FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI
BIDAN DESA DALAM PENGGUNAAN PARTOGRAF
DI KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2011
ARTIKEL
Untuk memenuhi persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Konsentrasi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Minat
Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak
Oleh:
SRI WAHYUNI
NIM. E4A009098
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak Universitas Diponegoro Semarang 2011 ABSTRAK
Sri Wahyuni, Bagoes Widjanarko,dr,MPH, Lucia Ratna Kartika Wulan,SH,M.Kes
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf Di Kabupaten Semarang Tahun 2011
133 hal+30 tabel+6 bagan +11 lampiran
Partograf sangat penting untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit dalam persalinan seperti partus lama, perdarahan dan gawat janin, sehingga dapat sesegera mungkin mengambil tindakan atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Di Kabupaten Semarang, partograf untuk pasien non Jamkesmas hanya digunakan 15 % dari seluruh bidan desa. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf di kabupaten Semarang tahun 2011.
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan crossectional. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner terstruktur dan lembar observasi. Jumlah sampel 71 responden, dengan teknik sampling simple random sampling dengan alokasi proporsional. Analisis bivariat menggunakan uji rank spearman, dan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan Diploma III (62,4%), dengan rata-rata masa kerja 13,87 tahun, dan rata-rata usia 36 tahun. sebagian besar responden mempunyai motivasi baik, tanggung jawab, prestasi, pengakuan, persepsi tentang partograf, pengembangan potensi individu, persepsi insentif, kondisi kerja, hubungan antar individu, kebijakan dan supervisi semuanya baik. Ada hubungan antara tanggung jawab, pengakuan, kebijakan dan supervisi dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf. Tidak ada hubungan antara prestasi, persepsi tentang partograf, pengembangan potensi individu, insentif, kondisi kerja dan hubungan antar pribadi dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf. Variabel yang paling dominan mempengaruhi motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf adalah tanggung jawab (p=0,010) dengan nilai Exp (B) 4,059.
Dinas Kesehatan perlu meningkatkan rasa tanggung jawab bidan desa melalui penjelasan dan pemahaman partograf sebagai tugas pokok bidan, nilai penting partograf, memberikan penghargaan, supervisi dan evaluasi secara berkala. Selain itu bidan desa diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan APN,PKD.
Kata Kunci : Motivasi, Bidan Desa, Partograph
Management of Maternal and Child Health
Diponegoro University of Semarang
2011
ABSTRACT
Sri Wahyuni, Bagoes Widjanarko,dr,MPH, Lucia Ratna Kartika Wulan,SH,M.Kes
Factors Affecting The Motivation of Village Midviwes to Use
Partograph in Semarang District 2011
Partograph is a crucial effort to detect early problems during
delivery process. Partograph is used to identify process in the normal
delivery atmosphere or it is need to refer woman to the higher helath
services. In Semarang District as for patients with non
Jamkesmas
,
partograph used village midvives only about 15%. The purpose of this
study is to identify the factors affecting the motivation of village
midwives to use partograph in Semarang Dictrict 2011.
This study is an observational research with cross sectional
approach. The toool used is a structured questionnarie and an
observational sheet. There are 71 respondent involving using a
proportionate simple random sampling. Data was analyzed by rank
sprearman test which was bivariate analysis. Morever, multivariate is
used logistic regression analysis.
The result shows that the level of education of most
respondents (62.4%) is a Diploma III and the average of working
duration is 13.87 years. And then, teh average of respondents’age is 36
years old. The most of respondents have a good motivations,
responsibility, effort, achievement, midvife’s partograph perception,
individual potential development, incentive perception, workforce,
interpersonal relationship, and supervise and policy. There is a
relationship between responsibility, achievement, supervise and policy,
and village midwife’s motivation in using partograph. The most
dominant variable is responsibility with p-value 0.01 and Exp (B) 4.059.
Health Department needs to improve the village midwife’s
responsibility for using partograph by explaining and understanding
partograph as a crucial task of midwite, the importance of partograph,
giving a reward, supervise and giving regularly assesment. And then,
giving opportunity training of APN, PKD.
Keywords: Motivation, Village midwives, Using Partograph
Salah satu tujuan pembangunan millennium (MDG) 2015 adalah peningkatan kesehatan maternal.1 Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia Angka Kematian Ibu di Indonesia tahun 2007 sejumlah 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target tahun 2010 AKI di Indonesia sejumlah 125 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama AKI di Indonesia adalah perdarahan, eklampsia , infeksi, partus lama dan komplikasi abortus.2
Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 124,3 per 100.000 kelahiran hidup.3,4 Di Kabupaten Semarang, angka
kematian ibu pada tahun 2009 sebesar 132,6 per 100.000 kelahiran hidup. Perdarahan sebagai penyebab kematian itu pada tahun 2009 sebesar 47,4%. Berdasarkan waktu meninggal, angka kematian ibu di Kabupaten semarang terjadi kurang dari 48 jam sebesar 84%. Hal ini menunjukkan adanya keterlambatan bidan dalam mengenali secara dini adanya penyulit atau resiko terjadinya kegawadaruratan.5
Kematian ibu bersalin disebabkan keterlambatan dalam mengenali risiko tinggi ibu bersalin.6 Menurut Fahdhy dan Chongsuvivatwong (2004)
90 % kematian ibu terjadi pada saat persalinan karena komplikasi obstetri yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya, seperti perdarahan, partus lama dan partus tak maju.7 Perdarahan, partus lama dapat dicegah
apabila penolong persalinan menggunakan partograf untuk deteksi dini penyulit persalinan sehingga keterlambatan dalam pengambilan keputusan klinik atau rujukan dapat dihindari6.
Berdasarkan kompetensi Bidan Indonesia dalam Kepmenkes No.369/MENKES/SK/III/2007 bahwa salah satu ketrampilan dasar Bidan dalam kompetensi ke-4 adalah melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf.8,9,10
janin, sehingga dapat sesegera mungkin mengambil tindakan atau merujuk ibu dalam kondisi optimal.11 Bidan sebagai pemberi asuhan
dalam pemantauan persalinan harus terampil dan menguasai dalam penggunaan partograf sehingga diharapkan dapat mendeteksi kemungkinan komplikasi sedini mungkin.12
Hasil prasurvei yang dilakukan oleh peneliti di Dinas Kesehatan Kabupaten pada bulan Mei 2010 tentang pelaksanaan penggunaan partograf oleh Bidan Desa didapatkan bahwa partograf hanya digunakan untuk pasien Jamkesmas dengan tujuan mendapatkan klaim biaya. Pada pasien non Jamkesmas, partograf digunakan hanya sekitar 35 dari 237 bidan desa atau 15 %. Dari 187 kasus rujukan persalinan oleh bidan ke Rumah Sakit Umum (RSU) Ambarawa pada bulan Januari s/d Desember 2009 didapatkan bahwa semua bidan (100%) dalam melakukan rujukan tidak menyertakan partograf.
Hasil penggunaan partograf untuk klaim pasien Jamkesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang pada bulan April s/d Juli 2010 sejumlah 90 partograf didapatkan data sebagai berikut: pencatatan yang benar dan lengkap tentang identitas ibu mencapai 69,2%, kondisi janin 66 %, kemajuan persalinan 58%, jam dan waktu 48%, kontraksi uterus 64%, kondisi ibu 46,3%,dan pencatatan kala I 52 %, kala II 63,2%, kala III 64,5% dan kala IV 44,2%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penggunaan partograf sebagai kompetensi bidan dalam pertolongan persalinan di Kabupaten Semarang belum sesuai dengan standart operasional prosedur (partograf harus dibuat dengan benar dan lengkap mulai identitas ibu s/d pencatatan kala IV).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas diketahui bahwa kepala dinas telah berupaya mengadakan pelatihan tentang PKD termasuk materi partograf kepada bidan desa yang ada di Puskesmas Kabupaten Semarang dan memberikan instruksi untuk menggunakan partograf sebagai kompetensi bidan dalam pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (linakes) tetapi hingga saat ini penggunaan partograf masih belum optimal. Berdasarkan paparan di atas dapat diasumsikan bahwa kepedulian bidan desa dalam penggunaan patograf masih kurang yang dipengaruhi faktor motivasi.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf di Kabupaten Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik bidan desa berdasarkan umur, pendidikan dan masa kerja
b. Mendeskripsikan tanggung jawab, prestasi, pengakuan, persepsi tentang partograf, pengembangan potensi individu, insentif, kondisi kerja, hubungan antara individu, kebijakan, supervisi dan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf di Kabupaten Semarang.
c. Mengetahui hubungan tanggung jawab dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf
d. Mengetahui hubungan prestasi dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf
e. Mengetahui hubungan pengakuan dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf
g. Mengetahui hubungan pengembangan potensi individu dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf
h. Mengetahui hubungan insentif dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf
i. Mengetahui hubungan kondisi kerja dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf
j. Mengetahui hubungan interpersonal relationship atau hubungan
antar individu dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf
k. Mengetahui hubungan kebijakan dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf
l. Mengetahui hubungan supervisi dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf
m. Mengetahui pengaruh secara bersama-sama antara tanggung jawab, prestasi, pengakuan, persepsi tentang partograf, pengembangan potensi individu, imbalan/insentif, kondisi kerja, hubungan antara individu, kebijakan dan supervisi terhadap motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi
a. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang
Hasil penelitian ini dapat memberi masukan dalam upaya menyusun kebijakan dan mengembangkan strategi pelayanan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) pada puskesmas di lingkungan kerjanya.
b. Bagi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja Bidan Desa dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas cakupan linakes di Puskesmas salah satunya adalah penggunaan partograf dalam pemantauan persalinan dan rujukan.
Mengembangkan pengetahuan, wawasan, dan praktek dalam proses penelitian tentang motivasi kerja bidan desa dalam penggunaan partograf di Kabupaten Semarang.
3. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Memberikan tambahan wacana akademik tentang motivasi penggunaan partograf yang kemudian dapat menjadi dasar untuk dilakukan penelitian selanjutnya.
E. Subjek dan Cara Penelitian 1. Subjek Penelitian
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan desa di Kabupaten Semarang yaitu 237 bidan desa.
Adapun Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Bidan Desa dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Sedangkan kriteria eksklusi adalah:
1) Pada saat dilakukan penelitian sedang sakit/cuti. 2) Tidak bersedia menjadi responden.
b. Besar Sampel dan Pemilihan Sampel
Sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah bidan desa yang ada di Kabupaten Semarang yaitu sejumlah 71 Bidan Desa, dengan teknik sampling adalah simple random sampling dengan alokasi proporsional yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan dengan memperhatikan proporsi dalam populasi itu.
2. Cara Penelitian
chek list. Data yang terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing b. Coding c. Scoring d. Tabulating e. Entry Data f. Cleaning
Adapun analisa data menggunakan: a. Analisis Univariat
Digunakan untuk mendeskripsikan motivasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu : tanggung jawab, prestasi, pengakuan, persepsi tentang partograf, pengembangan potensi individu, insentif, kondisi kerja, hubungan antar individu, kebijakan dan supervisi.
b. Analisa Bivariat
Dilakukan untuk mencari hubungan variabel bebas (tanggung jawab, prestasi, pengakuan, persepsi tentang partograf, pengembangan potensi individu, insentif, kondisi kerja, hubungan antar individu, kebijakan dan supervisi) dan variabel terikat (motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf), dengan uji korelasi Rank Spearman.13,14,15
c. Analisa Multivariat
Dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat, dengan uji multiple regresi logistik. 16,17
F. Hasil dan Pembahasan 1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Puskesmas Kabupaten Semarang Tahun 2011
Karakteristik N Mean Median Standar
Deviasi Minimum Maksimun
Umur (th) 71 36 36 5,504 25 54
Masa kerja (th) 71 13 15 5,9147 1 23
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (Tingkat Pendidikan) di Puskesmas Kabupaten Semarang Tahun 2011
No Karakteristik Responden f %
1. Pendidikan
a. Deskripsi Variabel Penelitian
. 0,66 1 ,265
angan potensi
individu
3. Hasil Uji Bivariat
a. Hubungan antara Tanggung Jawab dengan Motivasi Bidan Desa dalam Penggunaan Partograf
b. Hubungan antara Prestasi dengan Motivasi Dalam Penggunaan Partograf
Tabel 4.17. Tabulasi Silang Prestasi dengan Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf Di Kabupaten Semarang Tahun 2011
Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf
c. Hubungan antara Pengakuan dengan Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf
Tabel 4.18. Tabulasi Silang Pengakuan dengan Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf Di Kabupaten Semarang Tahun 2011
Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf
bekerja keras, semangat melakukan tugasnya guna mencapai produktivitas kerja yang lebih baik. Apabila organisasi memberikan pengakuan sebagai hasil usaha dari pekerjaan individu maka akan terjadi peningkatan status individu.
d. Hubungan antara Persepsi tentang Partograf dengan Motivasi Bidan Desa dalam Penggunaan Partograf
Tabel 4.19. Tabulasi Silang Persepsi tentang Partograf dengan Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf Di Kabupaten Semarang Tahun 2011
Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf
Persepsi tentang
Kurang Baik (skor<19) 1
tentang partograf baik mempunyai prosentase motivasi kurang baik sebesar 70,6 % lebih kecil dari pada motivasi baik (75,7%). Hal ini menunjukan bahwa responden dengan persepsi tentang partograf yang kurang baik cenderung mempunyai motivasi kurang baik sedangkan responden dengan persepsi tentang partograf baik cenderung mempunyai motivasi baik, dengan p value 0,095(>0,05).
e. Hubungan antara Pengembangan Potensi Individu dengan Motivasi Bidan Desa dalam Penggunaan Partograf
Tabel 4.20. Tabulasi Silang Pengembangan Potensi Individu dengan Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf Di Kabupaten Semarang Tahun 2011
Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf
Pengembangan Potensi Individu
Kurang Baik
Baik Total
f % f % f %
Kurang Baik (skor<12) 1
pada motivasi baik (45,9%), sedangkan responden dengan persepsi pengembangan potensi individu baik mempunyai prosentase motivasi kurang baik sebesar 50 % lebih kecil dari pada motivasi baik (54,1%), dengan p-value 0,621(>0,05).
f. Hubungan antara Insentif dengan Motivasi Bidan Desa dalam Penggunaan Partograf
Tabel 4.21. Tabulasi Silang Insentif dengan Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf Di Kabupaten Semarang Tahun 2011
Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf
kecil dari pada motivasi baik (64,9%). Dari hasil uji hubungan antara persepsi insentif dengan motivasi dalam penggunaan partograf menghasilkan p value 0,278(>0,05).
g. Hubungan antara Kondisi Kerja dengan Motivasi Bidan Desa dalam Penggunaan Partograf
Tabel 4.22. Tabulasi Silang Kondisi Kerja dengan Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf Di Kabupaten Semarang Tahun 2011
Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf
baik mempunyai prosentase motivasi kurang baik sebesar 67,6% lebih kecil dari pada motivasi baik (70,3%). Dari hasil uji hubungan antara persepsi kondisi kerja dengan motivasi dalam penggunaan partograf menghasilkan p value 0,595(p>0,05).
h. Hubungan antara Hubungan Antar Individu dengan Motivasi Bidan Desa dalam Penggunaan Partograf
Tabel 4.23. Tabulasi Silang Hubungan Antar Individu dengan Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf Di Kabupaten Semarang Tahun 2011
Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf
Hubungan Antar
Kurang Baik (skor<12) 1
motivasi kurang baik sebesar 58,8% lebih kecil dari pada motivasi baik (75,7%), dengan p value 0,059(>0,05).
i. Hubungan antara Kebijakan dengan Motivasi Bidan Desa dalam Penggunaan Partograf
Tabel 4.24. Tabulasi Silang Kebijakan dengan Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf Di Kabupaten Semarang Tahun 2011
Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf
antara persepsi kebijakan dengan motivasi dalam penggunaan partograf menghasilkan p value 0,002(<0,05).
Bond,dkk 2004 dan Wade (2007) bahwa aspek lingkungan kerja yang seringkali dapat meningkatkan motivasi, kepuasan dalam bekerja dan mengurangi kelemahan emosional antara lain perusahan atau organisasi yang menetapkan peraturan-peraturan yang jelas dan konsisten.
Menurut Edwin Locke dalam teori penetapan tujuan bahwa semakin kuat suatu tujuan akan menghasilkan semangat kerja mencapi tingkat kinerja yang tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa suatu tujuan dapat berperan sebagai motivator.18
j. Hubungan antara Supervisi dengan Motivasi Bidan Desa dalam Penggunaan Partograf
Tabel 4.25. Tabulasi Silang Supervisi dengan Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf Di Kabupaten Semarang Tahun 2011
Supervisi
Motivasi Bidan Desa Dalam Penggunaan Partograf
p value:0,046 r:
0,238
Tabel 4.25. menunjukkan bahwa responden dengan persepsi supervisi kurang baik mempunyai prosentase motivasi kurang baik sebesar 61,8 % lebih besar dari pada motivasi baik (35,1%), sedangkan responden dengan persepsi supervisi baik mempunyai prosentase motivasi kurang baik sebesar 38,2% lebih kecil dari pada motivasi baik (64,9%). Dari hasil uji hubungan antara persepsi supervisi dengan motivasi dalam penggunaan partograf menghasilkan p value 0,046(<0,05).
Bond,dkk 2004 dalam Wade (2007) bahwa beberapa aspek lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan dalam bekerja antara lain dengan pengawasan yang baik termasuk pemberian umpan balik, sehingga karyawan mengetahui apa saja yang telah mereka selesaikan dan apa yang butuhkan untuk meningkatkan kualitas kerja mereka.
4. Hasil Uji Multivariat
N
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa variabel bebas yang berpengaruh terhadap motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf adalah variabel tanggung jawab dengan p-value 0,010 dan nilai Exp(B) sebesar 4,059. Variabel pengakuan dan supervisi tidak berpengaruh karena p-value >0,05. Nilai Nagelkerke R Square sebesar 27,6% artinya persamaan yang diperoleh mampu menjelaskan peningkatan motivasi 27,6% dari variabel independen (tanggung jawab, pengakuan dan supervisi) dan 72,4% dijelaskan oleh variabel lain.
Bidan desa yang memiliki tanggung jawab yang baik akan mempunyai motivasi yang baik 4,059 kali lebih besar dibandingkan bidan desa dengan tanggung jawab kurang baik.
Selanjutnya dipertegas oleh Herzberg dalam Sobur (2003) bahwa tanggung jawab merupakan faktor motivator kedua yang mempengaruhi motivasi seseorang melakukan suatu tindakan.20 Faktor motivasional
adalah fakor yang berhubungan dengan apa yang dikerjakannya (job content) yaitu kandungan kerja pada tugasnya yang mendorong berprestasi. Faktor motivasional bersifat instrinsik yang berasal dalam diri individu atau disebut juga faktor isi content pekerjaan.21,22
Brookhart dalam Timpe (1999) menyatakan bahwa untuk mencapai performance organisasi yang baik, tidak hanya memerlukan karyawan yang kompeten tetapi karyawan yang dapat bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan.23
Dengan demikian maka variabel tanggung jawab yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf perlu diupayakan dengan meningkatkan kesadaran diri untuk bertanggung jawab, pemahaman tanggung jawab dan keyakinan nilai penting partograf melalui pembinaan /supervisi secara rutin. Mc.Mohan dalam Timpe (1999) mengatakan bahwa organisasi yang baik akan membantu menjelaskan tugas dan tanggung jawab, memudahkan pengambilan keputusan, dan komunikasi efektif, semuanya merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi.23
G. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden berpendidikan Diploma III (62,4%), dengan rata-rata masa kerja 13,87 tahun, dan rata-rata responden berusia 36 tahun.
tanggung jawab tentang waktu membuat partograf belum optimal (partograf dibuat setelah menolong persalinan). Persepsi tentang prestasi sebagian besar baik, pengakuan tentang partograf baik kecuali pengakuan dari rumah sakit, dan persepsi tentang partograf sebagian besar baik dan persepsi tentang pengembangan potensi individu sebagian besar baik.
3. Persepsi tentang insentif sebagian besar baik kecuali finansial dan non finansial insentif, kondisi kerja dalam pelaksanaan penggunaan partograf sebagian besar responden baik, persepsi hubungan antar individu baik, persepsi kebijakan tentang penggunaan partograf sebagian besar baik dan persepsi supervisi berkaitan dengan penggunaan partograf sebagian besar baik.
4. Ada hubungan antara tanggung jawab dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf dengan p-value 0,001 dan r hitung 0,378 dengan arah hubungan positif.
5. Ada hubungan antara pengakuan dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf dengan p-value 0,021 dan r hitung 0,274 dengan arah hubungan positif.
6. Ada hubungan antara kebijakan dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf dengan p-value 0,002 dan r hitung 0,354 dengan arah hubungan positif.
7. Ada hubungan antara supervisi dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf dengan p-value 0,046 dan r hitung 0,238 dengan arah hubungan positif.
antar individu dengan motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf.
9. Secara bersama-sama variabel yang berpengaruh terhadap motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf adalah tanggung jawab dengan p-value 0,010 dan Exp (B) 4,059.
B. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang
a. Melakukan pembinaan kepada bidan untuk meningkatkan tanggung jawab dalam penggunaan partograf dengan cara : 1) melakukan penyegaran kembali tentang
partograf, dengan memberikan kesempatan mengikuti pelatihan APN, PKD
2)
memberikan penjelasan dan pemahamantanggung jawab untuk menggunakan partograf sebagai tugas pokok bidan
3) memberi penjelasan dan menekankan kembali nilai penting partograf dalam pertolongan persalinan, dan membuat partograf selama proses persalinan sehingga dapat membantu bidan mengenali secara dini penyulit persalinan
c. Melakukan kerjasama (persamaan persepsi dan koordinasi) dengan RS tentang penggunaan partograf untuk rujukan persalinan
d. Melakukan supervisi dan evaluasi secara berkala tentang pelaksanaan penggunaan partograf untuk mengetahui keberhasilan dan kendala-kendala yang dihadapi selama menggunakan partograf.
2. Bagi Puskesmas
a. Memberikan motivasi kepada bidan dalam penggunaan partograf dengan cara :
1)
memberikan bimbingan teknis tentang penggunaan partograf2) menjelaskan nilai penting partograf dalam pertolongan persalinan, dan sebagai wujud tanggung jawab dari tugas pokok bidan dengan menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik individu.
3) memperhatikan permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan partograf
b. Memberikan apresiasi (penghargaan) kepada bidan yang telah menggunakan partograf
DAFTAR PUSTAKA
1. Moedjiono, A., Prioritas Pada Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayii.2007,http://tenagakesehatan.or.id/publikasi.php?
do=detail&id=136 (10 Juli 2010)
2. Depkes, RI., Profil Kesehatan Indonesia.2008, Jakarta: Depkes RI 3. Dinkes, Jateng., Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008.
2009, Semarang: Dinkes Jateng
4. Dinkes, Jateng.,Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009. Semarang.http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_inf ormasi/proprofil/Profil_2009_files/sheet019.htm.(10 Juli 2010)
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang Tahun 2009, Kab.Semarang: DKK Kab.Semarang
6. Astuti, Sri Puji., Pola Pengambilan Keputusan Keluarga dan Bidan dalam Merujuk Ibu Bersalin ke Rumah Sakit pada Kasus Kematian Ibu di Kabupaten Demak. 2007, Available at: http://digilib.undip.ac.id/ebooks/gdl.php? mod=browse&op=read&id =gdlhub-gdl-s2-2009-sripujiast-192 (17 Maret 2010)
7. Fahdhy,M., and Chongsuvivatwong, V., Evaluation Of World Health Organization Partograph Implementation by Midwifes for Maternity Home Birth in Medan Indonesia. 2005, Available at: http://www.elsevier.com/locate.midw.21-301-310.
8. Kepmenkes, RI., Nomor 369/Menkes/SK/III/2007. Tentang Standar Profesi Bidan.2007, http://www.puspronakesln.org/pdfupload/ KMKNo.369ttgSPBidan.pdf
9. Kepmenkes, RI., Nomor 369/Menkes/SK/III/2007, Tentang Standar Profesi Bidan. 2007, Jakarta
10. Pusdiknakes, Depkes, RI., Kompetensi Bidan Indonesia. 2000, Jakarta: IBI
11. Bosse, G.,Massawe, S.,and Jann, A., The Partograph in Daily Practice: It’s Quality That Matters. 2002. International Journal of
Gynecology &obstetrics.Available at:
http://www.elsevier.com/locate/ijgo. 77, 243-244.
13. Mustafa, Z.,Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Cetakan I.2009,.Yogjakarta: Garaha Ilmu
14. Riwidikdo.H., Statistik Kesehatan.2009, Cetakan III, Yogjakarta: Mitra Cendekia Press
15. Riduwan., Statistik Untuk Lembaga Instansi Pemerintah atau Swasta. 2004, Bandung: Alfabeta
16. Sutanto.P.H., Analisis Data Kesehatan.2007, Jakarta: FKUI
17. Ghozali, I.,Analisis Multivariat Lanjutan Dengan Program SPSS.2009,Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
18. Ivancevich.J, Konopapaske.R,Matteson.M., Perilaku dan Manajemen Organisasi.Edisi ketujuh,Jilid 1,2006,Erlangga
19. Amirullah, Budiyono, H., Pengantar Manajemen. Edisi 2 Cetakan 1.2004, Yogjakarta: Graha Ilmu
20. Sobur, A., Psikologi Umum. Cetakan Pertama. 2003, Bandung: CV Pustaka Setia
21. Hasibuan, M., Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi Revisi.Cetakan 2.2003, Jakarta: Bumi Aksara