• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN PRAKTIKUM 3 JAMUR ROTI Rhizopus stolonifer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEGIATAN PRAKTIKUM 3 JAMUR ROTI Rhizopus stolonifer"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN PRAKTIKUM 3 JAMUR ROTI

Rhizopus stolonifer

A. Judul

Mengidentifikasi Jamur Roti

B. Tujuan

Melalui kegiatan pengamatan terhadap jamur roti mahasiswa dapat mendeskripsikan struktur, klasifikasi ilmiah, ciri-ciri, kerugian, persebaran, dan habitat jamur roti dengan baik.

C. Landasan Teori

Taksonomi tumbuhan rendah merupakan disiplin ilmu yang mengkaji berbagai jenis tumbuhan berupa tallus, tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Dalam dunia taksonomi tumbuhan rendah dikenal berbagai divisi yang termasuk kedalam tumbuhan rendah antara lain : Schyzophyta (tumbuhan belah), Thallophyta (tumbuhan tahlus), Bryophyta (tumbuhan lumut), Pteridophyta(tumbuhan paku).

Tumbuhan nonvaskuler–lumut daun, lumut hati, dan lumut tanduk-dikelompokkan bersama dalam satu divisi tunggal, Bryophtya(Bahasa Yunani bryon, “lumut”). Bryophyta kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya telah mempunyai dinding yang terdiri atas selulosa.

Pteridophyta merupakan suatu golongan tumbuhan yang mempunyai

daur perkembangan dengan pergiliran keturunan yang

beraturan. Tumbuhan ini juga banyak ditemukan di darat, biasanya juga menempel pada substrat.Fungi hidup sebagai saprofit atau parasit, ada yang dalam air, tetapi lebih banyak yang hidup didaratan. Sedangkan di dalam laut jarang sekali didapatkan. Kebanyakan jamur yang hidup saprofit dapat dipelihara pada substrat buatan.

(2)

Dengan demikian untuk lebih mengetahui secara langsung ciri morfologi, struktur tubuh dan kondisi lingkungan habitat dari berbagai jenis tumbuhan tingkat rendah yang dimaksud, khususnya jenis tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan jamur, maka dilakukanlah praktikum lapangan untuk mengamati langsung spesimen yang dimaksud.

Fungi adalah heterotrof yang mendapatkan nutriennya melalui penyerapan (absorption). Dalam cara nutrisi ini, molekul-molekul organic kecil diserap dari mdium sekitarnya. Fungi akan mencerna makanan di luar tubuhnya dengan cara mensekresikan enzim-enzim hidrolitik yang sangat ampuh pada ke dalam makanan tersebut. Enzim-enzim itu akan menguraikan molekul kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dapat diserap dan digunakan oleh fungi (Campbell, 1999 : hal 159).

Ciri-ciri jamur lendir adalah sebagai berikut :

1. Bentuk tubuh seperti lendir (plasmodium) yang merupakan massa protoplasma tidak berdinding;

2. Berinti banyak, bersel satu atau bersel banyak

3. Struktur tubuh vegetatif menyerupai Amoeba, berbentuk seperti lendir (plasmodium), tetapi cara berkembang biaknya menyerupai Fungi; 4. Berkembang biak secara aseksual dan seksual. Pencernaan makanan

yang dilakukan pada fase vegetatif (aseksual) dilakukan menyerupai Amoeba. Pada tingkat dewasa, Plasmodium akan membentuk kotak spora seperti pada Fungi. Setelah matang, kotak spora ini akan pecah dan mengeluarkan spora. Spora yang berkecambah akan membentuk sel gamet yang menyerupai Amoeba. Sel-sel gamet ini bersifat haploid dan akan melakukan singami atau peleburan dua gamet dengan ukuran yang sama dan tidak dapat dibedakan antara sel jantan dan betina yang akan menghasilkan zigot.

5. Biasa hidup di hutan-hutan basah, tanah lembap, batang kayu yang membusuk, kayu lapuk, atau sampah basah. (Zubaidah, 2000 : hal 110).

Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh di

(3)

sporofit diploid dengan gametofit yang haploid. Meskipun safropit secara morfologi dapat dibedakan dari gametofit (heteromorf), tetapi safropit ini tidak pernah merupakan tumbuhan mandiri yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit, yang berupa tumbuhan mandiri, menyediuakannutrisi bagi sporofit. Pada lumut gametofitlah yang dominan. Beberapa tumbuhan lumut masih mempunyai talus, tidak mempunyai akar, batang dan daun, lumut belum memiliki akar sejati hanya memiliki akar semu yang disebut dengan rhizoid. (Birsyam, 2004 : hal 98)

Tumbuhan lumut (Bryophyta) dibedakan dalam 2 kelas dengan ciri-ciri jelas yaitu : 1. Hepaticae (lumut hati), dan 2. Musci (lumut daun).

Kedua kelas itu berbeda dalam bentuk susunan tubuhnya

dan perkembangan gametangium serta sporogoniumya. Keduanya selalu

berwarna hijau, autotrof dan sebagai hasil

asimilasi telah terdapat zat tepung. Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah, oleh sebab itu tubuhnya mempunyai struktur yang higromorf. Bentuk lain jarang ditemukan, meskipun adapula yang terdapat pada tempat-tempat yang amat kering, misalnya pada kulit-kulit pohon, diatas tanah atau batu cadas, sehingga tubuhnya perlu mempunyai struktur yang xeromorf. (Tjitrosoepomo, 2005 : hal 186).

Lichenes (Lumut kerak) merupakan simbiosis antara jamur dan

ganggang. Lichenes(lumut kerak) hidup sebagai epifit pada pepohonan. Lumua ini juga tumbuh di atas tanah, terutama daerah tundra di sekitar kutub utara. Selain itu lumut kerak dapat hidup di segala ketinggian di atas batu cadas, di tepi pantai sampai gunung-gunung yang tinggi. Lumut kerak dapat berperan dalam pembentukan tanah dan menghancurkan batu-batu yang cadas sehingga lumut ini disebut juga sebagai tumbuhan perintis. (Yudianto, 1992 : 120).

Komponen yang berupa fungi disebut mikobion, sedangkan

komponen yang berupa alga disebut fikobion. Miobionnya sebagian besar adalah ascomycetes hanya beberapa saja yang basidiomycetes, sebagian besar lichenes yang askomisetik funginya adalah dari golongan

(4)

discomycetes. Fikobion umumnya terdiri dari chlorophyceae yang bersel tunggal atau dari cyanophyceae. Talus berdasarkan distribusi sel-sel alga di antara hifa fungi terdapat 3 tipe talus. Yaitu Krustosa, Foliosa, dan Fruktikosa. (Suradinata, 1998 : 96).

Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh di tempat-tempat lembab. Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang haploid. Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gametofit (heteromorf), tetapi sporofit ini tidak pernah merupakan tumbuhan mandiri yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit, yang berupa tumbuhan mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit. Pada lumut, gametofitlah yang dominan. Beberapa tumbuhan lumut masih mempunyai talus, tidak mempunyai akar, batang, dan daun. Bryophyta yang dapat dibedakan batang, dan daunnya, belum mempunyai akar sejati, hanya ada rhizoid (Birsyam, 2004 : hal 112).

Tumbuhan paku merupakan komponen vegetasi yang lebih menonjol dari pada lumut, walaupun kelompok tersebut jumlah jenisnya jauh lebih besar (sekitar 20.000 jenis). Diduga tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang menghuni daratan bumi. Fosilnya dijumpai pada batu-batuan zaman Karbon, yaitu kira-kira 345 juta tahun yang lalu. Tumbuhan paku ada yang hidup di air (hidrofit), hidup di tempat lembab (higrofit), hidup menempel pada tumbuhan lain (epifit), dan ada yang hidup pada sisa-sisa tumbuhan lain atau sampah-sampah (saprofit). Paku tersebar di seluruh dunia, tetapi terbanyak di daerah tropic lembab. Kebanyakan paku memiliki perawakan yang khas, sehingga tidak mudah keliru dengan macam tumbuhan lain. Sebagian dari kekhasan itu adalah adanya daun muda yang bergelung yang akan membuka jika dewasa, cirri yang hamper unik ini disebut vernasi

bergelung. Ukuran dan bentuk paku sangat bervariasi yang berkisar dari

paku pohon yang dapat mencapai tinggi sekitar 5 meter sampai paku mini berlapis tipis yang daunnya hanya selapis sel dan sering tertukar dengan lumut (Loveless, 1989 : hal 134).

(5)

Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama: gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofitnya dinamakan protalus(prothallus) atau protalium(prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil yang berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar(tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteredium(antheredium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium(archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang dibuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru(Anonim, 2006:hal )

No Spesimen Jenis Ciri morfologi Deskripsi

1 Fungi Jamur kayu

(Ganoderm a applanatum ) Tubuh buah menyerupai kipas, warna coklat,

Fungi kayu adalah fungi dari suku polyporaceae , tubuh

buah membentuk kipas,

dapat berumur beberapa

tahun dengan membentuk lpisan-lapisan tubuh buah baru. Hidup sebagai saprofit dan banyak terdapat pada kayu-kayu yang lapuk.

2 Bryophyt a Musci (lumut daun)Pogon atum cirrhatum Memiliki akar, batang dan daun.Akarnya berupa rizoidBatang

Lumut daun dapat tumbuh pada tempat yang lembap.

Berwarna hijau karena

memiliki klorofil. Untuk menyerap unsur hara dan

(6)

dan daunnya semu.

Berwarna hijau, memiliki

sporangium.

dan air dari bagian bawah tumbuhan ke bagian atas digunakan suatu pembuluh yang disebut midrib. Lumut daun dalam kehidupannya

memiliki pergiliran

keturunan yaitu generasi sporofit dan gametofit dan berkembang biak dengan vegetatif dan generatif.

3 Pterydop hyta Nothochlae na hirsuta Glechenia lineralis Nephrolepis biserrata -Daun majemuk menjari.-Batang sejati.-Arah tumbuh batang tegak lurus percabangan pada batang. -Akar serabut. -daun-daun panjang dengan bagian yang menyirip dan menjari. -terdapat sporangium, batang sejati. -akar serabut. -Akar serabut, daun makrofil -batang sejati

Semua jenis pterydophyta yang kami temukan berasal;

dari anak

kelas pilices. Tumbuhan ini paling banyak terdapat pada

daerah tropika meliputi

jenis-jenis paku dari yang terkecil (hanya beberapa mm saja) sampai yang terbesar (berupa pohon). Paku yang berupa pohon batangnya dapat mencapai besar asatu lengan atau lebih, umumnya

tidak bercabang, pada

ujungnya terdapat suatu

roset daun. Daun –daun itu

menyirip ganda sampai

beberapa kali, [panjangnya dapat mencapai 3 meter, dan

jika telahgugur

(7)

yang jelas pada batang.

Batang mengeluarkan

banyak akar, tetapi jika tidak dapat masuk ke dalam tanah maka akar itu akan tidak

bertambah panjang dan

karena rapatnya satu sama lain seakan-akan akar itu

menyelubungi batang.

Kekuatan batang di peroleh

dari berkas-berkas

pengangkut yang masing-masing mempunyai susunan konsentris . 4 Lichenes FruktikosaK rustosa -Talus kompleks dan menyerupai batang yang menggantung, melekat pada substrat, struktur talus bulat bulat

atau pipih,

bercabang atau tidak, berwarna hijau dan

putih.-Talus disertai pembentukan korteks atas, terdapat hipotalus yang berwarna hitam Lichenes merupakan

tumbuhan yang terdiri dari 2 komponen yaitu jamur yang

disebut mikobion dan

ganggang yang disebut

fikobion. Komponen jamur

lebih banyak menyusun

lichen. Lichen memiliki

habitat dan bentuk yang berberda dengan

komponen-komponen penyusunanya.

Lichen dapat tumbuh pada

habitat yang bervariasi,

sering kali tumbuh pada dinding, atap rumah, daun dan kulit pohon. Umumnya lichen bersifat xerofit. Talus

(8)

dan nampak seperti lingkaran tipis, ada lapisan putih

dipermukaan talus

lichen yang paling sederhana

nampak seperti

tonjolan kecil mengering yang tumbuh di tanah, batu-batuan. Ataupun di kulit kayu. Pada susunan tertinggi talus lichen banyak tersusun atas hfa yang susunanya teratur hampir menyerupai

susunan jaringan pada

tumbuhan tingkat tinggi.

Dengan demikian talus

mempunyai bentuk khusus seperti tubuh buah.

Fungi (jamur) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak dengan tidak memiliki klorofil. Sel jamur memiliki dinding yang tersusun atas kitin. Karena sifat-sifatnya tersebut dalam klasifikasi makhluk hidup, Jamur dipisahkan dalam kingdom nya tesendiri, ia tidak termasuk dalam kindom protista, monera, maupun plantae. Karena tidak berklorofil, jamur temasuk ke dalam makhluk hidup heterotof (memperoleh makanan dari organisme lainnya), dalam hal ini jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada di lingkungannya. Umumnya jamur hidup secara saprofit (hidup dengan menguai sampah oganik seperti bankai menjadi bahan anoganik). Ada juga jamur yang hidup secara parasit (memperoleh bahan organik dari inangnya), adapula yang hidup dengan simbiosis mutualisme (yaitu hidup dengan organisme lain agar sama-sama mendapatkan untung).

Menurut para ahli, jamur memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh tanaman. Salah satunya yaitu dinding sel jamur yang mengandung zat

(9)

kitin. Selain itu jamur juga memiliki ciri khas yang lain sobat. Adapun ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Struktur tubuh fungi terdiri atas uniseluler dan multiseluler. Fungi yang multiselur tersusun atas hifa yang membentuk anyaman yang dinamakan dengan miselium.

2. Hifa pada jamur terbagi atas dua ada yang bersekat dan yang tidak bersekat atau dinamakan dengan hifa coenositik.

3. Hifa berfungsi untuk mengabsorbsi nutrisi serta sebagai alat reproduksi vegetative berupa sporangium dan konidium.

4. Fungi tidak memiliki klorofil sehingga fungi tidak mampu membuat makanannya sendiri.

5. Bersifat heterotrof dengan menguraikan zat organic (saprofit), parasit obligat dan parasit fakultatif.

6. Dinding sel yang terbuat dari zat kitin

7. Umumnya habitat jamur pada tempat yang lembab.

8. Sistem pencernaan jamur bersifat ekstraseluler. Maksudnya jamur zat makanan diurai di luar tubuh menggunakan enzim yang ada pada jamur dan kemudian jamur mengabsorbsinya dalam bentuk zat yang sederhana.

9. Sistem reproduksi yang seksual dan aseksual.

10. Sel Jamur terdiri atas mitokondria, ribosom dan nucleus.

11. Istilah kapang (mold) menunjukkan jamur pada tahap reproduksi aseksual. Dimana jamur menghasilkan spora aseksual yang banyak. 12. Ragi atau khamir , biasanya digunakan pada jamur yang uniseluler. 13. Cendawan yaitu jamur yang sedang membentuk tubuh buah seperti

pada jamur merang.

Struktur tubuh fungi (jamur) adalah sebagai berikut:

1. Struktur tubuh fungi terdiri atas sel eukariotik yang tersusun oleh dinding sel yang mengandung zat kitin. Uniknya zat kitin pada jamur mirip dengan zat kitin pada kerangka luar athropoda sobat. Zat kitin ini tersusun atas polisakarida, sifatnya kuat dan fleksibel.

(10)

2. Benang-benang halus yang menyusun tubuh jamur disebut dengan hifa.

3. Hifa pada jamur dapat bercabang-cabang yang nantinya akan

membentuk jaringan yang disebut miselium.

4. Miselium ini yang akan membentuk jalinan hingga terbentuknya tubuh buah seperti pada jamur merang.

5. Selain itu, hifa pada jamur juga memiliki pembatas atau sekat antar sel yang disebut septa. Septa pada jamur memiliki pori yang cukup besar sehingga organel sel dapat mengalir dari sel ke sel lainnya.

6. Pada beberapa jenis jamur, hifa tidak memiliki sekat yang disebut dengan hifa asepta. Hifa ini merupakan massa sitoplasma yang panjang dan mengandung ratusan hingga ribuan nucleus yang disebut dengan hifa senositik. Inti sel yang jumlahnya banyak disebabkan pembelahan inti sel yang berulang tanpa disertai pembelahan sitoplasma.

7. Adapun hifa yang bercabang-cabang dan membentuk miselium

memungkinkan jamur mengabsorbsi nutrisi lebih banyak.

8. Jamur yang sifatnya parasitisme memiliki hifa yang termodifikasi yang dinamakan dengan haustorium.

9. Nah, haustorium ini memiliki ujung yang fungsinya menembus

jaringan host dan mengabsorbsi nutrisi dari host.

10. Adapun hifa pada sebagian miselium berdiferensiasi membentuk alat reproduksi yang fungsinya menghasilkan spora. Miselium ini dinamakan dengan miselium generative.

(11)

Gambar 3.1 Bagian-Bagian Jamur

Reproduksi pada jamur terdiri atas dua yaitu reproduksi secara generative (seksual) dan vegetative (aseksual).

1. Reproduksi Generatif (Seksual)

a. Biasanya jamur bereproduksi secara generative karena kondisi lingkungan yang berubah atau pada kondisi darurat lainnya. Keturunan yang dihasilkan memiliki genetic yang beragam dan lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan.

b. Reproduksi secara generative didahului dengan pembentukan spora seksual yang memiliki jenis hifa yang berbeda.

c. Hifa (+) dan hifa (-) yang berkromosom haploid (n) mendekat dan membentuk gametangium (organ yang menghasilkan gamet).

d. Gametangium berplasmogami yaitu peleburan sitoplasma dan

kemudian membentuk zigosporangium dikariotik (heterokarotik) dengan pasangan nucleus haploid yang belum bersatu. Zigosporangium ini memiliki dinding sel yang tebal dan kasar yang memungkinkan untuk bertahan pada kondisi lingkungan yang buruk dan kering.

e. Bila kondisi lingkungannya membaik, zigosporangium akan

menjadi kariogami (peleburan inti) sehingga zigosporangium memiliki inti yang berkromosom diploid (2n).

f. Zigosporangium yang berinti haploid (2n) akan mengalami

pembelahan secara mitosis yang menghasilkan zigospora haploid (n) didalam zigosporangium.

g. Zigospora haploid (n) akan berkecambah membentuk sporangium

bertangkai pendek dengan kromosom haploid (n).

h. Sporangium haploid (n) akan menghasilkan spora-spora yang haploid (n) yang memiliki keanekaragaman genetik.

i. Bila spora-spora haploid (n) jatuh di tempat yang sesuai, spora akan berkecambah (germinasi) menjadi hifa jamur yang haploid (n). Hifa

(12)

akan tumbuh membentuk jaringan miselium yang semuanya haploid (n).

2. Reproduksi Vegetatif (Aseksual)

a. Pada jamur yang uniseluler reproduksi vegetative dilakukan dengan pembentukan tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru. Pada jamur yang multiseluler dilakukan dengan cara fragmentasi hifa dan pembentukan spora vegetative.

b. Fragmentasi hifa (pemutusan hifa), potongan hifa yang putus tumbuh menjadi individu baru

c. Pembentukan spora vegetative yang berupa sporangiospora dan konidiospora.

d. Jamur yang telah dewasa menghasilkan spongiofor (tangkai kotak spora).

e. Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium (kotak spora). f. Di dalam kotak spora pembelahan sel dilakukan secara mitosis dan

menghasilkan banyak sporangiospora dengan kromosom yang haploid (n).

g. Adapun jamur jenis lain menghasilkan konidiofor (tangkai konidia). h. Pada ujung konidiofor terdapat konidium (kotak konidiospora). Di dalam konidium terjadi pembelahan sel secara mitosis yang menghasilkan banyak konidiospora dengan kromosom yang haploid (n).

i. Baik sporangiospora maupun konidiospora, bila jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid (n).

(13)

Gambar 3.2 Sistem Reproduksi Fungi

Jamur (fungi) diklasifikasikan ke dalam 4 divisi, diantaranya yaitu:

1. Divisi Zygomycota

Tubuh Zygomycota terdiri dari benang hifa yang bersekat melintang, ada pula yang tidak bersekat melintang. Hifa bercabang-cabang banyak dan dinding selnya mengandung kitin.

Contoh jamur ini adalah jamur yang tumbuh pada tempe, selain itu ada juga yang hidup secara saprofit pada roti, nasi, dan bahan makanan lainnya. Ada pula yang hidup secara parasit, misalnya penyebab penyakit busuk pada ular jalar.

Jamur Zygomycota berkembangbiak secara aseksual dengan spora. Beberapa hifa akan tumbuh ke atas dan ujungnya menggembung membentuk spoangium. Sporangium yang masuk berwarna hitam. Spoangium kemudian pecah dan spora tersebar, spora jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh membentuk benang baru.

Reproduksi secara seksual dilakukan sebagai berikut : dua hifa yakni hifa betina (hifa -) dan hifa jantan (hifa +) betemu, kemudian inti jantan dan inti betina melebu, terbentuk zigot yang

(14)

berdinding tebal. Zigot menghasilkan kota spora yang disebut zigosporangium dan sporanya disebut zygospora. Zygospora mengalamai dormansi (istirahat) selama 1-3 bulan. Setelah itu zigospora akan berkecambah membentuk hifa. Hifa jantan dan betina hanya istilah saja , dan disebut jantan, jika hifanya memberi isi sel, disebut betina kalau menerima isi sel.

Ciri-ciri divisi zygomycota adalah sebagai berikut:

a. Dinamakan zygomicota karena membentuk spora dengan dinding

tebal yang disebut dengan zigospora.

b. Berhabitat di darat, tanah atau pada sisa organisme yang telah mati.

c. Hidup sebagai saprofit (pengurai zat organic).

d. Memiliki miselium bercabang banyak dan tidak bersekat. e. Memiliki hifa senositik

f. Miselium memiliki tiga tipe hifa yaitu stolon, rizoid dan sporangiofor.

g. Bereproduksi secara seksual dan aseksual

Contoh zygomycota adalah sebagai berikut: a. Rhizophus stolonifer, Tumbuh pada roti b. Rhizophus oryzae, Jamur tempe

c. Rhizophus nigricans, Menghasilkan asam fumarat

(15)

Gambar 3.3 Zygomycota

2. Divisi Ascomycota

Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat menghasilkan spora askus (askospora), yaitu spora hasil repoduksi seksual, berjumlah 8 spora yang tersimpan di dalam kotak spoa. Kotak spora ini menyerupai kantong sehingga disebut askus, untuk mengetahui bentuk dan stuktu askus dibutuhkan pengamatan yang teliti.

Reproduksi secara seksual dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut. Hifa yang bercabang-cabang ada yang berdifensiasi membentuk alat reproduksi betina yang ukurannya menjadi lebih besar, yang disebut askogonium. Di dekatnya , dari ujung hifa lain terbentuk alat repoduksi jantan yang disebut anteridium berinti haploid (n kromosom). Dari askogonium tumbuh saluran yang menghubungkan antara askogonium dan anteridum. Saluran itu disebut trikogin. Melalui saluran trikogin inilah inti sel dari anteidium pindah dan masuk ke dalam askogonium. Selanjutnya, inti anteridium dan inti askogonium berpasangan. Setelah terbentuk pasangan inti, dari askogonium tumbuh beberapa hifa. Hifa ini disebut sebagai hifa askogonium . Nah inti yang berpasangan itu masuk ke dalam askogonium ,kemudian membelah secara mitosis, namun tetap saja berpasangan. Setelah memasuki inti hifa askogonium teus tumbuh, membentuk sekat melintang, dan bercabang-cabang banyak. Di ujung-ujung hifa askogonium ini terdapat dua int. Ujung hifainilah yang kelak akan membentuk askus. Cabang-cabang hifa itu dibungkus oleh miselium, bentuknya kompak,yang

(16)

mudah menjadi tubuh buah atau askokarp. Dua inti di dalam askus yang berasal dari ujung hifa itu membelah secara meiosis membentuk 8 buah spoa. Jadi, spoa tersebut terbentuk di dalam askus, karena itulah disebut spora askus. Spora askus dapat tersebar kemana-mana karena angin. Jika jatuh di tempat yang sesuai spora askus akan tumbuh menjadi benag hifa baru.

Selain reproduksi secara seksual, jamur ini juga melakukan perkembangbiakkan secara aseksual melalui pembentukan tunas, pembentukan konidia, fragmentas. Warna spora dan konidia bemacam-macam. Ada yang hitam,coklat, bahkan kebiruan, dan juga ada yang merah oranye. Ukuran tubuh Ascomycota ada yang mikroskopis (satu sel), ada yang makroskopis (dapat dilihat dengan mata). Golongan jamur ini ada yang hidup saprofit, parasit dan ada pula yang bersimbiosis.

Ciri-ciri divisi ascomycota adalah sebagai berikut: a. Menghasilkan askospora pada reproduksi generative b. Memiliki talus uniseluler dan multiseluler

c. Memiliki hifa yang bersepta dan tiap septa memiliki satu inti d. Dinding hifa diperkuat dengan selulosa dan bersifat heterokaritik e. Reproduksi vegetative dengan memperbanyak konidia, spora,

tunas dan fragmentasi

f. Reproduksi generative dengan konjugasi yang digunakan untuk membentuk askospora di dalam askus. Askus biasanya dibentuk dalam tubuh buah dinamakan askokarp (askoma).

Contoh ascomycota adalah sebagai berikut:

a. Sacharomyces cereviceae (ragi/khamir), untuk pembuatan roti sehingga roti dapat mengembang, dan mengubah glukosa menjadi alkohol (pada pembuatan tape).

b. Penicilium : Penicillium chrysogenum, untuk pembuatan

antibiotik penisilin. Penicillium notatum, untuk pembuatan antibiotik penisilin. Penicillium notatum, untuk menambah cita

(17)

rasa (pembuatan keju) Penicillium camemberti, untuk menambah cita rasa (pembuatan keju)

c. Aspergilus : Aspergillus wentii, untuk Pembuatan kecap dan Tauco. Aspergillus niger, untuk Menghilangkan O2 pada sari buah. Aspergillus flavus, menghasilkan racun Aflatoksin yang menyebabkan kanker hati (hepatitis)

d. Aspergillus fumigatus, penyebab Penyakit paru-paru pada aves e. Neurospora sitophilla, untuk pembuatan oncom.

f. Neurospora crassa, untuk pembuatan oncom dan penelitian genetika, karena daur hidup seksualnya hanya sebentar.

g. Candida albicans, bersifat parasit, menyebabkan penyakit pada vagina

Gambar 3.4 Ascomycota 3. Divisi Basidiomycota

Jamur Basidiomycota umumnya merupakan jamur

makroskopik, dapat dilihat dengan mata karena ukuannya yang besar. Pada musim penghujan dapat kita temukan pada pohon, misalnya jamur kuping, jamur pohon, atau di tanah yang banyak mengandung bahan oganik, misalnya jamur barat.

Bentuk tubuh buahnya kebanyakan mirip payung misalnya pada jamur merang yang kalian amati. Basidiomycota ada yang dibudayakan

(18)

misalnya jamur merang, jamur tiram, jamur shiltake, dan lainnya, jamur-jamur tersebut merupakan makan yang bergizi tinggi.

Hifa Basidiomycota memiliki sekat melintang, berinti satu (monokaiotik) atau dua (dikariotik). Miseliumnya berada pada substrat. Dari hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah berbentuk payung atau bentuk lain yang menjulang di atas substrat. Bagian tubuh buah inilah yang enak dimakan. Tubuh buah atau basidiokarp merupakan tempat tumbuhnya basidium. Setiap basidium menghasilkan 4 spora basidum.

Ciri-ciri basidiomycota adalah sebagai berikut: a. Hifanya bersekat, mengandung inti haploid.

b. Mempunyai tubuh buah yang bentuknya seperti payung yang terdiri dari bagian batang dan tudung. Pada bagian bawah tudung tampak adanya lembaran-lembaran (bilah) yang merupakan tempat terbentuknya basidium. Tubuh buah disebut basidiokarp. c. Ada yang brsifat parasit, saprofit, dan ada yang bersimbiosis

dengan ganggang hijau dan ganggang biru membentuk lumut kerak.

d. Reproduksi secara seksual (dengan askospora) dan aseksual (konidia).

Contoh basidiomycota adalah sebagai berikut: a. Volvariela volvacea (jamur merang)

b. Auricularia polytricha (jamur kuping) c. Pleurotus sp (jamur tiram)

d. Polyporus giganteus (jamur papan)

e. Amanita phaloides hidup pada kotoran ternak dan menghasilkan racun yang mematikan

f. Puccinia graminis (jamur karat) parasit pada tumbuhan graminae (jagung)

g. Ustilago maydis parasit pada tanaman jagung

(19)

i. Jamur Shitake

Gambar 3.5 Basidiomycota 4. Divisi Deutromycota

Sering dikenal sebagai fungi imperfecti (jamur yang tak sebenarnya), karena belum diketahui perkembangbiakannya secara seksual

Ciri-ciri Deuteromycota adalah sebagai berikut: a. Hifa bersekat, tubuh berukuran mikroskopis

b. Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah

c. Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum

diketahui.

d. Banyak yang bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada hewan-hewan ternak, manusia, dan tanaman budidaya

Contoh Deuteromycota

a. Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.

b. Epidermophyton, Microsporum, penyebab penyakit kurap.

c. Melazasia fur-fur, penyebab panu.

d. Altenaria Sp. hidup pada tanaman kentang. e. Fusarium, hidup pada tanaman tomat.

f. Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala (Hadi,

(20)

Rhizopus stolonifer merupakan salah satu dari jenis jamur Zygomycotina. Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor). Berikut adalah gambar dari Rhizopus Stolonifer :

Gambar 3.6 Struktur tubuh Rhizopus stolonifer

Gambar 3.7 Rhizopus stolonifer

(21)

Kingdom : Fungi Phylum : Zygomycota Class : Zygomycota Ordo : Mucorales Familia : Mucoraceae Genus : Rhizopus

Species : Rhizopus stolonifer

Rhizopus Stolonifer mempunyai beberapa karakteristik diantaranya yaitu : dapat tumbuh pada suhu 5oC – 37oC, tetapi pertumbuhan optimumnya yaitu pada suhu 25oC. AW berkisar pada 0,93 tetapi di laboratorium telah terjadi pertumbuhan pada MY50G agar mudah (0,89 aw) seperti beberapa lainnya mucorales, R.stolonifer dapat tumbuh di bawah kondisi anaerobik.

Rhizophus Stolonifer, yang biasanya ditemukan pada roti, dan juga

bisa ditemukan di air. Rhizophus Stolonifer termasuk dalam

kelas Zygomycota yang dikenal sebagai jamur zigospora (bentuk spora berdinding tebal). Ciri-ciri dari jamur yang masuk kedalam kelas ini adalah :

1. Hifa tidak bersekat dan bersifat koenositik 2. Dinding sel tersusun dari kitin

3. Reproduksi aseksual dan seksual

4. Hifa berfungsi untuk menyerap makanan, disebut rhizoid (akar semu) Pada tahun 2006, sebuah penelitian menemukan bahwa spora Rhozopus stolonifer muncul pada 2,9 persen dari sampel air yang diamati. Kadarnya cukup rendah jika dibanding kadar keamanan E. coli. Jamur ini diyakini melepaskan racun yang berbahaya bagi manusia, namun jika konsentrasinya tinggi.

Rhizopus Stolonifer dapat hidup / tumbuh pada roti atau buah-buahan lunak. Dalam hal ini Rhizopus Stolonifer terutama banyak dijumpai pada roti dan menyebabkan kerusakan pada roti tersebut. Hal tersebut dikarenakan spora tersebut berada pada udara, tanah ataupun diri kita, yang

(22)

kemudian apabila jatuh pada roti maka spora tersebut akan tumbuh dengan sangat cepat.

Rhizopus stolonifer dikenal sebagai jamur hitam pada roti (black bread mold). Merupakan salah satu jamur yang menyebabkan busuk pada bahan makanan buah dan sayuran dan sering disebut juga Rhizopus nigricans . Kelompok jamur ini memiliki sifat heterotrof, non-motile , berserabut , hidup dari bahan organik . Tersebar di seluruh dunia, sebagian besar saprofit pada roti , acar , keju , makanan basah , kulit , buah-buahan dan sayuran. Aspergillus fumigatus clavatus bersifat patogen terhadap produk pertanian seperti pada tanaman gandum , terutama jagung , yang dapat mensintesis mycotoxins , termasuk aflatoxin. Rhizopus stolonifer adalah spesies jamur yang hidup dengan memanfaatkan gula atau pati sebagai sumber karbon. Dalam beberapa kasus dapat meyebabkan infeksi pada manusia. Buah matang biasanya paling rentan terhadap R.stolonifer karena kandungan airnya tinggi. R. stolonifer merupakan agen penyakit tanaman yang mampu merusak bahan organik melalui dekomposisi. Sporanya dapat ditemukan di udara dan tumbuh cepat pada suhu antara 15 dan 30 derajat celcius.

Organisme ini menyebabkan cetakan roti menjadi hitam dengan membentuk permukaan halus dari roti yang lembab menggembung ke angkasa. Miselium dari R.stolonifera adalah yang terdiri atas tiga jenis haploid yang berbeda hyphae. Bagian terbesar dari miselium terdiri dari dengan cepat bertumbuh hyphae yang bersifat senositik (multinucleate) dan takbersekat (tidak yang dibagi oleh dinding lintang ke dalam sel-sel atau kompartemen-kompartemen). Dari ini semua, cincin busur hyphae "geragih-geragih" dibentuk. Geragih-geragih dari rizoid-rizoid di mana saja ujung-ujung mereka berhubungan substrat. Sporangia membentuk di ujung sporangiofor-sporangiofor, yang bersifat cabang lurus membentuk secara langsung di atas rizoid-rizoid. Masing-masing sporangium mulai sebagai suatu bengkak ke dalam dimana sejumlah nucleus mengalirkan, dan itu adalah pada akhirnya dikerat dari sporangiofor-sporangiofor oleh

(23)

pembentukan suatu sekat. Protoplasma di dalam dibelah, dan suatu dinding sel dibentuk di sekitar masing-masing spora. Sporangium menjadi hitam karena mendewasakan, memberi warna karakteristik cetakan nya. Masing-masing spora, ketika dibebaskan, dapat berkecambah untuk menghasilkan suatu miselium yang baru.

Reproduksi seksual terjadi hanya antara tegangan kawin yang berbeda, yang biasanya berlabel + dan -. Meski tegangan yang kawin secara analisis yang tak dapat dibedakan, mereka sering ditunjukkan dalam hidup diagram siklus sebagai bendera yang berbeda. Ketika tegangan keduanya di dalamsudah dekat, menghasilkan hormone-hormon yang menyebabkan ujung hyphal memasang bersama-sama dan mengembangkan ke dalam gametangia, yang menjadi terpisah dari sisa tubuh fungal oleh pembentukan septa. Tembok kota antara keduanya menyentuh dan memecahkan gametangia, dan kedua protoplas-protoplas multinucleate datang berkumpul. + dan - nucleus bergabung untuk membentuk suatu zigospora yang muda dengan beberapa nucleus diploid. Zigospora lalu mengembangkan suatu tebal, mantel hitam keras dan menjadi tidur, sering kali untuk beberapa bulan-bulan. Meiosis terjadi pada waktu perkecambahan. Zigospora membuka dan menghasilkan suatu sporangium yang serupa menghasilkan sporangium dengan tidak berkelamin, dan daur hidup mulai kembali lagi. Berikut adalah gambar dari perkembangbiakan dari Rhizopus Stolonifer.

(24)

Gambar 3.8 Siklus reproduksi R. Stolonifer

Uji luncuran yang disiapkan dari Rhizopus stolonifera sporangia, mencatat pembedaan mycelia di dalam geragih-geragih, rizoid-rizoid, dan sporangiofor-sporangiofor, sporangia dengan kolumela dan aplanospores (spora-spora tidak motil). Juga menguji material yang dipelihara dan luncuran yang disiapkan dari Rhizopus stolonifera reproduksi seksual, mencatat berbagai langkah-langkah dari formasi zigospora (Dedi Natawijaya dkk, 2015).

D. Alat dan Bahan 1. Alat

a. Mikroskop 1 buah

b. Gelas Kimia 1 buah

c. Pipet Tetes 1 buah

d. Kaca Preparat 1 buah

e. Cover Glass 1 buah

f. Pulpen 1 buah

g. Penggaris 1 buah

h. Cutter 1 buah

(25)

j. Drawing Pen 1 buah 2. Bahan

a. Jamur Roti 1 potong

b. Kertas 2 lembar

E. Langkah Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Mengisi air ke dalam gelas kimia

3. Mengambil jamur yang ada pada roti menggunakan cutter 4. Meletakkan jamur pada kaca preparat

5. Meneteskan air ke jamur yang telah diletakkan di kaca preparat menggunakan pipet tetes

6. Menutup jamur pada kaca preparat menggunakan cover glass

7. Meletakkan kaca preparat pada mikroskop

8. Menjepit kaca preparat menggunakan penjepit kaca preparat pada mikroskop

9. Mengatur pencahayaan pada mikroskop

10. Mengatur fokus pada mikroskop 11. Mengamati jamur roti

12. Mengambil gambar hasil pengamatan pada mikroskop menggunakan handphone

13. Menggambar hasil pengamatan yang telah difoto 14. Mewarnai gambar hasil pengamatan

15. Memberikan keterangan pada struktur lapisan jamur roti

16. Menuliskan struktur, klasifikasi ilmiah, ciri-ciri, kerugian, persebaran dan habitat jamur roti.

(26)

F. Hasil Pengamatan

1. Struktur Lapisan Jamur Roti

Gambar 3.9 Jamur roti diamati dengan mikroskop 2. Klasifikasi Kingdom : Fungi Filum : Zygomycota Kelas : Zygomycota Ordo : Mucorales Familia : Mucoraceae Genus : Rhizopus

Spesies : Rhizopus stolonifer 3. Ciri-ciri

a. Berbentuk seperti benang

b. Tumbuh pada roti

c. Berwarna kehijauan hingga kehitaman

4. Habitat dan persebaran

a. Dapat tumbuh pada suhu 5 derajat sampai 37 derajat celcius, namun pertumbuhan optimum pada suhu 25 derajat celcius. b. Dapat tumbuh dibawah kondisi anaerobik.

(27)

5. Kerugian

Rhizopus stolonifer dapat tumbuh pada roti dan menyebabkan kerusakan pada roti tersebut. Organisme ini menyebabkan cetakan roti menjadi hitam.

G. Pembahasan

Berdasarkan pengamatan terhadap Rhizopus stolonifer, dapat diketahui bahwa jamur roti merupakan jamur yang berbentuk benang (hifa) berwarna kehijauan sampai hitam, dan hidup pada roti. Sehingga menyebabkan kerusakan pada roti yang menyebabkan cetakan roti menjadi berwarna hitam. Hal ini sejalan dengan landasan teori yang dikemukakan

oleh Dedi Natawijaya dkk, yang menyatakan bahwa Rhizophus

Stolonifer, yang biasanya ditemukan pada roti, dan juga bisa ditemukan di

air. Rhizophus Stolonifer termasuk dalam kelas Zygomycota yang dikenal sebagai jamur zigospora (bentuk spora berdinding tebal). Ciri-ciri dari jamur yang masuk kedalam kelas ini yaitu hifa tidak bersekat dan bersifat koenositik, dinding sel tersusun dari kitin, reproduksi aseksual dan seksual, dan hifa berfungsi untuk menyerap makanan, disebut rhizoid (akar semu).

Rhizopus Stolonifer dapat hidup / tumbuh pada roti atau buah-buahan lunak. Dalam hal ini Rhizopus Stolonifer terutama banyak dijumpai pada roti dan menyebabkan kerusakan pada roti tersebut. Hal tersebut dikarenakan spora tersebut berada pada udara, tanah ataupun diri kita, yang kemudian apabila jatuh pada roti maka spora tersebut akan tumbuh dengan sangat cepat. Organisme ini menyebabkan cetakan roti menjadi hitam dengan membentuk permukaan halus dari roti yang lembab menggembung ke angkasa.

Rhizopus stolonifer dapat hidup pada suhu 5 derajat sampai 37

derajat celcius, namun pertumbuhan optimum pada suhu 25 derajat celcius, dapat tumbuh dibawah kondisi anaerobik, serta pada roti atau buah-buahan lunak. Pengamatan ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Dedi Natawjaya dkk yang menyataka bahwa Rhizopus Stolonifer mempunyai beberapa karakteristik diantaranya yaitu : dapat tumbuh pada suhu 5oC –

(28)

37oC, tetapi pertumbuhan optimumnya yaitu pada suhu 25oC. AW berkisar pada 0,93 tetapi di laboratorium telah terjadi pertumbuhan pada MY50G agar mudah (0,89 aw) seperti beberapa lainnya mucorales, R.stolonifer dapat tumbuh di bawah kondisi anaerobik.

H. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dilihat dari ciri-ciri jamur roti maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jamur roti masuk kedalam kingdom fungi yang tergolong dalam divisi zygomycota.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pterydophyta . Dikases dari

http://www.edukasi.net./id/study/taksonomi tumbuhan rendah .html. pada hari Minggu tanggal 29 Oktober 2017 pukul 19.00 WIB.

Birsyam, Inge L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB. Campbell, dkk. 1999. Biologi edisi kelima jilid 2. Jakarta : Erlangga

Dedi Natawijaya, Adam Saepudin dan Dwi Pangesti. 2015. Uji Kecepatan Pertumbuhan Jamur Rhizopus stolonifer dan Aspergillus niger yang

Diinokulasikan pada Beberapa Jenis Buah lokal. Tasikmalaya: Jurnal

Siliwangi, Vol. 1. No.1. Nov. 2015 Seri Sains dan Teknologi Universitas Siliwangi

Hadi, Abdul. 2013. Pengertian dan Klasifikasi Fungi (Jamur).

http://www.softilmu.com/2013/12/pengertian-kingdom-fungi-jamur.html. Diakses pada Sabtu tanggal 28 Oktober 2017 pukul 22.43 WIB

Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Fisioloogi Tumbuhan Untuk daerah

Tropis. Jakarta: Gramedia

Suradinata, Tatang. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung : Angkasa

Tjitrosoepomo, gembong.2005. TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH

(Schizophyta. Thallophyta, Bryophyta. Pteridophyta). Yogyakarta : Gajah

mada university press.

Yudianto, A.S. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung : Tarsirp Zubaidah, siti. 2000. Jamur. Malang : Universitas Negeri Malang.

Gambar

Gambar 3.2 Sistem Reproduksi Fungi
Gambar 3.3 Zygomycota  2.  Divisi Ascomycota
Gambar 3.4 Ascomycota  3.  Divisi Basidiomycota
Gambar 3.5 Basidiomycota  4.  Divisi Deutromycota
+4

Referensi

Dokumen terkait