• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUKNIS BOP RA 2015 akun 521219

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JUKNIS BOP RA 2015 akun 521219"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK TEKNIS

BANTUAN OPERASIONAL PENDIDIKAN (BOP) RAUDHATUL ATHFAL (RA)

Edisi Revisi

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI

(2)

Petunjuk Teknis BOP RA i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dalam rangka mendukung pelaksanaan program pendidikan Pada Usia Dini (PAUD), Kementerian Agama meluncurkan program Bantuan Operasional Pendidikan Raudlatul Athfal (BOP RA) di seluruh Indonesia. Program BOP yang merupakan program utama Pendidikan Anak Usia Dini saat ini diharapkan mampu membantu dalam memenuhi biaya operasional Pendidikan RA dan memberikan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu.

BOP yang dimaksud yaitu berupa pemberian dana langsung kepada lembaga RA (Raudlatul Athfal) yang besarnya dihitung berdasarkan jumlah siswa masing-masing RA dan satuan biaya bantuan sebesar Rp. 310.000,- Penggunaan dana BOP diutamakan untuk membantu RA dalam memenuhi biaya operasional Pendidikan.

Setelah mendapat masukan dari berbagai pihak dan menyesuaikan dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga maka kami merevisi Juknis BOP RA edisi sebelumnya. Juknis BOP RA edisi revisi ini menetapkan bahwa kebebasan dari kewajiban membayar iuran dan biaya-biaya lain untuk kegiatan ekstrakurikuler siswa hanya diberikan kepada siswa RA dari keluarga tidak mampu saja mengingat BOP RA masih dinilai sangat rendah. Sedangkan mekanisme penyalurannya dan laporan per-tanggungjawabannya berdasarkan pada PMK tersebut.

Petunjuk teknis edisi revisi ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh pengelola BOP dalam melaksanakan program BOP di raudhatul athfal. Untuk itu, kepada seluruh pengelola BOP baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupat-en/kota agar memahami dan mempedomani petunjuk teknis BOP ini dengan sebaik-baiknya dan segera mensosialisasikan ke setiap raudhatul athfal peneri-ma dana BOP.

Jakarta, September 2015

Direktur Jenderal Pendidikan Islam

(3)

Petunjuk Teknis BOP RA ii

A. Rudhatul Athfal (RA) Penerima Program BOP ... 5

B. Peranan Program BOP dalam Pelaksanaan Program Pendidikan ... 5

C. Program BOP dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ... 5

III. ORGANISASI PELAKSANA ... 7

A. Tugas dan Tanggungjawab Kemenag Tingkat Pusat ... 7

B. Tugas dan Tanggungjawab Kemenag Tingkat Provinsi ... 7

C. Tugas dan Tanggungjawab Kemenag Tingkat Kab/Kota ... 7

D. Tugas dan Tanggungjawab RA ... 8

A. Monitoring oleh Kemenag Tingkat Pusat ... 16

B. Monitoring oleh Kanwil Kemenag Provinsi ... 17

C. Monitoring oleh Kantor Kemenag Kab/Kota ………. . 17

VII. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN ... 19

(4)

Petunjuk Teknis BOP RA iii

LAMPIRAN BOP

Formulir BOP-01 Surat Perjanjian Kerjasama ... 35

Formulir BOP-02 Rekapitulasi Nama dan Nomor Rekening RA ... 36

Formulir BOP-03 Surat Pernyataan Pengiriman Nomor Rekening RA ... 37

Formulir BOP-04 Rencana penggunaan Dana BOP ... 38

Formulir BOP-05 Laporan Penggunaan Dana BOP... 39

Formulir BOP-06 Rencana Kegiatan dan Anggaran RA (RKAM) ... 40

Formulir BOP-07 Buku Kas Umum ... 41

Formulir BOP-08 Buku Pembantu Kas ... 42

Formulir BOP-09 Surat Pernyataan Tanggungjawab Mutlak ... 43

Formulir BOP-10 Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan ... 44

Formulir BOP-11 Surat Pernyataan Penyimpanan Dokumen... 45

Formulir BOP-12 Kuitansi/Bukti Pembayaran ... 46

(5)

Petunjuk Teknis BOP RA I-1 Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam

Nomor

Tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 421 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Pendidikan Raudhatul Athfal

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Raudlatul Athfal (RA) adalah lembaga pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan melalui jalur formal. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 28 ayat 3 disebutkan sebagai berikut: Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak TK , Raudlatul Athfal RA atau bentuk lainnya yang sederajat. Sedangkan PAUD diluar jalur pendidikan formal adalah antara lainplaygroup, TPA, TPQ dan sejenisnya.

Kesadaran akan pentingnya penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dewasa ini telah tumbuh sebagai sebuah kesadaran kolektif antara masyarakat dan pemerintah. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa hampir seluruh lembaga pendidikan anak usia dini seperti RA dan sejenisnya terselenggara atas prakarsa dan swadaya masyarakat.Pertumbuhan lembaga pendidikan semacam RA semakin meninkat, begitu jugajumlah siswanya semakin bertambah. Dari data yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menunjukkan bahwa RA yang berjumlah 245.435,semuanya dikelola masyarakat berstatus swasta. Dimana jumlah siswanya seluruh Indonesia adalah 1.074.131 terdiri dari 538.822 (50.3%) berjenis kelamin laki-laki dan 535.309 (49.7%) merupakan siswa perempuan.

Untuk Rombongan belajarnya ada 25.435dengan jumlah siswa sebanyak 1.074.131 orang, sehingga diketahui ratio rombel siswa sebanyak 1: 19.

Ketersediaan lembaga pendidikan anak usia dini yang memenuhi standar pelayanan minimal merupakan harapan dan tuntutan zaman yang perlu terus diupayakan. Harapan itu perlu diwujudkan dalam tataran operasional mengingat pelayanan pendidikan bagi anak usia 0-6 tahun adalah usia emas (the golden age).

Pada usia inilah merupakan titik berangkat menuju generasi muda bangsa yang bermutu dan berkualitas.

Sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan yang semakin berkembang dan adanya berbagai keterbatasan yang dimiliki RAsebagai lembaga layanan pendidikan anak usia dini, maka Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui Direktorat Pendidikan Madrasah mengambil langkah kongkrit dengan cara memberikan BOP RA.

(6)

Petunjuk Teknis BOP RA I-2

perserta didik yang berkualitas dan kompetitif sebagai row input calon siswa MI yang bermutu.

Untuk terlaksananya BOP RA dengan tertib, tepat sasaran, tepat guna dan akuntabel perlu disusun suatu petunjuk teknis pelaksanaan yang dapat dipergunakan sebagai acuan dalam melaksanakan program Peningkatan Kompetensi Daya Saing Siswa RA

B. Pengertian BOP

BOP adalah program pemerintah berupa pemberian dana langsung kepada RA yang besarnya dihitung berdasarkan jumlah siswa pada masing-masing RA.

BOP dapat digunakan oleh RA untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional non personalia dengan jenis pengeluaran atau biaya sebagaimana diatur Permendiknas No. 69 Tahun 2009. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOP. Secara detil jenis kegiatan yang boleh dibiayai dari dana BOP dibahas pada bagian penggunaan dana BOP.

C. Tujuan BOP

Secara umum program BOP bertujuan untuk mewujudkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu bagi semua lapisan masyarakat dalam rangka mendukung Program PAUD

Secara khusus program BOP bertujuan untuk:

1) Membantu biaya operasional RA

2) Mengurangi angka putus sekolah pada RA.

3) Meningkatkan Angka partisipasi Kasar (APK) siswa RA;

4) Mewujudkan keberpihakan pemerintah (affirmative action) bagi siswa RA dari keluarga tidak mampu dengan membantu (discount fee) tagihan biaya sekolah. 5) Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa kurang

mampu pada RA untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu.

D. Sasaran Program dan Besar Bantuan BOP

Sasaran program BOP adalah semua RA di seluruh Indonesia yang telah memiliki izin operasional.

Besar biaya satuan BOP yang diterima oleh RA dihitung berdasarkan jumlah siswa per RA dengan besaran Rp 310.000,-/siswa/tahun. Jumlah besaran tersebut disalurkan dalam satu periode.

E. Waktu Penyaluran Dana

(7)

Petunjuk Teknis BOP RA I-3

F. Dasar Hukum

Dasar hukum pemberian BOP adalah:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4562); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423)

9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Perubahan kelima atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

10. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Pendidikan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

(8)

Petunjuk Teknis BOP RA I-4

Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

12. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah; 13. Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2006 tentang Mekanisme Pelaksanaan

Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di lingkungan Kementerian Agama sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2012 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2006 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di lingkungan Kementerian Agama;

14. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama sebagaimana telah beberapa kali diubah terkahir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 80 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama;

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga;

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.02/2013 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.02/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.02/2013 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2014;

18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2012 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga; 19. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Nomor

(9)

Petunjuk Teknis BOP RA I-5

BAB II

IMPLEMENTASI PROGRAM

BANTUAN OPERASIONAL PENDIDIKAN RAUDLATUL ATHFAL (RA)

A. Raudlatul Athfal (RA) Penerima Program BOP

1. RA penerima dana BOP berkewajiban untuk mengisi data individual secara online

ke website EMIS atau manual ke Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi; 2. Sebagai wujud keberpihakan terhadap siswa RA atas pengalokasian dana BOP, RA

penerima program BOP untuk membantu (discount fee) siswa RA dari keluarga tidak mampu dari kewajiban membayar iuran dan biaya-biaya untuk kegiatan ekstrakurikuler lainnya;

3. RA yang menolak menerima dana BOP harus diputuskan melalui persetujuan orang tua siswa melalui Komite dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota serta tetap menjamin kelangsungan pendidikan siswa miskin di RA tersebut; 4. Seluruh RA yang menerima program BOP harus mengikuti pedoman yang telah

ditetapkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.

B. Peranan Program BOP dalam Pelaksanaan Program Pendidikan

Program BOP merupakan salah satu program utama pemerintah yang bertujuan untuk mendukung keberhasilan program PAUD di Indonesia. Mengingat pentingnya program ini, seluruh pengelola pendidikan RA wajib memperhatikan hal-hal berikut:

1. Program ini memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi seluruh siswa RA untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu;

2. Program ini menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses layanan pendidikan anak usia dini yang terjangkau dan bermutu;

3. Program ini mempersempit gap partisipasi RA antar kelompok penghasilan (kaya-miskin) dan antar wilayah (kota-desa);

4. Program ini menyediakan sumber dana bagi RA untuk mencegah siswa putus sekolah karena alasan tidak mampu membayar iuran pendidikan dan biaya ekstrakurikuler;

5. Program ini mendorong dan memberikan motivasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk memberikan dukungan dalam pengembangan RA.

C. Program BOP dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

(10)

Petunjuk Teknis BOP RA I-6

Pengelolaan program BOP menjadi kewenangan RA secara mandiri dengan melibatkan Kepala RA, Dewan Guru dan Komite RA. Penggunaan dana BOP semata-mata ditujukan hanya untuk kepentingan peningkatan layanan pendidikan pada lembaga RA.

Melalui program BOP ini, warga RA diharapkan dapat lebih mengembangkan RA dengan memperhatikan hal -hal berikut:

1. RA mengelola dana secara profesional, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

(11)

Petunjuk Teknis BOP RA I-7

BAB III

ORGANISASI PELAKSANA

Program BOP dikelola secara terpadu oleh Direktorat Pendidikan Madrasah, Kanwil Kemenag Provinsi dan KanKemenag Kota/Kabupaten . Dengan demikian, maka proses pendataan, pencairan, dan penyaluran dana BOP dikelola oleh Kankemenag Kota/Kabupaten, Kanwil Kemenag Provinsi dan Direktorat Pendidikan Madrasah pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.

A. Tugas dan Tanggungjawab Kementerian Agama Tingkat Pusat

1. Menyusun rancangan program;

2. Menetapkan alokasi dana dan sasaran tiap Provinsi; 3. Merencanakan dan melakukan sosialisasi program;

4. Melakukan penyusunan dan sosialisasi petunjuk teknis pe laksanaan program BOP;

5. Menyusun database RA tingkat nasional;

6. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi; 7. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

8. Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang dilakukan oleh Tim Manajemen BOP Provinsi;

9. Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada instansi terkait.

B. Tugas dan Tanggungjawab Kementerian Agama Tingkat Provinsi

1. Menetapkan alokasi dana BOP pada tingkat kabupaten/kota;

2. Melakukan koordinasi dengan Kasi Pendidikan Madrasah Kabupaten/Kota dalam rangka penyaluran dana BOP RA;

3. Mempersiapkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sesuai dengan dana dan kegiatan yang telah ditetapkan;

4. Mempersiapkan dan menyusun anggaran BOP ke dalam DIPA Kanwil sesuai dengan Akun dan peruntukannya;

5. Merencanakan dan melakukan sosialisasi program BOP di tingkat provinsi; 6. Melakukan pendataan penerima bantuan;

7. Menyalurkan dana ke RA sesuai dengan kuota yang ditetapkan 8. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi; 9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

10. Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada Direktorat Pendidikan Madrasah dan instansi terkait.

C. Tugas dan Tanggungjawab Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota 1. Menetapkan alokasi dana BOP untuk setiap raudhatul athfal;

2. Melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada raudhatul athfal penerima BOP;

3. Melakukan pendataan raudhatul athfal;

4. Melakukan koordinasi dengan Bidang Pendidikan Madrasah/TOS Kanwil Kemenag Provinsi dan dengan raudhatul athfal dalam rangka penyaluran dana;

(12)

Petunjuk Teknis BOP RA I-8

6. Melaporkan pelaksanaan program BOP kepada Bidang Pendidikan Madrasah/TOS Kanwil Kemenag Provinsi;

7. Mengumpulkan data dan laporan dari raudhatul athfal;

8. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

9. Bertanggungjawab terhadap kasus penyalahgunaan dana di tingkat kabupaten/kota;

10. Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada Bidang Pendidikan Madrasah/TOS Kanwil Kemenag Provinsi dan instansi terkait;

D. Tugas dan Tanggungjawab Raudhatul Athfal 1. Penanggungjawab

Kepala Raudhatul Athfal 2. Anggota

a. Pendidik yang ditugaskan oleh Kepala Raudhatul Athfal untuk bertanggung jawab dalam mengelola dana BOP

b. Satu orang dari unsur Komite RA

Adapun tugas dan tanggungjawab raudhatul athfal

1. Memberitahukan kepada Kantor Kemenag Kab/Kota setelah dana BOP diterima;

2. Bersama-sama dengan Komite RA, mengidentifikasi siswa miskin yang akan dibebaskan dari segala jenis iuran;

3. Mengelola dana BOP secara bertanggungjawab dan transparan;

4. Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yang tidak boleh dibiayai oleh dana BOP serta rencana penggunaan dana BOP di raudhatul athfal menurut komponen dan besar dananya di papan pengumuman madrasah;

5. Mengumumkan besar dana BOP yang digunakan oleh raudhatul athfal di papan pengumuman raudhatul athfal yang ditandatangani oleh Kepala raudhatul athfal, Bendahara, dan Komite RA;

6. Membuat laporan bulanan pengeluaran dana BO P dan barang-barang yang dibeli oleh raudhatul athfal yang ditandatangani oleh Kepala raudhatul athfal, Bendahara, dan Komite RA (lihat pertanggungjawaban keuangan BOP);

7. Bertanggungjawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di raudhatul athfal;

8. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

(13)

Petunjuk Teknis BOP RA I-9

BAB IV

MEKANISME PELAKSANAAN BOP

A. Mekanisme Alokasi Dana BOP

Pengalokasian dana BOP dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam mengumpulkan data jumlah siswa raudhatul athfal pada tiap Provinsi yang telah dikirimkan melalui EMIS Kanwil Kementerian Agama dengan format yang dilengkapi nama, tempat tanggal lahir, alamat, dan data lainnya sebagaimana format isian yang disediakan oleh EMIS Direktorat Jenderal Pendidikan Islam;

b. Atas dasar data jumlah siswa raudhatul athfal pada tiap provinsi berbasis EMIS Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tersebut, Direktorat Pendidikan Madrasah menetapkan alokasi dana BO P untuk madrasah pada tiap provinsi yang dituangkan dalam DIP A Kanwil Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota;

c. Setelah menerima alokasi dana BOP dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Bidang Madrasah/TOS Kanwil Kementerian Agama Provinsi dan Seksi Madrasah/TOS Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melakukan verifikasi ulang data jumlah siswa tiap raudhatul athfal sebagai dasar dalam menetapkan alokasi dana BO P di tiap raudhatul ath-fal;

Dalam menetapkan alokasi dana BOP tiap raudhatul athfal perlu dipertimbangkan bahwa dalam satu tahun anggaran terdapat dua periode tahun pelajaran yang berbeda, sehingga perlu acuan sebagai berikut: a. Alokasi dana BOP untuk periode Januari-Juni 2015 didasarkan pada

jumlah siswa semester kedua tahun pelajaran 201 4/2015.

(14)

Petunjuk Teknis BOP RA I-10 B. Mekanisme Penyaluran Dana BOP RA

1. Mekanisme Penyaluran Dana BOP

Penyaluran dana BOP RA dilakukan oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Pencairan dana BOP RA dapat dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung (LS) ke rekening RA sebagai penerima bantuan operasional, atau dengan pembayaran Uang Persediaan (UP).

1.1. Penetapan Pejabat Perbendaharaan

a. Dalam hal DIPA dana BOP RA dialokasikan pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi:

- Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas DIPA dimaksud dapat menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) khusus pencairan dana BOP pada masing-masing Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melalui Surat Keputusan.

- Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi selaku kepala satuan kerja (satker) dapat mengangkat Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) pada masing-masing Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melalui Surat Keputusan. b. Dalam hal DIPA dana BOP RA dialokasikan pada Kantor

Kementerian Agama Kabupaten/Kota:

- Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas DIPA dimaksud dapat menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) khusus pencairan dana BOP lebih dari 1 (satu) orang sesuai kebutuhan melalui Surat Keputusan.

- Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota selaku kepala satuan kerja (satker) dapat mengangkat Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) khusus pencairan dana BO P lebih dari 1 (satu) orang sesuai kebutuhan melalui Surat Keputusan. 1.2. Syarat penyaluran dana BOP RA adalah:

a. Dalam pengajuan pencairan dana BOP, lembaga RA menyampaikan Rencana Kegiatan dan Anggaran RA (RKARA);

b. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOP yang telah diterima oleh RA pada tahap sebelumnya, seluruhnya harus sudah diserahkan kepada PPK sebagai dokumen laporan;

c. Diterbitkannya Surat Keputusan PPK tentang Penetapan Penerima Bantuan Operasional RA yang disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran;

d. Atas nama KPA, PPK membuat Surat Perjanjian Kerjasama (For-mulir BOP-01) dengan Kepala RA sebagai penerima dana BOP, yang memuat hak dan kewajiban antara kedua belah pihak;

e. PPK mengesahkan/menyetujui pengiriman dana BOP kepada RA yang dituangkan dalam bentuk kuitansi/bukti penerimaan;

(15)

Petunjuk Teknis BOP RA I-11

1.3. Peyaluran dana BOP RA dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kemenag Kabupaten/Kota dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1.3.1. Pembayaran Langsung (LS)

a. Mekanisme pencairan BOP RA dapat menggunakan mekanisme pembayaran langsung (LS) dalam bentuk uang kepada RA melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);

b. PPK melakukan pengujian dokumen permohonan pencairan dana BOP yang diajukan RA sesuai dengan Petunjuk Teknis;

c. PPK menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) setelah Surat Perjanjian Kerjasama ditandatangani oleh kedua belah pihak, menerbitkan SK PPK tentang pener ima bantuan, menerima SPTJM dari Kepala RA, dan kuitansi bukti penerimaan telah ditandatangani oleh Kepala RA dan disahkan oleh PPK;

d. Dalam hal pengujian tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis BOP RA, PPK menyampaikan informasi kepada RA untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen permohonan;

e. Kuasa Pengguna Anggaran menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang ditujukan kepada KPPN berdasarkan pengajuan SPP dari PPK;

1.3.2. Pembayaran Uang Persediaan (UP)

a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) mengajukan permintaan UP/TUP kepada Kepala KPPN setempat;

b. Dalam hal dibutuhkan, KPA dapat mengajukan persetujuan besaran UP melampaui besaran yang ditetapkan sesuai p a-gu DIPA kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan pengajuan rekapitulasi RKARA dari BPP kepada BP;

c. Pembayaran sampai dengan Rp. 50.000.000, - (lima puluh juta rupiah) kepada satu penyedia barang/jasa dapat menggunakan mekanisme UP/TUP melalui PPK dan BPP khusus dana BOP;

d. Dalam hal pembayaran kepada satu penyedia barang/jasa melebihi Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak dapat dilakukan dengan LS, dapat dilakukan dengan UP oleh PPK setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan atas permintaan KPA;

e. Bendahara Pengeluaran mentransfer dana UP/TUP kepada BPP khusus BOP melalui rekening sesuai kebutuhan mengacu pada RKARA;

(16)

Petunjuk Teknis BOP RA I-12

oleh PPK atas nama KPA yang dilampiri rincian kebutuhan dana masing-masing BPP;

g. Setiap BPP mengajukan penggantian UP melalui BP apabila UP yang dikelolanya telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen) sehingga BP dapat melakukan penggantian (revolving) UP yang telah digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih pengeluaran berupa kuitansi/bukti pembelian, faktur pajak dan SSP, dan nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang diperlukan y ang disetujui/disahkan oleh PPK;

j. KPA dapat mengajukan TUP kepada kepala KPPN dalam hal sisa UP pada BP tidak cukup tersedia dengan syarat digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama sat u bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan;

k. Apabila penggunaan dan pertanggungjawaban TUP tidak dapat dilakukan dalam waktu 1 (satu) bulan, KPA dapat mengajukan perpanjangan waktu pertanggungjawaban kepada kepala KPPN hingga satu bulan berikutnya;

l. Jika diperlukan dapat dilakukan mekanisme uang muka dengan menyalurkan dana UP/TUP oleh BP/BPP kepada pihak RA berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPBy) yang ditandatangani oleh BP/BPP, Kepala RA, dan PPK atas nama KPA dengan memperhatikan batas waktu pertanggungjawaban.

m. Lembaga RA dapat membelanjakan sendiri atas uang muka tersebut sesuai RKARA yang telah diajukan dengan mem-perhatikan akuntabilitas laporan pertanggungjawaban. n. Dalam rangka pelaksanaan mekanisme pencairan dana BOP

dengan uang muka tersebut berdasarkan SPBy dilampiri: - Rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran.

- Rincian kebutuhan dana.

- Batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja.

(17)

Petunjuk Teknis BOP RA I-13

p. Atas penyaluran dana UP/TUP kepada BPP oleh BP, harus disertai kuitansi/bukti penerimaan atas penyaluran dana UP/TUP (bukti transfer) sebanyak 2 (dua) lembar dengan ketentuan lembar kesatu disampaikan kepada BPP sebagai bukti bahwa dana UP/TUP telah diterima oleh BPP dan lembar kedua disimpan oleh Bendahara Pengeluaran.

2. Waktu Penyaluran dana BOP RA:

(18)

Petunjuk Teknis BOP RA I-14

BAB V

PENGGUNAAN DANA BOP RA

A. Komponen Pembiayaan

Dana BOP RA yang diterima oleh RA dapat digunakan untuk membiayai komponen kegiatan-kegiatan sebagaimana berikut:

1. Pengembangan perpustakaan 2. Pembelian alat peraga edukatif 3. Pembelian bahan habis pakai

4. Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler siswa 5. Langganan daya dan jasa lainnya

6. Kegiatan penerimaan siswa baru

7. Biaya pemantauan/pendeteksian tumbuh kembang anak 8. Biaya Peningkatan gizi anak atau pemberian makan tambahan 9. Penyusunan dan pelaporan

10.Pembelian perangkat pengolahan data 11.Perawatan sarana dan prasarana RA 12.Pengembangan profesi guru

Dalam menggunakan dana BOP, RA harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Prioritas utama penggunaan dana BOP adalah untuk kegiatan operasional RA; 2. Bagi RA yang telah menerima dana bantuan yang lain, tidak diperkenankan

menggunakan dana BOP untuk peruntukan yang sama. Sebaliknya jika dana BOP tidak mencukupi untuk pembelanjaan yang diperbolehkan, maka RA dapat mempertimbangkan sumber pendapatan lain yang diterima oleh lembaganya; 3. Biaya transportasi dan uang harian bagi guru yang bertugas di luar jam mengajar

harus mengikuti peraturan yang berlaku.

B. Larangan Penggunaan Dana BOP RA 1. Disimpan dengan maksud dibungakan; 2. Dipinjamkan kepada pihak lain;

3. Membeli Lembar Kerja Siswa (LKS);

4. Membeli software/perangkat lunak untuk pelaporan keuangan BO P atau software sejenis;

5. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas madrasah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan sejenisnya;

6. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru;

(19)

Petunjuk Teknis BOP RA I-15

9. Membangun gedung/ruangan baru;

10. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran;

11. Menanamkan saham;

12. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau pemerintah daerah secara penuh/wajar;

13. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/pendampingan terkait program BO P/perpajakan program BOP yang diselenggarakan lembaga di luar Kementerian Agama.

C. Mekanisme Pembelian Barang/Jasa di RA

Pembelian barang/jasa dilakukan oleh RA dengan ketentuan:

1. Menggunakan prinsip keterbukaan dan ekonomis dalam menentukan barang dan tempat pembeliannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dengan cara membandingnkan harga penawaran dari penyedia barang/jasa dengan harga pasar dan melakukan negosiasi; 2. Memperhatikan kualitas barang/jasa, ketersediaan, dan kewajaran harga

serta tepat guna;

3. Membuat laporan singkat tertulis tentang penetapan penyedia barang/jasa;

(20)

Petunjuk Teknis BOP RA I-16

BAB VI

MONITORING DAN SUPERVISI PROGRAM BOP

Bentuk kegiatan monitoring dan supervisi adalah melakukan pemantauan, pembinaan dan penyelesaian masalah terhadap pelaksanaan program BOP. Secara umum tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa dana BOP diterima oleh yang berhak dalam jumlah, waktu, cara, dan penggunaan yang tepat.

Komponen utama yang dimonitor antara lain: 1. Alokasi dana BOP pada RA penerima bantuan; 2. Penyaluran dan penggunaan dana BOP;

3. Pelayanan dan penanganan pengaduan masalah BOP; 4. Administrasi keuangan BOP;

5. Pelaporan serta pengumuman rencana penggunaan dana BOP.

Selain itu juga dilakukan monitoring terhadap pelayanan dan penanganan pengaduan, sehingga pelayanan pengaduan dapat ditingkatkan. Dalam pelaksanaannya, monitoring pengaduan dapat dilakukan bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait. Kegiatan ini dilakukan dengan mencari fakta, menginvestigasi, menyelesaikan masalah, dan mendokumentasikan.

Pelaksanaan kegiatan monitoring dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Madrasah dan Kanwil Kementerian Agama Provinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

A. Monitoring oleh Kementerian Agama Tingkat Pusat

1. Monitoring Pelaksanaan Program

a. Monitoring ditujukan untuk memantau:

1) Penyaluran dan penyerapan dana BOP

2) Kinerja Kanwil Kementerian Agama Provinsi

b. Responden adalah Kanwil Kementerian Agama Provinsi;

c. Monitoring dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana, pada saat penyaluran dana dan pasca penyaluran dana;

d. Merencanakan dan membuat jadual monitoring deng an mempertimbangkan monitoring yang telah dilaksanakan oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi.

2. Monitoring Kasus Pengaduan dan Penyelewengan Dana

a. Monitoring kasus pengaduan ditujukan untuk melakukan fact finding, investigasi, menyelesaikan masalah yang munc ul di lapangan dan mendokumentasikannya;

(21)

Petunjuk Teknis BOP RA I-17

c. Kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait dalam menangani pengaduan dan penyimpangan yang akan dilakukan sesuai kebutuhan; d. Responden disesuaikan dengan kasus yang terjadi;

e. Kegiatan monitoring kasus pengaduan akan dilaksanakan sesuai dengan masalah dan kebutuhan di lapangan.

Pengaduan ke Kementerian Agama Pusat melalui email : BOPkemenagpusat@gmail.com

B. Monitoring oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi

1. Monitoring Pelaksanaan Program a. Monitoring ditujukan untuk memantau:

1)Penyaluran dan penyerapan dana BOP di raudhatul athfal 2)Penggunaan dana BOP di tingkat raudhatul athfal

b. Responden terdiri dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, raudhatul athfal, murid dan/atau orang tua murid penerima bantuan; c. Monitoring dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana, pada

saat penyaluran dana dan pasca penyaluran dana;

d. Merencanakan dan membuat jadual monitoring dengan mempertimbangkan monitoring yang telah dilaksanakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota atau oleh Kementerian Agama Tingkat Pusat.

2. Monitoring Kasus Pengaduan dan Penyelewengan Dana

a. Monitoring kasus pengaduan ditujukan untuk melakukan fact finding, investigasi, menyelesaikan masalah yang muncul di lapangan dan mendokumentasikannya;

b. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dan penanganan pengaduan masaah BOP;

c. Kerjasama dengan lembaga terkait dalam menangani pengaduan dan penyimpangan yang akan dilakukan sesuai kebutuhan;

d. Responden disesuaikan dengan kasus yang terjadi;

e. Kegiatan monitoring kasus pengaduan akan dilaksanakan sesuai dengan masalah dan kebutuhan di lapangan.

C. Monitoring oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota

1. Monitoring Pelaksanaan Program

(22)

Petunjuk Teknis BOP RA I-18

1)Penyaluran dan penyerapan dana di raudhatul athfal 2)Penggunaan dana di tingkat raudhatul athfal

b. Responden terdiri dari raudhatul athfal, murid dan/atau orangtua murid;

c. Monitoring dilaksanakan pada saat penyaluran dana dan pasca penyaluran dana;

d. Merencanakan dan membuat jadwal monitoring dengan mempertimbangkan monitoring yang telah dilaksanakan oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi atau oleh Kementerian Agama Tingkat Pusat;

e. Monitoring dapat melibatkan Pengawas Madrasah secara terintegrasi dengan kegiatan pengawasan lainnya oleh Pengawas Madrasah.

2. Monitoring Penanganan Pengaduan

a. Monitoring penanganan pengaduan bertujuan untuk mengidentifika si dan menyelesaikan masalah yang muncul di raudhatul athfal.

b. Kerjasama dengan lembaga terkait dalam menangani pengaduan dan penyimpangan yang akan dilakukan sesuai kebutuhan.

(23)

Petunjuk Teknis BOP RA I-19

BAB VII

PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN

Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan program BOP RA,masing-masing pengelola program di tiap tingkatan (pusat, Provinsi/Kabupaten/Kota diwajibkan untuk melaporkan hasil kegiatannya kepada pihak terkait.

A. Pelaporan 1. Tingkat RA

a. Rencana Kegiatan dan Anggaran RA(RKARA)

Rencana Kegiatan dan Anggaran RA (RKARA) harus memuat rencana penerimaan dan rencana penggunaan uang dari semua sumber dana yang diterima RA. RKARA ini harus ditandatangani oleh Kepala RA dan diketahui oleh Ketua Yayasan atau Komite RA . Dokumen ini disimpan di RA dan diperlihatkan kepada pengawas, Kepala Seksi RA, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan.

RKARA dibuat setahun sekali pada awal ta hun pelajaran, namun demikian perlu dilakukan revisi pada semester kedua. Oleh karena itu, RA dapat membuat Formulir tahunan yang dirinci per semester sebagaimana Formulir BOP-06.

RKARA perlu dilengkapi dengan rencana penggunaan secara rinci yang dibuat tahunan dan semesteran untuk setiap sumber dana yang diterima RA.

b. Pembukuan

RA diwajibkan membuat pembukuan dari dana yang diperoleh RA khusus untuk program BOP. Buku yang digunakan adalah sebagai berikut:

1)Buku Kas Umum (Formulir BOP-07)

Buku Kas Umum disusun untuk masing-masing rekening bank yang dimiliki oleh RA. Pembukuan dalam Buku Kas Umum meliputi semua transaksi eksternal, yaitu yang berhubungan dengan pihak ketiga yang meliputi:

i) Kolom Penerimaan: dari penyalur dana ( BOP atau sumber dana lain), penerimaan dari pemungutan pajak, dan penerimaan jasa giro dari bank.

i) Kolom Pengeluaran: pembelian barang dan jasa, biaya administrasi bank, pajak atas hasil dari jasa giro dan setoran pajak.

(24)

Petunjuk Teknis BOP RA I-20

Kas, Buku Pembantu Bank, dan Buku pembantu Pajak. Formulir yang telah diisi ditandatangani oleh Bendahara BOP dan Kepala RA.

Dokumen ini disimpan di RA dan diperlihatkan kepada pengawas RA, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kab/Kota, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan.

2)Buku Pembantu Kas (Formulir BOP-08)

Buku Pembantu Kas mempunyai fungsi untuk mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran yang dilaksanakan secara tunai. Buku Pembantu Kas ini harus mencatat tiap transaksi dan ditandatangani oleh Bendahara dan Kepala RA. Dokumen ini disimpan di RA dan diperlihatkan kepada pengawas, Seksi RA Kan-tor Kementerian Agama Kab/Kota, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan.

Terkait dengan pembukuan dari dana yang diperoleh RA untuk program BOP, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluar an dapat dilakukan dengan tulis tangan atau menggunakan komputer. Dalam hal pembukuan dilakukan dengan komputer, bendahara wajib mencetak Buku Kas Umum dan buku-buku pembantu sekurang-kurangnya sekali dalam satu bulan dan menatausahakan hasil cetakan Buku Kas Umum dan buku-buku pembantu bulanan yang telah ditandatangani Kepala RA dan Bendahara RA;

2) Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam Buku Kas Umum dan Buku Pembantu yang relevan sesuai dengan urutan tanggal kejadiannya;

3) Setiap akhir bulan, Buku Kas Umum dan Buku Pembantu ditutup oleh Bendahara dan diketahui oleh Kepala RA;

4) Uang tunai yang ada di Kas Tunai tidak lebih dari Rp 10 juta;

5) Apabila ada kesalahan atas penulisan angka/huruf, maka yang salah agar dicoret dengan dua garis rapih, sehingga tulisan yang semula salah masih dapat dibaca kemudian diparaf;

6) Apabila dalam satu bulan berjalan tidak/belum terjadi transaksi pengeluaran/ penerimaan, maka tetap ada pembukuan dalam bulan tersebut dengan uraian NIHIL dan ditandatangani oleh Bendahara dan diketahui oleh Kepala RA;

(25)

Petunjuk Teknis BOP RA I-21

c. Bukti Pengeluaran

i. Setiap transaksi pengeluaran harus didukung dengan bukti kwitansi yang sah;

ii. Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus dibubuhi materai yang cukup sesuai dengan ketentuan bea materai. Untuk dengan tarif sebesar Rp 6.000,-;

iii. Uraian pembayaran dalam kuitansi harus jelas dan terinci sesuai dengan peruntukannya;

iv. Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah dalam bentuk faktur sebagai lampiran kuitansi;

v. Setiap bukti pembayaran harus disetujui Kepala RA dan lunas dibayar oleh Bendahara;

vi. Segala jenis bukti pengeluaran harus disimpan oleh RA sebagai bahan bukti dan bahan laporan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Tim Manajemen BOP:

a. Rekapitulasi penggunaan dana BOP harus dilaporkan oleh setiap RA ke Tim Manajemen BOPKemenag Provinsi, Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kab/Kota. Laporan lengkap penggunaan dana BOP disimpan di RA untuk bahan pemeriksaan, tetapi dapat juga dijadikan sebagai syarat pencairan pada semester berikutnya sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh masing -masing Tim Manajemen BOP Provinsi.

b. Laporan kegiatan dan pertanggungjawaban selama satu tahun anggaran disampaikan kepada Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kemen-terian Agama Kabupaten/Kot a paling lambat tanggal 15 Januari tahun berikutnya.

2. Tingkat Provinsi / Seksi Pendidikan Madrasah Kabupaten/Kota

Hal-hal yang perlu dilaporkan dari Tim Manajemen BOP provinsi Seksi Pendidikan Madrasah Kabupaten/Kota adalah:

a. Rekapitulasi penggunaan dana BOP dari sisi pembelajaan (expenditure) barang atau kegiatan yang diperbolehkan digunakan dari dana BOP pada tiap kabupaten/kota.

(26)

Petunjuk Teknis BOP RA I-22

3. Tingkat Pusat

Hal-hal yang perlu dilaporkan dari Direktorat Pendidikan Madrasah adalah:

a. Rekapitulasi penggunaan dana BOP dari sisi pembelanjaan (expenditure) barang atau kegiatan yang diperbolehkan digunakan dari dana BOP pada tiap provinsi.

b. Rekapitulasi penggunaan dana BOP dari sisi penerimaan (revenue) siswa RA terhadap dana BOP pada tiap provinsi.

B. Perpajakan

Ketentuan peraturan perpajakan dalam penggunaan dana BOP diatur sebagai berikut.

1. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOP untuk pembelian ATK/bahan/penggandaan dan lain-lain pada kegiatan penerimaan siswa baru; kesiswaan; laporan hasil belajar siswa; pembelian bahan-bahan habis pakai, seperti buku tulis, kapur tulis, pensil dan bahan praktikum; pengembangan profesi guru; pembelian bahan-bahan untuk perawatan/perbaikan ringan gedung sekolah.

Bendaharawan/pengelola dana BOP tidak termasuk bendaharawan pemerintah sehingga tidak termasuk sebagai pihak yang ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 dan atau PPN. Kewajiban perpajakan bagi bendaharawan/pengelola dana BOP pada raudhatul athfal yang terkait atas penggunaan dana BOP untuk belanja barang sebagaimana tersebut di atas adalah:

i. Tidak mempunyai kewajiban memungut PPh Pasal 22, karena tidak termasuk sebagai pihak yang ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22. ii. Membayar PPN yang dipungut oleh pihak penjual (Pengusaha Kena

Pajak).

2. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOP untuk pembelian/penggandaan buku teks pelajaran dan/atau mengganti buku teks yang sudah rusak.

(27)

Petunjuk Teknis BOP RA I-23

athfal yang terkait dengan pembelian/penggandaan buku teks pelajaran dan/atau mengganti buku teks yang sudah rusak adalah:

i. Tidak mempunyai kewajiban memungut PPh Pasal 22, karena tidak termasuk sebagai pihak yang ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22. ii. Atas pembelian buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku

pelajaran agama, PPN yang terutang dibebaskan.

iii. Membayar PPN yang dipungut oleh pihak penjual (Pengusaha Kena Pajak) atas pembelian buku yang bukan buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama.

3. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan pemberian honor pada kegiatan penerimaan siswa baru, kesiswaan, pengembangan profesi guru, dan penyusunan laporan BOP. Bendaharawan/penanggung jawab dana BOP pada raudhatul athfal adalah:

a. Bagi guru/pegawai non PNS sebagai peserta kegiatan, harus dipotong PPh Pasal 21 dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh sebesar 5 % dari jumlah bruto honor.

b. Bagi guru/pegawai PNS diatur sebagai berikut : i. Golongan I dan II dengan tarif 0% (nol persen).

ii. Golongan III dengan tarif 5% (lima persen) dari penghasilan bruto. iii. Golongan IV dengan tarif 15% (lima belas persen) dari penghasilan

bruto.

4. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOP dalam rangka membayar honorarium guru honorer raudhatul athfal yang tidak dibiayai dari Pemerintah Pusat dan atau Daerah yang dibayarkan bulanan diatur sebagai berikut:

a. Penghasilan rutin setiap bulan untuk guru tidak tetap (GTT), Pegawai Tidak Tetap (PTT), untuk jumlah sebulan sampai dengan Rp 2.025.000,- (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tidak terhutang PPh Pasal 21.

b. Untuk jumlah lebih dari itu, PPh Pasal 21 dihitung dengan menyetahunkan penghasilan sebulan. Dengan perhitungan sebagai berikut:

i. Penghasilan sebulan XX

ii. Penghasilan netto setahun (x 12) XX iii. Dikurangi PTKP*) XX

iv. Penghasilan Kena Pajak XX

(28)

Petunjuk Teknis BOP RA I-24

vi. PPh Pasal 21 sebulan (:12) XX

*) Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), adalah:

a. Status sendiri Rp 24,3 juta

b. Tambahan status kawin Rp 2,025 juta

c. Tambahan tanggungan keluarga, maksimal 3 orang @ .. Rp2,025 juta 5. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOP, pada raudhatul athfal, untuk membayar honor kepada tenaga kerja lepas orang pribadi yang melaksanakan kegiatan perawatan atau pemeliharaan raudhatul athfal harus memotong PPh Pasal 21 dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari belum melebihi Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah).

b. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari melebihi Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah), dan jumlah sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) tersebut merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

CONTOH PERHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK HONO R GTT/PTT Seorang guru tidak tetap di raudhatul athfal A memperoleh honor bulanan sebesar Rp. 2.500.000,- perbulan, dia memiliki istri tapi belum memiliki anak, maka perhitungan PPh Pasal 21 adalah sbb:

1)Penghasilan sebulan Rp. 2.500.000,- 2)Penghasilan netto setahun (x12) Rp. 30.000.000,- 3)Dikurangi PTKP

c. Guru non PNS Rp. 24.300.000,- d. Istri Rp. 2.025.000,- Jumlah PTKP Rp. 26.325.000,- 4)Penghasilan Kena Pajak

Rp. 30.000.000,- – Rp. 26.325.000,- = Rp. 3.675.000,-

(29)

Petunjuk Teknis BOP RA I-25

BAB VIII

PENGAWASAN DAN SANKSI

A. Pengawasan

Kegiatan pengawasan yang dimaksud adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan keuangan negara, pungutan liar dan bentuk penyelewengan lainnya.

Pengawasan program BOP meliputi pengawasan melekat (Waskat), pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat.

1. Pengawasan Melekat

Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya, baik di tingkat pusat, Provinsi, kab/kota maupun RA. Prioritas utama dalam program BOP adalah pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Wilyah Kementerian Agama Provinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota kepada RA.

2. Pengawasan Fungsional Internal

Instansi pengawas fungsional yang melakukan pengawasan program BOP secara internal adalah Inspektorat Jenderal KementerianAgama RI. Instansi tersebut bertanggungjawab untuk melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit.

3. Pengawasan Eksternal

Instansi pengawas eksternal yang melakukan pengawasan program BOP adalah Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Instansi ini bertanggungjawab untuk melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit.

4. Pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan pemeriksaan terhadap program BOP.

5. Pengawasan Masyarakat

Dalam rangka transparansi pelaksanaan program BOP, program ini juga dapat diawasi oleh unsur masyarakat dan unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di RA, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Lembaga tersebut melakukan pengawasan dalam rangka memotret pelaksanaan program BOP di RA, namun tidak melakukan audit. Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam pengelolaan BOP, agar segera dilaporkan kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.

B. Sanksi

(30)

Petunjuk Teknis BOP RA I-26

1. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undang -undang yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi kerja); 2. Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu pengembalian

dana BOP yang terbukti disalahgunakan ke kas negara;

3. Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan, penyidikan dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan penyimpangan dana BOP;

(31)

Petunjuk Teknis BOP RA I-27

BAB IX

PENGADUAN MASYARAKAT

1. Apabila masyarakat menemukan masalah atau hal-hal yang perlu diklarifikasi, maka dapat menyampaikannya melalui:

Telepon : 021 - 3811523 Faksimil : 021 - 3859117

Email : bopkemenagpusat@gmail.com

Website : http://madrasah.kemenag.go.id

2. Provinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan juga menyediakan nomor telepon/email untuk menampung pertanyaan/pengaduan masyarakat di masing-masing wilayah yang menjadi tanggungjawabnya.

Jakarta, September 2015

Direktur Jenderal Pendidikan Islam

(32)

Petunjuk Teknis BOP RA I-28

(33)

Petunjuk Teknis BOP RA I-29

(Logo Kanwil/Kankemenag)

(Logo Raudhatul Athfal)

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA

NOMOR : ………….. (Kemenag) NOMOR : ... (Raudhatul Athfal)

I. TENTANG

PEMBERIAN DANA BANTUAN OPERASIONAL RAUDHATUL ATHFAL

ANTARA

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI ... /KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN ... / KOTA ...

DENGAN

RAUDHATUL ATHFAL ……….

Pada hari ini …… tanggal ……. bulan …….. tahun Dua Ribu Lima Belas, kami yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : ... NIP : NIP ...

Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen berdasarkan Keputusan Kuasa

Pengguna Anggaran No. ……. tanggal …………

Alamat : …………

Yang bertindak untuk dan atas nama Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi ... /Kantor Kementerian Agama Kabupaten ... / Kota ... dan untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. Nama : …………..

Jabatan : Kepala Raudhatul Athfal ………… berdasarkan Surat Ketua Yayasan No : ... tanggal ...

Alamat : ………..

Yang bertindak untuk dan atas nama Raudhatul Athfal ………… dan untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Formulir BOP–01

(34)

Petunjuk Teknis BOP RA I-30

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, dan masing-masing disebut PIHAK. PARA PIHAK menerangkan terlebih dahulu bahwa berdasarkan:

1. Undang - undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No. 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4286);

2. Undang - undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No. 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4297);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4355);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4863);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);

(35)

Petunjuk Teknis BOP RA I-31

Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4355);

13. Peraturan Pemeritah No. 45 Tahun 2013 tentang Tatacara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

14. Peraturan Menteri Keuangan No.168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga;

15. Peraturan Menteri Agama No………. tentang Pedoman Umum …………. 16. Akte Pendirian Raudhatul Athfal ... beserta perubahannya;

17. Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Nomor ... tanggal ... Tentang Penunjukan Penerima Dana Bantuan Operasional Sekolah;

18. DIPA Satker …….. Tahun Anggaran 2015 Nomor : SP DIPA-………….. tanggal ... revisi ke-... tanggal ...

PARA PIHAK menyatakan bahwa :

1. PIHAK PERTAMA memberikan Dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal kepada PIHAK KEDUA untuk melaksanakan program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan Operasional Raudhatul Athfal;

2. PIHAK KEDUA menerima tugas yang diberikan PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud butir 1 di atas ;

3. PARA PIHAK sepakat dan setuju untuk menandatangani Surat Perjanjian ini dengan ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum dalam pasal-pasal tersebut di bawah ini.

Pasal 1

MAKSUD DAN TUJUAN

( 1 ) Maksud dibuatnya perjanjian ini adalah untuk mengatur pelaksanaan penyaluran Dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal yang dananya berasal dari DIPA Satker

………… Tahun Anggaran 2015.

( 2 ) Tujuan dibuatnya perjanjian ini adalah agar pelaksanaan penyaluran Dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal dilakukan secara lebih efektif, efisien dan akuntabel.

Pasal 2

NILAI BANTUAN OPERASIONAL RAUDHATUL ATHFAL

(36)

Petunjuk Teknis BOP RA I-32

Pasal 3

PEMBEBANAN DANA BANTUAN OPERASIONAL RAUDHATUL ATHFAL

Penyaluran Dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal dibebankan pada DIPA Satker Tahun Anggaran 2015 dengan kode pembebanan ...

Pasal 5

TATA CARA PENYALURAN

( 1 ) Penyaluran Dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal dilakukan dengan pengajuan Surat Perintah Membayar kepada KPPN Jakarta II oleh PIHAK PERTAMA untuk selanjutnya diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana yang ditujukan langsung kepada Rekening PIHAK KEDUA melalui Bank ... Rekening No. ... atas nama Raudhatul Athfal ...

( 2 ) Pencairan pembayaran dilakukan sekaligus setelah PIHAK KEDUA mengajukan Rencana Kegiatan dan Anggaran Raudhatul Athfal kepada PIHAK PERTAMA dengan dilampiri:

1. Rencana pengeluaran dana bantuan operasional yang akan dicairkan secara sekaligus; 2. Perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan;

3. Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan;

4. Surat Pernyataan Tanggung jawab Mutlak (SPTJM).

( 3 ) PIHAK PERTAMA memproses tagihan dan menerbitkan Surat Perintah Membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterima tagihan dari PIHAK KEDUA secara benar dan lengkap.

Pasal 6

HAK DAN KEWAJIBAN

( 1 ) Hak dan Kewajiban PIHAK PERTAMA meliputi :

a. PIHAK PERTAMA berhak melakukan monitoring penggunaan Dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA;

b. PIHAK PERTAMA berhak meminta laporan secara periodik mengenai pelaksa-naan layanan kesehatan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA;

c. PIHAK PERTAMA berkewajiban menyalurkan Dana Bantuan Operasional Seko-lah kepada PIHAK KEDUA seteSeko-lah dipenuhi syarat-syarat penyaluran dana ban-tuan; dan

( 2 ) Hak dan berkewajiban PIHAK KEDUA meliputi :

a. PIHAK KEDUA berhak untuk menerima Dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 2 dalam hal telah menyampaikan syarta-syarat penyaluran dana bantuan kepada PIHAK PERTAMA;

(37)

Petunjuk Teknis BOP RA I-33

c. PIHAK KEDUA berkewajiban melaporkan penggunaan Dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal secara periodik kepada PIHAK PERTAMA;

d. PIHAK KEDUA berkewajiban menyetorkan ke Kas Negara sisa dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal yang tidak digunakan sampai dengan akhir tahun anggaran 2015 paling lambat tanggal 31 Desember 2015; dan

e. PIHAK KEDUA berkewajiban memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pengawasan/pemeriksaan yang dilakukan oleh PIHAK PERTAMA.

Pasal 7

PERNYATAAN KESANGGUPAN

Dengan menandatangani perjanjian ini, PIHAK KEDUA menyatakan kesanggupan untuk: 1. Menggunakan Bantuan Operasional Raudhatul Athfal sesuai dengan Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Bantuan Operasional Raudhatul Athfal;

2. Menyetorkan ke Kas Negara sisa dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal yang tidak digunakan sampai dengan akhir tahun anggaran 2015 paling lambat tanggal 31 Desem-ber 2015.

Pasal 8

SANKSI

Dalam hal PIHAK KEDUA tidak melaksanakan sebagian atau seluruhnya isi perjanjian ini, PIHAK PERTAMA akan mengenakan Sanksi berupa sanksi administratif sampai dengan sanksi penghentian penyaluran dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal pada tahun berikutnya termasuk melaporkan kepada pihak yang berwajib apabila ditemukan unsur tindak pidana.

Pasal 9

LAPORAN BERKALA PENGGUNAAN DANA

PIHAK KEDUA berkewajiban melaporkan penggunaan dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal setiap bulan kepada PIHAK PERTAMA

Pasal 10

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR TAHUN

PIHAK KEDUA pada akhir tahun anggaran berkewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana Bantuan Operasional Raudhatul Athfal Tahun Anggaran 2015 kepada PIHAK PERTAMA paling lambat pada tanggal 8 Januari 2016.

Pasal 11

PENGAKHIRAN PERJANJIAN KERJASAMA

(38)

Petunjuk Teknis BOP RA I-34

( 2 ) Surat Perjanjian dapat diakhiri oleh salah satu pihak sebelum jangka waktu Perjanjian berakhir atas terjadinya salah satu kondisi antara lain:

a. Ada ketentuan perundang-undangan dan/atau kebijakan Pemerintah yang tidak memungkinkan berlangsungnya Surat Perjanjian ini; dan

b. Salah satu Pihak mengakhiri Surat Perjanjian ini karena adanya Peristiwa Wanprestasi terhadap ketentuan Hak dan Kewajiban sebagaimana diatur pa-da Pasal 6 Surat Perjanjian ini.

( 3 ) PIHAK yang berkehendak untuk mengakhiri Surat Perjanjian ini sebagaimana dimaksud pada ayat (2) b. dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK lainnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum tanggal pengakhiran yang dikehendaki;

b. Tidak menghapuskan hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing pihak yang masih harus dilakukan dan/atau diselesaikan terhadap pihak lainnya berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Surat Perjanjian ini;

c. PARA PIHAK sepakat dan setuju untuk mengenyampingkan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sehingga pengakhiran Surat Perjanjian dengan alasan sebagaimana diatur dalam Surat Perjanjian ini secara sah cukup dilakukan dengan pemberitahuan tertulis dari masing-masing pihak dan tidak memerlukan penetapan atau putusan Pengadilan; dan

d. Pihak yang akan mengakhiri surat perjanjian setelah terlebih dahulu melaporkan kepada Menteri Keuangan selaku wakil pemerintah yang memberikan penugasan.

Pasal 12

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

( 1 ) Para Pihak berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh menyelesaikan secara damai semua perselisihan yang timbul dari atau berhubungan dengan Surat perjanjian ini atau interpretasinya selama atau setelah pelaksanaan pekerjaan ini. Penyelesaian secara damai dapat dilakukan melalui musyawarah secara langsung antara PARA PIHAK atau melalui perantaraan pihak ketiga yang disepakati oleh Para Pihak dalam bentuk mediasi.

( 2 ) Apabila penyelesaian perselisihan tidak dapat dilakukan oleh PARA PIHAK secara musyawarah, PARA PIHAK menetapkan Pengadilan Negeri ... sebagai tempat penyelesaian perselisihan.

Pasal 13

PENUTUP

(39)

Petunjuk Teknis BOP RA I-35

( 2 ) Perjanjian ini terdiri dari 7 (tujuh) halaman yang merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan Perjanjian ini yang dibubuhi paraf pada setiap halaman kecuali pada halaman terakhir dan halaman lampiran yang ditandatangani oleh PARA PIHAK.

( 3 ) Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) terdiri dari 2 (dua) asli bermaterai cukup untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

( 4 ) Perjanjian ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan memiliki daya laku surut sejak tanggal ……….. 2015.

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : ... 2015

Untuk dan atas nama

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi ... /Kantor Kementerian Agama

Kabupaten ... / Kota ...

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN,

……….

NIP……….

Untuk dan atas nama Raudhatul Athfal ………

KEPALA RAUDHATUL ATHFAL,

(40)

P Dikirim ke Tim Manajemen BOP Provinsi

No

REKAPITULASI NAMA DAN NOMOR REKENING RA PENERIMA DANA BOP TINGKAT KAB/KOTA

(41)

Petunjuk Teknis BOP RA I-37

SURAT PERNYATAAN PENGIRIMAN NOMOR REKENING RA

Pada hari ini, tanggal ...………... kami kirimkan salinan halaman pertama Buku Tabungan Bank ... alamat Bank ... atas nama RA :

Nama RA : ... NSM : ... Alamat RA : Jalan ... Kel/Desa ... Kecamatan ... Kab/Kota ... No Rekening : ...

Atas Nama : 1. Jabatan ... 2. Jabatan ...

Nomor telepon yang bisa dihubungi jika fax yang kami kirimkan kurang jelas :

1. No. ... Telp. ... 2. No. ... Telp. ... 3. No. ... Telp. ...

Yang Mengirimkan

( ... )

Formulir BOP–03

Dibuat oleh RA

(42)

Petunjuk Teknis BOP RA I-38

CONTOH

RENCANA PENGGUNAAN DANA BOP PERIODE...s/d………. Jumlah Siswa :... Siswa

Jumlah Dana BOP : Rp...

Rencana Penggunaan Dana BOP di RA

NO Komponen Jumlah Dana (Rp)

TOTAL

Kepala RA

(...)

Bendahara

(...)

FORMULIR BOP-04

(43)

Petunjuk Teknis BOP RA I-39

CONTOH

LAPORAN PENGGUNAAN DANA BOP PERIODE...s/d...

A. Pengeluaran

No Jenis Pengeluaran Tanggal/Bulan Jumlah (Rp)

B. Pembelian Barang/Jasa

No Barang/Jasa yang dibeli Tanggal/Bulan Nama Toko/

Penyedia Jasa Jumlah (Rp)

Kepala RA

(...)

Bendahara

(...)

FORMULIR BOP-05

(44)

P

RINCIAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN RA (RKRA)

(45)

Petunjuk Teknis BOP RA 41

Formulir BOP-07

Diisi oleh Bendahara Simpan di RA

BUKU KAS UMUM

Nama RA :__________________________

Desa/Kecamatan :__________________________

Kabupaten :__________________________

Provinsi :__________________________

Tanggal No.Kode No. Bukti Uraian Penerimaan (Debit) Pengeluaran

(Kredit) Saldo

1 2 3 4 5 6 7

Mengetahui Dibuat Oleh

Kepala RA Bendahara

(46)

Petunjuk Teknis BOP RA 42

Formulir BOP-08

Diisi oleh Bendahara/Guru Simpan di RA

BUKU PEMBANTU KAS

Nama RA :__________________________

Desa/Kecamatan :__________________________

Kabupaten :__________________________

Provinsi :__________________________

Tanggal No.Kode No. Bukti Uraian Penerimaan (Debit) Pengeluaran

(Kredit) Saldo

1 2 3 4 5 6 7

...,...20..

Mengetahui Dibuat Oleh

Kepala RA Bendahara

(...) (...)

(47)

Petunjuk Teknis BOP RA 43

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………

Jabatan : Kepala RA ………

Alamat : ………

………

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya bertanggungjawab penuh atas penggunaan dana Bantuan Operasional Pendidikan. Apabila dikemudian hari, atas penggunaan dana Bantuan Operasional Pendidikan tersebut di atas mengakibatkan keru-gian negara maka saya bersedia dituntut penggantian kerukeru-gian negara dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan.

Bukti-bukti pengeluaran terkait penggunaan dana Bantuan Operasional Pendidikan disimpan sesuai dengan ketentuan pada penerima bantuan untuk kelengkapan admin-istrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya.

…………. , ……… 5

Kepala RA

Tandatangan, stempel

Materai Rp. 6.000,-

………

Formulir BOP–09

(48)

Petunjuk Teknis BOP RA 44

SURAT PERNYATAAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………

Jabatan : Kepala RA ………..………

Alamat : ………

………

Berdasarkan Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang Penetapan RA

Peneri-ma Bantuan Operasional Pendidikan Tahun 5 No. ……….. tanggal ………,

dan Surat Perjanjian Kerja Sama antara PPK dengan Kepala RA No. ……… tanggal

………., kami nyatakan dengan sesungguhnya bahwa penggunaan dana Bantuan

Operasional Pendidikan yang telah kami terima telah selesai kami laksanakan, sesuai dengan Petunjuk Teknis BOP RA tahun 2015.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya.

…………. , ……… 5

Kepala RA

Tanda tangan, stempel,

materai Rp. 6.000,-

………

KOP SURAT

Formulir BOP–10

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Demikian kami sampaikan, atas perhatiaannya kami ucapkan terima kasih.. Gani Kelurahan Tungkal Muara

Demikian diumumkan untuk diketahui dan bagi peserta yang akan mengajukan sanggah diberi waktu selama 5 (Lima) hari kerja sejak tanggal Pengumuman ini, disertai

[r]

Saudara diharapkan membawa Dokumen Asli Perusahaan dan menyerahkan Fotocopynya antara lain : Dokumen Penawaran, Jaminan Penawaran, Surat Dukungan Keuangan Dari Bank,

Belanja jasa telepon, air dan listrik untuk 4 kantor (Sekretariat, perpustakaan, depo arsip dan perpustakaan kecamatan). 30 KANTOR PERPUSTAKAAN DAN

[r]

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Dengan rakhmad dan ridho Allah SWT., kami sekeluarga.. mengharap