menjadi susuna yang berurutan.

3) Technique implementation

(45)

36

4) Evaluation-termination

Dalam tahap ini konselor melakuakan evaluasi terhadap apa yang dilakukan oleh konseli dan terminasi lebih dari sekedar mengakhiri konseling melainkan terminasi meliputi :

a) Menguji apa yang dilakukan terkahil kali oleh konseli b) Mengeksplor kebutuhan tambahan konseli

c) Membantu dalam kajian ilmu yang terdapat dalam konseling d) Memberikan jalan untuk memantau konseli45

d. Teknik Behavioral

Menurut Gilbert dalam Ray Colledge, hal yang paling penting untuk mengajarkan teknik behavioral pada klien yang bertujuan membantu klien mengendalikan tingkah lakunya dan menjadi konselor bagi dirinya sendiri.46 Dapat dikatakan bahwa teknik yang ada dalam terapi behavioral ini memiliki tujuan membantu klin menjadi lebih baik lagi dan berperan aktif. Adapun dalam pelaksanaannya teknik-teknik yang digunakan antara lain :

1)

Desensitisasi sistematik

Dalam teknik ini dapat diaktakan sebagai teknik relaksasi, teknik inii digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya berupa kecemasan, dan menyertakan respon

45 Gantina komalasari, Teori dan teknik konseling, (Jakarta : PT. Indeks

2011),hal.157-160.

46 Yuni Rosita, “pelaksanaan konseling behavioral dalam mengatasi phobia kucing

seorang klien di Rasamala 2 Menteng dalam Tebet Jakarta Selatan” (Skripsi, Fakultas Dakwah

(46)

37

yang berlawanan dari perilaku yang akan dihilangkan dengan menggunakan cara pemberian stimulus secara santai.47

Desensitisasi sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan. Dalam teknik ini melibatkan teknik relaksasi dimana klien diminta untuk membayangkan kondisi kecemasan klien sampai kondisi klien tidak merasa cemas.48

Teknik Desesitisasi sistematik merupakan teknik yang menekankan pada kecemasan seseorang dengan merubahnya dan meghilangkan kecemasan yang ada. Teknik ini cocok dengan permasalahan klien yang fobia, kecemasan neurotik, ketakutan umum, ketakutan ujian.49

Dalam pengaplikasiaanya teknik ini berupaya agar konseli dapat merasa nyaman dan seluruh badannya rileks / santai.

Langkah langkah dalam terapi Desensitisasi sistematik yaitu :50

a) Analisis tingah laku tentang kecemasan b) Menyusun tingkat kecemasan

c) Membuat daftar situasi d) Melatih relaksasi konseli

e) Konseli mengaplikasikannya selama 30 menit f) Pelaksanaan dengan mata tertutup dan santai

47 MD Dahlan, Beberapa Pendekatan dalam Penyuluhan (Konseling), hal. 118 -120.

48 Namora lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik,

(Jakarta: Kencana prenada media group,2011),hal.173.

49 Namora lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik,

(Jakarta: Kencana prenada media group,2011),hal.173.

50 Ganina komalasari, Teori dan teknik konseling, (Jakarta : PT. Indeks,

(47)

38

g) Konseli membayangkan dalam keadaan yang netral

h) Dilakukan secara terus menerus sampai memunculkan rasa cemas

i) Melakukan relaksasi j) Terapi selesai

2) Terapi implosif

Terapi implusif dikembangkan atas dasar pandangan seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan pada situasi kecemasan dan konsuekensi yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan hilang. Oleh sebab itu klien diminta untuk membayangkan stimulus yang menimbulkan perasaan cemas.51

Menurut Stampf mengatakan bahwa terapi implosif merupakan teknik yang menantang pasien/klien untuk menatap dan melihat mimpi-mimpi buruknya.52 Dalam teknik ini menangani klien atau pasien yang mengalami gangguan jiwa, neuorotik dan fobia.53

3) Terapi Asertif

Terapi asertif menrupakan pelatihan kepada klien dengan mengajarkan untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif dan asertif.54

51 Dede rahmat hidayat, psikologi kepribadian dalam konseling, (Bogor : Ghalia

Indonesia, 2011),hal. 132

52 Namora lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik,

(Jakarta: Kencana prenada media group,2011),hal.174.

53 Gerald Corey, teori dan praktek Konseling dan psikoterapi, (Bandung : Refika

Aditama, 1997), hal. 216.

54 Namora lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik,

(48)

39

Terapi asertif menggunakan teknik bermain peran dalam prosesnya. Suatu masalah yang khas yang bisa digunakan sebagai contoh permainan. Terapi ini juga bisa digunakan dalam kelompok yang diana sistem permainannya hampir sama dengan konselin kelompok.55

4) Terapi aversi

Pada kontrol diri, pelaksanaan terapi dapat dilakukan oleh indivdu sendiri namun dalam teknik ini perngaturan kondisi aversi diciptakan oleh terapis. Terapis memberikan efek jera berupa kejutan yang diberikan agar klien merasa jera dan tidak ingin melakukannya lagi. Terapi ini memberikan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga perilaku yang tidak dikehendaki terhambat dan tidak terulang lagi seperti melakukan proses pembalikan reinforcement positif menjadi negative.56

Kendali dalam terapi ini bisa melibatkan penarikan penguat positif atau memberikan hukuman bagi klien. Namun dalam banyak pengaplikasiannya penguat positif sering kali dgunakan karea tidak memiliki banyak efek samping pada klien. Dan jika menggunakan selain penguatan positif dapat dengan hukuman namun harus spesifik dan jelas.57 Dalam penerapannya terapi ini digunakan untuk

55 Gerald Corey, teori dan praktek Konseling dan psikoterapi, (Bandung : Refika

Aditama, 1997), hal. 217.

56 Dede rahmat hidayat, psikologi kepribadian dalam konseling, (Bogor : Ghalia

Indonesia, 2011),hal. 132.

57 Ganina komalasari, Teori dan teknik konseling, (Jakarta : PT. Indeks,

(49)

40

penanganan berbagai tingkah laku yang maladaptif seperti merokok, minum alkohol secara berlebihan, penyimpangan seksual, berjudi dan homoseksualitas.58

5) Pengondisian operan

Pengondisian operan merupakan pemberian respon yang dipusatkan pada lingkungan sekitarnya dan mampu mengubahnya.59 Dalam teknik ini perilaku dipengaruhi oleh konsuekensi yang mengikuti dan berfokus pada studi mengenai perilaku yang jelas terlihat dan dapat di observasi.60 Pengondisian operan adalah adanya penguatan langsung dari sebuah respon.61

Prinsip dalam pengondisian operan adalah menerangkan pembentukan, pemeliharaan, penghapusan pola-pola tingkah laku.62

6) Penguatan positif

Penguatan positif adalah teknik pemberian stimulus yang dilakukan saat berada dalam suatu situasi, meningkatkan kemungkinan bahwa suatu perilaku akan terjadi.63

Penguatan positif adalah teknik yang digunakan melalui pemberian ganjaran segera tingkah laku yang diharapkan muncul.

58 Gerald Corey, Teori dan pratek konseling dan psikoterapi, (Bandung : Refika Aditama,

1997), hal.219-220.

59 Calvin S. Hall,Psikologi kepribadian (teori-teori sifat dan behavioristik),

(Yoygyakarta: Kanisius, 1993),hal.333.

60 Friedman Howard S , Kepribadian (teori klasik dan riset modern), (Jakarta: penerbit

erlangga, 2008) hal.22-229.

61 Feist jess, Teori kepribadian, (Jakarta : salemba humanika, 2013 ), hal.168.

62 Gerald Corey, Teori dan pratek konseling dan psikoterapi, (Bandung : Refika Aditama,

1997), hal.219-223.

63 Friedman Howard S , Kepribadian (teori klasik dan riset modern), (Jakarta: penerbit

(50)

41

Salah satu contoh penguatan positif adalah dengan melakuak senyuman, pujian, bintang emas, medali, dan uang.64

Penguatan positif dapat menjadikan individu melakukan suatu aktivitas secara berulang. Penguat positif adalah suatu peristiwa yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang untuk diulangi lagi.65 Penguatan positif lebih efektif dalam mengendalikan tingkah laku karena hasil-hasilnya lebih bisa diramalkan serta kemungkinan timbulnya tingkah laku yang tidak diinginkan akan lebih kecil.66

Dalam terapi penguatan positif terdapat dua model penerapan yang dilakukan, antara lain:

a) Verbal

Pemberian penguatan yang dilakukan dengan berupa kata-kata seperti pujian, saya suka hasil kerja anda, dan tingkatkan terus kemampuanmu dalam bekerja.

b) Non-verbal

Pemberian penguatan yang dilakukan dengan memberikan gerakan seperti acungan jempol, memberikan senyuman, berupa tanda penghargaan dan hadiah-hadiah dengan mengkombinasikannya sehingga sikap yang diinginkan akan

64 Namora lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik,

(Jakarta: Kencana prenada media group,2011),hal.175.

(51)

42

dibentuk dan sikap yang tidak baik akan sedikit demi sedikit dihilangkan.67

Terapi penguatan positif juga memiliki beberapa model yaitu : a) Sekunder

Memuaskan kebutuhan psikologi dan sosial, dan memiliki niai yang berkerja sama dengan penguatan primer. Contoh dalam penguatan ini adalah dengan senyuman, persetujuan, uang, pujian da hadiah.

b) Primer

Memberikan penguatan dengan berhubungan kebutuhan biologis yang mendasar.68 Contoh makanan atau tidur yan diberikan dalam terapi ini.69

Dalam penggunaan terapi penguatan positif, harus memperhatikan prinsip-prinsip yang ada. Prinsip-prinsip dalam penguatan atara lain:

a) Penguat positif tergantung pada penampilan tingkah laku yang diinginkan

b) Tingkah laku yang diinginkan diberikan penguatan segera setelah tingkah laku tersebtu ditampilkan

67Anggi indayani,” pneerapan konseling behavioral dengan teknik penguatan positif

sebagai upaya untuk meminimalisis perilaku membolos pada siswa kelas X SMA negeri 1

sawan”,e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Vol. 2No. 1,tahun 2014,hal.4.

68 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, terjemahan oleh Wahyu Indianti (Jakarta :

Penerbit Erlangga, 2008),hal.434.

69 Ni nyoman oktavia ayu, “efektivitas konseling behavioral teknik penguatan positif dan

teknik percontohan untuk meningkatkan ketrampilan komunikasi antar pribadi siswa kelas VII

SMPLaboratorium Undiksa”,e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Vol. 2No. 1,tahun

(52)

43

c) Ketika tingkah laku diinginkan sudah dapat dilakukan, diberikan penguatan secara berkala

d) Pada tahap awal, penguatan sosial selalu diikuti dengan penguatan yang berebda.70

Terdapat tiga jenis penguatan yang dapat digunakan untuk modifikasi tingkah laku, yaitu :

a) Primary reinfocer yaitu penguatan yang dapat langsung dinikmati seperti makanan dan minuman.71 Dalam penguatan ini semua benda nyata yang dapat disentuh.72

b) Secondary reinfocer yaitu penguatan yang berupa tingkah laku manusia pada umumnya sepert senyuman, pujian

c) Contingency reinforcement yaitu tingkah laku tidak menyenangkan dipakai sebagai syarat agar anak melakukan tingkah laku yang menyenangkan. Misalnya kerjakan dulu PR baru nonton TV.73

d) Penguat Aktivitas yaitu kesempatan utnuk terlibat dalam aktivitas yang disukai.74

70 Ganina komalasari, Teori dan teknik konseling, (Jakarta : PT. Indeks, 2011),hal.162. 71 Ganina komalasari, Teori dan teknik konseling, (Jakarta : PT. Indeks, 2011),hal.163. 72 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, terjemahan oleh Wahyu Indianti (Jakarta :

Penerbit Erlangga, 2008),hal.435.

73Ganina komalasari, Teori dan teknik konseling, (Jakarta : PT. Indeks, 2011),hal.163. 74 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, terjemahan oleh Wahyu Indianti (Jakarta :

(53)

44

Setelah peneliti menjelaskan tentang jenis dalam penguatan, selanjutnya peneliti menjelaskan langkah langkah dalam pemberian penguatan adalah sebagai berikut :

a) Menggumpulkan beberapa hal yang harus didapatkan seperti informasi dari klien yang menggunakan sebuah analisis-analisis ABC(Antecedent,behavior,consuquence).

b) Memilih perilaku target yang diinginkan c) Menetapkan data awal perilaku awal d) Menemukan penguatan yang bermakna e) Menetapkan pemberian jadwal penguatan f) Penerapan penguatan positif75

7) Percontohan (modelling)

Dalam teknik ini dapat mengamati seseorang yang dijadikan modelnya dalam berperilaku kemudian diperkuat dengan mencontoh tingkah laku sang model. Dalam hal ini setiap penggunaannya konselor sering kali digunakan sebagai mod

Gambar

gambar. Televisi merupakan media yang paling efektif dan efisien dalam
Tabel 3.12
  Tabel 4.1 Perbandingan Proses Pelaksanaan Di Lapangan Dengan Teori Konseling
  Tabel 4.2 Gejala yang nampak pada diri klien sebelum dan sesudah konseling
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan kualitas perairan juga berpengaruh pada nilai rendemen alginat, bahwa rerata rendemen alginat dari perairan Teluk Awur lebih tinggi bila dibanding dengan

Dapat diidenti fi kasi beberapa poin yang menyebabkan terjadinya penurunan motivasi petani untuk merawat kebun. Penyebab tersebut terdiri dari kurangnya pengetahuan petani

Tahapan terakhir dari pengembangan media video animasi adalah revisi produk. Namun tahapan ini tidak dilakukan karena media video animasi sudah mendapatkan

Instrumen untuk mengukur persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru PKn di SMK Muhammadiyah 1 Banjarmasin, yaitu menguasai karakteristik peserta didik, menguasai

Sihombing (2009) melakukan suatu penelitian pengujian sudu lengkung turbin air terapung pada aliran sungai dimana dari hasil pengukuran diperoleh kecepatan air masuk 1,75

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara variabel independen upah, pendidikan, pendapatan suami dan jumlah tanggungan keluarga variabel dependen

[r]

Tabulasi Silang Sumber Informasi dengan Kategori Pemilik Prioritas Servis Injection Pump Pelanggan ……… ... Tabulasi Silang Prioritas Servis Injection Pump Pelanggan dengan