• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI BUANG SIAL MASYARAKAT ISLAM DI DESA TROWULAN KECAMATAN TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRADISI BUANG SIAL MASYARAKAT ISLAM DI DESA TROWULAN KECAMATAN TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT)

BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS IV SDI PLUS AL AZHAR MOJOKERTO

SKRIPSI

Oleh: RESTU DARA NIM. D07212031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Abstrak

Skripsi ini berjudul tentang tradisi buang sial atau ruwah desa masyarakat islam jawa di Desa Trowulan Kabupaten Mojokerto. Fokus permasalahan yang dibahas adalah: 1. Bagaimana keadaan Desa Trowulan Mojokerto dengan adanya tradisi buang sial? 2. Bagaimana bentuk pelaksanaan tradisi buang sial di Desa Trowulan Mojokerto? 3. Bagaimana Respon masyarakat terhadap tradisi buang sial di Desa Trowulan Mojokerto?

Skripsi ini menggunakan metode etnografi yakni metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dalam pengamatan langsung terhadap suatu peristiwa yang terjadi. Seperti tradisi buang sial di masyarakat islam jawa di trowulan mojokerto dengan melalui pendekatan antropologi. Yaitu melalui pendekatan dari masyarakat sekitar Trowulan. Teori yang digunakan yakni teori James G Frazer, batas akal yaitu akal kemampuan manusia sangat terbatas.

(8)

ABSTRACK

This thesis titled traditions pesky waste or village Ruwah Islamic community in the village Trowulan Java Mojokerto regency. Focus issues discussed are: 1. What is the state Trowulan village with their waste tradition unlucky? 2. What will the implementation of waste pesky tradition in the village Trowulan? 3. How does the public response against pesky waste tradition in the village Trowulan?

This thesis using ethnographic methods ie methods used in studies conducted in the direct observation of an event that occurred. As is tradition in the Islamic community waste pesky Java in Trowulan mojokerto through anthropological approach. Namely through the approach of the community around Trowulan. The theory used the theory of James G Frazer, namely reasonable limits of human ability is very limited sense.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ……… ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ……… iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ……… v

MOTTO ……… vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ……….... xiii

KATA PENGANTAR ………..... x

DAFTAR ISI ……….… xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. RumusanMasalah ……….. ….……... 4

C. TujuanPenelitian ………...……….... 5

D. KegunaanPenelitian …………..……….... 5

E. PendekatandanKerangkaTeoritik …………..…... 5

(10)

G. Metode Penelitian……….. .... 9

H. Sistematika Penelitian ………... 12

BAB II : DESA TROWULAN, MASYARAKAT DAN BUDAYANYA A. Letak Geografis Desa Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto ……….………... ... 14

B. Kondisi Sosial Desa Trowulan Kabupaten Mojokerto 1.Keadaan Penduduk ………....……... 15

2.Bidang Ekonomi ……….... 16

3.Bidang Keagamaan ………..……. 21

4.Bidang Kebudayaan ………..… 22

5.Bidang Pendidikan ……… 23

BAB III : RUANG LINGKUP TRADISI BUANG SIAL DI DESA TROWULAN A. Prosesi Tradisi Buang Sial Di Desa Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto ………...…… 26

B. Alat Kelengkapan Tradisi Buang Sial Di Desa Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto …...……. 44

C. Waktu Pelaksanaan Tradisi Buang Sial di DesaTrowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto …..….…. 48

(11)

BAB IV : SIKAP MASYARAKAT TERHADAP TRADISI BUANG SIAL

DI DESA TROWULAN KECAMATAN TROWULAN

KABUPATEN MOJOKERTO

A. Respon Masyarakat Dengan Adanya Tradisi Buang Sial di Desa Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto……….... 52 B. Nilai Sosial dan Keagamaan Dari Adanya Tradisi Buang Sial

Di Desa Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto……….….... 55 BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ……….………....……... 62 B. Saran ………...………..………... 63 Daftar Pustaka

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah kebudayaan Islam merupakan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa pada zaman perdaban kebudayaan Islam. Pelajaran sejarah kebudayaan Islam diajarkan pada jenjang sekolah salah satunya jenjang sekolah dasar. Salah satu materi yang dipelajari yaitu materi tentang mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Di Mekah terdapat para pengabdi ka`bah dan pengurus berhala yang dianggap suci oleh seluruh bangsa Arab. Oleh karena itu berdakwah untuk menyiarkan agama Islam sangat sulit dilakukan di Mekah. Banyak sekali orang yang menghalangi dakwah tersebut. Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah setelah medapat wahyu surah al mudatsir ayat 1-7, dengan adanya halangan yang begitu besar Nabi melakukan dakwah Islam untuk pertama kalinya hanya kepada orang-orang terdekat saja yaitu keluarga dan sahabat-sahabat beliau.

Mengingat pentingnya manfaat dari mempelajari materi tersebut, siswa diharapkan mampu mempelajari materi SKI dengan baik. Sebagaimana tujuan pendidikan nasional yang termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan pasal 3 menyebutkan, bahwa:1

1

(13)

2

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan diatas, guru memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran. Guru yang mampu mengarahkan dan menyampaikan materi kepada siswa dan siswa mampu memahaminya dengan baik. Tidak hanya dalam jangka waktu pendek namun juga dalam jangka waktu yang lama dan mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa siswa kurang adanya minat dalam mempelajari pelajaran SKI materi mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Siswa terlihat kurang aktif saat pembelajaran dan kurang adanya ketertarikan pada materi yang sedang dipelajari. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:

(14)

3

2. Kurang adanya bukti kongkrit yang dapat dimengerti oleh siswa terutama saat mempelajari dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya sehingga siswa kurang berminat dengan materi yang diajarkan.2

Hasil angket minat siswa pra siklus menunjukkan adanya minat yang sedang pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam. Bila dihitung secara keseluruhan, minat siswa terhadap pembelajaran SKI mencapai 11,11% dengan kriteria rendah. Berdasarkan hasil angket minat belajar yang menunjukkan minat siswa yang tergolong sedang terhadap sejarah kebudayaan Islam, maka sangat besar kesempatan untuk mengoptimalkan kemampuan siswa untuk mencapai tujuan yang maksimal. Untuk memberikan nilai akhir pada angket penerapan strategi TGT dalam minat belajar. Hasil dari angket siswa siklus I 27,77%, hal tersebut masuk dalam kategori sedang. Dengan demikian, minat siswa pada siklus I adalah sedang dan itu perlu ditingkatkan. Sedangkan pada hasil angket siklus II, siswa merespon dengan baik ketika guru memberikan apersepsi dan siswa juga menyimak. Dalam berkelompok, siswa kurang aktif dalam menyelesaikan sebuah soal yang diberikan guru dan didominasi oleh siswa yang pandai saja. Dengan demikian pada saat pembelajaran mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, siswa merasa kurang tertarik dan bersemangat dalam proses belajar mengajar tersebut. Hasil dari angket atau respon siswa siklus II berjumlah 88,88%, hal tersebut masuk dalam kategori sangat tinggi. Dari hasil diatas, dapat diketahui prosentase pada angket minat siswa kategori

2

(15)

4

tinggi dan sangat tinggi siklus I menuju pada siklus II telah mengalami peningkatan dengan selisih 61,11%. Dari 18 siswa yang terdiri dari 7 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki kelas IV SDI Plus Al Azhar Plus Mojokerto hanya 27,77% kriteria sedang siswa yang berminat untuk mempelajari mata pelajaran SKI tentang dakwah Nabi Muhammad SAW yaitu pada kompetensi dasar menjelaskan dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Hasil wawancara terkait masalah pada saat siswa masih belum memahami materi pembelajaran yang telah di jelaskan, jadi kebanyakan dari siswa masih banyak yang merasa kebingungan. Faktor yang mempengaruhi pada saat menjelaskan materi dengan suara yang tidak keras, maka siswa kurang konsentrasi saat materi dijelaskan.

(16)

5

berlomba-lomba untuk mendapatkan skor terbanyak. Kelompok dengan skor terbanyak akan diberi reward atau penghargaan. Siswa dapat melihat dan terlibat dalam proses belajar yang dipelajari agar siswa lebih aktif pada saat kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “PENERAPAN STRATEGI TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS IV SDI PLUS AL AZHAR MOJOKERTO”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah sebagaimana disebutkan diatas timbulah permasalahan yang jika di rumuskan berkisar pada pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan strategi TGT berbantuan media audio visual pada mata pelajaran SKI materi mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya?

(17)

6

C. Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk mengatasi permasalahan rendahnya minat dalam mempelajari mata pelajaran SKI materi mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, dengan menerapkan strategi TGT (Teams Games Tournament) berbantuan media audio visual pada siswa kelas IV SDI Al Azhar Plus Mojokerto. Penelitan ini dilakukan dengan 2 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

(18)

7

Kesesuaian strategi TGT dengan materi pelajaran SKI yaitu mata pelajaran SKI selain mengkaji sejarah yang bersangkutan dengan aspek pengetahuan, maka ia juga mengajarkan aspek sikap, misalnya tentang berbagai usaha yang dilakukan para khalifah dalam bidang ilmu pengetahuan dan seni, sehingga siswa mampu mencontoh tentang kegigihan cara menuntut ilmu dan mengembangkannya sehingga bermanfaat bagi umat.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini pada pokoknya untuk menentukan jawaban di atas masalah-masalah yang telah di kemukakan pada rumusan masalah tersebut. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan strategi TGT berbantuan media audio visual dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran SKI materi mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

(19)

8

E. Lingkup Penelitian

Pada kali ini peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam kelas IV B di SDI Al Azhar Plus Mojokerto seperti berikut:

1. Materi Mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya KD : Menjelaskan dakwah Nabi Muhammad SAW beserta para

sahabatnya

Indikator : Mampu menjelaskan cara dakwah Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya

2. Peranan strategi TGT (Teams Games Tournament) Berbantuan Media Audio Visual.

(20)

9

Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran. Dalam Implementasinya secara teknis Slavin mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:

Step 1 : Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.

Step 2 : Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.

Step 3 : Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen.

Step 4 : Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang

telah ditetapkan sebelumnya.

(21)

10

Minat belajar merupakan kecenderungan seseorang yang berasal dari luar maupun dalam sanubari yang mendorongnya untuk merasa tertarik terhadap suatu hal sehingga mengarahkan perbuatannya kepada suatu hal tersebut dan menimbulkan perasaan senang. Menurut Dinar Barokah, beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah yaitu:

a. Perasaan Senang b. Ketertarikan Siswa c. Keterlibatan Siswa

d. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik e. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran3

F. Signifikansi Penelitian

Ditinjau dari segi penggunaannya, penelitian ini memiliki manfaat secara umum dan khusus:

1. Manfaat secara umum

a. Kegiatan dalam pembelajaran SKI di SDI Al Azhar Plus Mojokerto menjadi lebih menyenangkan dan menarik.

b. Ditemukan strategi pembelajaran baru yang tepat dan inovatif, yang dapat digunakan untuk guru ketika mengajar.

2. Manfaat secara khusus

3

(22)

11

a. Bagi peserta didik, lebih mudah menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dan dapat meningkatkan keaktifan siswa untuk lebih aktif dan berpartisipasi dalam berlangsungnya proses pembelajaran.

b. Bagi guru, mendapat variasi strategi baru dalam pelaksanaan pembelajaran nantinya dapat diterapkan sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

(23)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Sekarang timbul pertanyaan apakah belajar itu sebenarnya? Samakah belajar dengan latihan, dengan menghafal, dengan pengumpulan fakta, dan studi? Tentu saja terhadap pertanyaan tersebut banyak pendapat yang mungkin satu sama lain berbeda. Misalnya ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta. Sejalan dengan pendapat ini, maka seorang yang telah belajar akan ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkan.

(24)

13

mahir dalam matematika, maka ia harus banyak dilatih mengerjakan soal-soal latihan. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar, dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Misalnya seorang guru yang mengartikan belajar sebagai kegiatan menghafalkan fakta, akan lain cara mengajarnya dengan guru lain yang mengartikan bahwa belajar sebagai suatu proses penerapan prinsip.1

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan

1

(25)

14

membantu seseorang mempelajarinya. Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari kemungkinan besar ia akan berminat (bermotivasi) untuk mempelajarinya.2

2. Meningkatkan Minat Siswa

Beberapa Ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya siswa menaruh minat pada olahraga balap mobil. Sebelum mengerjakan percepatan gerak, pengajaran dapat menarik perhatian siswa dengan menceritakan sedikit mengenai balap mobil yang baru saja berlangsung, kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pelajaran yang sesungguhnya. Disamping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner & Tanner menyarankan agar para pengajar juga berusahan membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan

2

(26)

15

memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguaraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang. Rooijakkers berpendapat hal ini dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa. Siswa, misalnya, akan menaruh perhatian pada pelajaran tentang gaya berat, bila hal itu dikaitkan dengan peristiwa mendaratnya manusia pertama di bulan.

(27)

16

Insentif apa pun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing.3 Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau miant merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:4

1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

2. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau. 3. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. 4. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Menurut Slameto siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari seacara terus menerus.

2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati.

4. Ada rasa keterkaitan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati. 5. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang

lainnya.

3

Slameto,Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi,(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal.180

4

(28)

17

6. Dimanifestasikan melalui partisispasi pada aktivitas dan kegiatan.5 Minat belajar merupakan kecenderungan seseorang yang berasal dari luar maupun dalam sanubari yang mendorongnya untuk merasa tertarik terhadap suatu hal sehingga mengarahkan perbuatannya kepada suatu hal tersebut dan menimbulkan perasaan senang. Menurut Dinar Barokah, beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah yaitu:6

1. Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut.

2. Ketertarikan Siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

3. Perhatian dalam belajar

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari

5

Slameto,Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi,(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal.58

6

(29)

18

pada itu. Siswa yang memiliki minat belajar pada objek tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.

4. Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.

5. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik

Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata. 6. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran

(30)

19

B. Strategi TGT (Teams Games Tournament) 1. Pengertian Strategi TGT

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan peserta didik. Interaksi bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar pembelajaran yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Nah untuk memahami konsep strategi pembelajaran, pendekatan, strategi, metode, teknik dan model pembelajaran, prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran, dan implementasi belajar pembelajaran, dan implementasi belajar pembelajaran, ikuti uraian berikut.

Jika dicermati, pengertian strategi pembelajaran ada tiga unsur yang perlu kita pahami bersama, yakni istilah strategi, belajar dan pembelajaran. Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia kemiliteran. Strategi berasal dari bahasa yunani strategos yang berarti “jenderal” atau “panglima”, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau

ilmu kepanglimaan. Strategi dalam pengertian kemiliteran ini berati cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang. Pengertian strategi tersebut kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan, yang dapat diartikan sebagai suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran dikelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.7 Secara umum strategi mempunyai

7

(31)

20

pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut T. Raka Joni strategi sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang telah ditetapkan. Strategi belajar mengajar menurut J.R. David dalam W. Gulo ialah “ a plan, method, or series of activities designed to a chieves a particular education goal”. menurut pengertian ini

strategi belajar mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Untuk melaksanakan suatu strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Suatu program pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dalam satu kali tatap muka, bisa dilaksanakan dengan berbagai metode seperti ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan diskusi. Keseluruhan metode termasuk media pembelajaran yang digunakan untuk

menggambar strategi pembelajaran. Strategi dapat diartikan sebagai “ a

plan of operation achieving something “,rencana kegiatan untuk mencapai

(32)

21

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah urutan kegiatan yang sistematik, pola-pola umum kegiatan guru yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini mencakup:8 (1) Urutan kegiatan pembelajaran. (2) Metode pembelajaran. (3) Media pembelajaran. (4) Waktu yang digunakan oleh guru dalam menyelesaikan setiap langkah kegiatan pembelajaran.

Strategi TGT (Teams Games Tournament) yaitu penerapan model dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan strategi TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah uas.

Teams Games Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang

8

(33)

22

heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournament dimasukkan sebagai tahapan review setelah setelah siswa bekerja dalam tim (sama dengan TPS). Dalam TGT siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.

Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja

-turnamen”, di mana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah

para siswa yang memiliki rekor nilai terakhir yang sama. Sebuah prosedur

“menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor

tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan 60 poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya. Ini berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi rendah juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi) kedua-duanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya.

2. Langkah-Langkah Strategi TGT

(34)

23

mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu-kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran. Dalam Implementasinya secara teknis Slavin mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:

Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.

Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar

kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi. Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game

akademik dalam kemampuan yang heterogen. Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut

(35)

24

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual atau diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilakukan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah uas menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:9

a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan.

b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja 1 diisi oleh siswa dengan level tertinggi tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.

c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan

9

(36)

25

mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar)

superior, good, medium.

d. Mumpung, pada turnamen kedua (begitu juga turnamen ketiga-keempat dst), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama. e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor

individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.

(37)

26

mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal. yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan strategi TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian minat belajar dan efek psikologis bagi siswa. Slavin, melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:

(38)

27

pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

3. Pengertian Media Audio Visual

Peratuaran pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa “Setiap satuan

pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabotan, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran.

(39)

28

pengetahuan dan ketrampilan mengenai media pembelajaran. Banyak kalangan mendefinisikan tentang media secara umum, namun ada yang lebih spesifik dalam mengartikan media dan media pembelajaran. Media pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu media dan pembelajaran.

a. Media

Kata media berasal dari bahasa latin, medius, yang secara hafiah

berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Pengertian

umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Beberapa pakar/ahli media menyatakan definisi media dengan berbagai batasan-batasan tertentu. Gagne mengartikan media sebagai berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dpaat merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan, Heinich, Molenda, dan Russel

menyatakan bahwa: “Media adalah saluran komunikasi termasuk

film, televisi, diagram, materi tercetak, komputer, dan instruktur”.

AECT (Assosiation of Education and Communication Technology) memberikan batasan media sebagai segala bentuk saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. NEA (National Education Assosiation) memberikan batasan media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual, serta

peralatannya. Gagne: “Media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar”. Briggs:

(40)

29

merangsang siswa untuk belajar”. Dari beberapabatasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemajuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.

b. Pembelajaran

(41)

30

c. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru. Brown mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar ke-20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejarah dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Sedangkan NEA

mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah “Sarana

komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk

(42)

31

Latuhera, menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi pendidikan antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.10 Media audio visual yaitu media yang tidak hanya dapat dipandang atau diamati tetapi juga dapat didengar. Jenis media ini, antara lain televisi dan video kaset.11

4. Langkah-Langkah Menggunakan Media Audio Visual

Tahapan yang perlu ditempuh dalam media audio visual adalah persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. Kreasi apapun, guru perlu dengan matang, dalam keempat tahap tersebut.

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

10

Nunuk Suryani, Leo Agung,Strategi Belajar Mengajar,(Yogyakarta: Ombak, 2012), hal.134-137

11

(43)

32

b. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan guru: 1) Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan

2) Pengamatan fenomena dunia nyata 3) Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh 4) Presentasi interaktif

5) Grafik dan sarana yang presetasi berwarna-warni c. Tahap penampilan Hasil (Tahap Penutup)

Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau minat baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:

1) Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera 2) Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi

3) Pelatihan terus menerus

Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan media audio visual yang berupa contoh televisi dalam hal penggunaan saat pembelajaran:12

1. Fungsi televisi:

a) Memberikan pengalaman belajar secara visual, maupun secara audial. b) Menumbuhkan minat peserta didik terhadap pelajaran.

12

[image:43.595.138.514.198.568.2]
(44)

33

2. Kelebihan media televisi:

a) Memberikan pengalaman belajar yang sama kepada setiap peserta didik yang menontonnya.

b) Peserta didik dapat mengetahui kejadian-kejadian di tempat lain. c) Peserta didik memperoleh pengalaman belajar baru.

3. Kekurangan media televisi:

a) Media TV memungkinkan peserta didik lalai dan kehilangan perhatian.

b) Media TV membuat peserta didik pasif.

C. Tinjauan tentang Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

a. Pengertian Sejarah

Sejarah dalam bahasa Arab, tarikhatauhistory (Inggris), adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa.13 Definisi serupa diungkapkan oleh Abd. Ar-Rahman As-Sakhawi bahwa sejarah adalah seni yang berkaitan dengan serangkaian anekdot yang berbentuk kronologi peristiwa. Secara teknis formula, Nisar Ahmad Faruqi menjelaskan formula yang di gunakan di kalangan sarjana Barat bahwa sejarah terdiri atas (man +

time+space=history). Sejarahwan Louis Gottschalck dalam bukunya

13

(45)

34

Understanding History: a prime of Historical Method, menjelaskan pengertian sejarah.

Sejarah dalam bahasa Inggris history berasal dari kata benda Yunani Istoria yang berarti ilmu.Dalam penggunaannya oleh filosofi Yunani, Aristoteles, istoria berarti suatu penjelasan sistematis mengenai seperangkat gejala alam, baik susunan kronologi yang merupakan faktor atau tidak di dalam penjelasan. Penggunaan itu, meskipun jarang, masih tetap hidup di dalam bahasa Inggris di dalam sebutan natural history. Akan tetapi, dalam perkembangan zaman, kata latin sama artinya scientia, lebih sering dipergunakan untuk menyebutkan penjelasan sistematis nonkronologis mengenai gejala alam: sedangkan kata istoria biasanya dipergunakan bagi penjelasan mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis. Adapun menurut definisi yang umum, kata history kini berartimasa lampau umat manusia14.

b. Pengertian Kebudayaan

Dalam Oxford Advanced Learnner’s Dictionnary of Current English, diuraikan bahawa kata kebudayaan semakna dengan culture

yang memiliki pengertian beragam. Pengertian culture di atas dapat dipahami bahwa kebudayaan adalah pembengunan yang didasarkan pada kekuatan manusia, baik pembangunan jiwa, pikiran dan semangat melalui latihan dan pengalaman: bukti nyata pembangunan

14

(46)

35

intelektual, seperti seni dan pengetahuan, atau perkembangan intelektual di antara budaya orang, bahwa kebudayaan adalah semua seni, kepercayaan institusi sosial, seperti karakteristik masyarakat, suku dan sebagainya, mengolah pertanian sampai pada tingkat teknologi biologi bakteri. Secara singkat dan sederhana, sebagaimana

dipahami secara umum, kebudayaan adalah “semua hasil karya, rasa

dan cipta masyarakat”.15 Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewudjudkan segala kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Agama, ideologi, kebatinan, dan kesenian yang merupakan hasil ekspil jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat, termasuk di dalamnya.16

c. Pengertian Islam

Adapun pengertian Islam dapat dilihat dari dua sudut pandang.

Pertama, dari sudut bahasa, dan kedua dari sudut Istilah. Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama, yuslimu islaman, yang arti berserah diri, patuh, tunduk, pengikat diri, damai, selamat, dan sentosa. Pengertian ini sejalan dengan misinya, yang pada intinya mengajak manusia agar berserah diri, patuh, dan tunduk kepada Allah

15

Selo Soemardjan, Soelaiman Soemardi,Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), hal.113

16

(47)

36

SWT, serta mengikat diri dengan berbagai ketentuan dan aturan Allah SWT, dalam rangka memperoleh kehidupan yang damai, selamat di dunia dan akhirat, serta sentosa selama-lamanya. Pengertian Islam yang demikian itu sama dengan misi yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul-Nya, dari sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad SAW. Pengertian Islam sebagai sebuah misi keselamatan, kedamaian, kepatuhan dan ketundukan ini menggambarkan adanya kesamaan misi yang di bawa oleh seluruh para Nabi dan Rasul. Namun demikian, dari segi namanya, agama-agaman yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul tersebut tidak dinamai Islam, melainkan dinisbahkan kepada tokoh atau Nabi yang membawanya. Misalnya agama Nasrani yang dinisbahkan pada daerah Nazaret, atau pembawanya Yesus Kristus, agama Yahudi yang dinisbahkan pada Yahuda. Nama agama yang sama dengan misi yang dibawanya, baru dijumpai pada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Yakni agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itu tidak dinamakan Muhammadanism, atau yang lainnya melainkan sesuai dengan misinya itu sendiri yaitu Islam.17

17

(48)

37

4. Materi Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabatnya Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabatnya, Setelah mempelajari bab ini diharapkan akan mampu:

a. Menjelaskan dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. b. Menunjukkan ketabahan Nabi Muhammad SAW dan para

sahabatnya dalam berdakwah.

c. Meneladani ketabahan Nabi dan para sahabatnya dalam berdakwah.

(49)

38

mengenal Nabi sebagai sosok yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan kesalehan.

a. Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi

Pada awalnya .Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunnyi. Hal ini dilakukan agar penduduk Mekah tidak terkejut dengan ajaran yang beliau bawa. Isi dakwah Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut: 1) Mengajarkan kepada umat manusia agar menyembah Allah SWT

dan meninggalkan berhala.

2) Mengajarkan agar mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW. 3) Mengajak manusia selalu berbuat kebajikan dan menjauhi larangan

Allah SWT.

Rasulullah mulai berdakwah dari dalam keluarga sendiri. Setelah itu, beliau berdakwah kepada sahabat-sahabatnya. Orang-orang yang pertama masuk Islam adalah dilkenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun. Mereka memeluk agama islam pada hari pertama Nabi melakukan dakwah dan mereka terdiri atas 4 orang yaitu: (1) Siti Khadijah yaitu istri Nabi. (2) Abu Bakar Assiddiq yaitu sahabat Nabi. (3) Ali bin Abi Thalib yaitu sepupu Rasulullah. (4) Zaid bin Haritsah yaitu budak yang di merdekakkan oleh Rasululllah.

(50)

39

b. Dakwah Secara Terang-Terangan

Setelah beberapa lama berdakwah secara sembunyi-sembunyi, selama kurang lebih 3 tahun lamanya. Kemudian turunlah ayat yang memerintahkan untuk melakukan dakwah secara terang-terangan. Wahyu tersebut adalah surah Al-Hijr ayat 94 yang artinya "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang di perintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik". Rasulullah menyampaikan dakwahnya kepada orang-orang kuraisy. Sebagian mereka ada yang menerima dan sebagian lagi menentangnya. Mereka yang menentang adalah orang-orang yang menganggap Nabi sebagai pembohong yang membawa ajaran sesat. Untuk menyampaikan dakwah kepada kerabat dan kaumnya Nabi menempuh jalan dengan mengumpulkan nereka di bukit Shafa. Setelah mereka berkumpul, Nabi bertanya kepada mereka "Jika kukatakan kepada kalian bahwa di balik bukit ini ada musuh yang hendak menyerang, apa kalian percaya? Mereka menjawab "Tentu percaya, sebab kami belum pernah melihat kamu berdusta" Kemudian Nabi berkata "Jika demikian kepercayaanmu kepadaku, aku akan memberi peringatan pada kalian, bahwa kalian harus bertaubat.

(51)

40

Nabi Muhammad SAW. Abu Lahab mengatakan bahwa ajaran Muhammad adalah keji dan tidak benar. Pada saat itu pula Allah SWT menurunkan firman-Nya dalam surah Al-Lahab, yang artinya: "Celakalah

kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”. Tidaklah

bermanfaat kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.Dan begitu pula istrinya pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabut."(Q.S. Al-Lahab 1-5) Sejak saat itu, Abu Lahab beserta orang-orang Quraisy dan sebagaian kerabat Nabi selalu memusuhi Nabi beserta pengikutnya. Tidak hanya memusuhi, tetapi menyiksa Nabi dan para pengikutnya dengan tindakan yang sangat kejam. Hal ini mulai mereka lakukan setelah Nabi terang-terangan berdakwah kepada mereka.

c. Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat Sahabatnya. Melihat penyiksaan kaum kafir yang sangat kejam terhadap kaummuslimin,akhirnya nabi Muhammad SAW. Membuat strategi dalam berdakwah, strateginya adalah sebagai berikut:

1) Keluarga orang-orang terdekat orang-orang lemah orang-orang yang tertindas dan orang-orang awam.

2) Pemuka-pemuka dan pembesar-pembesar Mekah

3) Orang-orang yang terpandang dalam masyarakat (bangsawan, hartawan dan pedagang).

(52)

41

5) Tokoh-tokoh agama Yahudi, Nasrani, kafir dan orang-orang yang tidak beragama.

(53)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan dalam kegiatan pembelajaran bersama guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, yakni menggunakan bentuk kolaboratif, yang mana guru merupakan mitra kerja peneliti. Menurut Suharsimi, suhardjono, dan Supardi menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata dari penelitian-tindakan-kelas:1

1. Penelitian adalah menunjukkan pada kegiatan mencermati suatu objek, dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang diminati.

2. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik.

3. Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok peserta didik

(54)

43

dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.2 Penelitian ini menggunakan strategi TGT (Teams Games

Touranment) berbantuan media audio visual untuk mendukung kegiatan interaksi edukatif berproses guna meningkatkan minat belajar siswa mata pelajaran SKI.

Dalam melaksanakan strategi TGT (Teams Games Tournament) berbantuan media audio visual, peneliti menggunakan model PTK “guru sebagai observer” dengan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh

Kurt Lewin, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu: 1) perencanaan (Planning), 2) aksi atau tindakan (Acting), 3) observasi (Observing), dan 4) refleksi (Reflecting).3 Alasan mengapa menggunakan PTK model Kurt Lewin dikarenakan model PTK ini sangat mudah. Model Kurt Lewin juga sangat mudah dipahami dan tidak rumit pada saat mengaplikasikannya dalam PTK. Jadi model Kurt Lewin sangat membantu sekali untuk PTK karena, model ini memiliki dua siklus dan apabila siklus yang pertama gagal maka akan lanjut pada siklus kedua dengan obat yang sama dengan siklus yang pertama, hanya saja perbedaannya

Dr. Rochiati Wiriaatmadja,Metode Penelitian Tindakan Kelas,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal.11

(55)

44

[image:55.595.131.541.199.559.2]

terletak pada teknik penyampaiannya dari siklus satu ke siklus dua. Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada gambar dibawah ini. Bagan prosedur PTK model Kurt Lewin:

Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin

PERENCANAAN (Planning)

TINDAKAN (Acting) PENGAMATAN

(Observing)

REFLEKSI (Reflecting)

PERENCANAAN (Planning)

TINDAKAN (Acting) PENGAMATAN

(Observing)

REFLEKSI (Reflecting)

TERUS-MENERUS

S

IKL

US

S

IKL

(56)

45

Model ini menggambarkan sebuah spiral dari beberapa siklus kegiatan. Bagian dasar dari kegiatan ini terdiri dari mengidentifikasi masalah, menyusun perencanaan pada tindakan pertama, mengimplementasikan langkah tindakan pertama, mengevaluasi dan melakukan perbaikan untuk menyusun perencanaan ulang pada tahap selanjutnya. Dari siklus yang pertama inilah peneliti mengetahui adanya kesalahan kemudian mengembangkannya dalam spiral ke perencanaan langkah tindakan kedua. Apabila dalam implementasi yang kedua masih terdapat kesalahan atau kekurangan maka dapat diperbaiki, kemudian secara spiral dilanjutkan dengan perencanaan ketiga dan seterusnya.

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Setting penelitian meliputi:

a) Tempat Pennelitian : SDI Plus Al Azhar Mojokerto b) Waktu Penelitian : Semester Genap

c) Siklus Penelitian : Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus untuk mengetahui pengingkatan minat belajar siswa dengan menggunakan strategi TGT berbantuan media audio visual untuk kelas IV mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam SKI materi dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

(57)

46

Peneliti mengambil subjek penelitian siswa kelas IV SDI Plus Al Azhar Mojokerto tahun ajaran 2015-2016 dengan jumlah 18 siswa yang terdiri dari 7 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Karena pada lokal kelas IV B ini yang terlihat prestasi belajarnya rendah dan minat untuk belajar rendah.

C. Variabel yang Diselidiki

Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran SKI dengan strategi TGT berbantuan media audio visual pada peserta didik kelas IV SDI Plus Al Azhar Mojokerto. Minat belajar siswa dapat diperoleh minimal paling rendah 11,11%, sedangkan untuk siswa yang memiliki minat tinggi dan sangat tinggi dapat dicapai dengan minimal 88,88%. Disamping variabel tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu:

1. Varibel input : Peserta didik kelas IV SDI Al Azhar Plus Mojokerto

2. Variabel proses : Penerapan strategi TGT berbantuan media audio visual

(58)

47

D. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin. Pada setiap siklus meliputi empat komponen yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan atau tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Model Kurt Lewin dipilih oleh penulis karena apabila awal pelaksanaan terdapat kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali dan memperbaiki pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Jika sampai pada siklus pertama dan siklus kedua belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, beberapa kegiatan yang harus dilakukan peneliti adalah:

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2) Mempersiapkan sarana pendukung yang diperlukan saat pelaksanaan pembelajaran.

3) Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

b. Tindakan

(59)

48

(60)

49

c. Pengamatan

Pada tahap ini, penulis melakukan pengamatan terhadap penerapan strategi TGT berbantuan media audio visual materi dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya kelas IV SDI Plus Al Azhar Mojokerto. Beberapa hal yang harus dilakukan peneliti dalam tahap ini diantaranya:

1) Peneliti mengamati dan mencatat gejala yang muncul pada proses pembelajaran.

2) Mengamati perilaku siswa terhadap materi yang diajarkan sesuai dengan PTK.

d. Refleksi

Tahap ini yang dilakukan peneliti adalah melakukan refleksi mengenai pelaksanaan siklus I serta mengevaluasi dan menyimpulkan hasil diskusi dari guru kolaborasi dengan peneliti menyimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperbaiki diantaranya: (1) Pada saat melakukan presensi kehadiran siswa guru hanya menanyakan kepada

siswa secara keseluruhan “hari ini siapa yang tidak masuk anak

-anak?” seharusnya guru mengabsen dengan cara memanggil satu

(61)

50

dilaksanakan oleh guru, (4) Memberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti juga belum dilaksanakan dikarenakan jam pelajaran sudah berakhir, (5) Ketepatan waktu dalam belajar mengajar kurang disiplin. Dengan demikian ada 5 aspek yang masih kurang dan harus diperbaiki dalam siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Tahap ini peneliti melakukan berbagai tindakan diantaranya: 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan

pada siklus I dan menentukan solusi atau masalah. 2) Melakukan pengembangan dari siklus I.

b. Tindakan

Pada tahap ini penelitian melaksanakan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya kelas IV sesuai dengan RPP dari hasil siklus I. c. Pengamatan

Berikut ini hal-hal yang dilakukan peneliti diantaranya:

1) Peneliti mengamati dan mencatat gejala yang muncul pada proses pembelajaran pada siklus II.

2) Mengamati perilaku siswa terhadap materi yang diajarkan sesuai dengan tujuan PTK pada siklus II.

(62)

51

Pada tahap ini, peneliti melakukan refleksi mengenai pelaksanaan siklus I dan siklus II serta mengevaluasi dan menyimpulkan bersama guru mengenai pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dengan menggunakan strategi TGT berbantuan media audio visual dalam meningkatkan minat belajar mata pelajaran SKI setelah diterapkannya rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II.

E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: a) Siswa

Untuk mendapatkan data tentang minat belajar siswa selama proses kegiatan belajar mengajar.

b) Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan peningkatan minat belajar pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam materi dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya kelas IV SDI Plus Al Azhar Mojokerto.

(63)

52

akhir pembelajaran. Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan beberapa teknik yaitu: observasi, wawancara, dan angket.

a) Observasi

Observasi adalah sebuah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan kepada obyek secara langsung maupun tidak langsung.4

Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dan penerapan materi dengan strategi TGT yang dilakukan guru dan peniliti.

b) Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti.5

Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang pendapat guru mengenai proses belajar pada siswa kelas IV. Selain itu wawancara juga digunakan untuk memperoleh informasi tentang minat belajar siswa kelas IV SDI Plus Al Azhar Mojokerto setelah dan sesudah penerapan strategi TGT. Adapun daftar pertanyaan yang digunakan dalam wawancara adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1) Strategi TGT

Muhaimin Ali,Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1985), hal. 91

(64)

53

2) Keuntungan mempelajari materi dakwah Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan strategi TGT

3) Kesan terhadap strategi TGT yg berbantuan media audio visual

4) Aktivitas siswa saat mempelajari materi dengan menggunakan strategi TGT

c) Angket

Angket merupakan sejumlah daftar pertanyaan dengan tujuan mendapatkan informasi dari responden atau sumber yang diinginkan. Wawancara dilakukan secara lisan, sedangkan angket dilakukan secara tertulis. Angket terdiri atas beberapa bentuk diantaranya:6

1) Angket terstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa kemungkinan jawaban.

2) Angket tak berstruktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban secara terbuka.

Angket ditunjukkan kepada 18 siswa yang terdiri dari 7 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Angket diberikan setelah pembelajaran berakhir. Sebelum mengisi angket, guru menginformasikan kepada siswa bahwa hasil angket tidak mempengaruhi nilai akademik. Jumlah instrumen pada penelitian ini tergantung pada variabel penelitian yang telah ditetapkan. Dari variabel tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator. Menyusun

6

(65)

54

[image:65.595.132.511.221.555.2]

beberapa pernyataan dari indikator yang telah ditentukan dan dapat dilihat pada lampiran 3.

Tabel 3.1

Klasifikasi Persentase Tingkat Minat Siswa

Tingkat Minat (%) Kriteria

75-100 Sangat Tinggi

50-74,99 Tinggi

25-49,99 Sedang

0-24,99 Rendah

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut:

a) Observasi : Lembar Observasi b) Wawancara : Lembar Wawancara c) Angket : Butir-butir angket

(66)

55

4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkah yang sangat penting, sebab dari hasil ini dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan peneliti. Untuk menganalisis data tentang penerapan strategi TGT yang dilakukan dengan cara mengobservasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut:

Skor Akhir =

Dengan menggunakan rumus di atas, penulis menggunakan kriteria sebagai berikut:

75-100 = Sangat Tinggi 51–74,99 = Tinggi

25-49,99 = Sedang 0-24,99 = Rendah

Adapun untuk memberikan presentase pada angket penerapan strategi TGT dalam minat belajar, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

Presentase:

Keterangan:

f = frekuensi

(67)

56

Dengan menggunakan rumus di atas, penulis menggunakan kriteria sebagai berikut:

0–24,99% = Minat belajar siswa rendah 25–44,99% = Minat belajar siswa sedang 50–74,99% = Minat belajar siswa tinggi 75–100% = Minat belajar siswa sangat tinggi

Dalam penelitian ini didapatkan data kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif, yaitu sebagai berikut:

a) Data kualitatif dalam penelitian ini berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang minat belajar. Data tersebut berupa hasil pengamatan terhadap minat belajar siswa dengan menggunakan lembar pengamatan siklus I dan siklus II.

b) Data kuantitatif dalam penelitian ini, data yang diperoleh itu hasil angket siswa di analisis secara statistik deskriptif mengunakan perentase ketentuan penskoran angket minat.

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kinerja yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Indikator harus realistik dan dapat diukur (jelas cara mengukurnya).7Adapun indikator

7

(68)

57

kinerja dalam penelitian ini adalah skor aktivitas guru dan siswa mencapai skor akhir 80, sedangkan minat belajar siswa kategori tinggi dan sangat tinggi yaitu 85% dari 18 siswa. Diukur dari minat belajar siswa sebelum diterapkannya strategi TGT berbantuan media audio visual dan setelah diterapkannya perbaikan dengan menggunakan strategi TGT berbantuan media audio visual. Hasilnya dilihat dari hasil angket yang diberikan kepada siswa mengenai minat belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran setelah adanya perbaikan pembelajaran dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan islam materi dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dengan menggunakan strategi TGT berbantuan media audio visual kelas IV SDI Plus Al Azhar Mojokerto.

G. Tim Peneliti dan Tugasnya

Menurut Suharsimi Arikunto, penelitian tindakan yang ideal sebetulnya adalah yang dilakukan berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan yakni istilah lain untuk

cara ini adalah “penelitian kolaborasi”. Cara ini dikatakan ideal karena

adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektifitas pengamat serta mutu kecermatan yang dilakukan.8

Identitas peneliti dan rekan guru: 1. Identitas Peneliti

Nama : Restu Dara

8

(69)

58

NIM : D07209031

Jurusan/Fakultas : FTK/Tarbiyah Institusi : UIN Sunan Ampel

Tugas : Peneliti sebagai perencanaan pelaksanaan PTK. Kemudian peneliti melakukan praktek penelitian sebagaimana yang tertera di dalam rancangan pembelajaran yang telah dibuat, berupa observasi aktifitas siswa selama di kelas, wawancara terhadap guru dan siswa-siswa, juga kuesioner yang di sebarkan ke siswa-siswi kelas IV. 2. Identitas Rekan Guru

Nama: :Nurul Ilmi’atus sholichahS.Pd Unit Kerja : SDI Plus Al Azhar Mojokerto

Tugas : Guru kelas guru sejarah kebudayaan islam

(70)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yaitu peningkatan minat belajar mengenal dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya kelas IV melalui strategi TGT (Teams Games Tournament) di SDI Plus Al Azhar Mojokerto. Penelitian ini diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus. Waktu penelitian dimulai pada semester genap. Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 26 April 2016 sampai dengan 2 Mei 2016.

A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Strategi TGT Berbantuan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran SKI Materi Mengenal Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabatnya

1. Hasil Penelitian tentang Penerapan Strategi TGT pada Siklus I a. Tahap Perencanaan

(71)

60

dilakukan pada siklus I yaitu dengan menggunakan strategi TGT. Rencana pelaksanaan pembelajaran juga dilengkapi dengan lembar kerja siswa yang digunakan dalam penerapan strategi TGT dan dikerjakan siswa secara berkelompok. Soal uji kompetensi berupa uraian singkat terdiri dari 5 soal yang harus dijawab oleh siswa.

Penyusunan instrumen observasi juga di buat untuk mengetahui keaktifan pelaksanaan pembelajaran dengan strategi TGT. Penyusunan instrumen yang digunakan yaitu lembar instrumen observasi guru dan lembar observasi siswa. Tahap terakhir dalam perencanaan ini yaitu menetapkan kriteria keberhasilan pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Setelah mengembangkan perencanaan maka peneliti siap melaksanakan penelitian dengan RPP yang telah di susun. Penelitian siklus I dilaksanakan pada hari rabu tanggal 26 April 2016 di kelas IV SDI Plus Al Azhar Mojokerto pada jam pelajaran ke tujuh-delapan tepat pukul 12.00-13.15 WIB dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Dalam pelaksanaan penelitian, penelitian bertindak sebagai guru dan berkolaborasi dengan Ibu Nurul

(72)

61

pembelajaran yang dilakukan pada siklus pertama sebanyak 1 kali pertemuan.

Pada awal pembelajaran peneliti yang bertindak sebagai guru mengapresiasi siswa dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Beberapa siswa aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, namun lebih banyak siswa hanya menjadi pendengar saja. Selain itu peneliti juga menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Bentuk dari tindakan penelitian tersebut adalah dengan cara melakukan ice breaking. Dengan begitu siswa akan semangat dan siap dalam memulai belajar

Gambar

Grafik dan sarana yang presetasi berwarna-warni
Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin
Tabel 3.1
Grafik 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru
+3

Referensi

Dokumen terkait

Lactobacillus casei yeast medium, MRS broth; MRS medium (130) (102) Lactobacillus lactis sodium phosphate buffer; MRS medium (128) (102) Lactobacillus plantarum MRS medium

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pusic (2006) bahwa perencanaan tanpa memperhitungkan partisipasi masyarakat akan menjadikan perencanaan hanya di atas kertas. Faktor

Biaya Transport Darat adalah satuan biaya yang digunakan dari tempat kedudukan asal ke tempat kedudukan tujuan (acara/ kegiatan) sampai kembali ke tempat kedudukan

Untuk akurasi validitas konten dari alat ukur yang digunakan, peneliti menerapkan metode expert judgment, yaitu dengan meminta dosen pembimbing skripsi untuk mengevaluasi

Astra International Tbk” dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS menunjukan bahwa biaya operasional memiliki pengaruh yang

Hukum waris Mesir tahun 1946 menyatakan bahwa seorang anak yang lebih dahulu meninggal dunia dan meninggalkan anak, maka si cucu itu menggantikan ayahnya dalam mewarisi

Pembentukan relawan demokrasi ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat termasuk juga kelompok penyandang disabilitas agar dapat menggunakan hak pilihnya

Selanjutnya, suatu multiplet di cjacrah 0,9 ppm disebabkan oleh 12 proton (4 x Me) diikuti oleh sebuah multipler yang lain di daerah 1,3 ppm yang terintegrasi untuk 16