AYAT-AYAT SHALAWAT DALAM AL-
QUR’A>N
Skripsi:
Disusun untuk memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Al-Qur’a>n dan Tafsir
Oleh:
NUGRAHA ANDRI AFRIZA
NIM: E03213069
PRODI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Sarjana Agama (S. Ag.)
Oleh:
NUGRAHA ANDRI AFRIZA
NIM: E03213069
PRODI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAK
Nugraha Andri Afriza, 2017. AYAT-AYAT SHALAWAT DALAM AL-QUR’A>N. Penelitian ini dilatar belakangi oleh shalawat yang pada perkembangannya bukan hanya menjadi ibadah keagamaan. Shalawat telah menjadi budaya baru di masyarakat Islam. Shalawat yang sudah menjadi kebiasaan ini perlu diteliti lebih jauh tentang esensi dan sejarah keeksistensiannya. Perkembangan shalawat yang sangat pesat membuat semakin merajalela nya para pemuka agama yang menyodorkan shalawat-shalawat Ijtiha>di. Shalawat yang disodorkan tersebut sebagian ada yang di telan mentah-mentah oleh masyarakat, padahal tidak sesuai dengan dalil al-Qur’a>n dan al-H}adi>th. Ketidak sesuaian itu menyebabkan beberapa shalawat di klaim sebagai hal yang sesat dan syirik.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penafsiran mengenai mufassir terkait ayat-ayat shalawat dalam al-Qur’a>n. Serta memaparkan pandangan al-Qur’a>n terkait shalawat hasil Ijtiha>d Ulama>’. Sehingga dengan diketahuinya kedua permasalahan diatas, diharapkan bisa menjadi dasar atas pengamalan ibadah shalawat itu sendiri.
Penelitian ini merupakan model penelitian kualitatif. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kehujjahan al-Qur’a>n dan al-H}adi>th dalam perintah dan bentuk Shalawat melalui riset kepustakaan dan disajikan secara deskriptif-analitis. Metode yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Metode ini menekankan pada analisis ilmiah tentang penafsiran shalawat dalam al-Qur’a>n. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumenter dengan menela’ah literatur-literatur dan mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan shalawat.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu makna shalawat menurut para mufassir adalah do’a, barakah dan ibadah. Bentuk shalawat Allah SWT adalah kasih sayang, bentuk shalawat Malaikat adalah do’a dan permohonan ampun. Redaksi shalawat manusia yang ada dalam al-H}adith adalah bacaan tashahud dalam shalat. Bentuk shalawat manusia adalah menjalankan sunnah Nabi dan berbuat kebaikan. Shalawat Ijtihadiyyah menurut para mufassir diperbolehkan, Asalkan tidak berlebih-lebihan dalam memuja Rasul, tidak bertentangan dengan al-Qur’a>n dan harus sesuai dengan esensi dari shalawat yang berarti mendo’akan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... ii
ABSRTAK ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv
PENGESAHAN SKRIPSI ... v
PERNYATAAN KEASLIAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ……… ... ix
DAFTAR ISI ... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ……… xiv
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Kegunaan Penelitian ... 6
F. Tela’ah Pustaka ... 6
G. Metode Penelitian ... 8
BAB II: SHALAWAT
A. Pengertian Shalawat ... 13
B. Pemaknaan dan Hukum Shalawat Menurut Para Mufassir dan Ulama>’ ... 17
C. Shalawat Ijtihadiyyah ... 18
1. Shalawat Nariyah ... 22
2. Shalawat al-Fa>tih{ ... 24
3. Shalawat Munjiyat ... 26
4. Shalawat T{ib al-Qulu>b ... 27
5. Shalawat Badar ... 29
BAB III: PENAFSIRAN AYAT-AYAT SHALAWAT DALAM AL-QUR’>A>N A. Perintah Bershalawat ... 33
1. Penafsiran ... 33
2. Muna>sabah ... 45
3. Sabab al-Nuzu>l ... 45
B. Shalawat Dalam Al-Qur’a>n ... 46
1. Shalawal Allah ... 46
2. Shalawat Malaikat ... 49
3. Shalawat Manusia ... 51
BAB IV: ANALISIS PENAFSIRAN AYAT-AYAT SHALAWAT A. Analisis Shalawat Dalam Al-Qur’a>n. ... 52
1. Bentuk Shalawat Allah. ... 52
3. Bentuk Shalawat Manusia ... 58 B. Analisis Shalawat Ijtiha>diyyah ... 65 BAB V: PENUTUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’a>n sebagai pedoman hidup ummat Islam berisi pokok-pokok
ajaran yang berguna sebagai tuntunan manusia dalam menjalani kehidupan.1
Al-Qur’a>n sebagai sumber hukum pertama, memuat tata nilai dan kehidupan yang
sempurna, pokok-pokok ajaran ketauhidan, ibadah dan mu’amalah, janji dan
ancaman yang bersifat global dan universal.2
Secara umum, ada tiga klasifikasi ajaran di dalam al-Qur’a>n, akidah, yaitu
ajaran tentang keimanan dan ke-Esaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian
adanya hari pembalasan; Syari’ah, yaitu ajaran tentang hubungan manusia
dengan Tuhan dan sesamanya; dan akhlaq, yakni tentang norma-norma
keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya
secara individual-atau kolektif.3
Ada begitu banyak perintah dan larangan yang Allah katakana dalam
al-Qur’a>n. Salah satu perintah Allah kepada semesata adalah shalawat kepada Nabi
SAW. Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Ahzab ayat 56:
1 Tim penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an, (Surabaya: UIN
Sunan Ampel Press, 2013), cet 3, 10.
2 Miftah Faridl dan Agus Syihabuddin, Al-Qur’a>n Sumber Islam Yang Pertama,
(Bandung: Pustaka, 1989), cet. 1, 60.
3 M. Quraish Sihab, Membumikan Al-Qura>n: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan
َ نِإ
Sesungguhnya Allah dan Malikat-malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi, wahai orang-orangyang beriman, bershaawatlah atas Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya4
Shalawat secara terminologi berasal dari kata Shalat yang berarti do’a.5
Namun pada pemahaman umum, shalawat merupakan bentuk cinta ummat
terhadap Nabi nya. Dalam konteks ini Nabi yang dimaksud adalah Nabi
Muhammad SAW. Sehingga dalam pemahaman umum tentang shalawat ini
muncul lah berbagai majlis shalawat dengan berbagai versi guna menunjukkan
rasa cinta meraka kepada Nabi nya.
Sebagaiama ayat di atas menjeaskan bahwa bukan hanya orang-orang yang
beriman saja yang bershalawat kepada Nabi, Allah dan Malaikat pun bershalawat
kepada Nabi. Shalawat umat Islam kepada Nabi nya sebagaimana yang telah
sering di gelar dan di kumandangkan baik dalam ritual kajian, jama’ah shalawat
maupun shalawat personal yang biasa di kumandangkan masjid dan mushala
selepas azan menunggu iqomah.
Namun H. Mahrus Ali menggugat beberapa shalawat yang dianggap bid’ah
dan cenderung kepada syirik. Menurutnya, bukan shalawat nya yang syirik, tapi
redaksi shalawat itu yang tidak ada tuntunan nya dari al-H}adi>th dan itu
termasuk bid’ah. Sedangkan kalimat-kalimat yang memuji Nabi secara
4Al-Qur’a>n, 33:56
3
berlebihan, bertawass}ul kepada Nabi, sedangkan Nabi adalah orang yang sudah
meninggal merupakan hal yang syirik.6
Ada beberapa shalawat yang dinilai mengandung unsur syirik menurut
Mahrus Ali. Shalawat- shalawat ini cukup terkenal di kalangan masyarakat
Indonesia. Lebih luasnya, Shalawat ini sering di baca dalam pengajain,
perkumpulan keagamaan, dan bahkan di sejumlah tradisi kebudayaan di
masyarakat. Ini menurutnya adalah syirik. Karena dalam beberapa sya’ir
shalawat tersebut itu terdapat unsur tawass}ul kepada Nabi SAW, sedangkan
Nabi Muhammad SAW telah meninggal.7
Menurutnya, bertawass}ul kepada selain Allah adalah perbuatan yang
syirik, terlepas dari Nabi seorang yang mulia atau ma’sh}u>m sekalipun, Nabi
hanya manusia biasa yang telah meninggal.8
Mahrus berpendapat bahwa shalawat-shalawat tersebut bertentangan
dengan al-Qur’a>n. Dengan mengutip dalil Alqur’a>n pada surat al-Zumar ayat 38
sebagai penguat argument;
Dan sesungguhnya jika kamu bertanya kepada mereka, siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Tentulah pasti mereka menjawab Allah. Katakanlah, maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudh}ara>tan kepadaku apakah berhala-berhala
6 Mahrus Ali, Mantan Kyai NU menggugat Shalawat dan Dzikir Syirik, (Surabaya : Laa
Tasyuk press, 2011)44.
7 Ibid., 44
mu itu dapat menghilangkan kemidha}ra>tan, atau jika Allah hendak memberikan rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya. Katakanlah cukup
Allah bagiku. Kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah diri.9
Melihat betapa shalawat merupakan hal yang fenomenal. Terlebih shalawat
nariyah adalah shalawat yang sering diamalkan oleh sebagian besar umat muslim
terutama di Indonesia, jelas argument ini memancing banyak kalangan
cendikiawan muslim Indonesia, terutama Ulama’ NU untuk membuktikan bahwa
yang meraka lakukan dan amalkan bukan merupakan sesuatu yang syirik seperti
yang di ungkapkan oleh Mahrus Ali. Terlepas dari bagaimana argument dan
statemen terkait shalawat dari manusia kepada Nabi, Allah menegaskan bahwa
diri-Nya sebagai Sang pencipta dan Malaikat sebagai makhluk paling ta’at yang
pernah diciptakan Allah, bershalawat untuk Nabi. Hal ini penting kiranya untuk
ditindak lanjuti dalam sebuah kajian mendalam untuk meneliti bagaimana
bentuk dan redaksi shalawat di dalam al-Qur’a>n. Serta bagaimana seharusnya
shalawat yang dilakukan manusia kepada Nabi menurut al-Qur’a>n dan al-H}adi>th
seiiring dengan menjamurnya shalawat hasil ijtida>d ‘ulama>’ modern yang
disuguhkan kepada masyarakat Islam secara luas.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Dari rumusan masalah diatas ditemukan beberapa masalah. Guna
memfokuskan penelitian, maka dapat diidentifikasikan beberapa poin sebagai
berikut:
1. Shalawat merupakan konsumsi sebagian besar masyarakat luas yang telah
mendarah daging dan cenderung menjadi budaya keislaman di Indonesia.
5
2. Shalawat tidak hanya dilakukan oleh manusia, Allah sebagai pencipta dan
Malaikat-NYA pun melakukan shalawat terhadap Nabi SAW.
3. Shalawat menjadi instrument untuk menyampaikan rasa cinta kepada Rasul
SAW sesuai perintah Allah dan Sunnah Nabawiyyah.
4. Shalawat yang sering di lakukan ini menurut sebagaian orang merupakan
sesuatu yang berlebihan, bahkan cenderung kepada kesyirikan.
5. Beberapa shalawat lebih mengutamakan syafa’at Nabi SAW ketimbang
meminta ampun dan mengharapkan rahmat dan hidayat dari Allah, Tuhan
semesta alam.
6. Beberapa Shalawat lebih mengutamakan tawass}ul kepada Nabi Muhammad
SAW, sedangkan Nabi Muhammad sudah meninggal.
C. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang akan dikaji dalam studi ini, maka
dirumuskanlah masalah tersebut dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimana penafsiran para ulama>’ terkait terkait ayat-ayat shalawat dalam al-Qur’a>n?
2. Bagaimana pandangan Mufassir terkait shalawat hasil Ijtihad ulama>’?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini, berdasarkan pada pokok masalah yang telah dirumuskan diatas, bertujuan untuk
2. Memaparkan pandangan Mufassir terkait shalawat hasil Ijtihad ulama>’ .
E. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini dilakukan sebagai bentuk upaya untuk
meneliti bagaimana bentuk shalawat Allah sebagai tuhan semesta alam dan
malaikat-malikatnya. Serta menyatakan kebenaran tenang redaksi Shalawat yang
sebenarnya, bukan membenarkan kenyataan terkait shalawat sebagai konsumsi
keseharian umat islam.
Secara praktis, penelitian ini berguna untuk menjadi salah satu
pertimbangan dalam upaya pengkajian secara mendalam terhadap bentuk dan
redaksi shalawat yang sering dilakukan oleh ummat islam.
Secara khusus, dapat memberikan kontribusi yang referensial dan sebagai
wacana dalam memaknai perintah dalam himbauan bershalawat, sehingga
hasilnya dapat dijadikan landasan bagi pelaksanaan shalawat dalam keseharian
dan budaya diantara manusia secara umum dan umat Islam secara khsusus.
F. Tela’ah Pustaka
Dalam hal ini, ditemukan kajian terdahulu yang membahas tentang Shalawat, antara lain:
1. Skripsi karya Dianto Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya
tahun 2007 dengan judul ‚Shalawat atas Nabi SAW dalam Perspektif
Al-Qur’a>n‛
7
meneliti bagaimana makna shalawat Allah dan malaikat serta bagaimana manfa’at dari shalawat yang disampaikan kepada Nabi SAW.
Selain manfaat dan keutama’an shalawat, pada penenlitian tersebut
mengulas pahala apa saja yang didapatkan oleh orang yang melakukan shalawat.
Hal ini mungkin pada tahun di terbitkan nya karya penenlitian tersebut, belum
ada Ulama>’ yang menggugat shalawat seperti yang dilakukan oleh Mahrus Ali
dalam bukunya. Shalawat pada masa itu masih merupakan suatu amalan yang
banyak dilakukan oleh halayak islam sebagai suatu ibadah yang sesuai perintah
Allah SWT dalam al-Qur’a>n.
Penelitian tersebut jelas berbeda dengan penelitian yang akan dibahas dalam skripsi ini. Dimana ke spesifikan lebih tertuju pada bagaimana bentuk dan redaksi shalawat secara global, dan bagaimana penafsiran ulama>’ terkait ayat-ayat shalawat yang ada di dalam al-Qur’a>n.10
2. Skripsi karya Nur Walfiroh fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo tahun 2014
dengan judul ‚Efektifitas Shalawat Asy-Syifa’ dalam membentuk
ketentraman keluarga, Studi kasus di jamiyyah NuruI Islam Krapyak‛
3. Skripsi karya Awaludin Darmawan fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Isam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2015 dengan judul ‚Pengajian
Shalawat Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf di Yogyakarta, Analisis dari
perspektif Sosiologi Agama‛
Pada skripsi dengan judul shalawat secara umum lebih eksplisit
membahas tentang shalawat tertentu dan aplikasi nya di masyarakat serta
10 Dianto, ‚Shalawat atas Nabi SAW dalam perspektif al-Qur’a>n‛ (Skripsi tidak
dampaknya pada aktivitas dan akhlaq warga tempat shalawat tersebut biasa
dilaksanakan.
Sehubungan dengan kenyataan diatas, bentuk dan redaksi shalawat yang
sesuai dengan al-Qur’a>n perlu diangkat dalam bentuk penelitian yang mendalam,
karena dari literatur-literatur yang ada hanya membahas pahala dan tujuan dari
shalawat. Serta sebagain membahas mengenai gambaran umumnya saja, dan
belum menyangkut detail bentuk dan redaksi dari shalawat.
G. Metode Penelitian
1. Model dan jenis penelitian.
Penelitian ini merupakan model penelitian kualitatif.11 yang bermaksud
untuk mengungkapkan kehujjahan al-Qur’a>n dan al-H}adi>th dalam perintah
dan bentuk Shalawat melalui riset kepustakaan dan disajikan secara
deskriptif-analitis. Yakni dengan berusaha memaparkan data-data tentang
suatu hal atau masalah dengan analisa dan interpretasi serta komparasi yang
tepat.12 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk
dan redaksi Shalawat yang tidak megandung unsur kesyirikan.
Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library
Research), yakni penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber
datanya.13 Baik itu buku yang termasuk sumber primer maupun
buku-buku yang termasuk sumber sekunder.
11 Metode kualitatif merupakan proses penelitian yang ingin menghasilkan data bersifat
deskriptif, yaitu berupa hasil ucapan, tulisan, dan perilaku individu atau kelompok yang
dapat diamati berdasarkan subyek itu sendiri. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif
dan Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), 9.
12 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offsat, 1990), 9.
9
2. Sumber data penelitian.
Data primer dalam penelitian ini adalah :
1. Tafsir Ibnu Katsir karya Imaduddin Abu Fida’ Isma’il ibn Kathi>r
2. Al-Ja>mi’ li al-Ahkam al-Qur’a>n karya Abi Abdillah Muhammad ibn
Ahmad al-anshari al-Qurtubhi
3. Ja>mi’ al-Baya>n ‘An Takwi>l A>yi al-Qur’a>n karya Abu> Ja’far al-T}abari
Sumber yang sekunder berasal dari karya-karya para Ulama>’ lain yang
berkaitan sebagai pelengkap dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Jala>’ul Afham: Keutamaan Shalawat Nabi karya Ibnu Qayyim.
2. Afd}a>l al-Shalawa>t ‘ala< Sayyidi al-Sada>t karya Yusuf ibn Ismail al-Nabhani.
3. Shahih Bukhari karya Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari
4. Shahih Muslim karya Abdul Husain Muslim
5. Al-Da>rul Mantsur Fi al-Tafsi<ri al-Ma’tsu>r karya Abdurrahman Jalaluddin
al-Suyuti.
6. al-Mu’jam al-Mufahros{ li< alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m, karya Muhammad
Fu’ad ‘Abd al-Ba>qi<,
7. Asbab al Nuzul ala-Qur’a>n karya Abu al-Hasan ‘Ali< Ibn Ahmad Ibn
Muhammad Ibn ‘Ali al-Wah{idi<,
8. Dan buku-buku lain yang erat hubungannya dengan pembahasan
penelitian ini.
3. Teknik pengumpulan data.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumenter.
semua data yang berkaitan dengan shalawat. Data tersebut bisa berupa audio,
video dan cetakan naskah yang dapat digunakan sebagai bukti keterangan dan
penguat.
4. Teknik analisis data.
Analisis data berarti menjelaskan data-data yang telah diperoleh melalui
penelitian ini. Data yang diperoleh kemudian akan diolah dan disusun guna
mempermudah pemaknaan dan interpretasinya untuk menunjang penelitian
ini. Metode yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah analisis isi
(content analysis). Metode ini menekankan pada analisis ilmiah tentang isi
pesan suatu komunikasi.14 Komunikasi yang dikaji daam penelitian ini
berkaitan dengan data yang telah di kumpulkan. Sebagaimana metode
dokumenter yang digunakan pada teknik pengumpulan data.
Dalam penelitian tafsir terkait ayat-ayat tentang shalawat dalam
al-Qur’a>n, metode yang digunakan adalah metode tafsir tematik (maudl}u’i).
Metode ini menghimpun ayat-ayat dari berbagai surat dalam al-Qur’a>n yang
sama-sama membahas suatu masalah tertentu. Selanjutnya ayat-ayat tersebut
disusun sedemikian rupa dibawah satu naungan tema pembahasan.15 Dalam
penelitian ini tema dari pembahasan ini adalah shalawat.
Langkah dan tahapan dalam metode tafsir tematik secara umum dapat
dirinci sebagai berikut:
1. Memilih tema yang hendak dikaji
14 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, vol. III, (Yogyakarta: Rake
Sirasin, 1996), 49
15 Abd. al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudl}u’i, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
11
2. Menghimpun seluruh ayat di dalam al-Qur’a>n yang berkaitan dengan
tema yang akan dikaji, baik surat Makiyyah maupun Madaniyyah.
3. Menentukan urutan ayat sesuai masa turunnya dan mengemukakan sabab
al-nuzul dari ayat tersebut bila ditemukan ada.
4. Menjelaskan muna>sabah ayat-ayat terkait tema.
5. Membuat sistematika kajian dalam kerangka yang sistematis dan lengkap.
6. Menyajikan H}adi>th}-h}adi>th} terkait tema sebagai penunjang ke-valid-an
data.
7. Merujuk kepada ilmu kalam, ilmu balagh}a>h dan syair-syair Arab guna
menjelaskan lafadh-lafadh yang terdapat dalam ayat tematik.16
8. Mengkopromikan antara makna ‘a>m dan kha>sh}, antara yang mulhaq dan
muqoyyad, menyingkronkan ayat-ayat yang lahirnya tampak kontradiktif,
menjelaskan na>sikh dan mansu>kh, sehingga ayat-ayat yang menjadi kajian
dapat selaras sehingga terbebas dari kontradiksi.17
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan disusun dalam beberapa bab, sub bab dan sub sub bab
yang sesuai dengan keperluan kajian guna memudahkan jalannya penelitian.
Bab pertama adalah pendahuluan yang membahas tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoretik,
kajian pustaka, metode penelitian serta sistematika pembahasan.
16 ‘Ali Hasan al-Raidl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada 1996), 78
Bab kedua membahas tentang teori dari tinjauan redaksional mengenai
shalawat. Selanjutnya akan dipaparkan tentang pendapat Ulama>’ dan mufassir
mengenaipengertian dan hukum shalawat. Kemudian akan di paparkan juga
shalawat Ijtihadiyyah dan perkembangan shalawat di masyarakat.
Bab ketiga membahas data berupa penafsiran-penafsiran para Mufassir
terkait ayat-ayat shalawat dalam al-Qur’a>n beserta periwayatannya meliputi
muna>sabah dan sabab al-nuzu>l (bila ada) guna menentukan validitas data yang
sesuai dengan tema.
Bab keempat berisi hasil analisis teori dan data. Mengkomparasikan
antara terminologi shalawat dan penafsiran ayat-ayat shalawat dalam al-Qur’a>n
guna mendapatkan data yang valid terkait kebenaran dan hakikat shalawat Pada
bab ini juga akan di paparkan bagaimana pandangan Mufassir terkait shalawat
hasil ijtiha>d para Ulama>’.
Bab kelima berisi tentang kesimpulan yakni simpulan dari pembahasan
pada penelitian ini, selain itu juga berisi kritik dan saran. Kritik dimaksudkan
untuk memberi masukan pada kekurangan dalam penelitian ini. Saran
dimaksudkan untuk perkembangan dari keilmuan Ilmu al-Qur’a>n dan Tafsir itu
13
tersebut berubah menjadi mash}dar dalam bentuk sh}ala>tun. Sh}alla - yush}alli <-
sh}ala>tun
(
ةاص
-
ىَلصي
-
ىَلص
ُ
yang artinyaةدابعلا نم س ج
(salah satujenis rangkaian ibadah) yang secara etimologi berarti do’a.19
Kata do’a berasal dari kata da’a< - yad’u< - da’watan
(
ةوعد
-
وعدي
-
اعد
)
yang berarti seruan, ajakan, panggilan, undangan dan permintaan.20 Menurut
Harun Nasution, pemaknaan do’a dapat digunakan dengan menjadikan Tuhan
atau manusia sebagai subyeknya, atau sebaliknya sebagai obyeknya.21
Allah SWT berfirman:
ketentraman jiwa untuk mereka, dan sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.22
19 Louis Ma’luf, Al-Munjid Fi> al-Lugh}ah Wa al-‘A’la>m, (Beirut: Da>r el-Masyri>q,
t.th.), 101.
20 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia , (Surabaya: Pustaka Progressif,
1997) cet. 14, 407.
Secara etimologi dapat dinyatakan bahwa orang yang bershawalat
berarti ia ingin mendekatkan diri kepada sesuatu yang dijadikan obyek. Dapat
dipahami juga bahwa perintah Allah dimaksudkan agar manusia mendekatkan
diri kepada-Nya.
Terkait seruan-seruan Allah tersebut, Allah SWT berfirman di dalam
al-Qur’a>n:
Allah menyeru (manusia) ke darussalam23 (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)24
ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.25
Terkait firman Allah pada surat Yu>nus dan al-Baqa>rah atas, maka
dapat dipahami bahwa Allah menyeru kepada manusia agar mereka mengikuti
jalan hidup yang membawa mereka lebih dekat kepada jalan yang di rid}ai nya,
yaitu kepada jalan kebenaran dan keselamatan manusia baik di dunia maupun
di akhirat.
23 Arti kalimat Darussalam ialah: tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan.
pimpinan (hidayah) Allah berupa akal dan wahyu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
15
Secara kontekstual, penggunaan kata sh}alla bukan hanya bermakna
do’a. Sh}alla dapat pula bermakna
كيرتلا
(pemberian atau perolehan berkah)dan
ديجمتلا
(pemberian atau perolehan kemuliaan).26ِّّلا دّم ىلع ها ىلص
Semoga Allah memberikan keberkahan kepada Nabi Muhammad27Berkah yang diperoleh dari Allah biasanya disebut dengan rahmat.
Sedangkan kemulia’an bisa diperoleh baik dari Allah maupun sesama manusia.
Biasanya, kemuliaan yang diperoleh dari sesama manusia berupa ta’dzi>m atau
penghormatan.
Pemakna’an sh}alla< sebagai berkah di dasari dari firman Allah SWT:
Tuhan mereka, mereka itulah golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk.28
Secara istilah, shalawat berarti mendo’akan Nabi Muhammad SAW
agar Allah selalu melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepada beliau SAW.29
Secara umum, shalawat berarti do’a. Menurut Ibn Qoyyim, do’a bisa diartikan
26 Al-Ra>gib al-Ashfaha>ni<, Mufrada>t Alfa>dz al-Qur’a>n , (Beirut: Da>r el-Qala>m, 1992),
cet 1, 490-491.
27 Munawwir, Kamus Arab.,792 28 Al-Qur’a>n, 01: 157
29 Fatuhuddin Adul Yasin, Kumpulan Shalawat Nabi SAW, (Surabaya: Terbit Terang,
kepada dua hal, do’a yang bersifat ibadah dan do’a yang bersifat meminta.
Dalam konteks ini, maka shalawat mencangkup keduanya.30
Shalawat juga bisa diartikan sebagai ibadah. Sebagai mana ibadah
dalam penegertian umunya yaitu berupa pengabdian dan bentuk ta’at dari
hamba kepada Tuhan penciptanya. Melakukan apa yang di peritah Tuhan-Nya
sebagai bukti ketaqwaan seorang hamba. Pengertian shalawat sebagai ibadah
ini didasari oleh firman Allah SWT:
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wust}a> 31 Berdirilah
untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.32
Ibn Qoyyum dalam kitab jala>’ al-afha>m mengartikan shalawat secara
istilah adalah rahmat yang sempurna, kesempurnaan atas rahmat bagi
kekasihnya. Disebut rahmat yang sempurna, karena tidak diciptakan shalawat,
kecuali pada Nabi Muhammad SAW. Shalawat bentuk jamak dari kata s}alla
atau shalat yang berarti: doa, keberkahan, dan ibadah.33
30 Muhammad Ibn Abi Bakrin Ayyub Ibn Sa’a>d Shamsu al-Di>n Ibn Qayyum
al-Jauziyyah, Jala>’ al-Afha>m Fi Fadhli al-Shala>ti ‘Ala< Muhammad Khoirul Anam, (Kuwait: Dar al-‘Urubah, 1987), 155.
31 Shalat wust}a> ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang
berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan Shalat wust}a> ialah Shalat Ashar. Menurut kebanyakan ahli h}adith, ayat ini menekankan agar semua Shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
32 Al-Qur’a>n, 02:238
17
B. Pemaknaan dan Hukum Shalawat Menurut Para Mufassir dan Ulama>’
Mengutip perkataan Al-H>a>fiz} Ibn Hajar al-Asqala>ni<, Ibnu Qoyyum
berpendapat mengenai pemaknaan dan hukum shalawat dalam perintah Allah
SWT ‚shallu ‘alaihi wa sallimu tasli>ma<‛ . Ada sepuluh macam madhhab
dalam masalah bershalawat kepada Nabi SAW34:
1. Ibnu Jari>r al-Thabari berpendapat bahwa bershalawat kepada Nabi, adalah
suatu pekerjaan yang disukai saja, tidak ada kewajiban di dalamnya.
2. Ibnu Qashshar berpendapat bahwa bershalawat kepada Nabi merupakan
suatu ibadah yang diwajibkan. Hanya tidak ditentukan kadar banyaknya.
Jadi apabila seseorang telah bershalawat, biarpun sekali saja. Terlepaslah
ia dari kewajiban.
3. Abu< Bakar Al-Ra>zi> dan Ibnu Hazm berpendapat bahwa bershalawat itu
wajib dalam seumur hidup hanya sekali. Baik dilakukan dalam
sembahyang, maupun di luarnya. Sama hukumnya dengan mengucapkan
kalimat tauhid. Selain dari ucapan yang sekali itu hukumnya sunnat.
4. Imam al-Sha>fi’i< berpendapat bahwa shalawat itu wajib dibacakan dalam
tasyahhud yang akhir, yaitu antara tashahhud dengan salam.
5. Imam al-Sha’bi< dan Isha>q berpendapat bahwa shalawat itu wajib
hukumnya dalam kedua tashahhud, awal dan akhir.
6. Abu< Ja'far al-Baqi>r berpendapat bahwa shalawat itu wajib dibaca di dalam
sembahyang. Cuma beliau tidak menentukan tempatnya. Jadi, boleh di
dalam tashahhud awal dan boleh pula di dalam tashahhud akhir.
7. Abu< Bakar Ibnu Baqi>r berpendapat bahwa shalawat itu wajib kita
membacanya walaupun tidak ditentukan bilangannya.
8. Al-T}ahawi< dan segolongan ulama Hanafiyyah berpendapat bahawa
bershalawat itu diwajibkan pada tiap-tiap kita mendengar orang menyebut
nama Muhammad. Paham ini di ikuti oleh Al-Hulaimi< dan oleh segolongan
Ulama>’ Sha>fi'iyyah.
9. Al-Zamakhsyari< berpendapat bahwa shalawat itu dimustikan pada
tiap-tiap majelis. Apabila kita duduk dalam suatu majelis, wajiblah atas kita
membaca Shalawat kepada Nabi, satu kali.
10. Madhhab yang dihikayatkan oleh Al-Zamakhsyari dari sebagian ulama
Madzhab ini berpendapat bahwa bershalawat itu diwajibkan pada tiap-tiap
berdo’a.
C. Shalawat Ijtihadiyyah
Ijtiha>d adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya
bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk
memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam al-Qur’a>n maupun
al-H}adi>th dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.35
Meski al-Qur’a>n sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap,
tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh
al-Qur’a>n maupun al-H}adi>th.36
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat
tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji
19
apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya
dalam al-Qur’a>n atau al-H}adi>th. Sekiranya sudah ada maka persoalan
tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan
dalam al-Qur’a>n atau al-H}adi>th itu. Namun jika persoalan tersebut
merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam
al-Qur’a>n dan al-H}adi>th, pada saat itulah maka umat Islam memerlukan
ketetapan ijtiha>d. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang
mengerti dan paham al-Qur’a>n dan al-H}adi>th. 37
Perkara berijtihad dalam bershalawat, Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah
menjelaskan bahwa beberapa sahabat juga berijtiha>d untuk memperbagus
dan memperindah shalawat kepada Nabi SAW. Abdullah Ibn Mas’u>d
menyampaikan bahwa: ‚jika kalian bershalawat, maka perbagus lah dan
lengkapi lah shalawat kalian. Karena kalian tidak pernah tau shalawat
kalian itu diterima atau di tolak oleh Nabi‛.38
Redaksi shalawat yang dibuat oleh Abdullah Ibn Mas’u>d dalam
kitab jala>’ al-afha>m adalah sebagai berikut:
دمَُ نيِب لا ماَخَو َنِقتُمْلا ماَمِإَو نلسْرُمْلا ديس ىلع كتاكربو كتَرو كتاولص لَعْجا مُهللا
َْْا ماَمِإ كلوُسَرَو كدبَع
ََْرلا لوُسَرَو َْْْْا دئاقو ْْ
ة
ِِب طبغي اًدوُمَْ اماَقم ثعبا مُهللا
َنوُرخ ْْاَو َنولوَْأا
.
لآَو ميِاَرْ بِإ ىلع تيلص اَمَك دمَُ لآ ىلَعو دمَُ ىلع لص مُهللا
ىلَعو دمَُ ىلع كراَب مُهللا دي ديَ كنِإ ميِاَرْ بِإ
ىلَعو ميِاَرْ بِإ ىلع تكراب اَمَك دمَُ لآ
دي ديَ كنِإ ميِاَرْ بِإ لآ
37 Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, 355
Ya Allah, jadikanlah shalawat-Mu, rahmat-Mu dan berkah-Mu kepada junjungan para Rasul, imam orangorang bertakwa, penutup seluruh Nabi, Muhammad, hamba-Mu, utusan-Mu, Imam kebaikan, penuntuk kebaikan, Rasul yang membawa rahmat. Ya Allah, tempatkan ia di tempat terpuji yang dikelilingi oleh orang-orang awal dan akhir. Ya Allah, limpahkanlah sejahtera kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi maha mulia. 39
Apa yang dilakukan oleh Abdullah Ibnu Mas’u>d ini diperkuat oleh
H}adith:
وُبَأ ِِرْخَأ َلاَق حْيَرُش نب ةَوْ يَح اَثدَح َلاَق ئِرْقُمْلا نََْرلا دبع وُبَأ اَثدَح د ََْأ ماَمِْا َلاَقَ ف
ّيلَع اَبَأ نَأ ئِناَ نب ديَ ئِناَ
بحاَص ديبع نب ةلاَضف عَ نَأ ُثدَح َِْْا كلاَم نب ورْمَع
ت َاص ِِ وُعْدَي اجر ملسَو ِْيَلَع ها ىلص ها لوُسَر عَ َلاَق ملسَو ِْيَلَع ها ىلص ها لوُسَر
ها ىلص ها لوُسَر َلاَقَ ف ملسَو ِْيَلَع ها ىلص ِِ لا ىلع لصي ََو ها دجم َ
ملسَو ِْيَلَع
يِلَصُي ِْيَلَع ءاَثلاَو بر ديجمتب أدبيلف مُكدحأ ىلص اذِإ ْغل وَأ َُل َلاَقَ ف ُاَعَد اَذَ لجع
دعب وُعْدَي ملسَو ِْيَلَع ها ىلص ِِ لا ىلع
َءاَش اَِِ
Imam Ahmad berkata: dari Abu ‘Abd al-Rahma>n al-Muqri<, dari haywah Ibn
Shurayh berkata dari Abu Ha>ni’ H}ami>d Ibn Ha>ni’ dari Amru Ibn Abi ma>lik
al-Janbi< bahawasanya dia mendengar Fud}a>lah Ibn ‘Abi>d seorang sahabat
Nabi SAW berkata: bahwasanya Rasulullah SAW mendengar seorang pria
berdo’a ketika shalatnya tanpa mengagungkan allah dan tanpa bershalawat kepada Nabi SAW. Maka Rasulullah SAW berkata: percepatlah ini dan panggil pemuda itu. Kemudia rasulullah berkata kepada pemuda itu atu
orang lain disana; ‚jika kalian hendak bershalawat, maka mulailah dengan
21
bertahmid dan mohonlah ampun, kemudian bershalawatlah kepada Nabi
SAW kemudian berdo’alah apapun semau kalian.40
Ijtihad yang dilakukan oleh Ibn Mas’u>d tersebut Menurut K.H
Ma’ruf Khozin41 adalah hal yang menjadi acuan untuk memperindah shalawat
dan menambah syair dengan memuja Allah terlebih dahulu, kemudian
bershalawat selanjutnya disertakan do’a orang yang bershalawat.42
Pendapat dinilah yang kemudian di analisis sebagai cikal-bakal
munculnya shalawat-shawalat Ijtihadiyyah yang beragam. Baik yang di klaim
sebagai shalawat secara utuh, ataupun hanya sebatas sya’ir dengan nada dan
nyanyian.
Pada perkembangannya, shalawat Ijtiha>diyyah sangat menjamur di
masyarakat luas hingga dewasa kini. Tak jarang banyak majlis-majlis shalawat
yang menawarkan shalawat dengan ritual yang beragam. Terlepas dari
shalawat sebagai perintah Allah SWT, shalawat sudah bergeser menjadi
budaya dan kebiasaan baru di masyarakat. Lebih ekstrimnya, shalawat juga di
jadikan ajang komersil pencari keuntungan guna mengisi dompet-dompet para
imam.
Dari sekian banyak shalawat yang menjadi kebiasaan dan budaya di
masyarakat, ada beberapa shalawat yang dia anggap oleh beberapa Ulama>‘>‘
sebagai shalawat yang lebih mendekati kepada kesyirikan. Shalawat-shalawat
40 Ibn Qayyum al-Jauziyyah, Jala>’ al-Afha>m., 61
41K.H. Ma’ruf Khhozin adalah Anggota LBM PWNU Jawa Timur dan Dewan Pakar
Aswaja NU center Jawa timur
ini di nilai sudah keluar dari koridor dan interpretasi shalawat sebagai do’a
dan lebih dekat kepada syirik.
Menurut beberapa pandangan yang mengatakan shalawat hasil
Ijtiha>diyyah mendekati kesyirikan karena beberapa syair yang terkandung di
dalamnya lebih menjurus kepada peng-agung-an Muhammad SAW sebagai
Nabi ketimbang Allah SWT sebagai Tuhan semesta alam.43
Ada beberapa shalawat yang menjadi di Ijtihad kan para Ulama>’ dalam
pembuatan syairnya. Bahakan ada sebagian yang mengaku mendapatkan ilham
dan hidayah lewat mimpi atau hal-hal yang diluar nalar manusia seperti
seorang Nabi yang mendapatkan Wahyu Tuhannya. Selanjutnya akan di
paparkan contoh-contoh shalawat ijtihadiyyah yang sering menjadi amalan di
masyarakat luas khususnya di Indonesia.
1. Shalawat Nariyah.
ا
ْ َ تَو ُدَقُعْلا ِِب لَحَْ ت ْىِذلا ِدمَُ اَنِدِيَس ىَلَعاماَت اًمَاَس ْمِلَسَو ًةَلِماَك ًةَاَص ِلَص مُهلل
ِِب ُجِرَف
ِِب ُلاَُ تَو ُجِئاَوَْحا ِِب ىَضْقُ تَو ُبَرُكْلا
ِِْْرَكْلا ِِهْجَوِب ُماَمَغْلا ىَقْسَتْسُيَو ِِماَوَْْا ُنْسُحَو ُبِئاَغرلا
َكَل ٍمْوُلْعَم ِلُك ِدَدَعِب ٍسَفَ نَو ٍةَحْمَل ِلُك ِ ِِبْحَصَو ِِلآ ىَلَعَو
Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul kha>timah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujan pun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta
23
para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh engkau. 44
Shalawat nariyah adalah sebuah shalawat yang disusun oleh Ahmad
At-Tazi Al-Maghribi asal Maroko yang lebih dikenal dengan Shaiykh
Nariyah. Shaiykh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad
sehingga termasuk salah satu sahabat Nabi. Beliau lebih menekuni bidang
ketauhidan. Shaykh Nariyah selalu melihat kerja keras Nabi dalam
menyampaikan wahyu Allah SWT, mengajarkan tentang Islam, amal saleh
dan akhla>q al-kari>mah sehingga Shaykh selalu berdo’a kepada Allah
memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi. Do’a-do’a yang
menyertakan Nabi biasa disebut shalawat dan Shaykh Nariyah adalah
salah satu penyusun shalawat Nabi yang disebut shalawat nariyah.45
Menurut Shaykh Abdullah al-Ghummari, penamaan dengan Nariyah
karena terjadi tashhi>f atau perubahan dari kata yang sebenarnya Taziyah.
Sebab keduanya memiliki kemiripan dalam tulisan Arab, yaitu
(
ةيرا لا
)
dan(
ةيزاتلا
)
yang berbeda pada titik huruf. Di Maroko sendiri shalawat inidikenal dengan shalawat Ta>ziyah, sesuai nama kota pengarangnya.46
Sementara dalam kitab Afdlal al-Shalawa>t ‘ala Sayyidi al-Sa>da>t karya
Yusuf bin Ismail Nabhani menyebut dengan nama shalawa>t
44 Mahrus Ali, Mantan Kyai NU, 43-44
45 ‚Shalawat Nariyah‛, http://ahlussunnahku.blogspot.com/p/shalawat-nariyah.html
(Selasa, 17 Januari 2016 , 22.32)
Tafrijiyyah yang diambil dari teks yang terdapat di dalamnya yaitu
(
جرف ت
)
.47Shalawat Nariyah merupakan salah satu shalawat yang paling
mashhu>r di antara shalawat-shalawat bentukan manusia. Orang-orang
berlomba untuk mengamalkannya, baik dengan mengetahui maknanya,
maupun tidak memahami kandungannya. Bahkan justru barangkali orang
jenis kedua ini yang lebih dominan. Banyak orang serta merta
mengamalkannya hanya karena diperintah tokoh panutannya, kerabat dan
teman, atau tergiur dengan fad}i>lah tanpa merasa perlu untuk meneliti
keabsahan shalawat tersebut, juga kandungan makna yang terkandung di
dalamnya.
2. Shalawat al-Fa>tih{.
ِلَص مُهللا
يِداَْْاَو ،ِقَْحاِب ِقَْحا ِرِصاَن ،َقَبَس اَمِل ِِماَْْاَو َقِلْغُأ اَمِل ِحِتاَفْلا ،ِدمَُ اَنِدِيَس َىلَع
ِمْيِظَعلا ِِراَدْقِمَو ِِرْدَق قَح ِِلآ َىلَعَو ِمْيِقَتْسُمْلا َكِطاَرِص ََِإ
Yaa Allah limpahkanlah rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad SAW, dia yang telah membukakan sesuatu yang terkunci (tertutup), dia yang menjadi penutup para Nabi dan Rasul yang terdahulu, dia yang menyatakan kebenaran dengan cara yang benar dan dia yang memberi petunjuk kepada jalan agama-Mu. Semoga Rahmat-Mu dilimpahkan kepada keluarganya yaitu Rahmat yang sesuai dengan kepangkatan Nabi Muhammad SAW.48
47 Yusuf bin Ismail al-Nabhani, Afd}a>lu al-Shalawa>t ‘ala< Sayyidi al-Sa>da>t, (Beirut: Da>r
al-Fikr, t.th), 63
25
Shalawat Al Fa>tih adalah suatu bacaan shalawat yang diyakini dapat
memberikan manfaat sebagai sarana untuk menghilangkan segala
kesempitan atau kesusahan hati, memperbesar pahala, dapat menghapus
dosa-dosa yang kecil di akhirat. Kelak di akhirat nanti dapat bertemu dan
berkumpul dengan Nabi Muhammad SAW. Shalawat ini di nisbatkan
kepada Shaykh Muhammad Shamshuddin ‘Abdul Hasan al-Bakri atau
Sayyid Muhammad Bakri.49
Menurut kisahnya, setelah cukup lama sekali shaykh Muhammad
al-Bakri ber riya>dhoh dan munajat kepada Allah SWT, agar diberikan
shalawat yang pahala, sirri, faedah dan keistimewaannya mengungguli
seluruh shalawat yang pernah ada. Kemudian seorang Malaikat
mendatanginya dengan membawa secarik kain dari surga bertuliskan
shalawat Fa>tih dengan tulisan cahaya, oleh sebab itu pula shalawat
al-Fa>tih disebut juga dengan shalawat al-Bakriyyah, dan ada juga yang
menamakan dengan al-Ya>qutatil Fari>dah ( Mutiara yang tak ada duanya )50
Setelah enam belas tahun berkhalwat, tepatnya saat beliau berusia 46
tahun, beliau berjumpa dengan wujud Rasulullah SAW dalam keadaaan
sadar dan terjaga. Beliau mengajarkan serta mengijazahkan shalawat
al-Fa>tih dan menjelaskan semua keistimewaan dan rahasianya kepada beliau.
Di antara khasiat shalawat ini adalah; bahwa bagi siapa saja yang
membacanya, walaupun hanya satu kali seumur hidupnya, ia tidak akan
49 Nur Muh. Kafadi, Rahasia Keutamaan dan Keistimewaan Shalawat (Surabaya:
Pustaka Media, 2009) 34
masuk neraka. Sebagian Ulama>‘>‘ Maroko mengatakan, bahwa shalawat ini
turun ke atasnya dalam satu sahifah dari Allah.51
3. Shalawat Munjiyat.
َلَع ِلَص مُهللا
َعْيََِ اَِِ اََل ىِضْقَ تَو ِتاَفْاَو ِلاَوَْأا ِعْيََِ ْنِم اَِِ اَْ يِجُْ ت ٍدمَُ اَنِدِيَس ى
َُغِلَ بُ تَو ِتاَجَردلا ىَلْعَأ َكَدِْع اَِِ اَُعَ فْرَ تَو ِتاَئِي سلا ِعْيََِ ْنِم اَِِ اَنُرِهَطُتَو ِتاَجاَحا
اَِِ ا
َياَغلا ىَصْقَأ
اًمْيِلْسَت ْمِلَسَو ِِبْحَصَو ِِلآ ىَلَعَو , ِتاَمَما َدعَبَو ِةاَيَحا ِِ ِتاَرْ يَْا ِعْيََِ ْنِم ِتا
اًرْ يِثَك
Ya Allah! Limpahkan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad. Berkat shalawat ini, kiranya Engkau menyelamatkan kami dari semua kegentingan dan bencana. Berkat shalawat ini, Engkau kabulkan semua hajat kami. Berkat shalawat ini, Engkau bersihkan kami dari semua kejelekan. Berkat shalawat ini, Engkau sampaikan kami pada puncak cita-cita dari semua kebaikan di dunia dan setelah mati. Dan semoga shalawat dan salam yang banyak juga dilimpahkan kepada keluarga dan sahabatnya52.Shalawat munjiyat adalah salah satu bacaan do’a yang biasa dibaca
setelah shalat fard}u atau pada berbagai pertemuan. Seperti dapat difahami
dari namanya shalawat adalah do’a untuk untuk Nabi Muhammad dan
sekaligus do’a untuk diri sendiri yang membacanya. Munjiyat bermakna
menyelamatkan. Diharapkan dengan berdo’a memakai shalawat munjiyat
ini, pembacanya dapat selamat dari segala musibah yang sedang atau akan
27
menimpanya. Serta dikeluarkan dari kesulitan yang sedang dihadapinya,
baik kesulitan materi dan ekonomi atau kesulitan mental dan fisik. 53
Shalawat munjiyat dibuat oleh Ulama>’ sufi dari tariqa>t al-Shaz}ili
yaitu Shaykh Shalih Musa al-D}ari>r. Menurut kisahnya shalawat ini di
dapat memalui wahyu mimpi. Shaykh Shalih Musa al-D}ari>r berkata: Aku
menaiki perahu di lautan lalu kami diserang angin yang besar sehingga
sedikit dari kami yang selamat dari karam. Aku merasa sangat ngantuk dan
tertidur, lalu aku bermimpi bertemu Nabi SAW bersabda: Katakan pada
para penumpang perahu untuk mengucapkan ini 1.000 kali.54
لاو أا عيَ نم اِ ا يج ت ةاص دم انديس لآ ىلعو دم انديس ىلع لص مهللا
تافْاو
..
إ
Kemudian aku terbangun dan mengingat apa yang ada didalam
mimpiku. lalu mengajarkan bacaan tersebut pada seluruh penumpang
kapal. Lalu kami membaca shalawat itu 300 kali lalu Allah SWT
menyelamatkan kami. 55
4. Shalawat T{ib al-Qulu>b
ا ِبِط ٍدمَُ اَنِدِيَس ىَلَع ِلَص مُهللَا
ِرْوُ نَو . اَهِئاَفِشَو ِناَدْبَأْا ِةَيِفاَعَو . اَهِئاَوَدَو ِبْوُلُقْل
ْمِلَسَو ِِبْحَصَو ِِلآ ىَلَعَو . اَهِئاَذِغَو ِحاَوْرَأْا ِتْوُ قَو . اَهِئاَيِضَو ِراَصْبَأْا
Ya Allah, limpahkanlah rahmat yang disertai ta’dzim kepada NabiMuhammad sebagai penyembuh semua hati dan menjadi obatnya, keafiatan
53 ‚Shalawat Munjiyat‛, http://www.alkhoirot.net/2011/12/shalawat-munjiyat.html,
(Selasa, 17 Januari 2017, 23.03)
54 Ibid.,
55 ‚Shalawat Munjiyat‛, http://www.alkhoirot.net/2011/12/shalawat-munjiyat.html,
badan dan kesembuhannya, cahaya segala penglihatan dan menjadi sinarnya, menjadi makanan jiwa santapannya. Dan semoga terlimpahkan pula shalawat dan salam kepada keluarga dan sahabat beliau.56
Shalawat T}ib al-Qulu>b atau shalawat Shifa>’ adalah shalawat yang
sering digunakan untuk wasilah penyembuhan suatu penyakit. Dari segi
bahasa, T}ib al-Qulu>b artinya adalah obat hati, sedangkan Shifa>’ adalah
penyembuh. Para Ulama>‘>‘ dan kyai sering mengajarkan shalawat ini untuk
tujuan penyembuhan penyakit.57 Shalawat ini dinisbatkan kepada Shaykh
Abu al-Baraka>t Ahmad al-Dardiri.58
Ada sedikit perbedaan redaksi dari shalawat T}ib al-Qulu>b atau yang
disebut juga shalawat T}ibbiyyah ini, dalam redaksi Shaykh Ahmad
al-S}awi< tidak ada tambahan
(
اَهِئاَذِغَو ِحاَوْرَأْا ِتْوُ قَو
)
. Tambahan tersebutdisebutkan oleh Shaykh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhani dalam kitab Sa>da>th
al-Dara>i>na fi S}ala>t ‘ala< Sayyid al-Kawnayn. Kemudian Sayyid
Muhammad Ibn Alawi al-Maliki mengukuhkan kembali dalam kitab
Abwa>b al-Fara>j dan Sawa>riq al-Anwa>r Min Ad’iyyah al-Sadah
al-Akhya>r.59
56 Mahrus Ali, Mantan Kyai NU, 95
57 Ahmad Ibn Muhammad al-Shawiy, Asrar Rabbaniyyah Wa Fuyudh al-Rahmaniyyah Ala Shalawat al-Dardiriyyah (Surabaya: Bungkul Indah, t.th), 46.
58 Yusuf bin Ismail al-Nabhani, Sa>da>th al-Dara>i>na fi S}ala>t ‘ala< Sayyid al-Kawnayn,
(Beirut: Da>r al-Fikr, t.th), 13
59 Rizki Zulkarnain Asmat, Pembuka segala rahasia penghempas lara dan kesulitan dalam menguak keutamaan 11 Shalawat Para Auliya kepada Nabi Muhammad,
29
Habi>b Abu Bakar Ibn Abdullah Ibn Alawi al-At{a>s pengarang kitab
Risa>lah al-Kauthar, menamakan shalawat T}ib al-Qulu>b dengan sebutan
shalawat Nur al-Abs}a>r. Allah. Shalawat dan salam Allah semoga terlimpah kepada Kepada Ya>si>n
sang kekasih Allah. Kami bertawassul dengan nama Allah dan dengan petunjuk Rasulullah. Dan juga kepada setiap pejuang di jalan Allah. Dan para pahlawan pada perang badar. Wahai Tuhanku, semoga Engkau berkenan menyelamatkan ummat. Dari bencana dan siksa. Dan dari susah dan kesempitan. Sebab berkahnya sahabat ahli badar ya Allah.60
Shalawat Badar adalah rangkaian shalawat berisikan tawassul
dengan nama Allah, dengan Junjungan Nabi shallAllahu 'alaihi wa sallam
serta para mujahidin teristimewanya para pejuang Badar. Shalawat ini
adalah hasil karya Kyai Ali Manshur, yang merupakan cucu K>.H.
Muhammad Shiddiq, Jember.61
Diceritakan bahawa karya ini ditulis oleh Kyai ‘Ali Manshur sekitar
tahun 1960, tatkala kegawatan umat Islam Indonesia menghadapi fitnah
Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika itu, Kyai ‘Ali adalah Kepala
60 Mahrus Ali, Mantan Kyai NU, 165-166
Kantor Departemen Agama Banyuwangi, juga menjadi Pengurus Cabang
Nahd}atul Ulama>‘>‘ (PCNU) di situ. Keadaan politik yang bercelaru saat itu
dan kebejatan PKI yang bermaharajalela membunuh massa, bahkan ramai
kyai yang menjadi mangsa mereka, menyebabkan terlintas di hati Kyai
‘Ali, yang memang mahir membuat syair Arab sejak nyantri di Pesantren
Lirboyo Kediri lagi, untuk menulis satu karangan sebagai sarana
bermunajat memohon bantuan Allah SWT. 62
Dalam keadaan sedemikian, Kyai ‘Ali tertidur dan dalam tidurnya
beliau bermimpi didatangi manusia-manusia berjubah putih-hijau, dan
malam yang sama juga, isteri beliau bermimpikan Nabi SAW. Setelah
siang, Kyai ‘Ali langsung pergi berjumpa dengan Habib Hadi al-Haddar
Banyuwangi dan menceritakan kisah mimpinya tersebut. 63
Habib Hadi menyatakan bahawa manusia-manusia berjubah tersebut
adalah para ahli Badar. Mendengar penjelasan Habib yang mulia tersebut,
Kyai ‘Ali semakin bertekad untuk mengarang sebuah syair yang ada kaitan
dengan para pejuang Badar tersebut. Malam harinya, Kyai ‘Ali menungkan
mimpinya itu dengan menulis syair yang kemudian dikenal sebagai
Shalawat al-Badriyyah atau Shalawat Badar. 64
Apa yang mengherankan ialah keesokan harinya, orang-orang
kampung mendatangi rumah beliau dengan membawa beras dan bahan
makanan lainnya. Mereka menceritakan bahwa pagi pagi sekali mereka
62 Mohammad Subhan, Antologi NU., 140 63 Ibid., 141
31
telah didatangi orang berjubah putih menyuruh mereka pergi ke rumah
Kyai ‘Ali untuk membantunya karena satu kenduri akan diadakan di
rumahnya. 65
Itulah sebabnya mereka datang dengan membawa bahan makanan
tersebut menurut kemampuan masing-masing. Tambah pelik lagi apabila
malamnya, hadir bersama untuk bekerja membuat persiapan kenduri
orang-orang yang tidak dikenali siapa mereka.66
Menjelang keesokan pagi, serombongan haba>ib yang diketuai oleh
Habib ‘Ali bin ‘Abdur Rahman al-Habsyi Kwitang tiba-tiba datang ke
rumah Kyai ‘Ali. Tidak tergambar kegembiraan Kyai ‘Ali menerima
tetamu istimewanya tersebut. 67
Setelah memulakan perbicaraan bertanyakan kabar, tiba-tiba Habib
‘Ali Kwitang bertanya mengenai syair yang ditulis oleh Kyai ‘Ali tersebut.
Tentu sahaja Kyai ‘Ali terkejut kerana hasil karyanya itu hanya
diketahuinya dirinya seorang dan belum dimaklumkan kepada sesiapa pun.
Tapi beliau mengetahui, ini adalah satu kekeramatan Habib ‘Ali yang
terkenal sebagai waliyullah itu. Lalu tanpa lengah, Kyai ‘Ali Manshur
mengambil helaian kertas karangannya tersebut lalu membacanya di
hadapan para hadirin dengan suaranya yang lantang dan merdu. 68
Para hadirin dan habaib mendengarnya dengan khusyuk sambil
menitiskan air mata kerana terharu. Setelah selesai dibacakan Shalawat
65 Mohammad Subhan, Antologi NU.,141 66 Ibid., 141
Badar oleh Kyai ‘Ali, Habib ‘Ali menyeru agar Shalawat Badar dijadikan
sarana bermunajat dalam menghadapi fitnah PKI.69
Sejak itulah terkenalah shalawat badar sebagai bacaan yang
membangkitkan semangat perjuangan NU melawan PKI. Bahkan shalawat
badar sekarang menjadi lagu wajib NU dalam event-event pengajiannya.
Kyai ‘Ali Mansur wafat dan dimakamkan di Maibit, Rengel, Tuban.70
33
BAB III
PENAFSIRAN AYAT-AYAT SHALAWAT DALAM
AL-
QUR’>A>N
A. Perintah Bershalawat
Dalam al-Mu’jam al-Mufahros{ li< alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m hanya di
temukan satu ayat yang dengan tegas memerintahkan untuk bershalawat secara
utuh.19
Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.20
1. Penafsiran.
نبا نع ،يلع نع ،ةيواعم ِث :لاق ، اص وبَأ ا ث :لاق ،يلع ِثدح
َللا نِإُ لوق ،سابع
ِ لا ىلع نوكرابي :لوقي َِْيَلَع اولَص اوَُمآ َنيِذلا اَه يَأاَي ِِِلا ىَلَع َنولَصُي َُتَكِئاَمَو
Berkata kepadaku ‘Ali: dari Abu< s}a>lih berkata: dari Mu’a>wiyyah dari ‘Ali dari Ibn ‘Abba>s berkata: inna Allaha wa mala>ikatahu yushallu<na ‘ala
al-Nabi< ya> ayyuha alladhi>na a>manu< shallu ‘alaihi, dikatakan bahwa mencari keberkahan atas Nabi.21
Pemaknaan shalawat dalam ayat ini berarti mencari keberkahan atas
Nabi Muhammad SAW. Keberkahan berupa Syafa’at beliau di akhirat kelak.
Makna shalawat Allah dalam ayat ini berarati bentuk kasih saying Allah
19 Abd al-Ba>qi<, al-Mu’jam al-Mufahros, 412-417 20 Al-Qur’a>n, 33:56
kepada Nabi SAW. Bentuk kasih saying Allah kepada Nabi berupa rahmat
dan hidayat, baik dalam penurunan al-qur’a> sebagai mu’jizat, dan peringatan
Allah kepada Nabi sebagai hamba yang ma’thu>m. Makna shalawat Malaikat
berarti mendoakan Nabi dan memohonkan ampun kepada Allah untuk
Nabi22
Menurut orang Arab, kata shalawat bila tidak bersanding dengan
kalimat ‚Allah‛ berarti adalah do’a. Itulah mengapa penafsiran Shalawat
Malaikat dalam ayat ini berupa do’a kepada Nabi.23
Pendapat diatas didukung oleh ayat lain dalam shalawat yang Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh do’a Rasul. Ketahuilah, Sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat (surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 24
Kata ‚shalawa>t al-Rasu>l‛ dalam ayat diatas tidak disandingkan
dengan kata Allah. Oleh karena itu, al-T}abari< mengartikan kalimat Shalawat
22 Al-T}abari<, Ja>mi’ al-Baya>n ‘An Ta’wi>l A>y al-Qur’a>n, Vol 19, 174 23 Ibid., 175
35
pada ayat diatas sebagai do’a. Do’a pada ayat diatas adalah do’a Rasulullah
SAW kepada dengan tujuan untuk taqorruban (mendekatkan diri) kepada
Allah SWT. Orang-orang itu akan mendapatkan do’a Rasul SAW.
Al-Thabari menjelaskan bahwa do’a Rasul itu berupa permohonan ampun untuk
orang- orang yang mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara
menfkahkan sebagian harta mereka.25
Al-Qurt}ubi dan al-Baghowi pun menyepakati bahwa do’a Rasul
pada konteks ayat ini berupa permohonan ampun untuk semua dosa atas
orang-orang Arab badui yang pada masa itu memiliki masa lalu yang kelam
dan jahiliyyah.26
Ayat ini mengungkap tentang sikap orang-orang beriman yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah. Mereka melakuakan hal seperti itu
guna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Apa yang dilakukan oleh
orang-orang yang menafkahkan sebagaian harta mereka untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT mendapatkan apresiasi dari Nabi SAW berupa do’a
untuk mereka dan permohonan ampun atas dosa-dosa mereka kepada Allah
SWT. Do’a itu di lakukan Nabi tanpa memandang latar belakang mereka
sebagai orang Arab Badui jahiliyyah. Hal ini dijelaskan di akhir ayat, bahwa
Allah SWT maha pengampun lagi maha penyayang.27
25 Abu> Ja’far al-T}abari<, Ja>mi’ al-Baya>n ‘An Ta’wi>l A>y al-Qur’a>n, Vol 11, (Kairo: Hijr,
2001), 635
26 Abi> ‘Abdillah Muhammah ibn Muhammad ibn Abi> Bakrin al-Qurt}ubi, al-Ja>mi’ li Ahka>m al-Qur’a>n, Vol 10, (Beirut: al-Resalah, 2006), 342
Perlu diingat bahwa Nabi SAW hanya ‚mendo’akan‛ orang-orang
yang bersedekah. Dalam konteks yang lebih luas, do’a Nabi SAW dilakukan
setelah seseorang itu melakukan suatu kebaikan dengan tujuan mendekatkan
diri kepada Allah SAW, serta bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain di
sekitar nya (sedekah). Nabi bukanlah penentu tujuan pendekatan mereka
diterima atau ditolak oleh Allah. Nabi juga bukan penentu diampuni atau
tidak nya mereka atas dosa-dosa mereka di masa lalu. Karena di terima atau
di tolaknya sesuatu merupakan hak prerogative Allah SWT.
Kata Shalawat juga bisa berarti berkah. Atau mencari keberkahan
atas perintah bershalawat yang tujukan kepada orang-orang yang beriman
dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah:
Mereka Itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.28
Shalawat dalam ayat ini menurut al-T}abari< berupa keberkahan dari
Allah SWT atas segala kesabaran.29 Ibn Kathi>r mengartikan bahwa Shalawat
dalam ayat ini berarti pemberian berkah berupa nikmat dan pengangkatan
derajat. Nikmat yang di berupa ampunan dan terbebas dari siksaan neraka.
28 Al-Qur’a>n, 02: 157
37
Pengangkatan derajat diberikan sebagai buah dari kesabaran mereka
terhadap musibah yang menimpa. 30
Selain berkah dan rahmat, al-Qurt}ubi menambahkan bahwa shalawat
Allah juga berupa ampunan dan kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat.
Ayat ini juga menunjuk kan kenikmatan yang diberikan Allah SWT bagi
orang-orang yang bersabar dan berserah diri31.
Keberkahan dalam ayat ini berarti kebaikan yang bersumber dari
Allah terhadap sesuatu sebagaimana mestinya. Berkah dari Allah itu berupa
rahmah dan maghfirah. 32
Keberkahan yang di dapatkan oleh pelaku sabar dalam ayat ini
berupa rahmat dam ampunan di sisi Allah SWT. Keberkahan yang mereka
dapatkan sebagai hadiah lagi-lagi tidak di dapatkan secara gratis. Allah
SWT menguji mereka dengan musibah dan kekurangan harta dan juga rasa
takut yang mengancam. Seakan-akan ujian mereka untuk mendapatkan
keberkahan dari Allah tidak mudah. Mereka yang tetap istiqomah di jalan
Allah SWT, tetap sabar atas segala musibah yang menimpa, mereka yang
selalu berpulang pada Allah apapun keadaan nya. Mereka itulah yang
mendapatkan keberkahan di sisi Allah SWT.
Shalawat Allah dalam ayat ini didapatkan setelah ummat-Nya
menyatakan sikap. Sikap yang di realisasi kan dengan perbuatan. Sikap sabar
atas segala musibah yang menimpa, perbuatan untuk mengembalikan semua
30 < Ismail ibn Katsi>r, Tafsir al-Qur’a>n al-Az}i>m, Vol 1, 338 31 Al-Qurt}ubi, al-Ja>mi’ li Ahka>m al-Qur’a>n, Vol 2, 469
permasalahan ke tangan Allah SWT. Mengakui bahwa semua adalah milik
Allah dan kepada Allah lah semuanya akan kembali. Dalam cangkupan yang
lebih luas, makna shalawat sebagai keberkahan dalam ayat ini ditunjukkan
melalui sikap, bukan ucapan ataupun do’a panjang tanpa usaha untuk
merubah keadaan.
‚Yaa ayyuha alldhi>na a>manu shallu ‘alayhi wasallimu< tasli>ma<‛
(Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepada Nabi Muhammad
SAW dan berikanlah salam penghormatan kepadanya) Menurut al-T}abari,
salam yang diperintahkan Allah SWT adalah salam yang diberikan menurut
ajaran Islam.33
Selain do’a dan berkah, Kata Shalawat dalam surat al-Ahzab diatas
juga bisa berarti adalah Ibadah. Hal ini didukung oleh firman Allah SWT:
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wust}a. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.34
Pemaknaan kata shalawa>t sebagai shalat adalah bentuk ibadah.
Ibadah shalat sebagaimana ibadah wajib yang ada pada rukun Islam. Maka
lakukanlah shalat sebagai kewajiban yang harus di lakukan. Lakukanlah
ibadah shalat pada waktu waktu yang telah di tentukan. Shalat yang paling
utama dari lima waktu shalat yang ditentukan adalah shalat wust}a<. 35
33 Al-Qurt}ubi, al-Ja>mi’ li Ahka>m al-Qur’a>n, Vol 10, 174 34 Al-Qur’a>n, 02:238
39
Shalat wust}a dikatakan shalat yang paling baik karena secara bahasa
wust{a berarti tengah.
اهطاسوأ رومأا ْخ
Sebaik-baiknya perkara adalah yang berada di pertengahan.
Menurut al-Qurt}ubi dan al-T}abari36, ada sepuluh pendapat terkait
shalat wust}a< yang di jelaskan ayat ini37. Sejatinya sepuluh pendapat ini
penting, namun untuk mengkerucutkan pembahasan mengenai pemaknaan
shalawat, maka alangkah baiknya sepuluh perbedaan pendapat mengenai
shalat wust}a< itu di kesampingkan terlebih dahulu.
Penyamaran waktu shalat wust}a merupakan ujian ketaatan yang
diberikan Allah SWT kepada hambanya untuk istiqo>mah melakukan ibadah
sesuai syari’at dan tepat waktu. Lebih baiknya di awal waktu.
Shalat merupakan perbuatan dan perkataan yang berjalan selaras
yang didahului dengan takbir dan di akhiri dengan salam yang memiliki
rukun dan aturan tertentu. Rukun dan aturan pada shalat sejatinya bersifat
statis (tetap) pada hakikat, dan dinamis (berubah-ubah) pada pelaksanaan
nya.
Dari sekian banyak shalat yang di anjurkan, hanya lima yang di
wajibkan. Sisa dari semua anjuran itu adalah bonus tambahan dengan
tawaran reward pahala menggiyurkan. Ibadah dalam konteks ini harus di
kerjakan sesuai aturan, bukan hanya sebatas perkataan dan niat agar di kira
36 Al-Qurt}ubi, al-Ja>mi’ li Ahka>m al-Qur’a>n, Vol 4, 174
penganut agama yang baik di mata manusia, ‘a>lim di mata dunia, namun
Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.38
،راشب نبا ا ثدح
نع ،ىحضلا ِأ نع ،شمعأا نع ،نايفس ا ث :لاق ،نَرلا دبع ا ث :لاق
اهتقو ىلع :لاق ََنوُظِفاَُُ ْمِِِاَوَلَص ىَلَع ْمُ َنيِذلاَوُ :قورسم
.Berkata kepada kami Ibn Basha>r, dari ‘Abd al-Rahma>n berkata: dari
safya>n, dari A’ma>sh, dari Abi< al-D{uha<, dari Masruq berkata: wa alladhi>na hum ‘an shalawa.tihim yuh}a.fiz}u>na diaktakan bahwa: pada waktunya. 39
Arti kata shalawat pada ayat ini juga diartikan sebagai shalat.40
Sebagaimana pemaknaan shalat yang telah di bahas sebelumnya, bahwa
shalat diartikan sebagai ibadah.
Ibadah Shalat, berfungsi untuk mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar. Dalam shalat terangkai berbagai doa-doa sebagai ritual dari
amalan shalat itu sendiri. Tujuan utamanya adalah sebagai tolak ukur
kepatuhan akan kewajiban dan mengingat Allah SWT.
Orang yang senantiasa mengingat Allah, akan senantiasa
perbuatannya terbebas dari sesuatu yang merusak dan menyusahkan orang
38 Al-Qur’a>n, 23:09