PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN OPERASI
HITUNG PERKALIAN PADA SISWA KELAS II MINU
WEDORO WARU SIDOARJO MELALUI MEDIA CONGKLAK
SKRIPSI
Oleh :
FITRIYATUL AF’IDAH
NIM. D07212048
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN OPERASI HITUNG
PERKALIAN PADA SISWA KELAS II MINU WEDORO WARU SIDOARJO
MELALUI MEDIA CONGKLAK
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata 1
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh :
FITRIYATUL AF’IDAH
NIM. D07212048
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Fitriyatul Af’idah, 2016. Peningkatan kemampuan melakukan operasi hitung
perkalian pada siswa kelas II MINU Wedoro Waru Sidoarjo
melalui media congklak.
Kata Kunci: Kemampuan melakukan operasi hitung perkalian, Media
Congklak
Kemampuan menghitung perkalian siswa kelas II MINU Wedoro Waru
Sidoarjo terhadap materi pelajaran matematika masih rendah,, sehingga berakibat
pada rendahnya kemampuan berhitung siswa. Media congklak merupakan
permainan tradisional yang menggunakan bidang panjang dengan tujuh cekungan
pada masing-masing sisi dan dua cekungan yang lebih besar dibagian tengan yang
kiri dan yang kanan yang biasa disebut lumbung dan permainan ini mempunyai 98
biji cogklak. Oleh karena itu dalam pembelajaran diperlukan media yang dapat
membantu siswa untuk berpikir secara konkrit dalam menjelaskan dan
menanamkan konsep matematika.
Berdasarkan deskripsi dari latar belakang tersebut diperoleh dua
permasalahan , yaitu; 1) Bagaimana penerapan media congklak dalam
pembelajaran matematika kelas II materi operasi hitung perkalian? 2) Bagaimana
peningkatan kemampuan melakukan operasi hitung perkalian?. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research) model Kurt Lewwin. PTK ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus
I dan siklus II. Hasil refleksi dari siklus I akan digunakan sebagai bahan rujukan
untuk pelaksanaan siklus berikutnya, sehingga proses dan hasil pelaksanaan siklus
berikutnya akan lebih baik. Siklus akan dihentikan jika target indikator kinerja
yang ditentukan telah tercapai. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 11 januari
2016, sedangakn siklus II 18 Januari 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas IIC MINU Wedoro yang berjumlah 27 siswa, yang terdiri dari 10
siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL... ii
MOTTO ...iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ...viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR RUMUS ... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tindakan yang Dipilih... 8
D. Tujuan Penelitian... 8
E. Lingkup Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika di MI/SD...11
1. Pengertian Pembelajaran Matematika ...11
2. Ruang Lingkup Pembelajaran MatematikaMI/SD ...15
3. Operasi Hitung Perkalian ...17
B.
Peningkatan Kemampuan Melakukan Operasi Hitung Perkalian ...21
1.
Definisi Kemampuan...21
2. Indikator Kemampuan...23
C. Media Pembelajaran...24
1. Pengertian Media Pembelajaran...24
2. Jenis-jenis Media Pembelajaran ...26
3. Fungsi Media Pembelajaran ...29
D. Congklak ...31
1. Pengertian Congklak ...31
2. Teknik Permainan Congklak...32
3.
Implementasi Permainan Congklak Terhadap Operasi Hitung ...354.
Kekurangan Dan Kelebihan Media Congklak ...35BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian ...37
B. Setting dan Subjek Penelitian ...40
C. Variabel yang Diselidiki ...41
D. Rencana Tindakan ...41
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data ...48
F. Indikator Kinerja...59
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ...59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...61
1.
Hasil Penelitian Siklus I ...62
B. Pembahasan ... 96
1. Observasi Aktivitas Guru ... 96
2. Observasi Aktivitas Siswa... 97
3. Tes kemampuan dan siswa hasil belajar ... 97
BAB V PENUTUP
A. Simpulan... 101
B. Saran... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 103
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 106
RIWAYAT HIDUP... 107
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol, ilmu deduktif
yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola
keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai unsur yang tidak
terdefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan
akhirnya ke dalil.
1Johnson dan myklebust mengemukakan bahwa matematika merupakan
bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan.
2Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan
terorganisasi secara sistematik. Matematika merupakan pengetahuan tentang
bilangan dan kalkulasinya dan tentang penalaran yang logis dan berhubungan
dengan bilangan.
3pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan
siswa yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika
pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan
berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang
1
Heruman,Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hal 1
2
Rostina Sundayana,Media dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika, ( Bandung: Alfabeta, 2015) hal 2
3
2
secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan
efisien.
Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata
pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika
merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Namun sampai saat ini masih banyak siswa yang
merasa matematika sebagai pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan, bahkan
menjadi momok yang menakutkan. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa
yang
mengalami
kesulitan-kesulitan
dalam
mengerjakan
soal-soal
matematika. Selain itu pembelajaran matematika membutuhkan pemahaman
konsep yang lebih ditekankan pada keterampilan mengolah dan
menyelesaikan soal dengan rumus
–
rumus tertentu. Untuk memperoleh
pemahaman konsep terutama keterampilan mengolah dan menyelesaikan soal
dengan rumus
–
rumus itu diperlukan metode dan media tertentu yang
mampu membantu memudahkan siswa dalam memperoleh keterampilan dan
pemahaman konsep yang diinginkan.
Marti
mengemukakan bahwa, meskipun matematika dianggap
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, namun setiap orang harus mempelajari
karena merupakan
sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari.
3
menghitung dan yang terpenting
adalah kemampuan melihat serta
menggunakan hubungan-hubungan yang ada.
4Dalam pembelajaran matematika perlu adanya kemampuan dalam
menghitung agar siswa dapat menyelesaikan soal-soal matematika. Dalam
pelaksanaannya di MINU Wedoro, Materi perkalian masih dianggap sulit,
dari hasil wawancara ternyata masih banyak siswa yang mendapat nilai
dibawah kriteria ketuntasan minimal, yaitu sebanyak 14 siswa dari jumlah
keseluruhan siswa di kelas yakni 27 siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil post
test dan PR siswa.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah,
memberikan contoh benda dengan menggambar di papan tulis dan penugasan.
Rendahnya kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung perkalian
sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari
kemampuan menghitung pada pra siklus. Hasil nilai ketuntasan kemampuan
siswa dalam menghitung perkalian sebesar 48%. Menurut Ngalim Purwanto
jika mendapat prosentase
≤
55% maka dalam kategori tidak lulus. Dari
keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kemampuan
menghitung siswa kelas II MINU Wedoro pada mata pelajaran matematika
materi perkalian masih rendah dan berada pada kategori tidak lulus. Sehingga
perlu adanya perbaikan.
Untuk menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas, guru
seringkali menemukan kesulitan dalam memberikan materi pembelajaran.
4
4
Khususnya bagi guru matematika dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah
masih menunjukkan kekurangan dan keterbatasan, terutama dalam
memberikan gambaran konkret dari materi yang disampaikan, sehingga hal
tersebut berakibat langsung kepada rendah dan tidak meratanya kualitas hasil
yang dicapai oleh para siswa. Kondisi semacam ini akan terus terjadi selama
guru matematika masih menganggap bahwa dirinya merupakan sumber
belajar bagi siswa dan mengabaikan peran media pembelajaran.
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik
ke tujuan. Disini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar
yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Suasana
belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik
biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang
harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama dikursi
merekamasing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya
tujuan pengajaran.
5Berdasarkan kesulitan yang sebagian besar dialami oleh siswa,
peneliti perlu kiranya mencari solusi untuk mengatasinya. Untuk itu perlu
dicarikan cara yang dapat mengatasi kesulitan belajar dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam menghitung perkalian tersebut. Caranya dengan
mendekatkan pembelajaran matematika dengan situasi kehidupan sehari-hari
5
5
sehingga pelajaran matematika akan dapat menyenangkan siswa dan tidak
menakutkan bagi siswa.
Pembelajaran matematika di MI sebaiknya menggunakan media atau
alat peraga dan media yang digunakan lebih baik adalah media konkrit. Alat
peraga atau media tidak harus mahal. Meskipun hanya sederhana tetapi sesuai
dengan materi pelajaran akan menjadikan pembelajaran yang bermakna.
Menurut pramudjono alat peraga matematika, adalah benda konkret yang
dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja digunakan untuk membantu
menanamkan atau mengembangkan konsep matematika.
6Pemakaian
media
dalam
proses
pembelajaran
akan
dapat
membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, serta membawa pengaruh psikologis terhadap
siswa dan juga dapat berguna untuk membangkitkan gairah belajar,
memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Media dapat meningkatkan pengetahuan, memperluas
pengetahuan, serta memberikan fleksibilitas dalam penyampaian pesan.
Selain itu media juga berfungsi sebagai alat komunikasi sebagai sarana
pemecahan masalah dan sebagai sarana pengembangan diri.
7Harus kita akui bahwa media memberikan kontribusi positif dalam
suatu proses pembelajaran. Pembelajaran yang menggunakan media yang
6
Rostina Sundayana,Media dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika, (Bandung: Alfabeta, 2015) hal 7
7
6
tepat, akan memberikan hasil yang optimal bagi pemahaman siswa terhadap
materi yang sedang dipelajarinya.
Menurut Kemp (1994: 43), kontribusi media dalam pembelajaran
adalah:
1. Penyampaian pembelajaran dapat lebih terstandar.
2. Pembelajaran dapat lebih menarik.
3. Waktu penyampaian pembelajaran dapat diperpendek.
4. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
5. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun
diperlukan.
6. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan.
7. Peran guru berubah ke arah yang positif.
8Dalam meningkatkan kemampuan menghitung materi perkalian
diperlukan media yang tepat. Salah satu media yang tepat dalam mata
pelajaran matematika materi perkalian di kelas II adalah menggunakan media
congklak. Media congklak sangat membantu dalam proses belajar mengajar,
siswa tidak hanya mendengar penjelasan dari guru, akan tetapi siswa
langsung mempraktekkan atau mencoba melakukan operasi hitung perkalian
dengan media congklak. Dengan siswa melakukan sendiri maka siswa lebih
memahami materi dan terus teringat dan akan tertanam lama di memori.
8
7
Adapun untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam
pembelajaran matematika, peneliti menggunakan metode tanya jawab.
Dengan metode tanya jawab, siswa akan lebih aktif dalam menggali informasi
dan konsep matematika terutama konsep pengukuran waktu itu sendiri.
Tujuan akhir dari meningkatnya motivasi siswa tidak lain adalah peningkatan
hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.
Dari uraian di atas maka peneliti akan mengadakan penelitian
tindakan kelas dengan judul “
Peningkatan Kemampuan Melakukan
Operasi Hitung Perkalian Pada Siswa Kelas II MINU Wedoro Waru
Sidoarjo Melalui Media Congklak”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan media congklak pada pembelajaran matematika
materi operasi hitung perkalian siswa kelas II di Minu Wedoro?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan melakukan operasi hitung perkalian
melalui media congklak pada siswa kelas II MINU Wedoro?
C. Tindakan yang Dipilih
Dengan menggunakan Teknik Permainan Congklak maka siswa bisa
lebih memahami materi karena siswa bisa langsung mencoba mengoperasikan
hitungan Perkalian. Dengan melakukan sendiri siswa mendapatkan
pengalaman yang nantinya akan tertanam lama di memori siswa. Berbeda
8
tertarik dan sulit untuk memahami materi. Dengan media Congklak siswa
lebih tertarik untuk memperhatikan dan bahkan membuat siswa ingin
mencobanya.
D. Tujuan Pernelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui penerapan media congklak pada pembelajaran
matematika materi operasi hitung perkalian siswa kelas II di Minu
Wedoro.
2. Untuk mengetahui peningkaatan kemampuan melakukan operasi hitung
perkalian melalui media congklak pada siswa kelas II MINU Wedoro.
E. Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada penggunaan Teknik Permainan
Congklak terhadap hasil belajar siswa kelas II MINU Wedoro pada mata
pelajaran matematika materi tentang Operasi hitung Perkalian, dengan
membahas kompetensi dasar 3.1 yakni melakukan perkalian bilangan yang
hasilnya bilangan dua angka.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat
menekan biaya seminimal mungkin dalam melakukan penelitian dibidang
pendidikan, sebab dalam Penelitian Tindakan Kelas tidak diperlukan sampel
dalam jumlah besar, analisis data dilakukan secara kualitatif, dan peneliti,
9
penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran dan menilainya apakah
strategi atau metode serta penggunaan alat peraga itu efektif atau tidak dalam
meningkatkan kualitas belajar para siswa.
Secara khusus Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dapat
memberikan manfaat bagi:
1. Guru
Dalam pelaksanaan belajar mengajar penelitian tindakan kelas, maka
guru sebagai peneliti sedikit demi sedikit mengetahui strategi, media
ataupun metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi
dasar pembelajaran. Selain itu guru dapat menyadari bahwa dalam
menciptakan kondisi pembelajaran selain penggunaan metode, strategi dan
media juga diperlukan kreatifitas yang tinggi sehingga apa yang
diterapkan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang sedang belajar.
2. Siswa
Adanya pelaksanaan tindakan kelas maka akan membantu siswa yang
bermasalah atau mengalami kesulitan belajar. Dengan adanya tindakan
yang baru dari guru akan memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam
proses belajar mengajar, mengembangkan daya nalar serta mampu untuk
berfikir lebih kreatif, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran.
a. Sekolah
Adapun manfaat PTK sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan
10
digunakan sebagai referensi dalam memilih dan menerapkan suatu
strategi, metode atau media yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika di MI/SD
1. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran Matematika merupakan suatu upaya untuk
memfasilitasi, mendorong, dan mendukung siswa dalam belajar
Matematika. Banyak orang yang tidak menyukai Matematika, termasuk
siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Mereka menganggap
Matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. Anggapan ini
membuat mereka merasa malas untuk belajar Matematika.
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman
latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi
segenap aspek organisme atau pribadi. Belajar mengajar adalah suatu
kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang
terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif
dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran
dilakukan.1
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dilakukan secara
sadar dan bertujuan. Tujuan ini yang menjadi arah ke mana proses belajar
1
12
mengajar tersebut akan di bawa. Proses belajar mengajar akan berhasil jika
mampu memberikan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai sikap dalam diri siswa.
Walaupun belajar dan mengajar adalah dua hal yang berbeda,
keduanya saling berkaitan. Mengajar akan lebih efektif jika kemampuan
berpikir anak diperhatikan. Karena itu perhatian ditujukan kepada
kesiapan struktur kognitif siswa. Adapun struktur kognitif mengacu pada
organisasi pengetahuan atau pengalaman yang telah dikuasai siswa yang
memungkinkan siswa itu dapat menangkap konsep-konsep baru termasuk
konsep Matematika.
Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan
siswa yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika
pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan
berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan
berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar
secara efektif dan efisien.
Siswa sekolah dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun
sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase
operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah
logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.2
2
13
Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi
reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan
suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajarann dikelas.
Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal yang baru bagi
orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan
tersebut merupakan sesuatu hal yang baru.
Menurut Bruner (Ruseffendi, 1991) dalam metode penemuannya
mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya.
“Menemukan” di sini terutama adalah “menemukan lagi” (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru(invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu.3
Pembelajaran matematika harus memberikan siswa situasi masalah yang dapat mereka bayangkan atau memiliki hubungan dengan dunia nyata.Mathematics is beautiful and useful creation of the human mind and spirit “Matematika adalah sebuah kreasi yang indah dan berguna dalam pikiran dan jiwa manusia”.4
3
Ibid hal 4 4
14
Tujuan Matematika yang tercantum dalam pedoman penyusunan KTSP di SD / MI adalah agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut :5
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari Matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
15
informasi dalam berbagai cara. 5) meningkatkan kemampuan berpikir logis dan ketelitian. 6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika MI/SD
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar
meliputi aspek-aspek yakni aspek bilangan, geometri dan pengolahan data.
Menurut Depdiknas, 2006. Cakupan bilangan antara lain bilangan dan
angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun
dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan
berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan
petbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan
pengukuran.
Pada kelas II MI, materi sebagian besar membahas tentang operasi
hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Untuk lebih
jelasnya tentang materi yang diajarkan di kelas II MI dapat dapat dilihat
dari tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matenatika Kelas II Semester No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
I
1. Bilangan
Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 1.1 Membandingkan bilangan sampai 500 1.2 Mengurutkan bilangan sampai 500 1.3
Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan 1.4
Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500
16
Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah
Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam 2.2
Menggunakan alat ukur panjang tidak baku dan baku (cm, m) yang sering digunakan
2.3
Menggunakan alat ukur berat
2.4
Menyelesaikan masalah yang berkitan dengan benda
II
3. Bilangan
Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
3.1
Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka 3.2
Melakukan pembagian bilangan dua angka 3.3
Melakukan operasi hitung campuran
4. Geometri dan Pengukuran
Mengenl unsur-unsur bangun datar sederhana
4.1
Mengelompokkan bangun datar
4.2
Mengenal sisi bangun datar 4.3
Mengenal sudut-sudut bangun datar
Sedangkan dalam kurikulum 2013, materi perkalian masuk dalam:
Tema 2 : Bermain di Lingkunganku
Sub Tema 2 : Bermain di Rumah Teman
Sub Tema 3 : Bermain di Lingkungan Sekolah
Sub Tema 4 : Bermain di Tempat wisata
Kompetensi Dasar : 3.2 Mengenal operasi perkalian dan pembagian
pada bilangan asli yang hasilnya kurang dari 100
yang melalui kegiatan eksplorasi menggunakan
17
3. Operasi Hitung Perkalian
Operasi hitung bilangan yang kita kenal di Sekolah dasar ada empat macam, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Perkalian adalah operasi matematika penskalaan satu bilangan dengan bilangan lain. Operasi ini adalah salah satu dari empat operasi dasar di dalam aritmetika dasar (yang lainnya adalah perjumlahan, pengurangan, dan pembagian).
Pada prinsipnya perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang misalnya a, 3 dikali 4 (seringkali dibaca "3 kali 4") dapat dihitung dengan menjumlahkan 3 salinan dari 4 bersama-sama:3 x 4 = 3 + 3 + 3 + 3 = 12. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang baru dimiliki siswa sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan.
Perkalian termasuk topik yang sulit untuk dipahami sebagian siswa. Ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang duduk di tingkatan tinggi Sekolah Dasar belum menguasai topik perkalian ini, sehingga mereka banyak mengalami kesulitan dala mempelajari topik matematika yang lebih tinggi.6
Contoh Perkalian dengan cara bersusun pendek a. Perkalian suatu bilangan dengan satu angka
Contoh : 1) 25 × 6 = .... 2) 426 × 4 = ....
6
18
Gambar 2.1 Perkalian bilangan dengan satu angka
b. Perkalian suatu bilangan dengan dua angka Contoh :
1) 25 × 24 = .... 2) 364 × 32 = ....
Gambar 2.2 Perkalian bilangan dengan dua angka
c. Perkalian suatu bilangandengan tiga angka 1) 421 × 179 = ....
[image:30.612.179.462.104.239.2]
19
Gambar 2.3 Perkalian bilangan dengan tiga angka
Perkalian juga dapat digunakan untuk menghitung jumlah persegi berikut:7
10
2 x 10 = 20 10
Contoh perkalian dengan menggunakan sifat komulatif dan assosiatif adalah:8
a. Sifat komulatif perkalian
p x q = q x p misalnya; 3 x 2 = 2 x 3 b. Sifat assosiatif
( p x q ) x r = p x ( q x r ) misalnya ( 2 x 3 ) x 4 = 2 x ( 3 x 4 ) Elemen identitas pada perkalian adalah 1.
Misalnya : p x 1 = 1 x p = p a x 0 = 0 x a = 0
7
http://mastugino.blogspot.co.id/2012/10/operasi-hitung-perkalian-dan-pembagian.html diakses pada tanggal 25 Nopember 2015
8
20
1 x 0 = 0 x 1 = 0 a x1 = = 1
2 x1
2 =22 = 1
Perkalian dua bilangan bulat atau rasional dimana kedua bilangan positif atau negatif hasilnya adalah positif (+) contohnya:
3a x 2a = 6 a2
(-2a) x (-3b) = + 6 ab
Perkalian dua bilangan bualat atau rasional, dimana salah satu bilangan negatif atau positif hasilnya adalah negatif (-) contoh:
(-3a) x 2a = -6a2 2 x
(
) =
= -1
Perkalian yang bersifat distribusi terhadap penumlahan ( p x q ) + ( p x r ) = p x ( q + r ) = pq + pr contoh:
(
x
) + (
x
) = x ( + )
=
x 1 =
2 x ( 3p + 3 ) = ( 2 x 3p ) + ( 2 x 3 ) = 6p + 6
B. Peningkatan Kemampuan Melakukan Operasi Hitung Perkalian 1. Definisi Kemampuan
21
peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.9
Kemampuan berasal dari kata mampu yang mempunyai arti dapat atau bisa, kemampuan disebut juga kompetensi. Kemampuan berarti juga “menguasai”. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan.10
Kemampuan merupakan hal telah ada dalam diri kita sejak lahir. Kemampuan yang ada pada diri manusia juga bisa disebut dengan potensi. Potensi yang ada pada manusia pada dasarnya bisa diasah. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan kecakapan setiap individu untuk menyelesaiakan pekerjaannya atau menguasa hal-hal yang ingin dikerjakan dalam suatu pekerjaan, dan kemampuan juga dapat dilihat dari tindakan tiap-tiap individu.
Berhitung adalah cabang matematika yang berhubungan dengan sifat bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran dan keterampilan aljabar termasuk operasi hitung.11 Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung adalah
9
http://www.duniapelajar.com/2014/08/08/pengertian-peningkatan-menurut-para-ahli/ diakses pada tanggal 26 Nopember 2015
10
Tim Reality,Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk SD&SMP, (Surabaya : Reality Publisher, 2008) hal 163
11
Dewa Ketut Sukardi dalam Sulis dalam enik,Peningkatan Kemampuan Berhitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Dengan Menggunakan Media Garis Bilangan pada Mata
22
kemampuan yang memerlukan penalaran dan keterampilan belajar termasuk operasi hitung yang diperlukan dalam semua aktifitas kehidupan manusia sehari-hari.
Peneliti berupaya meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan operasi hitung perkalian dan pembagian melalui teknik permainan congklak. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini, peneliti mengadakan kegiatan pembelajaran dengan disertai pemberian bimbingan secara langsung terhadap peserta didik, dalam bentuk petunjuk, nasehat, ajakan, perintah, pemberian contoh atau latihan, agar peserta didik benar-benar belajar sehingga tercapai hasil belajar yang optimal.
2. Indikator Kemampuan
Kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran dan keterampilan aljbar termasuk operasi hitung. Sehingga kemampuan berhitung memiliki beberapa indikator yakni:
a. Mampu menyelesaikan soal
Siswa mampu mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh guru. Terkait dengan pengertian mampu bisa, cakap dalam menjalankan tugas dan cekatan
b. Mampu membuat soal dan penyelesaiannya
23
itu sendiri, yaitu kemampuan adalah kesanggupan untuk menguasai sesuatu.
c. Mampu menjelaskan cara menyelesaikan soal menggunakan media Siswa mampu menjelaskan cara menyelesaikan soal dengan menggunakan media yang digunakan dengan benar dan tanpa ragu-ragu untuk melakukannya.12
C. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa arab, media adalah perantara (
ﻞ ِﺋَﺎﺳ َو )
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.13Media pembelajaran merupakan alat bantu yang berfugsi untuk menjelaskan sebagian dari keseluruhan program pembelajaran yang sulit
12
Dewa Ketut Sukardi dalam Sulis dalam enik,Peningkatan Kemampuan Berhitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Dengan Menggunakan Media Garis Bilangan pada Mata
Pealajaran Matematika Siswa Kelas II MI Mambaul Hikmah Mojokerto,skripsi (Surabaya:UINSA, 2015) hal 16-17
13
24
dijelaskan secara verbal. Materi pembelajaran akan lebih mudah dan jelas jika pembelajaran dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran. Maka media pembelajaran tidak untuk menjelaskan keseluruhan materi pelajaran, tetapi sebagian yang belum jelas saja. Ini sesuai fungsi media yaitu sebagai penjelas pesan.14
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.
Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sejalan dengan uraian ini, Yunus dalam bukunyaAttarbiyatu watta’liimmengungkapkan sebagai berikut:
ن ا
....
ﻊ ﻤ ﺳ ﻦ ﻤ ﻛ ء ر ﺎﻤ ﻓ
Maksudnya : bahwasanya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman.... orang
yang mendengar saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya
bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang
14
25
melihat, atau melihat dan mendengarnya. Selanjutnya, Ibarahim menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena:
د ّ
...
...
Maksudnya: media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan mamperbarui semangat
mereka... membantu memantapkan pengetahuan pada benar para siswa
serta menghidupkan pelajaran.15
2. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan teknologi oleh Seels & Glasgow dibagi ke dalam dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir.
a. Pilihan Media Tradisional
1) Visual diam yang diproyeksikan
a) Proyeksiopaque (tak tembus pandang) b) Proyeksioverhead
c) Slides
d) Filmstrips
2) Visual yang tak diproyeksikan a) Gambar, poster
15
26
b) Foto
c) Charts,grafik, diagram
d) Pameran, papan info, papan-bulu 3) Audio
a) Rekaman piringan b) Pita kaset,reel, cartridge
4) Penyajian multimedia a) Slide plus suara ( tape) b) Multi-images
5) Visual dinamis yang diproyeksikan a) Film
b) Televisi c) Video 6) Cetak
a) Buku teks
b) Modul, teks terprogram
c) Workbook
d) Majalah ilmiah, berkala e) Lembaran lepas (hand-out)
7) Permainan a) Teka-teki b) Simulasi
27
8) Realita a) Model
b) Specimen(contoh)
c) Manipulatif (peta, boneka) b. Pilihan Media Teknologi Mutakhir 1) Media berbasis telekomunikasi
a) Telekonferen b) Kuliah jarak jauh
2) Media berbasis mikroprosesor a) Computer-assisted intruction
b) Permainan komputer c) Sistem tutor intelijen d) Interaktif
3) Hypermedia
a) Compact(video)disc16
Angkowo dan kosasih berpendapat bahwa salah satu fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu pembelajaran yang ikut mempengaruhi situasi, kondisi, dan lingkungan belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diciptakan dan didesain oleh guru. Selain itu media dapat memperjelas pesan agar tidak terlalu bersifat verbal (dalam bentuk kata tertulis dan kata lisan belaka). Memanfaatkan
16
28
media secara tepat dan bervariasai akan dapat mengurangi sikap pasif siswa.17
3. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media pembelajaran cukup luas dan banyak, namun secara lebih rinci dan utuh. Media pembelajaran berfungsi untuk:
a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran b. Meningkatkan gairah belajar siswa
c. Meningkatkan minat dan motivasi belajar
d. Menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan e. Mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam
f. Mengefektifkan proses kumunikasi dalam poembelajaran g. Meningkatkan kualitas pembelajaran
Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera yakni:
1) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model
2) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar
17
29
3) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dll) dapat divisualkan dalam bentuk fil, film bingkai, gambar dll. c. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi pasif anak didik. Dalam hal ini media berguna untuk: 1) Menimbulkan kegairahan belajar
2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan
3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya
d. Dengan sifat yang unik pada seriap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangakan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semua itu diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran yaitu dengan kemampuannya dalam:
1) Memberikan perangsangan yang sama 2) Mempersamakan pengalaman
3) Menimbulkan presepsi yang sama18
Dari berbagai fungsi media diatas, tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran ini dibangun melalui komunikasi yang efektif. Sedangkan komunikasi efektif hanya
18
30
terjadi jika menggunakan alat bantu sebagai perantara interaksi antara guru dan siswa. Oleh karena itu, fungsi media adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan indikator semua materi tuntas disampaikan dan opeseta didik memahami secara lebih mudah dan tuntas.19
D. Congklak
1. Pengertian Congklak
[image:41.612.137.507.217.569.2]Congklak atau Dakon merupakan permainan tradisional yang menggunakan bidang panjang dengan tujuh cekungan pada masing-maisng sisi dan dua cekungan yang lebih besar dibagian di bagian tengah yang kiri dan kanan yang disebut sebagai lumbung. Cekungan pada sisi diisi dengan biji-bijian (bisa biji sirsak atau biji sawo) atau batu kerikil namun ada pula biji congklak yang berasal dari cangkang kerang laut berbentuk bulat agak oval atau tiruannya berbahan plastik berbentuk.20
Gambar 2.4 Media congklak dan biji congklak
2. Teknik permainan congklak
Adapun teknik permainan congklak dijelaskan sebagai berikut: a. Pemain terdiri dari dua orang anak.
19
Musfiqon,Pengemabangan Media & Sumber Pembelajaran,(Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2012) hal 35
20
31
b. Sebuah papan congklak dan biji congklak sebanyak 7 x 7 x 2 biji atau keseluruhannya sebanyak 98 biji.
c. Pemain saling berhadapan dan papan congklak diletakkan di tengah-tengah secara membujur.
d. Setiap pemain memiliki satu lubang lumbung di sebelah kirinya dan tujuh lubang kecil.
e. Pemain memilih salah satu cekungan yang ada pada sisi terdekatnya, mengambil bijinya dan membagikan satu persatu tanpa mengisi lumbung.
f. Jika biji congklak terakhir ditangan masuk ke dalam lubang kecil yang kosong, pemain dinyatakan mati bermain dan digantikan oleh pemain lawan.
32
h. Pemain lawan yang melanjutkan permainan dan bebas memilih biji congklak dari lubang kecilnya sendiri untuk di gulirkan.
i. Permainan tahap pertama berakhir, jika biji congklak yang terdapat di lubang kecil sudah habis. Dengan catatan, pemain yang terakhir menggulirkan biji congklak menjadi pemain yang akan memainkan permainan pada tahap berikutnya.
j. Setelah permainan congklak tahap pertama berakhir, seluruh biji congklak tersimpan di lumbung dikeluarkan dan di hitung.
k. Setiap lubang kecil kepunyaan sendiri diisi kembali dengan biji congklak yang berasal dari lumbung tadi, setiap lubang tetap sebanyak tujuh butir.
l. Jika lubang kecil yang terisi biji congklak hanya lima lubang, dua lubang yang tidak terisi dianggap sudah mati dan tidak dipergunakan untuk bermain. Sementara yang tersisa misalnya lima butir disimpan ke dalam lumbung. Dengan catatan, lubang yang mati dapat dipergunakan lagi, jika pada tahap berikutnya dapat disembuhkan dengan memberi biji congklak sesuai persyaratan sebanyak tujuh butir per lubang.
m. Permainan dilanjutkan kembali dan yang menjadi pemain adalah pemain yang memegang kendali terakhir tahap pertama tadi.
33
pada kelima lubang sehingga per lubangnya menjadi satu butir dan satu lubang mati. Berikut juga, keenam lubang kecil milik kita pun diisi per lubangnya satu butir biji congklak juga. Lalu permainan dilanjutkan seperti biasa.
o. Permainan congklak berakhir, jika pemain lawan sudah tidak memiliki simpanan biji congklak lagi untuk bermain.
p. Pemain yang berhasil memiliki seluruh biji congklak dinyatakan sebagai pemenang dalam permainan congklak ini.21
3. Implementasi Permainan Congklak Terhadap Operasi Hitung Perkalian adalah sebagai berikut:
a. Guru memberikan contoh soal 3 x 4 = 4 + 4 + 4 = 12.
b. Bilangan 4 adalah jumlah biji congklak dan bilangan 3 adalah jumlah lubang congklak yang akan dimasuki biji congklak.
c. Siswa mengambil biji congklak sebanyak 4 biji kemudian dimasukkan ke dalam lubang pertama, kemudian mengambil 4 biji congklak lagi yang kemudian dimasukkan ke lubang congklak yang kedua, dan terakhir siswa mengambil 4 biji congklak dan dimasukkan ke lubang congklak yang ketiga.
d. Siswa menghitung jumlah semua biji congklak di ketiga lubang.
4. Kekurangan Dan Kelebihan Media Congklak
Kelebihan penggunaan media congklak dalam melakukan operasi hitung perkalian adalah sebagai berikut:
21
34
a. Tidak memerlukan biaya yang sangat besar, murah meriah.
b. Siswa akan lebih senang dan enjoy dalam belajar matematika, walaupun dikemas dalam bentuk permainan tetapi tidak meninggalkan tujuan pembelajaran.
c. Dapat meningkatkan daya kreativitas siswa, baik dari aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik.
d. Menjalin rasa kebersamaan dan daya saing yang sportif antar siswa dalam pembelajaran kelompok.
e. Dalam kurun waktu 1 kali pertemuan konsep perkalian dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa.
f. Mengenalkan permainan tradisional yang bisa diimplementasikan pada pelajaran lain, contohnya adalah Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), Bahasa Daerah, PKn, dan sebagainya, sesuai dengan tema yang ada di pelajaaran Tematik.
Sedangkan kekurangan dari media congklak dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung perkalian adalah:
a. Belum semua siswa dan guru mengerti tentang alat permainan congklak ini.
b. Media pembelajaran ini mudah rusak.
c. Belum tentu di semua daerah mengenal permainan ini karena congklak merupakan permainan tradisional daerah Jawa.22
22
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti Kemampuan melakukan operasi hitung perkalian melalui media congklak materi tentang Operasi hitung Perkalian dan pembagian pada siswa kelas II MINU Wedoro. Jadi, penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.
Istilah penelitian tindakan kelas berasal dari kata action research
dalam bahasa inggris. Beberapa istilah lain yang sama-sama diterjemahkan dari kata action reserach , adalah riset aksi, kaji tindak, dan riset tindakan. Menurut Kemmis, PTK adalah sebuah bentuk inquiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan). Sedangkan menurut Ebbutt, PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.1
Dari definisi para pakar dapat disimpulkan Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
1
36
Tindakan kelas ini menggunakan PTK model Kurt Lewwin. Model Kurt Lewwin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian, karena dialah yang pertama kali memperkenalkanAction Research.2
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewwin terdiri dari empat komponen yaitu:
1. Perencanaan(Planning)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat instrument penelitian dan perangkat pembelajaran untuk merekam dan menganalisis data proses dan hasil tindakan, serta mempersiapkan fasilitas pendukung yang diperlukan
2. Pelaksanaan(Acting)
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah guru melakukan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
3. Pengamatan(Observing)
Tahap ketiga ini, yaitu kegiatan yang harus dilakukan adalah:
a. Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
37
c. Mengamati pemahaman pada tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai PTK
4. Refleksi(Reflecting)
Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap keempat yakni sebagai berikut:
a. Mencatat hasil observasi b. Mengevaluasi hasil observasi c. Menganalisis hasil pembelajaran
d. Mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK selesai
[image:48.612.136.507.230.639.2]Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti gambar dibawah ini:3
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Tindakan Model Kurt Lewwin
B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian
3
38
1. Setting Penelitian a. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas IIC MINU Wedoro Kecamatan Waru Sidoarjo
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada hari senin, 4 Januari 2016 dan hari selasa, 20 Januari 2016 semester II tahun pelajaran 2015/2016 c. Siklus Penelitian
PTK ini dilakukan melalui 2 (dua) siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur yaitu perencanaan, aksi atau tindakan, observasi dan refleksi. Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan kemampuan melakukan operasi hitung perkalian siswa MINU Wedoro.
2. Subjek Penelitian
Subyek Penelitian adalah siswa kelas IIC dengan siswa berjumlah 27 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan yang kurang aktif serta kemampuan dalam melakukan operasi hitung perkalian yang rendah dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan operasi hitung.
C. Variabel Penelitian
Variabel yang menjadi sasaran dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Variabel input : Siswa kelas IIC MINU Wedoro Waru 2. Variabel proses : Media permainan congklak
39
hitung perkalian
D. Rencana Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat langkah kegiatan, yaitu perencanan, pelaksanaan, pengumpulan data, dan refleksi. Masing-masing tahap dijelaskan sebagai berikut:
1. Siklus 1
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan dilawali dengan mengidentifikasi masalah kemudian menganalisa dan merumusakan masalah, setelah itu dilanjutkan dengan persiapan pelaksanaan, antara lain:
1) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) 2) menyusun ringkasan materi
3) menyusun lembar observasi proses 4) menyusun soal tes dan kunci jawaban 5) menyusun kriteria penilaian
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan urutan pelaksanaan sebagai berikut:
40
c) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran ( psikis: guru memberikan senyuman dan menyapa dengan berkata bagaimana kabarnya hari ini?. Fisik: guru mengabsen kehadiran siswa
d) Guru memimpin bernyanyi lima jari tanganku sampai selesai e) Apersepsi yakni dengan memberikan pertanyaan sederhana
untuk mengingatkan siswa tentang perkalian
f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 2) Kegiatan Inti (85 menit)
a) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok besar b) Guru menjelaskan tentang perkalian
c) guru membagikan congklak ke masing-masing kelompok
d) Guru menjelaskan cara melakukan media congklak untuk menghitung perkalian
e) Guru melakukan tanya jawab terhadap siswa tentang perkalian yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan berhitung menggunakan congklak seperti ibu mempunyai 3 kotak buah jeruk masing-masing kotak berisi 4 jeruk, berapa jumlah semua jeruk?
41
g) Guru membagikan lembar kerja ke masing-masing kelompok dan guru berkeliling ke setiap kelompok untuk mengawasi dan mengarahkan jalannya diskusi
h) Perwakilan setiap kelompok maju untuk menjelaskan cara menyelesaikan salah satu soal dengan menggunakan media congklak
i) Guru memberikan bintang bagi kelompok yang menyelesaikan soal dengan benar dan tepat
j) siswa mengerjakan soal post test. 3) Kegiatan Penutup (10 menit)
a) Siswa bersama guru mereview materi yang telah dipelajari b) Guru memberikan tindak lanjut berupa PR di LKS
c) Siswa dan guru mengucapkan Hamdalah bersama menutup pelajaran
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini Observasi dilaksanakan pada saat pelaksanaan pembelajaran. dengan kegiatan pengamatan dan pencatatan terhadap pelaksanaan tindakan yang dialakukan mulai awal sampai akhir pembelajaran. Dengan menggunakan lembar observsi yang telah disiapkan. Peneliti juga mencatat hal – hal penting selama pembelajaran berlangsung yang tidak tertampung di dalam lembar
42
pelaksanaan tindakan berjalan sesuai dengan rencana dan apakah tujuan yang diaharapkan bisa tercapai.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan refleksi untuk memahami dan memaknai segala sesuatu yang terjadi dalam proses dan hasil yang diperoleh akibat tindakan perbaikan yang telah dilakukan pada siklus I. pada tahap ini dilakukan analisis data dan temuan – temuan yang terkait dengan keberhasilan, hambatan, dan kekurangan, sedangkan
kekurangan – kekurangan akan diperbaiki pada siklus II.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan dilawali dengan mengidentifikasi masalah
kemudian menganalisa dan merumusakan masalah, setelah itu
dilanjutkan dengan persiapan pelaksanaan, antara lain:
1) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
2) menyusun ringkasan materi
3) menyusun lembar observasi proses
4) menyusun soal tes dan kunci jawaban
5) menyusun kriteria penilaian
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas
sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan urutan pelaksanaan
43
1) Kegiatan Awal (10 menit) a) Guru mengucapkan salam b) Guru dan siswa berdoa bersama
c) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran ( psikis: guru memberikan senyuman dan menyapa dengan berkata bagaimana kabarnya hari ini?. Fisik: guru mengabsen kehadiran siswa
d) Guru memimpin bernyanyi lima jari tanganku beserta gerakan sampai selesai
e) Apersepsi yakni dengan memberikan pertanyaan sederhana tentang perkalian
f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 2. Kegiatan Inti (85 menit)
a) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok besar
b) Guru menjelaskan tentang menghitung perkalian dengan menggunakan media congklak
c) guru membagikan congklak ke masing-masing kelompok
d) Guru menjelaskan cara melakukan media congklak untuk menghitung perkalian
44
jeruk masing-masing kotak berisi 4 jeruk, berapa jumlah semua jeruk?
f) Guru memanggil satu persatu siswa untuk mempraktekkan penggunaan media congklak dalam menghitung perkalian, masing-masing mendapatkan waktu 2 menit dalam menggunakan media
g) Guru membagikan lembar kerja ke masing-masing kelompok dan guru berkeliling ke setiap kelompok untuk mengawasi dan mengarahkan jalannya diskusi
h) Masing-masing kelompok membuat soal cerita tentang perkalian kemudian soal tersebut ditukar ke kelompok lain
i) Perwakilan setiap kelompok maju untuk menjelaskan cara menyelesaikan salah satu soal dengan menggunakan media congklak
j) Guru memberikan bintang bagi kelompok yang menyelesaikan soal dengan benar dan tepat
k) siswa mengerjakan soal post test. 3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a) Siswa bersama guru mereview materi yang telah dipelajari b) Guru memberikan tindak lanjut berupa PR di LKS
c) Siswa dan guru mengucapkan Hamdalah bersama menutup pelajaran
45
Pada tahap ini Observasi dilaksanakan pada saat pelaksanaan pembelajaran. dengan kegiatan pengamatan dan pencatatan terhadap pelaksanaan tindakan yang dialakukan mulai awal sampai akhir pembelajaran. Dengan menggunakan lembar observsi yang telah disiapkan. Peneliti juga mencatat hal – hal penting selama pembelajaran berlangsung yang tidak tertampung di dalam lembar
observasi . Tujuannya dari observasi adalah untuk mengetahui apakah
pelaksanaan tindakan berjalan sesuai dengan rencana dan apakah
tujuan yang diaharapkan bisa tercapai.
c. Tahap Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus
kedua seperti pada siklus pertama, serta menganalisis untuk membuat
kesimpulan atau pelaksanaan pembelajaran dengan media congklak
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan operasi
hitung perkalian kelas II pada semester genap di MINU Wedoro.
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini ini adalah:
a. Siswa
Untuk melihat tingkat kemampuan melakukan operasi hitung
perkalian melalui teknik permainan congklak terhadap kegiatan proses
belajar
46
Untuk mendapatkan data selama kegiatan belajar mengajar 2. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penentuan teknik pengumpulan data ini bergantung pada data yang diperoleh. Adapun pengumpulan data yang diperoleh untuk mengumpulkan data ini, peneliti menggunakan teknik antara lain:
a. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) utuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah tercapai sasaran. proses pengamatan atau pengindraan langsung terhadap kondisi, situasi, proses, dan prilaku saat proses pembelajaran berlangsung.4 Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan melakukan operasi hitung perkalian yang dilaksanakan guru dan peneliti.
47
siswa dalam pembelajaran dengan penggunaan teknik permainan congklak . Lembar observasi terlampir.
Kisi-kisi instrumen observasi aktifitas guru adalah sebagai berikut:
1) Persiapan
a) Persiapan fisik guru dalam mengajar
b) Persiapan perangkat pembelajaran yaitu RPP c) Persiapan media pembelajaran
2) Pelaksanaan Kegiatan
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik
b) Mengajak peserta didik mengingat kembali pelajaran sebelumnya
c) Memimpin bernyanyi satu ditambah satu sampai selesai d) Menyampaikan tujuan pembelajaran
e) Menjelaskan tentang perkalian
f) Melakukan tanya jawab terhadap siswa tentang perkalian yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari g) Menjelaskan cara melakukan teknik permainan
congklak untuk menghitung perkalian
48
i) Guru berkeliling ke setiap kelompok untuk mengawasi dan mengarahkan jalannya diskusi
j) Guru memberikan apresiasi bagi kelompok yang menyelesaikan soal dengan benar dan tepat
k) Guru memberikan waktu untuk peserta didik untuk mengerjakan soal post test
3) Pengelolaan waktu
a) Ketepatan waktu dalam mengajar sesuai dengan RPP 4) Suasana kelas
a) Aktif interaktif b) Kondusif
Hal-hal yang diamati pada aktifitas peserta didik sebagai berikut:
1) Persiapan
a) Persiapan fisik siswa dalam mengikuti pembelajaran b) Persiapan alat perlengkapan belajar
c) Persiapan performance siswa 2) Pelaksanaan Kegiatan
a) Siswa bernyanyi lagu lima jari tanganku
b) Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
49
d) Siswa menyimak penjelasan guru cara melakukan perkalian dengan menggunakan permainan congklak e) Siswa mencoba dengan serius menggunakan congklak
dalam menghitung perkalian
f) Siswa menjawab pertanyaan lisan dari guru setelah menghitung perkalian dengan congklak
g) Siswa mengerjakan soal kelompok
h) Siswa menggunakan congklak dalam mengerjakan soal kelompok
i) Siswa menjelaskan cara menyelesaikan salah satu soal dengan menggunakan teknik permainan congklak j) Siswa yang lain memberikan tanggapan atau sanggahan k) Siswa mendengarkan penguatan materi yang dijelaskan
oleh guru.
l) Siswa mengerjakan soal post test yang diberikan oleh guru
m) Siswa bersama guru mereview kembali materi yang telah dipelajari
n) Siswa bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa sebelum pelajaran ditutup
o) Siswa dan guru mengakhiri pembelajaran dengan doa bersama
50
Tes merupakan pengambilan data yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat dan lainnya dapat dilakukan sengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur penelitian.5
[image:61.612.139.507.258.558.2]Untuk mengukur kemampuan siswa dalam menghitung perkalian yaitu dengan menggunakan tes tulis dengan butir-butir soal atau instrumen soal untuk mengukur kemampuan melakukan operasi hitung perkalian dan ketuntasan belajar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ditentukan oleh peneliti. Tes yang diberikan berupa tes pembelajaran perkalian. Adapun Kisi-kisi dalam soal tes tulis adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 kisi-kisi soal tes tulis Standar Kompetensi
Kompetensi dasar Indikator Kemampuan
Nomor Soal Melakukan perkalian
dan pembagian bilangan sampai dua angka
a. Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka 1. Mampu menyelesaikan soal 2. Mampu menjelaskan cara menyelesaikan soal menggunakan media
3. Mampu membuat soal dan penyelesaiannya 1-2 3-4 5 c. Wawancara
51
informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, sebelum tindakan dan juga hasil dari tindakan yang telah dilakukan.6
Peneliti mengadakan wawancara dengan guru Matematika II MINU Wedoro Waru yang bernama Ibu Masrufah Choiroh, S.Pd. Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang jumlah siswa kelas II, nilai siswa tentang operasi hitung perkalian dan data tentang pendapat siswa mengenai proses belajar mengajar yang dialami. Lembar wawancara terlampir
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah laporan tertulis tentang suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa tersebut. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada lembaga sekolah sebagai penunjang data. Instrumen yang digunakan adalah lembar dokumentasi.
Dokumen terdiri dari silabus dan rencana pelaksaan pembelajaran, laporan-laporan diskusi, berbagai macam hasil ujian dan tes, laporan rapat, laporan tugas siswa, bagian-bagian dari buku
6
52
teks yang digunakan dalam pembelajaran, contoh essay yang ditulis siswa.7
3. Teknik Analisi Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah gabungan dari data kualitatif dan data kuantitatif. Dengan demikian analisis data dari penelitian ini adalah analisis deskripsi kualitatif dan deskripsi kuantitatif yakni:
a. Data Kualitatif
Data-data kualitatif yang diperlukan dalam penelitian ini dapat diperoleh melalui observasi kelas yang berupa lembar pengamatan aktivitas guru dan lembar pengamatan aktivitas siswa serta dan wawancara dengan guru yang bersangkutan
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang dapat diukur dan dihitung secara langsung, atau data yang berupa angka. Dalam penelitian ini, data kuantitaif berupa nilai observasi guru dan siswa, nilai rata-rata kelas untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam satu kelas pada suatu pembelajaran dan nilai prosentase ketuntasan kemampuan siswa dalam menghitung perkalian pada tiap siklus.
53
Data observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dianalisis dengan cara mencari prosentase aktivitas guru dan siswa yang diperoleh sebagai berikut:
P =
x 100
(Rumus 3.1) Keterangan :P = Nilai aktivitas guru/siswa X = Skor yang dicapai SMI = Skor maksimal ideal8 Kriteria Penilaian:
Baik : Nilai 80 – 100
Cukup : Nilai 60 – 79
Kurang : Kurang dari 609
Data tes kemampuan melakukan operasi hitung
Untuk menghitung nilai kemampuan siswa dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:10
Nilai kemampuan siswa = X1 + X2 + X3 N (Rumus 3.2)
Keterangan
X 1 = Mampu menyelesaikan soal
X2 = menjelaskan cara menyelesaikan soal
8
Wayan Nurkencana, Sunartana,Evaluasi Hasil Belajar,(Surabaya: Usaha Nasional, 1992). Hal 99
9
Kunandar,Penilaian Autetik, (Jakarta: Rajawali Press, 2014). Hal 130 10
54
menggunakan media
X 3 = membuat soal dan penyelesaiannya N = Jumlah skor maksimal
Adapun untuk menentukan ketuntasan hasil belajar dan ketuntasan kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung perkalian adalah sebagai berikut11:
P =
x 100%
(Rumus 3.3)
Keterangan:P = Prosentase ketuntasan T = Jumlah siswa yang tuntas X = Jumlah siswa seluruhnya
Setelah mendapat hasil berupa prosentase, kemudian hasilnya dapat ditafsirkan dengan kalimat sebagai berikut:
90% - 100% = Sangat Baik 80% - 89% = Baik
65% - 79% = Cukup 55% - 64% = Kurang
≤ 55% = TL (Tidak lulus atau gagal)
Kemudian untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar dan
kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung perkalian pada
setiap siklusnya dapat digunakan rumus sebagai berikut:
11
55
M
(Rumus 3.4)Keterangan :
M = Nilai rata-rata kelas
Σfx = Jumlah nilai siswa
N = Jumlah siswa12
Kriteria:
Sangat baik : 86 - 100
Baik : 76 – 85
Cukup : 60 - 75
Kurang : 55 – 59
Kurang Sekali : ≤ 5413
F. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat
tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau
memperbaiki mutu PBM dikelas.14 Maka diperlukan indikator sebagai
berikut:
1. Setelah dilakukan PTK ini akan terjadi peningkatan kemampuan
melakukan operasi hitung perkalian pada mata pelajaran matematika siswa
kelas II MiNU Wedoro dengan skor minimal 70 dan tuntas secara klasikal
12
Wayan Nurkencana, Sunartana,Evaluasi Hasil Belajar,(Surabaya: Usaha Nasional, 1992) hal 175
13
Ngalim Purwanto,Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hal 103
14
56
jika kelas tersebut terdapat≥ 85% siswa yang telah mencapai skor minimal 70.
2. Terlaksananya langkah-langkah penggunaan media congklak pada materi
perkalian bilangan yang hasilnya dua angka pada mata pelajaran
matematika kelas II di MINU Wedoro dengan hasil prosentase aktivitas
guru dan siswa sebesar ≥ 85
G. Tim Peneliti dan Tugasnya
Tim peneliti yang terlibat langsung dalam penelitian tindakan kelas ini
sebagai berikut :
1. Nama : Fitriyatul Af’idah
Jabatan : Mahasiswi Prodi PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya
Tugas : - Menyusun perencanaan pembelajaran
-