• Tidak ada hasil yang ditemukan

s ind 056094 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s ind 056094 chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, baik itu bahasa lisan,

tulisan maupun isyarat, orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial. Bahasa juga

merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

dunia yang melingkupinya. Menuangkan pikiran dalam bahasa tulisan tentu saja akan merujuk

atau bertolak ukur pada paradigma tertentu sehingga menghasilkan suatu kecenderungan atau

pandangan yang berbeda. Begitupun dengan bahasa jurnalis pers media cetak. Setiap media

massa massa mempunyai gaya dan ideologi tersendiri dalam menyajikan berita.

Media massa memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Media massa

dikatakan sebagai pilar keempat sebuah negara, karena melalui media massa masyarakat

terbentuk secara informatif. Media massa juga berfungsi sebagai instrumen untuk menyebarkan

ideologi melalui pemberitaan-pemberitaan yang mengandung sistem nilai yang digunakan oleh

para pengikutnya.

Media cetak, khususnya surat kabar menjadi salah satu ruang tempat dituliskannya hasil

liputan para wartawan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara ini. Media massa

menurut Tony Bennet bukanlah saluran yang bebas dan netral, media merupakan subjek yang

(2)

ditampilkan dalam media bukan realitas yang sebenarnya, tetapi telah dikonstruksi ke dalam

bentuk wacana yang bermakna (Eriyanto, 2001:36).

Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan berita seringkali menunjukkan keberpihakan.

Mulyana (Eriyanto,2002:x) dalam sebuah pengantar buku menyatakan bahwa bahasa juga dapat

digunakan untuk memberikan aksen tertentu terhadap suatu tindakan misalnya dengan

menekankan, mempertajam, memperlembut, mengaungkan, melecehkan, emmbelokan, atau

mengaburkan peristiwa atau tindakan tertentu. Bahasa dikatakan sebagai system kategorisasi,

dimana kosakata tersebut akan menyebakan makna tertentu dan memeperlihatkan sebuah

ideologi.

Dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk

menggambarkan realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (citra) yang akan muncul di

benak khalayak. Bahasa yang dipakai media, ternyata mampu mempengaruhi cara melafalkan,

tata bahasa, susunan kalimat, perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, dan akhirnya

mengubah dan atau mengembangkan percakapan, bahasa dan makna.

Realitas media di Indonesia menunjukkan adanya bias gender dalam representasi

perempuan dalam media, baik media cetak maupun elektronik. Hal yang tidak bisa dibantah bila

media massa mempunyai peran sangat signifikan dalam proses sosialisasi kesetaraan dan

keadilan gender. Signifikasi peran media massa juga terletak pada eksistensinya sebagai salah

satu tonggak demokrasi, yang sekarang menjadi mainstream. Salah satu pilar demokrasi adalah

adanya ruang publik yang bebas dan penghargaan terhadap hak azasi manusia. Salah satu

(3)

Pada umumnya media massa sedikit memunculkan isu tentang perempuan, media

cenderung memberi ruang hanya bagi hal-hal yang bersifat tradisional atau urusan perempuan,

seperti rumah tangga, mode, mengurus keluarga dan anak. Media massa yang diharapkan bisa

mensosialisasikan masalah gender kepada masyarakat luas, ternyata masih kurang sensitif

terhadap masalah tersebut. Persoalan tentang perempuan merupakan persoalan yang senantiasa

aktual dan seringkali mengundang perdebatan panjang yang tidak berujung.

Media massa dan perempuan ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa di pisahkan,

keduanya memiliki kaitan erat dan saling melengkapi. Media yang difungsikan sebagai sarana

penghubung seseorang atau kelompok dengan publik kadang kala dihalalkan dalam segala

bentuk dan cara. Perempuan yang ingin diketahui oleh publik dengan terang-terangan bahkan

percaya diri membuka semua hal tentang dirinya bahkan sampai pada hal privacy untuk khalayak

umum dengan harapan dirinya menjadi satu-satunya pusat perhatian masyarakat. Perempuan

yang secara fitrah butuh suatu perhatian lebih, maka medialah yang menjadi sarana paling subur

untuk hal itu. Kehormatan perempuan seringkali juga menjadi jatuh karena dirinya sendiri atau

suatu media.

Karakteristik media massa yang manipulatif dan kurang memiliki sensitifitas gender

seringkali juga merugikan perempuan. Apa yang ditampilkan media terhadap sosok perempuan

dianggap mampu memberi kontribusi lebih dalam meningkatkan konsumsi publik, misalnya saja

dalam periklanan di televisi. Sudah saatnya, masyarakat lebih jeli dalam menyeleksi konsumsi

media yang ada di sekitar kita dan tidak menelannya bulat-bulat. Berita-berita yang seolah-olah

menghibur itu sering kali ibarat candu, terasa nikmat sehingga melupakan kita dari berbagai soal

(4)

Sara Mills lebih dalam Eriyanto (2001:200) banyak merepresentasikan perempuan dalam

teks, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pemarjinalan yang terjadi pada perempuan.

Analisis atas bagaimana posisi-posisi ini ditampilkan secara luas akan bisa menyingkap

bagaimana ideologi dan kepercayaan dominan bekerja dalam teks. Umumnya dalam wacana

feminis, diyakini dalam banyak teks wanita ditampilkan sebagai objek bukan subjek. Karena

sebagai objek representasi, maka wanita posisinya selalu didefinisikan, dijadikan bahan

penceritaan, dan tidak bisa menampilkan dirinya sendiri.

Pada tabloid Realita edisi 20 April-3 Mei 2009 terdapat teks berita yang berjudul

“Memilih Taubat Setelah Mimpi Kiamat”, bercerita tentang seorang perempuan asal Tegal, yang

hijrah ke kota Bandung untuk bekerja, diceritakan Ika sudah mempunyai pacar selama 4 tahun

dan setelah ia memberikan segalanya, lelaki itu pun pergi begitu saja meninggalkan dirinya tanpa

kepastian. Itulah yang membuat Ika menjadi rapuh dan labil, sampai suatu ketika ia bertemu

dengan seorang wanita bernama Eva di Bekasi dan menawari Ika untuk ikut bekerja di Papua

sebagai pelayan di kafe. Bukan untung yang ia dapat malah penderitaan, ternyata pekerjaan yang

semula Eva janjikan itu tidak ada, ia malah dijadikan PSK di Papua. Sebenarnya Ika tidak mau

menerima pekerjaan itu, bahkan untuk lari dari sana saja tidak bisa, jadi ia terpaksa melakoni

pekerjaan itu karena faktor lingkungan dan ekonomi.

Setelah kontrak bekerja empat bulan selesai, Ika kembali ke tempat kakaknya di

Purwakarta, beberapa hari sebelum keberangkatannya, pada suatu malam dia bermimpi. Di sana

dia diperlihatkan bahwa bumi ini akan kiamat dan hancur. Tetapi mimpi itu tidak mengurungkan

niatnya untuk kembali ke Sorong, ia tetap berencana kembali lagi ke Sorong untuk bekerja

sebagai PSK, setelah tiba di Sorong, Ika selalu bermimpi tentang kiamat itu, sampai akhirnya ia

(5)

Karena ia terus selalu bermimpi tentang kiamat itu, maka Mei 2008 ia berhenti menjadi

PSK dan di Jakarta ia mendirikan sebuah yayasan penyalur baby sytter. Dia sadar pekerjaannya

sekarang lebih sedikit penghasilannya dibandingkan penghasilannya ketika bekerja sebagai PSK.

Tetapi itu semua diterima karena lebih terhormat dibandingkan menjadi PSK.Selain itu ia

mendapat ketenangan yang selama ini ia tidak didapat.

Peneliti akan mencoba menganalisis ke dalam sikap yang diambil oleh tabloid Realita

dalam memberitakan pemberitaan terhadap perempuan yang disajikan kepada khalayak dengan

menggunakan analisis Sarra Mills dengan meninjau posisi subjek dan objek dalam teks berita

tabloid Realita; representasi perempuan dalam teks berita tabloid Realita; dan aspek kebahasaan

yang dapat menunjukkan ideologi dan keberpihakan yang disajikan oleh tabloid Realita dengan

judul Analisis Wacana Kritis tentang Pemberitaan Perempuan dalam Teks Berita Tabliod

Realita.

Penelitian terhadap wacana kritis pernah dilakukan oleh Rina Lestari yang meneliti

tentang wacana feminis pada harian umum Pikiran Rakyat. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa Pikiran Rakyat lebih berpihak terhadap perempuan walaupun ada sedikit kemungkinan

dari pilihan kata yang bisa memarjinalkan perempuan.

1.2Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah perlu dilakukan identifikasi masalahnya, untuk

menyatakan ciri-ciri yang ada pada masalah yang timbul dalam melaksanakan penelitian. Maka

(6)

1) Posisi subjek dan objek pemberitaan perempuan di dalam teks berita tabloid Realita,

2) Representasi perempuan yang ditampilkan dalam teks berita tabloid Realita,

3) Aspek-aspek kebahasaan yang bisa menunjukkan ideologi dan keberpihakan.

1.2.2 Batasan Masalah

Peneliti merasa perlu untuk membatasi masalah yang akan di teliti, hal tersebut bertujuan agar peneliti lebih terarah pada objek penelitian. Pembatasan masalah tersebut adalah sebagai

berikut :

1) Teks berita yang dikaji adalah berita yang memuat tentang pemberitaan perempuan pada

tabloid Realita edisi April-Juni 2010.

2) Analisis wacana kritis ini menggunakan pendekatan Sara Mills.

3) Bentuk representasi perempuan dan penggunaan bahasa pada media massa cetak yang mampu

menunjukkan sebuah ideologi dan keberpihakan khususnya pada pemberitaan tentang

perempuan.

1.2.3 Rumusan Masalah

Untuk dapat memperjelas serta mempermudah arah, tujuan, dan metodologi penelitian

yang digunakan, maka sebelum penelitian ini dilaksanakan perlu adanya perumusan masalah

terlebih dahulu.

(7)

1) Bagaimana posisi pemberitaan perempuan di dalam teks berita tabloid Realita?

2) Bagaimana representasi perempuan yang ditampilkan dalam teks berita pada tabloid Realita?

3) Aspek kebahasaan bagaimanakah yang dapat menunjukkan ideologi dan keberpihakan wartawan

pada teks tabloid Realita ?

1.3Tujuan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian kita harus menetapkan terlebih dahulu tujuan penelitian.

Adapun beberapa tujuan yang akan dikembangkan dan ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

A. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan bagaimana

media massa cetak, khususnya tabloid Realita memberikan informasi yang berkaitan dengan

perempuan, mengetahui bentuk-bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender terhadap

perempuan di dalam teks berita media massa cetak.

B. Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1) Mengetahui dan mendeskripsikan posisi perempuan pada teks berita tabloid Realita;

2) Mengetahui dan mendeskripsikan representasi perempuan pada teks tabloid Realita;

3)Mengetahui dan mendeskripsikan aspek bahasa atau penggunaan kata yang dapat

menunjukkan nilai-nilai ideologis pada teks tabloid Realita.

1.4 Manfaat Penelitian A. Secara Teoretis

Bagi kalangan akademis, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dalam

mengkaji teks berita di media massa, juga diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi

(8)

B. Secara Praktis

Bagi media massa (pers), dapat dijadikan masukan untuk perkembangan praktik

penulisan berita; bagi masyarakat umum, hasil penelitaian ini merupakan informasi tambahan

atau pengetahuan yang menjelaskan bahwa dalam suatu pemberitaan ada kemungkinana terdapat

maksud yang tersembunyi di balik teks berita, sehingga masyarakat dapat lebih kritis lagi dalam

menerima informasi.

1.5. Definisi Operasional

Peneliti merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat pada judul

penelitian, hal ini penting untuk lebih memperjelas dan menghindari kesalahan pemahaman

dalam penelitian ini.

1) Wacana adalah komunikasi verbal, ucapan, percakapan atau sebuah unit teks yang digunakan

oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat. Wacana disini mencakup rentetan

kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.

Wacana yang dimaksud dalam penelitian ini berupa teks berita.

2) Analisis Wacana Kritis adalah pendekatan yang digunakan untuk mengungkap sebuah ideologi

di balik teks media yang salah satunya dengan meninjau aspek kebahasaan yang dapat

menunjukkan kepentingan dan maksud tertentu.

3) Pemberitaan perempuan adalah teks yang dibuat media massa cetak yang bertujuan untuk

menginformasikan suatu berita kepada khalayak umum untuk menampilkan perempuan sebagai

pemberitaan di media massa cetak baik itu berita seputar kehidupan perempuan, pelecehan

seksual, kekerasan, kriminal, maupun kegiatan perempuan.

(9)

dijadikan sebagai subjek yang mendefinisikan dan melakukan penceritaan dan siapa yang

ditampilkan sebagai objek, pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh orang

lain.

5) Representasi perempuan dalam Analisis Wacana Kritis adalah pandangan pencerita terhadap

perempuan yang ditampilkan di dalam teks berita.

6) Aspek kebahasaan dalam Analisis Wacana Kritis adalah penggunaan kata untuk

menggambarkan sosok perempuan di dalam teks berita.

7) Tabloid Realita adalah media masa yang banyak menampilkan pemberitaan perempuan yang

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Batas-rendah harus dapat diatur secara mudah melalui papan tombol yang berinteraksi dengan kode singkat pada layar tampilan. Bila kredit mencapai nol, rele harus membuka

terima kasih untuk semua ilmu yang diberikan kepada penulis... Staf Tata Usaha, Staf Perpustakaan, dan Segenap

Tabel 5.15, nilai signifikan diperoleh 0,000 lebih kecil dari 0,05, dari kedua cara tersebut maka hasil uji F pada penelitian ini disimpulkan bahwa variable Pekerjaan itu

termasuk hubungan yang tidak mudah untuk dijalani bagi pasangan yang tidak memiliki rasa kepercayaan yang tinggi. Hubungan seperti ini sangat mudah mendapatkan masalah. Hal-hal

M Jurusa n 1 Mahasiswa mengisi daftar absen 2 Akad merekapitulasi kehadiran dosen berdasarkan daftar hadir (presensi) Setlah pertemu an kuliah dimulai Daftar Rekapit ulasi

Perancangan aplikasi tampilan animasi ini akan menampilkan secara umum hal-hal yang berkaitan dengan propinsi-propinsi seperti peta serta gambar-gambar ragam budaya yang

Hal ini berbeda dengan pelaksanaan diskusi rutin yang dilakukan oleh Lakpesdam PCNU kota Tasikmalaya, dimana hanya ada satu orang narasumber, dan juga tidak terdapat

Perancangan objek ini bertujuan untuk Untuk menghasilkan perancangan pusat industri jajanan di Sanan Kota Malang yang yang lengkap dengan area produksi sampai