• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi tradisi barter pada masyarakat pedalaman di Desa Bantal Kecamatan Asembagus Kebupaten Situbondo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksistensi tradisi barter pada masyarakat pedalaman di Desa Bantal Kecamatan Asembagus Kebupaten Situbondo."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

SITI LATIFAH

NIM : B05213024

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Siti Latifah, 2017, Eksistensi Tradisi Barter Pada Masyarakat Pedalaman Studi di Desa Bantal Kecamatan Asembagus Kebupaten Situbondo, Skripsi Program Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Keyword:Eksistensi Tradisi, Barter, Masyrakat Pedalaman

Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti tentang tradisi barter yang berada di des Bantal. Keberadan tradisi barter banyak diketahui oleh masyarakat Kecamatan Asembagus khusus yang menjalan tradisi berada di kelurahan desa Bantal yaitu nama-nama desa penganut tradisi barter Bantal, Samir, Lebung.Oleh karena itu masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1.) Bagaimana praktek eksistensi tradisi barter yang berada di desa Bantal?:2) Apa yang menjadi latar belakang masyarakat desa Bantal mempertahankan tradisi barter? sedangkan tujuan dari penelitian ini:1) Untuk mengetahui praktek eksistensi tradisi barter yang di desa Bantal;2) untuk mengetahui apa yang menjadi latar belakang masyarakat desa Bantal mempertahankan tradisi barter di desa Bantal.

Untuuk menjawab permaslahan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan subjek penelitian menggunakan Snowball sampling, tahap-tahap penelitian yaitu tahap pra lapang, tahap lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan.Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi, studi pustaka dan dat online. Teori yang digunakan PERTUKARAN George C. Homas. Homas menjelaskan interaksi sosial di masyarakat ini terjadi karena pertukaran sosial,. Prinsip pertukaran ini sama seperti manusia zaman purba ketika melakukan barter, hanya saj yang dupertukarkan tidak selalu dalam bentuk barang yang bissa disentuh, dilihat dan dirasa melainkan juga hal-hal yang tidak terlihat seperti jasa, rasa bahagia, dan kepuasan bantin.

(7)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

MOTTO ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah... 7

C. Tujuan penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konseptual ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II EKSISITENSI TRADISI BARTER DI MASYARAKAT ... 17

A. Penelitian Terdahulu ... 17

B. Kajian Pustaka Eksistensi Barter ... 21

(8)

xii

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

C. Pemilihan Subjek Penelitian ... 39

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Teknik Analisa Data ... 45

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 46

BAB IV EKSISTENSI TRADISI BARTER ... 49

A.Deskripsi Jumlah Penduduk ... 49

B.Kondisi Sosial ... 52

C. Eksistensi Tradisi Barter ... 55

C.Analisa data ... 79

BAB V PENUTUP ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA Gambar 4.1 Pengikut tradisi barter ... 69

Gambar 4.2 Toko tempat warga melakukan pertukaran ... 70

Gambar 4.3 Kondisi penjemuran jagung untuk alat pertukaran ... 73

Gambar 4.4 Pemilik toko yang melayani pertukaran ... 75

(9)

xii

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Jadwal Penelitian 3. Surat Keterangan 4. Kartu Pembimbing 5. Biodata

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman dahulu Indonesia masih menganut sistem barter namun lama-lama kebiasaan itu mulai ditinggal seiring perubahan zaman dan mengikuti tradisi dunia. Namun nyatanya sampai saat ini masih ada beberapa daerah pelosok di Indonesia yang masih memberlakukan tradisi barter ini.1 Akan tetapi sangat sedikit yang masih memperlakukan tradisi barter ini, karena pada saat ini semua sudah di nilai oleh materi. Pertukaran barang untuk membeli barang sudah tidak lagi berarti, saat ini semua menggunakan uang. Tradisi barter ini sudah mulai hilang terkecuali daerah-daerah tertentu yang masih mempertahankan tradisi barter seperti didaerah timu-timur khusnya di daerah Nusa Tenggara Timur tradisi barter ini tetap berlaku.

Barter merupakan tradisi yang dilakukan oleh nenek moyang terdahulu dalam kegiatan ekonomi dalam barter tidak ada aturan yang jelas tentang barang yang ditukarkan prinsipnya yang digunakan dalam barter merupakan suka sama suka.2 Misalkan contohnya, pada masyarakat pedalaman desa Bantal satu kilo cabe akan ditukarkan dengan satu kantong plastik beras secara nilai satu plastik beras lebih tinggi nilainya.

1

Eko A. Minorno. Ekonomi Tradisional. ( Jakarta:selemba Humanika) hal.87 2

(11)

Tradisi barter yang ada pada masyarakat pedalaman desa Bantal. Merupakan tradisi yang sudah dijalani dari nenek-nenek moyang terdahulu yang sampai sekarang tradisi barter ini masih di anut oleh masyarakat desa Bantal sendiri, karena tradisi barter merupakan tradisi yang dijalankan secara bersamanan untuk kepentingan bersama sesuai dengan tata cara yang bisa ditempuh oleh masyarakat desa Bantal. Dimana kegiatan tradisi barter yang diterapkan oleh masyarakat di desa Bantal dengan hanya mengandalkan alam dan tenaga kerja. Dari hal itu segala hal yang diperlukan untuk kegiatan perekonomian dipenuhi sendiri oleh masyarakat pedalam desa Bantal itu sendiri.

Daerah yang masih menerapkan sistem barter yaitu di desa Bantal kecamatan Asembagus Kebupaten Situbondo. Berbagai produk hasil pertanian dan perkebunan bisa saling ditukarkan, Masyarakat desa Bantal dalam melakukan tradisi barter ini bila tidak ada uang untuk memasak kebutuhan keseharianya masyarakat dapat menukarkan hasil penen dari kebunnya ketoko yang berada disekitar rumahnya. Namun untuk menukarkan hasil panennya masyarakat di desa Bantal tetap memiliki panduan dengan harga yang berlaku di pasaran.

(12)

3

bisa menukarkan beras dengan jumlah tertentu, sementara telur yang di dapat sama dengan jumlah nilai beras yang ia akan tukarkan.

Masyarakat yang ada di desa Bantal, memang masih sering menggunakan pola-pola lama yang masih memiliki manfaat untuk kemaslahatan. Salah satunya ia sistem barter ini bisa membantu masyarakat ketika tidak memiliki uang, akan tetapi memiliki berbagai hasil produk pertanian dan juga peternakan hal seperti itu bisa dipertukar ditoko.

Masyarakat pedalaman desa Bantal sebuah uang memang sangat berarti untuk kehidupan akan tetapi bagaimana jika uang hasil bekerja tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga masyarakat desa Bantal hanya bisa mengandal hasil bumi untuk mencukupi kebutuhan kesehariannya atau hasil ternak yang masyarakat pelihara dirumanya masing-masing.

(13)

Hal yang seperti itu yang masih memperkuat kekerabatan antar warga sebab mereka masih merasa saling sama-sama membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan keseharian. Ada kegiatan apapun mereka tanpa harus dimintai tolong akan tersentuh tersendirinya untuk membantunya karena mereka merasa sudah saling sama-sama mebutuhkan tidak perna memandang status untuk ditolong karena mereka masih saling sama-sama membutukan akan membantu dengan sendiri tanpa imbalan apapun.

Dari tradisi barter ini masyarakat desa Bantal masih bisa merasakan eratnya kepedulian antara satu dengan yang lainya karena mereka merasa saling sama-sama membutuhkan. Mayarakat sudah mempunyai jiwa tolong menolong dengan sesama tanpa harus disuruh oleh siapan pun mereka sudah tergerak hatinya karena mereka merasa saling sama-sama membutuhkan antara satu dengan yang lainya dari hal itu meraka akan tergerak sendiri hatinya untuk saling sama-sama tolong menolong tanpa harus memandang status perekonomian dan juga tidak perna berharap imbalan dari mereka yang di tolong bagi masyarakat desa Bantal dengan kita bisa menolong sesama merupakan kepuasaan tersendiri dalam jiwanya yang sulit di gantikan oleh materi .

(14)

5

perbuatan dalam kehidupan sosialnya3. Jadi pola kultur tradisional di dalam melangsungkan kehidupan berdasarkan pada cara atau kebiasaaan lama yang masih diwarisi dari pendahulu dan tidak mengalami perubahan mendasarkan karena peranan adat istiadat sangat kuat menguasai pola kultur tradisional.

Pola hubungan sosial pada masyarakat pedalaman sangat terasa sekali di bandingkan dengan masyarakat moderen karena masyarakat pedalaman senantiasa bergotong royong dalam segala hal sehingga masyarakat pedalaman cenderung memiliki rasa empati dan simpati yang tinggi terhadap orang lain yang ditandai oleh kesadaran golongan yang tinggi dimana mereka merasa bahwa mereka mempunyai persaman-persaman tertentu. Struktur sosial antara golongan atas dan golongan bawah tidak sebagai pembeda dan yang dapat membuat adanya jarak dalam pergaulan.

Masyarakat desa Bantal merupakan desa yang terbilang jauh dari pusat kota masyarakatnya pun masih terbilang terbelakang kalau bicara soal pendidikan, dari hal itu mayoritas masyarakat desa Bantal bekerja sebagai buruh tani dan peternak sapi maka dari itu tingkat perekonomian pun akan berpengaruh terhadap mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas pendidikan masyarakat Bantal lulusan SD karena biaya yang tidak mencukupi untuk kebutuhan sekolah bagi warga-warga di sana sehingga mereka hanya bisa membiayakan anak-anak sekolah sampai tingkat dasar saja.

3

(15)

Dari hal itu apabila masyarakat desa Bantal tidak mempunyai uang untuk memenuhi kebutuhan keseharaiannya mereka menggunakan sistem barter. Menukarkan hasil panen seperti padi, gula, telur dan juga jagung untuk di tukar keminyak goreng, bawang merah dan bawang putih. Bukan hanya itu jika masyarakat di sana sudah mulai panen tak jarang dari buruh tani kadang ada yang digaji menggunakan hasil penennya tidak dengan uang jadi masyarakat memberikan hasil penennya bagi mereka yang berkerja sesuai dengan nilai nominal uang yang bisaanya mereka dapatkan.

Tradisi barter bukan hanya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti ketika ada hajatan perkawinan, membenarkan rumah atau acara khitanan warga yang mempunyai acara kadang kala menukarkan hasil ternaknya seperti kambing, ayam, kepada pemilik tokoh lalu pemilik tokoh memberikan barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hajatannya dalam memberikan barang keperluan sesuai dengan harga barang pertukarannya.

(16)

7

Masyarakat desa Bantal yang masih banyak melestarikan tradisi lama seperti masih menggunakan sistem barter dalam memenuhi kebutuhan kesehariannya dalam sistem bekerja pun masyarakat melakukan sistem barter. Jika dilihat dari perkembangnya zaman tradisi seperti hanya sedikit yang mejalaninya dan hanya terdapat di daerah-daerah tertentu sistem tradisi barter ini.

Terdapat hal yang unik didesa Bantal ini Masyarakatnya yang masih mengikuti pola hidup zaman dahulu dengan masih mempertahankan sistem tradisi barter dalam memenuhi kebutuhan keseharinnya dimana barang hasil bumi masih berlaku untuk menjadi pertukaran jual beli. Uang bukan hal yang utama untuk melakukan transaksi pertukaran jual beli dengan mempunyai hasil pertanian seperti cabe, jagung, dan hasil ternak masyarakat sudah bida melakukan transaksi pertukaran untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya. Terdapat banyak manfaat bagi warga desa Bantal dengan masih mempertahan tradisi barter ini seperti tidak berlebihan dalam memenuhi kebutuhannya dan jauh dari sifat tamak selalu mensyukuri atas apa yang menjadi nikmat pada masa ini atau pun masa yang akan mendatang.

B. Rumusan Masalah

(17)

2.Apa yang menjadi latar belakang masyarakat desa Bantal mempertahankan tradisi barter ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan Penelitian Sebagai Berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana prakter tardisi barter pada masyarakat pedalaman desa Bantal.

2.Untuk mengatahui apa yang menjadi latar belakang masyarakat desa Bantal mempertahankan tradisi barter sampai saat ini.

D. Manfaat Penelitian.

Adapun Manfaat Penelitian Sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Penelitan ini di samping sebagai salah satu upaya untuk memenuhi tugas akhir yaitu skripsi sebagai Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu politik dan Sosial UINSA, juga di harapkan mampu menambah keilmuan dalam bidang ilmu sosial secara mendalaman.

2.Bagi Program Studi Sosial

(18)

9

kecamatan Asembangus kabupaten Situbondo. dan bahan pertimbangan bagi penelitian lainya.

3.Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat bisa mengetahui Tradisi barter pada masyarakat pedalaman desa Bantal kecamatan Asembangus kabupaten Situbondo. Serta masyarakat bisa memahami sejarah tradisi barter dan masyarakat juga bisa ikut melestarikan tradisi-tradisi barter yang sudah dibawa oleh nenek-nenek moyang terdahulu, dengan kita tetap melestarikan tradisi barter ini akan terjauh dari ketamakan serta keserakahan soal uang.

4.Bagi Peneliti Lain

Dapat memberikan informasi atau gambar bagi peneliti lainya mengetahui Tradisi barter pada masyarakat pedalaman desa Bantal kecamatan Asembagus kabupaten Situbondo. Selain itu juga sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya dan perbendaharaan perpustakaan untuk kepentingan ilmiah selanjutnya guna menambah wawasan pengetahuan.

E. Defenisi konseptual

(19)

definisi konsep, sehingga menimbulkan suatu penafsirran. Adapun pengertian dan maksud judul skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Eksistensi

Eksistensi adalah apa yang ada, apa yang dimiliki, serta sesuatu yang dialami dengan penekanan bahwa sesuatu itu ada atau dengan kata lain keadaan yang hidup atau menjadi nyata. 4

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan, Sedangkan pengertian eksistensi Secara etimologi eksistensi berasal dari bahasa inggris yaitu excitence yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan aktual. Dari ex berarti keluar dan sintere yang berarti muncul atau timbul. Beberapa pengertian secara terminologi yaitu pertama apa yang ada, kedua apa yang memiliki aktualitas (ada) dan ketiga adalah segala sesuatu (apa saja) yaang didalamnya menekankan bahwa sesuatu itu ada.5

Menurut Abidin zaenal eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu kejadian atau mengada. Ini sesuai dengan kata eksistensi itu sendiri yakni exsistere yang artinya keluar dari melampui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti melainkan lentur atau kenyal dan

4

Alya, Qonita., Kamus Bahasa Indonesia. ( Jakarta, PT Idah Jaya Adi Pratam,2009.) hal.45. 5

(20)

11

mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran tergantung pada kemampuan mengaktualisasikan potensi-potensinya6.

2. Tradisi

Berdasarkan kepada kepercayaan terhadap nenek moyang dan leluhur yang mendahului. Tradisi berasal dari kata “traditium” pada dasarnya berarti

segala sesuatu yang diwarisi dari masa lalu. Tradisi merupakan hasil cipta dan karya menusia objek material, kepecayaan, khayalan, kejadian, atau lembaga yang diwariskan dari sesuatu generasi ke generasi berikutnya7.

Tradisi yang diterima akan menjadi unsur yang hidup didalam kehidupan para pendukungnya. Ia menjadi bagian dari masa lalu yang di pertahankan sampai sekarang dan mempuyai kedudukan yang sama dengan inovasi-inovasi baru. Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan prilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang.

Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana suatu yang dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisional adalah adanya

6

abidin zaenal, Analisis Eksisitensi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persad, 2007),16.

7

(21)

informasi yang diteruskan dari generasi kegenerasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Selain itu, tradisi juga dapat diartikan sebagai kebiasaan bersama dalam masyarakat, yang secara otomatis akan mempengeruhi aksi dan reaksi dalam kehidupan sehari-hari para anggota masyarakat itu.8

Tradisi sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakaat ditentukan oleh tradisi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, sedangkan perujutan tradisi adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai mahluk yang berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, semisal pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,organisasi sosial, religi, seni dan lain sebangainya yang kesemuanya ditunjukkan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.9

Tradisi secara geografis sebagai besar tata kehidupan tradisional terdapat pada daerah pedalaman yang jauh dari keramain kota, yang meliputi corak atau pola tata pergaulan dan ikatan sekelompok orang10. Secara fisik, tata kehidupannya selalu diwarnai dengan kehijauan alamnya dan dianggap

8

Alya, Qonita., Kamus Bahasa Indonesia. ( Jakarta, PT Idah Jaya Adi Pratam,2009.) hal.45.

9

Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasiona, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 2005),745.

10

(22)

13

sebagai tempat yang masih memengang nilai-nilai adat dan budaya atau kepercayaan yang bersifat khusus atau unik pada sekelompok tertentu.

3. Barter

Barter merupakan sistem tukar menukar barang dengan barang atau dengan kata lain sistem tukar-menukar secara innatura.11

perekonomian barter merupakan suatu sistem kegiatan ekonomi masyarakat di mana kegiatan produksi dan perdagangan masih sangat sederhana, kegiatan tukar-menukar masih terbatas dan jual beli dilakukan dengan tukar menukar barang.

Barter merupakan kegiatan tukar-menukar barang yang terjadi tanpa perantara uang. Tahap selanjutnya bahwa menghadapi manusia pada kenyataan bahwa apa yang diproduksi sendiri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhanya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri mereka mencari dari orang yang mau menukarkan barang lainnya yang dibutuhkan.

Kesulitan yang dialami oleh manusia dalam berbarter adalah kesulitan mempertemukan orang-orang yang saling membutukan dalam waktu bersama. Kesulitan itu telah mendorong manusia untuk menciptakan kemudahan dalam

11

(23)

hal pertukaran, dengan menetapkan benda-benda tertentu sebagai alat tukar. Sampai sekarang barter masih dipergunakan pada saat terjadi krisis ekonomi dimana nilai mata uang mengalami devaluasi akibat hiperinflasi.

4. Masyarakat Pedalaman

Mayarakat pedalaman merupakan masyarakat yang kehidupanya masih banyak dikuasi oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah salah satu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsep sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosialnya. Jadi masyarakat pedalaman di dalam melangsungkan kehidupanya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan yang lama yang masih diwarisi dari nenek-nenek moyangnya. Kehidupan meraka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh dari luar.

(24)

15

ciri-ciri masyarakat pedalaman sebagaui berikut :12

1. Hubungan langsung dengan alam.

2. Kertergantungan terhadap alam

3. Struktur sosial yang berkaitan erat dengan dua faktor yaitu struktur sosial geografis dan struktur pemilik dan penggunaan tanah.

F. Sistematika Pembahasan

Laporan penelitian ini dibagi atas lima bagian, bagian pertama adalah pendahuluan. Pada bagian ini diuraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian, definisi konseptual yang menjelaskan kata kunci dari penelitian biar tidak terjadi kekeliruan dan sitematika pembahasan.

Bagian kedua berisi tentang kajian teoritik dengan judul Teori PERTUKARAN George Homans dan eksistensi tradisi barter pada masyarakat desa Bantal. Pada bagian ini dipaparkan penelitian terdahulu untuk melihat perbedaan dan persamaan yang diteliti sekarang, kajian pustaka yang dibahas adalah eksistensi tradisi barter pada masrakat pedalaman dan kerangka teori yang memaparkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, teori yang diguakan adalah PERTUKARAN George Homans.

12

(25)

Bagian ketiga memaparkan langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian, metode yang digunakan, jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pemilihan subjek penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan teknik pemeriksaan keabsahan data. Bagian ini diberi judul Metode Penelitian.

Bagian keempat menjelaskan hasil dari penelitian tentang eksistensi tradisi barter pada masyarakat pedalaman desa Bantal Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo, dianalisa dengan teori yang telah dipaparkan pada bagian bab kedua.

(26)

17

BAB II

EKSISTENSI TRADISI BARTER PADA MASYARAKAT

A. Penelitian Terdahulu

Pertama: Penelitian yang berjudul, Pertukaran Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di keluharan Bengkak Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi1. jurusan Ekonomi Universitas Tujuh Belas Agustus Banyuwangi, yang ditulis oleh Ayu Priati pada tahun 2009. penelitian ini dilaksanakan pada kelurahan Bengkak Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi. Rumusan masalah dalam skipsi tersebut yaitu yang Pertama metode pertukaran tradisional serta tingkat penggunaannya oleh masyarakat di kelurahan Bengkak kecamatan Wongsorejo kabupaten Banyuwangi. kedua merumuskan sistem pertukaran lokal di kelurahan Bengkak kecamatan Wongsorejo jenis dan pendekatan penelitian ini menggunakan kualitatif.

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu jika penelitian terdahulu khusus pada pertukaran dalam suatu kelompok yang tidak menentu untuk melakukan transaksi tukar menukar barang yang dilakukan dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang ada dikelurahan Bengkak kecamatan Wongsorejo kabupaten Banyuwangi. Sedangkan penilitian saya ini lebih kepada prakter keseharian.

1

(27)

Persaman antar penelitian terdahulu dengan penelitian saya ini merupakan sama menjeleskan soal pertukaran yang ada pada masyarakat objek kajian masyarakat yang tidak mencukupi kebutuhanya dalam memenuhi kebutuhan keseharianya. Tuntutan perekomian keluaraga yang kurang mencukupi yang mendorong masyarakat harus tukar menukar.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu faktor-faktor yang tidak mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, dan dengan hal ini masyarakat harus menggunakan cara tukar-menukar barang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga seperti makan dan lain sebagainya.

kedua. Andri kisroh sunyigono, Penelitian yang berjudul” Pemakaian Sistem Barter Pada Warga NTT2 ( Studi Kasus Masyarakat NTT daerah desa Alor dan Dili Nusa Tenggara Timur ) sistem barter yang berada di Alor dan Dili sistem barternya masyarakat biasanya mengunakan perahu motor sebagai yang ditulis oleh Heti Mulyati, Fakultas Ekonomi dan Institut pertanian Bogor. Dari penilitian di atas menjelaskan bahwa sahnya masyarakat yang masih menganut sistem barter ini karena masyarakat di sana masih menganggap saling membutuhkan karena hubungan masing-masing individual tidak mengutamakan kepentingan pribadi yang artinya masyarakat masih belum individualistis. Mereka menganut sistem barter karena merasa masyarakat hidup dalam kebersamaan karena adanya sifat kekeluargaan.

2

(28)

19

Perbedan penilitian terdahulu dengan penelitian saya adalah objek penelitian pemakainya sistem barter pada warga NTT pada desa Alor dan Dili Nusa Tenggara Timur selain itu dalama melakukan transaksi barter warga Nusa Tenggara Timur melakukan transaksi dalam sebuah kelompok dalam melakukan tukar menukar barang ada tempat khusus yang memang diperuntukkan untuk kegiatan tempat tukar menukar barang sedangkan penelitian saya eksistensi sistem barter pada masyarakat pedalaman desa Bantal kecamatan Asembangus kabupaten Situbondo serta dalam melakukan transaksi barter Masyarakat desa Bantal melakukan tukar menukar barang ditoko sekitar yang bisa akses jalan kaki selain itu masyarakat desa Bantal dalam melakukan transaksi tukar menukar barang pada warga sekitar yang dimana didalamnya harus ada rasa suka sama suka.

Persamaan dari penelitian sama-sama menjelaskan masalah sistem barter yang dimana masyarakat dengan perkembangan globalisasi masih menggunakan sistem barter karna dengan mengunakan sistem ini masyarakat masih memengan tenguh sistem kebudayaan gotong royong serta tolong-menolong antara sesama warga

(29)

masyarakat di sana mempercayai dengan tetap malakukan sistem barter seperti ini masih menjaga tali silatur rahmi pada masyarakat sehingga satu dengan yang lainya akan merasakan saling membutuhkan.

Dan ketiga Fraedow Ayal,3 Skripsi, Rancang Bangunan Aplikasi Barter Barang Antik Online, yang ditulis pada tahun 2013, rumusan Bagaimana merancang sistem aplikasi barter berbasis online untuk memberikan kemudahan bagi para konsumen dan para kolektor barang antik untuk melakukan barter melalui online dengan nyaman dan aman. Tujuan rumusan masalah dalam skripsi tersebut yaitu untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam melakukan informasi yang dicarinya serta mampu mengenal budaya barter berbasis online. Persaman dalam penelitian yang saya lakukan sama-sama menjalaskan soal barter namun dalam mengaplikasannya.

Perbedaan dari kedua penelitian ini adalah dari cara mempertukaran barang yang sudah mulai mengikuti perkembangan zaman yaitu melakukan pertukaran dengan melalui jaringan internet dengan aplikasi online dalam pertukaranya hanya menukarkan barang antik. Sedangkan penelitian yang saya teliti dalam melakukan pertukaran masih menggunaka sistem yang lama yaitu dilakukan pada pertokoan atau pada warga sekitar rumahnya saja serta barang yang dipertukaran marupakan hasil bumi.

3

(30)

21

Kesimpulan dari skripsi ini adalah aplikasi sosial networking untuk jual beli dan barter barang antik online disusun menggunakan metode prototpyping. Aplikasi tersebut diharapkan bisa menjadi media untuk pertukaran online.

B. Kajian Pustaka

1. Sejarah terjadinya tradisi barter

Perkembangan alat tukar di Indonesia diawali dengan adanya sistem barter. Sebelum adanya sistem barter, setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika mereka lapar, membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan yang sederhana, mencari buah-buahan untuk konsumsi pribadi, dan lain-lain. Intinya adalah apa yang diperoleh manusia, itulah yang dimafaatkan untuk kebutuhannya. Perkembangan selanjutnya menghadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa yang diproduksi sendiri ternyata tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, manusia harus mencari orang yang mau menukarkan barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan olehnya. Akibatnya, muncullah sistem barter.

(31)

barter masih tetap digunakan bahkan dengan bantuan internet yang artinya melibatkan barter didalam skala global atau internasional namun masyarakat pedalam masih sangat banyak yang masih melestarikan sistem barter ini sampai pada saat ini.

Dahulu kala, pada masa kuno perdaganag yang dilakaukan nenek moyang kita dahulu belum seperti yang kita lihat sekarang. Ketika itu belum ada atau belum berlaku mata uang diseluruh kepulauan. Barang-barang dagangan mereka tidak diperjual belikan dengan menngunakan uang sebagai alat tukar, tetapi saling bertukar barang antara mereka.4

Cara perdagangan yang berlaku pada waktu itu adalah dengan sistem barter, yaitu barang dagangan yang mereka bawa saling dipertukarkan sesuai dengam keperluan dan kebutuhan masing-masing misalnya: Ada penduduk yang berdiam dilereng-lereng gunung akan melakukan barter dengan penduduk yang ada didaerah pantai, contoh: Jika nenek-nenek moyang kita yang berasal dari pulau sumatera memerlukan beras dan makanan lainya, maka mereka pergi berlayar kepualau jawa membawa hasil bumi didaerahnya berupa emas atau perak untuk diperdagangkan atau ditukarkan. Demikian pula mereka yang berasal dari pulau Maluku membawa rempah-rempah singga kepulau Sumatera lalu mereka pertukarkan barang yang mereka bawa dengan barang yang dibutukan.

4

(32)

23

Pada waktu itu penduduk memang mengenal mata uang seperti sekarang. Orang-orang melakukan pertukaran langsung terhadap barang yang dibutuhkan dengan barang yang berlebihan yang mereka miliki. Namun sistem barter ini masih berlaku pada daerah-daerah tertentu yang jauh dari akses kota, masyarakat penganut sistem barter ini kebanyakan masyarakat pedalaman.

Masa perdangangan kuno, sistem barter merupakan sebuah fenomena lokal yang turut melibatkan orang-orang kedalam lokasi yang sama. Keuntungan dari dilakukannya sistem barter yaitu bahwa transaksi di dalam dunia perdangang ini tidak melibatkan uang, dimana anda bisa mendapatkan berbagai pilihan barang yang sedang anda inginkan hanya dengan menukarkannya dengan barang lainnya.5

Barter merupakan salah satu bentuk nyata pada awal perdangan sistem yang satu ini menfasilitasi metode pertukaran barang maupun jasa ketika manusia belum berhasil menemukan uang, namun hingga berkembangnya waktu serta perkembangan zaman mulai berkembang dan juga pertukaran uang sudah mendunia di Indonesia sistem barter ini masih berlaku dikalangan masyarakat pedalaman yang masih memengang erat tradisi sehingga sistem barter ini masih berlangasung pada masyarakat padalaman.

Awal sejarah berdirinya sistem barter ini pada tahun 6000 SM. sangat diyakini bahwa sistem barter yang satu ini diperkenalkan oleh suku-suku

5

(33)

Mesopotamia. Selanjutnya sistem ini diadopsi oleh masyarakat Fenisia yang menukarkan berbagai barang milik mereka pada orang-orang yang ada dikota-kota lainya yang ada disebrang lautan. Sebuah sistem yang dinilai lebih baik dibandingkan dengan barter kemudia dikembangkan di Babilonia.

Berbagai jenis barang sudah perna digunakan sebagai standar sistem barter. Beberapa diantaranta jenis tengkorak manusia, kemudian untuk item yang sangat populer digunakan dalam pertukaran atau sistem barter yaitu garam. Garam dahulu dianggap sebagai barang berharga. Bahkan pada masa itu gaji seorang romawi saja dibanyar dalam bentuk garam, namun berter memiliki kelemahan karena tidak adanya kreteria standar di dalam menentukan nilai barang jasa yang sangat rawan mengakibatkan terjadinya perselisihan dan juga bentrokan. Pada kenyataanya kesulitan itu tetap bisa diatasi dengan penemuan uang meskipun di sisi lain beretr hidup pada berbagai bentuk.

(34)

25

Sistem barter tidak bertahan selamanya dalam dunia perdagangan. Semakin hari, manusia semakin dapat merasakan kesulitan dalam melakukan sistem barter tersebut. Kebanyakan, kesulitan yang mereka hadapi adalah kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang diinginkan dan juga mau menukarkan barang yang dimilikinya (disebut juga kehendak ganda yang selaras atau double coincidence of wants). Selain itu, ada juga kesulitan untuk memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya dan barang yang dibarter tidak dapat dipecah-pecah menjadi satuan kecil untuk membaginilainya.

Sistem tukar-menukar dengan menggunakan benda-benda tertentu disebut juga uang barang. Benda-benda yang ditetapkan sebagai uang barang adalah benda yang diterima oleh umum (generally accepted), benda-benda bernilai tinggi (sukar diperoleh atau memiliki nilai, khasiat, keistimewaan atau fungsi tertentu yang dianggap berharga), atau benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari, seperti garam yang digunakan oleh orang Romawi sebagai alat tukar, maupun sebagai alat pembayaran upah. Contoh lain dari benda-benda yang dapat digunakan sebagai alat ukur selain garam antara lain, manik-manik, kulit kerang, tanah liat, tembaga, dan sebagainya.

(35)

Sistem ekonomi tradisional merupakan sistem ekonomi yang diterapkan oleh masyarakat tradisional secara turun temurun dengan hanya mengandalkan alam dan tenaga kerja. Sistem ekonomi tradisioanal ini juga merupakan sistem ekonomi yang dijalankan secara bersama untuk kepentingan bersama (demokratis)6, sesuai dengan tata cara yang biasa ditempuh oleh nenek moyang.

Saat ini sudah tidak ada lagi negara yang menganut sistem ekonomi tradisional, namun di beberapa daerah pelosok, seperti suku badui dalam, sistem ini masih digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Karena mungkin sistem ekonomi ini masih menganut sistem tradisional yang masih berpedoman pada nenek moyang. Selain itu juga sistem ekonomi ini pertukaran uang yang masih tradisi dulu artinya masih menggunakan barter. Maka tidak mungkin untuk warga kita saat ini yang sudah zamannya modern melakukan sistem ini dikarenakan pengaruh kepada zaman nya yang masih tradisi. Akan tetapi sistem ini mungkin bisa diterapkan bagi masyarakat pedalaman. yang masih diterapkan olehmasyarakatdesa. Sistem ekonomi tradisioanal memang diperlukan khususnya bagi masyarakat di pedesaan yang keakrabannya masih alami. Selain itu Suasana yang memungkinkan pun akan terjamin bila sistem ini dilakukan di pedesaan ketimbang diperkotaan yang penuh dengan persaingan hidup dan tantangan,

6

(36)

27

sedangkan Suatu sistem ekonomi syari’ah ialah suatu system perbuatan atau

kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan terhadap ekonomi Indonesia

adalah penerapan system ekonomi syari’ah7. Sistem ekonomi syari’ah

memiliki komitmen yang kuat pada pengentasan kemiskinan, penegakan keadilan pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba, dan pelarangan spekulasi mata uang sehingga menciptakan stabilitas perekonomian8. Sistem Ekonomi syari’ah juga menekankan keadilan, mengajarkan konsep yang unggul dalam

menghadapi gejolak moneter dibanding sistem konvensional. Kedepannya pemerintah harus memberikan perhatian besar kepada sistem ekonomi Islam yang telah terbukti ampuh untuk menggulangi masa krisis yang akan mendatang.

3. Faktor-fakror terjadinya sistem barter pada masyarakat pedalam

Dalam sistem ekonomi ini, segala hal yang diperlukan untuk kegiatan perekonomian dipenuhi sendiri oleh masyarakat itu sendiri, jadi di sini mereka bertindak sebagai produsen dan konsumen. Dalam sistem ekonomi ini juga, tugas pemerintah hanya terbatas memberikan perlindungan dalam bentuk pertahanan dan menjaga ketertiban umum9.

7

. Gunawan Sumodiningrat, Membangun Perekenomian Rakyat, (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1998), hlm, 98.

8

. Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program ID,Yogyakarta, (Aditnya Media, 1996), hlm. 36. 9Yulis Selamaet “Kemiskinan Petani Analisis Mengenai Sebab-sebab dan Alternatif

(37)

Hal yang menyebabkan transaksi barter pada masyarakat pedalaman diantara yaitu masyarakat desa bergantung kepada alam untuk memenuhi kebutuhan keseharainya karena alam merupakan sumber kehidupan dan sumber kemakmuran didesa, dalam melakukan transaksi tukar menukar barang sistem produksi dan distribusi tebentuk karena kebiasaan atau tradisi yang sudah berlaku ditengah masyarakat. Serta terpeliharanya sistem kekeluargaan dalam kehidupan masyarakat dalam melakukan tukar menukar barang.

C. Teori Pertukaran Sebagai Alat Analisis

Teori pertukaran (Exchange theory) merupakan salah satu teori sosiologi yang bernaung di bawah paradigma perilaku sosial. Yakni, asumsi-asumsi dan cara berfikir para pengikutnya menace kepada paradigma perilaku sosial tersebut. Tokoh paradigma perilaku sosial adalah B.F. skinner dengan kaya tulis untuk menuangkan teorinya itu beyond freendom And Dignity.

(38)

29

Salah satu teori yang akan dibahas pada kajian pustaka merupakan teori Pertukara dengan tokohnya George C. Homas sebagai berikut: Teori ini diilhami oleh ide yang perna dilontarkan oleh para pendahulunya, yaitu para pemikir ekonomi seperti Adam Smith, David Ricardo dan John Stuart Mill. Karena itu mudah dipahami apabila teori pertukaran sosial ini tampak sangat menekankan pertimbangan untung rugi bagi interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain dalam masyarakat. Asumsi-asumsi yang mendasarkan teori perilaku sosial adalah sebagai berikut.10

1. Manusia pada dasarnya tidak mencari keuntungan maksimal tetapi mereka selalu ingin mendapatkan keuntungan dari interaksinya dengan orang lain. 2. Manusia tidak bertindak secara rasional sepenuhnya tetapi dalam setiap interaksinya dengan manusia cenderung berfikir untung rugi.

3. Meski tidak memiliki informasi yang mencakup semua hal sebagai alasan untuk mengembangkan alternatif, tetapi manusia setidaknya memiliki informasi, meski terbatas yang dapat dipakai untuk mengembangkan alternatif guna memperhitungkan untung rugi yang mungkin timbul.

4. Manusia selalu berada dalam keterbatasan, namun mereka tetap berkompetisi untuk mendapatkan keuntungan dalam transaksi dengan manusia lain.

10

(39)

5. Meski manusia selalu berupaya untuk mendapatkan keuntungan dari hasil interaksinya dengan manusia lain, tetapi mereka dibatasi oleh sumber daya yang tersedia.

6. Manusia berusaha mendapatkan hasil dalam bentuk materi,namun mereka juga akan melibatkkan dan menghasilkan sesuatu yang bersifat non-materi, mislanya emosi, persaan suka dan sentiment.

Homas menjalaskan interaksi sosial di masyarakat ini terjadi karena pertukaran sosial. Prinsip pertukaran ini sama seperti manusia zaman purba ketika melakukan barter, hanya saja yang dipertukarkan tidak melulu dalam bentuk barang yang bisa disentuh, dilihat dan dirasa melainkan juga hal-hal yang tidak terlihat seperti jasa, rasa bahagia, kepuasaan batin dan lainya.

Homas tertarik kepada pertukaran, yaitu pertukaran antara individu. homas menganggap individu selalu bersosialisasi dan berinteraksi dimanapun ia berada. Karena menekankan individu, maka Homans disebut pula sebagai individualistic behavioritas theory.

(40)

31

Setiap penelitian menggunakan kerangka teori. Teori menurut kerlinger adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena.

Teori adalah prinsip umum yang mengaitkan aspek-aspek suatu realitas.. Sedangkan fungsi teori adalah menerangkan, dan meramalkan serta menemukan fakta-fakta yang nyata secara sistematis serta realitas yang benar-benar dialami oleh masyarakat serta yang riel nyata pada masyarakat . Toeri pertukaran dari George Homas Ritzer.11 Analisis pertukaran melihat dunia ini sebagai arena pertukaran, tempat orang-orang saling bertukar ganjaran atau hadiah. Apapun bentuk perilaku sosial seperti persahabatan, perkawinan, ataupun jual beli tidak lepas dengan proses penukaran. Dalam hal ini George Homas Ritzer menjelaskan rasipriolitas melalui proposisi yang saling berkaitan yaitu diantara sebagai berikut.

1. Proposisi Sukses

Semakin sering tindakan seseorang dihargai atau mendapatkan ganjaran, maka semakin besar kemungkinan orang tersebut akan melakukan tindakan yang sama.

2. Proposisi Stimulus

11

(41)

Bila dimasa lampau ada satu atau sejumlah stimulus yang didalamnya tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka kemungkinan orang tersebut akan melakukan tindakan yang sama pada stimulus yang memiliki kemiripan di masa kini dengan stimulus sebelumnya.

3. Proposisi Nilai

Semakin tinggi hasil tindakan seseorang bagi dirinya, makin besar kemungkinan ia melakukan tindakan itu.

4. Proposisi Deprivasi-Kejemuan

Semakin sering seseorang menerima hadiah khusus dimasa lalu yang dekat, makin kurang bernilai banginya setiap unit hadiah berikutnya.

5. Proposi Persetujuan- Agresi

Proposisi A: Bila tindakan orang tak mendapatkan hadiah yang ia harapkan atau menerima yang tidak ia harapkan, ia akan marah besar kemungkinan ia akan melakukan tindakan agresif dan akhirnya tindakan demikian makin bernilai baginya.

Proposisi B: Bila tindakan seeorang menerima hadiah yang ia harapkan, terutama hadiah yang lebih besar dari pada yang ia harapkan, atau tindakan menerima hukuman yang ia bayangkan, maka ia akan puas, ia makin besar kemungkinannya melaksanakan tindakan yang disetujui dan akibatnya tindakan seperti itu akan makin bernilai baginya.

(42)

33

Dalam memilih di antara berbagai tindakan alternative, seseorang akan memilih satu di antaranya, yang di anggap saat itu memiliki value (V), sebagai hasil, dikalikan dengan probalitas (P), untuk mendapatkan hasil yang lebih besar.

Manusia merupakan mahluk yang rasional, dia memperhitungkan untung dan rugi. Bahwa manusia individu adalah mahluk yang rasional, senantiasa menghitungkan dan membuat pilihan yang dapat memperbesar kesenangan pribadi atau keuntungan pribadi, dan mengurangi penderitaan atau menekan biaya. Biarlah individu mengatur dirinya, Karen individu tahu yang dimauinya. Oleh sebab itu, jangan ada control Negara. Kalaupun ada control Negara, itu diperlukan agar kebebasan individu dengan rasionalitasnya untuk mengejar keuntungan pribadinya tetap terjaga. Sebab kesejahteraan masyarakat umumnya dalam jangka panjang akan sangat tercermin manakala individu itu dibiarkan atau malah didorong untuk mengerjar kesenanagan pribadi atau keuntungan pribadinya.

(43)

Teori perukaran ini bisanya dipakai untuk memahami mengapa kelompok berpendidikan rendah tidak memilih-milih di bandingkan dengan yang lebih tinggi. Pengalaman masa lampau telah banyak memberikan pelajaran bahwa tidak memilih-milih pekerjaan akan dapat bertahan hidup. Atau kita bisa memahami, misalnya, mengapa orang menciptakan tukar menukar barang melalui teori pertukaran kita memahami bahwa tukar menukar dibuat dan dipertahankan karena di sana deperoleh keuntungan. Transaksi-transaksi pertukaran terjadi hanya apabila pihak yang terlibat memperoleh keuntungan dari pertukaran itu. Suatu perilaku pertukaran tidak akan terjadi bila dari pihak-pihak yang terlibat ada yang tidak mendapatkan keuntungan dari suatu transaksi pertukaran. Keuntungan dari suatu pertukaran, tidak selalu berupa ganjaran ekstrinsik seperti uang, barang-barang atau jasa, tetapi juga bisa ganjaran intrinsic seperti kasih sayang, kehormatan, kecantikan, atau keperkasaan.

(44)

35

apa-apa malah rugi, maka hubungan persahabatan atau perkawinan tersebut bisa bubar.

(45)

36

BAB III

Metode Penelitian

A. Jenis dan Pendekatan penelitian

Penelitian saya ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena penelitian ini lebih merasa bahwa metode yang digunakan itu sesuai dengan objek penelitiannya, dimana di dalamnya sudah tidak perlu menggunakan data atau pun menyebarkan angket karena peneliti akan melakukan observasi atau wawancara langsung dengan orang-orang yang bersangkutan.

Alasan saya mengapa tidak menggunakan metode penulisan kuanlitatif, karena jelas bahwa metode tersebut tidak sesuai lagi dengan objek penulisan yang peneliti lakukan. Dan selain itu pula dalam penulisan ini nantinya tidak perlu lagi memerlukan rujukan pada ilmu alam yang sifatnya statis melainkan peneliti nantinya akan merujuk pada sosial yang lebih dinamis.

(46)

37

Pemilihan subjek atau insturumen peneliti kuantitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Dengan demikian maka pemilihan subjek penelitian di sini peneliti berusaha mengambil informen yaitu yang pertama kepada kepala desa selaku pemimpim didesa. Yang kedua para tokoh masyarakat karena tokoh masyarakat ini mewakili masyarakat secara langsung. Ketiga adalah pemilik usaha toko tempat pertukaran barang sebab dengan adanya toko di desa bantal mempermudah masyarakat untuk menukarkan barang dengan barang yang ia inginkan . Keempat adalah warga desa bantal inilah yang kemudian dianggap sebagai orang yang merasakan masi adanya kebudayaan barter., selain itu masyarakat pada umunya yang dianggap mampu untuk menjelaskan tentang tema penelitian yang saya lakukan.

B.Lokasi dan waktu

1.Lokasi Penelitian

(47)

kawasan kota sehingga masyarakata disana mayoritas belum terlalu mengenal modernisasi. budayanya pun sangat beragam dan bila dikaitan dengan masalah resistensi sistem barter, di nilai cukup menarik untuk diteliti. Terakhir yang menjadi alasan peneliti memlilih lokasi tersebut karena mengingat lokasi penelitan juga tidak berjauhan dengan lokasi penelitian sehingga hal itu mempermudah penelitian untuk menjalani penelitian.

2.Waktu Penelitian.

Penelitian yang saya akan lakukan berlangsung selama kurang lebih selama tiga bulan yang sudah dilakasnakan semenjak tanggal 1 November sampai pada januari. Akan tetapi terkendala waktu dan ujian maka peneliti menambah waktu penelitian sampai pada bulan April.

(48)

39

22 November 2016 peneliti menyerahkan surat ijin kepada kepala desa Bantal yang menentukan yang pantas untuk diwawancarai rekomondasi dari bapak lurah yaitu masyarakat yang dianggap orang tertua didesa bantal wawancara dilaksanakan pada 23 Januari 2017 peneliti melakukan wawancara di desa bantal kepada pengasepuh bapak Jumawi beserta istrinya yaitu ibu hosnan, 24 Januari 2017 peneliti melakukan wawancara lagi dirumah pak Jumawi.

27-28 Februari 2017 melakukan wawancara kepada bapak Sulais dan ibu Buheri. 01-05 Maert wawancara dengan dan ibu wewen . 10-13 Maret wawancara kepada masyarakat desa Bantal saya tidak berhenti sampai penelitian saya ini benar-benar menemukan titik terang untuk penelitian saya terus mencari data dan informen sebanyak-banyaknya serta melihat kondisi langsung desa bantal.

C. Pemilihan Subjek Penelitian

(49)

sistem barter yang masih berlaku di desa Bantal,. Keempat adalah masyarakat atau warga setempat didesa Bantal, karena masyarakat dan warga yang masih sampai pada saat masih bisa mempertahankan resistensi sistem barter pada modernisasi dunia seperti sekarang ini.. Selain itu masyarakat pada umunya yang dianggap mampu untuk menjelaskan tentang tema penelitian yang saya lakukan.

Pemilihan subjek penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisa, penafsiran data dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitian. Pemilihan sumbejek penelitian memiliki beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti yaitu informan yang beragama di desa Bantal dan yang sudah tinggal lama di desa Bantal, informan yang baru beragama dari warga yang berada didesa bantal, Masyarakat yang tinggal dengan lama di desa Bantal. untuk teknik pemilihan sumbjek penelitian menggunakan teknik Snowbol. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel data yang pada awalnya jumlahnya sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap maka harus mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data.

(50)

41

banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari responden sebelumnya. Pengambilan sample untuk suatu populasi dapat dilakukan dengan cara mencari contoh sampel dari populasi yang kita inginkan, kemudian dari sample yang didapat dimintai partisipasinya untuk memilih komunitasnya sebagai sample lagi. Seterusnya sehingga jumlah sample yang kita inginkan terpenuhi.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunakan informan terdiri dari:

(51)
(52)

43

penelitian juga bisa memulai untuk melakukan prapengamatan terkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

b.Tahap Pekerja Lapangan

pada tahap pekerjaan lapangan, merupakan proses berkelanjutan pada tahap ini, peneliti masuk pada proses penelitian. Hal-hal yang penting untuk dilakukan sebelum penelitian berlangsung adalah proses perizinan. Karena prosedur seorang peneliti adalah dengan adanya izin dari objek yang diteliti. Setelah itu peneliti mulai melakukan penggalian data yang diingikan dan sesuai dengan masalah yang akan diteliti.

c. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data, peneliti sudah memperoleh dan mengumpulkan data yang diperoleh di lapangan. Setelah data terkumpul dilakukan proses klasifikasi data. Pada proses ini pemilihan data untuk menyesuaikan data sesuai kebutuhan. Karena dalam penggalian data akan tidak menutup kemungkinan dilakukan wawancara secara mendalam yang menghasilkan data sebanyak-banyaknya. Setelah data sudah terkumpul maka yang dilakukan adalah memilih teori yang sesuai untuk digunakan sebagai alat analisis masalah yang sudah terungkap di lapangan.

(53)

Penulisan laporan adalah tahap akhir dan proses pelaksaan penelitian. Setelah komponen-kompenen terkait dengan data-data dan hasil analisis data serta mencapai suatu kesimpulan, peneliti mulai menulis laporan dalam konteks penelitian kuantitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam penelitian kuantitatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan peneliti terkait dengan kelengkapan data.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaiman cara penelitian pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut:

a. Metode pengamatan (observasi)

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik yang akan dilakukan peneliti dalam pencariann data pada penelitian kuantitatif. Pengamatan yang akan dilakukan yaitu dengan melihat kondisi maupun suasana yang ada dikawasan.

b.Metode Wawancara ( interview)

(54)

45

peneliti. Dalam proses wawancara, diharapkan subjek penelitian atau informan dapat dengan jelas memberikan informasi.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pencapaian data lapangan yang berbentuk gambaran, arsip dan data-data tertulis lainya.

F. Teknik Analisi Data

Dalam analisis data hal pertama yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu melakukan analisis data seperti apa yang diungkapkan Bodgan dan Biklen. Bahwa penelitian akan berupaya menganalisis data dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milanya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskanya, mencari, menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain.

Adapaun proses berkalanya peneliti akan dilakukan seperti apa yang diungkapkan saidel sebagai berikut:

(55)

b. Peniliti akan mengumpulkan data yang diperoleh kemudian memilah-milah, mengklasifikasikan, mensistesiskan, membuat ihtisar dan membuat indeks data yang telah diperoleh.

c. Peneliti akan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.1 sesuai dengan jenis penelitian yang menjadi pilihan peneliti, yaitu penelitian kualitatif.

G.Teknik keabsahan Data.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah dibaca, dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.

Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data

1

(56)

47

ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.. setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.

Sehubungan dengan uraian tentang proses analisia dan penafsiran data di atas, maka dapat dijelaskan pokok-pokok persoalan sebagai berikut: Konsep dasar analisis data, Pemerosotan satuan, kategorisasi termasuk pemeriksahan keabsahan data, kemudian diakhiri dengan penafsiran data. Teknik pengumpulan data kualitatif yaitu dapat diperoleh dari kuesioner, wawancara, catatan pengamatan, pengambilan foto.

1. Dokumen Wawancara

Wawancara ialah salah satu dari teknik pengumpulan data kualitatif. Dalam penelitian dilakukan wawancara dengan pertanyaan, sehingga responden dapat memberikan informasi yang tidak terbatas dan mendalam dari berbagai perspektif. Semua wawancara dibuat transkip dan disimpan dalam file teks.

2. Catatan Pengamatan

(57)

3. Data dari Buku

Mengambil data dari buka merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data kualitatif. Dalam penelitian sering digunakan data yang berasal dari halaman tertentu dari suatu buku. Data dari halaman buku tersebut dapat digunaan dalam pengolahan data bersama data yang lainnya.

4. Data dari Halam Web

Mengambil data dari halaman web merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data kualitatif. Dalam penelitian sering digunakan data yang berasal dari halaman suatu website. Seperti halnya data dari buku, data dari halaman web tersebut dapat digunakan dalam pengolahan data bersama data yang lain.

(58)

49

BAB IV

EKSISTENSI TRADISI BARTER PADA MASYARAKAT

PEDALAMAN DITINJAU DARI TEORI PERTUKARAN GEORGE

C. HOMAS

A. Deskripsi Umum Masyarakat Desa Bantal

(59)

Tabel 4.1

Batas Wilayah di desa Bantal

Batas

Bagian

Dusun Bantal

Utara Dusun Lebung

Timur Dusun Pariopoh

Selatan Dususn Samir

Barat Dususn Bantal

Sumber: Hasil wawancara dengan bapak Sahijo

Situbondo adalah sebuah provinsi yang ada di Indonesia. Sebagian wilayahnya, terutama di daerah pedalaman, dihuni oleh masyarakat yang diupayakan berkembang, yaitu orang Kubu. Mereka tersebar secara mengelompok di sebagian wilayahnya (Bantal, Samir, dan Lebung setiap wilayah beranggotakan kepala keluarga).

(60)

51

desa sekitar 1653 Penduduk desa Bantal hanya lulusan SD sedangkan yang buta huruf 548 orang. dan lulusan SLTP 446 Orang.

Pada dulunya Hutan bagi masyarakat desa Bantal merupakan segalanya. Ia tidak hanya sebagai sumber penghidupan, tetapi juga sebagai wahana kehidupan sosial-budaya mereka. Oleh karena itu, mereka mengembangkan berbagai pranata yang mengatur kelestarian hutan. Sebab, hutan sangat erat kaitannya dengan jati diri mereka. Mereka

mengidentifikasikan diri dengan “orang rimba” atau “anak dalam”. Oleh

karena itu, jika ada anggota kelompoknya yang menyimpang dari ajaran-ajaran atau budaya nenek-moyangnya, yang bersangkutan dianggap bukan sebagai orang kubu lagi, tetapi sebagai “orang dusun”, “orang kampung” atau

“orang terang” dan karenanya harus keluar dari hutan.

Walaupun penghidupan dan kehidupan mereka ada di hutan, bukan berarti bahwa mereka sama sekali tidak berhubungan dengan “dunia luar”.

Sekali-sekali mereka juga keluar dari “sarangnya” untuk memperoleh barang kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat dihasilkan sendiri. Caranya dengan pergi ke pasar terdekat atau dengan sistem barter.

(61)

mencari seseorang atau beberapa orang yang membutuhkan sesuatu yang kita punya, sehingga dapat dilakukan proses tukar-menukar, misalnya pada kehidupan masyarakat zaman dahulu. Pekerjaan yang dapat dilakukan zaman dahulu hanya sedikit, seperti berburu, bercocok tanam, menangkap ikan, dan beternak

B. Kondisi sosial masyarakat desa Bantal

1. Sosial

(62)

53

peranan adat-istiadat sangat kuat menguasai kehidupan mereka. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam.

Tabel 4.3

Kondisi Sosial Masyarakat desa Bantal

Bahasa Bahasa yang digunakan

masyarakat desa Bantal adalah bahasa Madura.

Agama Mayoritas masyarakat desa

bantal beragama islam NU

Organisasi Sosial

Di desa Bantal terdapat beberapa organisasi sosial seperti, karang taruna IPPNU, IBNU, serta majelis ta’lim.

Pendidikan

Mayoritas pendidikan masyarakat desa Bantal hanya lulusan SD, karena terkendala oleh biyayah sehingga memutuskan untuk berhenti Tradisi Tradisi yang ada didesa Bantal

(63)

2.Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi masyarakat desa Bantal. Secara sosial kehidupan di desa sering dinilai sebagai kehidupan yang tenteram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan konflik. Perlu dipahami bahwa tidak semua masyarakat desa dapat kita sebut sebagai masyarakat tradisional, sebab ada desa yang sedang mengalami perubahan ke arah kemajuan dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama. Namun masyarakat desa Bantal tetap melestarika tradisi yang sudah dibawa oleh pendahulu-pendulunya sehingga sampai sekarang tradisi ini akan tetap terjaga dan dilakukan oleh masyarakat desa Bantal.

Mata pencarian masyarakat desa Bantal

1. Petani sebagai pemilik lahan tanah

2. Buruh tani Mengerjakan tanah pertanian lalu diberi upah oleh majikan

3. Perdangan hasil bumi menjual hasil pertanian kekota seperti sayuran

4. Peternakan seperti peternak sapi, kambing, ayam dan juga bebek

5. Penjual Batu yang biasanya diambil dipegunungan sekitar desa Bantal

(64)

55

hidup yang hanya bergantung kealam saja, kurangnya ilmu pengetahuan dan juga tidak mempunyai skill yang mempuni alasan itu yang membuat mereka merasakan ada kenyaman untuk bergantung kealam saya.

Gotong royong juga sering dikatakan oleh warga desa Banatal hal ini merupakan sebagai ekonomi subsitensi yaitu yang mengakar dengan tujuan barter tenaga yang disertai cita-cita luhur demi kesejahteraan dan kebersamaan penduduk desa. Ekonomi subsitensi mengandung makna hebat bagi para penduduk desa yang umunya bertani, menjauhkan diri dari sikap konsumtif yang mencolok dan kurang hemat, seperti kebanyakan penduduk kota.

C. Eksistensi barter di desa Bantal

1. Sejarah

Pada mulanya orang Kubu1 hanya mengenal barter (tukar-menukar barang). Jika seseorang ingin melakukan barter dengan mereka (biasanya pedagang), maka ia harus datang ke suatu tempat (hutan) yang sering disinggahi orang Kubu. Begitu sampai di hutan, segera mencari banir satu yang ada di pepohonan. Biasanya tidak begitu sulit karena berada di tempat yang agak terbuka. Setelah diketemukan, banir itu dipukul dengan kayu. Pemukulan ini oleh orang Kubu disebut dengan pukul banir. Dan, suara

1

(65)
(66)

57

Sementara, pedagang tidak dapat melihat gerak-gerik mereka, sehingga jika ia berbuat sesuatu yang merugikan, mereka dapat melomparkan tombaknya. Dan, jika itu terjadi dapat berakibat fatal bagi si pedagang.

Dewasa ini cara memperoleh sesuatu dengan sistem barter sudah jarang terjadi (kalau tidak dapat dikatakan sudah tidak dilakukan lagi). Kini mereka sudah mengenal uang walaupun sistem ekonomi yang mereka akui masih subsistem dan bukan ekonomi pasar. Hasil hutan yang mereka peroleh, baik itu berbagai macam getah, madu, maupun rotan dibawa ke suatu tempat, kemudian dibeli oleh pedagang dengan uang. Dan, dengan uang tersebut mereka pergi ke pasar untuk memperoleh kebutuhan sehari-hari, seperti: beras, rokok, minyak, dan garam.

Cerita Warga yang berada di desa Bantal tradisi barter ini belum ada yang mengetahui secara pasti tradisi barter ini dilakukan pada tahun berapa namun hingga sampai saat ini tradisi barter didesa Bantal masih dilakukan. Penuturan warga yang dianggap sebagai pengasepuh menceritakan sejarah tradisi barter ini menurut pak sahijo pada tahun 1960 pada tahun itu semua masyarakat sudah melakukan tradisi barter menurut penuturan dari pak Sahijo.

(67)

kenyamana dengan sistem barter ini masyarakat semakin suka dan inginan untuk menjaga dan melestarikan tradisi barter ini semakin kuat bagi warga desa Bantal, Samir, dan juga warga Lebung karena dengan melestarikan tradisi barter ini mendapatkan pelajaran yang semakin mendalam untuk mempererat tali silaturrahmi dan kekeluarga antara warga yang lainnya serta sifat tolong tolong yang masih kental pada warga-warga yang lainya, masyarakat desa bantal masih erat dengan rasa kekeluargaan warga untuk bersatu dan menolong tidak perna memandang suku, budaya, agama dan ras. Sekilas seperti itu munculnya tradisi barter ini pada tahun 1960 hingga sampai pada saat ini tradisi masih dilakukan pada masyrakat desa Bantal,Samir dan Lebung.

(68)

59

keeratan tali persaudaraan di antara yang lain. Jika yang melestarika tradisi barter yang sudah dari dulu hal itu merupakan kebiasaan turun temurun dan juga doktrin dari keluarganya.

Di Situbondo keberadaan sistem barter ini berada pada dearah kelurahan Bantal, namun tempatnya terpisah-pisah dibeberapa daerah yang ada di Situbondo, yaitu Bantal, Samir, Lebung. Dengan jumlah 154 orang yang diketahui karena mengkonfirmasi kepada pihak RT kondisi yanga saya lihat dilapangan. serta pada dusun lebung pengikut tradisi barter sebanyak 61 orang di Rt 03, serta di dusun Samir sebanyak 41 orang pada Rt 01. Seperti yang dikatakan bapak Sahijo selaku pak lurah di desa Bantal sebenarnya masih banyak pengikut tradisi barter yang masih mengikut tardisi sekitar jumlah keseluhan 52 orang yaitu di dusun Bantal, Samir dan juga Lebung dari hal itu dari pihak pemerintahan masih mencarai data yang pasti untuk masyarakat penganut tradisi barter ini.

Tabel 4.3

Jumlah pengikut Tradisi Barter Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Laki-Laki

Perempuan

59 95

(69)

Tabel 4.4

Jumlah penganut Tradisi Barter berdasarkan Tempat Tinggal

Bantal Lebung Samer

52 61 41

Sumber:Hasil Wawancara

Sumber : hasil wawancara dengan informan Pak Lurah Sohijo

Di situbondo penganut tradisi barter tidak memiliki tempat khusus untuk menukarkan barang yang akan ditukarkan serta tidak ada lahan khusus untuk tempat menukarkan barang, jadi masyarakat yang masih menganut tradisi barter ini melakukan tukar menukar barang di toko-toko yang ada disekitar rumah warga. Begitu pula Ketika ada acara hajatan pemilik hajatan akan menukarkan hasil ternaknya kepada pemilik toko untul dipertukarkan kebarang yang diperlukakan untuk kebutuhan acara hajatannya.

(70)

61

Akses kota yang terbilang juah dari desa Bantal ini dari hal itu warga desa Bantal termasuk desa yang kurang modernisasi, mulai dari jauh dari pasar sehingga warganya hanya mengandalkan toko-toko kecil yang berada disekitar rumahnya, akses pendidikan yang juga jauh dari pemukimana warga sehingga warga atau anak-anak di dusun bantal, Samir dan lebung mayoritas anak-anaknya hanya lulusan SMP sehingga masyarakat di sini masih sangat bergantung hidupnya kepada alam.

Tradisi barter yang ada di dusun Bantal, Samir dan Lebung Berada dinaungan pak lurah sehingga segala sesuatu keputusan dan tindakanya kepala desa Bantal, serta masyarakat yang dinggap sebagai panutan atau pengsebuh di desa Bantal.

Barang yag dipertukarkan dipertokoan diantaranya sebagai berikut seperti cabe, padi, tebu, serta hasil ternak seperti telor, ayam dan kambing. Barang yang dipertukarkan seperti yang disebutkan diatas biasaa masyarakat melakuka pertukar pada toko. Barang perabotan rumah tangga seperti mangkok, termos, talam, biasanya masyarakat melakukan transaksinya pada warga sekitar saja.

(71)

kebutuhan tokonya yang sudah habis maka dari itu pemilik toko hanya menerima barang hasil bumi yang bisa dipejualkan kembali kepasar.

Dengan melesetarikan tradisi barter ini masyarakat banyak belajar rasa bersyukur dari setiap yang ia miliki walaupun dengan hanya mengandalkan hasil bumi masyarakat desa Bantal merasakan tercukupi untuk kebutuhan keseharinnya. Masyarakat desa Bantal dengan melestarikan tradisi tukar menukar barang tidak berlebih dalam memuhi kebuthannya menukarkan dengan secukupnya saja keperluan yang ia inginkan, jadi jauh dari kata konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya jauh dari rasa tamak karena masyarakat desa Bantal mensyukuri apa yang bisa ia pertukarkan dari hasil bumi yang ia miliki.

Gambar

Tabel 3.1 Data Infroman
Tabel 4.1
Tabel 4.3
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui nilai yang terkandung dalam tradisi berapeq pada pernikahan masyarakat Desa Kalijaga Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur

Masyarakat Desa Pekandangan mengajak anaknya untuk ikut serta dalam pelaksanaan tradisi Buyut Mider dan memberikan suatu pemahaman bahwa dalam pelaksanaan tradisi Buyut Mider

KONSTRUKSI SOSIAL TRADISI LAMARAN NDUDUT MANTU PADA MASYARAKAT DESA CENTINI

Pengaruh tradisi mappadendang dalam kehidupan masyarakat di Kelurahan Empagae, dalam bidang ekonomi banyak masyarakat menganggap bahwa tradisi ini sudah tidak ada hubungannya

“ kadang mulai terbesit di pikirran kita,trenyta tradisi ini benar- benar unik,karena banyak orang- orang di luar dari daerah kami yang meyoroti tentang tradisi kami, tapi kami

Tradisi Minum Moke Pengetahuan masyarakat tentang minuman beralkohol adalah minuman rakyat yang sering dikonsumsi oleh masyarakat setempat sebagai salah satu minuman pererat

Untuk masyarakat Desa cikakak agar tetap menjaga dan melestarikan tradisi Jaro Rojab yang berkaitan dengan budaya sesuai dengan ajaran Islam agar pemaknaan dari sebuah tradisi tetap

Faktor pendukung dari tradisi ma’ batutu Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengungkapkan bahwa faktor pendukungnya adalah lembaga adat yang sangat membantu masyarakat dalam