• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar)"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN

(Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar)

SKRIPSI

Oleh :

SONNYA KURNIA ASMI

K4408047

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN

(Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar)

Oleh:

SONNYA KURNIA ASMI

K4408047

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juli 2012

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Selasa Tanggal : 24 Juli 2012

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dr. Nunuk Suryani, M.Pd ...

Sekretaris : Musa Pelu, S.Pd, M.Pd ... Anggota I : Drs. A. Arif Musadad, M. Pd ...

Anggota II : Dra. Sri Wahyuni, M.Pd ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

a.n. Dekan

Pembantu Dekan I,

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Sonnya Kurnia Asmi. TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar). Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) latar belakang diadakannya tradisi bersih desa Dukutan, (2) prosesi tradisi bersih desa Dukutan, (3) nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi bersih desa Dukutan, (4) upaya pelestarian tradisi bersih desa Dukutan di tengah kebudayaan modern.

Bentuk penelitian ini deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan strategi studi kasus terpancang tunggal yaitu sasaran yang akan diteliti sudah dibatasi dan ditentukan serta terpusat pada satu lokasi yang mempunyai karakteristik tersendiri. Sumber data yang digunakan adalah sumber benda, tempat, peristiwa, informan, dan dokumen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian, di mana peneliti memilih informan yang dipandang mengetahui permasalahan secara mendalam serta dapat dipercaya. Dalam penelitian ini, untuk mencari validitas data digunakan dua teknik trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif, yaitu proses analisis yang bergerak diantara tiga komponen yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Sonnya Kurnia Asmi. BERSIH DESA DUKUTAN TRADITION (Cultural Studies of the Village Community Nglurah Tawangmangu District Karanganyar District). Thesis. Surakarta: Teacher training and education faculty in Sebelas Maret University. July 2012.

The aim of this study is to determine: (1) background of the Dukutan tradition held, (2) procession of Dukutantradition, (3) the values that embodied in the Dukutan tradition, (4) the preservation of Dukutan tradition in the middle of modern culture.

The methodology of this research was qualitative descriptive. On this research used a single fixed case study which the object would be observed has limited and centralized on certain location which has special characteristics. The data sources used were the source object, places, events, informants and documents. The technique of collecting data used were observation, interviews, and documents analysis. The technique of sampling used was purposive sampling is getting sampling based on the purpose of the research, the place where the researcher choose informant who know the issues deeply and can be trusted. In this research used two triangulation techniques to find out the validity of the data namely triangulation data and triangulation method. Technique of analyzing data used was interactive analysis which the analysis process that moves between three components there was data reduction, data presentation and verification or inference which took place in a cycle.

(7)

commit to user

vii MOTTO

Amemayu Hayuning Buwana, Ambrasta Dur Hangkara (Mpu Kanwa,

1032).

Wani ngalah luhur wekasane (tembang Mijil)

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

 Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas do’a dan kasih sayang untukku. Terima kasih atas motivasi dan semangat yang selalu ku dapat dari segala nasihat yang bapak dan ibu berikan.

 Kakakku dan kedua ponakanku axel dan abyan tersayang.

 Pandy Setiawan, terimakasih atas motivasi dan semangatnya.

 Shelia, Arditya, Sofa, Riris, Cahyo, Arif, Octavi, Puji, terimakasih atas bantuan dan persahabatan kita.

 Sahabat dan keluargaku Pendidikan Sejarah ’08, terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan selama ini.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tradisi Bersih Desa Dukutan (Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Progam Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Drs. A. Arif Musadad, M. Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Dra. Sri Wahyuni, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan

penjelasan dengan sabar hingga saya mengerti dan memahami semuanya. 6. Bapak dan Ibu Dosen Progam Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini.

7. Drs. Sugiyarto, M.Hum Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

(10)

commit to user

x

9. Bapak Saerofi, S.Pd selaku Lurah Tawangmangu, yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

10. Bapak Siman selaku Koordinator Lingkungan Nglurah, yang membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

11. Seluruh Warga Nglurah, yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

ABSTRACT . ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Kebudayaan Jawa ... 6

2. Mitos ... 21

3. Tradisi ... 24

4. Bersih desa ... 28

5. Masyarakat desa ... 32

(12)

commit to user

xii BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 40

C. Sumber Data ... 42

D. Teknik Sampling ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Validitas Data ... ... 50

G. Analisis Data ... 52

H. Prosedur Penelitian ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57

1. Kondisi Geografis ... 57

2. Kondisi Demografi... 59

3. Kondisi Sosial Masyarakat... 63

4. Potensi Desa Nglurah... 65

5. Situs Purbakala Menggung di Desa Nglurah ... 68

B. Latar Belakang Tradisi Bersih Desa Dukutan di Desa Nglurah ... 69

1. Tradisi Bersih Desa Dukutan ... 69

2. Latar Belakang Diadakannya Tradisi Bersih Desa Dukutan ... 70

C. Prosesi Tradisi Bersih Desa Dukutan ... 73

1. Persiapan Prosesi ... 73

2. Pelaksanaan Prosesi Ritual ... 78

3. Hiburan ... 81

D. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Tradisi Bersih Desa Dukutan ... 81

1. Nilai Filosofis ... 81

2. Nilai Budaya ... 84

3. Nilai Spiritual ... 86

4. Nilai Karakter Leluhur ... 87

(13)

commit to user

xiii

E. Upaya Pelestarian Tradisi Bersih Desa Dukutan di tengah

Kebudayaan Modern... 90

1. Masyarakat Nglurah ... 91

2. Pemerintah ... 94

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 99

B. Implikasi ... 101

C. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1: Skema Kluckhonhn Lima Masalah Dasar yang Menentukan

Orientasi Nilai Budaya Manusia... 18

Tabel 2: Waktu Penelitian... 39

Tabel 3: Luas Wilayah Lingkungan Nglurah... 59

Tabel 4: Jumlah Penduduk Nglurah Menurut Jenis Kelamin ... 60

Tabel 5: Jumlah Penduduk Nglurah Menurut Usia ... 60

Tabel 6: Jumlah Penduduk Nglurah Menurut Tingkat Pendidikan... 61

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Peta Administrasi Kelurahan Tawangmangu ... 108

Lampiran 2: Daftar Informan ... 110

Lampiran 3: Hasil Wawancara ... 112

Lampiran 4: Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 129

Lampiran 5: Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ... 130

Lampiran 6: Surat Permohonan Ijin Research ... 131

Lampiran 7: Surat Tidak Keberatan (STB) KESBANGPOL Kabupaten Karanganyar ... 134

Lampiran 8: Surat Rekomendasi Research BAPEDA Kabupaten Karanganyar ... 135

Lampiran 9: Surat Keterangan Research DISPARBUD Kabupaten Karanganyar ... 136

Lampiran 10: Surat Keterangan Penelitian Kelurahan Tawangmangu... 137

Lampiran 11: Foto Penelitian ... 138

Foto Gapura masuk Desa Nglurah... 139

Foto Dwarapala dan tangga menuju Situs Menggung... 139

Foto pelataran Situs Menggung... 140

Foto arca Kyai Menggung dan Nyi Rasa Putih ... 140

Foto warga melakasanakan kerja bakti... 141

Foto sesaji yang dibuat warga ... 141

Foto punar, tawonan, tumpeng ricik dan golong ... 142

Foto nthek-enthek, bothok, bongko,pelas, pisang Sonomni dan cngkaruk gimbal ... 143

Foto tinon RW 10 / Nglurah Lor ... 144

Foto tinon RW 11 / Nglurah Kidul... 144

Foto warga bersiap melaksankan Dukutan... 145

(17)

commit to user

2

Foto pemasangan iket pada arca Kyai menggung dan

Nyi Rasa Putih ... 146

Foto sesepuh desa berdo’a didepan arca... 146

Foto Warga berdo’a dipimpin sesepuh desa... 147

Foto Para pemuda melempar sesaji dalam ritual tawuran .. 147

Foto pembagian air sumber kepada warga ... 148

Foto Situs kalijaro... 148

Foto wawancara dengan pemuka adat ... 149

Foto wawancara dengan pembuat sesaji... 149

Foto wawancara dengan Korling Nglurah... 150

(18)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beberapa pulau besar dan ribuan pulau kecil di sekitarnya. Oleh karena bentuk negara kepulauan tersebut Indonesia memiliki keanekaragaman suku, ras, keyakinan dan budaya. Hal inilah yang secara tidak langsung menjadi daya tarik tersendiri bagi Indonesia. Keunikan dan ciri khas budaya yang berbeda-beda di Indonesia merupakan kekayaan yang sangat berarti bagi negara ini. Banyak wisatawan dari luar negeri yang datang ke Indonesia karena tertarik dan kagum terhadap kebudayaaan indonesia yang sebagian besar masih dipertahankan dan dilestarikan di tengah kebudayaan modern pada saat ini.

Kebudayaan adalah seluruh gagasan manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu (Koentjaraningrat, 1974:9). Kebudayaan bersifat kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat-istiadat atau pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. Kebudayaan berguna bagi manusia yaitu untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar manusia dan sebagai wadah dari segenap perasaan manusia. Kebudayaan merupakan perilaku yang hampir digerakkan oleh naluri. Semua manusia dilahirkan dengan tingkah laku yang digerakkan dengan insting ( T.O Ihromi, 1990 : 18).

Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu dengan lainnya, namun setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan dimanapun juga (Soerjono Soekanto, 1990:199). Tidak dapat dipungkiri, bahwa masyarakat dan kebudayaan manusia selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut disebabkan adanya perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan pengaruh dari luar.

(19)

commit to user

regional (Koentjaraningrat, 1984:25). Masyarakat Jawa mempercayai adanya kekuatan lain yang ada di alam sekitar tempat tinggal. Masyarakat Jawa juga percaya bahwa roh-roh halus menempati sekitar tempat tinggal masyarakat. Sebagai perwujudan anggapan dan kepercayaan masyarakat terhadap hal tersebut, diwujudkan melalui tradisi dan adat istiadat yang diberlakukan di lingkungannya. Dorongan untuk melakukan tradisi tersebut muncul karena adanya rasa takut dan tidak tenteram serta penuh kekhawatiran dalam hidup, bila tidak melakukan apa yang dilakukan oleh orang tua pada zaman dahulu, masyarakat takut terhadap sanksi yang diduga muncul dari roh atau makhluk halus yang sering mengganggu kehidupan manusia (Moertjipto, 1997:29).

Tradisi dan adat istiadat masyarakat Jawa tersebut juga berlaku pada masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Sebuah desa yang ada di kaki Gunung Lawu pada ketinggian ±1200 m di atas permukaan laut ini memiliki tradisi turun temurun dari generasi ke generasi samapai pada saat sekarang ini.

Di lingkungan Desa Nglurah masih melestarikan tradisi bersih desa yang biasa disebut dengan tradisi Dukutan. Tradisi Dukutan sebagai media perwujudan keyakinan masyarakat terhadap roh-roh dan kekuatan yang ada di alam sekitar desa Nglurah. Tradisi ini telah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Pada Dukutan tersebut tidak terlepas dari sikap dan keyakinan bahwa keselarasan dan keteraturan hidup akan membawa dan menuntun masyarakat kepada kesejahteraan hidup bersama. Bagi masyarakat Jawa umumnya, dan masyarakat Desa Nglurah pada khususnya, yang memiliki simbol budaya yang berupa slametan yaitu upaya untuk menghindari terjadinya bahaya dari ancaman ghaib yang dianggap bisa membawa bahaya dalam hidup semua masyarakat yang tinggal di desa tersebut.

(20)

commit to user

yang menceritakan bahwa Dewi Shinta yang menikah dengan anaknya sendiri yaitu Watugunung, dan kemudian mempunyai anak yang salah satunya bernama Dukut. Sedangkan yang kedua adalah versi Airlangga, Dukutan dilakukan untuk memperingati hari pernikahan Kyai Menggung yang merupakan seorang pengikut Airlangga yang ingin menetap di Nglurah dan seorang wanita bernama Nyi Rasa Putih, yang jatuh pada hari Selasa Kliwon wuku Dukut (Sari Hardiyanto, http://harianjoglosemar.com/berita/upacara-dhukutan-59894.html, diakses pada tanggal 12 Januari 2012).

Ritual bersih desa tersebut mengandung unsur-unsur simbolik yang memiliki makna tersendiri. Di dalamnya termuat pesan-pesan tertentu yang ditujukan kepada individu ataupun kelompok. Simbol-simbol tersebut secara tidak langsung menghubungkan manusia dengan kekuatan yang ada di sekitarnya dan Tuhan. Tindakan secara simbolik tersebut juga banyak dipengaruhi oleh adanya paham mitologi, animisme, dan dinamisme yang dianut sejak jaman nenek moyang. Mitos yang ada tetap melekat dalam diri pribadi-pribadi orang Jawa.

Meskipun pengaruh luar banyak yang masuk ke Lingkungan Nglurah, namun mitos-mitos yang telah ada masih saja melekat kuat dan dipercaya oleh masyarakat setempat. Misalnya dalam pembuatan sesaji, warga harus berhati-hati dan mematuhi pantangan-pantangan dalam pembuatan sesaji tersebut. Karena apabila dilanggar bisa menimbulkan bencana bagi dirinya sendiri, keluarganya atau bahkan desanya. Sehingga warga sampai sekarang ini masih menganggapnya sebagai sesuatu yang sakral. Tradisi Dukutan yang dilakukan warga Nglurah sampai sekarang masih terus dilakukan meskipun ditengah kebudayaan modern yang kian mendesak kebudayaan tradisional. Yang pada kenyataannya sekarang ini kebudayaan modern telah mengikis beberapa mitos-mitos yang berkembang di Indonesia. Namun yang menarik bahwa masyarakat desa nglurah sendiri tidak menghilangkan budaya mereka, dan terus melaksanakan ritual bersih desa yang tidak lain pelaksanaan tradisi ini adalah sebagai wujud rasa syukur warga atas karunia yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

(21)

commit to user

dalam ritual tradisi ini. Nilai-nilai tersebut sampai saat ini masih dianggap penting dan sakral oleh Masyarakat Nglurah. Setiap generasi memiliki kewajiban untuk mengkomunikasikan ke generasi berikutnya melalui berbagai cara, akhirnya nilai-nilai ini dapat di transfer.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik mengkaji dalam skripsi dengan judul : Tradisi Bersih Desa Dukutan (Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar)

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :

1. Apa yang melatarbelakangi diadakannya tradisi bersih desa Dukutan? 2. Bagaimana prosesi tradisi bersih desa Dukutan?

3. Apa nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi bersih desa Dukutan ? 4. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bersih desa Dukutan di tengah

kebudayaan modern?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Latar belakang diadakannya tradisi bersih desa Dukutan. 2. Prosesi tradisi bersih desa Dukutan .

3. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi bersih desa Dukutan.

(22)

commit to user

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya tentang tradisi Dukutan di Desa Nglurah Tawangmangu.

b. Memberi sumbangan pemikiran bagi kebudayaan masyarakat Jawa khususnya melalui Tradisi Dukutan.

c. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang tradisi bersih desa Dukutan sebagai kebudayaan masyarakat desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.

d. Memberikan pengetahuan terhadap mahasiswa program studi Pendidikan Sejarah tentang jejak sejarah di situs Menggung dan budaya disekitarnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk memberikan bahan masukan dan sumbangan kepada pihak terkait dalam mengembangkan Tradisi Dukutan di Desa Nglurah Tawangmangu. c. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi koleksi penelitian ilmiah di

perpustakaan mengenai tradisi di Kabupaten Karanganyar.

(23)

commit to user

6 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kebudayaan Jawa a. Pengertian Kebudayaan

Pada masa sekarang ini masalah kebudayaan banyak diperbincangkan. Kebudayaan masyarakat itu perlu dikembangkan dengan adanya masalah pembangunan dan perkembangan zaman. Diperlukan adanya pemahaman tentang konsep kebudayaan.

Dari segi istilah menurut Koentjaraningrat (1987:5) kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta “buddayah” yang merupakan bentuk jamak dari “budhi” yang berarti budi atau akal manusia. Untuk itu kebudayaan dapat diartikan semua hal yang bersangkutan dengan budi atau akal manusia. Dalam pengertian kebudayaan sebagai suatu konsep Koentjaraningrat lebih lanjut mengatakan bahwa kebudayaan berarti, keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.

Selain Koentjaraningrat banyak para ahli yang memberikan definisi mengenai masalah kebudayaan. Menurut Bakker dalam Usman Pelly (1994:22) mengartikan secara singkat kebudayaan adalah sebagai berikut :

Kebudayaan sebagai penciptaan, penerbitan dan pengolahan nilai-nilai insani. Tercakup di dalamnya usaha membudayakan bahan alam mentah serta hasilnya. Di dalam bahan alam, alam diri dan alam lingkungannya baik phisik maupun sosial, nilai-nilai diidentifikasikan dan dikembangkan sehingga sempurna. Membudayaakan alam, memanusiakan manusia, menyempurnakan hubungan keinsanan merupakan kesatuan tak terpisahkan.

(24)

super-commit to user

organic atau berada diatas suatu badan, karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi satu ke generasi selanjutnya dan akan tetap hidup meskipun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat silih berganti yang disebabkan oleh kematian dan kelahiran.

Pengertian Kebudayaan juga dirumuskan oleh ahli antropologi, yang pertama merumuskan pengertian kebudayaan secara sistemastis dan ilmiah adalah E.B Taylor dalam Usman Pelly (1994:23), dikemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.

Ahli antropologi lain yang merumuskan definisi kebudayaan yaitu Ralph Linton dalam kajian Nurani Soyomukti (2010:428) yang memberikan definisi kebudayaan yang berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari. Definisi kebudayaan menurut Ralph Linton adalah:

Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak mengenai sebagian dari cara hidup itu, yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi ataulebih diinginkan. Dalam arti cara hidup seperti itu masyarakat kalau kebudayaan diterapkan pada cara hidup kita sendiri, maka tidak ada sangkut pautnya dengan main piano atau membaca karya sastra terkenal. Untuk seorang ahli ilmu sosial, kegiatan seperti main piano itu merupakan elemen-elemen belaka dalam keseluruhan kebudayaan kita. Keseluruhan ini mencakup kegiatan-kegiatan duniawi seperti mencuci piring atau menyetir mobil dan untuk tujuan

mempelajari kebudayaan, hal ini sama derajatnya dengan “hal-hal yang lebih halus dalam kehidupan”. Karena itu, bagi seorang ahli

ilmu sosial tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagamana pun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam suatu kebudayaan.

Pengkategorian tentang garis besar dari definisi kebudayaan adalah sebagai berikut ( Usaman Pelly, 1994 : 21) :

(25)

commit to user

2) Ahli sejarah menekankan pertumbuhan kebudayaan dan mendefinisikan sebagai warisan sosial dan tradisi.

3) Ahli filsafat menekankan pada aspek normatif, kaidah kebudayaan dan realisasi cita-cita.

4) Antropologi melihat kebudayaan sebagai tata kehidupan, way of life, dan tata tingkah laku.

5) Psikologi mendekati kebudayaan daari segi penyesuaian manusia kepada alam sekelilingnya, kepada syarat-syarat hidup.

6) Ilmu bangsa-bangsa gaya lama dan petugas museum menaksir kebudayaan atas hasil artifact dan kesenian.

7) Beberapa definisi lainnya yang agak istimewa dapat dikemukakan sebagai berikut :a) Dialectic of challenge and respons (Toynbee); b) Superstruktur ideologis yang mencerminkan pertentangan kelas (K.Marx); c) Gaya hidup feodal aristokrat (Al Farabi); d) Kebudayaan sebagai comfort (Mentagu).

Soerjanto Poespowardodjo dalam kajian Hans J. Daeng (2000:45) mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan proses dan hasil perkembangan manusia yang disalurkan dari generasi ke generasi untuk kehidupan manusiawi yang lebih baik.

(26)

commit to user

Kebudayaan merupakan kumpulan acuan dan pegangan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, misalnya saja dengan menciptakan segala sesuatu yang dapat membantu aktivitas manusia.

Menurut Ruth Benediet dalam Parsudi Suparlan, (1984: 84) yang mengatakan bahwa “Kebudayaan adalah pengikat manusia bersama-sama.” dengan kebudayaan, manusia menjadi terikat oleh suatu aturan dan merasa menjadi satu ikatan sama yaitu kesamaan identitas.

Terdapat batasan-batasan yang jelas, sehingga suatu kebiasaan dapat dikatakan sebagai kebudayaan. “Batasan-batasan kebudayaan tersebut terdiri dari gagasan pokok yang mencakup perkembangan dan kemajuan masyarakat, hasil bersama dan humanisasi” (Soerjanto Poespowardojo, 1989: 219-220). Batasan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Kebudayaan mencakup segala perkembangan dan kemajuan masyarakat

Kebudayaan mencakup bidang seni, sastra, ekonomi maupun teknologi.

2) Kebudayaan adalah hasil bersama

Masyarakat terdiri dari sekelompok individu, yang menjadi kesepakatan dalam suatu kelompok tersebut adalah kebudayaan.

3) Kebudayaan pada hakekatnya adalah humanisasi

Nilai-nilai manusiawi menjadi dasar dan ukuran langkah-langkah pembangunan dan modernisasi. Nilai-nilai etis merupakan petunjuk dan pedoman bagi norma-norma masyarakat.

(27)

commit to user b. Sifat dan Hakikat Kebudayaan

Kebudayaan selalu melekat erat pada kehidupan sehari-hari manusia. Sifat-sifat kebudayaan dapat dirasakan dalam kehidupan. Sifat-sifat tersebut dijelaskan oleh Nurani Soyomukti (2010:441-443) antara lain :

1) Kebudayaan diperoleh dari belajar

Kebudayaan manusia tidak diturunkan atau diwariskan secara biologis atau genetis, tetapi melalui proses sosialisasi dan internalisasi yang diperoleh karena bergaul dan berinteraksi dengan manusia lain dalam suatu kelompok. Artinya, perilaku manusia lebih banyak digerakkan leh kebudayaan dibanding dengan perilaku makhluk lain yang tingkah lakunya digerakkan oleh naluri atau isnting.

2) Kebudayaan milik bersama

Dikatakan bahwa kebudayaan adalah milik bersama karena hal tersebut adalah milik bersama para anggota masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut. Semua anggota harus mematuhinya dan mengikuti karena diikat oleh konvensi, nilai-nilai, dan norma atau bahkan aturan. Suatu kelompok memiliki kebudayaan apabila para warganya memiliki secara bersama sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakuan yang sama yang didapat melalui proses belajar.

3) Kebudayaan sebagai pola

Pola-pola seperti tingkah laku terjadi karena dalam kebudayaan ada nilai atau batasan yang mengatur cara hidup dan tingkah laku masyarakat. Pola ideal adalah apa yang secara nilai diakui bersama oleh para anggotanya. Pola-pola ini yang sering disebut dengan norma.

4) Kebudayaan bersifat dinamis dan adaptif

(28)

commit to user

dihadapi dan menjadi penyangga dalam hubungan antara sesama manusia.

c. Wujud Kebudayaan

Kebudayaan tidak hanya segala sesuatu yang dapat dilihat secara kasat mata, tetapi nilai, gagasan dan ide juga merupakan wujud dari kebudayaan. Koentjaraningrat (1983: 189-190) menyatakan bahwa ada tiga wujud kebudayaan yaitu:

1) Sebagai suatu tindakan kompleks dari ide-ide, gagasan, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

Wujud pertama dari kebudayaan ini sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala-kepala atau dengan perkataan lain dalam alam pikiran dari warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Pada masa sekarang ini wujud kebudayaannya banyak disimpan dalam disk, arsip, koleksi micro film, kartu computer, dll. Ada pula yang menyebut wujud kebudayaan yang pertama ini dengan adat istiadat.

2) Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat.

Wujud kedua dari kebudayaan ini biasa disebut sistem sosial.yang termasuk dalam sistem sosial ini misalnya, aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain, yang dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun selalu mengikuti pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. System social itu bersifat konkret, nyata sehingga dapat dilkukan observasi, diamati dan difoto.

3) Sebagai wujud benda-benda hasil karya manusia.

(29)

commit to user

dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto.

Ketiga wujud kebudyaan di atas dalam kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kebudayaan yang ideal dan adat-istiadat mengatur dan mengarah pada tindakan dan perilaku manusia. Sedangkan kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang mempengaruhi pola perbuatan dan cara berpikir.

d. Unsur Kebudayaan

Kebudayaan suatu bangsa atau masyarakat, terdiri darui unsur-unsur yang besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu keutuhan yang bersifat kesatuan. Menurut R. Linton dalam Usman Pelly (1994:23) kebudayaan merupakan konfigurasi dari tingkah laku yang unsur-unsur pembentukknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.

Beberapa ahli merumuskan unsur-unsur kebudayaan. Menurut Melville J. Herskovits dalam kajian Soejono Soekanto (1975:57) mengajukan unsur kebudayaan ada empat yaitu : 1) alat-alat teknologi, 2) sistem ekonomi, 3) keluarga, 4) kekuasaan politik. Sedangkan menurut Bronislaw Maliowski dalam Soerjono Soekanto (1975:57) menyebutkan bahwa unsur-unsur pokok kebudayaaan adalah : 1) sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat agar menguasai alam sekelilingnya, 2) organisasi ekonomi, 3) alat-alat dan lembaga atau petugas untuk pendidikan, 4) organisasi kekuatan.

(30)

commit to user

Nurani Soyomukti, (2010:447) merinci unsur-unsur kebudayaan sebagai berikut:

1) Sistem religi yang terdiri dari : a) Sistem kepercayaan; b) Sistem nilai dan pandangan hidup; c) Komunikasi keagamaan; d) Upacara keagamaan.

2) Sistem kemasyarakatan : a)Kekerabatan; b) Asosiasi dan perkumpilan; c) Sistem kenegaraan; d) Sistem kesatuan hidup; e) Perkumpulan. 3) Sistem pengetahuan, meliputi pengetahuan tentang : a) Flora dan

fauna; b) Waktu, ruang, dan bilangan; c) Tubuh manusia dan perilaku antar-sesama manusia.

4) Bahasa, yaitu alat komunikasi berbentuk: a) Lisan; b) Tulisan.

5) Kesenian : a) Seni patung/pahat; b) Relief; c) Lukis dan gambar; d) Rias; e) Vokal; f) Musik; g) Bangunan; h) Kesusastraan; i) Drama. 6) Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi: a) Berburu dan

mengumpulkan makanan; b) Bercocok tanam; c) Peternakan; d)Perikanan; e) Perdagangan.

7) Sistem peralatan hidup atau teknologi: a) Produksi, distribusi, dan transportasi; b) Peralatan komunikasi; c) Peralatan konsumsi dalam bentuk wadah; d) Pakaian dan perhiasan; e) Tempat berlindung dan perumahan; f) Senjata.

Setiap unsur kebudayaan universal juga mempunyai tiga wujud, yaitu wujud sistem budaya, wujud sistem sosial, dan wujud kebudayaan fisik. Sehingga perlu dilakukan pemerincian kebudayaan dalam unsur-unsur yang khusus.

Fungsi unsur kebudayaan menurut pendapat Malinowski dala kajian Koentjaraningrat (1990:215) yaitu berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat manusia berfungsi untuk memuaskan suatu rangkaian hasrat naluri akan kebutuhan hidup manusia (basic human needs).

e. Fungsi Kebudayaan

(31)

commit to user

apabila sebaliknya. Menurut Soerjono Soekanto (1975:58-59), kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggota masyarakat, seperti misalnya kekuatan alam di mana masyarakat tersebut tinggal, maupun kekuatan lain dari masyarakat itu sendiri. Kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan bahwa sebagian besar kemampuan masyarakat itu terbatas dan dengan demikian kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaan juga terbatas dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Koentjaraningrat dalam kajian Soerjono Soekanto (1975:59), hasil karya manusia atau masyarakat menimbulkan teknolgi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya. Teknologi pada hakekatnya meliputi tujuh unsur yaitu : 1) alat-alat produktif, 2) senjata, 3) wadah, 4) makana dan minuman, 5) pakaian dan perhiasan, 6) tempat berlindung dan perumahan, 7) alat-alat transportasi.

Sosiolog besar Indonesia Selo Soemardjan dalam Nurani Soyomukti (2010:426) mengatakan bahwa kebudayaan masyarakat pada intinya berfungsi menghubungkan manusia dengan alam sekitarnya dan dengan masyarakat tempat manusia tersebut menjadi warga.

(32)

commit to user

Kebudayaan berfungsi memenuhi kebutuhan hidup manusia mulai dari kebutuhan biologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologis. Dengan kebudayaan, manusia dapat menciptakan teknologi dan diwujudkan dengan benda. Dengan kebudayaan pula, manusia bisa menghasilkan aturan dan nilai yang dianggap benar, sehingga dapat mengatur pergaulan kehidupan dalam bermasyarakat. Kebudayaan mengajarkan manusia untuk bertindak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, yang bersifat memaksa karena dilengkapi dengan sanksi apabila melanggarnya.

f. Nilai budaya

1) Definisi Nilai Budaya

Menurut pendapat Theodorson dalam kajian Soerjono Soekanto (1975:101) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterkaitan orang maupun kelompok terhadap nilai relatif kuat dan bersifat emosional. Oleh karena itu nilai dapat dilihat sebagai pedoman bertindak dan sekaligus sebagai tujuan manusia itu sendiri.

Definisi nilai budaya juga dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1987:85) yaitu bahwa nilai budaya terdiri dari konsepsi yang hidup di alam pikiran sebagian masyarakat mengenai hal-hal yang dianggap mulia. Sistem nilai yang ada dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak.

(33)

commit to user

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.

Dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.

2) Sistem Nilai Budaya

Suatu sistem nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia (Koentjaraningrat, 1981:124). Sistem nilai budaya itu demikian kuatnya meresap dan berakar di dalam jiwa masyarakat sehingga sulit diganti atau diubah dalam waktu yang singkat. Sistem nilai budaya di dalam masyarakat menyangkut masalah-masalah pokok bagi kehidupan manusia.

Sistem nilai budaya merupakan bagian dari sistem budaya, yaitu aspek dari sistem gagasan. Kedudukan nilai dalam setiap kebudayaan sangatlah penting, maka pemahaman tentang sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya sangat penting dalam konteks pemahaman perilaku suatu masyarakat dan sistem pendidikan yang digunakan untuk menyampaikan sisitem perilaku dan produk budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat yang bersangkutan.

(34)

commit to user

Sistem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud yang konsepsional dari kebudayaan, yang seolah-olah berada di luar dan di atas para individu yang menjadi warga masyarakat tersebut (Usman Pelly, 1994:102). Haryati Soebadio,(dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/sistem-nilai-budaya-ibd/, diunduh pada 15 November 2011), memberikan deskripsi kerja tentang sistem nilai budaya sebagai nilai gagasan utama. Lebih lanjut Haryati Soebadio mengatakan bahwa sistem nilai dan gagasan itu dihayati benar-benar oleh pendukukung budaya bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Akibatnya, sistem nilai dan gagasan itu dapat mendominasi keseluruhan kehidupan para pendukungnya. Dalam arti mengarahkan tingkah laku di dalam kehidupan masyarakat. Sistem nilai dan gagasan utama itu memberi pola untuk bertingkah laku dalam masyarakatnya, atau dengan kata lain memberikan seperangkat model untuk bertingkah laku.

G.Wira Saputra, (http://wirasaputra.wordpress.com/2011/10/13/nilai-budaya-sistem-nilai-dan-orientasi-nilai-budaya/, diunduh 28 Maret 2012) mengatakan bahwa sistem nilai budaya merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjadi pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin dalam cara berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku anggota-anggota suatu masyarakat.

3) Orientasi Nilai Budaya

(35)

commit to user

Menurut Kluckhohn dalam Usman Pelly (1994 : 104) kelima masalah universal kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan dijelaskan dalam tabel berikut ini :

Tabel 1. Skema Kluckhonhn Lima Masalah Dasar yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia

(sumber : Usman Pelly, 1994 : 104)

Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah orientasi nilai budaya dengan berbagai variasi yang berbeda-beda. Variasi orientasi nilai budaya dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sistem nilai budaya pada kelompok-kelompok masyarakat.

g. Kebudayaan Jawa

(36)

commit to user

Jawa adalah kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat Jawa percaya bahwa ada kekuatan gaib yang dapat diminta pertolongan dalam masalah duniawi dan rohani kehidupan masyarakat (Ahira, http://www.anneahira.com/kebudayaan-jawa.htm, diunduh pada 15 Maret 2012).

Daerah kebudayaan Jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur dari pulau Jawa. Meskipun demikian ada daerah-daerah yang kolektif sering disebut dengan daerah Kejawen. Kebudayaan Jawa mempunyai banyak variasi dan perbedaan-perbedaan yang bersifat lokal dalam beberapa unsur-unsur kebudayaan. Tetepi variasi-variasi tersebut tidak banyak berbeda karena masih menunjukkan satu pola atau sistem kebudayaan Jawa. (Kodiran dalam Koentjaraningrat, 2010:329)

Unsur kebudayaan yang menonjol pada setiap daerah akan membentuk identitas pada daerah tersebut. Identitas dari kebudayaan Jawa dapat dilihat dari beberapa unsur yang menonjol yaitu, bahasa dan komunikasi, kesenian, dan kesusastraan, keyakinan keagamaan, ritus, ilmu gaib, dan beberapa pranata dalam organisasi sosial (Koentjaraningrat, 1978: 11-12).

Dikaji dari unsur bahasa, dalam masyarakat bahasa merupakan sarana interaksi sosial, dengan tujuan untuk penyampaian amanat dari seseorang kepada orang lain. Masyarakat Jawa menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Pada waktu menggunakan bahasa Jawa seseorang harus memperhatikan dan membeda-bedakan keadan orang yang diajak berbicara atau yang dibicarakan, berdasarkan status sosial dan usia. Bahasa Jawa ditinjau dari kriteria tingkatannya ada dua yaitu, bahasa Jawa Ngoko dan Krama. Bahasa Ngoko dipakai untuk orang yang sudah dikenal akrab, dan terhadap orang yang lebih muda usianya. Sedangkan bahasa Jawa Krama digunakan untuk berbicara dengan yang belum dikenal akrab, tetapi sebaya dalam umur maupun derajat, dan terhadap orang yang lebih tinggi derajat,umur, serta status sosialnya (Koentjaraningrat, 2010:329-330).

(37)

commit to user

Masyarakat Jawa meyakini bahwa arwah leluhur dan makhluk-makhluk halus seperti misalnya memedi, lelembut, demit serta jin dan lainnya menempati sekitar tempat masyarakat tinggal. Apabila seseorang ingin hidup tanpa gangguan harus berbuat sesuatu untuk mempengaruhi alam semesta dengan berprihatin, berpuasa, berpantang melakukan perbuatan serta makanan tertentu, berselamatan, dan bersesaji. Selamatan dan bersesaji sering kali dijalankan oleh masyarakat Jawa di desa-desa di waktu-waktu tertentu dalam peristiwa kehidupan sehari-hari (Kodiran dalam Koentjaraningrat, 2010:346-347).

Kepercayaan masyarakat Jawa pada kekuatan sakti atau kesaktentersebut banyak pula yang ditujukan kepada benda-benda pusaka, keris, dan alat-alat seni suara Jawa yaitu gamelan. Karena sikap dan pembawaan masyarakat Jawa mengadakan orientasi tersebut muncul beberapa aliran kebatinan, misalnya: 1) gerakan atau aliran kebatinan keuniyahan yaitu percaya adanya anasir-anasir roh halus serta jin-jin; 2) aliran yang ke-Islam-Islaman, dengan ajaran-ajaran yang banyak mengambil unsur keimanan agama Islam dengan syarat-syarat yang dibedakan dengan syariat agama Islam; 3) aliran kehindu-Jawian, di mana pengikutnya percaya kepada dewa-dewa Hindu; 4) aliran bersifat mistik, dengan usaha manusia untuk mencapai kesatuan Tuhan (Kodiran dalam Koentjaraningrat, 2010:349-350).

Konsep harmonisasi sosial dalam budaya Jawa adalah bagian dari konsep harmonitas total menurut pandangan hidup Jawa. Pandangan hidup yang sesuai dengan sari pati jalanan hidup orang Jawa sepanjang masa, sedemikian rupa sehingga orang Jawa menjadi Jawa. Jadi identitas ke-“Jawa”-an tadi merupakan hasil suatu proses yang panjang, melalui seleksi kualitatif, dan berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan. Konsep harmonitas tersebut terungkap dalam pernyataan seperti, Sangkan Paraning Dumadi, pamoring Kawula Gusti. Pandangan hidup Jawa mengisyaratkan suatu filosofi proses, yaitu Tuhan sebagai Pandoming Dumadi (Purwadi, 2005:122).

(38)

commit to user

kebudayaan Jawa secara aktif dapat menyesuaikan diri dengan arus globalisasi (Ageng Pangestu, 2007:7).

2. Mitos

Kebudayaan manusia yang paling sulit didekati dengan analisis logis adalaha mitos dan religi. Kebanyakan kelompok etnis yang ada di Indonesia memiliki mitologi yang mengisahkan suatu peristiwa yang menyangkut hidup masyarakat. Atas dasar mitologi yang berkembang dalam masyarakat ini, orang mengatur sikap dan tingkah lakunya sejalan dan atas dasar mitologi yang membenarkan atau menyalahkan sikapnya.

a. Definisi Mitos

Mitos didefinisikan dalam pengertian yang berbeda-beda. Aris Zardens (http://filsafat.kompasiana.com/2012/02/04/membongkar-mitos-mitos-budaya-massa/, diunduh pada 2 Maret 2012) menjelaskan pengertian mitos adalah sebagai berikut :

Kata mitos berasal dari bahasa Yunani muthos, yang secara harafiah berari sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang, dalam pengertian yang lebih luas bisa berarti suatu pernyataan, sebuah cerita. Mitos bukan sekedar cerita seperti dongeng atau legenda yang sering diceritakan oleh orang-orang tua. Mitos memiliki keunikan dan perbedaan yang sangat mendasar dengan cerita-cerita rakyat. Didalam mitos terkandung makna-makna yang dihadirkan lewat simbol-simbol, yang mengungkap asal-usul masyarakat. Biasanya mitos berisikan cerita-cerita sakral yang mengandung ajaran-ajaran atau pesan untuk generasi saat ini yang bersifat kolektif. Mitos bukanlah cerita historis, sehingga ia tidak memiliki ruang dan waktu tertentu. Cerita itu lahir begitu saja sebagai sebuah kisah yang hidup dan berkembang di masyarakat secara turun temurun.

Oleh J.Van Baal dalam kajian Hans J. Daeng (2000:81) mitos dikatakan sebagai cerita dalam kerangka sistem suatu religi yang dimasa lalu atau kini telah atau sedang berlaku sebagai kebenaran keagamaan.

(39)

commit to user

mencetuskan pengalaman manusia purba, lambang kebaikan dan kejahatan, hidup dan kematian, dosa dan penyucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan akherat.

Syukur Dister dalam Hans J. Daeng (2000:81) berpendapat mitologi menyediakan suatu kerangka acuan yang memungkinkan manusia memberi kesan dan pengalaman selama hidup. Berkat kerangka acuan tersebut manusia dapat berorientasi dalam kehidupan, mitos juga dianggap sebagai pegangan hidup.

Dunia mitos adalah dunia dramatis, dunia tindakan, dunia daya-daya, dunia kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan. Dalam setiap gejala alamiah tampak benturan antara kekeuatan-kekuatan itu. Persepsi mistis selalu sarat dengan ciri-ciri emosional tersebut. Mitos bukan sebuah sistem keyakinan dogmatis. Mitos lebih sering terjelma dalam tindakan, dari pada dalam pikiran atau khayalan (Ernst Cassier, 1987:116-119). Mitos dianggap memiliki tiga ciri yaitu kebenaran, kredibilitas dan kekuasaan. Yaitu selain dipercaya benar-benar terjadi juga mempunyai pengaruh kuat dan kekuasaan untuk memaksa masyarakat maupun seseorang melakukan sesuatu untuk mewujudkan kepercayaan tersebut (Nugraheni Eko, 2007:7).

Pandangan tentang Mitos juga dikemukan oleh Bascom dalam James Dananjaya (1997:51) yang mengatakan bahwa mitos adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mitos pada umumnya mengisahkan kejadian alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam dan sebagainya. Mite atau mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan para dewa, hubungan kekerabatan para dewa, kisah perang dsb.

(40)

commit to user b. Fungsi Mitos

Fungsi mitos menurut C.A Van Peursen (1988:38-41) dijabarkan sebagai berikut :

1) Menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib. Mitos tidak memberikan bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan tersebut, tetapi membantu manusia agar dapat menghayati daya-daya itu sebagai suatu kekuatan yang dipengaruhi dan menguasai alam dan kehidupan suku/masyarakat.

2) Mitos memberi jaminan bagi masa kini. Fungsi yang kedua ini dengan banyak contoh. Pada musim semi misalnya jika ladang-ladang mulai digarap, diceritakan dongeng-dongeng, tetapi dapat juga diperagakan, misalnya dengan sebuah tarian, bagaimana pada jaman purbakala para dewa juga mulai menggarap sawahnya dan memperoleh hasil yang melimpah-limpah. Cerita tersebut seolah-olah mementaskan atau menghadirkan kembali suatu peristiwa yang dulu pernah terjadi, dengan demikian dijamin keberhasilan usaha serupa dewasa ini.

3) Mitos memberikan pengetahuan tentang dunia. Lewat mitos manusia primitif memperoleh keterangan-keterangan. Mitos memberikan keterangan tentang terjadinya dunia, hubungan antara dewa-dewa, asal mula kejahatan.

Gagasan Mircea Eliade dalam Hans J. Daeng (2000:16) mengemukakan tentang struktur dan fungsi mitos sebagai berikut :

(41)

commit to user

Berikut ini adalah fungsi mitos menurut pendapat dari Sri Iswidayanti (http://journal.unnes.ac.id/index.php/harmonia/article/view/790,diunduh 22 Maret 2012) antara lain: 1) untuk mengembangkan simbol-simbol yang penuh makna serta menjelaskan fenomena lingkungan yang harus masyarakat hadapi; 2) sebagai pegangan bagi masyarakat pendukungnya untuk membina kesetiakawanan sosial di antara para anggota agar dapat saling membedakan antara komunitas yang satu dan yang lain ; dan 3) sebagai sarana pendidikan yang paling efektif terutama untuk mengukuhkan dan menanamkan nilai-nilai budaya,norma-norma sosial dan keyakinan tertentu.

Pada umumnya mitos-mitos dikembangkan untuk menanamkan dan mengukuhkan nilai-nilai budaya, pemikiranmaupun pengetahuan tertentu, yang berfungsi untuk merangsang perkembangan kreativitas dalam berpikir. Tujuan pokok dari mitos sebenarnya mempunyai fungsi yang sama yaitu cerita yang ada dalam mitos sebagai petunjuk manusia dalam kehidupan, batasan-batasan yang dijadikan pedoman dalama kehidupan bermasyarakat.

3. Tradisi

a. Definisi Tradisi

Suatu kebiasaan yang biasa dilakukan oleh sekelompok manusia atau masyarakat yang dilakukan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya biasa disebut dengan tradisi. Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan (Mulfi dalam http://mulfiblog.wordpress.com/2009/10/20/pengertian-tradisi/, diunduh 17 Maret 2012).

(42)

commit to user

suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama (Jalius H.R, http://jalius12.wordpress.com/2009/10/06/tradisional/, diunduh 12 Februari 2012). Menurut Van Peursen (1988:11) tradisi merupakan sebuah kebudayaan. Tradisi dapat diterjemahkan dengan pewarisan atau penerusan norma-norma, adat-istiadat, kaidah-kaidah, harta-harta. Tetapi tradisi tersebut bukanlah sesuatu yang tak dapat diubah, tradisi dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya.

Menurut pendapat Shils dalam kajian yang ditulis Piotr Sztompka (2008: 65) Setiap masyarakat tentunya memiliki masa lalu. Untuk menghubungkan antara masyarakat dulu dan kini adalah sesuatu yang dihargai, dilestarikan dan dijaga oleh masyarakat pada masa sekarang ini, karena dengan hal itu akan tetap masyarakat ada. Tradisi merupakan sesuatu yang dinamis, di mana tradisi ini berguna untuk mengkaji manusia itu sendiri dan juga untuk mengembangkannya. Sebagaimana yang dinyatakan bahwa, kaitan masyarakat dengan masa lalunya tak pernah mati sama sekali. Kaitannya itu melekat dalam sifat masyarakat itu. Masyarakat takkan pernah menjadi masyarakat bila kaitan dengan masa lalunya tak ada.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi merupakan hasil masyarakat pada masa lalu yang dianggap menarik dan baik untuk diwariskan kepada generasi penerusnya sebagai suatu kebiasaan yang dianggap baik dan bermanfaat dalam kehidupan.

b. Kemunculan Tradisi

(43)

commit to user

tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau paksaan oleh individu yang berpengaruh dan berkuasa.

Tradisi dapat muncul dan berkembang apabila dilakukan pewarisan terhadap generasi yang lebih muda. Menurut Wayan Badrika (2006:29-31) pada zaman prasejarah atau masa di mana manusia belum mengenal tulisan manusia mewariskan atau menurunkan tradisi kepada generasi penerusnya melalui lisan dengan dua cara, yaitu:

1) Melalui keluarga, keluarga merupakan dunia sosial yang pertama dan saling berkesinambungan antara anggota yang satu dengan yang lain. Sehingga komunikasi akan terjalin sebagai media pewarisan tradisi budaya suatu masyarakat. Ada dua cara sosialisasi yang dilakukan yaitu dengan: a) adat istiadat atau kebiasaan keluarga ; dan b) melalui dongeng, dalam cerita dongeng selalu disisipkan pesan-pesan mengenai sesuatu yang dianggap baik atau sesuatu yang dianggap tidak baik untuk dilakukan.

2) Melalui masyarakat: secara langsung dan tidak langsung masyarakat berperan dalam pewarisan tradisi yang dimiliki pada masa lalu, yaitu melalui: a) adat istiadat, misalnya dalam pewarisan tradisi gotong royong dalam kehidupan masyarakat; b) pertunjukan hiburan, misalnya dengan pertunjukan wayang disamping sebagai hiburan cerita yang dibaawakan dalam pertunjukkannya mengandung pesan filosofi hidup; c) kepercayaan masyarakat, pada zaman dahulu masyarakat menganggap suatu tempat atau benda-benda tertentu mengandung suatu yang mistik dan gaib, secara turun-temurun masyarakat selalu menjaga kekeramatan tempat atau benda-benda yang dianggap keramat.

(44)

commit to user

masyarakat; 3) kesusastraan, banyak cerita yang ditulisan dalam zaman sejarah, hal ini dapt dijadikan pewarisan tradisi atau kebudayaan masyarakat kepada generasi penerusnya.

Penyebaran tradisi melalui lisan jauh lebih terbatas dibandingkan dengan melalui tulisan. Penyebaran tradisi lisan, selain sangat terbatas cakupan penerimannya, juga terbatas jangka waktunya.

c. Fungsi Tradisi

Tradisi sebagai nilai adalah sesuatu yang telah teruji kebenarannya, dengan kata lain bahwa tradisi adalah sesuatu yang dianggap paling benar oleh para pelakunya. Tradisi harus mempunyai orientasi dasar untuk legitimasi tindakan manusia, yang artinya bahwa, tradisi mengajarkan kepada manusia tindakan yang benar dan tindakan yang salah. Tradisi merupakan keseluruhan benda material dan abstraksi manusia yang berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada sampai kini, belum dihilangkan, dirusak, dibuang, atau dilupakan. Jadi tradisi itu merupakan yang benar-benar terjadi masa lalu dan masih dilakukan sampai saat ini.

Tradisi diciptakan dan dijalankan oleh manusia. Segala sesuatu yang diciptakan manusia pasti mempunyai fungsi bagi kehidupan manusia itu sendiri, begitupun juga dengan tradisi. Fungsi dari tradisi menurut Piotr Sztompika (2008:74-76) adalah sebagai berikut :

1) Tradisi merupakan kebijakan turun-temurun. Tempatnya dalam kesadaran, keyakinan, norma dan nilai yang dianut dalam sesuatu yang diciptakan di masa lalu. Tradisi menjadi gagasan dan material yang digunakan orang dalam tindakan kini dan untuk membangun masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu.

(45)

commit to user

3) Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok.

4) Membantu menyediakan tempat pelarian dan keluhan, ketidakpuasan, dan kekecewaan dalam kehidupan modern.

Seiring perkembangan jaman juga dapat memengaruhi proses mentransfer tradisi yang telah ada. Pada saat penerimaan tradisi tersebut, sering kali generasi penerus hanya melaksanakan tanpa mengerti arti yang ada di balik tradisi tersebut. Masyarakat dituntut untuk patuh dan taat terhadap tradisi, karena masyarakat telah menerima bahwa tidak ada tradisi yang salah dan sudah dianggap benar oleh masyarakat. Untuk mengukuhkan aturan yang dibuat oleh tradisi, maka dimasukkan ke dalam aturan lembaga yang telah diakui keberadaannya, misalnya desa, mulai dari norma, nilai dan adat-istiadat.

4. Bersih Desa

Masyarakat Jawa terutama yang tinggal di pedalaman mempercayai adanya kekuatan alam yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia. Sebagai ungkapan kepercayaan asli masyarakat, kekuatan tesebut diwujudkan dalam roh yang tinggal dalam tempat-tempat tertentu. Hal ini diwujudkan melalui tradisi adat istiadat. Tradisi ini selalu dihubungkan dengan roh halus yang dianggap sebagai nenek moyang. Masyarakat Jawa percaya kepada suatu kekuatan yang melebihi segala kekuatan di mana saja yang dikenal, yaitu kesakten. Masyarakat percaya bahwa roh-roh halus menempati sekitar tempat tinggal (Kodiran dalam Koentjaraningrat, 2010:347).

Masyarakat Jawa mempunyai kepercayaan terhadap ilmu gaib yang tidak dapat diukur dengan nalar. Ilmu gaib yang dipercaya sebagai suatu kekuatan di luar batas kemampuan manusia pada umumnya. “Empat macam upacara ilmu gaib, yaitu : a). Ilmu gaib produktif; b). Ilmu gaib protektif; c). ilmu gaib destruktif; d). Ilmu gaib meramal.” (Koentjaraningrat, 1994: 356).

(46)

commit to user

mengadakan upacara selamatan. Menurut Kodiran dalam Koentjaraningrat (2010:347-348) upacara selamatan dapat digolongkan menjadi empat macam sesuai dengan peristiwa atau kejadian sehari-hari yaitu sebagai berikut:

(1) Selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang seperti hamil tujuh bulan, kelahiran, upacara potong rambut pertama, upacara menyentuh tanah pertama kali, upacara menusuk telinga, sunat, kematian, serta saat-saat setelah kematian; (2) Selamatan yang bertalian dengan bersih desa, penggarapan tanah pertanian, dan setelah panen padi; (3) Selamatan berhubung dengan hari-hari serta bulan-bulan besar Islam dan; (4) Selamatan pada saat-saat yang tidak tertentu, berkenaan dengan kejadian-kejadian, seperti membuat perjalanan jauh, menempati rumah kediaman baru, menolak bahaya (ngruwat), janji kalau sembuh dari sakit (kaul) dan lain-lain.

Sebenarnya pelaksanaan upacara tradisi erat kaitannya dengan dorongan emosi keagamaan pada suatu masyarakat. Dorongan muncul karena rasa takut dan tidak tenteram serta penuh kekhawatiran dalam hidup, bila tidak melakukan apa yang dilakukan oleh orang tua pada zaman dahulu, masyarakat takut terhadap sanksi yang diduga muncul dari roh atau makhluk halus yang sering mengganggu kehidupan manusia. Untuk mengatasi rasa takut tersebut manusia mengadakan hubungan dengan jalan melakukan upacara atau selamatan (Moertjipto, 1997:29).

a. Konsep Bersih Desa

Bersih desa merupakan salah satu wujud dari unsur kebudayaan khususnya di kalangan masyarakat agraris atau petani. Tradisi ini menyelenggarakan upacara setelah petani memanen hasil pertaniannya. Kegiatan bersih desa banyak dilakukan oleh desa di Jawa, dengan nama dan cara yang tidak selalu sama (Suwardi Endrasawara, 2006:39).

(47)

commit to user

menjadi tradisi turun-temurun untuk memberikan sesaji atau persembahan kepada roh yang dipercaya telah melindungi masyarakat.

Tradisi bersih desa merupakan wujud rasa syukur sekelompok manusia yang ditujukan kepada segala sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan lebih daripada manusia, misalnya saja Tuhan Yang Maha Esa, Dewi Sri yaitu dewi kesuburan menurut kepercayaan masyarakat Jawa, dan juga ditujukan kepada roh-roh halus atau dhanyang yang dipercaya sebagai “pembuka / pendiri” desa dan memberikan perlindungan terhadap masyarakat desa dari roh-roh jahat. Tradisi bersih desa tidak hanya dilakukan oleh perorangan, karena terdapat kesamaan kepentingan dengan lebih dari satu orang. Oleh karena itu, pelaksanaan dari tradisi dilakukan secara bersama-sama oleh anggota masyarakat. Sudah jelas dari namanya seluruh masyarakat yang ada di desa tersebut ikut terlibat. Tradisi ditujukan kepada leluhur yang dipercaya menempati tempat-tempat tertentu dan telah disakralkan oleh masyarakat sekitar, yang dirawat dan dilestarikan bersama-sama oleh warga masyarakat disertai dengan ritual. Acara yang diselenggarakan bukan hanya sekedar acara rutin di setiap tahunnya saja, tetapi di balik setiap ritual yang dilakukan oleh warga masyarakat adalah makna simbolis. Masyarakat berharap leluhur atau nenek moyang mereka melindungi setiap anak-cucu dan generasi selanjutnya, karena masyarakat telah menempatkan leluhur sebagai roh yang melindungi kehidupan.

(48)

commit to user

roh nenek moyang yang biasanya diletakkan pada tempat yang telah disebutkan sebelumnya. (Kodiran dalam Koentjaraningrat, 2010:348-349).

Sebelum pelaksanaan upacara bersih desa dilakukan biasanya didahului dengan serangkaian aktivitas warga masyarakat setempat, misalnya gotong royong atau kerja bakti. Pelaksanaan bersih desa dilakukan oleh masyarakat tanpa memandang kedudukan atau status seseorang (Moertjipto, 1997:74).

Menurut masyarakat Jawa, alam merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Apabila menginginkan kehidupan yang seimbang, maka manusia haruslah merawat alam di sekitarnya. Hal itu merupakan cara manusia menyeimbangkan diri dengan alam di sekitarnya. Karena manusia hidup dengan alam, dan dengan alamlah manusia hidup.

b. Tujuan dan Fungsi Bersih Desa

Setiap upacara yang dilakukan oleh suatu masyarakat pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Upacara tersebut dilakukan oleh masyarakat karena yakin dan percaya kepada nenek moyang dan bersedia melaksanakan warisan nenek moyang. Masyarakat yakin bahwa warisan tersebut apabila dilaksanakan akan membawa kebaikan dan membawa keburukan apabila tidak dilaksanakan. Adapun maksud dan tujuan diadakannya bersih desa menurut Moertjipto, (1997: 94-95) yaitu antara lain :

1) Melestarikan tradisi peninggalan para leluhur yang diturunkan kepada generasi muda, karena upacara bersih dea mengandung nilai-nilai yang bisa dijadikan landasan hidup bagi masyarakat pendukungnya. 2) Upacara bersih desa mengandung arti sebagai ungkapan syukur

kepada Tuhan yang telah memberikan keselamatan, sehingga masyarakat masih diberikan untuk menikmati hidup. Dan tidak lupa terhadap leluhurnya yang dianggap dapat memberikan perlindungan dan ketentraman sehingga masyarakat dapat melakukan tugas dengan baik.

(49)

commit to user

Disebutkan pula oleh Moertjipto (1997:98-99) bahwa fungsi upacara bersih desa antara lain:

1) Sebagai pengokohan norma-norma dan nilai-nilai budaya yang berlaku turun temurun. Karena apabila dicermati upacara bersih desa dapat digunakan sebagai pembinaan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.

2) Dalam pembangunan dewasa ini upacara tradisional berfungsi sebagai pemrsatu masyarakat dan menumbuhkan kegotong royongan serta solidaritas antar sesama warga sebagai ikatan persaudaraan antar masyarakat sehingga tercipta ketentraman dalam kehidupan.

3) Perlengkapan yang digunakan dalan upacara bersih desa berfungsi sebagai penolak bala dan permohonan keselamatan.

Setiap prosesi kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pada intinya adalah mengajarkan kebaikan. Setiap ajaran mengandung filosofi kehidupan, sehingga berfungsi sebagai pedoman masyarakat untuk melangsungkan hidup. Filosofi kehidupan yang diajarkan mengandung nilai-nilai yang dianggap benar karena sesuai dengan masyarakat, sehingga dilakukan terus-menerus dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Selain itu, upacara yang dilakukan adalah suatu manifestasi wujud rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan keselamatan dan kenikmatan hidup.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Upacara tradisi bersih desa merupakan upacara yang berfungsi sebagai ilmu gaib produktif yang diadakan dalam rangka upacara religiomagis yang sifatnya komunitas, yang berkaitan dengan panen hasil bumi masyarakat sekitar, ungkapan syukur dan dihindarkan dan dilindung dar mara bahaya. Pelasanaan Upacara bersih desa ini berbeda-beda di setiap desanya.

5. Masyarakat desa a. Pengertian Masyarakat

(50)

commit to user

menyebut kelompok manusia adalah masyarakat. Masyarakat menurut Koentjaraningrat (1983 : 149) adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh rasa identitas bersama. Suatu Negara adalah komunitas masyarakat yang paling besar. Kemudiaan diikuti dengan pemerintahan yang lebih rendah. Berikut ini merupakan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian masyarakat dalam kajian Usman Pelly (1994:28-29) :

1) Linton mengemukakan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama bekerja sama, sehingga dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

2) Herskovit mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan yang mengikuti satu cara hidup tertentu.

3) Gillin dan Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang besar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan persaan persatuan yang sama.

4) Steinmentz memberikan batasan bahwa masyarakat adalah sebagai kelompok manusia yang terbesar yang meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai hubungan erat dan teratur.

Ciri-ciri masyarakat menurut Soerjono Soekanto dalam Nurani Soyomukti (2010:63-64) adalah :1) Masyarakat merupakan sekumpulan manusai yang hidup bersama; 2) Hidup bersama dalam waktu yang cukup lama. Dalam hidup bersama tersebut akan terjadi interaksi dan melahirkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia; 3) Sadar bahwa sekelompok manusia tersebut merupakan satu kesatuan; 4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan.

(51)

commit to user

kehidupan antar manusia dalam suatu kelompok tersebut. Setiap masyarakat akan membentuk kebudayaan yang berbeda-beda.

b. Masyarakat Desa

Desa adalah suatu wilayah hukum yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan tingkat daerah paling rendah. Secara administratif desa langsung berada dibawah kekuasaan pemerintah kecamatan dan terdiri dari dukuh-dukuh. Di desa banyak dijumpai perumahan penduduk beserta tanah-tanah pekarangan yang satu sama lainnya dipisah-pisah dengan pagar bambu atau tumbuh-tumbuhan (Kodiran dalam Koentjaraningrat, 2010:331).

Masyarakat yang mendiami desa biasa disebut dengan masyarakat desa, di mana sebagian besar bermatapencaharian petani. “masyarakat desa merupakan suatu komunitas pertanian yang kecil” (Soerjono Soekanto, 1985: 538). Jumlah masyarakat desa relatif kecil apabila dibandingkan dengan masyarakat kota. Jenis pekerjaan masyarakat desa tidak banyak, misalnya petani, guru dan buruh. Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan tradisi yang dimiliki. Masyarakat desa tidak dapat dipisahkan dari lingkungan dan kepercayaan atau adat-istiadat, yang mengajarkan tentang bagaimana manusia berhubungan dengan alam secara langsung dan terikat dengan alam semesta serta kekuatannya. Manusia menguasai alam, tetapi dalam hal-hal tertentu manusia masih percaya akan kekuatan yang sangat kuat di luar dirinya.

Dalam sebuah desa terdapat pelapisan sosial yang antara lain, lapisan yang tertinggi dalam desa adalah wong baku. Lapisan ini terdiri dariketurunan orang-orang yang dahulunya menetep pertama kali di desa. Bisanya memiliki sawah-sawah, rumah dengan tanah pekarangannya. Lapisan kedua dalam sistem pelapisan sosial di desa adalah lapisan kuli gondok atau lindung. Yaitu orang-orang lelaki yang telah menikah akan tetapi tidak mempunyai tempat tinggal sendiri, sehingga menetap di tempat kediaman mertuanya. Tetapi bukan berarti mereka tidak memiliki tanah pertanian, masyarakat ini memilikinya dengan diperoleh dari warisan atau membeli. Lapisan yang ketiga adalah lapisan joko,

Gambar

Tabel 1: Skema Kluckhonhn Lima Masalah Dasar yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia................................................
Gambar 3: Prosedur Penelitian ................................................................
Tabel 1. Skema Kluckhonhn Lima Masalah Dasar yang Menentukan Orientasi
Gambar 1. Kerangka Berfikircommit to user
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pejanjian bagi hasil tanah pertanian yang berada di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.. Penelitian ini

Urutan acara bersih desa dimulai dari membersihkan jalan, punden, sendang dan empat pojok desa kemudian dilanjutkan dengan acara Sredegan, tirakatan dan yang

disosialisasikan di masyarakat agar dapat dijalankan. Karena dengan partisipasi aktif dari masyarakat, misalnya dalam mensortir jenis sampah, maka pengolahan sampah

Desa Gumirih merupakan salah satu desa yang sudah masyhur banyak diketahui oleh masyarakat Kecamatan Singojuruh maupun masyarakat yang berada di luar kecamatan. Masing masing

masyarakat Desa Sialang Jaya bahwa lubuk larangan yang berada di desa mereka awalnya terbentuk dari hasil kesepakatan masyarakat dimana mengingat sekitar tahun 1980

Dalam bersih desa, seluruh masyarakat ikut terlibat. Di dalamnya terdapat pembagian kerja, dimana individu-individu sebagai bagian dari masyarakat Dusun Sambeng

disosialisasikan di masyarakat agar dapat dijalankan. Karena dengan partisipasi aktif dari masyarakat, misalnya dalam mensortir jenis sampah, maka pengolahan sampah tentu akan

Situs Goa Pertapan menjadi salah satu tempat tujuan bertapa pada jaman dahulu sehingga banyak terdapat cerita rakyat dan legenda yang berkembang di