• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum Islam terhadap penambahan biaya pada pemesanan panel di UD Varia Indah Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum Islam terhadap penambahan biaya pada pemesanan panel di UD Varia Indah Gresik."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

Shofi Amalia

NIM. C02213072

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan (field research) tentang

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penambahan Biaya Pada Pemesanan Panel Di

UD Varia Indah Gresik” yang bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yaitu

bagaimana praktik penambahan biaya pada pemesanan panel di UD Varia Indah Gresik dan bagaimana tinjauan hukum islam terhadap penambahan biaya pada pemesanan panel di UD Varia Indah Gresik.

Data penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif, yakni

memaparkan konsep bai’ salam dan bai’ istis}na@’ dalam hukum Islam untuk

menganalisis penambahan biaya pada pemesanan panel dengan menggunakan pola pikir deduktif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa praktik jual beli panel dengan sistem

pemsanan yang dalam fiqih disebut bai’ Istis}na@’, pemesan melakukan pemesanan

panel dengan cara membawa contoh bagian mobil yang akan dicat dan menjelaskan kriteria yang diinginkan, pada waktu pengaplikasian panel ke mobil warna yang dihasilkan berbeda dengan warna yang diinginkan. Selanjutnya berdasarkan analisis hukum Islam terhadap penambahan biaya pada pemesanan panel di UD Varia Indah Gresik diperbolehkan, karena penambahan biaya pada pemesanan panel dalam proses perbaikan panel sudah diberitahukan terlebih dahulu oleh pihak toko. Penambahan biaya ini merupakan akad tambahan setelah

akad istis}na@’ yang telah disepakati diawal. Penambahan biaya digunakan untuk

penambahan cat yang digunakan dalam perbaikan dan membayar penggarap. Dan juga perbedaan warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar kuasa penjual.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

G. Definisi Operasional ... 11

H. Metode Penelitian ... 11

I. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II JUAL BELI SALAM DAN ISTIS}NA@’ A. Jual Beli Salam ... 19

B. Jual Beli Istis}na@’ ... 25

(8)

BAB III PRAKTEK PEMESANAN PANEL DI UD VARIA INDAH

A. Profil UD Varia Indah ... 34

B. Struktur Kepengelolahan UD Varia Indah ... 37

C. Komoditas Produk UD Varia Indah ... 38

D. Daftar Harga untuk Cat Mobil ... 39

E. Pelaksanaan Akad Pemesanan Panel di UD Varia Indah ... 43

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENAMBAHAN BIAYA PADA PEMESANAN PANEL DI UD VARIA INDAH GRESIK A. Analisis Pelaksanaan Penambahan Biaya Pada Pemesanan Panel di UD Varia Indah Gresik ... .. 47

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Penambahan Biaya Pada Pemesanan Panel di UD Varia Indah Gresik ... .. 50

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk Allah yang perlu disadari secara fitrah

mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian

manusia harus saling bertukar keperluan melalui kerjasama atau tolong

menolong atau yang disebut dengan makhluk sosial. Dalam pergaulan

tiap-tiap individu sebagai makhluk sosial tersebut timbulah suatu hubungan yaitu

hak dan kewajiban. Setiap orang mempuyai hak dan kewajiban yang selalu

diperhatikan orang lain dan dalam waktu yang sama juga memikul kewajiban

yang harus ditunaikan terhadap orang lain. Hubungan hak dan kewajiban itu

diatur dengan patokan-patokan hukum yang mengatur hak dan kewajiban

dalam hidup bermasyarakat.1

Dalam Islam hubungan antara manusia satu dengan lain disebut dengan

istilah muamalah. Pengertian muamalah dalam arti luas yaitu menghasilkan

duniawi supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawy. Abdul Rahman

Ghazaly mengutip dari Muhammad Yusuf Musa dari pendapat Abdul Majid

“muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati

dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia”.

Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur

1 Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Mu’amalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta: FH

(10)

hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan. Jadi,

pengertian muamalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukum-hukum)

Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi

dalam pergaulan sosial.2

Sesungguhnya praktik jual beli itu telah ada lebih dahulu sebelum

adanya tentang muamalah (ekonomi Islam), sebab usaha manusia dalam

bentuk perdagangan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia telah

ada sejak manusia itu ada, baik berupa tukar menukar barang (barter), jual

beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, dan utang piutang. Hal itu

berkembang sesuai dengan perkembangan budaya manusia, akhirnya

timbulah pikiran-pikiran untuk menerapkan kaidah-kaidah dasar tentang

muamalah (ekonomi Islam).3

Harta dalam kehidupan manusia merupakan hal yang paling penting

dalam ekonomi Islam. Allah Swt telah menjadikan harta sebagai salah satu

sebab tegaknya kemaslahatan manusia di dunia. Untuk mewujudkan

kemaslahatan tersebut, Allah Swt telah mensyariatkan cara perdagangan

(jual beli) tertentu. Sebab apa saja yang dibutuhkan oleh setiap orang tidak

dengan mudah diwujudkan setiap saat dan cara mendapatkannya dengan

menggunakan penipuan itu merupakan tindakan merusak, maka harus ada

cara yang memungkinkan tiap orang untuk mendapatkan apa saja yang dia

2 Abdur Rahman Ghazaly, Dkk, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), 3. 3 Mahmud Muhammad Babliy, Etika Berbisnis: “Studi Kajian Konsep Perekonomian Menurut

(11)

butuhkan tanpa harus menggunakan penipuan, itulah perdagangan dan

hukum-hukum jual beli yang dibenarkan atau yang disyariatkan.4

Jual beli menurut terminologi fiqih adalah tukar menukar barang atau

harta dengan sejenisnya dengan cara yang baik, atau juga bisa dikatakan

tukar menukar barang dengan barang atau harta dengan harta dengan cara

yang khusus/tertentu.5 Pada dasarnya jual beli disahkan dalam al-Qur’an,

landasan hukum dibolehkannya jual beli disebutkan dalam al-Qur’an surat

al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi :

َ...

َلحَأو

َ

هَلْا

َ

عيبْلا

َ

َرحو

َ

ّ رلْا

باَ

...

Artinya : “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”6

Di kehidupan sehari-hari terkadang seseorang membutuhkan barang

yang tidak ada atau belum dihasilkan, sehingga seseorang melakukan

transaksi jual beli pesanan pembuatan barang kepada orang yang ahli dalam

bidangnya (bai’ al istis}na@’>). Bai’ al-istis}na@’> didefinisikan dengan kontrak

penjualan antara pembeli dan pembuat barang.7 Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha

melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi

yang telah di sepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah

4 Taqiyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Prespektif Islam, (Surabaya:

Risalah Gusti, 1996), 149.

5 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007), 268.

6 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Trnsliterasi Per-kata dan Terjemah Per-Kata, (Bekasi: Cipta

Bagus Sejahtera, 2011), 47.

(12)

pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran di lakukan di muka,

melalui cicilan atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan

datang.

Dalam buku Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuh, Wahbah Zuhay}li

mendefinisikan akad istis}na@’> adalah suatu akad antara dua pihak di mana

pihak pertama (orang yang memesan atau konsumen) meminta kepada pihak

kedua (orang yang membuat atau produsen) untuk dibuatkan suatu barang,

seperti sepatu, yang bahannya dari pihak kedua (orang yang membuat atau

produsen).8

Bai’ al-istis}na@’ ini berbeda dengan bai’ as-salam. Jual beli salam adalah

seseorang memesan sesuatu yang belum ada dengan menyebutkan syarat

syarat tertentu dan pembayarannya dilakukan diawal terjadinya akad.

Sedangkan jual beli istis}na@’ adalah seseorang meminta orang lain untuk

membuatkan sesuatu barang dengan menyebutkan sifat-sifat khusus dalam

kriteria bentuk, ukuran dan jumlah sesuai yang diinginkan dan

pembayarannya sesuai kesepakatan. Dalam akad salam, waktu

penyerahannya merupakan bagian terpenting, namun pada akad istis}na@’ tidak

merupakan keharusan.9

Kontrak (Akad) istis}na@’ mengikat semua pihak yang terlibat dalam

kontrak. Kontrak (Akad) istis}na@’ harus menyatakan secara pasti, dalam

perkataan yang jelas, jenis, dimensi, periode dan waktu penyerahan barang.

8 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuh, Juz 4, Dar Al-Fikr, (Damaskus: t.p., 1989),

631.

(13)

Subjek istis}na@’ (barang yang dipesan) haruslah diketahui dan

dispesifikasikan sehingga menghilangkan ketidaktahuan atau kurangnya

pengetahuan atas jenis, tipe, kualitas, dan kuantitasnya.10

Konsep jual beli sebagai salah satu bentuk kerja sama dalam sistem

perekonomian Islam. Sangat menarik bila konsep ini dijadikan sebagai alat

untuk memotret sistem perekonomian masyarakat khususnya dalam

pelaksanaan jual beli yang dilakukan di UD. Varia Indah Gresik. UD. Varia

Indah Gresik adalah badan usaha yang terletak di jalan usman sadar no 18b

Gresik yang menjual berbagai macam jenis cat, diantaranya cat kayu,

tembok, besi, mobil, dan lain-lain. Untuk jenis cat mobil harus mnggunakan

jual beli dengan cara “pesanan” yang biasa disebut “panel” karena harus

menyamakan dengan warna mobil yang berbeda-beda.

Dalam jual beli panel dengan sistem pesanan di UD. Varia Indah

ketentuan jenis dan ciri-ciri baranganya ditentukan diawal. Tetapi ketika

panel diaplikasikan ke mobil warnanya sedikit berbeda dengan warna yang

diinginkan oleh pemesan. Sehingga pemesan mengembalikan panel kepada

UD. Varia Indah untuk diperbaiki sampai warna cat nya sama. Namun pihak

UD. Varia Indah Gresik bisa memperbaiki kembali dengan ketentuan, pihak

pemesan harus membayar biaya tambahan yang besarnya sama dengan biaya

pesan ulang panel, seperti contoh dalam pemesanan panel berat seperempat

kilogram dengan harga 110.000 rupiah (harga cat setelah pencampuran +

(14)

ongkos). Padahal seharusnya biaya tambahan dikenakan untuk penambahan

catnya saja yaitu 85.000 rupiah (harga cat dasar sebelum campuran).11

Masalah diatas adalah jual beli dengan cara pesanan yang terjadi di UD.

Varia Usaha, yang mana pelaksanaan dari transaksi jual beli dengan cara

pesanan sebenarnya masih diperdebatkan, karena adanya unsur spekulasi

(perkiraan saja), jadi kebenarannya masih perlu dibuktikan. Dari gambaran di

atas, perlu kiranya untuk dikaji hukum dari jual beli panel dengan sistem

pesanan di UD. Varia Indah Gresik. Sehingga penulis tertarik untuk

mengkaji, menganalisis, dan meneliti mekanisme jual beli panel dengan

sistem pesanan, serta penulis menyusunnya dalam skripsi yang berjudul

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penambahan Biaya Pada Pemesanan

Panel di UD. Varia Indah Gresik”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Identifikasi dan Batasan Masalah dilakukan untuk menjelaskan

kemungkinan-kemungkinan cakupan yang dapat muncul dalam penelitian

dengan melakukan identifikasi dan interventarisasi sebanyak-banyaknya

kemungkinan yang dapat diduga sebagai masalah.12 Berdasarkan dari latar belakang, maka dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Jenis dan ciri barang sudah ditentukan di awal

2. Barang yang diperoleh tidak sesuai pesanan

11 Fendik, Wawancara, Gresik, 4 November 2016

12 Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan

(15)

3. Warna panel berbeda dengan warna yang dipesan di awal

4. Mekanisme Penambahan biaya pada saat perbaikan panel di UD. Varia

Indah Gresik

5. Tinjauan hukum Islam terhadap penambahan biaya pada pemesanan

panel di UD. Varia Indah Gresik

Agar lebih fokus dan memperoleh hasil yang baik dalam penelitian serta

dikarenakan keterbatasan peneliti dalam beberapa hal, maka penulis

membatasi penelitian dengan menliti tentang :

1. Pelaksanaan praktik jual beli panel dengan sistem pesanan.

2. Tinjauan hukum Islam terhadap penambahan biaya pada pemesanan

panel di UD. Varia Indah Gresik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah disebutkan

diatas, maka peneliti perlu membuat rumusan masalah. Agar penelitian ini

lebih terarah, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik penambahan biaya pada pemesanan panel di UD.

Varia Indah Gresik ?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penambahan biaya pada

(16)

D. Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka adalah Deskripsi ringkasan tentang kajian atau penelitian

yang sudah dilakukan diseputar masalah yang diteliti, sehingga jelas bahwa

kajian yang sedang dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau

duplikasi dari kajian atau penelitian yang ada. Dalam penelusuran sampai

saat ini penulis belum menemukan penelitian atau tulisan yang secara

spesifik mengkaji tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penambahan

Biaya pada Pemesanan Panel. Ada beberapa karya tulis yang mirip dengan

kajian skripsi yang membahas tentang jual beli pesanan yaitu :

1. Skripsi yang ditulis oleh Nurul Istifadhoh pada tahun 2014 yang berjudul

“Respon Petani Terhadap Perbankan Syariah (Studi Kasus Pembiayaan

Istis}na@’ pada Bank Syariah Mandiri, di Kecamatan Sumberrejo

Kabupaten Bojonegoro). Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana

minat petani terhadap pembiayaan istis}na@’ di Bank Syariah Mandiri dan

bagaimana respon petani di Kecamatan Sumberrejo terhadap pembiayaan

istis}na@’ di Bank Syariah Mandiri. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

modifikasi teori yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dalam

memberikan pembiayaan istis}na@’ terhadap nasabah petani.13

2. Skripsi yang ditulis oleh M. Khirul Adhim tahun yang berjudul “Praktik

Jual-Beli Pesanan di Pasar Perak Jombang dalam Prespektif Pendapat

Ulama Fiqih”. Skripsi ini menekankan pada prosedur dan mekanisme

13 Nurul Istifadhoh, Respon Petani Terhadap Perbankan Syariah: Studi Kasus Pembiayaan

Istis}na@’ pada Bank Syariah Mandiri, di Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro, (Skripsi –

(17)

jual-beli yang ada di Pasar Perak Jombang. Rata-rata pedagang di Pasar

Perak pernah melakukan transaksi jual beli pesanan. Tata cara yang

mereka praktekan ada tiga macam. Menurut Ulama Fiqih dari praktik

yang terjadi di Pasar Perak Jombang sesuai dengan ketentuan jual beli

pesanan, dimana pemesan sudah menyerahkan uang secara lunas serta

menyebutkan secara jelas apa yang dipesan.14

3. Skripsi yang ditulis oleh Anis Afifah tahun 2012 yang berjudul

“Pendapat Imam Abu Hanifah Tentang Syarat Penyerahan Barang Pada

Akad Istis}na@’. Skripsi ini menjelaskan tentang pendapat Imam Abu

Hanifah tentang jangka waktu penyerahan barang dalam akad istis}na@’.

Dimana menurut Imam Abu Hanifah syarat penyerahan barang dalam

akad istis}na@’ adalah tidak boleh menentukan jangka waktu penyerahan

barang karena apabila jangka waktu ditetapkan, maka kontrak ini

berubah menjadi akad salam. Dan hal inilah yang menjadi perbedaan

antara akad istis}na@’ dengan akad salam.15

Yang membedakan antara beberapa skripsi diatas adalah bahwa

dalam skripsi ini akan lebih menfokuskan pada penulisan penambahan

biaya pada pemesanan panel di UD Varia Indah Gresik ketika pemesan

ingin memperbaiki panel karena warna panel yang dihasilkan saat

diaplikasikan pada mobil sedikit berbeda dengan warna yang diinginkan.

14 M. Khoirul Adhim, Praktik Jual Beli Pesanan di Pasar Perak Jombang dalam Prespektif

Pendapat Ulama Fiqh, (Skripsi – IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2003), 53.

15 Anis Afifah, Pendapat Imam Abu Hanifah Tentang Syarat Penyerahan Barang pada Akad

(18)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan tentang tujuan yang ingin dicapai oleh

peneliti melelui penelitian yang dilakukannya.16 Sebagaimana rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan praktek penambahan biaya pada

pemesanan panel di UD. Varia Indah Gresik.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan tinjauan Hukum Islam terhadap

penambahan biaya pada pemesanan panel di UD. Varia Indah Gresik.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

a. Dapat menambah khazanah pengetahuan dalam istis}na@’ khususnya

dalam praktek penambahan biaya pada pemesanan panel.

b. Dapat menambah khazanah pengetahuan bermuamalah khususnya

dalam “hablum minan na>s”.

2. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan rujukan bagi

peneliti selanjutnya khususnya dalam bidang fiqh muamalah dan

hukum Islam.

b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan

sumbangan pemahaman dan gambaran tentang fiqh muamalah,

16 Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan

(19)

kepada UD. Varia Indah serta konsumen dan semua pihak yang

berkepentingan pada khususnya.

G. Definisi Operasional

Untuk dapat dijadikan tolak ukur dalam menelusuri, mengkaji atau

mengukur variabel, maka penulis sampaikan batasan dari berbagai

pengertian yang berkaitan dengan penulisan penelitian yang berjudul :

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penambahan Biaya pada Pemesanan Panel

di UD. Varia Indah Gresik”.

Hukum Islam : Ketentuan-ketentuan hukum yang bersumber

dari al-Qur’an, Hadits dan fiqih tentang

kebolehan dalam jual beli Istis}na@’ dan Salam

yang dijadikan patokan hukum jual beli panel

dalam sistem pesanan.

Penambahan Biaya : Membayar sejumlah uang diluar harga awal

untuk perbaikan warna panel.

Panel : Cat mobil, campuran beberapa warna yang

disesuaikan dengan pesanan pembeli.

H. Metode Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan ( field research ), yang

dilakukan dengan metode kualitatif. Setiap penelitian diharapkan adanya

(20)

dan sistematis, diperlukan sebuah metode. Metode penelitian dalam skripsi

ini adalah :

1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hal-hal yang

berkenaan dengan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini sesuai

dengan rumusan masalah diatas. Data yang akan dikumpulkan dalam

penelitian ini meliputi:

a. Data Primer

1) Data tentang prosedur atau teknis pemesanan panel di UD. Varia

Indah Gresik

2) Data tentang dokumentasi pelaksanaan penambahan biaya pada

pemesanan panel di UD. Varia Indah Gresik.

3) Data tentang hukum Islam terhadap pemasanan panel dengan cara

jual beli pesanan di UD. Varia Indah Gresik

b. Data Sekunder

1) Data tentang pengaturan jual beli pesanan

2) Data tentang pendapat fuqoha mengenai penambahan biaya pada

jual beli pesanan

2. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan

penelitian lapangan (field research) yang mengkhususkan pada kasus

yang terjadi di lapangan dengan tetap mengarah pada konsep-konsep yang

(21)

sebagai bahan data pendukung. Adapun sumber-sumber dalam penelitian

ini didapat dari sumber primer dan sumber sekunder yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh langsung

dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat

pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi

yang dicari.17 Adapun sumber primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Informan dari pemilik UD. Varia Indah Gresik.

2) Informan dari penggarap panel di UD.Varia Indah Gresik.

3) Informan dari konsumen pemesanan panel di UD. Varia Indah

Gresik.

4) Dokumen UD. Varia Indah Gresik tentang pemesanan panel.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber yang diperoleh, dibuat dan

merupakan pendukung dari sumber utama dan sifatnya tidak

langsung.18 Dalam hal ini dibutuhkan bahan pendukung melalui beberapa buku yang dapat diambil dan diperoleh dari bahan pustaka

mengenai masalah yang akan diteliti.

1) Wahbah az-Zuhay}li, Fiqih Islam wa Adillatuhu, 1989.

2) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, 1983.

(22)

3) Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek,

2001.

4) Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan,

2006.

5) Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, 2002.

6) Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, 2000.

7) Mardani, Fiqh Ekonomi Islam, 2013.

8) Syafe’I Rahmad, Fiqh Muamalah, 2006.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah pencarian dan pengumpulan data

yang dapat dipergunakan untuk membahas masalah atau problematika

yang terdapat dalam judul skripsi ini. Dalam hal ini, peneliti akan

melakukan penelitian di UD. Varia Indah Gresik. Untuk memperoleh

data-data yang diperlukan, peneliti menggunakan metode sebagai

berikut:

a. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode penelitian dengan

menggunakan pengamatan yang dicatat dengan sistematik terhadap

fenomena-fenomena yang diselidiki.19 Maka teknik ini digunakan

untuk mengetahui secara langsung praktik penambahan biaya pada

pemesanan pane di UD. Varia Indah Gresik.

19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,

(23)

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah sebuah percakapan antara dua orang atau

lebih yang pertanyaanya diajukan oleh peneliti kepada subyek atau

sekelompok subyek penelitian untuk dijawab.20 Wawancara

dilakukan untuk mendapat informasi terhadap data-data dokumentasi

dan sebagainya dengan berbagai pokok, data yang bersumber dari

para narasumber dikumpulkan melalui wawancara kepada 1 orang

pemilik, 1 orang penggarap dan 3 orang pemesan.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang

diperoleh dari data tertulis.21 Data yang bersumber dari dokumen dikumpulkan melalui teknik dokumentasi yang diperoleh dari arsip

dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan data penambahan

biaya pada pemesanan panel di UD. Varia Indah Gresik.

d. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu pengumpulan data melalui beberapa referensi

berupa literatur dan kitab-kitab yang berkaitan dengan penelitian.

4. Teknik Pengelolahan Data

Semua data-data yang diperoleh dari hasil penggalian terhadap

sumber-sumber data selanjutnya akan diolah melalui tahapan-tahapan

sebagai berikut :

(24)

a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data-data yang diperoleh

dengan memilih dan menyeleksi data yang ada dari berbagai segi,

yang meliputi kesesuaian dan keselarasan satu dengan yang lainnya,

keaslian, kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.22 Teknik

ini digunakan penulis untuk memeriksa kelengkapan data-data yang

telah didapatkan dan akan digunakan sebagai sumber-sumber studi

dokumentasi.

b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi

sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai

dengan rumusan masalah, serta mengelompokkan data yang telah

diperoleh. Dengan teknik ini, diharapka penulis dapat memperoleh

gambaran tentang pelaksanaan penambahan biaya pada pemesanan

panel di UD. Varia Indah Gresik.

c. Analyzing, yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil

editing dan organizing data yang telah diperoleh dari sumber-sumber

penelitian, dengan menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya,

sehingga diperoleh kesimpulan.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya yang harus ditempuh

adalah analisis. Analisis adalah tahap yang penting dan menentukan.

Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis

deskriptif kualitatif maksudnya adalah proses analisis yang akan

(25)

didasarkan pada kaidah deskriptif dan kualitatif. Kaidah deskriptif adalah

proses analisis yang dilakukan terhadap seluruh data yang telah

didapatkan dan diolah kemudian hasil analisis tersebut dikaji secara

keseluruhan. Sedangkan kaidah kualitatif adalah proses analisis ditujukan

untuk membandingkan teori tanpa menggunakan rumus statistik.23

Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa

sampai berhasil mencapai kesimpulan yang nantinya dapat digunakan

untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.

Langkah analisis data yang dilakukan peneliti adalah dengan

mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian

lapangan menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan

dengan teori-teori, asas-asas, dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh

dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan

yang dirumuskan.

I. Sistematika Pembahasan

Mengenai sistematika pmbahasan skripsi ini, terdiri dari beberapa bab

dan sub-bab, yakni : Bab satu adalah pendahuluan yang memuat penjelasan

Latar Belakang, Identifikasi dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah,

Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, Definisi

Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

(26)

Bab dua adalah kerangka teoritis tentang pengertian salam dan istis}na@’,

landasan hukum salam dan istis}na@’, rukun dan syarat salam dan istis}na@’.

Bab tiga adalah data penelitian mengenai gambaran umum objek

penelitian, praktek penambahan biaya pada pemesanan panel di UD. Varia

Indah Gresik.

Bab empat adalah analisis data, dalam bab ini berisi tentang hasil

analisis penelitian yang dilakukan peneliti yang mengacu pada rumusan

masalah. Pertama, praktek penambahan biaya pada pemesanan panel di UD.

Varia Indah Gresik. Kedua, tinjauan Hukum Islam terhadap penambahan

biaya pada pemesanan panel di UD. Varia Indah Gresik.

Bab lima adalah penutup yang memuat penjelasan kesimpulan dan

saran-saran atas hasil analisis tinjauan Hukum Islam terhadap penambahan

(27)

19

BAB II

JUAL BELI SALAM DAN ISTIS

}NA@’

A. Jual Beli Salam

1. Pengertian Jual Beli Salam

Secara terminologis, Salam adalah menjual suatu barang yang

penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya

disebutkan dengan jelas dengan pembayaran modal terlebih dahulu,

sedangkan barangnya diserahkan kemudian hari.1

Menurut Sayyid Sabiq as-Salam dinamakan juga as-Salaf

(pendahuluan) yaiSatu penjualan sesuatu dengan kriteria tertentu (yang

masih berada) dalam tanggungan dengan pembayaran segera atau

disegerakan. Sedangkan para fuqaha’ menyebutnya dengan al-Mahawij

(barang-barang mendesak) karena ia sejenis jual beli barang yang tidak

ada di tempat akad, dalam kondisi yang mendesak bagi dua pihak yang

melakukan akad.2

Jual beli pesanan dalam fiqih Islam disebut as-Salam menurut bahasa

penduduk hijaz, sedangkan bahasa penduduk Iraq disebut as-Salaf. Kedua

kata ini mempunyai makna yang sama, sebagaimana dua kata tersebut

digunakan oleh Nabi, sebagaimana diriwayatkan bahwa Rasulullah ketika

1

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 143.

2

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz 12, diterjemahkan oleh Kamaluddin A. Marzuki (Bandung:

(28)

membicarakan akad bai’ salam, beliau menggunakan kata as-Salaf

disamping as-salam, sehingga dua kata tersebut merupakan sinonim.

Secara terminologi Ulama fiqh mendefinisikannya :

نَأ ْيَأ ِةم لا ِِ ُفْوُصْوَم ٍئْيَش ٌعْيَ ب ْوَأ ٍل ِجاَعِب ٍلَجَا ُعْيَ ب

ُرخَأَتَ يَو ِلاَمْلا ُسْأَر ِْيِف ُم َقَ تَ ي ُ

ٍلَجَِأ ُنِمْثُمْلا

Artinya : Menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau

menjual suatu barang yang ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal di awal, sedangkan barangnya diserahkan

kemudian hari.3

Sedangkan Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikannya

sebagai berikut :

ٍ ْقَع ِسِلْجَِِ ٍضْوُ بْقَم ٍةمِذِب ٍفْوُصْوَم ىَلَع ٌ ْقَع

Artinya : Akad yang disepakati dengan menentukan ciri-ciri tertentu

dengan membayar harganya terlebih dulu, sedangkan barangya

diserahkan (kepada pembeli) kemudian hari.4

Akad Salam menurut Peraturan Bank Indonesia adalah jual beli

barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan

pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.5 Sedangkan menurut

Fatwa Dewan Syariah Nasional akad Salam sebagai akad jual beli barang

dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat

dan kriteria yang jelas.6

3

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 147.

4

Ibid.

5

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 7/46/PBI/2005

6

(29)

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 20 disebutkan

bahwa Salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli

yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang.7

2. Dasar Hukum Jual Beli Salam

Jual beli pesanan atau Salam dibenarkan dalam Islam, sebagaimana

firman Allah Swt dalam surat al-Baqarah ayat 282 yang berbunyi:

َ ياَ َت اَذِإ اوَُمآ َنيِذلا اَه يَأ ََ

ٌبِتاَك ْمُكَْ يَ ب ْبُتْكَيْلَو ,ُوُبُ تْكاَف ىمَسُم ٍلَجَأ ََِإ ٍنْيَ ِب ْمُتْ

ِلْ َعْلِِ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah

kamu menuliskannya.8

Ayat ini menjelaskan ketika kita melakukan transaksi hutang, maka

sebaiknya menulisnya untuk menghindari kesalahpahaman diantara pihak.

Dalam Shahih Bukhari, Kitab Jual Beli Salam, Bab jual beli salam

untuk batas waktu yang diketahui, Hadits No. 2094 disebutkan:

ِلاَهْ

ِلا

ِبأ

ْنَع

ٍْيِثَك

ِنْب

َِا

ِ ْبَع

ْنَع

ٍحيََِ

ِبَأ

ِنْبا

ْنَع

ُناَيْفُس

اََ ث َح

ٍمْيَعُ ن

وُبَا

اََ ث َح

ْنَع

ِنْبا

ٍسابَع

َلِضَر

َُا

اَمُهْ َع

َلاَق

َمِ َق

ِب لا

ىلَص

َُا

ِْيَلَع

َملَسَو

َةَيِ َمْلا

ْمَُو

َنوُفِلْسُي

ِف

ِْيَ تَ سلا

َثَاثلاَو

َلاَقَ ف

اوُفِلْسَأ

ِف

ِراَمِّثلا

ِف

ٍلْيَك

ٍموُلْعَم

َلاَقَو

ُ ْبَع

َِا

ُنْب

ِ يِلَولا

اََ ث َح

ُناَيْفُس

اََ ث َح

ُنْبا

ِبَأ

ٍحيََِ

َلاَقَو

ِف

ٍلْيَك

ٍموُلْعَم

ٍنْزَوَو

ٍموُلْعَم

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah

menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibnu Abi Najih dari

7

PPHIM, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), 14.

8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Bandung : Syaamil Al-Qur’an,

(30)

'Abdullah bin Katsir dari Abu Al Minhal dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah orang-orang mempraktekkan jual beli buah-buahan dengan sistim salaf, yaitu membayar dimuka dan diterima barangnya setelah kurun waktu dua atau tiga tahun. Maka Beliau bersabda: "Lakukanlah jual beli salaf pada buah-buahan dengan takaran sampai waktu yang diketahui (pasti) ". Dan berkata 'Abdullah bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Najih dan berkata: "dengan takaran dan timbangan yang diketahui (pasti) ". (H.R. Bukhori)

Sabda Rasulullah ini muncul ketika beliau pertama kali hijrah ke

Madinah, dan mendapati para penduduk Madinah melakukan transaksi

jual beli Salam. Jadi Rasulullah SAW membolehkan jual beli Salam asal

akad yang dipergunakan jelas, ciri-ciri barang yang dipesan jelas, dan

ditentukan waktunya.9

Berdasarkan hadith tersebut, jual beli Salam ini hukumnya

dibolehkan, selama ada kejelasan ukuran, timbangan dan waktunya yang

ditentukan. Dasarhukum jual beli ini telah sesuai dengan tuntutan syariat

dan kaidah-kaidahnya. Bahkan dalam prakteknya, jual beli Salam juga

tidak menyalahi qiyas yang membolehkan penangguhan penyerahan

barang seperti halnya dibolehkannya penangguhan dalam pembayaran.10

3. Rukun dan Syarat Jual Beli Salam

Dalam praktik bai’ Salam harus memenuhi rukun dan syarat. Adapun

rukun bai’ Salam adalah sebagai berikut:

9

Nasrun Haroen, Fiqh Mu’amalah... , 148.

(31)

a. Muslam (pembeli atau pemesan)

b. Muslam Ilaih (Penjual atau penerima pesanan)

c. Muslam fih (barang yang dipesan atau yang akan diserahkan)

d. Ra’s al-ma@l (harga pesanan atau modal yang dibayarkan)

e. S}i@ghat (ijab dan qabul atau ucapan serah terima).11

Sedangkan syarat bai’ Salam adalah sebagai berikut:

a. Syarat orang yang berakad (muslam dan muslam ilaih)

Ulama Malikiyah dan Hanafiyah mensyaratkan orang yang

berakad harus berakal, yakni mumayyiz, anak yang agak besar yang

pembicaraan dan jawaban yang dilontarkannya dapat dipahami, serta

minimal berumur tujuh tahun. Oleh karena itu, anak kecil, orang gila

dan orang bodoh tidak boleh menjual harta yang sekalipun miliknya.12

Adapun Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mansyaratkan orang yan

berakad harus baligh (terkena perintah syarak), berakal, telah mampu

memelihara agama dan hartanya. Dengan demikian, ulama Hanabilah

membolehkan seorang anak kecil membeli barang yang sederhana atas

seizin walinya.13

b. Syarat barang pesanan (muslam fih)

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 101 disebutkan

syarat barang pesanan (Muslam Fih) yaitu:

1) Kuantitas dan kualitas barang yang sudah jelas

11

Dumairi Nor, Ekonomi Versi Salaf, Cet. II, (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2008), 48.

12 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah..., 74.

13

(32)

2) Kuantitas barang dapat diukur dengan takaran atau timbangan dan

atau meteran

3) Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara

sempurna.14

c. Syarat Modal (Ra’s Ma@l)

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam modal bai’ Salam adalah

sebagai berikut:

1) Modal harus diketahui

Barang yang akan disuplai harus diketahui jenis, kuantitas,

dan jumlahnya. Hukum awal mengenai pembayaran adalah bahwa

ia harus dalam bentuk uang tunai.15

2) Penerimaan pembayaran Salam

Kebanakan ulama mengharuskan pembayaran Salam ditempat

kontrak. Hal tersebut dimaksudkan agar pembayaran

yangdilakukan oleh al-muslam (pembeli) tidak dijadikan sebagai

utang penjual. Lebih khusus lagi pembayaran Salam tidak bisa

dalam bentuk pembebasan utangyang harus dibayar dari muslam

ilaih (penjual). Hal ini adalah untuk mencegah praktik riba melalui

mekanisme Salam.16

14

PPHIM, Kompilasi Hukum Ekonomi..., 37.

15

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari..., 109.

16

(33)

d. Syarat s}i@ghat (ijab dan kabul)

Dalam Madzhab Hanafi, Maliki, dan Hambali yang dimaksudkan

dengan ijab disini adalah menggunakan lafal Salam (memesan), Salaf

(memesan).17

B. Jual Beli Istis}na@’

1. Pengertian Jual Beli Istis}na@’

Istis}na@’ (

عا ْتسا

) adalah bentuk ism mashdar dari kata dasar istis}na@’

yastas}ni’u (

ع ْتسي

-

ع ْت

اس

). Artinya meminta orang lain untuk

membuatkan sesuatu untuknya. Sedangkan menurut sebagian kalangan

ulama dari mazhab Hanafi, istis}na@’ adalah

ٌ ْقَع

ىَلَع

ٍعْيِبَم

ِف

ِةمِذلا

ٍطْرَش

ِْيِف

ُلَمَعلا

Artinya : sebuah akad untuk sesuatu yang tertanggung dengan syarat

mengerjakaannya.18

Sehingga bila seseorang berkata kepada orang lain yang punya keahlian

dalam membuat sesuatu,"Buatkan untuk aku sesuatu dengan harga sekian

dirham", dan orang itu menerimanya, maka akad istis}na@’ telah terjadi

dalam pandangan mazhab ini.

17

Wahbah al-Zuh}ayli@, Fiqih Islam wa Adillatuhu , Jilid V, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 240

18 Imam, ala ad-Din Abi Bakr bin Masud al-Kasani al-Hanafi, Badai’ as-Shanai fi Tartib asy

(34)

Senada dengan definisi di atas, kalangan ulama mazhab Hambali menyebutkan

ُعْيَ ب

ٍةَعْلِس

ْتَسْيَل

َُ ِْع

ىَلَع

ِْجَو

ُرْ يَغ

ِمَلَسلا

Artinya : Jual-beli barang yang tidak (belum) dimilikinya yang tidak termasuk akad salam.

Dalam hal ini akad istis}na@’ mereka samakan dengan jual-beli dengan

pembuatan

ةع ْلِ

عيب

.19 Namun kalangan Al-Malikiyah dan

Asy-Syafi'iyah mengaitkan akad istis}na@’ ini dengan akad salam. Sehingga

definisinya juga terkait, yaitu

ا

ُءْلَشل

ُمَلْسُلا

ِْيَغْلِل

َنِم

ِتاَعاَِْلا

Artinya : Suatu barang yang diserahkan kepada orang lain dengan cara

membuatnya.20

Sedangkan menurut istilah Wahbah zuhay}li mengemukakan

pengertian istis}na@’ sebagai berikut:

َفْيِرْعَ ت

ِعاَِْْتْسِإا

َوُ

ٌ ْقَع

َعَم

ٍعِناَص

لَلَع

ِلَمَع

ٍءْلَش

ٌيَعُم

ِف

ِةَمِّذلا

,

ْيَأ

ُ ْقَعْلَا

َع

ىَل

ٍءاَرَش

ُُعَ َْْيَساَم

ُعِناَْلا

ُنْوُكَتَو

َْيَعلا

ُلَمَعلاَو

َنِم

ِعْْلا

Artinya: Pengertian istis}na@’ adalah suatu akad beserta seorang produsen

untuk mengerjakan sesuatu yang dinyatakan dalam perjanjian: yakni akad untuk membeli sesuatu yang dibuat oleh seorang

19 Al-Buhuti, Kasysyaf Al-Qinna', jilid 3, (Beirut: Dar al-Fikr), 132.

20 An-Nawawi, Raudhatu Ath-Thalibin wa Umdatu Al-Muftiyyin, Jilid 4, (Beirut: Dar al-Fikr),

(35)

produsen dan barang serta pekerjaan dari pihak produsen

tersebut.21

Dalam kitab Fiqih Sunnah karangan Sayyid Sabiq, mendefinisikan:

22.

ُعاَِْْتْس ِااَو

ٌءىَشَوُ

ُعَضُياَم

ِبَلطلِلاًفْ قَو

Artinya : Istis}na@’ adalah membeli sesuatu yang dibuat sesuai pesanan.

Ismail Nawawi mendefinisikan, istis}na@’ adalah kontrak penjualan

antara pembeli akhir (mus}tani’) dan supplier (s}ani’). Dalam kontrak ini,

s}ani’ menerima pesanan dari mus}tani’. S}ani’ lalu berusaha melalui orang

lain untuk membuat atau membeli pokok kontrak (mas}nu’) menurut

spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada mus}tani’. Kedua

belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran. Apakah

pembayaran dilakukan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai

suatu waktu pada masa yang akan datang .23

Menurut Fatwa DSN No. 06/DSN MUI/IV/2000 tentang jual beli

istis}na@, bai’ istis}na@’ merupakan kontrak penjualan antara mustas}ni’

(pembeli) dan s}ani’ (suplier) dimana pihak suplier menerima pesanan dari

pembeli menurut spesifikasi tertentu. Pihak suplier berusaha melalui

orang lain untuk membeli atau membuat barang dan menyampaikannya

kepada pemesan. Pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan atau

21

Wahbah az-Zuh{ayli>, Fiqih Islam wa Adillatuhu..., 24.

22 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz. 3, (Beirut: Dar el-Fikr, 1983 M / 1403 H), 108.

23 Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah : hukum Ekonomi Bisnis dan sosial, (Jakarta: CV. Dwiputra

(36)

ditangguhkan hingga waktu tertentu.24 Menurut Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah, Istis}na@’ adalah jual beli barang atau jasa dalam bentuk

pemesanan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati

antara pihak pemesan dan pihak penjual.25

Menurut jumhur fuqaha yang dikutip oleh Muhammad Syafi’i

Antonio, bai’ istis}na@’ merupakan suatu jenis khusus dari akad bai’ as

-salam. Biasanya, jenis ini dipergunakan di bidang manufaktur. Dengan

demikian, ketentuan bai’ istis}na@’ mengikuti ketentuan dan aturan akad

bai’ as-salam.26 Menurut jumhur ulama yang dikutip oleh Dr. Mardani,

istis}na@’ merupakan jenis khusus dari salam yaitu dari segi obyek

pesanannya harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri

khusus. Perbedaannya hanya pada sistem pembayaran, salam

pembayarannya dilakukan sebelum barang diterima sedangankan istis}na@’

bisa di awal, di tengah, atau di akhir pesanan.27

Bai’ istis}na@’ termasuk dalam kategori natural certainly contracts,

yaitu kontrak/akad dalam bisnis yang memberikan kepastian pembayaran,

baik dari segi jumlah ( amount ) maupun waktu ( timing )nya. Cash flow

nya bisa diprediksi dengan relatif pasti, karena sudah disepakati oleh

kedua belah pihak yang bertransaksi di awal akad. Kontrak ini secara‚

“sunnatullah” ( by their nature ) menawarkan return yang tetap dan pasti.

24 Husaini Mansur Dan Dhani Gunawan, Dimensi Perbankan Dalam Al-Quran, (Jakarta: PT. Visi

Citah Kreasi, 2007), 102.

25 Indonesia, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Mahkamah Agung RI), Pasal 20 Ayat

(10).

(37)

Jadi sifatnya fixed and predetermined. Obyek pertukarannya baik

jumlahnya ( quantity ), mutunya ( quality ), harganya ( price ), dan waktu

penyerahannya ( time of delivery ).28

2. Dasar Hukum Jual Beli Istis}na@’

Akad istis}na@’ termasuk salah satu bentuk akad ghairu musamma,29

sehingga tidak ada dalil yang eksplisit baik di dalam al-Qur’an maupun

Hadits mengenai pensyariatannya. Akan tetapi dapatlah diketahui bahwa

istis}na@’ merupakan akad pesanan yang mirip dengan akad salam.

Perbedaannya hanya pada sistem pembayaran. Jika dalam akad salam

pembayaran harus dilakukan di muka, maka dalam akad istis}na@’

pembayaran dapat dilakukan di awal, dengan cara cicilan atau dibayar di

belakang. Oleh karena itu landasan hukum akad salam bisa digunakan

pula pada akad istis}na@’. Seperti firman Allah di dalam QS. al-Baqarah:

282 yang berbunyi:

َو ,ُوُبُ تْكاَف ىمَسُم ٍلَجَأ ََِإ ٍنْيَ ِب ْمُتْ َ ياَ َت اَذِإ اوَُمآ َنيِذلا اَه يَأ ََ

ٌبِتاَك ْمُكَْ يَ ب ْبُتْكَيْل

َعْلِِ

ِلْ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah

kamu menuliskannya.30

28 Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2006), 51.

29 Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Semarang: Pustaka

Rizki Putra, 1999), 93.

30 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Bandung : Syaamil Al-Qur’an,

(38)

Ayat ini menjelaskan ketika kita melakukan transaksi hutang, maka

sebaiknya menulisnya untuk menghindari kesalahpahaman diantara pihak.

Dalam Shahih Bukhari, Kitab Jual Beli Salam, Bab jual beli salam

untuk batas waktu yang diketahui, Hadits No. 2094 disebutkan:

ِلاَهْ

ِلا

ِبأ

ْنَع

ٍْيِثَك

ِنْب

َِا

ِ ْبَع

ْنَع

ٍحيََِ

ِبَأ

ِنْبا

ْنَع

ُناَيْفُس

اََ ث َح

ٍمْيَعُ ن

وُبَا

اََ ث َح

ْنَع

ِنْبا

ٍسابَع

َلِضَر

َُا

اَمُهْ َع

َلاَق

َمِ َق

لا

ِب

ىلَص

َُا

ِْيَلَع

َسَو

َمل

َةَيِ َمْلا

ْمَُو

َنوُفِلْسُي

ِف

ِْيَ تَ سلا

َثَاثلاَو

َلاَقَ ف

اوُفِلْسَأ

ِف

ِراَمِّثلا

ِف

ٍلْيَك

وُلْعَم

ٍم

َلاَقَو

ُ ْبَع

َِا

ُنْب

ِ يِلَولا

اََ ث َح

ُناَيْفُس

اََ ث َح

ُنْبا

ِبَأ

ٍحيََِ

َلاَقَو

ِف

ٍلْيَك

ٍموُلْعَم

ٍنْزَوَو

ٍموُلْعَم

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah

menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibnu Abi Najih dari 'Abdullah bin Katsir dari Abu Al Minhal dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah orang-orang mempraktekkan jual beli buah-buahan dengan sistim salaf, yaitu membayar dimuka dan diterima barangnya setelah kurun waktu dua atau tiga tahun. Maka Beliau bersabda: "Lakukanlah jual beli salaf pada buah-buahan dengan takaran sampai waktu yang diketahui (pasti) ". Dan berkata 'Abdullah bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Najih dan berkata: "dengan takaran dan

timbangan yang diketahui (pasti). (H.R. Bukhori)31

Mengingat bai’ istis}na@’ merupakan lanjutan dari bai’ as-salam maka

secara umum landasan syariah yang berlaku pada bai’ as-salam juga

berlaku pada bai’ istis}na@’. Sungguhpun demikian, para ulama membahas

lebih lanjut “keabsahan” bai’ istis}na@’.32

31 Muhammad bin Ismail al-Bukhori, S}ahih Bukhori, Kitab : Jual Beli as-Salam, Bab : Jual beli

Salam untuk batas waktu yang diketahui, No Hadits : 2135, (ttt: Dar al-Katsir, 1993).

(39)

Menurut ulama Malikiyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah, akad istis}na@’

sah dengan landasan diperbolehkannya akad As-salam. Mereka

meng-qiyas-kan bai’ istis}na@’ dengan bai’ as-salam karena keduanya barang yang

dipesan belum berada ditangan penjual manakala kontrak ditandatangani.

Selain itu juga bai’ istis}na@’ telah menjadi kebiasaan umat manusia dalam

bertransaksi (‘urf). Oleh karena itu, dalam bai’ istis}na@’ berlaku pada

syarat-syarat sebagaimana disebutkan dalam bai’ as-salam.33

Menurut Hanafiyah, jual beli istis}na@’ diperbolehkan dengan alasan

istihsan (menganggap baik dan perlu), demi kebaikan kehidupan manusia

dan telah menjadi kebiasaan (‘urf) dalam beberapa masa tanpa ada ulama

yang mengingkarinya.34

Ulama Hanafi berpendapat bahwa bai’ istis}na@’ termasuk akad yang

dilarang karena bertentangan dengan semangat bai’ secara qiyas. Mereka

mendasarkan kepada argumentasi bahwa pokok kontrak penjual harus ada

dan dimiliki oleh penjual, Sedangkan dalam istis}na@’ , pokok kontrak itu

belum ada atau tidak di miliki penjual. Meskipun demikian, Mazhab

Hanafi Menyetujui kontrak istis}na@’ atas dasar istihsan karena

alasan-alasan berikut ini :

a. Masyarakat telah mempraktekkan bai’ istis}na@’ secara luas dan terus

menerus tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan

bai’ istis}na@’ sebagai kasus ijma’ atau konsensus umum.

(40)

b. Di dalam Syariah di mungkinkan adanya penyimpangan terhadap

qiyas berdasarkan ijma’ ulama,

c. Keberadaan bai’ istis}na@’ di dasarkan atas kebutuhan masyarakat.

Banyak orang seringkali memerlukan barang yang tidak tersedia di

pasar sehingga mereka cenderung untuk melakukan kontrak agar

orang lain membuatkan barang untuk mereka.

d. Bai’ istis}na@’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan

kontrak selama tidak bertentangan dengan nash atau aturan

Syariah.35

Sebagian Fuqaha kontemporer berpendapat bahwa bai’ istis}na@’

adalah sah atas dasar qiyas dan aturan umum Syariah karena itu memang

jual beli biasa dan si penjual akan mampu mengadakan barang tersebut

pada saat penyerahan. Demikian juga terjadinya kemungkinan

perselisihan atas jenis dan kualitas suatu barang dapat diminimalkan

dengan pencantuman spesifikasi dan ukuran-ukuran serta bahan material

pembuatan barang tersebut.36

3. Istis}na@’ Menurut Fatwa DSN MUI

Dalam Landasan Fatwa DSN MUI, Produk istis}na@’ ini termasuk

produk baru dan diterbitkan pada tahun 2000, yakni setelah terbentuknya

Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Produk jual beli istis}na@’ mengacu

pada Fatwa DSN MUI No.06/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli

(41)

istis}na@’ .37 Alasan diterbitkannya produk istis}na@’ karena ada beberapa

pertimbangan, yaitu:

a. Pertama, pertimbangan ekonomi; yakni:

1) kebutuhan masyarakat untuk memperoleh sesuatu sering

memerlukan pihak lain untuk membuatnya.

2) transaksi istis}na@’ marak dipraktekkan Lembaga-Lembaga

Keuangan Syariah (LKS).

b. Kedua, pertimbangan Syariah; yakni: pendapat Madzhab Hanafi

tentang kebolehan (jawaz) untuk melakukan jual-beli istis}na@’ . Karena

itu telah dilakukan masyarakat muslim sejak awal tanpa ada pihak

(ulama‟) yang mengingkarinya.38

4. Rukun dan Syarat Jual Beli Istis}na@’

Dalam buku Pengantar Fiqih Muamalah karya Dimyauddin Djuwaini,

jual beli istis}na@’ , terdapat rukun yang harus dipenuhi, yaikni: pemesan

(mus}tana’), penjual atau pembuat (s}ani’), barang atau objek (mas}nu’) dan

sighat (ijab qabul).39 Berikut ini adalah rukun dan syarat-syarat akad

istis}na@’ :

a. Orang yang berakad

37 M. Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam; Geliat Perbankan Syariah Di Indonesia, (Malang: UIN

Malang Press, 2009), 195.

38 DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, ( Ciputat: Gaung Persada Pers, 2006),

35.

(42)

Pihak-pihak yang berakad yaitu pemesan (mus}tani’) dan penjual

(s}ani’) disyaratkan yang memiliki kecakapan dalam melakukan

perbuatan hukum. Karena itu, orang gila, dan anak kecil yang belum

mumayyid tidak sah melakukan akad jual beli, kecuali membeli

sesuatu yang kecil-kecil atau murah seperti korek api, korek kuping,

dan lain-lain.40 Terkait dengan penjual, DSN mengharuskan penjual

agar penjual menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan

kualitas dan jumlah yang telah disepakati. Penjual dibolehkan

menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang telah disepakati

dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan

dan ia tidak boleh menunutut tambahan harga.

b. Objek Istis}na@’

Barang yang diakadkan atau disebut dengan al-mahal ( لحملا)

adalah rukun yang kedua dalam akad ini. Sehingga yang menjadi

objek dari akad ini semata-mata adalah benda atau barang-barang

yang harus diadakan.41 Namun menurut sebagian kalangan mazhab

Hanafi, akadnya bukan atas suatu barang, namun akadnya adalah akad

yang mewajibkan pihak kedua untuk mengerjakan sesuatu sesuai

pesanan. Menurut yang kedua ini, yang disepakati adalah jasa bukan

barang.42

40 Mardani, Fiqh ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), 72. 41 As Sarakhsi, Al-Mabsuth, Jilid 12, (Beirut: Dar al-Fikr), 159.

(43)

Syarat-syarat objek akad menurut Fatwa DSN MUI, yaitu :43

1) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya

2) Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan

berdasarkan kesepakatan

3) Pembeli (mus}tani’) tidak boleh menjual barang sebelum

menerimanya

4) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai

kesepakatan

c. Shighah (ijab qabul)

Faktor akad ini sangat penting karena fuqaha memandangnya

sebagai salah satu rukun dalam jual beli dimana transaksi dipandang

sah kecuali dengan akad. Menurut lughat akad berarti simpulan,

perikatan, perjanjian, permufakatan.44 Pelafalan perjanjian dapat

dilakukan dengan lisan, isyarat (bagi yang tidak bisa bicara), tindakan

maupun tulisan, bergantung pada praktik yang lazim di masyarakat

dan menunjukan keridhaan satu pihak untuk menjual barang istis}na@’

dan pihak lain untuk membeli barang istis}na@’ .

43 DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional,( Ciputat: Gaung Persada Pers, 2006),

35.

(44)

Adapun syarat-syarat Istis}na@’ , antara lain:

a. Jenis barang yang dipesan harus jelas, tipenya, ciri-cirinya dan

kadarnya, dengan penjelasan yang dapat dihilangkan

ketidaktahuan dan menghilangkan perselisihan.45

b. Barang yang biasa ditransaksikan atau berlaku dalam hubungan

antar manusia. Dalam arti, barang tersebut bukanlah barang aneh

yang tidak dikenal dalam kehidupan manusia, seperti barang

properti, barang industri dan lainnya.46

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia juga

menyebutkan bahwa, istis}na@’ adalah akad jual beli barang atas dasar

pesanan antara nasabah dan bank dengan spesifikasi tertentu yang

diminta nasabah. Bank akan meminta produsen atau kontraktor untuk

membuatkan barang pesanan sesuai dengan permintaan nasabah dan

setelah selesai nasabah akan membeli barang tersebut dari bank dengan

harga yang telah disepakati bersama, dengan syarat sebagai berikut:

a. Pihak yang berakad harus cakap hukum,

b. Produsen sanggup memenuhi persyaratan pesanan,

c. Obyek yang dipesan jelas spesifikasinya,

d. Harga jual adalah harga pesanan ditambah keuntungan,

e. Harga jual tetap selama jangka waktu pemesanan, dan

45 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Terj) Mujahidin Muhayan, “Terjemah Fiqh Sunnah”, Jilid 4,

(Jakarta Pusat: PT. Cempaka Putih Aksara, 2009), 169.

(45)

f. Jangka waktu pembuatan disepakati bersama.47

5. Ketentuan Waktu Pembayaran dalam Bai’ Istis}na@’

Ada tiga pendapat di dalam mazhab Hanafi yang berhubungan

dengan penetapan tanggal penyerahan mas}nu’;

a. Imam Abu Hanifa menolak penetapan tanggal pada masa yang akan

datang untuk penyerahan mas}nu’ Jika suatu tanggal ditetapkan, maka

kontrak berubah menjadi bai' as salam karena ini merupakan ciri dari

akad yang mengikat seperti bai'as salam bukan ciri bai’ istis}na@’ yang

terbuka atas pilihan-pilihan.

b. Abu Yusuf dan Muhammad bin Al Hassan Asy Syaibani, dua murid

dan sahabat Abu Hanifa menerima syarat penetapan tanggal pada

masa yang akan datang Alasannya, orang-orang telah

mempraktekkan istishna' dengan cara seperti itu.

c. Tetapi Abu Hanifa dan kedua sahabatnya bersepakat jika tanggal

penyerahan dalam suatu akad istis}na@’ ditetapkan, dan tidak sesuai

dengan apa yang lazimnya dipraktekkan, maka akad bai’ istis}na@’

tersebut berubah menjadi akad bai as salam.48

Bagi yang mengatakan bahwa harus tidak berdasarkan pada

penangguhan, dan tidak ada keringanan kecuali untuk istis}na@’ yang tidak

ada bedanya dengan jual beli, hanya masalah tempo waktu yang

ditangguhkan dengan demikian terdapat perbedaan kalimat akad yang

47 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah; Produk Dan

Implementasi Operasional, (Jakarta: Djambatan, 2001), 119.

(46)

digunakan. Imam Malik juga menerangkan untuk jual beli pesanan seperti

salam diperbolehkan menetapkan batas waktu hingga masa panen, masa

potong dan penyerahan salam diketahui dengan jelas, seperti beberapa

bulan dan tahunnya.49

Imam Syafi’i dalam kitabnya A-Umm juz IV dalam bab penangguhan

pembayaran menerangkan bahwa penangguhan waktu sering terjadi pada

perjanjian jual beli terutama dengan cara pemesanan atau dalam Islam

dikenal juga dengan jual beli istis}na@’ dan salam, ini dapat terjadi karena

banyaknya faktor yang menjadi alasan dan latar belakang yang beragam.

Beliau juga menjelaskan bahwa perjanjian ataupun jual beli dengan

menangguhkan waktu sebenarnya kurang baik karena yang nantinya

mengandung unsur penipuan, kalaupun ada penangguhan waktu maka

waktu yang ditangguhkan haruslah jelas.50

Kontrak Istis}na@’ bisa berakhir berdasarkan kondisi-kondisi sebagai

berikut :

a. Tidak terpenuhinya kewajiban secara formal oleh kedua belah pihak

b. Persetujuan kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak

c. Pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab ia masuk untuk

mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan

masing-masing pihak dapat membatalkannya.51

49Muhammad Syafi’i Antonio.Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek..., 147. 50Ibid.

(47)

C. Perbedaan Salam dan Istis}na@’

Sebagai jual beli pesanan, Istis}na@’ mirip dengan Salam. Namun, ada beberapa

perbedaan diantara keduanya, antara lain:

1. Objek Istis}na@’ selalubarang yang harus diproduksi, sedangkan objek

Salam bisa untuk barang apa saja, baik harus diproduksi lebih dahulu

maupun tidak diproduksi terlebih dahulu.

2. Harga dalam akad Salam harus dibayarpenuh dimuka, sedangkan harga

dalam akad Istis}na@’ tidak harus dibayarpenuh dimuka, melainkan dapat

juga dicicil atau dibayar dibelakang.

3. Akad Salam efektif tidak dapat diputuskan secara sepihak, sementara

dalam Istis}na@’ akad dapat diputuskan sebelum perusahaan mulai

mmproduksi.

4. Waktu penyerahan tertentu merupakan bagian penting dari akad Salam,

nmaun dalam akad Istis}na@’ tidak merupakan keharusan.52

52

(48)

34

BAB III

PRAKTEK PEMESANAN PANEL

DI UD. VARIA INDAH GRESIK

A.

Profil UD. Varia Indah

1. Letak Geografis

UD. Varia Indah berada di jalan Usman Sadar No. 18b-c Kec. Gresik

Kab. Gresik. Gresik terkenal dengan sebutan kota industri karena

banyaknya industri-industri yang berada di kota Gresik, seperti

pabrik-pabrik dengan skala kecil sampai besar. Gresik juga termasuk kota besar

yang sedang berkembang di segala jenis bidang usaha, mulai dari bidang

perdagangan, jasa dan produksi. Baik usaha kecil maupun besar, mereka

berlomba-lomba untuk memasarkan produk-produk mereka.1

Kecamatan Gresik dapat dikatakan sebagai pusat kota Gresik karena

letaknya yang berada di tengah-tengah kota Gresik. Di kecamatan Gresik

terdapat bangunan-bangunan penting dari kota Gresik seperti pasar kota,

alun-alun kota, kantor DPRD Gresik, perpus daerah Gresik dan

sebagainya. Selain itu, karena letaknya yang menjadi pusat kota sehingga

kebanyakan warganya mendirikan usaha kecilnya, mulai dari usaha

kuliner, foto copy, rental komputer, percetakan, jasa cuci motor, took

bahan bangunan, took cat dan sebagainya. Baik itu usaha yang didirikan

(49)

mulai dari nol, maupun meneruskan usaha milik keluarga mereka menjadi

owner untuk usahanya sendiri.2

UD. Varia Indah terletak sangat strategis, yaitu berada di pusat kota

dan masuk di area pasar kota Gresik. Posisi strategisnya membuat

banyak konsumen yang datang untuk membeli kebutuhan cat atau untuk

memesan cat dengan warna yang diinginkan. Selain posisinya yang

strategis, UD. Varia Indah menjadi ramai karena kelengkapan cat yang

dijual dan juga jarangnya toko cat yang menyediakan oplosan cat. Di

kota Gresik toko cat yang menyediakan oplosan cat hanya ada beberapa

dan untuk oplosan cat mobil (panel) hanya ada empat. Sehingga itu yang

menjadi ketertarikan konsumen untuk datang ke UD. Varia Indah ini.

Konsumen yang datang bukan hanya dari dalam kota saja tapi juga

kota-kota tetangga seperti lamongan dan tuban.3

2. Latar Belakang Historis

UD. Varia Indah didirikan oleh Bapak Yasin pada tahun 1984. Dari

awal pendirian UD. Varia Indah sudah berada di Jalan Usman Sadar No

18b-c Kec. Gresik Kab. Gresik. Namun pertama kali berdiri UD. Varia

Indah bukan toko yang menfokuskan pada cat, UD. Varia Indah menjual

bahan bangunan dan beberapa jenis cat seperti cat tembok, besi dan

kayu. UD. Varia Indah mulai menfokuskan menjadi toko cat sejak anak

dari pendiri UD. Varia Indah yang bernama Bapak Chandra Tanujaya K.

ikut berperan dalam pengelolahan UD. Varia Indah pada tahun 2000.

2 Chanda Tanujaya K, Wawancara, Gresik, 03 Desember 2016.

(50)

Bapak Chandra Tanujaya K. menfokuskan untuk menjual cat adalah

karena beberapa alasan, yang pertama karena banyak peminat dengan

cat. Kedua saat itu hanya sedikit toko di kota Gresik yang menjual jenis

cat yang lengkap. Ketiga, karena beliau tidak ingin menggantungkan

sesuatu kepada orang lain, misalnya untuk menjual bahan bangunan

seperti besi beliau tidak bisa menjualnya sendiri jika karyawan yang

bagian memindahkan itu libur kerja.4

Pada tahun pertama perubahan jenis jualan belum menyediakan

panel (oplosan cat mobil). Namun sudah menyediakan untuk oplosan cat

tembok dan jenis cat-cat lain seperti cat besi, cat kayu, cat genteng, cat

lantai dan alat-alat untuk proses pengecatan. Pertama kali UD. Varia

Indah menyediakan layanan oplosan cat mobil atau yang disebut panel

adalah pada tahun 2007. Waktu itu UD. Varia Indah bekerja sama

dengan sebuah perusahaan cat mobil di Surabaya dengan mendatangkan

tenaga ahli dari perusahaan tersebut untuk bekerja di UD. Varia Indah.

Dengan berjalannya waktu sekarang UD. Varia Indah telah memiliki

penggarap sendiri untuk mengerjakan panel.5

Pada awal pendirian yaitu tahun 1984 UD. Varia Indah belum

berbentuk Usaha Dagang (UD) tapi dalam bentuk Surat Izin Usaha

Pedagang (SIUP) karena pada tahun itu belum ada ketentuan tentang

Usaha Dagang (UD). Adanya ketentuan tentang UD adalah pada tahun

1994 dimana semua orang yang ingin mendirikan usaha harus berbentuk

4 Chanda Tanujaya K, Wawancara, Gresik, 03 Desember 2016.

(51)

Usaha Dagang (UD). Namun untuk yang sudah memiliki siup tidak

diharuskan mengalihkan menjadi Usaha Dagang (UD) karena kedudukan

Usaha Dagang (UD) dengan Surat Izin Usaha Pedagang (SIUP) adalah

sama.

Setelah Bapak Yasin selaku pendiri UD. Varia Indah Gresik

meninggal, kepemilikan UD. Varia Indah Gresik berpindah keanak Bapak

Yasin yaitu Bapak Chandra Tanujaya K. sejak saat itu Bapak Chandra

Tanujaya K. memproses pergantian nama dalam Surat Izin Usaha

Dagang (SIUP) karena kepemilikan usaha sekarang sudah menjadi milik

Bapak Chandra Tanujaya K. sehingga secara langsung Surat Izin Usaha

Pedagang (SIUP) juga akan berubah menjadi Usaha Dagang (UD).6

B.

Struktur Kepengelolaan UD. Varia Indah

UD. Varia Indah termasuk dalam toko tradisional sehingga tidak ada

manajemen struktur didalamnya. Dalam UD. Varia Indah hanya terdapat

pemilik dan 7 karyawan, karyawan terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Karyawan toko : adalah karyawan yang melamar peke

Gambar

Tabel 3.1 Jenis Cat yang dijual di UD. Varia Indah Gresik
Kategori A Tabel 3.2 – Rp. 160.000,-
Kategori B Tabel 3.3 –Rp 185.000,-
Tabel 3.5 Kategori D - Rp 255.000,-
+3

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, Perum DAMRI Kantor Divisi Regional II Semarang setidaknya harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai seperti

Terima kasih atas segala pengorbanan kalian baik berupa moril maupun materil, dan ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada rekan-rekan Mahasiswa Sekolah Pasca

Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa pembelajaran IPA tematik dengan model discovery learning dapat melibatkan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kondisi sosial-ekonomi masyarakat Priangan abad ke-19, analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berfokus pada tiga hal,

Konsep pesan yang terdapat pada perancangan buku cerita bergambar adalah memberikan edukasi dan informasi mengenai bentuk toleransi pada anak usia dini, mengajarkan pada anak

Waktu ini telah sesuai dengan ketentuan IMO, pada kapal yang tingginya tidak lebih dari tiga zona vertikal, maka seharusnya waktu evakuasi maksimal adalah 60 menit. Hal

Dinyatakan pada pasal 5 dari Undang – Undang Dasar Iran antara lain, bahwa; kekuasaan atas negara dan umat dalam Republik Islam Iran, selama Imam Mahdi belum keluar (ghaib), ada

Kritik terhadap akuntansi konvensional telah banyak dilakukan oleh beberapa ahli. Salah satu kritik yang muncul adalah akuntansi sosial hanya berfokus pada single bottom