• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ayat-ayat shalawat dalam al Qur’an.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ayat-ayat shalawat dalam al Qur’an."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

AYAT-AYAT SHALAWAT DALAM AL-

QUR’A>N

Skripsi:

Disusun untuk memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Al-Qur’a>n dan Tafsir

Oleh:

NUGRAHA ANDRI AFRIZA

NIM: E03213069

PRODI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Sarjana Agama (S. Ag.)

Oleh:

NUGRAHA ANDRI AFRIZA

NIM: E03213069

PRODI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Nugraha Andri Afriza, 2017. AYAT-AYAT SHALAWAT DALAM AL-QUR’A>N. Penelitian ini dilatar belakangi oleh shalawat yang pada perkembangannya bukan hanya menjadi ibadah keagamaan. Shalawat telah menjadi budaya baru di masyarakat Islam. Shalawat yang sudah menjadi kebiasaan ini perlu diteliti lebih jauh tentang esensi dan sejarah keeksistensiannya. Perkembangan shalawat yang sangat pesat membuat semakin merajalela nya para pemuka agama yang menyodorkan shalawat-shalawat Ijtiha>di. Shalawat yang disodorkan tersebut sebagian ada yang di telan mentah-mentah oleh masyarakat, padahal tidak sesuai dengan dalil al-Qur’a>n dan al-H}adi>th. Ketidak sesuaian itu menyebabkan beberapa shalawat di klaim sebagai hal yang sesat dan syirik.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penafsiran mengenai mufassir terkait ayat-ayat shalawat dalam al-Qur’a>n. Serta memaparkan pandangan al-Qur’a>n terkait shalawat hasil Ijtiha>d Ulama>’. Sehingga dengan diketahuinya kedua permasalahan diatas, diharapkan bisa menjadi dasar atas pengamalan ibadah shalawat itu sendiri.

Penelitian ini merupakan model penelitian kualitatif. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kehujjahan al-Qur’a>n dan al-H}adi>th dalam perintah dan bentuk Shalawat melalui riset kepustakaan dan disajikan secara deskriptif-analitis. Metode yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Metode ini menekankan pada analisis ilmiah tentang penafsiran shalawat dalam al-Qur’a>n. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumenter dengan menela’ah literatur-literatur dan mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan shalawat.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu makna shalawat menurut para mufassir adalah do’a, barakah dan ibadah. Bentuk shalawat Allah SWT adalah kasih sayang, bentuk shalawat Malaikat adalah do’a dan permohonan ampun. Redaksi shalawat manusia yang ada dalam al-H}adith adalah bacaan tashahud dalam shalat. Bentuk shalawat manusia adalah menjalankan sunnah Nabi dan berbuat kebaikan. Shalawat Ijtihadiyyah menurut para mufassir diperbolehkan, Asalkan tidak berlebih-lebihan dalam memuja Rasul, tidak bertentangan dengan al-Qur’a>n dan harus sesuai dengan esensi dari shalawat yang berarti mendo’akan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ii

ABSRTAK ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

PENGESAHAN SKRIPSI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ……… ... ix

DAFTAR ISI ... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ……… xiv

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Kegunaan Penelitian ... 6

F. Tela’ah Pustaka ... 6

G. Metode Penelitian ... 8

(9)

BAB II: SHALAWAT

A. Pengertian Shalawat ... 13

B. Pemaknaan dan Hukum Shalawat Menurut Para Mufassir dan Ulama>’ ... 17

C. Shalawat Ijtihadiyyah ... 18

1. Shalawat Nariyah ... 22

2. Shalawat al-Fa>tih{ ... 24

3. Shalawat Munjiyat ... 26

4. Shalawat T{ib al-Qulu>b ... 27

5. Shalawat Badar ... 29

BAB III: PENAFSIRAN AYAT-AYAT SHALAWAT DALAM AL-QUR’>A>N A. Perintah Bershalawat ... 33

1. Penafsiran ... 33

2. Muna>sabah ... 45

3. Sabab al-Nuzu>l ... 45

B. Shalawat Dalam Al-Qur’a>n ... 46

1. Shalawal Allah ... 46

2. Shalawat Malaikat ... 49

3. Shalawat Manusia ... 51

BAB IV: ANALISIS PENAFSIRAN AYAT-AYAT SHALAWAT A. Analisis Shalawat Dalam Al-Qur’a>n. ... 52

1. Bentuk Shalawat Allah. ... 52

(10)

3. Bentuk Shalawat Manusia ... 58 B. Analisis Shalawat Ijtiha>diyyah ... 65 BAB V: PENUTUP

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’a>n sebagai pedoman hidup ummat Islam berisi pokok-pokok

ajaran yang berguna sebagai tuntunan manusia dalam menjalani kehidupan.1

Al-Qur’a>n sebagai sumber hukum pertama, memuat tata nilai dan kehidupan yang

sempurna, pokok-pokok ajaran ketauhidan, ibadah dan mu’amalah, janji dan

ancaman yang bersifat global dan universal.2

Secara umum, ada tiga klasifikasi ajaran di dalam al-Qur’a>n, akidah, yaitu

ajaran tentang keimanan dan ke-Esaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian

adanya hari pembalasan; Syari’ah, yaitu ajaran tentang hubungan manusia

dengan Tuhan dan sesamanya; dan akhlaq, yakni tentang norma-norma

keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya

secara individual-atau kolektif.3

Ada begitu banyak perintah dan larangan yang Allah katakana dalam

al-Qur’a>n. Salah satu perintah Allah kepada semesata adalah shalawat kepada Nabi

SAW. Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Ahzab ayat 56:

1 Tim penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an, (Surabaya: UIN

Sunan Ampel Press, 2013), cet 3, 10.

2 Miftah Faridl dan Agus Syihabuddin, Al-Qur’a>n Sumber Islam Yang Pertama,

(Bandung: Pustaka, 1989), cet. 1, 60.

3 M. Quraish Sihab, Membumikan Al-Qura>n: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan

(12)

َ نِإ

َ للا

َ ت كِئ َ م و

َ نوُل ص ي

ى ل ع

َيِب لا

,

ا ي

ا هُ ي أ

َ نيِذ لا

او مآ

اوُل ص

َِْي ل ع

او ميل س و

اًميِلْس ت

Sesungguhnya Allah dan Malikat-malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi, wahai orang-orangyang beriman, bershaawatlah atas Nabi dan ucapkanlah salam

penghormatan kepadanya4

Shalawat secara terminologi berasal dari kata Shalat yang berarti do’a.5

Namun pada pemahaman umum, shalawat merupakan bentuk cinta ummat

terhadap Nabi nya. Dalam konteks ini Nabi yang dimaksud adalah Nabi

Muhammad SAW. Sehingga dalam pemahaman umum tentang shalawat ini

muncul lah berbagai majlis shalawat dengan berbagai versi guna menunjukkan

rasa cinta meraka kepada Nabi nya.

Sebagaiama ayat di atas menjeaskan bahwa bukan hanya orang-orang yang

beriman saja yang bershalawat kepada Nabi, Allah dan Malaikat pun bershalawat

kepada Nabi. Shalawat umat Islam kepada Nabi nya sebagaimana yang telah

sering di gelar dan di kumandangkan baik dalam ritual kajian, jama’ah shalawat

maupun shalawat personal yang biasa di kumandangkan masjid dan mushala

selepas azan menunggu iqomah.

Namun H. Mahrus Ali menggugat beberapa shalawat yang dianggap bid’ah

dan cenderung kepada syirik. Menurutnya, bukan shalawat nya yang syirik, tapi

redaksi shalawat itu yang tidak ada tuntunan nya dari al-H}adi>th dan itu

termasuk bid’ah. Sedangkan kalimat-kalimat yang memuji Nabi secara

4Al-Qur’a>n, 33:56

(13)

3

berlebihan, bertawass}ul kepada Nabi, sedangkan Nabi adalah orang yang sudah

meninggal merupakan hal yang syirik.6

Ada beberapa shalawat yang dinilai mengandung unsur syirik menurut

Mahrus Ali. Shalawat- shalawat ini cukup terkenal di kalangan masyarakat

Indonesia. Lebih luasnya, Shalawat ini sering di baca dalam pengajain,

perkumpulan keagamaan, dan bahkan di sejumlah tradisi kebudayaan di

masyarakat. Ini menurutnya adalah syirik. Karena dalam beberapa sya’ir

shalawat tersebut itu terdapat unsur tawass}ul kepada Nabi SAW, sedangkan

Nabi Muhammad SAW telah meninggal.7

Menurutnya, bertawass}ul kepada selain Allah adalah perbuatan yang

syirik, terlepas dari Nabi seorang yang mulia atau ma’sh}u>m sekalipun, Nabi

hanya manusia biasa yang telah meninggal.8

Mahrus berpendapat bahwa shalawat-shalawat tersebut bertentangan

dengan al-Qur’a>n. Dengan mengutip dalil Alqur’a>n pada surat al-Zumar ayat 38

sebagai penguat argument;

َْنِئ ل و

َْم ه تْل أ س

َْن م

َ ق ل خ

َِتا وا م سلا

َ ضْر ْْا و

َ ن لو ق ي ل

َ للا

ۚ

َْل ق

َْم تْ ي أ ر ف أ

ا م

َ نو عْد ت

َْنِم

َِنو د

َِ للا

َْنِإ

َ ِن دا ر أ

َ للا

َ ر ضِب

َْل

َ ن

َ تا فِشا ك

َِير ض

َْو أ

َِن دا ر أ

َ ة ْْ رِب

َْل

َ ن

َ تا كِسْ ُ

َِِت ْْ ر

ۚ

َْل ق

َ ِبْس ح

َ للا

َِْي ل ع

َ ل ك و ت ي

َ نو ليك و ت مْلا

Dan sesungguhnya jika kamu bertanya kepada mereka, siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Tentulah pasti mereka menjawab Allah. Katakanlah, maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudh}ara>tan kepadaku apakah berhala-berhala

6 Mahrus Ali, Mantan Kyai NU menggugat Shalawat dan Dzikir Syirik, (Surabaya : Laa

Tasyuk press, 2011)44.

7 Ibid., 44

(14)

mu itu dapat menghilangkan kemidha}ra>tan, atau jika Allah hendak memberikan rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya. Katakanlah cukup

Allah bagiku. Kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah diri.9

Melihat betapa shalawat merupakan hal yang fenomenal. Terlebih shalawat

nariyah adalah shalawat yang sering diamalkan oleh sebagian besar umat muslim

terutama di Indonesia, jelas argument ini memancing banyak kalangan

cendikiawan muslim Indonesia, terutama Ulama’ NU untuk membuktikan bahwa

yang meraka lakukan dan amalkan bukan merupakan sesuatu yang syirik seperti

yang di ungkapkan oleh Mahrus Ali. Terlepas dari bagaimana argument dan

statemen terkait shalawat dari manusia kepada Nabi, Allah menegaskan bahwa

diri-Nya sebagai Sang pencipta dan Malaikat sebagai makhluk paling ta’at yang

pernah diciptakan Allah, bershalawat untuk Nabi. Hal ini penting kiranya untuk

ditindak lanjuti dalam sebuah kajian mendalam untuk meneliti bagaimana

bentuk dan redaksi shalawat di dalam al-Qur’a>n. Serta bagaimana seharusnya

shalawat yang dilakukan manusia kepada Nabi menurut al-Qur’a>n dan al-H}adi>th

seiiring dengan menjamurnya shalawat hasil ijtida>d ‘ulama>’ modern yang

disuguhkan kepada masyarakat Islam secara luas.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Dari rumusan masalah diatas ditemukan beberapa masalah. Guna

memfokuskan penelitian, maka dapat diidentifikasikan beberapa poin sebagai

berikut:

1. Shalawat merupakan konsumsi sebagian besar masyarakat luas yang telah

mendarah daging dan cenderung menjadi budaya keislaman di Indonesia.

(15)

5

2. Shalawat tidak hanya dilakukan oleh manusia, Allah sebagai pencipta dan

Malaikat-NYA pun melakukan shalawat terhadap Nabi SAW.

3. Shalawat menjadi instrument untuk menyampaikan rasa cinta kepada Rasul

SAW sesuai perintah Allah dan Sunnah Nabawiyyah.

4. Shalawat yang sering di lakukan ini menurut sebagaian orang merupakan

sesuatu yang berlebihan, bahkan cenderung kepada kesyirikan.

5. Beberapa shalawat lebih mengutamakan syafa’at Nabi SAW ketimbang

meminta ampun dan mengharapkan rahmat dan hidayat dari Allah, Tuhan

semesta alam.

6. Beberapa Shalawat lebih mengutamakan tawass}ul kepada Nabi Muhammad

SAW, sedangkan Nabi Muhammad sudah meninggal.

C. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas masalah yang akan dikaji dalam studi ini, maka

dirumuskanlah masalah tersebut dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimana penafsiran para ulama>’ terkait terkait ayat-ayat shalawat dalam al-Qur’a>n?

2. Bagaimana pandangan Mufassir terkait shalawat hasil Ijtihad ulama>’?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini, berdasarkan pada pokok masalah yang telah dirumuskan diatas, bertujuan untuk

(16)

2. Memaparkan pandangan Mufassir terkait shalawat hasil Ijtihad ulama>’ .

E. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini dilakukan sebagai bentuk upaya untuk

meneliti bagaimana bentuk shalawat Allah sebagai tuhan semesta alam dan

malaikat-malikatnya. Serta menyatakan kebenaran tenang redaksi Shalawat yang

sebenarnya, bukan membenarkan kenyataan terkait shalawat sebagai konsumsi

keseharian umat islam.

Secara praktis, penelitian ini berguna untuk menjadi salah satu

pertimbangan dalam upaya pengkajian secara mendalam terhadap bentuk dan

redaksi shalawat yang sering dilakukan oleh ummat islam.

Secara khusus, dapat memberikan kontribusi yang referensial dan sebagai

wacana dalam memaknai perintah dalam himbauan bershalawat, sehingga

hasilnya dapat dijadikan landasan bagi pelaksanaan shalawat dalam keseharian

dan budaya diantara manusia secara umum dan umat Islam secara khsusus.

F. Tela’ah Pustaka

Dalam hal ini, ditemukan kajian terdahulu yang membahas tentang Shalawat, antara lain:

1. Skripsi karya Dianto Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya

tahun 2007 dengan judul ‚Shalawat atas Nabi SAW dalam Perspektif

Al-Qur’a>n‛

(17)

7

meneliti bagaimana makna shalawat Allah dan malaikat serta bagaimana manfa’at dari shalawat yang disampaikan kepada Nabi SAW.

Selain manfaat dan keutama’an shalawat, pada penenlitian tersebut

mengulas pahala apa saja yang didapatkan oleh orang yang melakukan shalawat.

Hal ini mungkin pada tahun di terbitkan nya karya penenlitian tersebut, belum

ada Ulama>’ yang menggugat shalawat seperti yang dilakukan oleh Mahrus Ali

dalam bukunya. Shalawat pada masa itu masih merupakan suatu amalan yang

banyak dilakukan oleh halayak islam sebagai suatu ibadah yang sesuai perintah

Allah SWT dalam al-Qur’a>n.

Penelitian tersebut jelas berbeda dengan penelitian yang akan dibahas dalam skripsi ini. Dimana ke spesifikan lebih tertuju pada bagaimana bentuk dan redaksi shalawat secara global, dan bagaimana penafsiran ulama>’ terkait ayat-ayat shalawat yang ada di dalam al-Qur’a>n.10

2. Skripsi karya Nur Walfiroh fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo tahun 2014

dengan judul ‚Efektifitas Shalawat Asy-Syifa’ dalam membentuk

ketentraman keluarga, Studi kasus di jamiyyah NuruI Islam Krapyak‛

3. Skripsi karya Awaludin Darmawan fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Isam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2015 dengan judul ‚Pengajian

Shalawat Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf di Yogyakarta, Analisis dari

perspektif Sosiologi Agama‛

Pada skripsi dengan judul shalawat secara umum lebih eksplisit

membahas tentang shalawat tertentu dan aplikasi nya di masyarakat serta

10 Dianto, ‚Shalawat atas Nabi SAW dalam perspektif al-Qur’a>n‛ (Skripsi tidak

(18)

dampaknya pada aktivitas dan akhlaq warga tempat shalawat tersebut biasa

dilaksanakan.

Sehubungan dengan kenyataan diatas, bentuk dan redaksi shalawat yang

sesuai dengan al-Qur’a>n perlu diangkat dalam bentuk penelitian yang mendalam,

karena dari literatur-literatur yang ada hanya membahas pahala dan tujuan dari

shalawat. Serta sebagain membahas mengenai gambaran umumnya saja, dan

belum menyangkut detail bentuk dan redaksi dari shalawat.

G. Metode Penelitian

1. Model dan jenis penelitian.

Penelitian ini merupakan model penelitian kualitatif.11 yang bermaksud

untuk mengungkapkan kehujjahan al-Qur’a>n dan al-H}adi>th dalam perintah

dan bentuk Shalawat melalui riset kepustakaan dan disajikan secara

deskriptif-analitis. Yakni dengan berusaha memaparkan data-data tentang

suatu hal atau masalah dengan analisa dan interpretasi serta komparasi yang

tepat.12 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk

dan redaksi Shalawat yang tidak megandung unsur kesyirikan.

Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library

Research), yakni penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber

datanya.13 Baik itu buku yang termasuk sumber primer maupun

buku-buku yang termasuk sumber sekunder.

11 Metode kualitatif merupakan proses penelitian yang ingin menghasilkan data bersifat

deskriptif, yaitu berupa hasil ucapan, tulisan, dan perilaku individu atau kelompok yang

dapat diamati berdasarkan subyek itu sendiri. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif

dan Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), 9.

12 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offsat, 1990), 9.

(19)

9

2. Sumber data penelitian.

Data primer dalam penelitian ini adalah :

1. Tafsir Ibnu Katsir karya Imaduddin Abu Fida’ Isma’il ibn Kathi>r

2. Al-Ja>mi’ li al-Ahkam al-Qur’a>n karya Abi Abdillah Muhammad ibn

Ahmad al-anshari al-Qurtubhi

3. Ja>mi’ al-Baya>n ‘An Takwi>l A>yi al-Qur’a>n karya Abu> Ja’far al-T}abari

Sumber yang sekunder berasal dari karya-karya para Ulama>’ lain yang

berkaitan sebagai pelengkap dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Jala>’ul Afham: Keutamaan Shalawat Nabi karya Ibnu Qayyim.

2. Afd}a>l al-Shalawa>t ‘ala< Sayyidi al-Sada>t karya Yusuf ibn Ismail al-Nabhani.

3. Shahih Bukhari karya Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari

4. Shahih Muslim karya Abdul Husain Muslim

5. Al-Da>rul Mantsur Fi al-Tafsi<ri al-Ma’tsu>r karya Abdurrahman Jalaluddin

al-Suyuti.

6. al-Mu’jam al-Mufahros{ li< alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m, karya Muhammad

Fu’ad ‘Abd al-Ba>qi<,

7. Asbab al Nuzul ala-Qur’a>n karya Abu al-Hasan ‘Ali< Ibn Ahmad Ibn

Muhammad Ibn ‘Ali al-Wah{idi<,

8. Dan buku-buku lain yang erat hubungannya dengan pembahasan

penelitian ini.

3. Teknik pengumpulan data.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumenter.

(20)

semua data yang berkaitan dengan shalawat. Data tersebut bisa berupa audio,

video dan cetakan naskah yang dapat digunakan sebagai bukti keterangan dan

penguat.

4. Teknik analisis data.

Analisis data berarti menjelaskan data-data yang telah diperoleh melalui

penelitian ini. Data yang diperoleh kemudian akan diolah dan disusun guna

mempermudah pemaknaan dan interpretasinya untuk menunjang penelitian

ini. Metode yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah analisis isi

(content analysis). Metode ini menekankan pada analisis ilmiah tentang isi

pesan suatu komunikasi.14 Komunikasi yang dikaji daam penelitian ini

berkaitan dengan data yang telah di kumpulkan. Sebagaimana metode

dokumenter yang digunakan pada teknik pengumpulan data.

Dalam penelitian tafsir terkait ayat-ayat tentang shalawat dalam

al-Qur’a>n, metode yang digunakan adalah metode tafsir tematik (maudl}u’i).

Metode ini menghimpun ayat-ayat dari berbagai surat dalam al-Qur’a>n yang

sama-sama membahas suatu masalah tertentu. Selanjutnya ayat-ayat tersebut

disusun sedemikian rupa dibawah satu naungan tema pembahasan.15 Dalam

penelitian ini tema dari pembahasan ini adalah shalawat.

Langkah dan tahapan dalam metode tafsir tematik secara umum dapat

dirinci sebagai berikut:

1. Memilih tema yang hendak dikaji

14 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, vol. III, (Yogyakarta: Rake

Sirasin, 1996), 49

15 Abd. al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudl}u’i, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

(21)

11

2. Menghimpun seluruh ayat di dalam al-Qur’a>n yang berkaitan dengan

tema yang akan dikaji, baik surat Makiyyah maupun Madaniyyah.

3. Menentukan urutan ayat sesuai masa turunnya dan mengemukakan sabab

al-nuzul dari ayat tersebut bila ditemukan ada.

4. Menjelaskan muna>sabah ayat-ayat terkait tema.

5. Membuat sistematika kajian dalam kerangka yang sistematis dan lengkap.

6. Menyajikan H}adi>th}-h}adi>th} terkait tema sebagai penunjang ke-valid-an

data.

7. Merujuk kepada ilmu kalam, ilmu balagh}a>h dan syair-syair Arab guna

menjelaskan lafadh-lafadh yang terdapat dalam ayat tematik.16

8. Mengkopromikan antara makna ‘a>m dan kha>sh}, antara yang mulhaq dan

muqoyyad, menyingkronkan ayat-ayat yang lahirnya tampak kontradiktif,

menjelaskan na>sikh dan mansu>kh, sehingga ayat-ayat yang menjadi kajian

dapat selaras sehingga terbebas dari kontradiksi.17

H. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan disusun dalam beberapa bab, sub bab dan sub sub bab

yang sesuai dengan keperluan kajian guna memudahkan jalannya penelitian.

Bab pertama adalah pendahuluan yang membahas tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoretik,

kajian pustaka, metode penelitian serta sistematika pembahasan.

16 ‘Ali Hasan al-Raidl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada 1996), 78

(22)

Bab kedua membahas tentang teori dari tinjauan redaksional mengenai

shalawat. Selanjutnya akan dipaparkan tentang pendapat Ulama>’ dan mufassir

mengenaipengertian dan hukum shalawat. Kemudian akan di paparkan juga

shalawat Ijtihadiyyah dan perkembangan shalawat di masyarakat.

Bab ketiga membahas data berupa penafsiran-penafsiran para Mufassir

terkait ayat-ayat shalawat dalam al-Qur’a>n beserta periwayatannya meliputi

muna>sabah dan sabab al-nuzu>l (bila ada) guna menentukan validitas data yang

sesuai dengan tema.

Bab keempat berisi hasil analisis teori dan data. Mengkomparasikan

antara terminologi shalawat dan penafsiran ayat-ayat shalawat dalam al-Qur’a>n

guna mendapatkan data yang valid terkait kebenaran dan hakikat shalawat Pada

bab ini juga akan di paparkan bagaimana pandangan Mufassir terkait shalawat

hasil ijtiha>d para Ulama>’.

Bab kelima berisi tentang kesimpulan yakni simpulan dari pembahasan

pada penelitian ini, selain itu juga berisi kritik dan saran. Kritik dimaksudkan

untuk memberi masukan pada kekurangan dalam penelitian ini. Saran

dimaksudkan untuk perkembangan dari keilmuan Ilmu al-Qur’a>n dan Tafsir itu

(23)

13

BAB II

SHALAWAT

A. Pengertian Shalawat

Shalawat secara tekstual berasal dari kata sh}ala}<

(

ىلصُ

,

dengan ash}lu

al-Ma>ddah; sh}a>d, lâm dan huruf mu’ta>l ya>’u. Kemudian ash}lu al-ma>ddah

tersebut berubah menjadi mash}dar dalam bentuk sh}ala>tun. Sh}alla - yush}alli <-

sh}ala>tun

(

ةاص

-

ىَلصي

-

ىَلص

ُ

yang artinya

ةدابعلا نم س ج

(salah satu

jenis rangkaian ibadah) yang secara etimologi berarti do’a.19

Kata do’a berasal dari kata da’a< - yad’u< - da’watan

(

ةوعد

-

وعدي

-

اعد

)

yang berarti seruan, ajakan, panggilan, undangan dan permintaan.20 Menurut

Harun Nasution, pemaknaan do’a dapat digunakan dengan menjadikan Tuhan

atau manusia sebagai subyeknya, atau sebaliknya sebagai obyeknya.21

Allah SWT berfirman:





















Dan berdo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’amu itu (menjadi)

ketentraman jiwa untuk mereka, dan sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.22

19 Louis Ma’luf, Al-Munjid Fi> al-Lugh}ah Wa al-‘A’la>m, (Beirut: Da>r el-Masyri>q,

t.th.), 101.

20 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia , (Surabaya: Pustaka Progressif,

1997) cet. 14, 407.

(24)

Secara etimologi dapat dinyatakan bahwa orang yang bershawalat

berarti ia ingin mendekatkan diri kepada sesuatu yang dijadikan obyek. Dapat

dipahami juga bahwa perintah Allah dimaksudkan agar manusia mendekatkan

diri kepada-Nya.

Terkait seruan-seruan Allah tersebut, Allah SWT berfirman di dalam

al-Qur’a>n:

                   

Allah menyeru (manusia) ke darussalam23 (surga), dan menunjuki orang yang

dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)24

                                         

Budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.25

Terkait firman Allah pada surat Yu>nus dan al-Baqa>rah atas, maka

dapat dipahami bahwa Allah menyeru kepada manusia agar mereka mengikuti

jalan hidup yang membawa mereka lebih dekat kepada jalan yang di rid}ai nya,

yaitu kepada jalan kebenaran dan keselamatan manusia baik di dunia maupun

di akhirat.

23 Arti kalimat Darussalam ialah: tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan.

pimpinan (hidayah) Allah berupa akal dan wahyu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

(25)

15

Secara kontekstual, penggunaan kata sh}alla bukan hanya bermakna

do’a. Sh}alla dapat pula bermakna

كيرتلا

(pemberian atau perolehan berkah)

dan

ديجمتلا

(pemberian atau perolehan kemuliaan).26

ِّّلا دّم ىلع ها ىلص

Semoga Allah memberikan keberkahan kepada Nabi Muhammad27

Berkah yang diperoleh dari Allah biasanya disebut dengan rahmat.

Sedangkan kemulia’an bisa diperoleh baik dari Allah maupun sesama manusia.

Biasanya, kemuliaan yang diperoleh dari sesama manusia berupa ta’dzi>m atau

penghormatan.

Pemakna’an sh}alla< sebagai berkah di dasari dari firman Allah SWT:



















Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari

Tuhan mereka, mereka itulah golongan orang-orang yang mendapat

petunjuk.28

Secara istilah, shalawat berarti mendo’akan Nabi Muhammad SAW

agar Allah selalu melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepada beliau SAW.29

Secara umum, shalawat berarti do’a. Menurut Ibn Qoyyim, do’a bisa diartikan

26 Al-Ra>gib al-Ashfaha>ni<, Mufrada>t Alfa>dz al-Qur’a>n , (Beirut: Da>r el-Qala>m, 1992),

cet 1, 490-491.

27 Munawwir, Kamus Arab.,792 28 Al-Qur’a>n, 01: 157

29 Fatuhuddin Adul Yasin, Kumpulan Shalawat Nabi SAW, (Surabaya: Terbit Terang,

(26)

kepada dua hal, do’a yang bersifat ibadah dan do’a yang bersifat meminta.

Dalam konteks ini, maka shalawat mencangkup keduanya.30

Shalawat juga bisa diartikan sebagai ibadah. Sebagai mana ibadah

dalam penegertian umunya yaitu berupa pengabdian dan bentuk ta’at dari

hamba kepada Tuhan penciptanya. Melakukan apa yang di peritah Tuhan-Nya

sebagai bukti ketaqwaan seorang hamba. Pengertian shalawat sebagai ibadah

ini didasari oleh firman Allah SWT:















Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wust}a> 31 Berdirilah

untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.32

Ibn Qoyyum dalam kitab jala>’ al-afha>m mengartikan shalawat secara

istilah adalah rahmat yang sempurna, kesempurnaan atas rahmat bagi

kekasihnya. Disebut rahmat yang sempurna, karena tidak diciptakan shalawat,

kecuali pada Nabi Muhammad SAW. Shalawat bentuk jamak dari kata s}alla

atau shalat yang berarti: doa, keberkahan, dan ibadah.33

30 Muhammad Ibn Abi Bakrin Ayyub Ibn Sa’a>d Shamsu al-Di>n Ibn Qayyum

al-Jauziyyah, Jala>’ al-Afha>m Fi Fadhli al-Shala>ti ‘Ala< Muhammad Khoirul Anam, (Kuwait: Dar al-‘Urubah, 1987), 155.

31 Shalat wust}a> ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang

berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan Shalat wust}a> ialah Shalat Ashar. Menurut kebanyakan ahli h}adith, ayat ini menekankan agar semua Shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

32 Al-Qur’a>n, 02:238

(27)

17

B. Pemaknaan dan Hukum Shalawat Menurut Para Mufassir dan Ulama>’

Mengutip perkataan Al-H>a>fiz} Ibn Hajar al-Asqala>ni<, Ibnu Qoyyum

berpendapat mengenai pemaknaan dan hukum shalawat dalam perintah Allah

SWT ‚shallu ‘alaihi wa sallimu tasli>ma<‛ . Ada sepuluh macam madhhab

dalam masalah bershalawat kepada Nabi SAW34:

1. Ibnu Jari>r al-Thabari berpendapat bahwa bershalawat kepada Nabi, adalah

suatu pekerjaan yang disukai saja, tidak ada kewajiban di dalamnya.

2. Ibnu Qashshar berpendapat bahwa bershalawat kepada Nabi merupakan

suatu ibadah yang diwajibkan. Hanya tidak ditentukan kadar banyaknya.

Jadi apabila seseorang telah bershalawat, biarpun sekali saja. Terlepaslah

ia dari kewajiban.

3. Abu< Bakar Al-Ra>zi> dan Ibnu Hazm berpendapat bahwa bershalawat itu

wajib dalam seumur hidup hanya sekali. Baik dilakukan dalam

sembahyang, maupun di luarnya. Sama hukumnya dengan mengucapkan

kalimat tauhid. Selain dari ucapan yang sekali itu hukumnya sunnat.

4. Imam al-Sha>fi’i< berpendapat bahwa shalawat itu wajib dibacakan dalam

tasyahhud yang akhir, yaitu antara tashahhud dengan salam.

5. Imam al-Sha’bi< dan Isha>q berpendapat bahwa shalawat itu wajib

hukumnya dalam kedua tashahhud, awal dan akhir.

6. Abu< Ja'far al-Baqi>r berpendapat bahwa shalawat itu wajib dibaca di dalam

sembahyang. Cuma beliau tidak menentukan tempatnya. Jadi, boleh di

dalam tashahhud awal dan boleh pula di dalam tashahhud akhir.

(28)

7. Abu< Bakar Ibnu Baqi>r berpendapat bahwa shalawat itu wajib kita

membacanya walaupun tidak ditentukan bilangannya.

8. Al-T}ahawi< dan segolongan ulama Hanafiyyah berpendapat bahawa

bershalawat itu diwajibkan pada tiap-tiap kita mendengar orang menyebut

nama Muhammad. Paham ini di ikuti oleh Al-Hulaimi< dan oleh segolongan

Ulama>’ Sha>fi'iyyah.

9. Al-Zamakhsyari< berpendapat bahwa shalawat itu dimustikan pada

tiap-tiap majelis. Apabila kita duduk dalam suatu majelis, wajiblah atas kita

membaca Shalawat kepada Nabi, satu kali.

10. Madhhab yang dihikayatkan oleh Al-Zamakhsyari dari sebagian ulama

Madzhab ini berpendapat bahwa bershalawat itu diwajibkan pada tiap-tiap

berdo’a.

C. Shalawat Ijtihadiyyah

Ijtiha>d adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya

bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk

memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam al-Qur’a>n maupun

al-H}adi>th dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.35

Meski al-Qur’a>n sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap,

tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh

al-Qur’a>n maupun al-H}adi>th.36

Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat

tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji

(29)

19

apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya

dalam al-Qur’a>n atau al-H}adi>th. Sekiranya sudah ada maka persoalan

tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan

dalam al-Qur’a>n atau al-H}adi>th itu. Namun jika persoalan tersebut

merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam

al-Qur’a>n dan al-H}adi>th, pada saat itulah maka umat Islam memerlukan

ketetapan ijtiha>d. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang

mengerti dan paham al-Qur’a>n dan al-H}adi>th. 37

Perkara berijtihad dalam bershalawat, Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah

menjelaskan bahwa beberapa sahabat juga berijtiha>d untuk memperbagus

dan memperindah shalawat kepada Nabi SAW. Abdullah Ibn Mas’u>d

menyampaikan bahwa: ‚jika kalian bershalawat, maka perbagus lah dan

lengkapi lah shalawat kalian. Karena kalian tidak pernah tau shalawat

kalian itu diterima atau di tolak oleh Nabi‛.38

Redaksi shalawat yang dibuat oleh Abdullah Ibn Mas’u>d dalam

kitab jala>’ al-afha>m adalah sebagai berikut:

دمَُ نيِب لا ماَخَو َنِقتُمْلا ماَمِإَو نلسْرُمْلا ديس ىلع كتاكربو كتَرو كتاولص لَعْجا مُهللا

َْْا ماَمِإ كلوُسَرَو كدبَع

ََْرلا لوُسَرَو َْْْْا دئاقو ْْ

ة

ِِب طبغي اًدوُمَْ اماَقم ثعبا مُهللا

َنوُرخ ْْاَو َنولوَْأا

.

لآَو ميِاَرْ بِإ ىلع تيلص اَمَك دمَُ لآ ىلَعو دمَُ ىلع لص مُهللا

ىلَعو دمَُ ىلع كراَب مُهللا دي ديَ كنِإ ميِاَرْ بِإ

ىلَعو ميِاَرْ بِإ ىلع تكراب اَمَك دمَُ لآ

دي ديَ كنِإ ميِاَرْ بِإ لآ

37 Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, 355

(30)

Ya Allah, jadikanlah shalawat-Mu, rahmat-Mu dan berkah-Mu kepada junjungan para Rasul, imam orangorang bertakwa, penutup seluruh Nabi, Muhammad, hamba-Mu, utusan-Mu, Imam kebaikan, penuntuk kebaikan, Rasul yang membawa rahmat. Ya Allah, tempatkan ia di tempat terpuji yang dikelilingi oleh orang-orang awal dan akhir. Ya Allah, limpahkanlah sejahtera kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi maha mulia. 39

Apa yang dilakukan oleh Abdullah Ibnu Mas’u>d ini diperkuat oleh

H}adith:

وُبَأ ِِرْخَأ َلاَق حْيَرُش نب ةَوْ يَح اَثدَح َلاَق ئِرْقُمْلا نََْرلا دبع وُبَأ اَثدَح د ََْأ ماَمِْا َلاَقَ ف

ّيلَع اَبَأ نَأ ئِناَ نب ديَ ئِناَ

بحاَص ديبع نب ةلاَضف عَ نَأ ُثدَح َِْْا كلاَم نب ورْمَع

ت َاص ِِ وُعْدَي اجر ملسَو ِْيَلَع ها ىلص ها لوُسَر عَ َلاَق ملسَو ِْيَلَع ها ىلص ها لوُسَر

ها ىلص ها لوُسَر َلاَقَ ف ملسَو ِْيَلَع ها ىلص ِِ لا ىلع لصي ََو ها دجم َ

ملسَو ِْيَلَع

يِلَصُي ِْيَلَع ءاَثلاَو بر ديجمتب أدبيلف مُكدحأ ىلص اذِإ ْغل وَأ َُل َلاَقَ ف ُاَعَد اَذَ لجع

دعب وُعْدَي ملسَو ِْيَلَع ها ىلص ِِ لا ىلع

َءاَش اَِِ

Imam Ahmad berkata: dari Abu ‘Abd al-Rahma>n al-Muqri<, dari haywah Ibn

Shurayh berkata dari Abu Ha>ni’ H}ami>d Ibn Ha>ni’ dari Amru Ibn Abi ma>lik

al-Janbi< bahawasanya dia mendengar Fud}a>lah Ibn ‘Abi>d seorang sahabat

Nabi SAW berkata: bahwasanya Rasulullah SAW mendengar seorang pria

berdo’a ketika shalatnya tanpa mengagungkan allah dan tanpa bershalawat kepada Nabi SAW. Maka Rasulullah SAW berkata: percepatlah ini dan panggil pemuda itu. Kemudia rasulullah berkata kepada pemuda itu atu

orang lain disana; ‚jika kalian hendak bershalawat, maka mulailah dengan

(31)

21

bertahmid dan mohonlah ampun, kemudian bershalawatlah kepada Nabi

SAW kemudian berdo’alah apapun semau kalian.40

Ijtihad yang dilakukan oleh Ibn Mas’u>d tersebut Menurut K.H

Ma’ruf Khozin41 adalah hal yang menjadi acuan untuk memperindah shalawat

dan menambah syair dengan memuja Allah terlebih dahulu, kemudian

bershalawat selanjutnya disertakan do’a orang yang bershalawat.42

Pendapat dinilah yang kemudian di analisis sebagai cikal-bakal

munculnya shalawat-shawalat Ijtihadiyyah yang beragam. Baik yang di klaim

sebagai shalawat secara utuh, ataupun hanya sebatas sya’ir dengan nada dan

nyanyian.

Pada perkembangannya, shalawat Ijtiha>diyyah sangat menjamur di

masyarakat luas hingga dewasa kini. Tak jarang banyak majlis-majlis shalawat

yang menawarkan shalawat dengan ritual yang beragam. Terlepas dari

shalawat sebagai perintah Allah SWT, shalawat sudah bergeser menjadi

budaya dan kebiasaan baru di masyarakat. Lebih ekstrimnya, shalawat juga di

jadikan ajang komersil pencari keuntungan guna mengisi dompet-dompet para

imam.

Dari sekian banyak shalawat yang menjadi kebiasaan dan budaya di

masyarakat, ada beberapa shalawat yang dia anggap oleh beberapa Ulama>‘>‘

sebagai shalawat yang lebih mendekati kepada kesyirikan. Shalawat-shalawat

40 Ibn Qayyum al-Jauziyyah, Jala>’ al-Afha>m., 61

41K.H. Ma’ruf Khhozin adalah Anggota LBM PWNU Jawa Timur dan Dewan Pakar

Aswaja NU center Jawa timur

(32)

ini di nilai sudah keluar dari koridor dan interpretasi shalawat sebagai do’a

dan lebih dekat kepada syirik.

Menurut beberapa pandangan yang mengatakan shalawat hasil

Ijtiha>diyyah mendekati kesyirikan karena beberapa syair yang terkandung di

dalamnya lebih menjurus kepada peng-agung-an Muhammad SAW sebagai

Nabi ketimbang Allah SWT sebagai Tuhan semesta alam.43

Ada beberapa shalawat yang menjadi di Ijtihad kan para Ulama>’ dalam

pembuatan syairnya. Bahakan ada sebagian yang mengaku mendapatkan ilham

dan hidayah lewat mimpi atau hal-hal yang diluar nalar manusia seperti

seorang Nabi yang mendapatkan Wahyu Tuhannya. Selanjutnya akan di

paparkan contoh-contoh shalawat ijtihadiyyah yang sering menjadi amalan di

masyarakat luas khususnya di Indonesia.

1. Shalawat Nariyah.

ا

ْ َ تَو ُدَقُعْلا ِِب لَحَْ ت ْىِذلا ِدمَُ اَنِدِيَس ىَلَعاماَت اًمَاَس ْمِلَسَو ًةَلِماَك ًةَاَص ِلَص مُهلل

ِِب ُجِرَف

ِِب ُلاَُ تَو ُجِئاَوَْحا ِِب ىَضْقُ تَو ُبَرُكْلا

ِِْْرَكْلا ِِهْجَوِب ُماَمَغْلا ىَقْسَتْسُيَو ِِماَوَْْا ُنْسُحَو ُبِئاَغرلا

َكَل ٍمْوُلْعَم ِلُك ِدَدَعِب ٍسَفَ نَو ٍةَحْمَل ِلُك ِ ِِبْحَصَو ِِلآ ىَلَعَو

Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul kha>timah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujan pun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta

(33)

23

para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh engkau. 44

Shalawat nariyah adalah sebuah shalawat yang disusun oleh Ahmad

At-Tazi Al-Maghribi asal Maroko yang lebih dikenal dengan Shaiykh

Nariyah. Shaiykh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad

sehingga termasuk salah satu sahabat Nabi. Beliau lebih menekuni bidang

ketauhidan. Shaykh Nariyah selalu melihat kerja keras Nabi dalam

menyampaikan wahyu Allah SWT, mengajarkan tentang Islam, amal saleh

dan akhla>q al-kari>mah sehingga Shaykh selalu berdo’a kepada Allah

memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi. Do’a-do’a yang

menyertakan Nabi biasa disebut shalawat dan Shaykh Nariyah adalah

salah satu penyusun shalawat Nabi yang disebut shalawat nariyah.45

Menurut Shaykh Abdullah al-Ghummari, penamaan dengan Nariyah

karena terjadi tashhi>f atau perubahan dari kata yang sebenarnya Taziyah.

Sebab keduanya memiliki kemiripan dalam tulisan Arab, yaitu

(

ةيرا لا

)

dan

(

ةيزاتلا

)

yang berbeda pada titik huruf. Di Maroko sendiri shalawat ini

dikenal dengan shalawat Ta>ziyah, sesuai nama kota pengarangnya.46

Sementara dalam kitab Afdlal al-Shalawa>t ‘ala Sayyidi al-Sa>da>t karya

Yusuf bin Ismail Nabhani menyebut dengan nama shalawa>t

44 Mahrus Ali, Mantan Kyai NU, 43-44

45 ‚Shalawat Nariyah‛, http://ahlussunnahku.blogspot.com/p/shalawat-nariyah.html

(Selasa, 17 Januari 2016 , 22.32)

(34)

Tafrijiyyah yang diambil dari teks yang terdapat di dalamnya yaitu

(

جرف ت

)

.47

Shalawat Nariyah merupakan salah satu shalawat yang paling

mashhu>r di antara shalawat-shalawat bentukan manusia. Orang-orang

berlomba untuk mengamalkannya, baik dengan mengetahui maknanya,

maupun tidak memahami kandungannya. Bahkan justru barangkali orang

jenis kedua ini yang lebih dominan. Banyak orang serta merta

mengamalkannya hanya karena diperintah tokoh panutannya, kerabat dan

teman, atau tergiur dengan fad}i>lah tanpa merasa perlu untuk meneliti

keabsahan shalawat tersebut, juga kandungan makna yang terkandung di

dalamnya.

2. Shalawat al-Fa>tih{.

ِلَص مُهللا

يِداَْْاَو ،ِقَْحاِب ِقَْحا ِرِصاَن ،َقَبَس اَمِل ِِماَْْاَو َقِلْغُأ اَمِل ِحِتاَفْلا ،ِدمَُ اَنِدِيَس َىلَع

ِمْيِظَعلا ِِراَدْقِمَو ِِرْدَق قَح ِِلآ َىلَعَو ِمْيِقَتْسُمْلا َكِطاَرِص ََِإ

Yaa Allah limpahkanlah rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad SAW, dia yang telah membukakan sesuatu yang terkunci (tertutup), dia yang menjadi penutup para Nabi dan Rasul yang terdahulu, dia yang menyatakan kebenaran dengan cara yang benar dan dia yang memberi petunjuk kepada jalan agama-Mu. Semoga Rahmat-Mu dilimpahkan kepada keluarganya yaitu Rahmat yang sesuai dengan kepangkatan Nabi Muhammad SAW.48

47 Yusuf bin Ismail al-Nabhani, Afd}a>lu al-Shalawa>t ‘ala< Sayyidi al-Sa>da>t, (Beirut: Da>r

al-Fikr, t.th), 63

(35)

25

Shalawat Al Fa>tih adalah suatu bacaan shalawat yang diyakini dapat

memberikan manfaat sebagai sarana untuk menghilangkan segala

kesempitan atau kesusahan hati, memperbesar pahala, dapat menghapus

dosa-dosa yang kecil di akhirat. Kelak di akhirat nanti dapat bertemu dan

berkumpul dengan Nabi Muhammad SAW. Shalawat ini di nisbatkan

kepada Shaykh Muhammad Shamshuddin ‘Abdul Hasan al-Bakri atau

Sayyid Muhammad Bakri.49

Menurut kisahnya, setelah cukup lama sekali shaykh Muhammad

al-Bakri ber riya>dhoh dan munajat kepada Allah SWT, agar diberikan

shalawat yang pahala, sirri, faedah dan keistimewaannya mengungguli

seluruh shalawat yang pernah ada. Kemudian seorang Malaikat

mendatanginya dengan membawa secarik kain dari surga bertuliskan

shalawat Fa>tih dengan tulisan cahaya, oleh sebab itu pula shalawat

al-Fa>tih disebut juga dengan shalawat al-Bakriyyah, dan ada juga yang

menamakan dengan al-Ya>qutatil Fari>dah ( Mutiara yang tak ada duanya )50

Setelah enam belas tahun berkhalwat, tepatnya saat beliau berusia 46

tahun, beliau berjumpa dengan wujud Rasulullah SAW dalam keadaaan

sadar dan terjaga. Beliau mengajarkan serta mengijazahkan shalawat

al-Fa>tih dan menjelaskan semua keistimewaan dan rahasianya kepada beliau.

Di antara khasiat shalawat ini adalah; bahwa bagi siapa saja yang

membacanya, walaupun hanya satu kali seumur hidupnya, ia tidak akan

49 Nur Muh. Kafadi, Rahasia Keutamaan dan Keistimewaan Shalawat (Surabaya:

Pustaka Media, 2009) 34

(36)

masuk neraka. Sebagian Ulama>‘>‘ Maroko mengatakan, bahwa shalawat ini

turun ke atasnya dalam satu sahifah dari Allah.51

3. Shalawat Munjiyat.

َلَع ِلَص مُهللا

َعْيََِ اَِِ اََل ىِضْقَ تَو ِتاَفْاَو ِلاَوَْأا ِعْيََِ ْنِم اَِِ اَْ يِجُْ ت ٍدمَُ اَنِدِيَس ى

َُغِلَ بُ تَو ِتاَجَردلا ىَلْعَأ َكَدِْع اَِِ اَُعَ فْرَ تَو ِتاَئِي سلا ِعْيََِ ْنِم اَِِ اَنُرِهَطُتَو ِتاَجاَحا

اَِِ ا

َياَغلا ىَصْقَأ

اًمْيِلْسَت ْمِلَسَو ِِبْحَصَو ِِلآ ىَلَعَو , ِتاَمَما َدعَبَو ِةاَيَحا ِِ ِتاَرْ يَْا ِعْيََِ ْنِم ِتا

اًرْ يِثَك

Ya Allah! Limpahkan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad. Berkat shalawat ini, kiranya Engkau menyelamatkan kami dari semua kegentingan dan bencana. Berkat shalawat ini, Engkau kabulkan semua hajat kami. Berkat shalawat ini, Engkau bersihkan kami dari semua kejelekan. Berkat shalawat ini, Engkau sampaikan kami pada puncak cita-cita dari semua kebaikan di dunia dan setelah mati. Dan semoga shalawat dan salam yang banyak juga dilimpahkan kepada keluarga dan sahabatnya52.

Shalawat munjiyat adalah salah satu bacaan do’a yang biasa dibaca

setelah shalat fard}u atau pada berbagai pertemuan. Seperti dapat difahami

dari namanya shalawat adalah do’a untuk untuk Nabi Muhammad dan

sekaligus do’a untuk diri sendiri yang membacanya. Munjiyat bermakna

menyelamatkan. Diharapkan dengan berdo’a memakai shalawat munjiyat

ini, pembacanya dapat selamat dari segala musibah yang sedang atau akan

(37)

27

menimpanya. Serta dikeluarkan dari kesulitan yang sedang dihadapinya,

baik kesulitan materi dan ekonomi atau kesulitan mental dan fisik. 53

Shalawat munjiyat dibuat oleh Ulama>’ sufi dari tariqa>t al-Shaz}ili

yaitu Shaykh Shalih Musa al-D}ari>r. Menurut kisahnya shalawat ini di

dapat memalui wahyu mimpi. Shaykh Shalih Musa al-D}ari>r berkata: Aku

menaiki perahu di lautan lalu kami diserang angin yang besar sehingga

sedikit dari kami yang selamat dari karam. Aku merasa sangat ngantuk dan

tertidur, lalu aku bermimpi bertemu Nabi SAW bersabda: Katakan pada

para penumpang perahu untuk mengucapkan ini 1.000 kali.54

لاو أا عيَ نم اِ ا يج ت ةاص دم انديس لآ ىلعو دم انديس ىلع لص مهللا

تافْاو

..

إ

Kemudian aku terbangun dan mengingat apa yang ada didalam

mimpiku. lalu mengajarkan bacaan tersebut pada seluruh penumpang

kapal. Lalu kami membaca shalawat itu 300 kali lalu Allah SWT

menyelamatkan kami. 55

4. Shalawat T{ib al-Qulu>b

ا ِبِط ٍدمَُ اَنِدِيَس ىَلَع ِلَص مُهللَا

ِرْوُ نَو . اَهِئاَفِشَو ِناَدْبَأْا ِةَيِفاَعَو . اَهِئاَوَدَو ِبْوُلُقْل

ْمِلَسَو ِِبْحَصَو ِِلآ ىَلَعَو . اَهِئاَذِغَو ِحاَوْرَأْا ِتْوُ قَو . اَهِئاَيِضَو ِراَصْبَأْا

Ya Allah, limpahkanlah rahmat yang disertai ta’dzim kepada Nabi

Muhammad sebagai penyembuh semua hati dan menjadi obatnya, keafiatan

53 ‚Shalawat Munjiyat‛, http://www.alkhoirot.net/2011/12/shalawat-munjiyat.html,

(Selasa, 17 Januari 2017, 23.03)

54 Ibid.,

55 ‚Shalawat Munjiyat‛, http://www.alkhoirot.net/2011/12/shalawat-munjiyat.html,

(38)

badan dan kesembuhannya, cahaya segala penglihatan dan menjadi sinarnya, menjadi makanan jiwa santapannya. Dan semoga terlimpahkan pula shalawat dan salam kepada keluarga dan sahabat beliau.56

Shalawat T}ib al-Qulu>b atau shalawat Shifa>’ adalah shalawat yang

sering digunakan untuk wasilah penyembuhan suatu penyakit. Dari segi

bahasa, T}ib al-Qulu>b artinya adalah obat hati, sedangkan Shifa>’ adalah

penyembuh. Para Ulama>‘>‘ dan kyai sering mengajarkan shalawat ini untuk

tujuan penyembuhan penyakit.57 Shalawat ini dinisbatkan kepada Shaykh

Abu al-Baraka>t Ahmad al-Dardiri.58

Ada sedikit perbedaan redaksi dari shalawat T}ib al-Qulu>b atau yang

disebut juga shalawat T}ibbiyyah ini, dalam redaksi Shaykh Ahmad

al-S}awi< tidak ada tambahan

(

اَهِئاَذِغَو ِحاَوْرَأْا ِتْوُ قَو

)

. Tambahan tersebut

disebutkan oleh Shaykh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhani dalam kitab Sa>da>th

al-Dara>i>na fi S}ala>t ‘ala< Sayyid al-Kawnayn. Kemudian Sayyid

Muhammad Ibn Alawi al-Maliki mengukuhkan kembali dalam kitab

Abwa>b al-Fara>j dan Sawa>riq al-Anwa>r Min Ad’iyyah al-Sadah

al-Akhya>r.59

56 Mahrus Ali, Mantan Kyai NU, 95

57 Ahmad Ibn Muhammad al-Shawiy, Asrar Rabbaniyyah Wa Fuyudh al-Rahmaniyyah Ala Shalawat al-Dardiriyyah (Surabaya: Bungkul Indah, t.th), 46.

58 Yusuf bin Ismail al-Nabhani, Sa>da>th al-Dara>i>na fi S}ala>t ‘ala< Sayyid al-Kawnayn,

(Beirut: Da>r al-Fikr, t.th), 13

59 Rizki Zulkarnain Asmat, Pembuka segala rahasia penghempas lara dan kesulitan dalam menguak keutamaan 11 Shalawat Para Auliya kepada Nabi Muhammad,

(39)

29

Habi>b Abu Bakar Ibn Abdullah Ibn Alawi al-At{a>s pengarang kitab

Risa>lah al-Kauthar, menamakan shalawat T}ib al-Qulu>b dengan sebutan

shalawat Nur al-Abs}a>r.

5. Shalawat Badar

ِها ِلْو ُسَر َ ط ىَل َع ِها ُم َ ا َس ِها ُة َ ا َص

.

ِها ِب ْيِبَح س ي ىَل َع ِها ُم َ ا َس ِها ُة َ ا َص

.

ِها ِلْو ُسَر ىِداَه ْلاِبَو ِّللا ِم ْس ِب ِب اَْل َس َوَ ت

.

َُ ِل ُك َو

ُهَا اَ ي ِر ْد َبْلا ِل َْاِب ِّلِل ِد ِ ا

.

ى ِِْا

َةَم ْق ِلاَو ِتاَ فَْا َن ِم ة م ُ َْا ِم ِل َس

.

ُهَا اَ ي ِر ْد َبْلا ِل ْ َاِب ٍة م ُغ ْنِمَو ٍم َ ْنِمَو

.

Shalawat dan salam Allah semoga terlimpah kepada t}ah}a sang utusan Allah. Shalawat dan salam Allah semoga terlimpah kepada Kepada Ya>si>n

sang kekasih Allah. Kami bertawassul dengan nama Allah dan dengan petunjuk Rasulullah. Dan juga kepada setiap pejuang di jalan Allah. Dan para pahlawan pada perang badar. Wahai Tuhanku, semoga Engkau berkenan menyelamatkan ummat. Dari bencana dan siksa. Dan dari susah dan kesempitan. Sebab berkahnya sahabat ahli badar ya Allah.60

Shalawat Badar adalah rangkaian shalawat berisikan tawassul

dengan nama Allah, dengan Junjungan Nabi shallAllahu 'alaihi wa sallam

serta para mujahidin teristimewanya para pejuang Badar. Shalawat ini

adalah hasil karya Kyai Ali Manshur, yang merupakan cucu K>.H.

Muhammad Shiddiq, Jember.61

Diceritakan bahawa karya ini ditulis oleh Kyai ‘Ali Manshur sekitar

tahun 1960, tatkala kegawatan umat Islam Indonesia menghadapi fitnah

Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika itu, Kyai ‘Ali adalah Kepala

60 Mahrus Ali, Mantan Kyai NU, 165-166

(40)

Kantor Departemen Agama Banyuwangi, juga menjadi Pengurus Cabang

Nahd}atul Ulama>‘>‘ (PCNU) di situ. Keadaan politik yang bercelaru saat itu

dan kebejatan PKI yang bermaharajalela membunuh massa, bahkan ramai

kyai yang menjadi mangsa mereka, menyebabkan terlintas di hati Kyai

‘Ali, yang memang mahir membuat syair Arab sejak nyantri di Pesantren

Lirboyo Kediri lagi, untuk menulis satu karangan sebagai sarana

bermunajat memohon bantuan Allah SWT. 62

Dalam keadaan sedemikian, Kyai ‘Ali tertidur dan dalam tidurnya

beliau bermimpi didatangi manusia-manusia berjubah putih-hijau, dan

malam yang sama juga, isteri beliau bermimpikan Nabi SAW. Setelah

siang, Kyai ‘Ali langsung pergi berjumpa dengan Habib Hadi al-Haddar

Banyuwangi dan menceritakan kisah mimpinya tersebut. 63

Habib Hadi menyatakan bahawa manusia-manusia berjubah tersebut

adalah para ahli Badar. Mendengar penjelasan Habib yang mulia tersebut,

Kyai ‘Ali semakin bertekad untuk mengarang sebuah syair yang ada kaitan

dengan para pejuang Badar tersebut. Malam harinya, Kyai ‘Ali menungkan

mimpinya itu dengan menulis syair yang kemudian dikenal sebagai

Shalawat al-Badriyyah atau Shalawat Badar. 64

Apa yang mengherankan ialah keesokan harinya, orang-orang

kampung mendatangi rumah beliau dengan membawa beras dan bahan

makanan lainnya. Mereka menceritakan bahwa pagi pagi sekali mereka

62 Mohammad Subhan, Antologi NU., 140 63 Ibid., 141

(41)

31

telah didatangi orang berjubah putih menyuruh mereka pergi ke rumah

Kyai ‘Ali untuk membantunya karena satu kenduri akan diadakan di

rumahnya. 65

Itulah sebabnya mereka datang dengan membawa bahan makanan

tersebut menurut kemampuan masing-masing. Tambah pelik lagi apabila

malamnya, hadir bersama untuk bekerja membuat persiapan kenduri

orang-orang yang tidak dikenali siapa mereka.66

Menjelang keesokan pagi, serombongan haba>ib yang diketuai oleh

Habib ‘Ali bin ‘Abdur Rahman al-Habsyi Kwitang tiba-tiba datang ke

rumah Kyai ‘Ali. Tidak tergambar kegembiraan Kyai ‘Ali menerima

tetamu istimewanya tersebut. 67

Setelah memulakan perbicaraan bertanyakan kabar, tiba-tiba Habib

‘Ali Kwitang bertanya mengenai syair yang ditulis oleh Kyai ‘Ali tersebut.

Tentu sahaja Kyai ‘Ali terkejut kerana hasil karyanya itu hanya

diketahuinya dirinya seorang dan belum dimaklumkan kepada sesiapa pun.

Tapi beliau mengetahui, ini adalah satu kekeramatan Habib ‘Ali yang

terkenal sebagai waliyullah itu. Lalu tanpa lengah, Kyai ‘Ali Manshur

mengambil helaian kertas karangannya tersebut lalu membacanya di

hadapan para hadirin dengan suaranya yang lantang dan merdu. 68

Para hadirin dan habaib mendengarnya dengan khusyuk sambil

menitiskan air mata kerana terharu. Setelah selesai dibacakan Shalawat

65 Mohammad Subhan, Antologi NU.,141 66 Ibid., 141

(42)

Badar oleh Kyai ‘Ali, Habib ‘Ali menyeru agar Shalawat Badar dijadikan

sarana bermunajat dalam menghadapi fitnah PKI.69

Sejak itulah terkenalah shalawat badar sebagai bacaan yang

membangkitkan semangat perjuangan NU melawan PKI. Bahkan shalawat

badar sekarang menjadi lagu wajib NU dalam event-event pengajiannya.

Kyai ‘Ali Mansur wafat dan dimakamkan di Maibit, Rengel, Tuban.70

(43)

33

BAB III

PENAFSIRAN AYAT-AYAT SHALAWAT DALAM

AL-

QUR’>A>N

A. Perintah Bershalawat

Dalam al-Mu’jam al-Mufahros{ li< alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m hanya di

temukan satu ayat yang dengan tegas memerintahkan untuk bershalawat secara

utuh.19

Allah SWT berfirman:



  

 















 

Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.20

1. Penafsiran.

نبا نع ،يلع نع ،ةيواعم ِث :لاق ، اص وبَأ ا ث :لاق ،يلع ِثدح

َللا نِإُ لوق ،سابع

ِ لا ىلع نوكرابي :لوقي َِْيَلَع اولَص اوَُمآ َنيِذلا اَه يَأاَي ِِِلا ىَلَع َنولَصُي َُتَكِئاَمَو

Berkata kepadaku ‘Ali: dari Abu< s}a>lih berkata: dari Mu’a>wiyyah dari ‘Ali dari Ibn ‘Abba>s berkata: inna Allaha wa mala>ikatahu yushallu<na ‘ala

al-Nabi< ya> ayyuha alladhi>na a>manu< shallu ‘alaihi, dikatakan bahwa mencari keberkahan atas Nabi.21

Pemaknaan shalawat dalam ayat ini berarti mencari keberkahan atas

Nabi Muhammad SAW. Keberkahan berupa Syafa’at beliau di akhirat kelak.

Makna shalawat Allah dalam ayat ini berarati bentuk kasih saying Allah

19 Abd al-Ba>qi<, al-Mu’jam al-Mufahros, 412-417 20 Al-Qur’a>n, 33:56

(44)

kepada Nabi SAW. Bentuk kasih saying Allah kepada Nabi berupa rahmat

dan hidayat, baik dalam penurunan al-qur’a> sebagai mu’jizat, dan peringatan

Allah kepada Nabi sebagai hamba yang ma’thu>m. Makna shalawat Malaikat

berarti mendoakan Nabi dan memohonkan ampun kepada Allah untuk

Nabi22

Menurut orang Arab, kata shalawat bila tidak bersanding dengan

kalimat ‚Allah‛ berarti adalah do’a. Itulah mengapa penafsiran Shalawat

Malaikat dalam ayat ini berupa do’a kepada Nabi.23

Pendapat diatas didukung oleh ayat lain dalam shalawat yang

berarti do’a. Allah SWT berfirman:

                                                    

Di antara orang-orang Arab Badui itu ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh do’a Rasul. Ketahuilah, Sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat (surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 24

Kata ‚shalawa>t al-Rasu>l‛ dalam ayat diatas tidak disandingkan

dengan kata Allah. Oleh karena itu, al-T}abari< mengartikan kalimat Shalawat

22 Al-T}abari<, Ja>mi’ al-Baya>n ‘An Ta’wi>l A>y al-Qur’a>n, Vol 19, 174 23 Ibid., 175

(45)

35

pada ayat diatas sebagai do’a. Do’a pada ayat diatas adalah do’a Rasulullah

SAW kepada dengan tujuan untuk taqorruban (mendekatkan diri) kepada

Allah SWT. Orang-orang itu akan mendapatkan do’a Rasul SAW.

Al-Thabari menjelaskan bahwa do’a Rasul itu berupa permohonan ampun untuk

orang- orang yang mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara

menfkahkan sebagian harta mereka.25

Al-Qurt}ubi dan al-Baghowi pun menyepakati bahwa do’a Rasul

pada konteks ayat ini berupa permohonan ampun untuk semua dosa atas

orang-orang Arab badui yang pada masa itu memiliki masa lalu yang kelam

dan jahiliyyah.26

Ayat ini mengungkap tentang sikap orang-orang beriman yang

menafkahkan hartanya di jalan Allah. Mereka melakuakan hal seperti itu

guna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Apa yang dilakukan oleh

orang-orang yang menafkahkan sebagaian harta mereka untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT mendapatkan apresiasi dari Nabi SAW berupa do’a

untuk mereka dan permohonan ampun atas dosa-dosa mereka kepada Allah

SWT. Do’a itu di lakukan Nabi tanpa memandang latar belakang mereka

sebagai orang Arab Badui jahiliyyah. Hal ini dijelaskan di akhir ayat, bahwa

Allah SWT maha pengampun lagi maha penyayang.27

25 Abu> Ja’far al-T}abari<, Ja>mi’ al-Baya>n ‘An Ta’wi>l A>y al-Qur’a>n, Vol 11, (Kairo: Hijr,

2001), 635

26 Abi> ‘Abdillah Muhammah ibn Muhammad ibn Abi> Bakrin al-Qurt}ubi, al-Ja>mi’ li Ahka>m al-Qur’a>n, Vol 10, (Beirut: al-Resalah, 2006), 342

(46)

Perlu diingat bahwa Nabi SAW hanya ‚mendo’akan‛ orang-orang

yang bersedekah. Dalam konteks yang lebih luas, do’a Nabi SAW dilakukan

setelah seseorang itu melakukan suatu kebaikan dengan tujuan mendekatkan

diri kepada Allah SAW, serta bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain di

sekitar nya (sedekah). Nabi bukanlah penentu tujuan pendekatan mereka

diterima atau ditolak oleh Allah. Nabi juga bukan penentu diampuni atau

tidak nya mereka atas dosa-dosa mereka di masa lalu. Karena di terima atau

di tolaknya sesuatu merupakan hak prerogative Allah SWT.

Kata Shalawat juga bisa berarti berkah. Atau mencari keberkahan

atas perintah bershalawat yang tujukan kepada orang-orang yang beriman

dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah:





 











Mereka Itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.28

Shalawat dalam ayat ini menurut al-T}abari< berupa keberkahan dari

Allah SWT atas segala kesabaran.29 Ibn Kathi>r mengartikan bahwa Shalawat

dalam ayat ini berarti pemberian berkah berupa nikmat dan pengangkatan

derajat. Nikmat yang di berupa ampunan dan terbebas dari siksaan neraka.

28 Al-Qur’a>n, 02: 157

(47)

37

Pengangkatan derajat diberikan sebagai buah dari kesabaran mereka

terhadap musibah yang menimpa. 30

Selain berkah dan rahmat, al-Qurt}ubi menambahkan bahwa shalawat

Allah juga berupa ampunan dan kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat.

Ayat ini juga menunjuk kan kenikmatan yang diberikan Allah SWT bagi

orang-orang yang bersabar dan berserah diri31.

Keberkahan dalam ayat ini berarti kebaikan yang bersumber dari

Allah terhadap sesuatu sebagaimana mestinya. Berkah dari Allah itu berupa

rahmah dan maghfirah. 32

Keberkahan yang di dapatkan oleh pelaku sabar dalam ayat ini

berupa rahmat dam ampunan di sisi Allah SWT. Keberkahan yang mereka

dapatkan sebagai hadiah lagi-lagi tidak di dapatkan secara gratis. Allah

SWT menguji mereka dengan musibah dan kekurangan harta dan juga rasa

takut yang mengancam. Seakan-akan ujian mereka untuk mendapatkan

keberkahan dari Allah tidak mudah. Mereka yang tetap istiqomah di jalan

Allah SWT, tetap sabar atas segala musibah yang menimpa, mereka yang

selalu berpulang pada Allah apapun keadaan nya. Mereka itulah yang

mendapatkan keberkahan di sisi Allah SWT.

Shalawat Allah dalam ayat ini didapatkan setelah ummat-Nya

menyatakan sikap. Sikap yang di realisasi kan dengan perbuatan. Sikap sabar

atas segala musibah yang menimpa, perbuatan untuk mengembalikan semua

30 < Ismail ibn Katsi>r, Tafsir al-Qur’a>n al-Az}i>m, Vol 1, 338 31 Al-Qurt

Referensi

Dokumen terkait

mengenai Hubungan Persepsi Wanita Pasangan Usia Subur Tentang Inspeksi Visual Asam Asetat Dengan Motivasi Pemeriksaan IVA didapat hasil bahwa usia tidak bisa

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur didorong utamanya oleh komponen Konsumsi yang pada triwulan III-2008 ini mampu tumbuh lebih tinggi.. Di sisi lain,

Berdasar poin pemikiran di atas maka jika dikaitkan dengan domain disiplin arsitektur memunculkan beberapa asumsi yang harus ditetapkan; (1) wujud fisik ruang (space) dan

Indikator proses pembelajaran yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah jika keterlibatan guru dan siswa pada proses pembelajaran mencapai 75% (berkriteria

Pengelolaan kebudayaan dan kepariwisataan pada satu kawasan merupakan upaya dalam mensinergiskan berbagai kepentingan sebagaimana makna dari suatu kawasan merupakan

(E) Dosis Norephinephrine, Lama waktu keluar labirin, Tikus dengan dosis 12,5 mg... Penelitian genetika molekul telah menyelesai- kan percobaan di

Pada tahun 1830 Lotka mengatakan bahwa penulis yang berkontribusi dalam satu artikel adalah 60% dari total penulis yang memberikan kontribusi. Itu berarti semakin banyak