MEMBANGUN MANUSIA KARYA
NOMOR :29 TAHTJN : MII
TRIWULAN: I
\TAtrTA INFORMASI PERATI.'MI{ PERT'NDANG.T'NDAT.IGAN
BIDANG IGTENAGN$RJMN
srsIEM
JARINGAT.I
DOKUMENIAST DAN
rMoRM^dsr
(sJDr) HITKUM
PROYEK Pf NYEilMURNAAN PEBATURAN PERI'NDANGUNDANGAN KETENAGAKEN.IAAN
BIRO HUKUM
DEPARTEMEN fENAGA KERIA
Rt
JL GATOT SUBROTq KAV. 51
JAKABTA SELATAN
MEMEANGUN MANUSIA KARYA
NOMOR
'. 29TAHI.]N
:
VIIITRTWULAN
:
IWARTA INFO RMAS I P ERATU RAN PERUNDAT{G.UNDANGAI{ BIDANG KETENAGAKERJAAN
SISTEM
JARINGAN DOKUMENTASI
DAI{
INFORMASI (SJDI)
HUKUM
PROYEK PENYEMPURNAAI\I PERATURAN
PERUNDANG.UNDANGAIT KETENAGAKEIT'AAN BIRO HUKUM
DEPARTEMEN TENAGA KER.IA RL
JL. GATOT SUBROTO KAV.51 JAKARTA SELATAN
KATA
PENGANTAR
Penerbitan
Warta
Informasi
Peraturan
perundang-undangan Ketenagakerjaan(WIRATA)
merupakan salah satu upaya penyebarluasaninforrnasi hukum
di
bidang ketenagakerjaan dalam rangka kegiatan ProyekPenyempurfiaan Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan Tahun Anggdran 199912000.
Dengan diterbitkannya
Wirata
ini,
diharapkan dapat dijadikan bahaninformasi
bagi
pembaca
tentang
peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaanbaik
dalam bentuk
abstrak maupun pemuatannya secaralengkap.
Akhirnya
kritik
dan
saran
pembaca
kami
harapkan
untuk kesempurnaan penerbitan berikutnya.Jakarta, Juni 1999
Pimpinan Proyek nyempurnaan Peraturan
ndangan Ketenagakerj aan,
SAMBUTAN
Sejalan dengan era Reformasi di segala bidang kehidupan bangsa Indonesia
saat
ini,
maka Pemerintah bersama-sama DPR telah memutuskan untukmcratifikasi Konvensi
ILO
yaitu
KonvensiILO
Nomor 105 mengenaiPenghapusan Kerja Paksa, Konvensi
ILO
Nomorlll
mengenai Larangan Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan dan KonvensiILO
Nomor 138mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja. Dengan demikian Indonesia telah meratifikasi semua Konvensi
ILO
mengenai hak-hak dasarpekerja. Langkah
ini
telah
menegaskan komitmen Indonesia dalammenegakkan hak asasi manusia sesuai yang diamanatkan oleh TAP MPR
No. XVII/MPR/l998 tentang Hak Asasi Manusia.
Dengan diratifikasi Konvensi
ILO
Nomor 138 tersebutperlu
dicermatimasalah anak y:rng bekerja. Sehubungan dengan itu dalam Wirata t<ali ini di
muat pula lnstruksi Mendagri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan
Penanggulangan Pekerja Anak.
Di
bidang perlindungan pengupahan, pemerintahtelah
mengeluarkanPeraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1999 tentang Upah
Minimum,
dan
KeputusanMenteri
TenagaKerja
Nomor
KEP-23/MEN/1999 tentang Upah Minimum Regionaldi
27 (dua puluh tujuh) Propinsi di Indonesia dan Upah Minimum Sektoral Regional di 19 (sembilan belas) Propinsidi
Indonesia. Diharapkan kedua ketentuan baru mengenaipengupah:rn
ini
dapat mendorong peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.Dengan pemuatan ketentuan-ketentuan
baru
di
bidang ketenagakerjaantersebut, diharapkan "Wirata" dapat menjalankan fungsinya sebagai media
untuk
menyebarluaskan
informasi, khususnyainformasi
di
bidangketenagakerjaan.
Juni
1999ro Hukum,
\\'.O,\
DAFTAR
ISI1. Kata Pengantar
2. Kata Sambutan
3. Daftar Isi
4. Daftar Katalog Subyek Peraturan Perundang-undangan
5. Abstrak' Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor
19 Tahun 1999 tentang PengesahanILO
ConventionNo.
105 Concerning TheAbolition
of
Forced Labour
(
Konvensi
ILO
Mengenai
Penghapusan KerjaPaksa )
Undang-undang Republik Indonsia Nomor
20
Tahun 1999 tentangPengesahan
ILO
ConventionNo.
138 ConcerningMinimum
AgeFor
AdmissionTo
Employment (KonvensiILO
Mengenai UsiaMinimum Untuk Diperbolehkan Bekerja) .
Undang-undang
Republik
Indonesia
Nomor
2l
Tahun
1999tentang
PengesahanILO
Convention
No.
I II
ConcerningDiscrimination
In
Respect
Of
EmploymentAnd
Occupation(Konvensi
ILO
MengenaiDiskriminasi
Dalam
Pekerjaan DanJabatan)
Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
Nomor
PER-01/MEN/1999 tentang Upuh MinimumKeputusan
Menteri
Tenaga
Kerja
Nomor
KEP-23A4EN/1999 tentang Penetapan Upah Minimum Regional pada27
(Dua
PuluhTujuh)
Propinsi
di
Indonesia
dan
Upah
Minimum
SektorRegional
pada
19
(Sembilan
Belas) Propinsi
di
Indonesia.Halaman.
lll
6. Undang-undang Republik Indonesia Pengesahan
ILO
Convention No.Of
ForcedLabour
(Konvensi ILONomor
19
Tahun 1999 tentang105
ConcerningThe
AbolitionMengenai Penghapusan Kerja
ll
l3
lll
7.
8.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor
20
Tahun
1999 tentangPengesahan
ILO
ConventionNo.
138
ConcerningMinimum
AgeFor
Admission
to
Employment(Konvensi
ILO
Mengenai
UsiaMinimum Untuk Diperbolehkan Bekerja).
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor
21
Tahun
1999 tentang PengesahanILO
ConventionNo.
111 Concerning Discrimination In RespectOf
EmploymentAnd
Occupation (KonvensiILO
Mengenai Dislcriminasi Dalam Pekerjaan Dan Jabatan)...Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor
PER-01/MENiI999 tentangUpqh Minimum
10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-23/1VIEN/1999 tentang
Penetapan
Upah Minimum
Regional Pada27
(dua puluh
tujuh)Propinsi
di
Indonesia dan UpahMinimum
Sektoral Regional Pada 19 (sembilan belas) Propinsidi
Indonesia.11.
Instruksi
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor Pelaksanaan Penanggulangan Pekerja Anak.3
Tahrur 1999
tentang 28 55 72 9. 84 100Indonesia. Departemen Tenaga
Kerja.
[Peraturan Perundang-undanganlUndang-undang Republik Indonesia
No.
19 Tahun 1999tanggal
7 Mei
1999, tentang PengesahanILO
ConventionNo.
105 Concerning TheAbolition
Of
Forced Labour (KonvensiILO
Mengenai PenghapusanKerja
Paksa).Jakarta, 1999.
LL. SEKNEG,
20
HAL.UU.R.I
TENAGA
KERIA. KERIA
PAKSA.
PENGHAPUSAN.
DEPNAKER.Indonesia. Departemen Tenaga
Kerja.
[Peraturan Perundang-undangan]Undane-undans Republik Indonesia
No. 20
Tahun 1999tanggal
7
Mei
1999, tentang PengesahanILO
ConventionNo.
138
ConcerningMinimum
Age For
AdmissionTo
Employment (KonvensiILO
Mengenai UsiaMinimum Untuk Diperbolehkan Bekerja). Jakarta, 1999.
LL. SEKNEG,
31
HAL.UU.R.I
TENAGA
KERIA.
USIA
MINIMUM. DEPNAKER.Indonesia. Departemen Tenaga
Kerja.
[Peraturan Perundang-undangan]Undang-undang Republik lndonesia
No.
21
Tahun 1999tanggal
7
Mei
1999, tentang PengesahanILO
ConventionNo.
lll
ConcerningDiscrimination
In
RespectOf
EmploymentAnd
Occupation
(Konvensi
ILO Mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan Dan Jabatan). Jakarta t999.LL. SEKNEG,
22
HAL. UU. R.IIndonesia. Departemen Tenaga
Kerja.
[Peraturan Perundang-undangan]Peraturan Menteri
No.
PER-014{EN/1999tanggal 12 Januari 1999, tentang Upah
Minimum.
Jakarta, lggg.LL.
DEPNAKE&
t7
HAL. PERMENTENAGA KERIA - UPAH DEPNAKER.
Indonesia. Departemen Tenaga
Kerja.
[Peraturan Perundang-undangan]Peraturan Menteri
No.
PER-024{EN/1999tanggal
11
Maret
1999, tentang PembagianUang
Service PadaUsaha
Hotel, Restoran dan Usaha Pariwisata Lainnya. Jakarta, 1999.LL.
DEPNAKER,
7
HAL. PERMENTENAGA
KERIA.
UANG
SERVICE. DEPNAKER.Indonesia. Departemen Tenaga
Kerja.
[Peraturan Perundang-undangan]Keputusan Menteri
No.
KEP-084{EN/1999tanggal
25
Januari 1999, tentang Pemberhentiandan
PengangkatanKetu4
Ketua Pengganti dan Anggota P4D PropinsiTimor
Timur. Jakarta, 1999.LL.
DEPNAKER,
5
HAL. KEPMENIndonesia. Departemen Tenaga
Kerja.
[Peraturan Perundang-undangan]Keputusan Menteri
No.
KEP-1 I/MEN/1999tanggal
3
Pebruari
1999, tentang Penetapan Perusahaan Penerima PenghargaanKecelakaan
Nihil
(Zero Accident Award). Jakarta, 1999.LL.
DEPNAKE&
5
HAL. KEPMENTENAGA
KERIA.
PERUSAHAAN.PENGHARGAAN.
DEPNAKER.Indonesia. Departemen Tenaga
Kerja.
[Peraturan Perundang-wrdangan]Keputusan Menteri
No.
KEP-12A,IEN/1999tanggal
3
Pebruari 1999,
tentang Pengawasan Pengaturan TenagaKerja
yang mengalamiPHK
melalui
program Transmigrasidan
Pemukiman Perambah HutanR.L
Jakarta, 1999.LL.
DEPNAKE&
HAL. KEPMENSKB
MENTRANS, PPHTENAGA
KEzuA.
TRANSMIGRASI -PHK.
DEPNAKER.Indonesia. Departemen Tenaga
Kerja.
[Peraturan Perundang-undangan]Keputusan Menteri
No.
KEP-I3A{EN/1999tanggal
1l
Pebruari 1999, tentang Pengolahan ProductionTraining
Centre (PTC)Cibitung
Surabaya" Medan, Jakarta, 1999.LL.
DEPNAKER
2
HAL. KEPMENIndonesia. Departemen Tenaga
Kerja
[Peraturan Perundang-undanganlKeputusan Menteri
No.
KEP-23/MEN/1999tanggal
17
Pebruari 1999, tentang PenetapanUpah Minimum
Regional Pada 27(Dua
PuluhTujuh)
Propinsidi
Indonesiadan Upah Minimum
Sektoral Regional Pada 19 (Sembilan Belas) Propinsidi
Indonesia. Jakarta, 1999.LL.
DEPNAKER.
8
HAL. KEPMENTENAGA KERIA - UPAH. DEPNAKER.
Indonesia. Departemen Tenaga
Kerja.
[Peraturan Perundang-undangan]Keputusan Menteri
No.
KEP-Z9/}I/.ENI 1999tanggal
17
Maret
1999, tentang PenetapanUpah Minimum
Sektoral Regional Propinsi Kalimantan Selatan. Jakarta, 1999.LL.
DEPNAKER.
3
HAL. KEPMENTENAGA
KERIA.
UPAH - KALSEL. DEPNAKER.Indonesia. I)epartemen Tenaga
Kerja.
fPeraturan Perundang-unddangan]Keputusan Menteri
No.
KEP-304,{EN/1999tanggal
24
Maret
1999, tentang Pedoman Pembinaan Lembaga Pelatihan Ke{aSwasta, Jakarta, 1999.
LL.
DEPNAKER.
3
HAL. KEPMENTENAGA
KERJA. KERJA
PAKSA - PENGHAPUSAN1999
UU. NO.
19TAHUN
1999.LL.
SEKNEG20
HAL.
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PENGESAHANrLO
CONVENTION
NO.
105
CONCERNING
THE
ABOLITION
OFFORCED
LABOUR
(KONVENSI
ILO
MENGENAI
PENGHAPUSANKERJA
PAKSA).ABSTRAK
:
-
Republik
lndonesia
adalah Negara Hukum
yang
berdasarkanPancasila
dan
UUD
1945 menjunjungtinggr
harkatdan
martabatmanusia
serta
menjamin
semua
warga
negara
bersamaankedudukannya
di
dalam hukum, sehingga segala bentuk kerja paksaharus dihapuskan. Selaras dengan keinginan bangsa Indonesia untuk secara terus menerus menegakkan dan memajukan pelaksanaan
hak-hak dasar pekerja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka
dipandang perlu mengesahkan
ILO
ConventionNo.
105 ConcerningThe
Abolition
Of
Forced Labour (Konvensi
ILO
Mengenai PemghapusanKerja
Paksa) dengan Undang-undaog.-
Dasar hukum Undang-undangini
adalah :Pasal
5
ayat(1),
Pasalll,
Pasal20
ayat(l),
dan Pasal27
IJUD1945;
TAP.
MPR.RLNo.
XMVMPR/1998. Dalam Undang-undangini
mengatur tentang:a. Pengesahan
ILO
ConventionNo.
105
ConcerningAbolition
Of
Forced
Labour
(Konvensi
ILO
Mengenai Penghapusan KerjaPaksa).
b.Pokok-pokok Konvensi
1. Negara anggota
ILO
yang
mengesahkan Konvensiini
harusmelarang
dan tidak
boleh
menggunakan setiapbentuk
kerja paksa sebagaialat
penekananpolitilq alat
pengesahan umtuktujuan
pembangunan,alat
mendisiplinkanpekerja,
sebagaihukuman
atas
keterlibatandalam
pemogokandan
sebagai2- Negara anggota
ILo
yang
mengesahkan Konvensiini
harusmengambil tindakan yang menjamin penghapusan
kerja
paksadengan segera dan menyeluruh
3.
Negara
anggota
ILo
yang
mengesahkanKonvensi
harusmelaporkan pelaksanaanmya.
TENAGA
KERJA. USIA MINIMUM
1999.UU. NO. 20 TAHUN
1999.LL.
SEKNEG
3I
HAL.
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK
INDONESIA
TENTANG
PENGESAHANILO
CONVENTION
NO.
138
CONCERNING
MINIMUM
AGE
FORADMISSION
TO
EMPLOYMENT (KONVENSI
ILO
MENGENAI
USIAMINIMUM
UNTTIK DIPERBOLEHKAN
BEKERJA).ABSTRAK
:
-
Indonesia adalah NegaraHukum yang
berdasarkan Pancasila danUUD
1945
menjunjung
tingE
harkat
dan
martabat
manusiasehingga anak sebagai generasi penerus bangsa
wajib
memperolehjaminan
perlindungan agar dapat tumbuhdan
berkembang secarasehat
dan
wajal
baik jasmani dan rohani
maupun
sosial
danintelektual. Selaras dengan keinginan bangsa Indonesia untuk seca.ra
terus
menerus menegakkandan
memajukan pelaksanaan hak-hakdasar
anak
dalam
kehidupan
bermasyarakat,berbangsa
danbernegara,
maka
dipandangperlu
mengesahkanILO
ConventionNo.
138
Concerning
Minimum
Age For
Admission
ToEmployment (Konvensi
ILO
Mengenai
Usia
Minimum
Untuk Diperbolehkan Bekerja) dengan Undang-undang.-
Dasar Hukum Undang-undangini
adalah:Pasal
5
ayat(1),
Pasal 11, Pasal20
ayat(I),
Pasal27,
Pasal 31dan Pasal
34
UUD
1945; TAP. MPR.RI.No.
XVIVMPR/1998.-
Dalam Undang-undangini
mengatur tentang:a. Pengesahan
ILO
ConventionNo.
138 Concerning Minimum AgeFor
AdmissionTo
Employment (KonvensiILO
Mengenai UsiaMinimum Unflrk Diperbolehkan Bekerja). b. Pokok-pokok Konvensi
1. Negara anggota
ILO
yang
mengesahkan Konvensiini
wajib menetapkan kebijakan nasionaluntuk
menghapuskan praktek mempekerjakan anakdan
meningkatkanusia
minimum untuk diperbolehkan bekerja.2.
Untuk
pekerjaan-pekerjaanyang
membahayakan kesehatan,kurang
dari
l8
(delapan belas) tahun, kecualiuntuk
pekerjaanringan tidak boleh kurang
dari
16 (enam belas) tahur. Negara anggotaILO
yarlg
mengesahkan Konvensiini
wajib
menetapkan
usia
minimum
untukdiperbolehkan bekerja, aturan mengenai
jam
kerja,dan
menetapkanhukuman
atau
sanksi
gunamenjamin pelaksanaannya.
Negara anggota
ILO
yang
mengesahkan Konvensiini
waJib melaporkan pelaksanaannya.c. Mempertegas batas
usia
minimumuntuk
diperbolehkan bekerja yang berlakudi
semua sektoryaitu
15 tahun.J.
4.
TENAGA
KERJA.
JABATAN -DISKRIMINASI
1999.UU. NO. 21 TAHUN
T999.LL.
SEKNEG
22
HAL.
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK
INDONESIA TENTANG
PENGESAHANRESPECT
OF
EMPLOYMENT
AND
OCCUPATTON
(KONVENSI ILO
MENGENAI DISKRIMINASI DALAM
PEKERJAAN
DAN
JABATAN).ABSTRAK
'
:
-
Republik
Indonesia
adalah Negara
Huk-um
yang
berdasarkanPancasila
dan
UUD
lg45
menjunjungtinggr
harkatdan
martabatmanusia
serta
menjamin
semua
warga
negara
bersamaankedudukannya didalam hukum, sehingga segala bentuk diskriminasi terhadap pekerjaan berdasarkan
ras,
warna
kulit,
jenis
kelamin,agam4
pandanganpolitik,
kebangsaan,atau
asal
usul
keturunanharus dihapus. Selmas dengan keinginan tersebut serta menegalftan
dan
memajukan
pelaksanaanhak-hak dasar pekerja
dalamkehidupan
berbangsadan
bernegara,maka
dipandang
perlu mengesahkanILO
ConventionNo.
111 dengan Undang-undang.-
Dasar Huk-um Undang-undangini
adalah:Pasal
5
ayat(l),
Pasal 11,
Pasal20
ayat
(1),
Pasal27
UUD 1945;TAP.
MPR.RI.No.
XVIVMPR/1998.-
Dalam Undang-undangini
mengatur tentang:a. Pengesatran
ILO
ConventionNo.
I II
Concerning DiscriminationIn
RespectOf
EmploymentAnd
Occupation(Konvensi
ILO Mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan).b. Pokok-pokok Konvensi
1. Negara angota
ILO
yang
mengesahkan Konvensiini
wajibmelarang
setiap bentuk
dislaiminasi
dalam
pekerjaan danjabatan
termasuk
dalam
memperoleh
pelatihan
danketerampilan
yang
didasarkanatas
ras,
warna
kulit,
jenis kelamin, agama, pandanganpolitik,
kebangsaan, atau asal usulketurunan.
2. Negara anggota
ILO
yang
mengesahkan Konvensiini
wajibpentaatan
pelaksanaannya,peraturan
perundang-undangan,administrasi,
penyesuaian kebijaksanaan,
pengawasan,pendidikan dan pelatihan.
3.Negara
anggotaILO
yang
mengesahkan Konvensiini
wajib melaporkan pelaksanaannya. 'PERATURAN PERATURAN
MENTERI NO.
PER-O1IVIEN/I999LL.
DEPNAI(ER
17
HAL.
MENTERI
TENAGA
KERJA
TENTANG
UPAH MINIMUM.
ABSTRAK
:
-
Dalam
rangkaupaya
mewujudkan penghasilanyang layak
bagtpekerja,
perlu
ditetapkanupah minimum
yang
lebih
realistis. Sesuai dengan kemampuan perusahaan secara sektoral, oleh karenaitu
disamping
penetapanupah
minimum regional
perlu
pula ditetapkan upah minimum sektoral regional.,
Untuk
mewujudkan maksud tersebut diatas PeraturanMenteri
No. PER-03/IyIEN/1997 tentangUpah Minimum
Regional sudah tidak sesuailagi,
dan oleh karenaitu
perlu disempurnakan.-
Dasar hukum Peraturanini
adalah:KUH
Per. Buku
II
Titel
7A
Pasal
1601o;UU.
No.
I
Tahun 1951;UU. No.
3
Tahun
1951;UU.
No. 80
Tahun
1957; UU.No.
3
Tahun196l
{.JU.No.
14
Tahun 1969;UU. No.
5
Tahun 1974;UU. No.
7
Tahun 1981; PP.No.
8
Tahun 1981; KEPRES.58
Tahun
1969; KEPRES.No. l22lM
Tahun
1998;
PERMEN.No.
PER-06A4EN/1985;PERMEN.
No.
PER-02/lvfENl1993;PERMEN.
No.
PER-06/MEN/1993;
PERMEN.
No.
PER-Os/IvlEN/1998.
-
Dalam Peraturanini
mengatur tentang:a.
-
Upah Minimum,
UMR
Tk.
I,
UMR
Tk.
II,
UMSR
Tk.
I,UMSR
Tk.
II,
Sektoral,
pekerja,
pengusaha, perusahaan,serikat pekerja,
peraturan
perusahaarq kesepakatan kerja bersama, perjanjian kerja, Menteri.-
Upah minimum terdrridari
UMR Tk.
I,
UMR Tk.
II,
UMSRTk.
I,
dan UMSRTk.
II.b. Dasar dan wewenang penetapan upah minimum;
0
-
UMR
Tk. I
dan
UMR
Tk. II
ditetapkan
denganmempertimbangkan :
1. Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). 2. Indek Harga Konsumen (IHK).
3. Kemampuffi, perkembangan dan kelangsungan perusahaan.
4. Upah pada umumnya yang berlaku
di
daerah tertentu danantar daerah.
5. Kondisi pasar.
6.
Tingkat
perkembangan perekonomiandan
pendapatanper-kapita.
-
UMSR
Tk.
I
danUMSR
Tk.
II
ditetapkan berdasarkanc
Is/d
6
dengan pertimbangankemampuan
perusahaan secarasektoral, dengan ketenfuan :
1. UMSR
Tk.
I
harus lebih besar sekurang-kurangnyasyo
danUMR
TK. I.2.
UMSR
Tk.
II
harus
lebih
besar sekurang-kurangrya 50 dariUMR Tk.
ILd. Tata cara penetapan upah minimum. e. Pelaksanaan ketetapan upah minimum.
f.
Tata cara penangguhan.g. Sanksi.
CATATAN:
-
Peraturanini
mulai berlaku pada tanggal 12 Januari 1999.-
Dengan
diberlakukanPermen
ini,
rekomendasiGubernur
yangbelum
sesuai
dengan ketentuanPasal
5
tetap berlaku
untuk penetapan UMSRTk.
I
atau UMSRTk.
II
Tahun 1999.-
PeraturanMenteri
ini
mencabut PermenNo.
PER-03/MEN/1997 dan KeputusanDirjen
BinawasNo.
KEP-1618W11997.TENAGA
KERJA-
UPAH 1999.KEPUTUSAN
MENTERI NO.
KEP.23IVIEN/1999LL.
DEPNAKER
12
HAL.
KEPUTUSAN
MENTERI TENAGA KERJA TENTANG
PENETAPAN
UPAHMINIMUM
REGIONAL PADA
27
(DUA PULUH TUJUH)
PROPINSI
DANUPAH
MINIMUM
SEKTORAL REGIONAL PADA 19 (SEMBILAN
BELAS)PROPINSI
DI
INDONESIA.ABSTRAK
:
-
Kondisi
perekonomian
akhir-akhir
ini
telah
menyebabkanmenurunnya daya
beli
pekerjq oleh
karenaitu
perlu
di-jaga agarupah pekerja dapat mengarah kepada pemenuhan kebutuhan pekerja
dan keluargarrya serta mendorong peningkatan peran serta pekerja
dalam proses produksi.
Akibat kondisi
ekonomi tersebut banyak perusahaanyang
mengalami kelesuan sehinggauntuk
mewujudkanpenetapan
upah yang
lebih
realistis
sesuai
dengan
dayakemampuan perusahaan secara sektoral maka disamping penetapan
Upah
Minimum
Regional
Tk.
I
dan
Regional
Tk.
II
perlu ditetapkanUpah Minimum
SektoralRegional
Tk.
I
dan
UpahMinimum
Sektoral RegionalTk.
n.
Keputusan MenteriNo.
KEP-l20AdEN/1998 tentang
Upah Minimum
Regionalpada
27
(duapuluh tujuh)
propinsi
di
Indonesia sudah tidak sesuaiIaE,
makauntuk
itu
perlu ditetapkan Keputusan Menteri yang baru.-
Dasar hukum Keputusanini
adalah:KEPRES
No.
122/M Tahun
1998;
PERMEN
No.
PER-01A4EN/1999; KEPMEN
No.
KEP-28iIvIEN/1994.-
Dalam Keputusanini
mengatur tentang:a.
-
PenetapanUMR Tk.
I
danUMR Tk.
II,
pada27
Propinsi diIndonesia.
-
PenetapanUMSR
Tk.
I
dan UMSRdi
Indonesia.b. Besar
UMR
dan UMSR bulanan setiapTk.
II
pada
Ig
Propi t3 propinsi.CATATAN:
-
Keputusanini
ditetapkan pada tanggal 17 Pebruari 1999 dan mulai berlaku pada tanggal1
April
1999.-
Keputusanini
mencabut KepmenNo.
Y\EP-I2O|MEN/1998 tentangUpah Regional pada
27
(dua puluhtujuh)
propinsidi
Indonesia.Menimbang: a
Mengingat :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK TNONESIA
NOMOR 19
TAHIIN
1999TENTANG
PENGESAHAN
ILO
CONVENTION NO. 105CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED I-ABOUR (KON\TENSI
ILO
MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA)DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA
ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
bahwa negara Republik Indonesia
yang
berdasarkan Pancasila danUndang-Undang dasar 1945 adalah negara hukum yang menjunjung tinggi
harkat
dan
martabat manusiaserta
menjamin semuawarga
negara bersamaan kedudukannyadi
dalam hukum, sehingga segala bentuk kerjapaksa harus dihapuskan;
bahwa
bangsa Indonesia sebagaibagian
masyarakat internasionalmenghormati, menghargai,
dan
menjunjungtinggi
prinsipdan
tujuanPiagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Deklarasi Universal Hak-hak Asasi
Manusia Tahun 1948, Deklarasi Philadelphia Tahun 1944, dan Konstitusi
Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO),
bahwa Konferensi Ketenagakerjaan Internasional keempat puluh tanggal 25
Juni 1957
di
Jenewa, Swiss, telah menyetujuiILO
Convention No. I0S concerningthe
Abolitionof
Forced Labour(Konvensi
ILO
mengenai Penghapusan Kerja Paksa);bahwa ketentuan Konvensi tersebut selaras dengan keinginan bangsa
Indonesia
untuk
secaraterus
menerus menegakkandan
memajukanpelaksanaan hak-hak dasar pekerja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam huruf
a,
b, c,
dan d,dipandang perlu mengesahkan
ILO
conventionNo.
105 concerning theAbolition
of
Forced Lqbour (KonvensiILO
mengenai Penghapusan Kerja Paksa) dengan Undang-undang.d.
l.
Pasal5
ayat(1),
Pasal 11, Pasal20
ayatUndang Dasar 1945;
2.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan RakyatXVIVMPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
(l),
dan Pasal27
Undang-Republik Indonesia Nomor
Dengan persetujuan
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG
TENTANG
PENGESAIIANILO
CONVENTIONNO.
105
CONCERNINGTHE
ABOLITION
OF
FORCED LABOUR (KONVf,NSIILO
MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA)Pasal I
Mengesahkan
ILO
ConventionNo.
105 concerning the Abolitionof
ForcedLabour (Konvensi
ILO
mengenai Penghapusan Kerja Paksa) yang salinannaskah aslinya dalam bahasa Inggeris
dan
terjemahannya dalam bahasaIndonesia sebagaimana terlampir merupakan bagian
tidak
terpisahkan dari,
Undang-undang ini.Pasal 2
Undang-undang
ini
mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orangmengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang
ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.Disahkan
di
Jakartapada tanggal
7 Mei
1999PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Diundangkan
di
Jakartapada tanggal
7 Mei
1999MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
BACEARUDDIN JUSUF HABIBIE
ttd
AKBAR
TANJUNGLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN
T999 NOMOR 55Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
I
ttd
Lambock
V.
NahattandsPEJELASAN ATAS
UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 1999
TENTANG
PENGESAHAN
ILO
CONWNTION NO. IO5CONCERNING THE ABOI,ITION OF FORCED LABOUR (KONYENSI
ILO
MENGENAI PENGIIAPUSAN KERJA PAKSA)1.
UMUMManusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi atau hak dasar
sejak dilahirkan, sehingga tidak ada manusia atau pihak lain yang dapat merampas hak
tersebut.
Hak
asasi manusiadiakui
secara universal sebagaimana tercantum dalamPiagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia yang disetujui
PBB
Tahun 1948, DeklarasiILO
di
Philadelphia Tahun 1944, danKonstitusi
ILO.
Dengan demikian semua negaradi
dunia secara moral dituntut untuk menghormati, menegakkan, dan melindungi hak tersebut. Salah satu bentuk hak asasiadalah kebebasan untuk secara sukarela melakukan suatu pekerjaan. Jaminan kebebasan
tersebut sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan telah diatur dalam
UUD
1945 Pasal 27ayat
(2)
yang menyebutkan bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan danpenghidupan yang layak
bagi
kemanusiaan". Ketentuan tersebut telahdiatur
dalamKetetapan
MPR
RI
No.
XVIIA{PR/1998 tentangHak
Asasi Manusia dan berbagaiperaturan perundang-undangan lainnya.
Sebagai anggota PBB dan Organisasi Ketenagakerjaan Internasional atau Internationsl
Labour Organization
(LO),
Indonesia menghargai, menjunjungtinggi dan
berupaya menerapkan keputusan-keputusan kedua lembaga internasional dimaksud.Konvensi
ILO
No.105
mengenai PenghapusanKerja
Paksayang
disetujui padaKonferensi Ketenagakerjaan Internasional keempat puluh tanggal
25
funi
1957 di Jenewa merupakan bagian dari perlindungan hak asasi pekerja. Konvensiini
mewajibkansetiap negara anggota
ILO
yang telah meratifikasi untuk menghapuskan dan melarangkerja paksa yang digunakan sebagai .
a.
alat penekanan atau pendidikan politik atau sebagai hukuman atas pemahaman ataupengungkapan pandangan
politik
atau ideologi yang bertentangan dengan sistempolitik, sosial, dan ekonomi yang berlaku;
b.
cara
mengerahkandan
menggunakan tenagakerja untuk
tujuan
pembangunan ekonomi;c.
alat untuk mendisiplinkan kerja;d.
hukuman atas keikutsertaan dalam pemogokan;II.
POKOK-POKOK PIKIRAN YANG MENDORONG LAHIRNYA KONVENSI1.
KonvensiILO No.
29
Tahun 1930 mengenai Kerja Paksa meminta semua negaraanggota
ILO
melarang semua bentukkerja
paksaatau wajib kerja
kecualimelakukan pekerjaan yang berkaitan dengan wajib militer, wajib kerja dalam rangka
pengabdian sebagai warga negara, wajib kerja menurut keputusan pengadilan, wajib
melakukan pekerjaan dalam keadaan darurat atau wajib kerja sebagai bentuk kerja
gotong royong.
2.
Dalam penerapan KonvensiNo.
29 Tahun 1930 tersebut ditemukan berbagai bentuk penyimpangan. Oleh sebabitu
dirasakan perlu menyusun dan mengesahkan konvensiyang secara khusus melarang siapapun mempekerjakan seseorang secara paksa dalam
bentpk mewajibkan tahanan politik untuk bekerja, mengerahkan tenaga kerja dengan
dalih untuk pembangunan ekonomi, mewajibkan kerja untuk mendisiplinkan pekerja,
menghukum pekerja
atas
keikutsertaannyadalam
pemogokanatau
melakukandiskriminasi atas dasar ras, sosial, kebangsaan, atau agama.
III. ALASAN INDONESIA MENGESAHKAN KONVENSI
1.
Pancasila sebagai falsafahdan
pandangan hidup bangsa Indonesia danUndang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber dan landasan hukum nasional, menjunjung tinggi
harkat dan martabat pekerja sebagaimana tercermin dalam Sila Kemanusiaan yang
Adil
dan
Beradab.Azas
ini
merupakan amanat konstitusional bahwa bangsaIndonesia bertekad untuk mencegah, melarang, dan menghapuskan segala bentuk
kerja paksa sesuai dengan ketentuan Konvensi ini.
Dalam rangka pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia
telah
menetapkan peraturan perundang-undanganyang
mengatur pencegahan dan pelarangan segala bentuk kerja paksa yang tidak manusiawi dan merendahkan martabat pekerja.Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia melalui Ketetapan Nomor
XYII/N{PR/1998 menugasi Presiden dan DPR untuk meratifikasi berbagai instrumen PBB yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Disamping
itu
Presiden Republik Indonesia telahikut
menandatangani Keputusan Pertemuan Tingkat Tinggi mengenaiPembangunan Sosial
di
Kopenhagen Tahun 1995. Keputusan pertemuan tersebutantara lain mendorong anggota PBB meratifikasi tujuh konvensi
ILO
yang memuathak-hak dasar pekerja, termasuk Konvensi
No.
105
Tahun
1957
mengenai Penghapusan Keda Paksa.4.
ILO
dalam Sidang Umumnyayang ke-86
di
Jenewa bulanJuni
1998 telahmenyepakati Deklarasi
ILO
mengenai Prinsip dan Hak-hak Dasardi
Tempat Kerja.Deklarasi tersebut menyatakan bahwa
setiap
negarawajib
menghormati dan mewujudkan prinsip-prinsip ketujuh Konvensi Dasar ILO.2.
J.
5.
Dalam pengamalan Pancasila dan penerapan peraturan perundang-undangan masihdirasakan adanya penyimpangan.
Oleh
karenaitu
pengesahan Konvensi ini dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan hukum secara efektif sehingga akanlebih menjarnin perlindungan hak pekerja dari setiap bentuk pemaksaan kerja.
6.
Pengesahan Konvensiini
menunjukkan kesungguhan Indonesia dalam memajukan dan melindungi hak-hak dasar pekerja khususnya hak untuk bebas dari kerja paksa. Halini
akan lebih meningkatkan citra positif Indonesia dan memantapkan kepercayaan masyarakat internasional terhadap Indonesia.IV. POKOK-POKOK KONVENSI
1.
Negara anggotaILO
yang mengesahkan Konvensiini
harus melarang dan tidakboleh menggunakan setiap bentuk kerja paksa sebagai alat penekanan
politik,
alat pengerahan untuk tujuan pembangunan, alat mendisiplinkan pekerja, sebagai hukumanatas keterlibatan dalam pemogokan dan sebagai tindakan diskriminasi.
2.
Negara anggotaILO
yang mengesahkan Konvensiini
harus mengambil tindakanyang menjamin penghapusan kerja paksa dengan segera dan menyeluruh.
3.
Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi harus melaporkan pelaksanaannyaPASAL
DEMI
PASAL Pasal IApabila terjadi perbedaan penafsiran terhadap terjemahannya dalam bahasa Indonesia,
maka yang berlaku adalah naskah asli Konvensi dalam bahasa Inggeris.
Pasal 2
Cukup jelas
International
Labour
ConferenceCONVENTION 105
CONVENTION CONCERNING THE ABOLITION
oF
FORCED LABOU& ADOPTEDBY
THE CONFERENCEAT
ITS FORTIETH SESSION,GENEVAs 25 JUNE 1957
AUTI{ENTIC TEXT
Convention 105
CONVENTION CONCERNING THE ABOLITION
OF
FORCED LABOUR The General Conferenceof
the International Labour Organisation,Having
been convenedat
Genevaby
the Governing Bodyof
the
International LabourOffice, and having met
in
its Fortieth Session on5
June 1957, andHaving considered the question
of
forced labour, which is the fourth itemon
the
agendaof
the session, andHaving rtoted the provisions
of
the Forced Labour Convention, 1930, andHaving noted that the Slavery Protection Convention, 1926, provides
that
all
necessarymeasures shall be taken
to
prevent compulsoryor
forced labour from developing into conditions analogousto
slavery and that the Suplementary Convention on the Abolitionof
Slavery,the
Slave Tradeard
Institutions and Practices Similarto
Slavery, 1956,provides for the complete abolition
of
debt bondage and serftlorn, andHaving noted that the Protection
of
Wages Convention, 1949, provides that wages small be paid regularly and prohibits methodsof
payment which deprivethe
workerof
agenuine possibility
of
terminating his employment, andHaving decide upon
the
adoptionof
further proposalswith
regardto
the
abolitionof
certain formsof
forcedor
compulsory labour constitutinga
violationof
the rightsof
man referred toin
the Charterof
the United Nations and enunciated by the UniversalDeclaration
of
Human Rights, andHaring determined that these proposals shall take the from
of
an international Conventiorladopts this twenthy-fifth day
of
Juneof
the year one thousand nine hundred andfifty-seven the following Convention, which may be cited as the Abolition
of
Forced LabourConvention, 1957 .
Article I
Each Member
of
the International Labour Organisation which ratifies this ConventioanUndertakes
to
suppress and notto
make useof
any formof
forcedor
copmulsorylabour-(a)
as
a
meansof
political coercionor
educationor
as
a
punishmentfor
holding orexpressing political views
or
views ideologically opposedto
the
established political,social
or
economic system;(b) as a method
of
mobilising and using labourfor
purposesof
economic development;(c) as a means
of
labour discipline;(d) as a punishment
for
having participatedin
strikes;Article 2
Each Member
of
the International Labour Organisation which ratifiesthis
Conventionundertakes
to
take effective measuresto
secure the immediate and complete abolition offorced
or
compulsory labour as specifiedin
Article 1of
this Convention.Article 3
The formal ratifications
of
this
Convention shallbe
communicatedto
the
Director-Generalof
the International Labour Officefor
registration.Article 4
1.
This Convention shall be binding only upon those Membersof
the International Labour Organisation whose ratifications have been registered with the Director-General.2. It
shall come into force twelve months after the date on which the ratificationof
twoMembers have been registered with the Director-General.
3.
Thereafter, this Convention shall come into forcefor
any Member twelve months afterthe date on which its ratification has been registered.
Article 5
l.
A
Member which has ratified this Convention may denounceit
after the expiration of ten years from the dateon
which the Conventionfirst
comesinto
force,by
an
actcommunicated
to
the
Director-Generalof
the
InternationalLabour
Ofiice
for registration. Such denunciation shallnot
take effectuntil
one year afterthe
date onwhich
it
is registered.2.
Each Member which has ratified this Convention and which does not, within the year followingthe
expirationof
the
periodof
ten
years mentionedin
the
precedingparagraph, exercise the right
of
denunciation providedfor in
this Article,will
be boundfor
another periodof
ten years and, thereafter, may denounce this Conventionat
theexpiration
of
each periodof
ten years under the terms providedfor
in this Article.Article 6
l.
The Director-Generalof
the International Labour Offfice shall notify all Membersof
theInternational
Labour
Organisationof
the
registrationof all
ratifications and denunciations communicatedto
him by the Membersof
the Organisation.2.
When notifyingthe
Members ofratification communicated
to
him,Members
of
the Organisation toforce.
the
Organisationof
the Director-Generalthe date upon which
the
registrationshall draw the
the
Conventionof
the
secondattention
of
thewill
come intoThe
Director-Generalof
the
Internatioanl Secretary-Generalof
the United Nations forthe
Charterof
the
United Nations fulldenunciation registered by him
in
accordanceArticle 7
Labour
Office
shall
communicateto
theregistration
in
accordancewith
article 102 ofparticulars
of all
ratificationsand
acts of
with the provisionsof
the preceding Articles.Article 8
At
such times asit
may consider necessarythe
GoverningBody
of
the
InternationalLabour Office shall present
to
the General Conferencea
reporton
the workingof
thisConvention and shall examine the desirability
of
placing on the agendaof
the Conferencethe question
of
its revisionin
wholeor in
part.Article 9
l.
Should the Conferenoe adopta
new Convention revising this Conventionin
whole orin
part, then, unless the new Convention otherwiseprovides-(a) the ratification by a Member
of
the new revising Convention shallthe
immediate denunciationof
this
Convention, notwithstanding Article5
above,if
and whenthe
new revising Convention shallforce;
(b)
as from
the
date whenthe
new
revising Convention comesConvention shall cease
to
be opento
ratification by the Members.ipso
jure
involvethe
provisionsof
have come intqinto
force
this2.
This Convention shallin
any case remainin
forcein its
actual form and content forthose Members which have ratified
it
but have not ratified the revising Convention.Article
l0
The
Englishand
French versionsof
the text
of
this
Convention&re
equally authoritative.The foregoing
is
the
authentictext
of
the
Convetionduly
adoptedby
the
GeneralConference
of
the International Labour Organisation duringits
Fortieth Session which wasIN
FAITH WHEREOF we have appended our signatures this fourth dayof
July 1957. The Presidentof
the Conference,IIAROLD
HOLT.The Director-General
of
the International Labour Office,DAVID
A.
MORSE.The
text
of
the
Convention as herepresented
is
a
true
copy
of
the
textauthenticated
by
the
signaturesof
thePresident
of
the
International LabourConference and
of
the
Director-Generalof
the International Labour Office.Certified true and complete copy,
for
the Dirctor-Generalof
the International Labour Office:Certified true and complete copy,
For the Director-General
of the Intemational Labour Office:
DOMINICK DEWIN
Logal Advisor
of &e Intemational Labour Office
Konferensi
Ketenagakerjaan Internasional
KONI\IENSI 105
KONT\'ENSI MENGENAI PENGHAPUSAN
KERIA PAKSA
DISETUJTII OLEH KONFERENSI
PADA SIDANGNYA YANG KEEMPAT PULUH,
GENEVA 25 JUNI 1957
Konvensi 105
KONVENSI MENGENAI PENGIIAPUSAN KERJA PAKSA
Konferensi Organisasi Ketenagakerjaan Internasional,
Setelah diundang
ke
Jenewa oleh Badan Pengurus Kantor Ketenagakerjaan Internasional,dan setelah mengadakan sidangnya yang keempat puluh pada tanggal
5
Juni 1957, danSetelah mempertimbangkan masalah kerja paksa, yang merupakan aoara keempat dalam agenda sidang
itu,
danSetelah memperhatikan ketentuan-ketentuan Konvensi Keda Paksa, 1930, dan
Setelah memperhatikan bahwa Konvensi Perbudakan, 1926, menyatakan bahwa semua
tindakan yang
perlu wajib
diambiluntuk
mencegahwajib kerja atau kerja
paksaberkembang menjadi kondisi
yang
$arna dengan perbudakandan
bahwa KonvensiTambahan tentang Penghapustm Perbudakan, Perdagangan Budak dan LembagaJembaga
serta Praktek-praktek Sejenis Perbudakan, 1956, menyatakan penghapusan menyeluruh
kerja ijon dan perhambaan, dan
Setelah memperhatikan bahwa Konvensi Perlindungan Upah, 1949, menyatakan bahwa upah wajib dibayarkan secara teratur dan melarang cara-cara pembayaran yang meniadakan
kemungkinan bagi pekerja menghentikan hubungan kerjanya, dan
Setelah memutuskan untuk menerima usulan selanjutnya yang berkaitan dengan penghapusan
bentuk-bentuk tertentu kerja paksa atut wajib kerja yang merupakan pelanggaran hak-hak seseorang sebagaimana tercantum dalam Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa dan
ditegaskan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan
Setelah menetapkan bahwa usulan tersebut harus berbentuk Konvensi Internasional.
menyetujui, pada tanggal dua puluh lima bulan Juni tahun seribu sembilan ratus lima puluh
tujuh, Konvensi
ini
yang disebut Konvensi Penghapusan Kerja Paksa, 1957 :Pasal I
Setiap anggota Organisasi Ketenagakerjaan Internasional yang meratifikasi Konvensi ini wajib melarang dan tidak memanfaatkan segala bentuk kerja paksa atau wajib kerja :
(a) sebagai alat penekanan atau pendidikan politik atau sebagai hukuman atas pemahaman
atau pengungkapan pandangan
politik
atau ideologi yang bertentangan dengan sistempolitik, sosial, dan ekonomi yang berlaku;
(b) sebagai cara mengerahkan dan menggunakan tenaga kerja untuk tujuan pembangunan ekonomi;
(c) sebagai alat untuk mendisiplinkan kerja;
(d) sebagai hukuman atas keikutsertaan dalam pemogokan;
(e) sebagai cara melakukan diskriminasi atas dasar ras, sosial, kebangsaan atau agama. Pasal 2
Setiap anggota Organisasi Ketenagakerjaan Internasional yang meratifikasi Konvensi ini
harus mengambil tindakan efektif untuk menjamin penghapusan segera dan menyeluruh atas
kerja paksa atau wajib kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Konvensi ini.
Pasal 3
Ratifikasi resmi Konvensi
ini
harus disampaikan kepadaDirektur
Jenderal KantorKetenagakerjaan Internasional untuk didaftar.
Pasal 4
1.
Konvensiini
mengikat hanyabagi
anggota Organisasi Ketenagakerjaan Internasionalyang ratifikasinya telah didaftar oleh Direlctur Jenderal.
2.
Konvensiini
mulai berlaku dua belas bulan setelah tanggal ratifikasi oleh dua anggota Organisasi Ketenagakerjaan Internasional telah didaftar oleh Direktur Jenderal.3.
Selanjutnya, Konvensiini
akan berlaku bagi setiap Anggota dua belas bulan setelah tanggal ratifikasinya didaftar.Pasal 5
1. Anggota yang telah meratifikasi Konvensi
ini
dapat membatalkannya, setelah melampauiwaktu
sepuluh tahun terhitung sejak tanggal Konvensiini
mulai
berlaku, dengan menyampaikan keterangan kepada Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasional untuk didaftar. Pembatalanitu
tidak
akan berlaku hingga satu tahun setelah tanggal pendaftarannya.2.
Setiap Anggota yang telah meratifikasi Konvensiini
dan yang dalam waktu satu tahunsetelah berakhirnya masa sepuluh tahun sebagaimana tersebut dalam ayat tersebut di atas tidak menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan dalam pasal ini, akan terikat
untuk sepuluh tahun lagi, dan sesudah
itu
dapat membatalkan Konvensiini
pada waktu berakhirnya tiap-tiap masa sepuluh tahun sebagaimana diatur dalam pasal ini.Pasal 6
l.
Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasional wajib memberitahukan kepadasegenap anggota Organisasi Ketenagakerjaan Internasional tentang pendaftaran semua
pengesahan dan pembatalan yang disampaikan kepadanya oleh anggota Organisasi.
2.
Pada saat memberitahukan kepada anggota Organisasi tentang pendaftaran ratifikasikedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal wajib meminta perhatian anggota
Organisasi mengenai tanggal mulai berlakunya Konvensi ini.
Pasal 7
Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasional
wajib
menyampaikan kepadaSekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa untuk didaftar, sesuai dengan pasal rc2 Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa, hal ikwal mengenai semua ratifikasi dan pembatalan
yang didaftarkannya menurut ketentuan pasal-pasal tersebut
di
atas. Pasal 8Pada waktu yang dianggap perlu, Badan Pengurus Kantor Ketenagakerjaan Internasional wajib menyampaikan kepada Konferensi laporan mengenai pelaksanaan Konvensi
ini
danwajib mempertimbangkan perlunya mengagendakan dalam Konvensi, perubahan Konvensi ini
seluruhnya atau sebagian.
Pasal 9
1. Jika
Konferensi menyetujui Konvensibaru
yang memperbaiki Konvensiini
secarakeseluruhan atau sebagian, kecuali Konvensi baru menetukan lain, maka:
(a) ratifikasi oleh anggota atas Konvensi baru yang memperbaiki, secara hukum berarti
pembatalan atas Konvensi
ini
tanpa mengurangi ketentuan dalam Pasal(5)
di
atas,jika
dan bilamana Konvensi baru yang memperbaikiitu
mulai berlaku;(b) sejak tanggal Konvensi baru yang memperbaiki
itu
berlaku, Konvensiini
tidak dapat disahkan lagi oleh anggota.2.
Konvensiini
akan tetap berlaku dalam bentuk danisi
aslinya bagi Anggota yang telahmeratifikasinya, tetapi belum mengesahkan Konvensi yang memperbaikinya.
Pasal
l0
Naskah Konvensi
ini
dalam bahasa Inggeris dan bahasa Perancis sama-sama resmi.Menimbang: a.
UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 1999
TENTANG
PENGESAHAN
ILO
CONWNTION NO.I3S
CONCERNINGMINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT (KONVENSI
ILO
MANGENAI USIAMINIMUM
UNTUKDIPERBOLEHKAN KERJA)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAIIA
ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
bahwa
negara Republik Indonesiayang
berdasarkan Pancasila danUndang-Undang Dasar 1945 adalah negara hukum yang menjunjung tinggi
harkat
dan
martabat manusia sehingga anak sebagai generasi penerusbangsa wajib memperoleh jaminan perlindungan agar dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat dan wajar, baik jasmani dan rohani, maupun
sosial dan intelektual;
bahwa
bangsa Indonesia sebagaibagian
masyarakat internasionalmenghormati, menghargai, dan menjujung tinggi prinsip dan tujuan Piagam
Perserikatan Bangsa Bangsa, serta Deklarasi Universal Hak-hak Asasi
Manusia Tahun 1948, Deklarasi Philadelphia
Tahun
1944, KonstitusiOrganisasi Ketenagakerjaan Internasional
(ILO),
dan Konvensi Hak-hakAnak Tahun 1989;
bahwa Konferensi Ketenagakerjaan Internasional
yang
kelima
puluhdelapan tanggal 26 Juni 1973, telah menyetujui
ILO
ConventionNo.
138concerning Minimum Age
for
Admissionto
Employment (Konvensi ILOmengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja);
bahwa Konvensi tersebut selaras dengan keinginan bangsa Indonesia untuk secara terus menerus menegakkan dan meningkatkan pelaksanaan hak-hak
dasar anak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam
huruf
a,
b, c,
dan ddipandang
perlu
mengesahkanILO
ConventionNo.
138
concerningMinimum Age
for
Admisionta
Employment (KonvensiILO
mengenaiUsia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja) dengan Undang-undang; b.
d.
Mengingat
:
l.
Pasal5
ayat (1), Pasal 11, Pasal20
ayat (1), Pasal 27,
Pasal 31 , danPasal 34 Undang-Undang Dasar 1945;
2.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII / MPRI
1998 tentang Hak Asasi Manusia;Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN
RAI(YAT
REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKANMenetapkan:UNDANG-UNDANG
TENTANG
PENGESAHANILO
CONVENTION,
NO.138
CONCERNINGMINIMUM
AGE
FOR
ADMISSION
TOEMPLOYMENT
(
KONVENSI
ILO
MENGENAI
USIA
MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA ).Pasal
I
Mengesahkan
ILO
ConventionNo.
138
concerning MinimumAge
for Admissionto
Employment (KonvensiILO
mengenai Usia Minimum untukDiperbolehkan Bekerja) dengan membuat suatu Pernyataan sesuai dengan
ketentuan Pasal
2
ayat(l)
yang naskah aslinya dalam bahasa Inggeris danterjemahanya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Undang-undang ini.
Pasal 2
Undang-undang
ini
mulai
berlaku pada tanggal diundangkan.Agar
setiaporang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.Disahkan
di
Jakartapada tanggal
7
Mei
1999PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd
BACIIARUDDIN JUSUF HABIBTS
Diundangkan
di
Jakartapada tanggal
7 Mei
1999MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA trd
AKBAR
TANDJUNGLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 56
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI Kepala Biro Peraturan
Perundang-undangan
I
ttd
PENJELASAN ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 1999
TENTANG
PENGESAHAN
ILO
CONVENTION NO. I3SCONCERNING
MINIMAM
AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT( KONVENSI
ILO
MENGENAI USIAMINIMUM
UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKtrRJA )L
UMUMAnak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi atau hak dasar sejak
dilahirkarL sehingga
tidak
ada manusia atau pihaklain
yang boleh merampas haktersebut. Hak dasar anak diakui secara universal sebagaimana tercantum dalam Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Deklarasi PBB Tahun 1948 tentang Hak-hak Asasi
Manusia, Deklarasi
ILO
di
Philadelphia Tahun 1944, KonstitusiILO,
Deklarasi PBBTahun 1959 tentang Hak-hak Analq Konvensi
PBB
Tahun 1966 tentang Hak-hakEkonomi, Sosial, dan Budaya, dan Konvensi PBB Tahun 1989 tentang Hak-hak Anak.
Dengan demikian semua Negara
di
dunia secara moral dituntut untuk menghormati, menegakkan, dan melindungi hak tersebut.Salah satu bentuk hak dasar anak adalah jaminan untuk tumbuh kembang secara utuh
baik fisik maupun mental. Jaminan perlindungan hak dasar tersebut sesuai dengan
nilai-nilai
Pancasila dan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam PembukaanUndang-Undang Dasar 1945.
Sebagai anggota
PBB
dan Organisasi Ketenagakerjaan Internasional atau InternationalLabour Organization
(tr-O),
Indonesia menghargai, menjunjung tinggi,
dan berupaya menerapkan keputusan-keputusan lembaga internasional dimaksud.Konvensi
ILO
No.
138 Tahun 1973 mengenai Usia Mnimum untuk DiperbolehkanBekerja yang disetujui pada Konferensi Ketenagakerjaan International kelima puluh
delapan tanggal
26
Juni
1973di
Jenewa merupakan salahsatu
Konvensi yangmelindungi hak asasi anak. Konvensi
ini
mewajibkan setiap negara anggotaILO
yangtelah meratifikasi, menetapkan batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerja.
Sesuai dengan ketentuan Pasal
2
ayat(l)
Konvensi, Indonesia melampirkan Pernyataan(Declaration) yang menetapkan bahwa batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerja
yang diberlakukan
di
wilayah Republik Indonesia adalah 15 (lima belas) tahun.U.
POKOK.POKOK PIKIRAN YANG MENDORONG LAHIRNYA KONVENSIl.
KonvensiNo.
5
Tahun 1919 mengenaiUsia
Minimumuntuk
Sektor Industri,Konvensi
No.
7
Tahun l92O mengenai Usia Minimumuntuk
Sektor Kelautan,Konvensi
No.
l0
Tahun 1921 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Agraria, danKonvensi
No.
33 Tahun 1932 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Non Industri, menetapkan bahwa usia minimum untuk bekerja 14 (empat belas) tahun. SelanjutnyaKonvensi
No.
58
Tahun 1936 mengenai Usia Minimum untuk Kelautan, KonvensiNo.
59 Tahun 1937 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Industri, Konvensi No.60 Tahun 1937 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Non Industri, dan Konvensi
No.
ll2
Tahun 1959 mengenaiUsia
Minimumuntuk
Pelaut, mengubah usiaminimum untuk bekerja menjadi 15 (lima belas) tahun.
2.
Dalam penerapan berbagai Konvensi tersebutdi
atasdi
banyak negara masihditemukan berbagai bentuk penlmpangan batas usia minimum untuk bekerja. Oleh
karena
itu
ILO
merasa perlu menyusun dan mengesahkan konvensi yang secarakhusus mempertegas batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerja yang berlaku
disemua sektor yaitu 15 ( lima belas
)
tahun.M.ALASAN
INDONESIA MENGESAHKAN KONVtrNSIl.
Pancasila sebagai falsafahdan
pandangan hidup bangsa Indonesiadan
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber dan landasan hukum nasional, menjungjung
tinggi
harkatdan
martabat manusia seperti tercermin dalam sila-sila Pancasilakhususnya Sila Kemanusiaan yang
Adil
dan Beradab. Untukitu
bangsa Indonesiabertekad melindungi hak dasar anak sesuai dengan Konvensi ini .
2.
Dalam rangka pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945,Indonesia telah menetapkan berbagai peraturan perundiurg-undangan yang mengatur
perlindungan terhadap anak.
3.
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia melalui Ketetapan Nomor XVIIi\{PR/199S tentangHak
Asasi Manusia menugasi Presiden dan DPR untukmeratifikasi berbagai instrumen
PBB
yang berkaitan denganhak
asasi manusia.Indonesia telah meratifikasi Konvensi
PBB
tanggal30
September 1990 mengenaiHak-hak
Anak
Disampingitu
PresidenRepublik
Indonesiatelah
ikutmenandatangani Keputusan Pertemuan Tingkat
Tinggi
mengenai Pembangunan Sosialdi
Kopenhagen Tahun 1995. Keputusan Pertemuan tersebut antara lain mendoronganggota PBB meratifikasi tujuh Konvensi
ILO
yang memuat hak-hak dasar pekerja,termasuk Konvensi
No.
138
Tahun 1973
mengenaiUsia
Minimum
untuk diperbolehkan Bekerja.4.
ILO
dalam sidang umumnyayang ke-86
di
Jenewabulan
Juni
1998 telahDeklarasi tersebut menyatakan bahwa
setiap
negararrajib
menghormati danmewujudkan prinsip-prinnsip ketujuh Konvensi Dasar ILO.
Dalam pengamalan Pancasila
dan
penerapan peraturan perundang-undangan masihdirasakan adanya penyimpangan perlindungan hak anak. Oleh karena
itu
pengesahanKonvensi
ini
dimaksudkanuntuk
menghapuskansegala
bentuk
praktekmempekerjakan anak serta meningkatkan perlindungan dan penegakan hukum secara
efektif sehingga akan lebih menjamin perlindungan anak
dari
exploitasi ekonomi,pekerjaan
yang
membahayakan keselamatandan
kesehatananak,
mengganggupendidikan, serta menggangggu perkembangan fisik dan mental anak.
Pengesahan Konvensi
ini
menunjukkan kesungguhan Indonesia dalam memajukan danmelindungi hak dasar anak sebagaimana diuraikan pada butir
5.
Hal
ini
akan lebihmeningkatkan
citra positif
Indonesiadan
memantapkan kepercayaan masyarakat internasional.TV. POKOK.POKOK KONVENSI
l.
Negara anggotaILO
yang mengesahkan Konvensiini
wajib menetapkan kebijakannasional untuk menghapuskan praklek mempekerjakan anak dan meningkatkan usia
minimum untuk diperbolehkan bekerja.
2.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moralanak harus diupayakan tidak boleh kurang
dari usia
l8
(delapan belas) tahun,kecuali untuk pekerjaan ringan tidak kurang dari 16 (enam belas) tahun.
3.
Negara anggotaILO
yang
mengesahkan Konvensiini
wajib
menetapkan usiaminimum untuk diperbolehkan bekerja, aturan mengenai
jam kerjq
dan menetapkanhukuman atau sanksi guna menjamin pelaksanaannya.
4.
Negara anggota
ILO
yang
mengesahkanKonvensi
ini
wajib
melaporkan pelaksanaannya.V.
PASALDEMI
PASAL Pasal IApabila terjadi perbedaan penafsiran terhadap terjemahannya dalam bahasa Indonesia,
maka yang berlaku adalah naskah asli Konvensi dalam bahasa Inggeris.
Pasal 2
Cukup jelas
TAMBAIIAN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38355.
6.
LAMPIRAN
UNDANC-UNDANG RNPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 1999
TENTANG
PANGESAIIAN
ILO KONWNTION
NO. I3S CONCERNING MINIMT]MAGE
FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT(KONVENSI
ILO
MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLNHKAN BNKERJA)PERT\TYATAAN
MENGENAI USIA
MINIMUM
UNTUKDIPERBOLEIIKAN BEKERJA
Sesuai dengan Pasal
2
ayat(1)
Konvensi, Pemerintah Republik Indonesia dengan inimenyatakan bahwa usia minimum untuk diperbolehkan bekerja adalah 15 (lima belas) tahun.
PRESIDEN Rf,PUBLIK INDONESIA ttd
BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI Kepala Biro Peraturan
Perundang-undangan I ttd
ANNEX OF
THf,
LAWOF THE
REPUBLTCOF THE
INDONESIA NUMBER 20YEAR
1999ON
THE
RATIFICATION OFTHE
ILO
CONVENTION NO.I38
CONCERNING MINIMUN AGE FOR ADMISSIONTO
EMPLOYMENTDECLARATION
CONCERNING
MINIMUM AGE
FOR ADMISSIONTO
EMPLOYMENTIn
accordancewith
Article2
ParagraphI
of
the
Convention,the
Governmentof
theRepublic
of
Indonesia hereby declares that the minimum agefor
admissionto
employmentis
15 (fifteen) years.PRESIDf,NT
OF THE
REPUBLICOF
INDONESIABACHARUDDTN JUSUF HABIBIE
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
I
ttd
Lambock
V.
NahattandsInternational
Labour
ConferenceCONVENTION 138
CONVENTION CONCERNTNG MINIMUM AGE
FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT,
ADOPTED
BY
THE CONFERENCEAT
ITS FIFTY-EIGHTH SESSIONGENEVAs 26 JUNE 1973