• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PRAKTEK UNSAFE ACTION DALAM PENGGUNAAN GADGET DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA MURID SEKOLAH DASAR ISLAM TUNAS HARAPAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PRAKTEK UNSAFE ACTION DALAM PENGGUNAAN GADGET DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA MURID SEKOLAH DASAR ISLAM TUNAS HARAPAN TAHUN 2016 - UDiNus Repository"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

HUBUNGAN ANTARA PRAKTEK UNSAFE ACTION DALAM PENGGUNAAN GADGET DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF GANGGUAN KESEHATAN MATA

PADA MURID SEKOLAH DASAR ISLAM TUNAS HARAPAN TAHUN 2016 An Nisa Intan Navarona *) Eni Mahawati **)

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Email :411201201485@mhs.dinus.ac.id

ABSTRACT

Background : Gadgets are not only used by adolescents and adults, but also used by primary students. Based on initial surveys there were also children who bough gadget with private money because their parents believe that the money belong to the childrenis right of the children to spend it. But parents do not buy gadgets for the children because they fear that children will become lazy on learning. The purpose of this study was to analyze the relationship between action unsafe practices in the use of gadgets with subjective complaints of eye health problems in Islamic primary school of Tunas Harapan Semarang.

Method : This study used analytic survey with cross sectional approach. The research instrument used questionnaire. The sampling technique used proportional sampling. The population of this study consist of 65 people with a sample of study was 64 people. Data analyzed by chi-square test.

Result : Results showed that often used position are lying and visibility used when using the gadget is less tha 30cm, there was no relationship between the position (0,227), and visibility (0,683) when using gadgets with subjective complaints of eye health problems. While the length of time while using the gadget is ≥ 2 hours and the lighting used when using the gadget is bright lighting, the length of time (0,029) and lighting (0,019) while using the gadget significantly associated with subjective complaints of eye health problems.

Conclusion : There is no relationship between the position and visibility when using gadgets with subjective complaints of eye health problems, while there is a relationship between the length of time and lighting when using gadgets with subjective complaints of eye health problems. It is advisable for parents to pay more attention to children when playing gadget that eye health is maintained.

(3)

ABSTRAK

Latar Belakang : Gadget tidak hanya digunakan oleh kalangan remaja dan dewasa, tetapi juga digunakan oleh kalangan usia anak sekolah. Berdasarkan survei awal ada juga anak yang membeli gadget dengan uang pribadi karena orang tua berpikir bahwa jika itu uang anak maka terserah anak ingin dipakai untuk beli apa saja sedangkan adapula anak yang meminta kepada orang tuanya tetapi orang tua tidak membelikan gadget yang diminta oleh anak karena orang tua takut jika anak akan menjadi malas belajar. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara praktek unsafe action dalam penggunaan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata pada murid Sekolah Dasar Islam Tunas Harapan Semarang.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel menggunakan propotional sampling. Populasi penelitian ini berjumlah 65 orang dengan sampel 64 orang. Analisis data menggunakan uji chi square.

Hasil : Hasil penelitian posisi yang sering digunakan adalah posisi berbaring dan jarak pandang yang digunakan saat menggunakan gadget adalah < 30cm, tidak ada hubungan antara posisi (0,227) dan jarak pandang (0,683) saat menggunakan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata. Sedangkan lama waktu saat menggunakan gadget adalah ≥ 2 jam dan pencahayaan yang digunakan saat menggunakan gadget adalah pencahayaan yang terang, lamanya waktu (0,029) dan pencahayaan (0,019) saat menggunakan gadget berhubungan signifikan dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata.

Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara posisi dan jarak pandang saat menggunakan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata sedangkan ada hubungan antara lama waktu dan pencahayaan saat menggunakan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata. Disarankan bagi orang tua untuk lebih memperhatikan anak ketika bermain gadget agar kesehatan mata tetap terjaga.

(4)

PENDAHULUAN

Teknologi berkembang dengan pesat sesuai dengan zamannya. Salah satu bentuk teknologi yang beredar adalah gadget. Gadget tidak hanya digunakan oleh kalangan remaja dan dewasa, tetapi juga digunakan oleh kalangan usia anak sekolah. Tahap pengenalan gadget pada anak usia sekolah merupakan usia yang masih terlalu awal.(1) Walaupun gadget hanya digunakan untuk bermain game atau untuk menghubungi orang tua ketika antar jemput sekolah saja. Kebiasaan bermain menggunakan handphone secara berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh seperti gangguan kesehatan mata karena terlalu lama menatap layar handphone. Namun tak banyak orang tua yang mengerti ternyata penggunaan handphone itu sendiri menimbulkan radiasi yang cukup berbahaya bagi kesehatan tubuh dan lingkungan. Selain mengganggu kesehatan tubuh handphone dapat menurunkan konsentrasi anak ketika belajar karena anak selalu ingin bermain handphone.

Penyebab dari banyaknya anak sekolah dasar yang sudah menggunakan handphone karena orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak kurang perhatian dari orang tua dan bagi orang tua yang menyadari bahwa kurang perhatian dan kurangnya waktu bersama anak menimbulkan inisiatif orang tua untuk membelikan handphone dengan tujuan anak akan mencari hiburan sendiri seperti bermain game di handphone. Adapun penyebab lain yaitu pemikiran anak bahwa anak sekolah dasar yang memiliki handphone adalah golongan ekonomi menengah keatas, hal ini yang mengakibatkan banyaknya anak sekolah dasar yang meminta handphone pada orang tuanya dan lebih memprihatinkan lagi orang tua pun mengabulkan permintaan anaknya tanpa harus berpikir panjang apa dampak buruk yang ditimbulkan akibat dari radiasi handphone.

(5)

Menurut hasil wawancara survei awal yang telah dilakukan pada hari Selasa tanggal 10 November 2015 dengan 5 sampel responden anak kelas 4 sekolah dasar islam Tunas Harapan yang menggunakan handphone hanya bertujuan untuk bermain game, responden bermain game selama 5 jam per hari namun tidak secara terus menerus responden bermain game selama 1 jam dan kemudian selang berapa jam responden bermain game kembali dan selama 1 jam bermain game responden mengeluhkan mata pedih dan lelah.

Namun orang tua responden membelikan handphone dengan uang hasil tabungan pribadi responden dan orang tua beranggapan bahwa uang pribadi tersebut diserahkan kepada responden dan dibebaskan untuk membeli apa saja yang diinginkan responden dengan kata lain orang tua tidak berhak mengatur uang pribadi karena uang tersebut hasil dari jerih payah responden, tetapi berdasarkan pernyataan dari orang tua responden, tingkat belajar responden masih baik karena orang tua terus memperhatikan dan memonitoring responden dalam hal belajar baik di rumah maupun di sekolah. Sedangkan hasil wawancara dengan 5 sampel responden anak kelas 4 sekolah dasar negeri yang tidak menggunakan handphone responden mengatakan bahwa responden sudah meminta handphone ke orang tuanya tetapi tidak dibelikan dan alasan dari orang tua responden adalah ketakutan orang tua jika responden mengalami kecanduan bermain game dan responden malas untuk belajar sehingga mengganggu prestasi responden di sekolah.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Hubungan Antara Praktek Unsafe Action Dalam Penggunaan Gadget Dengan Keluhan Subyektif Gangguan Kesehatan Mata Pada Murid Sekolah Dasar Islam Tunas Harapan Tahun 2016”.

METODE

(6)

suatu akibat dari adanya faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh).(3)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu data hanya dikumpulkan untuk waktu tertentu saja untuk menggambarkan kondisi populasi.(4)

HASIL

1. Posisi Menggunakan Gadget

Deskripsi posisi menggunakan gadget dapat digambarkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Posisi Menggunakan Gadget

No Posisi Menggunakan Gadget

%

1. Duduk 39 60,9

2. Berbaring 25 39,1

Sumber : Data Primer Terolah (2016)

Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa frekuensi jawaban berdasarkan posisi yang sering dilakukan adalah posisi duduk (60,9%).

2. Jarak Pandang Menggunakan Gadget

Deskripsi jarak pandang menggunakan gadget dapat digambarkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Jarak Pandang Menggunakan Gadget

No Jarak Pandang

Menggunakan Gadget

%

1. Jauh (≥ 30 cm) 28 43,8

2. Dekat (< 30 cm) 36 56,2

(7)

Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui bahwa pada saat menggunakan gadget responden lebih banyak yang menggunakan jarak < 30 cm (56,2%).

3. Lamanya Waktu Menggunakan Gadget

Deskripsi lamanya waktu menggunakan gadget dapat digambarkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Lamanya Waktu Menggunakan Gadget

No Lamanya Waktu

Menggunakan Gadget

%

1. < 2 jam 20 31,2

2. ≥ 2 jam 44 68,8

Sumber : Data Primer Terolah (2016)

Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa responden lebih banyak menggunakan gadget dengan lama waktu ≥ 2 jam (68,8%).

4. Pencahayaan Saat Menggunakan Gadget

Deskripsi pencahayaan saat menggunakan gadget dapat digambarkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pencahayaan Saat Menggunakan Gadget

No Pencahayaan Saat Menggunakan Gadget

%

1. Redup 22 34,4

2. Terang 42 65,6

Sumber : Data Primer Terolah (2016)

(8)

5. Keluhan Subyektif Mata

Tabel 5

Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Keluhan Subyektif Gangguan Kesehatan Mata

7 Setelah menggunakan gadget, mengalami mata merah

24 37,5 40 62,5

Sumber : Data Primer Terolah (2016)

Berdasarkan tabel 5 di atas diketahui bahwa responden yang mengalami keluhan subyektif yang paling banyak yaitu mata gatal (64,1%), mata mata berair (65,6%), dan keluhan sakit kepala (68,8%).

Tabel 6

Kategori Keluhan Subyektif

SD Islam Tunas Harapan Semarang Tahun 2016

No Keluhan Subyektif %

1. Keluhan Subyektif Rendah 44 68,8 2. Keluhan Subyektif Tinggi 20 31,2

(9)

Berdasarkan tabel 6 di atas diketahui bahwa responden yang mengalami keluhan subyektif tinggi (31,2%) lebih sedikit dibandingkan yang mengalami keluhan subyektif rendah (68,8%).

PEMBAHASAN

1. Posisi Menggunakan Gadget

Berdasarkan hasil uji statistik antara posisi menggunakan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata dengan menggunakan uji chi square hasil pearson chi square 0,227 (>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara posisi menggunakan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata pada murid SD Islam Tunas Harapan Semarang.

Hal ini sejalan dengan penelitian Lely. I. Porotu’o, dkk pada tahun 2014 bahwa tidak ada hubungan antara posisi membaca dengan ketajaman penglihatan pada pelajar Sekolah Dasar Katolik Santa Theresia 02 Kota Manado yang merupakan salah satu sekolah unggulan yang memiliki sarana dan prasarana yang baik saat proses belajar mengajar.(5) Ini juga sejalan dengan penelitian Ananda Puspitasari pada tahun 2012 bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara postur tubuh dengan keluhan kesehatan yang dirasakan akibat menggunakan laptop yang mengatakan bahwa meskipun seseorang memiliki perilaku penggunaan laptop yang baik, tetap mempunyai kemungkinan terkena keluhan kesehatan akibat penggunaan laptop dan banyak faktor lain seperti kondisi desain tempat kerja yang tidak ergonomis, ukuran laptop yang digunakan, durasi dan frekuensi penggunaan tinggi, lingkungan yang tidak nyaman, dan beban yang dibawa sebelum menggunakan laptop.(6)

2. Jarak Pandang Menggunakan Gadget

(10)

Hal ini sejalan dengan penelitian Wisnu Eka Saputro pada tahun 2013 bahwa tidak ada hubungan antara jarak pandang dengan keluhan CVS pada karyawan BPS.(7) Dan hal ini juga sejalan dengan penelitian Dian Nourmayanti (2013) bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Hal tersebut mungkin terjadi karena adanya faktor lain seperti pencahayaan yang kurang sehingga baik pekerja dengan jarak monitor < 50 cm dan ≥ 50 cm tetap mengalami keluhan kelelahan mata.(8)

3. Lamanya Waktu Menggunakan Gadget

Berdasarkan hasil uji statistik hubungan antara lamanya waktu menggunakan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata dengan menggunakan uji chi square hasil pearson chi square 0,029 (<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lamanya waktu menggunakan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata pada murid SD Islam Tunas Harapan Semarang.

Hal ini sejalan dengan penelitian Lely. I. Porotu’o, dkk pada tahun 2014 bahwa ada hubungan antara screen time dengan ketajaman penglihatan.(5) Hal ini sejalan dengan penelitian Wati Ningsih (2015) bahwa terdapat hubungan antara lama interaksi komputer terhadap terjadinya gejala CVS pada mahasiswa keperawatan UMS. Hal ini terjadi pada mahasiswa yang juga berada antara semester IV-VIII ini sedang sibuk mempersiapkan tugas akhir maupun tugas kuliah lainnya, dimana pada masa tersebut mahasiswa dituntut untuk selalu siap dan tepat waktu dengan semakin banyaknya tugas yang menumpuk.(9)

4. Pencahayaan Saat Menggunakan Gadget

(11)

Hal ini sejalan dengan penelitian Selisca Luthfiana Fadhillah pada tahun 2013 yang menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer adalah kelainan refraksi dan tingkat pencahayaan.(10) Hal ini juga sejalan dengan penelitian Puspita Dinta pada tahun 2013 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara intensitas pencahayaan komputer dengan kelelahan mata. Kelelahan mata dapat terjadi apabila mata difokuskan pada objek yang berjarak dekat dalam waktu yang lama karena otot-otot mata harus bekerja lebih keras untuk melihat objek yang berjarak sangat dekat, terutama jika disertai dengan pencahayaan yang menyilaukan.(11)

5. Keluhan Subyektif Mata

Keluhan subyektif yang banyak dialami oleh responden adalah kesulitan melihat jarak jauh dan kelelahan mata (54,7%) karena sebagian responden ada yang mengalami gangguan tersebut tetapi belum memakai kacamata, adapula yang sudah menggunakan kacamata namun minus/silinder mata bertambah dan responden tidak mengetahui sehingga walaupun tetap memakai kacamata responden masih mengalami gangguan penglihatan jarak jauh, keluhan lain yang dialami responden setelah menggunakan gadget berupa mata berlendir/kotor/belekan (57,8%), mata berair (65,6%), mata gatal (64,1%), sakit kepala (75%), dan mata merah (68,8%). Dilihat dari keluhan yang dirasakan oleh responden maka pihak sekolah diharapkan memberikan pengetahuan tentang dampak buruk penggunaan gadget terutama bagi kesehatan mata. Menurut penelitian Jurisna Maria Pangemanan, dkk pada tahun 2014 mendapatkan hasil dari keluhan penglihatan yang ada, kebanyakan responden mengalami lebih dari 1 keluhan. Rata-rata keluhan yang terbanyak dialami responden, mengalami keluhan rasa tegang atau lelah pada mata.(12)

(12)

tidak semua responden merasakan keluhan yang sama dengan responden lainnya. Jadi, yang keluhan yang dirasakan tiap responden bisa dikatakan bervariasi.

Dilihat dari hasil uji statistik maka dapat disimpulkan bahwa responden yang melakukan unsafe action seperti menggunakan gadget dengan posisi duduk, lama waktu (≥ 2 jam), dan pencahayaan layar yang terang rata-rata mengalami keluhan subyektif rendah kecuali pada variabel unsafe action jarak pandang (<30 cm) lebih banyak responden yang mengalami keluhan rendah daripada yang mengalami keluhan subyektif tinggi.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara keseluruhan terhadap praktek unsafe action penggunaan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata.

1. Berdasarkan 64 responden yang berhasil di wawancara untuk praktek unsafe action posisi menggunakan gadget diketahui bahwa posisi yang sering dilakukan oleh responden adalah posisi berbaring (60,9%) lebih banyak dibandingkan dengan posisi duduk (39,1%), jarak pandang menggunakan gadget diketahui bahwa pada saat menggunakan gadget responden lebih banyak yang menggunakan jarak < 30 cm (56,2%) daripada yang menggunakan jarak ≥ 30 cm (43,8%), lama waktu menggunakan gadget diketahui bahwa responden lebih banyak menggunakan gadget dengan lama waktu ≥ 2 jam (68,8%) dibandingkan dengan < 2 jam (31,2%), dan pencahayaan pada saat menggunakan gadget diketahui bahwa responden lebih banyak menggunakan pencahayaan yang terang pada saat menggunakan gadget (65,6%) dibandingkan pencahayaan yang redup (34,4%).

(13)

3. Berdasarkan hasil keluhan subyektif diatas maka keluhan subyektif dapat dikategorikan menjadi keluhan subyektif tinggi (31,2%) dan keluhan subyektif rendah (68,8%).

4. Tidak ada hubungan antara posisi menggunakan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata pada murid SD Islam Tunas Harapan Semarang (p-value=0,227).

5. Tidak ada hubungan antara jarak pandang menggunakan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata pada murid SD Islam Tunas Harapan Semarang (p-value=0,683).

6. Ada hubungan antara lamanya waktu menggunakan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata pada murid SD Islam Tunas Harapan Semarang (p-value=0,029).

7. Ada hubungan antara pencahayaan saat menggunakan gadget dengan keluhan subyektif gangguan kesehatan mata pada murid SD Islam Tunas Harapan Semarang (p-value=0,019).

SARAN

1. Bagi Anak

Anak diharapkan bisa memahami penyebab dan bahaya dari gadget yang digunakan secara berlebihan serta dapat melakukan safe action agar penglihatan tetap normal dan sehat.

2. Bagi Keluarga

Keluarga diharapkan lebih memperhatikan anak ketika bermain gadget terutama untuk lama waktu dan pencahayaan dengan membatasi waktu bermain gadget dan memperhatikan pencahayaan baik pencahayaan pada layar gadget maupun ruangan ketika menggunakan gadget.

3. Bagi Sekolah Dasar

Pihak sekolah diharapkan memberikan pengetahuan tentang dampak buruk penggunaan gadget yang berlebihan dan memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara memelihara mata agar tetap normal dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA

(14)

Muhammadiyah 2 Pontianak Selatan. Pontianak. Universitas Tanjungpura. 2015. (Jurnal Proners, Vol. 3, No. 1, Tahun 2015)

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/view/10533

(diakses tanggal 9 Oktober 2015)

2. Malahayati Dara. Hubungan Kebiasaan Bermain Video Game Dengan Tingkat Motivasi Belajar Pada Anak Usia Sekolah. Depok. Universitas Indonesia. 2012.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308696-S42742-Hubungan%20kebiasaan.pdf (diakses tanggal 9 Oktober 2015)

3. Notoadmojo Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2005.

4. Purwanto Erwan Agus, Sulistyastuti Diah Ratih. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Gava Media. Jogjakarta. 2011.

5. Porotu’o. I. Lely, dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketajaman Penglihatan Pada Pelajar Sekolah Dasar Katolik Santa Theresia 02 Kota Manado. Manado. Universitas Sam Ratulangi. 2015. (Jurnal Kesmas, Vol. 4, No. 1, Tahun 2015)

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/7237 (diakses

tanggal 13 November 2015).

6. Puspitasari Ananda. Hubungan Antara Perilaku Penggunaan Laptop Dan Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Laptop Pada Mahasiswa Sarjana Reguler Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Depok. Universitas Indonesia. 2012.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20297471-S1889-Ananda%20Puspitasari.pdf (diakses tanggal 20 April 2016)

7. Saputro Wisnu Eko. Hubungan Intensitas Pencahayaan, Jarak Pandang Mata ke Layar dan Durasi Penggunaan Komputer Dengan Keluhan Computer Vision Syndrom. Semarang. Universitas Diponegoro. 2013.

http://eprints.undip.ac.id/37873/1/4541.pdf (diakses tanggal 6 April 2016).

8. Nourmayanti Dian. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah. 2009.

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/412/1/91962-DIAN%20NOURMAYANTI-FKIK.pdf (diakses tanggal 28 Oktober 2015)

9. Ningsih Wati. Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrom Pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2015.

(15)

10. Fadhillah Luthfiana Selisca. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pengguna Komputer Di Accounting Group PT. Bank X, Jakarta. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah. 2013.

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26520/1/SELISCA

%20LUTHFIANA%20FADHILLAH-FKIK.pdf (diakses tanggal 20 April 2016)

11. Dinta Puspita. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Mata Pada Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013. Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. 2013.

http://eprints.ung.ac.id/6788/ (diakses tanggal 29 Februari 2016)

12. Pangemanan Jurisna Maria, dkk. Hubungan Lamanya Waktu Penggunaan Tablet Computer Dengan Keluhan Penglihatan Pada Anak Sekolah di SMP Kr. Eben Heazer 2 Manado. Manado. Universitas Sam Ratulangi. 2014. (Jurnal E-Clinic (ECL), Vol. 2. No. 2, Tahun 2014)

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/5426 (diakses

Gambar

Tabel 5

Referensi

Dokumen terkait

DASAR HUKUM DIAJUKANNYA UPAYA HUKUM KASASI OLEH PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN BEBAS ( VRIJSPRAAK ) PADA PENERAPAN KUHAP TERKAIT AZAS KEPASTIAN HUKUM THE LEGAL BASIS FOR THE

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Barat akan melaksanakan pengadaan-Barang/Jasa dengan metode Pengadaan Langsung untuk paket

menyatakan yang bersangkutan LULUS sebagai PENILAI serta dapat melakukan penilaian Buku Teks Pelajamn sesuai. dengan bidang

To answer the second research question about the relationship between the real life of Iranian American and the story in the novel, firstly the history of the

[r]

diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerja sama dengan Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta di Cisarua-Bogor pada

The relationship between the story in the novel and the context of the real life of Iranian people living in United States of America and how dependency complex

[r]