• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Entrepreneurship dan Pembangunan Daerah (Studi Pada Sektor Industri Pengolahan Ikan Kota Bitung, Sulawesi Utara) T2 092012011 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Entrepreneurship dan Pembangunan Daerah (Studi Pada Sektor Industri Pengolahan Ikan Kota Bitung, Sulawesi Utara) T2 092012011 BAB IV"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4.

Kebijakan dan Peran Pemerintah dalam M endukung Pengembangan Entrepreneurship di Sektor I ndustri Pengolahan

Perikanan (SI PP)di Kota Bitung

Pendahuluan

Dalam konteks liberalisme ekonomi, entrepreneur sebagai salah satu aktor ekonomi dalam menggerakan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Para entrepreneur meng-introduksi ide baru, teknologi baru, produk baru, memasuki pasar baru, dan memelihara ekonomi pasar tetap inovatif, dinamik, dan kompetitif. Para entrepreneur melakukan hal ini melalui pengem-bangan inovasi pada sisi supply-side dari pasar melalui misalnya, penciptaan utilitas ruang-waktu arbitrage (dikenal juga dengan Cantillon Entrepreneur), melalui penerapan ide/teknik baru sehingga mengurangi biaya produksi (Nicholas Baudeau, 1730-1792), melalui kontrak jangka panjang biaya produksi tetap, serta kontrak legal yang meningkatkan efisiensi pasar dan mengurangi risiko pasar. Dalam hal ini, peranan entrepreneur ala Baudeau terjadi melalui eksplorasi kemampuan (the significance of ability) sang entrepreneur sebagai agen aktif dan dinamis.

(2)

warga; sebaliknya, konteks kelembagaan yang menghambat produktivitas entrepreneurhip menciptakan kemiskinan (Acemoglu et al., 2001; Acemoglu & Johnson, 2005; Gwartney et al.,1999; Scully 1988). Namun demikian, kebijakan pemerintah tidak saja menyalurkan aktivitas entrepreneurship seperti yang dikemukakan di atas. Kebijakan pemerintah juga mempengaruhi penyediaan para entrepreneur dengan mempengaruhi payoff(pembayaran gaji) jika bekerja untuk diri sendiri atau bekerja dengan orang lain. Bekerja untuk diri sendiri akan terdorong pada lembaga yang intervensi pemerintah terhadap kepemilikan pribadi, dan mekanisme pasar adalah terbatas.

Dalam upaya mendorong pertumbuhan entrepreneurship, pemerintah bertindak menciptakan inisiatif dan peluang bagi entrepreneurship melalui penciptaan iklim investasi dan iklim usaha, serta pengembangan etika dan budaya disiplin, kreativitas, dan inovasi teknologi. Dalam konteks di Indonesia, penciptaan iklim investasi dan iklim usaha sebagaimana dijabarkan di dalam Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesai No. 1 Tahun 2010, Tanggal 19 Februari 2010 dilaksanakan melalui: (a) Penyederhanaan prosedur investasi dan usaha, (b) Pengembangan sistem pelabuhan nasional, (c) Peningkatan kelancaran pelaksanaan ekspor-impor, (d) Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha, (e) Pengembangan perdagangan dalam negeri, (f) Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, (g) Peningkatan kapasitas penyediaan listrik, (h) Peningkatan infrastruktur gas. Sedangkan pengembangan kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi dapat melalui penguatan inovasi kelembagaan dan pelaksanaan insentif Iptek, serta pengembangan ekonomi kreatif.

Kebijakan pemerintah ini menjadi tolok ukur dan batasan ruang gerak dalam melaksanakan program dan kegiatan di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)1bidang pemerintahan, serta instansi lainnya termasuk bagi aktivitas entrepreneur.Pelaksanaan kebijakan ini dapat terukur dari setiap indikator pelaksanaan program

1Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) adalah pelaksana fungsi eksekutif yang harus

(3)

dan kegiatan yang tergambar dalam performansi sektoral yang ada di daerah.Aktivitas sektoral melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), merupakan salah satu indikator makroekonomi yang mencerminkan pembangunan ekonomi daerah tersebut.

Bitung sebagai KEK berbasis maritim telah lama dikemukakan karenaposisinya di tepian pasifik (Pacific Rim) yang sangat prospektif dalam konteks perdagangan regional dan internasional (Ratulangi, 1982; Sarundajang, 2011; Renstra Bappeda Bitung, 2013). Demikian pula bahwadaerah ini memiliki jalur strategi dalam pemanfaatan sumber daya perikanan nasional, serta memberikan kontribusi yang besar terhadap aktivitas pembangunan ekonomi daerah.Dengan demikian, industri maritim, khususnya industri pengolahan perikanan di Bitung merupakan basis ekonomi kota saat ini dan ke depan, yang tentu akan menarik aktivitas-aktivitas ekonomi yang lain di Bitung dan Kabupaten dan Kota sekitarnyadi Provinsi Sulawesi Utara, serta provinsi tetangga seperti Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Tengah bagian Timur, dan Provinsi M aluku Utara.

Bitung di Sulawesi Utara (dan Batam di Riau) dalam sejarahnya merupakan daerah pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)2,3. Pengembangan ekonomi khusus Batam diselenggarakan dengan konsep “Free Trade Zone” sementara daerah Bitung dikembangkan dengan pendekatan pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) (Sautma & Bako, 20084; Keppres RI No. 14, 1998). Kawasan Ekonomi Khusus kedua daerah ini dianggap berhasil dan menjadi

2

Cikal bakal adanya kawasan ekonomi khusus (selanjutnya disebut KEK) tidak terlepas dari kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas yang ada pada tahun 1970 dengan diundangkannya UU No. 3 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Hal ini berimplikasi pada terbentuknya Badan Otorita Batam.

3Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 14 tahun 1998 menetapkan Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado-Bitung dimaksudkan untuk memacu dan meningkatkan kegiatan pembangunan serta untuk lebih memberikan peluang kepada dunia usaha berperan serta secara lebih luas di Sulawesi Utara, maka Pemerintah Indonesia melalui.

4Laporan Hasil Penelitian yang dilakukan di Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi

(4)

model pengembangan ekonomi khusus daerah lain di Indonesia dalam konteks otonomi daerah5.

Sautma & Bako, 20086menemukan bahwa berkembangnya KAPET M anado - Bitung selain karena semangat masyarakat setempat untuk memajukan daerahnya menjadi modal utama saat ini tetap eksisnya KAPET di Bitung, juga ditopang oleh sejumlah peraturan7 dan kebijakan8 pemerintah pusat dan daerah.Peranan pemerintah tidak terbatas pada pemberlakuan peraturan dan kebijakan tetapi juga tindakan yang mengimplementasikan kebijakan tersebut dalam program dan kegiatan (Storey, 2008).

M enjadi pertanyaan ialah: “bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah dan peranannya membentuk entrepreneurship sehingga aktivitas entrepreneur memberikan kontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi sektoral, khususnyasektor industri pengolahan perikanan? Bab berikut ini akan menganalisis kebijakan dan peran

5UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan DaerahPasal 9 ayat (4) menyebutkan

bahwa daerah dapat mengusulkan pembentukan kawasan khusus kepada pemerintah, yang tata cara penetapan kawasan khusus diatur dalam Peraturan Pemerintah.UU tersebut menegaskan bahwa pembentukan kawasan khusus tidak semata hanya di bidang ekonomi saja, tetapi kawasan dalam rangka untukmenyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus dan untuk kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya bentuk kawasan cagar budaya, taman nasional, pengembangan industri strategis, pengembangan teknologi tinggi. Upaya untuk pembentukan kawasan khusus dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah.Sampai saat ini sudah ada Peraturan Pemerintah yang mengatur tata cara pembentukan kawasan khususyaitu UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan PP RI Nomor 32 Tahun 2014 tentang KEK Bitung.

6Laporan Hasil Penelitian yang dilakukan di Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi

Sulawesi Utara pada tahun 2008.

7Jika Regulation adalah a rule of order having the force of law, prescribed by a superior

or competent authority, relating to the actions of those under the authority's control,maka kebijakan(policy) (khususnya kebijakan pembangunan ialah, “acourseofactionadoptedandpursuedbyagovernment,ruler,politicalparty,etc”.

8Kebijakan merupakan sebuah regulator dalam lingkungan kelembagaan yang

berfungsi untuk membatasi maupun mengatur perangkat-perangkat di dalamnya yang akan berdampak terhadap kegiatannya. Sebagai regulator, pemerintah menggunakan kebijakan untuk mengarahkan berbagai program dan kegiatan dalam rangka menunjang pembangunan daerahnya. Terkait dengan pembangunan daerah, kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah (Pemda) sebaiknya membentuk iklim usaha yang kondusif bagi para pelaku usaha (entrepreneur) mulai dari skala kecil hingga skala

(5)

pemerintah dalam mendorong tumbuhnya entrepreneurship dalam Sektor Industri Pengolahan (SIP).

M etode

Untuk mengetahui dan menganalisis kebijakan dan peran pemerintah dalam mendorong tumbuhnya entrepreneurship dalam Sektor Industri Pengolahan (SIP) di Kota Bitung, dua jenis data digunakan dalam penelitian ini yaitu:Pertama, data sekunder yakni data kebijakan yang mendukung pengembangan entrepreneurship baik kebijakan dalam lingkup nasional (UU, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan dan Keputusan M enteri) maupun kebijakan dalam lingkup daerah (Perda Provinsi, Perda Kabupaten/Kota, Keputusan Gubernur dan Keputusan Bupati/W alikota). Kedua, Data primer, data peranan pemerintah yang mendukung pengembangan entrepreneurship berdasarkan program dan kegiatan dalam Rencana Pembangunan Jangka M enengah Daerah (RPJM D) Kota Bitung melalui hasil wawancara dengan Pimpinan Dinas Koperasi dan UKM Bitung(terkait dengan peraturan dana bergulir, pengembangan dan pemberdayaan UM KM, penciptaan iklim usaha, pengembangan kewirausahaan & keunggulan kompetitif, pengembangan sistem pendukung usaha bagi KUM KM ), BPPT-PM Kota Bitung (terkait peningkatan promosi & kerja sama investasi dan peningkatan iklim investasi & realisasi investasi), Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bitung (terkait dengan pengembangan sentra-sentra industri potensial dan dalam peningkatan dan pengembangan ekspor), dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bitung (terkait dengan Pengembangan Budidaya Perikanan, Pengembangan Perikanan Tangkap; dan optimalisasi pengolahan & pemasaran produksi perikanan).

(6)

136/M -IND/PER/12/2010 tentang peta panduan (road map) pengembangan industri unggulan provinsi Sulawesi Utara, Undang-undang RI Nomor 39 Tahun 2009 tentang KEK, Peraturan M enteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Daerah dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2014 tentang KEK Bitung. Data tersebut diambil di Kantor Bappeda Kota Bitung.

Untuk mengetahui kebijakan tentang Pajak Daerah, maka data yang diperlukan adalah Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah, Peraturan W alikota Bitung Nomor 31 Tahun 2010 tentang Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Peraturan W alikota Bitung Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perhitungan Nilai Perolehan Air Tanah dan Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah. Peneliti mendapatkan data tersebut di Kantor Dinas Pendapatan Daerah.

Adapun data Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perkuatan Dana Bergulir Pemerintah Kota Bitung dan Peraturan W aliKota Bitung Nomor 16 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang Perkuatan Dana Bergulir Pemerintah Kota Bitung didapatkan di Kantor Dinas Koperasi dan UKM Kota Bitung. Data tersebut diperlukan untuk mengetahui kebijakan tentang pemberdayaan masyarakat dan pengembangan usaha masyarakat.

Kebijakan tentang pengembangan kawasan ekonomi berbasis produk kelautan dan perikanan dapat diketahui melalui data Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan, Peraturan M enteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 12 Tahun 2010 tentang M inapolitan dan Keputusan M enteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 32 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan M inapolitan. Data tersebut diambil di Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bitung.

(7)

tahun 2009 tentang Sistem dan Prosedur penyelenggaraan pelayanan perijinan terpadu di Kota Bitung. Data ini didapatkan di Kantor BPPT-PM Kota Bitung.

Semua data kebijakan tersebut dikumpul, selanjutnya dilakukan wawancara dengan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Bitung, Kepala Bidang Penanaman M odal BPPT-PM Kota Bitung, Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bitung, dan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bitung terkait peran pemerintah dalam mendukung pengembangan entrepreneurship yang sudah diturunkan melalui RPJM D Kota Bitung (Lihat Lampiran Pertanyaan).

Data tentang kebijakan (kerangka legal) dianalisis kontennya (dalam bentuk pasal-pasal) yang mendukung pengembangan entrepreneurship. Selanjutnya,konten tersebut yang berkaitan dengan pengembangan entrepreneurship dalam kerangka legal baik Undang-undang, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah, Keputusan M enteri, Peraturan Daerah dan Peraturan W alikota dianalisis, dikelompokan dalam sebuah tema. Ada beberapa tema yang muncul setelah pasal-pasal dalam kerangka legal tersebut dianalisis.

1. Pengembangan Industri Unggulan Daerah: Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional Pasal 3 ayat 1, Pasal 3 ayat 2, Pasal 4 ayat 1, Pasal 4 ayat 2, Pasal 4 ayat 3; Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan Pasal 4, Pasal 5 ayat 4; Peraturan M enteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 136/M -IND/PER/12/2010 tentang peta panduan (road map) pengembangan industri unggulan provinsi Sulawesi Utara Pasal 2 ayat 1, Pasal 2 ayat 2.

(8)

12 Tahun 2010 tentang M inapolitan Pasal 3, Pasal 4; Keputusan M enteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 32 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan M inapolitan; Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2014 tentang KEK Bitung 3. Pemberdayaan masyarakat menjadi pelaku usaha dan

pengembangan usaha masyarakatmelalui dana bergulir: Peraturan daerah Kota Bitung Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perkuatan Dana Bergulir Pemerintah Kota Bitung Pasal 1 ayat 9, pasal 2 ayat1, pasal 5 ayat 1; Peraturan W alikota Bitung Nomor 16 Tahun 2008 tentang petunjuk pelaksanaan peraturan daerah tentang perkuatan dana bergulir pemerintah Kota Bitung.

4. Perijinan: Peraturan W alikota Bitung Nomor 22 tahun 2009 tentang Sistem dan Prosedur penyelenggaraan pelayanan perijinan terpadu di Kota Bitung Pasal 5 ayat 1; Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan Pasal 5 ayat 5, Pasal 5 ayat 6, Pasal 13 ayat 1, Pasal 13 ayat 2, Pasal 13 ayat 3

5. Perpajakan: Peraturan daerah Kota Bitung nomor 8 tahun 2010 tentang pajak daerah Pasal 12 ayat 1, Pasal 34 ayat 1, Pasal 42 ayat 1, Pasal 5 ayat 2, Pasal 56 ayat 1, Pasal 56 ayat 5, Pasal 65 ayat 1, Pasal 65 ayat 3, Pasal 65 ayat 4, Pasal 69 ayat 5; Peraturan W alikota Bitung Nomor 31 Tahun 2010 tentang Perhitungan Nilai Sewa Reklame Pasal 2 ayat 2, Pasal 2 ayat 3, Pasal 2 ayat 4; Peraturan W alikota Bitung Nomor 18 tahun 2011 tentang Perhitungan Nilai Perolehan Air Tanah Pasal 4 ayat 1, Pasal 4 ayat 2; Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah; Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan Pasal 18 ayat 2

(9)

peraturan dana bergulir, pengembangan dan pemberdayaan UMKM, penciptaan iklim usaha, pengembangan kewirausahaan & keunggulan kompetitif, pengembangan sistem pendukung usaha bagi KUM KM , peningkatan promosi & kerja sama investasi, peningkatan iklim investasi & realisasi investasi, pengembangan sentra-sentra industri potensial, peningkatan dan pengembangan ekspor), Pengembangan Budidaya Perikanan, Pengembangan Perikanan Tangkap; dan Optimalisasi Pengolahan & Pemasaran produksi Perikanan (lihat lampiran pertanyaan penelitian untuk detail pertanyaannya).

Dalam penelitian ini, dua instansi pemerintah seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan BPPT-PM Kota Bitung, Kepala Dinasnya tidak berhasil diwawancarai oleh peneliti, tetapi yang bisa bertemu saat itu adalah Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan KaBid Penanaman M odal BPPT-PM Kota Bitung. Dikarenakan hal tersebut, peneliti tidak berhasil mendapatkan data peningkatan dan pengembangan ekspor.

H asil Penelitian

Kerangka Legal Pengembangan Entrepreneurship di SI PP Kota Bitung

Di bawah ini merupakan kerangka legal yang terkait dengan pengembangan entrepreneurship dalam industri pengolahan perikanan.

Pengembangan I ndustri Unggulan Daerah

(10)

perindustrian menetapkan peta panduan pengembangan industri unggulan Provinsi dan peta panduan pengembangan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota).Pasal 4 ayat 1 (Pemerintah dapat memberikan fasilitas kepada: (a.) industri prioritas tinggi, baik industri prioritas nasional maupun industri prioritas berdasarkan kompetensi inti industri daerah; (b.) industri pionir; (c.) industri yang dibangun di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan atau daerah lain yang dianggap perlu; (d.) industri yang melakukan penelitian, pengembangan dan inovasi; (e.) industri yang menunjang pembangunan infrastruktur; (f.) industri yang melakukan alih teknologi; g. industri yang menjaga kelestarian lingkungan hidup; (h.) industri yang melakukan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi; (i.) industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri; atau (j.) industri yang menyerap banyak tenaga kerja). Pasal 4 ayat 2 (Fasilitas yang dimaksud pada ayat (1) berupa insentif fiskal, insentif non-fiskal, dan kemudahan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku).Pasal 4 ayat 3(Pemberian fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau kembali setiap 2 (dua) tahun, atau setiap waktu apabila dipandang perlu, untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan.).

Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan: Pasal 4 (Perusahaan perikanan Indonesia bekerjasama dengan nelayan dan/atau pembudidaya ikan dalam suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh M enteri). Pasal 5 ayat 4 (Dalam IUP untuk usaha penangkapan ikan dicantumkan koordinat daerah penangkapan ikan, jumlah dan ukuran kapal perikanan, jenis alat penangkap ikan yang digunakan, dan pelabuhan pangkalan).

(11)

meliputi: Industri Kopra, Industri minyak makan kelapa, Industri minyak goreng kelapa, Industri produk masak dari kelapa dan Industri pengolahan ikan, yang meliputi: Industri penggaraman/pengasinan ikan, Industri pengasapan ikan, Industri pembekuan ikan, Industri pemindangan ikan, Industri pengolahan dan pengawetan lainnya untuk ikan, dan Industri pengolahan dan pengawetan ikan dan biota air (bukan udang) dalam kaleng). Pasal 2 ayat 2 (peta panduan pengembangan industri unggulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan M enteri ini).

Pengembangan industri unggulan daerah selain untuk meningkatkan daya saing industri daerah, memperkuat ketahanan daerah juga mendukung tumbuh kembangnya entrepreneurship di daerah tersebut. Dalam rangka mengembangkan industri daerah tersebut, pemerintah pusat telah menyusun peta panduan (road map) pengembangan industri unggulan provinsi dan peta panduan pengembangan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota seperti yang sudah tertuang dalam dalam Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.

Kementerian Perindustrian melalui PERM EN Nomor 136/M -IND/PER/12/2010 mengeluarkan peta panduan (road map) pengembangan industri unggulan provinsi. Dalam peta panduan tersebut, industri unggulan Provinsi Sulawesi Utara diprioritaskan pada pengolahan kelapa dan turunannya serta pengolahan ikan dan turunannya.Ditinjau dari potensi sumber daya alamnya, Bitung merupakan daerah yang strategis dan memiliki komoditi unggulan perikanan, sehingga untuk pengolahan ikan dan turunannya ditetapkan di Kota Bitung. Dengan demikian skala prioritas industri pengolahan unggulan Kota Bitung adalah industri pengolahan ikan dan turunannya.

Terkait dengan industri pengolahan perikanan, Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha9 Perikanan secara jelas menyebutkan Perusahaan Perikanan Indonesia bekerjasama

(12)

dengan nelayan dan/atau pembudidaya ikan dalam suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh M enteri. Kerangka legal ini memberikan penguatan dalam penciptaan peluang-peluang usaha di sektor perikanan yang dapat menumbuhkembangkan entrepreneurship di Kota Bitung.

Pengembangan Kawasan Ekonomi sebagai stimulator bagi pembentukan entrepreneurship

(13)

Pelaksanaan Peraturan M enteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008 dimaksudkan sebagai pusat penggerak pertumbuhan ekonomi daerah tersebut dan sekitarnya melalui pengembangan sektoral dan produk unggulannya.Beberapa kawasan yang sudah dibentuk di Sulawesi Utara yakni Kawasan Ekonomi Khusus, kawasan-kawasan pendukung KEK di Kabupaten-Kabupaten sekitar KEK, Kawasan M inapolitan dan Kawasan Agropolitan.Kawasan-kawasan ini merupakan areal strategis yang potensial untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan sumber daya alam dan geografis dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan mendukung terciptanya entrepreneurship.

Untuk menganalisis Kebijakan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Bitung sebagai stimulator bagi pembentukan entrepreneurship, maka dilakukan analisis terhadap 5 peraturan dan kebijakan nasional yang terkait dan relevan dengan hal tersebut. Kelima peraturan dan kebijakan tersebut adalah: (a) Undang-undang RI Nomor 39 Tahun 2009 tentang KEK, (b) Peraturan M enteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Daerah; (c) Peraturan M enteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 12 Tahun 2010 tentang M inapolitan; (d) Keputusan M enteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 32 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan M inapolitan, (e) Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2014 tentang KEK Bitung.

M enurut UU No. 39 itu KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Pengembangangan KEKmelalui penyiapan sebuah kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategik dan berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

(14)

melalui M P3EI10.Dalam meningkatkan potensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi, salah satu pendekatannya adalah membangun KEK sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan disertai dengan penguatan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, dan antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya.

Pengembangan KEK di berbagai daerah di Indonesia akan memberikan dampak positif yang dapat membentuk dan mengembangkan entrepreneurship. Hal ini akan nampak dalam bentuk kinerja atau capaian-capaian dari aktivitas zona-zona yang dibentuk dalam KEK tersebut antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan atau ekonomi lainnya. Selain itu juga, salah satu bentuk dari pengembangan KEK adalah penyediaan lokasi untuk UM KM , dan koperasi, baik sebagai pelaku usaha maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK (UU RI Nomor 39 pasal 3).Dengan demikian, implementasi KEK melalui aktivitas dari zona yang dibentuk dan aktivitas para entrepreneur baik skala kecil maupun skala besar, mampu mendukung terbentuknya entrepreneurship di daerah tersebut.

10MP3EI (Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi I ndonesia

2011-2025) merupakan dokumen kerja yang komplementer yang diharapkan akan mampu mempercepat pengembangan berbagai program pembangunan yang ada, terutama dalam mendorong peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan energi, serta pembangunan SDM dan Iptek. Percepatan pembangunan ini diharapkan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya. Selain percepatan, melalui masterplan ini juga mendorong perluasan pembangunan ekonomi Indonesia agar efek positif dari pembangunan ekonomi I ndonesia dapat dirasakan tidak saja di semua daerah di Indonesia tetapi juga oleh seluruh komponen masyarakat di seluruh Indonesia.Pelaksanaan MP3EI dilakukan untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) kegiatan ekonomi utama. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu: (1) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku; (2) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global (locally integrated, globally connected); (3) memperkuat

(15)

Dalam membangun dan mengembangkan KEK di daerah-daerah, harus memenuhi beberapa kriteria sehingga implementasinya dapat efektif dalam membentuk entrepreneurship. Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus memenuhi kriteria: a.sesuai dengan Rencana Tata Ruang W ilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung; b.pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK; c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; dan d. mempunyai batas yang jelas.

Bitung adalah salah satu daerah di Indonesia yang memenuhi kriteria tersebut karena letak geografis dan geostrategic Kota Bitung yang terletak dengan jalur perdagangan internasional dan atau dekat dengan jalur pelayaran internasional. Oleh karena itu, ditetapkannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2014 tentang penetapan Bitung sebagai salah satu KEK11 di Indonesia.

Adanya penetapan legal Bitung sebagai KEK, merupakan peranan besar dari Pemerintah dalam mendukung Entrepreneurship di Kota Bitung. Lokasi Bitung yang terletak di dekat jalur perdagangan Internasional dan dekat dengan pelayaran internasional akan membuka peluang besar dalam pengembangan kegiatan perekonomiannya yang bersifat strategis dan berdampak pada pengembangan ekonomi nasional. Zonasi yang dibentuk di KEK Bitung yakni Zona Industri, Zona Logistik dan Zona Pengolahan Ekspor.Zona-zona yang dibentuk ini sangat membuka peluang untuk aktivitas entrepreneur dibidang pengolahan industry perikanan.

Di samping KEK, kawasan strategis lainnya yang dikembangkan karena memiliki keunggulan sumber daya alam perikanan dan secara geografis yang dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya, yakni Kawasan M inapolitan.

11Sampai Mei 2014, di Indonesia telah ditetapkan 4 KEK yaitu, KEK Sei Mangkei, KEK

(16)

Konsep kawasan M inapolitan ini merupakan suatu dorongan terhadap percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan, sehingga dilakukan pengembangan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan yang terintegrasi, efisien, dan berkualitas. Adanya kawasan M inapolitan ini juga didasarkan pada UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 45 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan W ilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Kedua kerangka legal ini mendukung sebuah pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang perlu dikembangkan, salah satunya dengan konsep M inapolitan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan keunggulan komparatif dan kompetitif daerah sesuai dengan eksistensi kegiatan pra produksi, produksi, pengolahan dan/atau pemasaran secara terpadu, holistik, dan berkelanjutan.

Dengan pertimbangan tersebut, dibentuklah sebuah kawasan M inapolitan melalui Peraturan M enteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 12 Tahun 2010.Kawasan M inapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya.

Adapun tujuan dari pengembangan kawasan ini adalah untuk meningkatkan produktivitas, dan kualitas produk kelautan dan perikanan, meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan yang adil dan merata dan mengembangkan kawasan M inapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah(Permen Kelautan dan Perikanan RI Nomor 12 tahun 2010 Pasal 3). Tujuan dari Kawasan M inapolitan sangat mendukung untuk terbentuknya suatu kawasan ekonomi yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi melalui pertumbuhan produksi sektoral khususnya Industri Pengolahan Perikanan.

(17)

berdaya saing tinggi; dan (3)M eningkatkan sektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak ekonomi regional dan nasional (Permen Kelautan dan Perikanan RI Nomor 12 tahun 2010 Pasal 4).Sasarannya sangat membantu munculnya para entrepreneur skala mikro hingga skala kecil. Selanjutnya, aktivitas dari entrepreneur skala mikro hingga skala kecil ini dalam membentuk suatu populasi dalam sebuah kawasan yang bisa menjadi penggerak ekonomi regional dan nasional serta bisa bersaing dengan para entrepreneur skala besar.Hal ini merupakan sebuah peluang yang diciptakan pemerintah dengan membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi masyarakat kecil untuk menjadi entrepreneur di bidang perikanan.

Peraturan tersebut sangat menguntungkan Kota Bitung sebagai salah satu daerah yang berpotensi di Sulawesi Utara untuk pengembangan kawasan M inapolitan selain M inahasa, M inahasa Selatan, BolM ong Utara, Sangihe, M inahasa Utara dan Kota M anado. Kota Bitung di tetapkan sebagai salah satu Kawasan M inapolitan melalui Keputusan M enteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 32 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan M inapolitan.Tentu saja ini merupakan sebuah ruang terbuka yang dibentuk oleh Pemerintah bagi para entrepreneur untuk menangkap setiap peluang usaha dalam meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah melalui kawasan M inapolitan.

Peraturan  kewirausahaan

Kewirausahaan  peraturan

Pemberdayaan masyarakat menjadi pelaku usaha dan pengembangan usaha masyarakat

(18)

untuk digulirkan kepada anggota koperasi dan UKM sebagai bentuk pinjaman), pasal 2 ayat1 (Tujuan Program Dana bergulir yaitu untuk memberdayakan Koperasi dan UKM melalui perkuatan struktur Keuangan, Koperasi dan UKM serta meningkatkan kemampuan SDM terutama dalam bidang administrasi dan pengelolaan Keuangan), Pasal 2 ayat 2 (Sasaran Program Dana Bergulir adalah perkuatan modal kepada Koperasi dan UKM ), pasal 5 ayat 1 (Alokasi perkuatan dana bergulir di peruntukan dalam rangka pengembangan usaha produksi dibidang pertanian pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perindustrian, kerajinan, pertambangan dan pariwisata, dan aneka usaha dan usaha jasa lainnya).

Peraturan W alikota Bitung Nomor 16 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perkuatan Dana Bergulir Pemerintah Kota Bitung (Pasal 14 ayat 2: kewajiban UKM adalah: Dalam pengelolaan usaha UKM diwajibkan untuk: M embuat laporan keuangan secara triwulan dan melaporkan kepada Tim/Pokja Kota Bitung, mengolah perkuatan dan bergulir dengan baik, menekan tingkat kemacetan pinjaman dibawah 2%), Pasal 15 ayat 3 (Tugas UKM adalah: M embuka rekening penerima, M engadministrasikan dengan baik kegiatan UKM, M elaporkan perkembangan kegiatan usaha kepada Dinas Koperasi setempat, M embayar angsuran pengembalian pinjaman Perkuatan Dana Bergulir pada rekening Bank yang ditunjuk oleh pemerintah).

(19)

UM KM yang menerima dana bergulir mengalami peningkatan setiap tahunnya sesuai dengan jumlah dana yang tersedia.

Tujuan, sasaran dan alokasi dari perkuatan dana bergulir ini untuk memberdayakan koperasi dan UMKM melalui perkuatan struktur Keuangan, Koperasi dan UKM serta meningkatkan kemampuan SDM terutama dalam bidang administrasi dan pengelolaan Keuangan. Selain memberdayakan mereka untuk menjadi pelaku usaha, tujuan lainnya yang secara tidak langsung melatih kemampuan pelaku usahanya dalam bidang administrasi dan pengelolaan keuangan minimal keuangan usahanya. Pemberdayaan masyarakat untuk menjadi pelaku usaha dan memiliki kemampuan mengelola, akan mengembangkan entrepreneurship yang ada di daerah tersebut. Sasarannya sebagai perkuatan modal bagi anggota koperasi dan UKM. Adanya dana bergulir ini akan memberikan kekuatan keuangan untuk pengembangan usaha bagi para pelaku usahanya.

Alokasi perkuatan dana bergulir diperuntukan dalam rangka pengembangan usaha produksi dibidang pertanian pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perindustrian, kerajinan, pertambangan dan pariwisata, dan aneka usaha dan usaha jasa lainnya. Hal ini tentu akan menciptakan peluang-peluang menjadi pelaku usaha di bidang perikanan yang memiliki potensi sumber daya alam perikanan yang besar untuk menjadi industri pengolahan.

(20)

Pemberian fasilitas ini diberikan kepada usaha industri prioritas tinggi, baik industri prioritas nasional maupun industri prioritas berdasarkan kompetensi inti industri daerah; industri pionir; industri yang dibangun di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan atau daerah lainyang dianggap perlu; industri yang melakukan penelitian, pengembangan dan inovasi; industri yang menunjang pembangunan infrastruktur; industri yang melakukan alih teknologi; industri yang menjaga kelestarian lingkungan hidup; industri yang melakukan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi; industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri; atau industri yang menyerap banyak tenaga kerja. Kebijakan dan peranan pemerintah ini merupakan salah satu cara dalam menumbuhkembangkan entreprneurship yang tertuang dalam PerPres Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional Pasal 4.

Perijinan

Beberapa peraturan yang terkait dengan perijinan antara lain: Peraturan W aliKota Bitung Nomor 22 tahun 2009 tentang Sistem dan Prosedur penyelenggaraan pelayanan perijinan terpadu di Kota Bitung Pasal 5 ayat 1 (Jangka waktu penyelesaian pelayanan perijinan oleh BPPT dan PM D Kota Bitung sebagaimana tersebut dalam lampiran III Peraturan W alikota ini).

(21)

perikanan bermotor dalam yang berukuran di atas 10 Gross Tonnage (GT.10) dan tidak lebih dari 30 Gross Tonnage (GT.30) dan/atau yang mesinnya berkekuatan tidak lebih dari 90 Daya Kuda (DK), dan berpangkalan di wilayah administrasinya serta tidak menggunakan modal asing dan/atau tenaga kerja asing; b. IUP kepada perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan pembudidayaan ikan di air tawar, air payau, atau laut di wilayah administrasinya yang tidak menggunakan modal asing dan/atau tenaga kerja asing), Pasal 13 ayat 2 (Bupati/W alikota atau pejabat yang ditunjuk memberikan:a. IUP, SPI, dan SIKPI kepada perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan penangkapan dan/atau pengangkutan ikan yang berdomisili di wilayah administrasinya, yang menggunakan kapal perikanan tidak bermotor, kapal perikanan bermotor luar, dan kapal perikanan bermotor dalam yang berukuran tidak lebih 10 Gross Tonnage (GT.10) dan/atau yang mesinnya berkekuatan tidak lebih dari 30 Daya Kuda (DK), dan berpangkalan di wilayah administrasinya serta tidak menggunakan modal asing dan/atau tenaga kerja asing;b. IUP kepada perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan pembudidayaan ikan di air tawar, air payau, atau laut di wilayah administrasinya yang tidak menggunakan modal asing dan/atau tenaga kerja asing.), Pasal 13 ayat 3(Ketentuan mengenai tata cara pemberian IUP, SPI, dan SIKPI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh Gubernur, Bupati/W alikota sesuai dengan kewenangannya dengan berpedoman kepada tata cara pemberian perizinan usaha perikanan yang diatur oleh M enteri).

(22)

Dalam substansi pengisian prosedur perijinan, data-data detail tentang usaha dan industri yang akan dibangun merupakan hal yang penting. Dimana poin ini akan menjadi pertimbangan bagi dinas atau badan yang berwenang dalam membuat kebijakan-kebijakan selanjutnya terkait dengan potensi sumber daya alam, batasan pengguna sumber daya alam, terutama untuk sumber daya alam yang akan dieksploitasi sebagai industri unggulan Kota Bitung. M isalnya dalam Ijin Usaha Perikanan (IUP), dicantumkan koordinat daerah penangkapan ikan, jumlah dan ukuran kapal perikanan, jenis alat penangkap ikan yang digunakan, dan pelabuhan pangkalan.

Selanjutnya, Pemimpin daerah baik Gubernur dan Bupati sama-sama memiliki kewengangan untuk memberikan IUP, SPI dan SIKPI.Namun, bedanya terdapat pada muatan pengangkutannya.Jika sudah diatas 10 GT dan kurang dari 30GT atau setara dengan 90DK, maka itu menjadi kewenangan dari Gubernur.Sedangkan untuk yang dibawah 10 GT sampai 15 GT atau setara dengan 30DK itu menjadi kewenangan Bupati.Namun pada tahun 2010 kewenangan Gubernur diubah menjadi diatas 30 GT sampai 60 GT dengan ditetapkannya Peraturan M enteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 16/M EN/2010 Tentang Pemberian Kewenangan Penerbitan Surat Izin Penangkapan Ikan (Sipi) Dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (Sikpi) Untuk Kapal Perikanan Berukuran Di Atas 30 (Tiga Puluh) Gross Tonnage Sampai Dengan 60 (Enam Puluh) Gross Tonnage Kepada Gubernur. Konteks ini jelas akan memberikan dampak terhadap pembayaran pajak atau pungutan terhadap usaha industri yang akan dilakukan.

(23)

dalam mengurus perijinan telah meningkatkan jumlah investor dan pelaku usaha yang ada di Kota Bitung.

Perpajakan

(24)

pada ayat (1), kecuali jika wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya), Pasal 65 ayat 4(Keberatan dapat diajukan apabila wajib pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui wajib pajak.), Pasal 69 ayat 5 (Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 bulan sejak diterbitkannya SKPDLB, jika pengembalian setelah lewat 2 bulan, Kepala Daerah atau Pejabat memberikan imbalan bnga sebesar 2% sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak).

Peraturan W alikota Bitung Nomor 31 Tahun 2010 tentang Perhitungan Nilai Sewa Reklame Pasal 2 ayat 2 (Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame.), Pasal 2 ayat 3 (Nilai Sewa reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung dengan menjumlahkan Nilai Jual Obyek Pajak Reklame dan Nilai Strategis Penempatan Reklame.), Pasal 2 ayat 4 (Perhitungan Nilai Jual Obyek Pajak Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan pada factor-faktor: Ukuran Reklame, Jenis reklame, Bahan yang digunakan, Lama pemasangan) Pasal 2 ayat 6 (Perhitungan Nilai Strategis Penempatan Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan pada factor-faktor: Ukuran reklame, Lokasi Penempatan, Kelas Jalan, Jangka waktu penyelenggaraan dan Sudut pandang).

Peraturan W alikota Bitung Nomor 18 tahun 2011 tentang Perhitungan Nilai Perolehan Air Tanah Pasal 4 ayat 1, (Kalsifikasi penambilan dan atau pemanfaatan air tanah dibedakan berdasarkan: Non niaga, Niaga kecil, Industry kecil, Niaga besar, Industry besar), Pasal 4 ayat 2 (apabila klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sulit diidentifikasi, maka dapat pula didasarkan pada omzet dan atau kegiatan usaha.)Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah.

(25)

telah menjadi hak tertentu dari yang bersangkutan; b.Nelayan dan pembudidaya ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)).

Terkait dengan pembayaran pajak atau pungutan, dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan Pasal 18 ayat 2 dimana pungutan perikanan tidak dikenakan bagi nelayan dan usaha pembudidayaan ikan yang dilakukan di tambak atau di kolam di atas tanah yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan telah menjadi hak tertentu dari yang bersangkutan. Nelayan dan pembudidaya ikan yang dimaksudkan adalah mereka yang tidak menggunakan kapal dengan motor, baik motor dalam maupun motor luar yang berukuran tertentu. Tentu saja ini merupakan kebijakan pro-poor atau pro-rakyat kecil yang memberikan peluang bagi mereka untuk mengembangkan usahanya.

Beberapa peraturan tentang pajak seperti Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 8 tahun 2010 tentang Pajak Daerah, Peraturan W aliKota Bitung Nomor 31 Tahun 2010 tentang Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Peraturan waliKota Bitung Nomor 18 tahun 2011 tentang Perhitungan Nilai Perolehan Air Tanah dan Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah, poin-poin dalam pajak-pajak tersebut meringkankan bagi para pelaku usaha skala mikro kecil dan menengah. M isalnya dalam pajak reklame, mereka tidak diwajibkan membayar pajak dan diberikan kesempatan mempromosi usaha mereka.

Disamping itu, ada poin-poin yang mengatur tentang keberatan terhadap wajib pajak.Hal ini merupakan sebuah mediasi untuk transparansi antara pemerintah dan pelaku usaha. Selain itu juga, jika para pelaku usaha mengalami keberatan dalam membayar wajib pajak, pasal ini akan berfungsi sebagai mediasi untuk menyelesaikan masalahnya.

(26)

diperketat oleh sanksi/ denda yang cukup besar, namun jika pemerintah yang keliru atau lalai, maka mereka akan bersedia untuk memberikan pelayanan yang maksimal denan salah satu caranya yakni mengembalikan kelebihan pajak dan diberi tambahan bunga jika waktunya terlambat maka diberikan tambahan bunga 2%. Sebuah tindakan yang fair dari pemerintah sehingga diharapkan dapat ditangkap oleh para entrepreneur sebagai suatu lingkungan legal yang kondusif.

Berbagai peraturan mengenai perpajakan yang dikeluarkan oleh Pemkot Bitung seperti Pajak Air Tanah dan Pajak Reklame, tidak menyusahkan para entrepreneur baik besaran nilai pajaknya maupun proses pengurusan pembayarannya. Untuk usaha-usaha kecil seperti usaha penangkapan ikan (nelayan) dan pembudidaya ikan yang tidak menggunakan motor baik dalam maupun motor luar berukuran tertentu tidak dikenakan pajak. Bagi entrepreneur skala mikro dan kecil tidak juga dikenakan pajak reklame sehingga mereka dengan mudah memanfaatkan kesempatan ini dalam mempromosi usaha mereka.

Berbagai produk kebijakan publik yang terkait dengan

pengembangan entrepreneurship dipaparkan dalam Tabel 4.1 di bawah

[image:26.468.63.403.184.608.2]

ini, yangakan dibahas dalam pembahasan di bawah ini.

Tabel 4.1. Produk Kebijakan Publik dalam Skala Nasional dan Daerah

No. Aras Aturan Nama Aturan Bidang

1. Nasional

1a. Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2009 Tentang KEK

Tata ruang 1b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 54

Tahun 2002 Tentang Usaha Perikanan

Industri

1c. Peraturan Pemerintah RI Nomro 32 Tahun 2014 Tentang KEK Bitung

Tata ruang 1d. Peraturan Presiden RI Nomor 28

Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional

(27)

No. Aras Aturan Nama Aturan Bidang 1e. Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 29 Tahun 2008 Tentang Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Daerah

Tata ruang

1f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Minapolitan

Tata ruang

1g. Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 136/M-IND/PER/12/2010 Tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Utara

Kebijakan Umum

1h. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 32 Tahun 2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

Tata ruang

2 Daerah

2a. Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perkuatan Dana Bergulir Pemerintah Kota Bitung

Permodalan

2b. Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah

Pajak

2c. Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 8 Tahun 2010 Pajak Daerah

Pajak

2d. Peraturan W alikota Bitung Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang Perkuatan Dana Bergulir Pemerintah Kota Bitung

Permodalan

2e. Peraturan W alikota Bitung Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Sistem dan Prosedur Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu di Kota Bitung

Pajak

2f. Peraturan W alikota Bitung Nomor 31 Tahun 2010 Tentang Perhitungan Nilai Sewa Reklame

Pajak

(28)

No. Aras Aturan Nama Aturan Bidang Tahun 2011 Tentang Perhitungan

Nilai Perolehan Air Tanah

Peran Pemerintah melalui program dan kegiatan di RPJM D: Pendukungan melalui Rencana Strategik Program Pemerintah

M engacu pada Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka M enengah Nasional 2010-2014.Adanya Kebijakan Umum Pembangunan Nasional dalam menggerakan perekonomian dan meningkatkan terciptanya lapangan pekerjaan baru dan mengurangi kemiskinan, memunculkan beberapa program unggulan nasional. Hal ini nampak pada Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka M enengah Nasional 2010-2014. Berkaitan dengan itu, peran Pemerintah Daerah Kota Bitung dalam mendukung kebijakan nasional tersebut, tercermin di dalam kebijakan pemerintah daerah yang diturunkan melalui Rencana Pembangunan Jangka M enengah Daerah (RPJM D) Kota Bitung.

Sesuai dengan RPJM D Kota Bitung, pelaksanaan program pembangunan daerah yang berkaitan dengan entrepreneurship diatur melalui kebijakan dasar program pembangunan daerah Kota Bitung yang mencakup: (1) Peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan iklim investasi dan kesempatan berusaha, (2) pemberdayaan usaha mikro kecil menengah, (3) perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup dimana pengelolaan dan pemanfaatan berwawasan berkelanjutan. Arah kebijakan tersebut, sudah diturunkan menjadi program-program pembangunan daerah yang akan dan telah dilakukan oleh masing-masing SKPD.

Tabel 4.2. Realisasi Program dari SKPD Yang M endukung Pengembangan Entrepreneurship di Kota Bitung

No SKPD/Bidang Program Realisasi 1. Bappeda 1. Program

perencanaan

(29)

pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh

2012 dilaksanakan 1 kegiatan dengan total dana 50 juta rupiah. 2. Program

perencanaan pembangunan daerah

Ada 5 kegiatan dalam pelaksanaan program ini pada tahun 2011 dengan total dana 586 juta 951 ribu rupiah.

Untuk tahun 2012 dilaksanakan 2 kegiatan dengan total dana 550 juta rupiah.

3. Program perencanaan pembangunan ekonomi

Kegiatan dari program ini dilakukan mulai tahun 2012 sebanyak 2 kegiatan dengan total dana 100 juta rupiah.

4. Program penyusunan perencanaan pengembangan ekonomi

Ada 2 kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2012 dengan anggaran 250 jta rupiah.

2. Dinas Koperasi dan UMKM

1. Program penciptaan iklim usaha menengah yang kondusif

Program ini dilaksanakan dalam 2 kegiatan tiap tahunnya sejak tahun 2012 hingga 2015 nanti. Tahun 2012, 2 kegiatan tersebut dilaksanakan dengan anggaran 3 Milyar rupiah. Tahun 2013 dilaksanakan dengan anggaran 1 milyar rupiah. 2. Program

pengembangan kewirausahaan dan keunggulan

kompetitif UMKM

(30)

3. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi KUMKM

Program ini dilaksanakan dalam 2 kegiatan setiap tahunnya. Tahun 2012 dan 2013 pelaksanaannya, menggunakan anggaran sebesar 150 jt rupiah per tahun,

3. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT-PM)

1. Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi

Tahun 2011, program ini dilakukan dalam 2 kegiatan dengan anggaran 54 juta rupiah. Tahun 2012, 2 kegiatan dengan anggaran 700 jta, dan tahun 2013, 1 kegiatan dengan anggaran 500 juta. 2. Program

peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi

Setiap tahun dilaksanakan 1 kegiatan. Tahun 2011 dilaksanakan dengan anggaran 63 juta 154 ribu rupiah. Mengalami peningkatan anggaran pada tahun 2012 yakni 1 milyar rupiah, dna pada tahun 2013 sebesar 800 juta rupiah.

3. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan

Kegiatan dalam program ini dilaksanakan pertahun. Dimulai tahun 2012 dengan anggaran 300 juta rupiah. Pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 400 juta rupiah.

4. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM

(31)

5. Program penyiapan potensi sumber daya, sarana dan prasarana daerah

Kegiatan yang sudah dilakukan dari program ini sebanyak 1 kegiatan per tahunnya. Tahun 2012,anggarannya 300 juta rupiah. Pada tahun 2013, anggarannya sebesar 400 juta rupiah. 4. Dinas Kelautan

dan Perikanan

1. Program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir

Program ini memiliki 1 kegiatan yang dilakukan per tahunnya. Tahun 2011, anggarannya 5 juta rupiah. Tahun 2012 sebesar 15 juta rupiah, dan tahun 2013, anggarannya 15 juta rupiah.

2. Program Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan

Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2012 ada 1 kegiatan dengan anggaran 10 juta rupiah dan than 2013, 10 juta rupiah.

5. Dinas

Perindustrian dan Perdagangan

1. Program pembinaan dan pengendalian usaha industri dan perdagangan

Kegiatan dari program ini baru dilakukan sekali pada tahun 2012 dengan anggaran 250 juta rupiah 2. Program

pengembangan industry kecil dan menengah

Program ini baru dilaksanakan dalam 2 kegiatan. Tahun 2011, 1 kegiatan dengan anggaran 72 juta 400 ribu rupiah, dan tahun 2012 sebesar 250 juta rupiah.

3. Program penyederhanaan persyaratan ijin usaha

Ada 1 kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2012 dengan anggaran 75 juta rupiah. 4. Program penataan

struktur industry

(32)

dilakukan dengan anggaran 250 juta rupiah, dan 1 kegiatan di tahun 2012 dengan anggaran 1,5 milyar rupiah.

5. Program penataan dan penetapan kluster industry

Kegiatan dari program ini baru dilaksanakan 1 kegiatan pada tahun 2012 dengan anggaran 1,5 milyar rupiah.

6. Program

peningkatan sarana prasarana

pengembangan industry dan perdagangan

Tahun 2012, 1 kegiatan sudah dilaksanakan dengan anggaran 1,5 Milyar rupiah.

7. Program pengkajian peluang investasi

Satu kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2012 menggunakan anggaran sebesar 150 juta rupiah.

Dalam dokumen RPJM D, salah satu arah kebijakan pembangunan ekonomi Kota Bitung adalah mendorong pertumbuhan UM KM dan mendapatkan perlakuan khusus sehingga tidak kalah saing dengan pengusaha besar. SKPD yang secara teknis mengimplementasikan arahan kebijakan ini adalah Dinas Koperasi dan UM KM . Dinas Koperasi dan UM KM Kota Bitung, telah melakukan program dana bergulir sebagai bentuk perhatian khusus bagi UMKM. Seperti yang disampaikan oleh Kadis Koperasi dan UM KM Kota Bitung dalam wawancara dengan penulis pada tanggal 10 maret 2014 bahwa “Perrhatian pemda terhadap UMKM itu sudah sangat besar. Salah satu programnya adalah program dana bergulir.”

(33)

Tabel 4.3. Dana bergulir UM KM Kota Bitung, 2009-2013

Tahun Jumlah Penerima Total Dana

2009 2009

152 137

250 jt 250 jt 2010

2010 2010

133 9 65

233 jt 180 jt 267 jt

2011 29 520 jt

2012 26 500 jt

2013 386 1,5 M

Sumber: W awancara Ka. Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bitung tanggal 10 Maret 2014)

Perkuatan dana bergulir adalah salah satu kegiatan Dinas Koperasi dan UM KM Kota Bitung melalui program penciptaan iklim usaha menengah yang kondusif. Perbedaan jumlah penerima dari tahun ke tahun mengikuti jumlah pendanaan yang tersedia melalui sumber dana dari APBD Kota Bitung. Jumlah penerima sama dengan jumlah proposal yang telah direalisasikan oleh Dinas Koperasi dan UM KM , karena untuk menjadi penerima dana bergulir, salah satu syaratnya adalah membuat proposal pendanaan sesuai dengan kebutuhan usahanya.

(34)

Sesuai dengan Perda Nomor 5 tahun 2008 tentang dana bergulir, masih dilakukan hingga saat ini dengan rentang waktu 1 tahun sekali dengan jumlah dana yang bervariasi. M asing-masing pelaku ekonomi mendapatkan bantuan dana sesuai dengan kebutuhan seperti yang tercantum pada proposal dan diwajibkan mengajukan proposal.

Selain penguatan dengan dana bergulir, Pemerintah KotamelaluiDinas Koperasi juga memfasilitasi para pelaku ekonomi dengan pelatihan dan sosialisasi kebijakan dan program-program pemerintah. Dalam pelaksanaaannya juga pemerintah sering melakukan kunjungan lapangan untuk memonitoring pelaksanaan pencapaian dan kegiatan pelaku-pelaku bisnis di lapangan.

Pemerintah juga melaksanakan pengembangan kewirausahaan dan peningkatan keunggulan kompetitif melalui pelatihan, pembinaan, dan rapat koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Pelatihan dilakukan sebanyak 2 kali dalam tahun 2014 dan kegiatan ini dilakukan berdasarkandana yang tersedia. Seperti pada Tabel 1.anggaran yang tersediadigunakan untuk menyelenggarakan 2 kegiatan per tahun masing-masing tahun 2012 dan 2013 dengan dana sebesar Rp 150.000.000,00 per tahun. Selain itu, dilakukan juga monitoring, dan memberikan motivasi bagi pelaku bisnis serta rapat koordinasi sebanyak 4 kali setahun.PengembanganUMKM diadakan melalui pelatihan kewirausahaan.

“Jadi program pendukungnya, penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan.Semacam diklat begitulah untuk UKM. Kalo yang penciptaan iklim yang kondusif itu misalnya, sosialisasi kebijakan tentang UKM , ada rapat koordinasi, fasilitasi pengembangan UKM melalui dana bergulir.”12

Selain itu, pemerintah juga melakukan deregulasi peraturan daerah yang menghambat investasi dan menetapkan perda untuk mendorong akselerasi pembangunan ekonomi daerah dalam rangka

12W awancara pribadi dengan Kadis Koperasi dan UMKM Bpk. J.D.W arouw tanggal 10

(35)

memperkuat koridor pembangunan Sulawesi Utara. Dari hasil deregulasi, selama ini, tidak ditemukannya peraturan daerah yang menghambat, karena semua peraturan dibuat untuk mendukung, mendorong, dan memfasilitiasi UMKM.Sedangkan, penciptaan wiraswasta muda lokal belum dilakukan secara optimal karena keterbatasan dana.

“Saya kira kalo untuk kotaBitung, nda ada. Justru perda, kebijakan pemerintah itu dibuat, untuk mendorong, memfasilitasi UKM , pelaku2 ekonomi di kota Bitung, antara lain, kebijakan dana bergulir, Peraturan Pemerintah No.5 tahun 2008. Kalo tanpa Perda, mungkin sudah tidak jalan itu dana bergulir.”13

Dalam mengembangkan industri kecil dan menengah, tidak hanya dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UM KM , tetapi juga Dinas Perindustrian dan Perdagangan juga memiliki program dan kegiatan untuk itu.Kegiatannya terfokus pada pembinaan dalam bentuk pelatihan yang sudah dilakukan setiap tahun sekali.

“Fokus kegiatan dari program pengembangan industri kecil dan menengah pada pembinaan dalam bentuk pelatihan.Jadi kelompok industri kecil yang di bina.Selain itu, kita memfasilitasi dalam bentuk bantuan peralatan khususnya untuk industry kecil. Apakah itu pengolahan ikan, minyak goreng, bahan baku kelapa. Itu yang coba kita berikan kepada mereka.”

Dalam pengolahan, ada 2 komoditi yang diprioritaskan yaitu berbahan baku ikan dan berbahan baku kelapa. Sesuai dengan Peraturan M enteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 136/M -IND/PER/12/2010 tentang Peta Panduan (road-map) pengembangan industri unggulan provinsi Sulawesi Utara, menetapkan khusus Sulawesi Utara dan Bitung, mengolah produk berbahan baku ikan dan turunannya serta berbahan baku kelapa dan turunannya. Pelaksanaan

(36)

program dan kegiatan tersebut lebih banyak berkembang di Industri skala menengah. M isalnya, beberapa kali melakukan pelatihan mengenai pembuatan abon ikan, dan untuk yang berbahan baku kelapa dan turunannya seperti, pelatihan pembuatan nata de coco dan minyak goreng. Selain itu, untuk industri skala kecil, Disperindag memfasilitasi dengan pemberian coolboxkepada pelaku UM KM untuk penyimpanan ikan masing-masing usaha 1 coolbox.

Namun, dalam proses pelaksanaannya, masih saja terjadi ketidakmerataan informasi karena ada warga yang memiliki usaha mikro untuk pengolahan ikan, tapi belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah, salah satunya di desa Papusungan. Disperindag menjelaskan bahwa mereka sudah punya datanya namun pelatihannya yang belum terlaksana. Tapi, di desa tersebut sudah pernah dilaksanakan pelatihan bahkan sudah sampai memberikan alat.

Kita sudah buat pelatihan bahkan kita sampe sudah memberikan alat.Pesertanya kurang lebih 30an orang.M ungkin yang memberikan informasi itu gak terjalin.Yah memang kalo mo bilang bahwa masih banyak kelompok-kelompok usaha kecil yang belum terangkum. Yah kenapa begitu itu ?alasan klasiknya itu biaya. Tapi kan kita semua mau dijangkau semua keterbatasan kita kan itu. Yah mungkin kelompok ini dulu yang dilatih.Klompok berikut untuk tahun berikutnya.Begitu juga kita bikin pelatihan untuk minyak goreng dan nata de coco.Kita baru bikin 2 kelompok.Baru di kecamatan Danowudu dan kecamatan Aertembaga.Di sini ada 8 kecamatan.14

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan tersebut dinilai belum optimal terlebih dalam pengawasan pelaksanaannya.Selain itu perlindungan terhadap masyarakat konsumen juga masih belum optimal, karena belum adanya wadah untuk menampung aspirasi, ketidakpuasan/komplain, serta menyelesaikan sengketa dengan pelaku ekonomi.Sengketa bisa terjadi karena tidak akuratnya ukuran yangdipakai dalam mengukur barang dan jasa yang

(37)

diperjualbelikan.Sehingga penjaminan terhadap masyarakat konsumen perlu dilakukan lebih baik.Hal ini terjadi karena keterbatasan dana dan sumber daya manusia dalam hal ini tenaga pegawai. W alaupun seringkali untuk masalah sumber daya manusia baik dalam hal kualitas pegawai dan jumlah pegawai, bisa diatasi dengan meminta bantuan dari kementrian terkait.

“Kita punya kewajiban kan untuk melindungi masyarakat konsumen.Harusnya kita sudah ada disini, misalnya meterologi, alat2 ukur dsb. Itu kan kita harus tau betul misalnya betul gak 2 kg ini kalo kita beli daging. Kalo kita isi bensin bener gak 10 L. Kita hanya melihat dari alatnya.Jadi kita harus tau apakah ukuran2 itu bener gak.Kalo kemetrologian itu cermat kita setiap saat itu kita koreksi bener gak.Itu perlindungan itu.Kedua kita jugaharus ada lembaga untuk menyelesaikan sengketa. Terkadang kan baik produsen maupun konsumen, ada benturan. Kita harus memfasilitasi masalah itu.”

(38)

Pengaruhnya terhadap pembentukan iklim usaha investasi Kota Bitung cukup signifikan dengan adanya pembangunan pasar tradisional di setiap kecamatan yakni kecamatan Lembeh Utara, Lembeh Selatan, Girian, M adidir, M aesa, Ranowulu, M atuari, dan Aertembaga sehingga berbagai produk hasil industri yang ada di sekitarnya bisa mendapatkan akses dan fasilitas untuk dipasarkan. Hal ini menjadi stimulus yang besar untuk menumbuhkan pelaku-pelaku ekonomi khususnya para entrepreneur kelas mikro, kecil, dan menengah.

Pembentukan iklim usaha investasi di Kota Bitung juga didukung oleh beberapa program dan kegiatan dari BPPT-PM Kota Bitung seperti:

a. DukunganPromosi

Promosi yang dilakukan mencakup: M edia Online, W ebsite, Baliho, Brosur, Leaflet, dan Spanduk. Promosi yang dilaksanakan pada saat ada kegiatan di kota Bitung.Brosur, dan buku potensi. Seperti yang dikatakan oleh KaBid Penanaman M odal, Christ M adoali yaitu:

Yang pertama, kitorang pakai media, ada juga website, social media, promosi-promosi di Kayuwatu (HUT Provinsi), kemudian juga ada promosi-promosi yang dilaksanakan di luar.Jadi ketika kesana kita membawa leaflet, brosur, kemudian buku potensi, dan ketika ada kegiatan seminar.Itu yang sekarang ini kita laksanakan di luar Kota Bitung. Kalau di dalam kota Bitung sendiri, kita adakan sosialisasi ke kelurahan-keluarahan, kami mengundang pelaku-pelaku usaha, selain dari mereka itu, kita harapkan ada informasi balik. Untuk apa?katakanlah relasi mereka juga. Kemudian ada juga kita pasang baliho-baliho di titik-titik jalan yang strategis. Jadi selain leaflet, brosur dan sebagainya.Itu yang tentang peningkatan promosi, yang kita upayakan sekarang.Sehingga, ketika kita melihat lagi target kita, terjadi peningkatan.Jadi itu yang sudah kita lakukan dari sisi promosi.”15

Dari pernyataan tersebut, itu berarti bahwa Pemerintah Kota Bitung lewat program dan kegiatan di Bidang Penanaman M odal, sudah melakukan usaha untuk promosi dalam rangka peningkatan

(39)

investasi dan kerjasama. Peningkatan dari sisi promosi dapat terlihat dari peningkatan jumlah investasi dalam PM A dan PM DN.

Tabel 4.4. Data Penanaman M odal Asing dan Penanaman M odal Dalam Negeri di Kota Bitung, 2011-2013

Tahun PM A PM DN Total

2011 19 19 38

2012 17 49 66

2013 17 58 75

Sumber: W awancara Ka. Bidang Penanaman Modal Kota Bitung tanggal 18 April 2014

Salah satu dampak dari program peningkatan promosi dan kerjasama investasi adalah adanya investor baru di Kota Bitung. Tabel 2.4 adalah data PM A dan PM DN kota Bitung sejak tahun 2011 sampai tahun 2013. Jumlah PMA tahun 2011 berjumlah 19, namun pada tahun 2012 dan 2013 mengalami penurunan jumlah menjadi 17. Penurunan ini bukan berarti investor menarik modalnya, tetapi terjadi perpindahan kepemilikan modal dari PM A ke PM DN, sehingga jumlah PM DN tahun 2012 bertambah menjadi 49 termasuk 2 dari PM A tahun 2011 (W awancara dengan KaBid Penanaman M odal, 2014). Kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2013 yakni 58 untuk PM DN sehingga total penanaman modal adalah 75 pelaku bisnis.Peningkatan terjadi karena berbagai usaha telah dilakukan oleh Pemkot Bitung khususnya BPPT-PM seperti promosi dan kerja sama.

b. Pengurusan Ijin

Dalam pengurusan ijin, PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) hanya mengurus ijin dengan nilai investasi 500 juta ke atas.M ekanisme pengurusan ijin dijalankan sesuai SOP (Standard Operating Procedure) yang berlaku sehingga memberikan pelayanan yang maksimal terhadap masyarakat dan pelaku usaha serta memberikan kenyamaan saat pelaku usaha mengurus ijin usaha seperti penyederhanaan persyaratan perijinan dan biaya perijinan.

(40)

fasilitas kemudahan persyaratannya, yang tadinya panjang banget, sekarang kita pangkas persyaratannya.M ungkin ada yang so sejenis yang so ada, mungkin ada keterangan dari lurah dan KTP so nda.Kemudian waktunya, dari waktu yang lebih lama, jadi waktu yang lebih singkat. Itu juga membuat animo masyarakat untuk mengurus ijin usaha lebih tinggi, tidak bayar kemudian prosesnya mudah, syaratnya juga mudah.”16

Pada pelaksanaannya masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi karena terbatasnya sumber daya manusia yang ada di PTSP sehingga kadang kala pelayanan yang diberikan masih kurang maksimal. Kendala-kendala yang dihadapi seperti adanya pembaharuan dan penyesuaian SDM maupun regulasi, perubahan payung hukum sehingga adanya penyesuaian, masalah keterbatasan lahan dan kurangnya SDM.

“Bitung juga punya masalah lahan yang terbatas. Kita tidak bisa melebarkan ke sana karena diapit oleh 2 gunung padahal potensi kita besar. Jadi memang kendala kita yang utama adalah mencari lahan yang besar.W alaupun kitapunya RTRW namun ada perusahaan2 besar dia nda bisamendapatkan lahan yang cukup luas disini.Baru kita punya personil yang kurang disini.Idealnya kita disini harus punya sekitar 70 stafyang ada sekarang 28 staf.kitaharus turun lapangan untuk kontrol pengawasan tapi yang paling utama ialah ketika ada pelaku usaha yang mo urus ijin,kita sudah punya Standar Pelayanan untuk ijin ini cuman berapa hari. Kong dia datang mo urus berapa ijin kong beda2 ijin, lokasi sedangkan personilnya kurang. Kan kita harus memastikan bahwa yang bermohon ini kan memang disini depe tampa. Kong kita ukur untuk mendapatkan IM Bnya.Itu yang membuat kita kerja ekstra.W alaupun torang pe kesejahteraan disini diperhitungkan.Tapi memang kita masih kurang. Tapi memang kota Bitung itu masih kurang. Karena torang nyanda dibuka kran untuk menerima pegawai sekarang.Padahal pension ada trus tiap tahun.Penerimaan nyanda tiap tahun.”17

16 W awancara pribadi dengan KaBid penanaman modal, Christ Madoali pada tanggal

18 April 2014

17 W awancara pribadi dengan KaBid penanaman modal, Christ Madoali pada tanggal

(41)

c. Pelibatan KPK M enjamin Kepastian Hukum

Penanaman M odal juga bekerja sama dengan CIDA (Canadian International Development Agency) - KPK melalui program SIPS (Support of Indonesia’s Islands of Intergrity Program for Sulawesi) dalam memberikan pendampingan untuk melakukan integritas pelayanan publik dimana dalam mitra kerja ini KPK memberikan dukungan dalam bentuk dana sebagai stimulus untuk menunjang fasilitas penunjang pelayanan. Dalam memaksimalkan pelayanan ke masyarakat, pertama tidak menerima suap sebagai bentuk kredibilitas pelaksanaan pelayanan.Kedua,focus pelayanan sesuai SOP yang sudah ditetapkan. Ketiga, bagaiamana pembiayaan ijin-ijin itu sesuai dengan yang telah ditetapkan dalamPeraturan Daerah, dan setiap kegiatan telah memiliki SOP.

Dampak dari peningkatan investasi dan kerja sama salah satunya adalah peningkatan pendapatan daerah sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kota Bitung. Program yang dilakukan oleh Dinas Perikanan dan kelautan kota Bitung dalam mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota Bitung adalahOptimalisasi Pembangunan di Kawasan M inapolitan.

(42)

“Jadi kawasan M inapolitan itu kan program keroyokan berbasis kawasan.Jadi 1 kawasan yang sudah ditetapkan, seperti kita ini kawasan M inapolitan dan kita sudah tetapkan ada 3 kecamatan, yaitu Kec. Aertembaga, Kec. Lembeh Utara dan Kec. Lembeh Selatan. Zona intinya ada di pelabuhan perikanan di Kec.Aertembaga. Maksud dari program M inapolitan ini adalah program keroyokan, dimana dikawasan ini kita dikeroyok melalui percepatan pembangunan dari sekian banyak sektor. Jadi disitu ada sekian lembaga yang turut membantu, tapi yang turun ke daerah itu tidak semuanya. Tapi sebagian besar ada dari kementerian pendidikan nasional, kesehatan, PU, perindustrian dan perdagangan, itu masing-masing ke SKPD, kementerian sosial, turun ke SKPD masing-masing di kabupaten kota, kemudian program masing-masing SKPD, memprogramkan apa di kawasan ini. Jadi masing-masing di sektor mereka dengan fokus ke kawasan ini, mereka bisamembantu mempercepat terjadi pembangunan di kawasan ini.”18

M enurut Kadis Kelautan dan Perikanan Kota Bitung, salah satu program untuk Kawasan M inapolitan dari Dinas Perikanan dan kelautan adalah intervensi pengentasan kemiskinan dengan proyek IFAD (International Fund ForAgriculture Development) yakni Coastal Community Development Project (CCDP). Sasaran dari program ini adalah masyarakat pesisir, dimana tujuannya adalah pemberdayaan masyarakat melalui beberapa Bidang yaitu: Bidang infrastruktur, Bidang usaha, Bidang lingkungan dan Bidang tabungan (orang-orang yang sudah tidak produktif). Kegiatan ini dipusatkan di Pulau Lembeh yang memiliki 2 kecamatan yaitu Kecamatan Lembeh Utara dan Kecamatan Lembeh Selatan. Dari 2 Kecamatan tersebut, ada 15 kelurahan yang di targetkan, tapi pada tahap pertama ini baru 9 kelurahan yang sudah masuk dan masih tersisa 6 kelurahan yang belum masuk. Setiap kelurahan itu, dibagi 4 bidang yang boleh dimasukan beberapa kelompok.

Dalam bidang infrastruktur, kegiatan yang dilakukan adalah identifikasi infrastruktur apa yang sangat penting dan yang sangat

18 W awancara pribadi dengan Ka.Dis Perikanan dan Kelautan Kota Bitung, Hengky

(43)

mendesak dibangun di Kelurahan mereka untuk mendukung kegiatan usaha bisa berjalan lancar. M isalnya pembangunan pusat informasi dan pembangunan penampungan air bersih. Di bidang usaha kelompok dibebaskan memilih bidang usaha apa yang akan dilakukan, seperti kelompok usaha penangkapan ik

Gambar

Tabel 4.1. Produk Kebijakan Publik dalam Skala Nasional dan Daerah

Referensi

Dokumen terkait

Ada pula orang tua yang memberi kebebasan kepada anak tapi tetap memberikan kontrol, dan ada pula orang tua yang bersikap melindungi anak secara berlebihan dengan

Prinsip kerja dari teknik kendali kesalahan paritas adalah dengan menghitung jumlah bit 1 dalam satu kata pada sisi pengirim lalu menset bit paritasnya, kemudian disisi

Hal penting yang harus diketahui dalam pemrograman komunikasi data DTE-HP menggunakan AT Command adalah ketika akan melakukan instruksi- instruksi untuk pengiriman dan pembacaan

Keempat pasang kabel dalam kabel UTP tersebut, di kedua ujungnya diklem atau dipasang konektor jenis RJ45 male, yang nantinya akan dipasangkan dengan konektor RJ45 female yang

Daging sapi lebih berat dibandingkan yang dipotong secara normal, sebab air akan berdifusi ke dalam jaringan otot, sehingga daging menggembung dan

Copy SKA/SKT dan IJazah serta tanda pengenal dari personil/staf inti proyek (yang termuat dalam isian kualifikasi).. Copy bukti kepemilikan peralatan yang termuat

Kehadiran relawan dari salah satu lembaga bentukan pemerintah Amerika Serikat ini akan difungsikan untuk meningkatkan pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah-sekolah menengah,

Pada hari ini, Rabu tanggal Dua Puluh Dua bulan Mei tahun Dua Ribu Tiga Belas , telah dilaksanakan Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) secara on-line pada lpse Kabupaten