ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENJUALAN PARFUM
BERSEGEL YANG TIDAK SESUAI DENGAN TESTER
(Studi Kasus Praktek
Sales Promotion Girl
di Royal Plaza Surabaya
dan Plaza Surabaya)
SKRIPSI
Oleh: RUBAINAH NIM. C02213070
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii
MOTTO ... xvi
PERSEMBAHAN ... xvii
BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9
C.Rumusan Masalah ... 10
D.Kajian Pustaka ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 13
F. Kegunaan Penelitian ... 14
G.Definisi Oprasional ... 14
H.Metode Penelitian ... 16
I. Sistematika Pembahasan ... 22
B.Dasar Hukum Jual Beli ... 24
C.Rukun dan Syarat Jual Beli ... 29
D.Etika (Akhlak) dalam Pemasaran ... 30
E. Pengertian Jual Beli dengan Bantuan Sales promotion Girl (SPG) ... 40
F. Pandangan Hukum Islam Terhadap Keberkahan Bisnis ... 43
BAB III : PENJUALAN PARFUM BERSEGEL PRAKTEK SPG DI ROYAL PLAZA DAN PLAZA SURABAYA A.Profil Umum Mengenai Counter Parfum Bersegel yang di jual Oleh SPG di Royal Plaza Surabaya dan Plaza Surabaya ... 47
1. Parfum Bersegel di Royal Plaza ... 47
2. Parfum bersegel di Plaza Surabaya ... 52
B.Jenis- Jenis Parfum ... 54
C.Keadan dan Peran Sales Promotion Girl (SPG) Dalam Menentukan Minat Customer ... 56
1. Keadaan Sales Promotion Girl (SPG) di Royal Plaza dan Plaza Surabaya ... 56
2. Peran SPG dalam Menentukan Minat customer ... 59
D.Sistem Penjualan Parfum Bersegel dan Faktor yang Mendorong Minat Customer Terhadap Parfum Beregel ... 60
1. Sistem Penjualan parfum Bersegel di Royal Plaza Suarabaya dan Plaza Surabaya ... 60
2. Faktor yang Mendorong Minat konsumen terhadap Parfum bersegel ... 62
BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENJUALAN PARFUM BERSEGEL YANG TIDAK SESUAI DENGAN TESTER PRAKTEK SPG DI ROYAL PLAZA SURABAYA DAN PLAZA SURABAYA
A. Praktek Penjualan Parfum Bersegel di Royal Plaza Surabaya dan
Plaza Surabaya ... 66
B. Analisis Sistem Penjulan parfum Bersegel terhadap praktek
Sales Promotion Girl di Royal Plaza Surabaya dan Plaza Suarabaya ... 67
C. Hukum Islam terhadap praktek Penjualan parfum Bersegel yang
tidak Sesuai dengan Tester ... 71
BAB VI : PENUTUP
A.Kesimpulan... 76 B.Saran ... 77
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENJUALAN PARFUM BERSEGEL YANG TIDAK SESUAI DENGAN
TESTER (Studi Kasus Praktek Sales Promotion Girl) di Royal Plaza dan Plaza
Surabaya”. Kasus yang penulis angkat ini demi menjawab permasalah sebagai berikut : Bagaimana praktek penjuala parfum bersegel yang tidak sesuai dengan
tester? Bagaimana Analisis Hukum Islam terhadap penjualan paarfum bersegel
yang tidak sesuai dengan tester?.
Data yang di ambil oleh penulis melalui wawancara dan tela’ah pustaka.
tekhnik analisis dengan menggunakan analisis diskriptif. Kemudian data tersebut
diolah dan di analisis dengan pola pikir induktif.
Dari hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa sistem penjualan
parfum bersegel oleh Praktek Sales Promotion Girl (SPG) di Royal Plaza
Surabaya dan Plaza Surabaya yang setiap melakukan penawaran terhadap
customer tidak menyampaikan segala yang dibutuhkan untuk merawat dan agar
mendapatkan parfum yang sesuai dengan tester. Melainkan hanya menampakkan
kelebihannya saja, sehingga customer mendapatkan kerugian dan merasa tertipu
dari praktek penjulan SPG Parfum di Royal Plaza Surabaya dan Plaza Surabaya.
Sebagaimana kesimpulan di atas, maka seharusnya yang terkait dalam
penjulan harus di tampakkan serta tidak ada yang ditutup-tutupi dan tidak hanya
mengutamakan kepuasan sepihak melainkan saling memberikan kepercayaan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam bermuamalah yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya
menciptkan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntut oleh nilai-nilai
kebutuhan. Paling tidak dalam setiap melakukan aktifitas bermuamalah ada
semacam keyakinan dalam hati bahwa Allah SWT selalu mengawasi seluruh
gerak langkah kita dan selalu berada bersama kita. Kalau pemahaman semacam
terbentuk dalam setiap perilaku muamalah (bisnis), maka akan terjadi muamalah
yang jujur, amanah, dan sesuai tuntunan syariah.1
Kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan secara akurat dan
dapat diandalkan yakni pelayanan yang diberikan haruslah memberikan
kenyamanan bagi konsumen dan bertanggung jawab, hal ini berlaku bagi setiap
pemilik bisnis beserta karyawanya yang dituntut untuk sopan dan ramah. Bila
ini dijalankan dengan baik maka konsumen merasa sangat dihargai. Sebagai
seorang muslim, telah ada contoh teladan yang tentunya bisa dijadikan pedoman
dalam menjalankan aktifitas perniagaan atau muamalah. Allah SWT telah
berfirman dalam surat Al-ahzab: 21 yang berbunyi:
1
Artinya "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al- Ahzab: 21).2
Dalam surat ini Allah SWT menerangkan bahwa dalam berniaga dan
bermuamalah hendaknya mengikuti apa yang Rasulullah SAW telah
mempraktikkan di samping itu Rasulullah SAW memerintahkan supaya setiap
muslim senantiasa menjaga amanah yang diberikan kepadanya. Profesionalitas
yang di miliki beliau terhadap waktu dan kejujuran beliau dalam berniaga sangat
patut uyntuk dijadikan contoh, maka dari itu beliau dipercaya oleh semua orang
dan mendapatkan gelar Al-Amin.
Prinsip yang telah di terapkan Rasullah SAW seharusnya di jadikan contoh
oleh para pembisnis saat ini, agar mampu memberikan kenyamanan dan keadilan
bagi para pelanggan atau pembeli (customer). Tidak hanya itu untuk
meningkatkan penjualan para pembisnis juga meminta bantuan tenaga jasa dalam
pemasaran dan penawaran yang kita kenal saat ini sebagai SPG (Sales Promotion
Girl) untuk julukan wanita sedengakan untuk lai-laki SPB (Sales Promotion Boy)
karena dengan adanya bantuan dan kinerja dari SPG tingkat pemasaran suatu
produk dan keuntungan dari suatu usaha dapat meningkat pesat dipasaran.
2
Didalam Islam tidak melarangan terhadap kebebasan bermuamalah karena
hal itu bagian dari suatu usaha untuk mengembangkan perekonomian yang telah
Allah SWT sediakan dimuka bumi ini. Namun walaupun demikian kita sebagai
umat muslim mempunyai kewajiban untuk tetap mengikuti syariat Islam sesuai
cara yang telah ditetapkan, dengan begitu manajemen yang diterapkan dalam
suatu usaha tersebut dapat berjalan dengan semestinya dan konsumen merasa
nyaman.
Jasa sales dalam mempromosikan suatu produk kini seakan menjadi suatu
kubutuhan karena dengan menggunakan jasa sales, suatu produk lebih cepat
dikenal oleh masyarakat, kemampuan sales dalam menawarkan suatu produk
pada konsumen benar-benar diperhatikan. Hal ini dilihat dari seberapa dalam
sales tersebut paham terhadap seluk-beluk produk yang ditawarkan. Serta yang
paling terpenting dari seorang sales adalah penampilan fisik yang menarik
disertai dengan kerapian dan kesopanan dalam melayani pembeli (customer).
Pelaku bisnis harus mengetahui khususnya seorang muslim bahwa Allah
Maha Bijaksana menghilangkan kemudharatan bagi manusia dalam setiap
urusan. Oleh karena itu, di perlukan adanya saling percaya dalam hal ini antara
pemilik bisnis, karyawan dan customer mengenai produk yang di jual.
Sebagaimana yang telah berlaku dalam kebiasaan pemasaran. Hampir
disetiap toko, conter dan perusahaan menggunakan tenaga SPG dalam
yang dilakukan oleh seorang SPG mempunya banyak versi. Namun biasanya
SPG tersebut menyodorkan beberapa tester berupa sampel atau brosur mengenai
produk atau barang yang dipromosikannya, dengan disertai menjelaskan segala
fungsi dan manfaat dari suatu produk tersebut.
Pencapaian yang diraih oleh seorang sales promotion sudah tidak diragukan
lagi. Walaupun Memang tidak semua sales mampu memberikan kepuasan dalam
menawarkan produk yang dijualnya. Namun tidak sedikit konsumen yang
awalnya tidak mempunya keinginan membeli menjadi memborong barang yang
ditawarkan, karena merasa sangat membutuhkan produk tersebut setelah
mendapat penjelasan manfaat dan kegunaannya dari sales tersebut.
Pada prinsipnya seorang Sales Promotion Girl (SPG) maupun Sales
Promotion Boy (SPB) mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi yakni
pengetahuan produk yang dipromosikan terhadap customer dan juga mempunyai
penampilan fisik yang mendukung karakter produk yang ditawarkan. Dalam
Islam kita harus selalu menempati komitmen seiring dengan promosi yang
dilakukan oleh sales terhadap custamer. Apabila sales tidak bisa menempati
komitmen dalam memberikan pelayanan yang baik, maka pastinya akan
mendapat resiko yang akan terjadi, serta akan ditinggalkan atau tidk dipercayai
lagi oleh para customer. Lebih itu Allah SWT telah berfirman dalam surat
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu[388]. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.
(Q.S Al- Maa’idah).3
Aqad (perjanjian) mencakup janji prasetia hamba kepada Allah dan
Perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya. Artian jika
akad yang di perjanjikan diawal antara penjual, dalam hal ini adalah SPG yang
melakukan berbagai macam penawaran menarik terkait produk yang dijual
terhadap custamer maka harus sesuai dengan apa yang diterangakan. Apa lagi
saat ini sudah banyak penjualan yang bukan hanya dengan keterangan dari Sales
promotionnya saja namuan juga disertai dengan tester (pencoba) yang bisa secara
langsung dicoba dan dirasakan customer untuk bisa menyesuaikan dengan
karakter dan seleranya sendiri.
Di antara penjualan produk yang menggunakan tester serta menggunakan
bantuan Sales Promotion adalah minyak wangi yang biasa kita sebut Parfum.
Parfum yang merupakan kebutuhan masyarakat dari dulu apalagi pada saat ini,
benar-benar menjadi peluang besar bagi para pembisnis untuk meraut
keuntungan, karena memang parfum tidak banyak melakukan perawatan dan
3
tidak harus laku terjual pada hari itu juga karena parfum tidak mengalami basi
serta parfum tidak perlu mengikuti trend layaknya fashion. Namun, kebutuhan
akan parfum sangat meningkat seiring berkembangnya waktu. Itu sebabnya
pembisnis mengakali bagaimana mendapatkan keuntugan yang banyak dari minat
konsumen yang tinggi.
Parfum sebenarnya memiliki banyak jenis dan tingkatan dari mulai yang
paling murah dengan tingkat alkohol yang tinggi sampai yang paling mahal
dengan tingkat alkohol yang rendah, bahkan ada yang murni bibit (tanpa
campuran) parfum jenis ini tergolong mahal karena lebih tahan lama serta
nyaman digunakan. Hal ini menjadi peluang besar bagi para pembisnis untuk
mendapatkan keuntungan, dibantu karyawannya yakni SPG sebagai penghubung
pertama dengan customer menjadi sangat penting dalam mensiasati bagaimana
mendapatkan keuntungan yang banyak dengan sedikit modal.
Customer sering kali terbujuk rayuan dari SPG yang menawarkan
parfumnya tersebut merasa dirugikan, karena barang yang ditawarkan tidak
sesuai dengan yang dicoba (tester) hal ini menyalahi hakikat dari jual beli itu
sendiri yakni saling memperkuat, saling memerlukan dan saling menguntungkan
sudah tidak lagi berlaku.
Mustaq Ahmad, menyatakan dalam bukunya (Dr., busness ethics in Islam)
Diperintahkan dalam al-Qur’an pada manusia untuk jujur, tulus, ikhlas dan benar
Jika penipu dan tipu daya dikutuk dan dilarang, maka kejujuran tidak hanya
diperintahkan, tetapi dinyatakan sebagai keharusan yang mutlak.4
Demikian pula yang terjadi conter penjual Parfum bersegel lebih tepatnya
parfum produk di Royal Plaza Surabaya dan Plaza Surabaya. Disinilah kinerja
SPG sangat dibutuhkan seperti yang kita ketahui bahwa seorang SPG haruslah
berpenampilan menarik dan sangat aktif di kerumunan orang untuk menawarkan
yang disertai dengan memberikan tester berupa kertas yang sudah di semprotkan
berbagai macam parfum di masing-masing kertas dengan satu kertas satu aroma
yang telah dipotong- potong untuk mempermudah customer dalam memilih dan
menentukan selera. Seorang SPG yang menawarkan parfum haruslah sangat
cekatan dan biasanya memiliki rasa tidak canggung karena telah mengetahui
segala seluk- beluk parfumnya tersebut, dalam mempromosikan parfumnya
biasanya mampu mengunggulkan dari merek lain dibuktikan dengan tester dari
parfum yang ditawarkan. Custamer yang pada awalnya hanya ingin mencoba
menjadi membeli karena rayuan SPG yang pastinya dengan berbagai info yang
disampaikannya mengenai manfaat dan keuggunggulan dari parfum tersebut
yang cukup bahkan sangat menarik untuk dicoba oleh customer.
Namun setelah customer sampai di rumah dan mencoba ketahanan
parfumnya, kenyataannya menjadi berbeda dan tidak sesuai dengan tester yang
diberikan oleh SPG tersebut, dengan harga yang tidak murah membuat konsumen
4Hermawan kartajaya dan muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan Media
yang sudah membeli menjadi kecewa karena memang parfum yang sudah dibeli
tidak bisa ditukarkan apa lagi sampai mengembalikan parfum yang sudah dibeli
dan mengambil uangnya kembali. Allah SWT telah mengingatkan kita tentang
profesionalisme dalam menunaikan pekerjaan yakni dalam surat Al-Insyirah: 7
Artinya : Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S Al- Insyirah: 7).5
Semua yang kita kerjakan didunia ini akan kembali kepada Allah SWT maka
dari itu harus mengerjakan dengan jujur tanpa ada sifat qharar (penipuan). Adab
dan etika berbisnis hendaklah dijaga dan tidak hanya mementingkan keuntungan
sepihak melainkan kenyaman konsumen juga diperhatikan.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis praktek jual beli yang diterapkan
oleh para SPG parfum dalam menarik customer sehingga dapat mengetahui
parfum bersegel mengalami ketidak sesuaian dengan tester yang disuguhkan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini digunakan untuk
menjawab latar belakang permasalahan yang menjanggal dengan judul Analisis
Hukum Islam Terhadap Penjualan Parfum Bersegel Yang Tidak Sesuai Dengan
Tester (Studi Kasus Praktek Sales Promotion Girl di Royal Plaza Surabaya dan
Plaza Surabaya.
5
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat di
identifikasi dengan adanya beberapa masalah yang penting untuk dikaji
melalui penelitian sebagai berikut :
1. Daya tarik Sales Promotion Girl (SPG) untuk menarik minat customer.
2. Praktek jual beli Parfum Bersegel dengan bantuan tenaga SPG.
3. Faktor yang membuat produk Parfum Besegel lebih menarik dan banyak
peminatnya dibandingkan parfum bibit.
4. Seringnya customer tergiur melalu kemasan yang menarik dan infomasi
yang disampaikan SPG parfum yang kebanyakan tidak bisa menghindari.
5. Pengaruh berbagai campuran terhadap ketahanan parfum bersegel.
6. Analisis Hukum Islam terhadap penjualan parfum bersegel yang tidak
sesuai dengan tester Studi Kasus Praktek SPG (Sales Promotion Girl) di
Royal Plaza Surabaya dan Plaza Surabaya.
Maka penulis akan membatasi masalah yang akan dikaji sebagai berikut :
1. Praktek pemasaran yang dilakukan SPG parfum bersegel dalam
memasarkan dan menawarkan produknya.
2. Daya tarik seorang SPG untuk menarik minat customer.
3. Analisis Hukum Islam terhadap penjualan parfum bersegel yang todak
sesuai dengan tester Studi Kasus Praktek SPG ( Sales promotion Girl) di
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa
permasalahan yang perlu diungkapkan. Permasalahan-permasalahan tersebut
adalah :
1. Bagaimana praktek penjualan parfum bersegel yang tidak sesuai dengan
tester ?
2. Bagaimana Analisis Hukum Islam terhadap penjualan parfum bersegel
yang tidak sesuai dengan tester ?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah kajian untuk mendapatkan gambaran hubungan
topik yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya.6 Kajian pustaka ini diharapkan untuk tidak ada
pengulangan materi yang sama, setelah penulis melakuakn penelusuran kajian
pustaka dari awal sampai saat ini penulis menemukan dan membaca skripsi
antara lain :
1. Jajang Nurjaman (Skripsi 2010) dengan judul : “ Tinjaun Hukum Islam
Terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol”. Menyatakan bahwa jual beli
parfum beralkohol telah memenuhi rukun dan syarat sah akad jual beli,
sehingga hukumnya sah menurut hukum Islam meski awalnya diragukan
atas pemenuhan rukun dan sayarat sah akadnya terkait unsur zat yang
menjadi campurannya dan kemaslahatan, akan tetapi berdasarkan hasil
analisis dinyatakan bahwa kedua aspek tersebut telah terpenuhi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa rukun dan syarat sahnya telah terpenuhi,
sedangan alcohol yang digunakan parfum adalah etanol (salah satu jenis
alcohol), etanol adalah jenis alcohol yang alami dan mengandung zat
glukosa (zat gula), misalnya Aggur, apel, beras, jagung dan bahan alami
lainnya. Oleh karena itu bahan utama etanol suci maka dari itu parfum
tersebut boleh di perjual belikan.7
2. Bayu Dwi Kurniawan (skripsi 2016) dengan judul : “ Hubungan persuasi
SPG terhadap Keputusan Membeli Pada Produk Smartphone”.
Menyatakan bahwa sanya seorang SPG memiliki kemampuan
berkomonukasi persuasi sehingga mampu meningkatkan daya saing
produk yang dipegangnya dipasaran. Sales promotion Girl (SPG)
merupakan perantara dalam penyampaian informasi produk yang dijual
terhadap Pembeli (customer) untuk akhir mengambil keputusan untuk
membeli produk tersebut setelah mendapatkan informasi dengan disari
keinginan, kebutuhan dan pertimbangan-pertimbangan yang lain.8
3. Krisnawati Ningsih (skripsi 2016) dengan judul : “tinjauan hukum islam
terhadap sistem jual beli hasil perkebenun tembakau di desa rajun
kecamatan pasongsongan kabupaten sumenep”. Menyatakan bahwa sanya
7Jajang Nurjaman,”
Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol” (Skripsi- UIN Sunan Kalijaga), 2010.
8
sistem jual beli yang terdapat didesa Rajun kecamatan pasongsongan
kabupaten Sumenep dengan beberapa kenaikan harga yang dilakukan
petani kepada pedagang yang terus naik jika pedagang tidak sanggup
membayar saat jatuh tempo 1-2 % atau bahkan sampai lebih dengan
pembayaran tertunda. Tetapi selain kerugian yang dialami pedagang
juga terkadang petani juga merugi, pihak petani sendiri juga merasa
bahwa dirinya merasa dirugikan dari segi terkadang pedagang yang
mengunakan sistim pembayaran tidak dibayar kontan, ketika petani sudah
mengirimkan hasil tembakaunya kepada tempat pedagang tidak sedikit
pula petani merasa ditipu dengan pedagang tidak kunjung membayar
tembakau yang sudah dikirimnya. Analisis hukum Islam tentang jual beli
ini tidak diperbolehkan karena lebih banyak mudaratnya dibandingkan
manfaatnya dan lebih banyak pihak-pihak yang dirugikan dengan
alasan keuntungan yang tinggi, melalui penetapan harga yang tidak wajar.
Dan sistim jual beli yang ada di desa Rajun mengandung unsur riba
dengan cara kenaikan harga atau penambahan harga tembakau yang harus
dibayar jika pedagang tidak sanggup membayar tembakau tersebut saat
jatuh tempo. Sistim jual beli ini berlaku dan ada di desa Rajun secara
turun-temurun sejak tahun-tahun lalu.9
9
Dari hasil penelitian yang ada sebelumnya, sudah jelas ada perbedaan
dan tidak ada pengulangan penelitian dan pengulangan atau kesamaan pada
skripsi-skrpsi sebelumnya.
E. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai, adalah :
1. Untuk mengetaui dan menjelaskan praktek penjualan parfum bersegel
yang tidak sesuai dengan tester.
2. Untuk mengetahui Analisis Hukum Islam terhadap penjualan parfum
bersegel yang tidak sesuai dengan tester.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini terdiri dari segi teoritis dan segi praktis, yait:
1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menjadi
kajian analisis yang berhubungan dengan ketidak sesuaian Parfum yang
dijual dengan tester yang disuguhkan oleh SPG di Royal Plaza Surabaya
dan Plaza Surabaya.
2. Dari segi praktis, bermanfaat bagi pelaku yakni SPG dan pemilik usaha
yang seharusnya menyatakan diawal mengenai kekurangan dari barang
G. Definisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam konsep penelitian,
maka perlu dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang ada dalam judul
diatas. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan :
1. Hukum Islam
Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu
Allah Swt. dan sunah Rasul saw tentang tingkah laku manusia mukalaf
yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang
beragama Islam.10 Dalam penelitian ini yang di maksud hukum Islam
adalah ketentuan atau peraturan tentang penjualan Parfum bersegel yang
tepat dengan kinerja SPG melalui tester dan informasi terkait Parfum
yang tiwarkan terhadap customer.
Perlu diperhatikan bahwa ada tiga prinsip penting yang mesti
diperhatikan dalam jual beli yaitu: tidak boleh mengambil hak orang lain
tanpa seizinnya, tidak boleh membohongi dan menipu customer, tidak
boleh menyelisihi aturan dan wajib ditaati, selama itu tidak menuju
terhadap kemaksiatan, begitupun dalam jual beli parfum bersegel harus
mengacu pada tiga prinsip tersebut.
2. Parfum bersegel
Parfum besegel merupakan minyak wangi yang kemasannya
menggunakan dus dan botolnya 99% mendekati original dan parfum yang
10 Tim penyusun MKD Uin Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, (Surabaya : Uin Sunan
seperti ini biasanya mahal karena kemasan dan minyak wanginya original
dengan komposisi yang disesuaikan hingga menghasilkan parfum yang
tahan lama dan nyaman baik dalam segi aroma maupun di aplikasikan di
badan.
3. Tester
Menurut kamus bahasa inggris Tester kata lain dari ; dari pencobaan,
penguji dan dalam penjualan parfum, apapunpun itu jenisnya apa lagi
yang telah bersegel.Tester sangat dibutuhkan untuk mengetahui aroma
dari parfum yang tawarkan tersebut sampai pada akhirnya customer
menjatuhkan pilihan terhadap aroma yang dipilih.Hal ini harus
diperhatikan untuk mendapatkan parfum yang sesuai dengan kondisi
badan dan tidak hanya wangi karena jika tidak disesuikan dengan badan,
parfum yang telah dipilih menjadi tidak nyaman dan bahkan mengundang
bau badan yang tidak sedap.Maka dari itu tester dalam penjualan parfum
itu sangatlah penting.
4. Sales Promotion Girl (SPG)
Sales Promotion Girl adalah seorang perempuan yang direkrut oleh
perusahaan atau pemilik usaha untuk mempromosikan produk. SPG
parfum pada umumnya harus mempunya kecerdasan dan pengetahuan
mengenai seluk beluk dari parfum yang ditawarkan pada customer karena
itu SPG disini sangat diandalkan walaupun kemampuan oraang
H. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dalam bentuk
studi kasus, yaitu suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi
penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala
obyektif yang terjadi di lokasi tersebut.11 Dalam hal ini yang menjadi
lapangan penelitian adalah Stand Parfum Royal Plaza Surabaya.Dengan fokus
penelitian adalah Penjualan Parfum Bersegel yang tidak sesuai dengan Tester.
Selanjutnya, serangkaian langkah-langkah yang dibutuhkan agar
penilitian ini memberikan deskriptif yang baik, maka dilakukan
langkah-langkah sebagai beriku :
1. Data yang dikumpulkan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka
data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah :
a. Data tentang kinerja SPG dalam menarik cutomer.
b. Data tentang minat customer terhadap Parfum bersegel dari pada
parfum isi ulang
c. Penetapan dan kliem yang dinyatakan oleh SPG bahwa parfum yang
ditawarkan merupakan parfum original dan sesuai dengan Tester yang
disuguhkan.
d. Omeset yang harus diraih oleh masing-masing SPG dalam menjual
Parfum Bersegel.
2. Sumber data
11 Abdurrahman Fathoni, Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta : PT.
Sumber data mengenai Penjualan Parfum Bersegel yang tida sesuai
dengan Tester (studi Kasus Praktek SPG di beberapa Mall di Surabaya)
digali dari sumber-sumber berikut :
a. Sumber primer
primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.12Sumber
data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara.
Adapun diantarnya yang menjadi sumber penelitian ini meliputi :
1) Pemilik Usaha Parfum Bersegel di Royal Plaza Surabaya dan
Plaza Surabaya
2) Sales Promotion Girl (SPG) di Royal Plaza Surabaya dan Plaza
Surabaya
3) Customer Parfum Bersegel di Royal Plaza Surabaya dan Plaza
Surabaya
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Data
sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang
telah tersedia.13 Adapun sumber sekunder yang digunakan dari
penelitian ini adalah :
12 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Edisi I Cetakan VII,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
20.07), 91
1) Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
mengenai penjualan Prafum bersegel di Royal Plaza Surabaya dan
Plaza Surabaya.
2) Al-Qur’an dan Hadis
3) Fiqih Muamalah
4) Dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan Penjualan
Parfum Bersegel oleh SPG yang menggunakan Tester .
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Data untuk menjawab masalah penelitian dapat dilakukan dengan
cara pengamatan (observasi), yakni mengamati gejala penelitian.
Dalam hal ini panca indera manusia (penglihatan dan pendengaran)
diperlukan untuk menangkap gejala yang diamati.Apa yang ditangkap
tadi, dicatat dan selanjutnya catatan tersebut dianalisis.14 Observasi
dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
Penjualan Parfum Bersegel oleh SPG dengan bantuan Tester yang
disuguhkan terhadap customer.
b. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak antara pengumpul
data (pewawancara) dengan sumber data (responden).15 Wawancara
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung
terhadap customer, SPG, dan pemilik Usaha. Seperti penawaran yang
dilakukan oleh SPG untuk menarik minat customer yang datang
berkunjung ke Royal Plaza Surabaya dan Plaza Surabaya.
c. Dekumentasi
Dokumentasi merupakan cacatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.16
Metode ini dimaksudkan untuk menggali segala hal-hal yang
berkaitan dengan Parfum bersegel yang telah ramai digandrungi para
pecinta parfum dan para masyarakat umum yang menggunkannya
karena kebutuhan.
4. Teknik pengelolaan data
Setelah data terkumpul dari segi lapangan maupun pustaka, maka
dilakukan teknik pengelolaan data sebagai berikut :
a. Editing adalah pemeriksaan kembali data-data yang diperoleh dengan
memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang
meliputi kesesuaian dan keselarasan satu dengan yang lainnya,
keaslian, kejelasan, serta relevansinya dengan permasalahan.17
15Rianto Adi, Metodologi Sosisal dan Hukum, (Jakarta : Granit, 2004), 72.
b. Organizing adalah mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi
sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai
dengan rumusan masalah, serta mengelompokkan data yang
diperoleh.18 Melaui teknik ini, data-data yang telah terkumpul
dikelompokkan sesuai dengan pembahasan yang telah direncanakan
sebelumnya mengenai Penjualan Parfum Bersegel yang tidak sesuai
dengan Tester Studi Kasus Praktek SPG di beberapa Mall di
Surabaya.
c. Analyzing adalah dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil
editing dan organizing data yang telah diperoleh dari sumber-sumber
penelitian, dengan menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya sehingga
diperoleh kesimpulan.19 Dengan teknik ini, kemudian dapat diperoleh
kesimpulan mengenai Penjualan Parfum Bersegel yang tidak Sesuai
dengan Tester (Studi Kasus Praktek SPG ) di Royal Plaza Surabaya
dan Plaza Surabaya.
5. Teknik analisis data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian
ini ialah metode deskriptif analitis yaitu sebuah metode dimana prosedur
pemecahan penelitian yang diselidiki dengan mengambarkan dan
melukiskan subyek atau obyek pada seseorang atau lembaga pada saat
sekarang dengan berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya.20
Metode ini digunakan untuk menganalisis data yang telah
diperoleh dalam penelitian, sehingga mendapat kesimpulan atau kejelasan
hukum Islam terhadap praktik Penjualan Parfum Bersegel yang tidak
sesuai dengan Tester yang dilakuan oleh SPG di beberapa Mall di
Surabaya.
I. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi disusun secara sistematis untuk memperoleh
gambaran inti dari permasalahan yang dibahas serta untuk mempermudah
pembahasan dalam penelitian.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian,
kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua merupakan pembahasan mengenai Penjualan Parfum
Bersegel yang meliputi : pengertian Jual-Beli, dasar hukum Jual-Beli, rukun
dan syarat dalam Jual-beli, Pengertian Jual Beli dengan bantuan Sales
Promotion Girl (SPG), dan pandangan Hukum Islam mengenai keberkahan
bisnis. Uraian teori tersebut selanjutnya akan dijadikan tinjauan Analisis
20 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet Ke-6, (Yogyakarta : Gajah Mada
untuk mengetahui bagaimana Hukum Penjualan parfum yang berbeda dengan
testernya.
Bab ketiga merupakan praktik penjualan parfum bersegel Praktek
SPG di Royal plaza Surabaya dan Plaza Surabaya dalam hal ini penulis
meneliti lokasi Royal Plaza Surabaya dan Plaza Surabaya sebagai sampel
beberapa Mall di Surabaya, dan dalam hal ini penulis membagi menjadi tiga
sub, sub pertama profil umum mengenai parfum besegel yang dijual oleh SPG
di royal Plaza Surabaya dan Plaza Surabaya, Ruang lingkup Sales promotion
Girl (SPG) Dalam Menentukan minat Customer, Syarat-syarat menjadi SPG
professional berdasarkan syariah Islam.
Bab keempat merupakan analisis hukum Islam terhadap Penjualan
parfum bersegel yang tida sesui dengan tester praktek SPG di Royal Plaza
Surabaya dan Plaza Surabaya sebagai sampel, yang meliputi :praktik
penjualan parfum bersegel di Royal Plaza dan Plaza Surabaya dan analisis
Hukum Islam terhadap praktik terhadap penjualan parfum bersegel yang tidak
sesuai dengan tester.
Bab kelima merupakan penutup dari keseluruhan isi pembahasan dari
23
BAB II
JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM
A. Konsep Dasar Jual Beli
Perdagangan atau jual beli secara bahasa (lughtan) berasal dari
bahasa arab al-bay’, al-tija@rah, al-muba@dalah artinya “mengambil,
memberikan susuai barter”. Secara istilah (syariah) ulama ahli fikih
mendefinisikan secara berbeda-beda tergantung pada sudut pandangnya
masing-masing.
Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang
dikemukakan para ulama fiqh, sekalipun substansi dan tujuan
masing-masing definisi sama, sayyid sabiq mendefinisikan jual beli dengan:
ِنْوُذْأَمْلا ِْجَوْلا ىَلَع ٍضَوِعِب ٍكْلِم ُلْقَ ن ْوَا ,ىِضاَر تلا ٍلْيِبَس ىَلَع ٍلاَِِ ٍلاَم ُةَلَداَبُم
ِْيِف
“jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling merelakan atau
memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan”.1
Definisi diatas terdapat kata “harta”, “milik”, “ dengan” “ganti”
dan “dapat di benarkan” (al-ma@’dzun fih), yang dimaksud harta dalam
definisi di atas yaitu segala yang dimiliki dan bermanfaat sedangkan yang
dimaksud “milik” adalah agar dapat dibedakan dengan yang bukan milik,
yang dimaksud dengan ganti adalah agar dapat dibedakan dengan hibah
1
24
(pemberian), sedangkan yang dimaksud dapat dibenarkan (al-ma@’dzun fih)
agar dapat dibedakan dengan jual beli yang terlarang.
Sedangkan menurut ibnu Qadamah (1995: 559 juz III), perdagang
adalah pertukaran harta dengan harta untuk menjadikan melikinya.
Nawawi (1956: 130) menyayatkan bahwa jual beli pemilikan harta benda
dengan secara tukar menukar yang sesuai dengan ketentuai syariah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Al-Hasani (tt: 133 jilid V) yang
mengemukakan pendapat Mazhab Hanafiyah, jual beli adalah pertukaran
harta dengan harta melalui sistem yang menggunakan cara tertentu.
Sistem pertukaran harta dengan harta dengan konteks harta yang dimiliki
manafaat serta terdapat kecenderungan manusia untuk menggunakannya
yang dimaksud dengan cara tertentu adalah menggunkan ungkapan
(sigha@h ija@b qabu@l).
Dari pengetian diatas bisa kita tarik kesimpulan bahwa sanya jual
beli merupakan sebuah proses pemindahan hak milik berupa barang atau
harta kepada pihak lain yang mempunyai nilai ridha diantara kedua belah
pihak dengan perjanjian atau ketentuan yang telah diberikan syara’ dan
disepakati.
B. Dasar Hukum Jual Beli
Para ulama telah sepakat bahwa jual beli (al-ba@y’) adalah suatu
25
islam.2 Asalkan setiap transaksi jual beli berdasarkan pad al-qur’an, hadis
dan ijmak.
1. Ayat al-Qur’an yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW merupakan
contoh dalam berniaga (berbisnis) yang sesui dengan syari’at islam, Allah
berfirman dalam Surat al-Ahsab ayat 21.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia bnyak menyebut Allah” (Q.S al-Ahsab [33]: 21).3
Akan tetapi, sisi lain, Nabi Muhammad Saw. Juga adalah manusia
biasa; beliau makan, minum berkeluarga dan bertetangga, berbisnis dan
berpolitik, serta sekaligus memimpin ummat. Ini semua menunjukkan
bahwa Nabi Muhammad Saw merupakn figur yang layak dijadikan idola
dan dijadikan contoh dalam mengarungi dunia bisnis. Sebagai seorang
pembisnis Nabi Muhammad Saw sangat baik dan setiap transaksi
berbisnisnya.4 Beliau melakukan transaksi secara jujur, adil dan tidak
pernah membuat pelanggannya mengeluh, apalagi kecewa. Lebih dari,
Nabi Muhammad Saw juga meletakkan prinsip-prinsip dasar dalam
2
Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia Fatwa-Fatwa Aktual, (Jakarta: al-mawardi prima, 2003), 290
3Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya Special for Women, (Jakarta: SYGA,
2007)420.
4Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan Media
26
melakukan transaksi dagang secara adil. Kejujuran dan keterbukaan Nabi
Muhammad Saw dalam melakukan transaksi perdagangan merupakan
teladan abadi bagi pengusaha generasi selanjutnya.
2. Ayat al-Qur’an yang memerintahkan untuk memenuhi semua akad dan
memperbolehkan yang halal sesuai syari’at islam dan melarang segala hal
yang tidak sesuai dengan syari’at Islam, Allah berfirman dalam Surat Al-
Maa’idah ayat 1:
“ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu, dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya |Allah menetapkan hukum- hukum menurut yang
dikehendaki-nya”.(Q.S Al- Maa’idah:1).5
3. Ayat al-Qur’an yang melarang untuk merugikan orang lain dan merajalela
dalam keburukan, Allah Berfirman dalam Surat Al-Syu’ara ayat 183:
“dan janganlah kalian merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah
kalian merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”.(Q.S
Al-Syu’ara:183).6
4. Surat Al-Shaf ayat 10-13:
5Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya Special for Women, (Jakarta: SYGA, 2007)
106.
6Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya Special for Women, (Jakarta: SYGA, 2007),
27
“(10). Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?,(11). (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasulnya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.,(12). niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar., (13). dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
beriman.”7
Dan dasar hukum jual beli berdasarkan sunnah Rasulullah, sabda-sabda Nabi MuhammadSaw berikut ini telah menjadi kaidah yang sangat berharga bagi
pekerja yang menjujung tinggi profesionalisme dan kejujuran, antara lain:8
1. Hadits yang diriwatkan oleh Ahmad ibn Hanbal, Rasulullah Saw. Bersabda:
ْبَ ق ِةَرَمثلا ِعْيَ بَو ْنَع ِرَرَغْلا ُعْيَ بَو َرَطْضُمْلا ِعْيَ ب ْنَع َملَسَو ِيَلَع ه ىلَص ِِّبَلا ىَهَ ن ْدَقَو
ْنَأ َل
َُدََْْا ُاَوَر ُ َكِرْدُت
7
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya...,552.
8 Idri, Hadits Ekonomi(Ekonomi Dalam Perspektif Hukum Islam), (Surabaya: UIN Sunan
28
“ Sesungguhnya Nabi SAW. Melarang jual beli dengan unsur paksaan,
jual beli dengan unsur penipuan, dan jual beli buah sebelum diketahui
buahnya. (HR. Ahmad ibn Hanbal).9
2. Hadist yang diriwayatkan oleh Bazzar dinyatakan sahih oleh Hakim
al-Naysaburi, Rasulullah Saw. Bersabda:
ُبْيَط ِبَسَكْلا يَا : َلِئُس ْمَلَسَو ِّْيَلَع ُه ىَلَص ُِِلا نا َُْع ُه َيِضَر ٍعِفاَر ِنْب َةَعاَفِر ْنَع
؟
َُمِكَْْا ُحَحَصَو راَزَ بْلا ُاَوَر ُ ٍرْوُرْ بَم ٍعْيَ ب ُلُكَو ِِدَيِب ِلُجرلا ُلَمَع َلاَق
“dari Rifa’ah ibn Rifi’ RA. Bahwasanya Rasulullah SAW. Ditanya : Mata pencaharian apakah yang paling bagus? Rasulullah menjawab, “ Pekerjaan
seseorang dengan tangannya dan tiap-tiap jual-beli”. (al-Bazzar dinyatakan
sahih oleh al-Hakim al-Naysaburi). 10
3. Hadist yang diriwatkan oleh Al- Bakhari, Rasulullah Saw. Bersabda:
َ ْ يَ بَو ،ٌَِّّ ب َماَرَْْاَو ،ٌَِّّ ب َل َاَْْا نِإ " :ُلوُقَ ي ،َملَسَو ِْيَلَع ُه ىلَص ِه َلوُسَر ُتْعَََِو
اَمُه
ُ ٌتاَهِبَتْشُم
1
ا ِتاَهُ بشلا ىَق تا ِنَمَف ،ِسا لا َنِم ٌرِثَك اَهُمَلْعَ ي َا َ
،ِِضْرِعَو ِِيِدِل ِيِف َأَرْ بَ تْس
ِّلُكِل نِإَو َاَأ ،ِيِف َعَتْرَ ي ْنَأ ُكِشوُي ىَمِْْا َلْوَح ىَعْرَ ي يِعارلاَك ،َماَرَْْا َعَقاَو اَهَعَ قاَو ْنَمَو
ٍكِلَم
ُ َمرَح اَم ِه ىَِْ نِإَو ،ىًِْ
2
ًةَغْضُم ِناَسْنِْإا ِِ نِإَو َاَأ ، َ
ُدَسَْْا َحُلَص ْتَحُلَص اَذِإ
ُبْلَقْلا َيَِو َاَأ .ُلُك ُدَسَْْا َدَسَف ْتَدَسَف اَذِإَو ،ُلُك
“Segala sesuatu yang halal dan haram sudah jelas, tetapi diantara
keduanya terdapat hal-hal yang samar dan tidak diketahui oleh banyak orang. Barang siapa yang berhati hati terhadap barang yang meragukan berarti telah menjaga agama dan kehormatan dirinya. Tetapi barang siapa yang mengikuti hal-hal yang meragukan berarti telah terjerumus pada yang haram, seperti seorang gembala yang menggembalakan binatangnya disebuah ladang yang terlarang dan membiarkan binatang tersebut
9Abu Abdullah Ahmad bis Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Azab al- Shaybani,musnat
Ahmad bin Hambal, juz 2 (ttp: muassasah al Risalah, 2001), 252.
29
memakan rumput itu. Setiap penguasa mempuanyai peraturan-peraturan yang tidak boleh dilanggar, dan Allah melarang segala sesuatu yang
dinyatakan haram”. (HR. Ahmad bin hambal).11
4.
Hadits yang diriwatkan oleh Al- Muslim, Rasulullah Saw. Bersabda:ْيَ ب ْنَعَوِةاَصَْْا ِعْيَ ب ْنَع َملَسَو ِْيَلَع ُه ُلوُسَر ىَهَ ن َلاَق َةَرْ يَرُ َِِأ ْنَع
ٌَمِلْسُم ُاَوَرُ ِرَرَغْلا ِع
“Dari Abu Hurayrah ra., katanya “ Rasulullah melarang jual beli dengan
cara melempar dan jual beli yang mengandung penipuan”.12
Hadist-hadist diatas merupakan panduan bagi pelaku bisnis
syariah yang ingin mengembalikan cara-cara bisnis yang beradab dan
bermoral, tanpa ada penipuan, penzaliman, dan eksploitasi kelemahan
orang lain untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Karena bisnis
sesungguhnya adalah bisnis yang santun, bisnis yang penuh kebersamaan
dan penghormatan atas hak-hak masing-masing sebagimana dicontohkan
dalam bisnis Nabi Muhammad Saw.
C. Rukun dan Syarat Jual Beli
1. Rukun Jual Beli
Dalam melaksanakan jual beli ada lima rukun yang harus dipenuhi seperti
dibahawah13
11Abu Abdullah Ahmad, Musnat Ahmad bin Hambal.., juz 30, 324.
12Imam Muslim bin Hajaj al- Qushayri al- Naysaburi, Shohih Muslim, Juz 5 (Bayrud- Dar alkitab
al-Almiyah, 2008), 318.
30
a. Penjual, Ia harus memiliki barang yang dijualnya atau
mendapatkan izin untuk menjualnya, serta sehat akalnya
b. Pembeli, dia disyaratkan diperbolehkan bertindak dalam arti ia
bukan orang yang kurang waras.
c. Barang yang dijual, barang yang dijual merupakan yang hal yang
diperbolehkan dijual, bersih, bisa diserahkan kepada pembeli, dan
bisa diketahui pembeli meskipun hanya dengan ciri-ciri.
d. Bahasa akad, yaitu penyerahan (ijab) dan penerimaan (qabul)
dengan perkataan misalnya, pembeli berkata, “ Aku jual barang ini
kepada mu”. Atau ijab dan qabul dengan perbuatan misalnya
pembeli berkata,” Aku menjual pakaian ini kepadamu”, kemudian
penjual memberikan pakaian yang dimaksud kepada pembeli.
e. Kerelaan kedua, belah pihak; penjual dan pembeli. Jadi, jual beli
tidak sah dengan ketidak relaan salah satu dari dua pihak, Ibnu
Majih dengan sanad Hasan)
2. Syarat Jual Beli14
Persyaratan sifat dalam jual beli itu diperbolehkan. Oleh karena
itu. Jika sifat yang disyaratkan itu memang ada maka jual beli tersebut
sah. Dan jika tidka ada maka tidak sah. Misalnya, pembeli buku
menyaratkan hendaknya buku itu kertasnya kuning atau pembeli rumah
31
mensyaratkan hendaknya pintu rumah yang akan dibelinya itu terbuat
dari besi, dan sebagainya.
D. Etika (Akhlak) dalam Pemasaran
Semua kegitan bisnis hendaknya selaras dengan moralitas dan
nilai utama yang digariskan oleh Al-Qur’an. Al-Qur’an menegaskan
bahwa setiap tindakan dan transaksi hendaknya ditujukan untuk tujuan
hidup yang lebih mulia.15 Ada Sembilan etika pemasaran, yang akan
menjadi prinsip-prinsip bangi syariah marketer dalam menjalankan
fungsi-funfsi pemasaran, yaitu:16
1. Memiliki kepribadian spiritual (takwa)
Semua transaksi ekonomi dilakukan dalam rangka untuk
melakukan kebajiakan dan ketakwaan kepada Allah dan bukan
sebaliknya. Dalam suarat al-maidah ayat 2, Allah berfirman:17
15Lihat Qs Al-Taubah (9): 38, Al-Rum (30): 7, Al-nisa’ (4): 74; Al-Syuara (42): 20.
16Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan Media
Utama (MMU),2006), 67- 97.
17Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemah Special for Women, (Jakarta: SYGA, 2007),
32
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”
2. Berperilaku baik dan simpatik (shidiq)
Allah mengajarkan untuk senantias rendah hati dan bertutur kata
yang manis. Berperilaku baik, sopan santun dalam pergaulan adalah
fondasi dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat
dihargai denga nilai yang tinggi, dan mencakup semua sisi manusia.
Dalam hal in Allah juga mengharuskan pemeluknya untuk berlaku
sopan dalam setiap hal; bahkan dalam melaukan transaksi bisnis
dengan orang-orang yang bodoh (sufaha’), tetap haru berbicara
dengfan ucapan dan ungkapan yang baik. Kaum muslimin diharuskan
untuk berlaku manis dan dermawan terhadap orang-orang miskin, dan
jika dengan alasan tertentu ia tidak mampu meberikan uang kepada
orang-oarang yang miskin itu, setidak- tidaknya memperlakukan
mereka dengan kata-kata yang baik dan sopan dalam bergaul. Dengan
begitu semua orang yang pernah megenalnya pasti memberikan kesan
yang baik dan senang bersahabat serta tidak canggung melakukan
transaksi bisnis dengan orang tersebut.
3. Berlaku adil dalam bisnis (al-‘a@dl)
Adil\\ adalah salah satu bentuk akhlak yang harus dimiliki oleh
seorang pembisnis. Berbisnis secara adil adalah wajib hukumnya,
33
antara nilai-nilai yang telah ditetapkan oleh Islam dalam semua aspek
ekonomi islam.
Dalam bisnis, sikap adil harus tergambarkan bagi semua
stakehorder, semuanya harus merasakan keadilan. Tidak boleh ada
salah satu pihak yang hak-haknya terdzalimi, terutama bagi tiga
stakehorder utama, yaitu pemilik bisnis, pelanggan, dan karyawan /
SPG. Mereka harus selalu terpuaskan (satisfied) sehingga dengan
demikian bisnis bukan hanya tumbuh dan berkembang, melainkan juga
berkah di hadapan Allah Swt.
4. Bersikap melayani dan rendah hati (khidmah)
Rasulullah bersabda bahwa salah satu ciri orang yang beriman
adalah mudah bersahabat dengan orang lain, dan orang lainpun mudah
bersahabat dengannya. Rasulullah bersabda.
ُتْعََِ َلاَق ٍكِل اَم ِنْب ِسَنَأ ْنَع
َطَسْبُ ي ْنَأ ُرَس ْنَم : ُلْوُقَ ي َملَسَو ِْيَلَع ُه ُلوُسَر
ُىِراَخُبْلاُاَوَرُ ََُِْر ْلِسَيْلَ ف ِرَثَأ ِِ َأَسُْ ي ْوَأ ٌُقْزِر ِْيَلَع
ٌَمِلْسُم
“Dari Anas ibn Malik, katanya: Aku mendengar rasulullah SAW . bersabda, “Barang siapa ingin agar rejekinya dilapangkan dan pengaruhnya diluaskan, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahmi ”Al-Quran memerintahkan dengan sangat ekspresif agar kamu muslim bersifat lembut dan sopan santun manakala berbicara dan
melayani pelanggan ( HR. al-Bukhori dan Muslim).18
18Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al- Bukhari
34
Dalam berbisnis seorang muslim tidak boleh terbawa dalam gaya
yang berlebih-lebihan, dan harus menunjukkan iktikad baik dalam
semua transaksi bisnisnya. Karena Allah Swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan yang berlaku suka sama suak di antara kamu”(QS. Al-Nisa [4]’29).19
5. Menempati janji dan tidak curang
Allah Swt. Berfirman tentang sikap amanah
, “… jika sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendalah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendakalah ia bertakwa kepada Allah tuhannya…”.(QS.
Al-Baqarah [2]: 283). 20
Amanah dari Allah Swt. Kepada manusia ada dua, yaitu
ibadah dan khalifah. Dalam kehidupan, seorang Muslim harus
melaksanakan segala perintah Allah dan meningglkan segala
19Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya Special for Women, (Jakarta: SYGA,
2007),83.
35
larangan-nya. Kepatuhan terhadap Allah adalah kepatuhan yang
bersifat mutlak Karena Allah memang menciptkan manusia untuk
mengabdi kepadanya.21
Seorang pembisnis harus senantiasa menjaga amanah yang
dipercayai kepadanya. Demikian juaga dengan seorang Muslim
dalam melakukan bisnis, harus dapat menjaga amanah yang
diberikannya sebagai karyawan dari perusahaan atau conter toko
dalam memasarkan dan mempromosikan produk kepada
pelanggan.
6. Jujur dan percaya (Al-Amanah)
Di anatara akhlak yang harus menghiasi bisnis syariah
dalam setiap gerak-geriknya adalah kejujuran. Kadang-kadang
sifat jujur dianggap mudah untuk dilakukan bagi orang-orang
awam manakala tidak dihadpkan pada ujian yangberat atau tidak
dihadapkan pada godaan duniawi. Disinilah islam menjelaskan
bawa kejujuran seorang sahabat, ajaklah kerja sama dalam bisnis.
Di sana akan kelihatan sifat-sifat aslinya, terutama dalam hal
kejujuran.
Rasululluh Saw. Bersabda,
ِْيَلَع ُه ىَلَص ِِلا ََِإ ٌِِاَرْعَأ َءاَج َلاَق اَمُهْ َع ُه َيِضَر وٍرْمَع ِنْب ِه ِدْبَع ْنَع
ُث َلاَق ِهَِ ُكاَرْشِإا َلاَق ُرِئاَبَكْلا اَم ِه َل وُسَر ََ َلاَقَ ف َملَسَو
ُ ْوُقُع ُث َلاَق َذاَم
21Didin Hafiduddin dan Hendri Tanajung, Manajemen Syariah dalam Praktek, (Jakarta: Gema
36
ُعِطَتْقَ ي يِذلا َلاَق ُسْوُمَغْلا ُِّْمَيْلا اَمَو ُتْلٌ ق ُسوُمَغْلا ُنِمَيْلا َلاَق َذاَم ُث َلاَق ِنْيَدِلَوْلا
َِراَخُبْلا ُاَوَرُ ٌبِذاَك اَهْ يَ ف َوُ ٍمِلْسُم ٍئِرْما َلاَم
“Dari ‘Abd Allah ibn ‘Amr RA., katanya: seorang Arab Badai
datang kepada Nabi SAW. Dan berkata: wahai Rasullah, apakah dosa-dosa besar itu ? Rasulullah menjawab. “( dosa-dosa besar itu ) adalah menyekutukan Allah” .orang itu bertanya lagi: kemudian apa ? Nabi menjawab “ Durhaka kepada kedua orang tua”. Orang itu bertanya lagi: kemudian apa? Nabi menjawab. “kemudian sumpah palsu”. Laki-laki itu bertanya apakah sumpah palsu itu ? jawab nabi. “ sumaph yang digunakan untuk mengambil harta orag lain padahal didalamnya terdapat kedustaan”. (HR. Al-Bukhari, 5/
214, 215).22
Islam sangat melarang penyalah gunaan dan pengunaan
barang milik najikan oleh pekerja di luar imbalan yang telah
ditetapkan. Hal itu dianggap sebagai ketidak jujuran dan
pencurian, yang keduanya dilarang dalam islam.
7. Tidak suka berburuk sangka (s>u’uz{-an)
Saling menghormati satu sama lain merupakan ajaran Nabi
Muahammad Saw. Yang harus di implementasikan dalam perilaku
bisnis. Tidak boleh satu pengusaha menjelek-jelekkan pengusaha
yang lain, hanya bermotifasi persaingan bisnis. Amat naif jika
perilaku seperti ini terdapat pada praktisi bisnis. Islam melindungi
kehormatan pribadi dari suatu pembicaraan oleh yang tidak
disukai untuk disebut dalam gh>ibah, padahal omongan itu benar
adanya. Maka bagaimana lagi kalau omongan itu justru
22Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al- Bukhari
37
buat tidak sesuai dengan fakta? Jelas merupakan dosa besar.
Seperti dituturkan dalam hadist Nabi Muhammad Saw.,
نِإَف نظلاو ْمُك َِإ :َلاَق َملَسَو ِْيَلَع ُه ىَلَص ُه َلوُسَر نَأ َرْ يَرُ َِِأ ْنَع
ُبَذْكَأ نظلا
اوُرَ باَدَت آَو اوُدَساَََ آو اْوُسَفاََ ت آَوُسسَََ آَو اوُسسَََ آَو ِثْيِدَْْا
ٌَمِلْسُم ُاَوَرُ ًُاَوْخِإ ُه َداَبِع ُُْوُكَو
“ Dari Abu Hurayrah bahwa sanya Rasulullah SAW.
Bersabda, Jauhilah Prasangka karena sesungguhnya itu pembicaraan yang paling dusta, jangan saling mencari-cari kesalahan. Jangan saling memata-matai, jangan saling mendengki, jangan saling iri, dengan saling membenci, jangan saling
bermusushan, dan jadilah hamba-hamba Allah yang besaudara”.23
Karena itu, tinggallah perbuatan berburuks angka (su’uzha
zhann). Akan lebih mulia jika seoarang pembisnis justru
menonjolkan kelebihan-kelebihan saudaranya, rekan sekerjanya,
perusahaannya atau bahkan jika perlu pesaingnya. Disini akan
tergambar sebuah akhlak yang indah, yang justru menaruh simpati
pelanggan meupun mitra bisnis sendiri.
8. Tidak suka menjelek-jelekkan (gh>ibah)
Penyakit hati yang lain, selain su>’uz-an, yang banyak
menimpa umat islam, termasuk para pembisnis dan akademisi
ekonomi syariah, yakni gh>>ibah. Kita dilarang gh>ibah (mengumpat/
menjelelk-jelekkan). Seperti firman Allah,
38
“Dan jangan sebagian dari kamu mengmpat sebagian yang
lain”.(QS. Al-Nur [24]: 19).24
Biasanya seorang pemasar sehari-hari senang jika telah
mengetahui kelemahan, kejelekan, dan kekurangan lawan
bisnisnya. Dan biasanya kelelahan dan kejelekan ini dijadikan
senjata untuk memenangkan pertaruhan dipasar dengan
menjelek-jelekkan (karena faktanya benar) atau memfitnah (karena faktanya
tidak benar).
Bagi bisnis syariah, ghi@bah adalah perbuatan sia-sia dan
membuang-buang waktu. Akan lebih baik baginya jika
menumpahkan seluruh waktunya untuk bekerja secara
professional; menempatkan semua prospeknya sebagai sahabat
yang baik, dan kerenanya ia harus memperlihatkan kelebihan
terlebih dahulu untuk mendapat rezeqi yang berkah, berbudi
pekerti, dan memiliki akhlak mulia dalam melakukan persaingan.
Karenaorang yang memiliki akhlak yang mulia pasti disenangi
semua orang, dan orang sering mengenangnya. Dari sinilah
24Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya Special for Women, (Jakarta: SYGA,
2007),
39
muncul kepercayaan (trust) yang menjadi kunci sukses dalam
bisnis.
9. Tidak melakukan sogok (Risywah)
Dalam syariah, menyuap (risywah) hukumnya haram, dan
menyaup termasuk dalam katagori, makan harta orang lain
dengann cara batil. Memberikan sejumlah uang dengan maksud
agar kita dapat memenangkan tender suatu bisnis, atau
memberikan uang kepada hakin atau penguasa agar kita dapat
memperoleh hukuman yang lebih ringan atau termasuk dalam
katagori suap (risywah).
Allah Swt. Berfirman:
“ Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya mkamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (QS Al- Baqarah [2]:
188).25
Kemudian Rasulullah Saw. Bersabda bahwa melakukan
suap (rishwah). Suap menyuap dilarang dalam islam
َملَسَو ِْيَلَع ُه ىَلَص ُه َلوُسَر َنَعَل َلاَق وٍرْمَع ِنْب ِهِدْبَع ْنَع
ي ِشَتْرُمْلاَو ىِشرلا
َىِدِمِِْلاَو ِدواَدْوُ بَا ُاَوَرُ
40
“dari ‘Abd Allah ibn ‘Amar katanya: rasulullah melaknat pemberian suap dan penerima suap” (HR Abu Daud dan Ahmad
Al-Tirmidzi).26
Rasulullah juga menganjurkan umtanya agar menempuh
cara-cara yang halal dalam memperoleh rezeki,sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang beriman yang professional.
Orang yang menderita karena membiayai keluarganya untak
ubahnya seperti pejuang dijalan Allah.”
Dan dalam hal ini Islam mengharamkan suap (risywah) dan
memberikan peringatan keras terhadap siap saja yang bersekutu
atau bekerja dalam proses penyuapan ini. Sebab, meluasnya
kerusakan dan kezaliman.
Pada perinsipnya kebaikan harus dilaksakan dan keburukan
harus ditinggalkan. Agar upaya ini diperhatikan dengan kesadaran,
maka perlu argumentasi yang di rumuskan oleh etika. Manakala
penilaian bisnis diserahkan sepenuhnya kepada akal budi manusia,
maka muncul kesulitan untuk menyatukan pandangan mereka
tentang etika bisnis berbeda secara mendasar. Kepentingan bisnis
lebih mempengaruhi pemikiran orang, karen bisnis berkaitan
dengan kebutuhan da keinginan ekonomi manusia. Untuk
mengurangi ini etika islam perlu dihadirkan.27
26Abu Daud Sulaiman bin Ash-ash Isahak bin Basyir al- Sijitanji, Jus 3 (Bairuddin Al- Mahtabak
al- Ishriyah, tth),300.
27Bambang Subanding, Etika Bisnis Islam,(Surabaya: UIN Sunan Ampel Press(UINSA
41
E. Pengertian Jual Beli dengan Bantuan Sales Promotion Girl (SPG)
1. Penjualan personal
Menurut hamdani yang dikutip oleh Sunyoto (2014: 158) sifat
penjualan oleh perseorangan dapat dikatan