• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi zakat profesi di kalangan Pns dan Tni/Polri di Kecamatan Bahorok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi zakat profesi di kalangan Pns dan Tni/Polri di Kecamatan Bahorok"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

1

ABSTRAKSI

Implementasi Zakat Profesi Di Kalangan PNS Dan TNI/POLRI

Di Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Syafruddin N I M : 10 HUKI 1990 No. Alumni : PS.2121217 IPK : 3.48

Yudisium : Amat baik

Pembimbing : I. Prof. Dr. Nawir Yuslem, MA. II. Prof. Dr. Ahmad Qorib, MA.

Zakat profesi merupakan perkembangan kontemporer, yaitu disebabkan adanya profesi-profesi modern yang sangat mudah menghasilkan uang. Misalnya profesi dokter, konsultan, advokat, dosen, arsitek, dan sebagainya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan zakat profesi sesuai dengan Undang-Undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, serta faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan zakat profesi di kalangan golongan PNS dan TNI/POLRI di Kecamatan Bahorok.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil informan yang berasal dari PNS, Guru, TNI, POLRI di Kecamatan Bahorok, dengan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data dengan wawancara yang mendalam, observasi, serta studi dokumen.

Dalam penelitian ini temukan bahwa, pelaksanaan pengumpulan zakat profesi oleh Badan Amil Zakat (BAZ) Kecamatan Bahorok ternyata belum terlaksana sesuai dengan Undang-Undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Demikian juga dengan pelaksanaan zakat profesi oleh kalangan profesional di Kecamatan Bahorok, belum semua profesional melaksanakan zakat profesinya.

Rendahnya realisasi zakat profesi di kalangan profesional di Kecamatan Bahorok disebabkan oleh beberapa faktor penghambat, diantaranya adalah: kurangnya pemahaman terhadap hukum zakat profesi, rendahnya kesadaran para profesional dalam menjalankan hukum zakat profesi, kurangnya sosialisasi tentang Undang-Undang zakat dan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang zakat penghasilan.

(2)

2 ABSTRACT

N a m e : Syafruddin

Reg. Numb. : 10 HUKI 1990

Thesis Title : The Implementation of Zakat Profession Among Civil

Servants, Military and Police in Bahorok district Langkat

Zakat profession is a contemporary development, which is due to the modern professions that are very easy to make money. For example, the profession of medicine, consultants, lawyers, professors, architects, and so forth.

This study aims to determine the implementation of zakat profession in accordance with Law No 38 of 1999 on the management of zakat, as well as factors that hinder the implementation of zakat profession among civil servants, military and police in the District of Bahorok.

(3)

3

The research was carried on by taking informants from civil servants, teachers, military, police in the District of Bahorok, with a qualitative approach and collecting data and in-depth interviews, observation, and study the document.

This study found that, the implementation of collecting zakat profession by Badan Amil Zakat (BAZ) Bahorok district was not ap propriate with Law number 38 year 1999 concerning the management of zakat. Likewise, the implementation of zakat profession by civil servants, military and police in the District of Bahorok, not all of the civil servants, teachers, military, police, conduct his zakat profession.

Low realization of zakat profession among civil servants, military and police in the District of Bahorok due to some inhibiting factors, they are: lack of understanding of zakat profession law profession, lack of awareness among civil servants, military and police in carrying out zakat profession law, lack of socialization on zakat law and fatwa Indonesian Ulama Council (MUI ) of the zakat income.

لاا

اـصـتـح

ر

مــسلاا

:

نيدلاورفش

ةرـمـن

دـيـقلا

:

10 HUKI 1990

عوـضوـمـلا

:

ةاكزلا ةنهملا ذيفنت لوح

نيب

ةيندملا ةمدخلا يفظوم

ةيركسعلاو

و

ةطرشلا

كوروهاب ةعطاقم ىف

لـﭭـ

تك

زلا

اك

ة

يه يتلا ةثيدحلا نهملا ىلا عجري يذلاو ،ةرصاعملا ةيمنتلا ةنهم يه

لاملا بسكل ادج ةلهس

.

نيراشتسملا نم بطلا ةنهمو ،لاثملا ليبس ىلع

اذكهو ،نييرامعملا نيسدنهملاو تاعماجلا ةذتاسأو نيماحملاو

.

مقر نوناقللاقفو ةاكزلا ةنهم ذيفنت ديدحتل ةساردلا هذه فدهت

83

ةنسل

9111

ب

نيب ةاكزلا ةنهم ذيفنت قيعت يتلا لماوعلا نع لاضف ،ةاكزلا ةرادإ نأش

كوروهاب ةعطاقم ىف ةينهملا تاعومجملا

.

ةمدخلا يفظوم نم ثحبلا ةنيع ذاختا قيرك نع ثوحب تيرجأ دقو

عمجو يعون قيرط نم ،كروهاب ةعطاقم ىف ةطرشلا لاجرو نييركسعلاو ةيندملا

قارملاو ،تلاباقملاو تانايبلا

ةقيثو ةساردو ،ةب

.

(4)

4

نكي مل كروهاب لماعلا اهادأ ةاكزلا عمج ذيفنت نأ نيبت ةساردلا هذه ىف

مقر نوناقلل اقفو يرجي

83

مع

9111

ةاكزلا ةرادإب قلعتي اميف

.

نإف ،لثملابو

ةئفلا نم لك سيل ،كروهاب ةعطاقم ىف نيصصختملا لبق نم ةاكزلا ةنهم ذيفنت

ةينهملا

.

ةاكزلا عمج ضافخنا نإ

ةيتلآا لماوعلا ببسب كروهاب نم ةقظنملا ىف نيينهملا نم

ذيفنت ىف نيينهملا نيب يعولا صقنو ،نيسنهملا ىلع ةاكزلا ةبجلزمهف مدع اهنم

يوتفو ةيريخلا تايعمجلل نوناق ىلع ةيعامتجلإا ةئشنتلا ةلق ،نوناقلا ةنهم ةيريخلا

ءاملعلا سلجم

(

MUI

)

نهملا ىلع ةاكزا ةبجاو نع يسنودنلإ

نيـي

(5)

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam syariat Islam, salah satu cara untuk mengatur, mendapatkan, dan memanfaatkan harta adalah melalui zakat. Zakat adalah merupakan rukun Islam yang ketiga, dan merupakan rukun yang terpenting setelah salat. Zakat merupakan ibadah yang berkaitan dengan harta benda, mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah

yang mengatur hubungan antara manusia dengan penciptanya dan

hablum minannas yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia. Sehingga dapat kita lihat banyak ayat-ayat Alquran dan Hadis menggandengkan perintah salat dengan perintah zakat.

Alquran menempatkan term zakat beriringan dengan term salat, disini Alquran memberikan gambaran adanya pengaruh timbal balik antara dua lembaga spiritual dan duniawi dalam masyarakat Islam dan perlambang terdapatnya kesatuan batin antara agama dan ilmu ekonomi, karena semangat moral mendasari lembaga zakat tidak terlepas dari sumber spritual abadi yakni salat.

Dalam kehidupan sosial hal ini sudah pasti akan berdampak positif dan mendatangkan manfaat dalam berbagai sektor kehidupan manusia seperti yang diungkapkan M.A Mannan, zakat akan menghapuskan kemiskinan, mencegah penumpukan kekayaan yang dapat membahayakan pemiliknya. Zakat dapat dijadikan sebagai poros dan pusat keuangan negara

(6)

11

Islam.1 Bila dijabarkan lebih lanjut begitu besar fungsi zakat yang tentunya

mendatangkan manfaat bagi kehidupan umat manusia, terutama umat Islam.

Dari berbagai ayat Alquran, tidak ada satupun yang menyebutkan secara pasti harta atau penghasilan yang terkena kewajiban zakat atasnya, walaupun penerima zakat dijelaskan secara rinci (QS.At-Taubah (9):60 2 ).

Mungkin dapat ditafsirkan bahwa penerima hak harus jelas, namun sumber yang diperoleh dari zakat dapat beragam sesuai dengan kondisi setempat dan perkembangan zaman.

Zakat profesi 3 (penghasilan) sebelum adanya Undang-Undang

Nomor 38 tahun 1999 4, merupakan mukht±laf di kalangan ulama dan

fuqaha. Hal ini dapat dipahami karena zakat jenis ini tidak secara jelas diterangkan dalam Alquran. Karena doktrin zakat masih dalam kontroversial dalam pemahaman tentang barang yang wajib dizakati.

Sedangkan zakat telah diperintahkan Allah SWT melalui wahyu kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW, yang berkaitan dengan konstelasi ekonomi umat dan berlaku sepanjang masa. Para ulama sepakat bahwa syariat diturunkan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, termasuk di dalamnya masalah zakat.5

Zakat penghasilan atau profesi adalah termasuk masalah ijtihadi,

yang telah dikaji dengan seksama menurut pandangan hukum syari’ah

1

M.A. Mannan, Islamic Economic Theory And Practice terj.Potan Harahap, Ekonomi Islam Teori dan Praktek (Jakarta: Internusa, 1992), h.256.

2Ayat tersebut yang artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang

fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk(memerdekan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah maha Mengetahui lagi Maha bijaksana(al-Taubah :60)

3

Profesi dari kata Profession yang artinya pekerjaan. Yang dimaksud dengan zakat profesi di sini ialah pekerjaan atau keahlian profesional tertentu.Untuk lebih jelas lagi lihat Yusuf al-Qardawi, Fiqh al-Zak±t ,terj, Salman Harun dkk, Hukum Zakat (Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 1999), hal. 490.

4

Pada UU RI Nomor 38 Tahun 1999, pasal 11 poin f, dinyatakan bahwa harta yang wajib dizakati adalah dari hasil pendapatan dan jasa. Oleh karena itu, setiap orang Islam yang mempunyai pekerjaan yang menghasilkan upah /gaji , pendapatan yang besar dan sudah mencapai nisab, maka wajib mengeluarkan zakat profesinya.

5 Abi Ishak Ibr±him ibn M-sa al-Lahimiyy³ al-Garn± al-Sy±tib³, al-Muw±faqat II ( Beirut : Dar al-Fikr,t.t.), h. 4.

(7)

12

dengan memperhatikan hikmah zakat dan dalil-dalil syar’i yang berkaitan dengan masalah zakat. Rasa-rasanya kurang adil apabila menetapkan seorang petani yang berpenghasilan mengetam padinya 15 kwintal diharuskan mengeluarkan zakatnya 10%, sedangkan orang-orang yang berpenghasilan sepuluh kali lipat dari petani karena profesinya tidak terkena zakat dengan alasan Nabi tidak mensyariatkannya. Bukankah Umar bin Khattab telah mengambil zakat atas binatang kuda yang tidak pernah dilakukan Rasulullah dan Abu Bakar 6 yang artinya: “Dari Umar

ra. Beliau menyatakan ada beberapa orang dari Syam menghadap kepada beliau lalu berkata:”kami berhasil mendapatkan harta rampasan yang banyak, kuda dan para tawanan. Kami ingin ada zakat yang mensucikan kami dalam harta rampasan ini. Umar berkata, yang demikian itu tidak pernah dilakukan dua rekan sebelumku, sehingga aku pun tidak berani melakukannya. Lalu dia bermusywarah dengan para sahabat, di antara mereka ada Ali bin Abi Thalib yang berkata, itu adalah hal yang baik, meskipun itu juga bukan merupakan jizyah yang kemungkinan akan diambil orang-orang sesudah engkau”. ( HR.Ahmad).

Pada dasarnya bentuk-bentuk usaha modern, volume yang besar, sumber yang luas itu merupakan sesuatu yang belum dikenal oleh ulama fikih klasik pada masa silam, karena pola kehidupan masyarakat pada masa itu masih bersumber pada agrarian, seperti tanam-tanaman, biji-bijian, tumbuh-tumbuhan, dan ternak. Di samping itu juga tidak dapat dipungkiri bahwa faktor sosial budaya mempunyai pengaruh penting dalam mewarnai produk-produk pemikiran hukum Islam dalam bentuk kitab fikih, peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, maupun fatwa-fatwa ulama.7

Sekarang telah terjadi pergeseran justeru penghasilan dari jasa atau usaha profesi saat ini jauh lebih besar dan terus berkembang dibanding dengan hasil pertanian. Apakah ini sudah selayaknya menjadi kajian

6

Asy-Syaukani, Nail al-Authar IV ( Beirut : Muassasah al-Risalah, 1994), h.184.

7 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah:Konstektualisasi Doktrin Politik Islam ( Jakarta : Gaya Media Pratama , 2001 ),h.49.

(8)

13

komperatif antara petani dengan kalangan profesi yang menghasilkan perbandingan tidak rasional, jika petani diwajibkan membayar zakat dengan hasil pertaniannya ( yang juga merupakan hasil analisis ijtihad baik analisis qiyas maupun istidlal ) sementara para pelaku jasa profesional tidak dikenai kewajiban zakat dari hasil usahanya, dengan argumentasi qiyas. Pada hal secara umum ada makna ayat yang menunjukan pada perintah kepada orang-orang yang beriman untuk menginfaqkan sebahagian dari hasil usahanya yang baik lagi halal sebagaimana firman Allah, QS. Al-Baqarah ayat 267 yang berbunyi :

ِضْرَْلْا َنِم ْمُكَل اَنْجَرْخَأ اَِّمَِو ْمُتْبَسَك اَم ِتاَبِّيَط ْنِم اوُقِفْنَأ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, infaqkanlah sebahagian dari

hasil usahamu yang baik-baik dan dari apa yang kamu keluarkan dari muka bumi..8

Tentunya persoalan ini menjadi agenda pembahasan yang berkepanjangan, apakah pembahasan zakat profesi dimasukan dalam

agenda pembahasan zakat. Para mufassirin yang dipandang

representative seperti Al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi.9 Ibn al-Arabi

dalam Ahkam Al-Quran,10 Al-Fairuzzabadi dalam Tanwir al-Miqbas min

Tafsir Ibn ‘Abbas 11 pada intinya sepakat memberikan penafsiran bahwa

katagori jenis harta yang wajib dizakatkan hanya berlaku pada kelompok jenis harta yang telah ditetapkan nash pada masa silam, sedangkan profesi merupakan suatu hal yang tidak diagendakan sebagai yang wajib dizakatkan.

Sayyid Qutub dalam Fi Zilal Al-Qur’an,12 Yusuf Al-Qardawi dalam

Fiqh Zakat menyimpulkan hasil usaha (profesi) wajib dikenakan zakat

8

Departemen Agama RI, Al-Jumanatul Ali Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:J-ART,2005), h. 67

9 Ahmad Musatafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi ( Beirut : Dar al-Fikr, 1974), jilid III , h. 31-34.

10 Ibn al-‘Arabi, Ahkam al-Qur’an ( Kairo : Isa al-Babi al-Halabi,1972),jilid I, h. 234-235.

11

Al-Fairuzzabadi, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn ‘Abbas ( Beirut: Dar al-Fikr,t.t), h. 31.

12Sayyid Qutub, Fi Zilal Al-Qur’an, ( Beirut : Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1997),jilid I, h. 455.

(9)

14

setelah mempertimbangkan hikmah dan maksud pembuat syariat mewajibkan zakat, dan memperhatikan kebutuhan Islam dan umatnya pada masa sekarang ini. Begitu juga hasil laporan suatu pertemuan yang diselenggarakan Liga Arab bulan Desember 1952 di Damaskus tetap menekankan hasil usaha profesi dibebankan untuk mengeluarkan zakat.13

Selain itu MA. Mannan juga menyatakan bahwa benda yang wajib dizakatkan tidak berubah dengan adanya perubahan keadaan karena dalam Islam pintu ijtihad tidak pernah tertutup.14

Kajian zakat profesi ini pun tidak luput menjadi perhatian dan perbincangan yang serius dalam fikih Kontemporer Indonesia. Ini terlihat dari hasil keputusan fatwa dan metode analisis yang dikembangkan Fikih Kontemporer Indonesia seperti, NU, Muhammadiyah, Persis, Al-Washliyah, MUI maupun pengamat dan praktisi dari berbagai latar belakang disiplin ilmu yang berbeda disebabkan tendensi cultural yang sangat ditentukan oleh kondisi sebagai illat hukumnya. Dengan demikian kewajiban, nisab, haul, dan persentase zakatnya tidak terlepas dari illat hukumnya.

Berbeda dengan sumber pendapatan dari pertanian, peternakan dan perdagangan, sumber pendapatan dari profesi tidak banyak dikenal di masa generasi terdahulu. Oleh karena itu pembahasan mengenai tipe zakat profesi tidak dapat dijumpai dengan tingkat kedetilan yang setara dengan tipe zakat yang lain. Namun bukan berarti pendapatan dari hasil profesi terbebas dari zakat, karena zakat secara hakikatnya adalah pungutan terhadap kekayaan golongan yang memiliki kelebihan harta untuk diberikan kepada golongan yang membutuhkan.

Dalam prakteknya, zakat profesi masih mengundang pro dan kontra di tengah masyarakat. Adanya perbedaan pandangan di kalangan ulama telah menyebabkan zakat profesi masih belum sepenuhnya terlaksana bagi golongan profesional. Namun jika kita merujuk kepada

13

Mannan, Islamic Economic , h. 67. 14

(10)

15

Undang-Undang RI No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, di dalam pasal 11 poin f, menyatakan bahwa harta yang wajib dizakati adalah hasil pendapatan dan jasa, sehingga setiap orang Islam yang mempunyai pekerjaan dan menghasilkan uang yang besar sebagai upah/gaji, atau atas jasanya tentu termasuk dalam katagori dalam pasal ini. Sehingga bagi umat Islam di kalangan golongan profesional sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak mengeluarkan zakat dari hasil pendapatannya.

Di Kecamatan Bahorok, terdapat golongan profesional yang terdiri dari berbagai jenis profesinya. Ada yang berprofesi sebagai Guru, PNS, TNI/POLRI, Pegawai swasta, Tenaga Medis, Pramuwisata dan lainya. Berdasarkan data yang ada lebih dari 1.000 orang tercatat dalam golongan profesional ini15. Di samping zakat fitrah dan zakat lainnya, potensi zakat

dari golongan ini sangat potensial. Dari para golongan profesional ini jika mereka mengeluarkan zakat profesinya, tentu akan menambah pemasukan yang cukup signifikan bagi pendapatan zakat. Jika dana zakat profesi ini bisa dikelola untuk kepentingan ummat, tentu akan dapat meningkatkan kesejahteraan ummat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis memandang bahwa persoalan zakat profesi ini adalah kajian yang menarik. Untuk itu penulis ingin lebih jauh melihat apakah di kalangan golongan profesional tersebut telah mengeluarkan zakat profesinya, atau tidak. Penulis juga ingin lebih jauh mengetahui tentang implementasi zakat profesi bagi golongan profesional tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa perlu untuk mengadakan sebuah penelitian tentang implementasi zakat profesi di Kecamatan Bahorok. Adapun judul penelitian ini adalah “Implementasi Zakat Profesi Di Kalangan PNS Dan TNI/POLRI Di Kecamatan BahorokKabupaten Langkat”.

B. Perumusan Masalah

(11)

16

Beranjak dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah-masalah yang menjadi fokus pembahasan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Implementasi Zakat Profesi di kalangan PNS dan TNI/POLRI di Kecamatan Bahorok?

2. Apakah faktor – faktor yang menghambat pelaksanaan Zakat Profesi di kalangan PNS dan TNI/POLRI di Kecamatan Bahorok ? C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari jawaban dari rumusan masalah sebelumnya. Untuk lebih jelasnya tujuan penelitian tersebut sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui, dan mengidentisifikasi bagaimana pelaksanaan Zakat Profesi di kalangan PNS dan TNI/POLRI di Kecamatan Bahorok.

2. Untuk mengetahui dan mengidentisifikasi faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan zakat profesi di kalangan PNS dan TNI/POLRI di Kecamatan Bahorok.

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Diharapkan dengan penelitian ini akan dapat memberikan manfaat :

1. Secara teoritis, sebagai bahan masukan bagi umat Islam khususnya bagi golongan profesional dalam upaya peningkatan kesadaran dan motivasi untuk mengeluarkan zakat profesinya. 2. Secara praktis, dapat memberikan gambaran yang lebih

kongkrit tentang pelaksanaan zakat profesi bagi golongan profesional di Kecamatan Bahorok, sehingga dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan penghasilan dari zakat, khususnya dari zakat profesi.

(12)

17

Untuk memudahkan penulisan tesis ini sehingga sistematis dalam materi bahasannya maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan meliputi latar belakang masalah yang mengungkap alasan-alasan mengapa topik ini menarik untuk diteliti. Selanjutnya penulis akan membuat rumusan masalah yang nantinya akan dijawab lewat penelitian ini. Kemudian penulis juga memaparkan tujuan penelitian serta manfaat dan kegunaan penelitian. Dan terakhir dijelaskan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan teoritis meliputi pengertian dan dasar hukum zakat, macam-macam zakat, pengertian zakat profesi, landasan hukum zakat profesi, bentuk profesi yang terkena zakat, nisab dan kadar zakat profesi.

BAB III Metode Penelitian yang meliputi ruang lingkup penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, tehnik pengumpulan data dan tehnik analisis data..

Bab IV Hasil Penelitian yang meliputi: gambaran umum lokasi penlitian, implementasi pengumpulan zakat, pelaksanaan zakat profesi di Kecamatan Bahorok, faktor-faktor yang mendukung/menghambat pelaksanaan zakat profesi di Kecamatan Bahorok.

(13)

18 BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN A. Mengenal Zakat Secara Umum

1. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat

Dalam Islam pembahasan tentang zakat secara terperinci dan sistematik dapat ditemukan dalam Alquran dan Hadis Nabi saw., sejak beberapa abad yang lalu. Zakat adalah salah satu rukun Islam, yang ditetapkan Allah swt. kepada hamba-Nya sebagai suatu ibadah dalam rangka manifestasi hablum minall±h di satu sisi dan mengandung nilai-nilai sosial yang sangat tinggi (hablum minann±s) di sisi lain. Sebagai syariat, zakat dikerjakan untuk menunjukan ketaatan dan kepatuhan muslim terhadap Sang Pencipta alam semesta, dan mekanisme pelaksanaanya pun sesuai dengan ketentuan dan petunjuk dari Rasulullah saw. Selain itu juga zakat sebagai ibadah sosial yang bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan kemiskinan umat.

Secara etimologis (bahasa), kata zakat berasal dari kata zakā yang artinya “tumbuh, berkah, bersih dan baik”.16 Menurut Lis±n al-Arāb arti dasar dari zakat, ditinjau dari sudut bahasa, adalah “suci, tumbuh, berkah, dan teruji”,17 semuanya digunakan di dalam Alquran dan Hadis. Dalam kitab Kifaŷātul Akhyār, disebutkan bahwa zakat menurut bahasa artinya

16

Ibrāhim Anis dkk., Mu’jām al-Wāsiţ I (Mesir: Dār al-Ma’ārif, 1972), h. 396.

17 Abī al-Fādhil Jāmal al-Dīn Muhammad ibn Mukrim Ibn Mundzir, Lisān al-Arāb, (Beirut: Dār Shādar, tt.), Jilid I, h. 90-91.

(14)

65

kesucian. Ada juga yang mengartikan peningkatan atau perkembangan (development).

Adapun pengertian zakat secara terminologi (istilah) telah direspon dengan beberapa pengertian, sebagaimana berikut ini. Dalam

Ensiklopedi Alquran disebutkan, menurut istilah hukum Islam, zakat itu maksudnya mengeluarkan sebagian harta, diberikan kepada yang berhak menerimanya, supaya harta yang tinggal menjadi bersih dari orang-orang yang memperoleh harta menjadi suci jiwa dan tingkah lakunya.20

Menurut Lis±n al-Ar±b arti dasar dari kata zakat, ditinjau dari sudut bahasa, adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji: semuanya digunakan di dalam Alquran dan hadis.

Zakat dari segi istilah fikih berarti “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak”

disamping berarti“mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri”.

Jumlah yang dikeluarkan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.21

Menurut Hammuddah Abdalati menyatakan: “The tehnical meaning of the word designates the annual amount in kind or coint which a Muslim with means must distribut among the rightfull

18

Imam Taqiyyuddīn Abū Bakar al-Husaini, Kifāyatul Akhyār (Semarang: Usaha Keluarga, tt.), Juz I, h. 172.

19 Hammudah Abdalati, Islam in Focus (Indiana: American Trust Publication, 1980), h.95

20

Fahruddin.HS., Ensiklopedi Alquran (Jakarta: Renika Cipta, 1992), h. 618.

21 M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat Studi Komparatif mengenai Status dan Filsafat Zakat berdasarkan Qur’an dan Hadist ( Jakarta, Lentera Antar Nusa , 2008), h. 34.

(15)

66

beneficiaries”.22 (Pengertian zakat secara tehnis adalah kewajiban seorang muslim menditribusikan secara benar dan bermanfaat, sejumlah uang atau barang).

Dalam kitab Fathūl Wahāb juga terdapat definisi zakat sebagai berikut:“Sesuatu nama dari harta atau badan yang dikeluarkan menurut syarat- syarat yang ditentukan”.23 Sedangkan Abū Bakar bin Muhammad al-Husainy mendefinisikan bahwa zakat adalah sama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu, yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.24

Syaīkh Muhammad al-Nawāwī dalam karyanya al-Majmū’ yang telah mengutip dari pengarang al-Hāwi menyebutkan “zakat adalah kata Arab yang sudah dikenal sebelum Islam dan lebih banyak dipakai dalam syair-syair daripada diterangkan”. Daud al-Zāhiri berkata. “kata itu tidak mempunyai asal usul kebahasaan, hanya dikenal melalui agama”. Pengarang al-Hāwi berkata, “pendapat itu sekalipun salah, tidak sedikit pengaruh positifnya terhadap hukum-hukum zakat.25

Semua pengertian zakat di atas adalah pengertian zakat dari kalangan Syāfi’īyah. Adapun pengertian zakat menurut mazhab Māliki adalah mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nisab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq-nya). Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian.

Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat dengan, “menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik orang

22 Hammudah Abdalati, Islam, h. 95.

23 Muhammad Zakaria al-Anshāri, Fathul Wahāb, (Beirut: Dār al-Fikr, tt.), h. 102. 24

Abi Bakar Muhammad al-Husainy, Kifāyatul, h. 172. 25

(16)

67

yang khusus, yang ditentukan oleh syari’at karena Allah”.26 Kata

“menjadikan sebagian harta sebagai milik” (tamlik) dalam definisi di atas dimaksudkan sebagai penghindaran dari kata ibahah (pembolehan).

Yang dimaksud dengan kata “sebagian harta” dalam pernyataan di atas ialah keluarnya manfaat (harta) dari orang yang memberikannya. Dengan demikian, jika seorang menyuruh orang lain untuk berdiam di rumahnya selama setahun dengan diniati sebagai zakat, hal itu belum bisa dianggap sebagai zakat.

Yang dimaksud dengan “bagian yang khusus” ialah kadar yang wajib dikeluarkan. Maksud “harta yang khusus” adalah nisab yang ditentukan oleh syariat. Maksud “orang yang khusus “ ialah para mustahik zakat. Yang dimaksud dengan “yang ditentukan oleh syari’at”

ialah seperempat puluh (2,5 %) dari nisab yang ditentukan, dan yang telah mencapai haul. Dengan ukuran seperti inilah zakat tathāwu’ dan zakat fitrah dikecualikan. Sedangkan yang dimaksud dengan pernyataan

“karena Allah Swt” adalah bahwa zakat itu dimaksudkan untuk mendapatkan ridha Allah.27

Sedang yang dimaksud dengan “waktu yang khusus” ialah sempurnanya kepemilikan selama satu tahun (haul), baik dalam binatang ternak, uang, maupun barang dagangan, yakni sewaktu dituainya biji-bijian, dipetiknya buah-buahan, dikumpulkan madu, atau digalinya barang tambang, yang semuanya wajib dizakati. Maksud lain dari “waktu yang khusus” ialah sewaktu terbenamnya matahari pada malam hari raya karena pada saat itu diwajibkan zakat fitrah.28

Menurut Didin Hafidhuddin, ditinjau dari segi bahasa zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barak±tu ”keberkahan”,

26

Wahbah al-Zuhāily, al-Fiqh al-Islami wa’ Adilātuhu III (Beirut: Dār al-Fikr, tt.), h. 1788.

27

Abdul Karim As-Salawy, Zakat Profesi dalam Perspektif Hukum dan Etik (Semarang: Tesis Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2001), h.15.

28 Ibid

(17)

68

nam± ”pertumbuhan dan perkembangan,” aṭṭaharatu, kesucian, dan

aṣ ṣalahu ”keberesan”. Sedangkan secara istilah yaitu bahwa zakat adalahbagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratantertentu pula.29

Dari beberapa defenisi di atas jelaslah bahwa kata zakat, menurut terminologi para fuqaha, dimaksudkan sebagai “penunaian”, yakni penunaian hak yang wajib yang terdapat dalam harta. Zakat juga dimaksudkan sebagai bagian harta tertentu dan yang diwajibkan oleh Allah untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Itulah zakat yang artinya peningkatan, pertumbuhan, karena ia mengantarkan kepada peningkatan kesejahteraan di dunia dan pertambahan pahala (śawab) di akhirat. Dan diartikan suci karena mensucikan pelakunya dari dosa-dosa.

Seseorang yang mengeluarkan zakat, berarti dia telah membersihkan diri, jiwa dan hartanya. Dia telah membersihkan jiwanya dari penyakit kikir (bakhil) dan membersihkan hartanya dari orang lain yang ada dalam hartanya itu. Orang yang berhak menerimanya pun akan bersih jiwanya dari penyakit dengki, iri hati terhadap orang mempunyai harta.

Dilihat dari satu segi, bila seseorang mengeluarkan zakat, berarti hartanya berkurang. Tetapi dilihat dari sudut pandang Islam, pahala bertambah dan harta yang masih ada juga membawa berkah. Di samping pahala bertambah, juga harta berkembang karena mendapat ridha dari Allah dan berkat panjatan doa dari fakir miskin, anak-anak yatim dan para mustahiq lainnya yang merasa disantuni dari zakat itu.

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres (baik).

29 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta : Gema Insani, 1998), h. 7.

(18)

69

Zakat wajib ini menurut Alquran juga disebut sedekah, sehingga sedekah itu adalah zakat dan zakat itu adalah sedekah, berbeda nama tapi sama artinya. Sedekah berasal dari kata şadaqa yang berarti benar. Orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya.

Menurut terminologi syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti luas, menyangkut hal yang bersifat non material. Hadis riwayat Imam Muslim dari Abu Żar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami isteri, dan melakukan kegiatan amar ma’ruf nahi munkar adalah sedekah.30

Zakat dinamakan sadaqah karena tindakan itu akan menunjukkan kebenaran (şidq) seorang hamba dalam beribadah dan melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Ada beberapa firman Allah yang menyebutkan bahwa sedekah sama dengan zakat diantaranya :

Di dalam surat At-Taubah(9) : 103

ْذُخ

ْمِهيِّكَزُ تَو ْمُهُرِّهَطُت ًةَقَدَص ْمِِلِاَوْمَأ ْنِم

ُهَّللاَو ْمَُلِ ٌنَكَس َكَت َلََص َّنِإ ْمِهْيَلَع ِّلَصَو اَِبِ

ٌميِلَع ٌعيَِسَ

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

30 ِّىِبَّنلا ِباَحْصَأ ْنِم اًساَن َّنَأ ٍّرَذ ىِبَأ ْنَع -ملسو هيلع للها ىلص - ِّىِبَّنلِل اوُلاَق ىلص ملسو هيلع للها ِهَّللا َلوُسَر اَي ِلاَوْمَأ ِلوُضُفِب َنوُقَّدَصَتَـيَو ُموُصَن اَمَك َنوُموُصَيَو ىِّلَصُن اَمَك َنوُّلَصُي ِروُجُلأاِب ِروُثُّدلا ُلْهَأ َبَهَذ ْمِه . َلاَق « ُهَّللا َلَعَج ْدَق َسْيَلَوَأ ةَحيِبْسَت ِّلُكِب َّنِإ َنوُقَّدَّصَت اَم ْمُكَل َقَدَص ِفوُرْعَمْلاِب ٌرْمَأَو ٌةَقَدَص ةَليِلْهَـت ِّلُكَو ٌةَقَدَص ةَديِمْحَت ِّلُكَو ٌةَقَدَص ةَريِبْكَت ِّلُكَو ًةَقَدَص ٌة ٌةَقَدَص ْمُكِدَحَأ ِعْضُب ىِفَو ٌةَقَدَص رَكْنُم ْنَع ٌىْهَـنَو ». ُهَتَوْهَش اَنُدَحَأ ىِتْأَيَأ ِهَّللا َلوُسَر اَي اوُلاَق َلاَق ٌرْجَأ اَهيِف ُهَل ُنوُكَيَو « ْمُتْـيَأَرَأ ٌرْجَأ ُهَل َناَك ِلَلاَحْلا ىِف اَهَعَضَو اَذِإ َكِلَذَكَف ٌرْزِو اَهيِف ِهْيَلَع َناَكَأ ماَرَح ىِف اَهَعَضَو ْوَل ( ملسوملا هوار . 6832 )

(19)

70

ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Mengetahui.31

Kemudian dalam Q.S. At-Taubah(9): 60

َينِلِماَعْلاَو ِينِكاَسَمْلاَو ِءاَرَقُفْلِل ُتاَقَدَّصلا اََّنَِّإ

َينِمِراَغْلاَو ِباَقِّرلا ِفَِو ْمُهُ بوُلُ ق ِةَفَّلَؤُمْلاَو اَهْ يَلَع

ٌميِكَح ٌميِلَع ُهَّللاَو ِهَّللا َنِم ًةَضيِرَف ِليِبَّسلا ِنْباَو ِهَّللا ِليِبَس ِفَِو

Artinya: ” Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang

fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.32

Semua ayat di atas adalah tentang zakat, tetapi diungkapkan dengan istilah sedekah. Namun ada juga kata infak yang dimaksudkan dengan zakat, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah(2): 267

اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

ِضْرَْلْا َنِم ْمُكَل اَنْجَرْخَأ اَِّمَِو ْمُتْبَسَك اَم ِتاَبِّيَط ْنِم اوُقِفْنَأ

اوُمَّمَيَ ت َلََو

ٌديَِحَ ٌِّنَِغ َهَّللا َّنَأ اوُمَلْعاَو ِهيِف اوُضِمْغُ ت ْنَأ َّلَِإ ِهيِذِخآِب ْمُتْسَلَو َنوُقِفْنُ ت ُهْنِم َثيِبَْلْا

(

ةرقبلا

762

)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.....33.

Ibnu Jarir al-Ţābary menafsirkan kata anfiqū pada ayat tersebut dengan zakka wa ta¡addaqū, artinya “hai orang-orang yang beriman,

31 Departemen Agama RI, Al-Jumanatul Ali Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:J-ART,2005), h.203.

32

Departemen Agama RI, Al-Jumanatul., h.196. 33

(20)

71

keluarkanlah zakat sebagaian dari hasil usahamu yang baik-baik, apakah itu itu hasil perdagangan atau kerajinan emas dan perak. Adapun yang dimaksud dengan kata al-Ţaỹibat, adalah al-jiyād. Dengan demikian maka tafsir dari ayat tersebut adalah “zakatilah harta-hartamu yang engkau peroleh dengan halal, dan berilah zakatmu berupa emas dan perak yang baik-baik (kadar karatnya tinggi), bukan yang rendah”.34

Al-Wāhidy juga menafsirkan kata anfiqū dengan zakat. Ia menerangkan asbāb al-nuzūl dari ayat ini di mana Nabi Muhammad Saw., memerintahkan kepada sahabatnya untuk mengeluarkan zakat fitrah dengan satu sha’ dari kurma.Kemudian datanglah seorang laki-laki dengan membayar zakat dari kurma yang jelek, akhirnya turunlah ayat tersebut.35

Kata infak kalau tidak mengandung arti zakat maka menurut terminologi syariat berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, infak tidak mengenal nisab. Infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi rendah, apakah ia di saat lapang maupun sempit (QS. Ali Imran: 134)36. Jika zakat harus diberikan kepada mustahik tertentu (8 asnaf),

maka infak boleh diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua orang tua, anak yatim dan sebagainya.37

Demikianlah Allah telah menjelaskan dalam beberapa firmannya dalam ayat suci Alquran tentang kewajiban mengeluarkan zakat, sehingga dengan demikian tidak ada lagi perbedaan pendapat di

34 Ibnu Jarir al-Ţābary, Jāmi’ al-Bayān‘an Ta’wīl Alquran III, (Beirut: Dār al-Fikr,1998), h. 80.

35

Abī al-Hasan al-Wāhidy, Asbāb al-Nuzūl (Mesir: Mustāfa Bāby al-Hālaby,1968), h. 48.

36

َنيِنِسْحُمْلا ُّبِحُي ُهَّللاَو ِساَّنلا ِنَع َنيِفاَعْلاَو َظْيَغْلا َنيِمِظاَكْلاَو ِءاَّرَّضلاَو ِءاَّرَّسلا يِف َنوُقِفْنُـي َنيِذَّلا . (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

37

(21)

72

kalangan ulama. Semua ulama telah sepakat bahwa zakat merupakan salah satu rukun Islam dan harta yang dikeluarkan itu sama sekali bukanlah untuk Allah, tetapi semata-mata hanya untuk mendekatkan diri kepada SWT, sebagai salah satu bantuan terhadap orang yang dianggap mampu untuk kepentingan umum, fakir, miskin, golongan tertentu atau dengan kata lain, diberikan kepada delapan golongan (A¡nafus samaniah). Zakat merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sosial. Dalam Alquran terdapat banyak sekali ayat tentang zakat yang bergandengan dengan ibadah salat. Diantara ayat-ayat yang menggandengkan perintah salat dengan zakat adalah dalam surat al-Baqarah ayat 43 (.

َينِعِكاَّرلا َعَم اوُعَكْراَو َةاَكَّزلا اوُتآَو َة َلََّصلا اوُميِقَأَو

),dalam surat al-Maidah ayat 55 (

َنوُعِكاَر ْمُهَو َةاَكَّزلا َنوُتْؤُ يَو َة َلََّصلا َنوُميِقُي َنيِذَّلا

....) di surat al-Mu’minun ayat 4 (

َنوُلِعاَف

ِةاَكَّزلِل ْمُه َنيِذَّلاَو

) dan lain sebagainya. Rasulullah saw., dalam berbagai penjelasan menerangkan bahwa itau al –zak±h itu adalah salah satu unsur dari kelima unsur pondasi Islam, bahkan di dalam ajaran fikih, masalah zakat ditempatkan pada kitab kedua dari ruh

al-’ib±dah.38 Dari itu ibadah zakat menjadi diketahui secara otomatis adanya

dan merupakan bagian terpenting dari ajaran Islam.

Dari sudut pandang filsafat, zakat merupakan salah satu sendi pokok ajaran Islam, bahkan zakat dan salat di jadikan oleh Alquran dan Hadis sebagai pelambang dari keseluruhan ajaran Islam. Misalnya dalam Q.S. at-Taubah / 9 : 11 berikut ini:

نيِّدلا ِفِ ْمُكُناَوْخِإَف َةاَكَّزلا اُوَ تآَو َة َلََّصلا اوُماَقَأَو اوُباَت ْنِإَف

Artinya: “ Apabila mereka (kaum Musyrikin bertaubat, mendirikan salat

dan menunaikan zakat, maka mereka adalah saudara-saudara

38

Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial: Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhuwah ( Bandung : Mizan , 1994 ), h. 231.

(22)

73

seagama”.39

Analisis ayat di atas adalah, pelaksanaan salat melambangkan baiknya hubungan seseorang dengan Khalik, sedangkan zakat adalah lambang harmonisasi hubungannya dengan sesama manusia.

Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta benda. Seseorang yang memiliki kelebihan dari kebutuhan hariannya dan telah memenuhi syarat dituntut untuk melaksanakannya, bahkan untuk mempermudah muzaki menyalurkan kewajibannya dan terarahnya pendistribusian zakat tersebut maka agama menetapkan ‘±mil³n atau petugas-petugas khusus yang mengelolanya, di samping menetapkan sanksi-sanksi kepada yang enggan membayarnya, demi terlaksananya zakat sesuai dengan petunjuk-petunjuk Ilahi.

2. Hikmah dan Tujuan Zakat

Hikmah zakat sesungguhnya penting dan banyak, baik terhadap seseorang maupun terhadap masyarakat umum. Selain itu terdapat juga beberapa tujuan dari pelaksanaan zakat . Diantara tujuan zakat antara lain yaitu:

a. Zakat menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan para pendosa dan pencuri. Nabi saw. bersabda :

”Peliharalah harta-harta kalian dengan zakat. obatilah orang-orang sakit kalian dengan sedekah. Dan persiapkanlah doa untuk menghadapi malapetaka” (HR. Abū Dāwud).40

b. Zakat merupakan pertolongan bagi orang fakir dan orang-orang yang sangat memerlukan bantuan. Zakat bisa membantu orang-orang yang lemah dan memberikan kekuatan serta kemampuan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Allah seperti ibadah, dan memperkokoh iman serta sebagai sarana untuk menuaikan kewajiban-kewajiban yang lain.41

39

Departemen Agama RI, Al-Jumanatul., h.188. 40 Jalalūddīn al-Suyūţi, al-Jāmi al-Şagīr I

(Asia: Syirkah al-Nūr, tt.), h. 148.

(23)

74

c. Zakat bertujuan menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil. Ia juga melatih seorang muslim untuk bersifat pemberi dan dermawan. Mereka dilatih untuk tidak menahan diri dari pengeluaran zakat, melainkan mereka dilatih untuk ikut andil dalam menunaikan kewajiban sosial, yakni kewajiban untuk mengangkat (kemakmuran) negara dengan cara memberikan harta kepada fakir miskin, ketika dibutuhkan atau dengan mempersiapkan tentara membendung musuh, atau menolong fakir miskin dengan kadar yang cukup.42

Berkaitan dengan pensucian jiwa dan kikir, Ahmad al-Jūrjawy menjelaskan dengan panjang lebar. Ia mengatakan bahwa jiwa seseorang cenderung kepada ketamakan atau punya sifat ingin memonopoli (menguasai) sesuatu secara sendirian. Seorang anak kecil menginginkan ibunya atau wanita penyusunya tidak menyusui anak yang lain. Apabila ia menyusui anak lain maka anak susuannya ia akan merasa sakit hati dan berusaha dengan sekuat tenaganya untuk menjauhkan yang lain dari ibu asuhnya walaupun dengan tangisnya sebagai tanda akan sakit hatinya. Hal yang serupa terjadi pada golongan hayawan, seekor anak sapi akan menanduk anak sapi yang apabila ia ikut menyusu induknya.43

Menurut Muhammad Syah, jika zakat dilakukan secara sadar maka akan menghasilkan dampak-dampak yang positif. Adapun dampak positif dari zakat tersebut adalah:44

1). Menciptakan ketenangan dan ketenteraman bukan hanya kepada penerimanya, tapi juga kepada pemberinya. Kedengkian dan iri hati dapat tumbuh dari seseorang yang hidup dalam kemiskinan dan kebutuhan pada saat ia melihat seseorang berada dalam kecukupan tanpa mengulurkan bantuan kepadanya. Kedengkian dan iri hati

42

Wahbah al-Zuhāily, al-Fiqh al-Islā m i w a ‘Adilātuhu III (Beirut: Dār al-Fikr, tt.), h. 1791.

43Ahmad al-Jūrjawy, Hikmat., h. 172.

44 Ismail Muhammad Syah, dkk., Filsafat Hukum Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), h. 188.

(24)

75

tersebut berkembang menjadi permusuhan, yang mengakibatkan keresahan bagi pemilik harta, timbulnya keretakan dan permusuhan timbal balik antara keduanya akan menimbulkan ketegangan dan kecemasan. Hal ini digambarkan dalam Alquran surah Muhammad/7 ayat 36-37 :

ٌوَْلَِو ٌبِعَل اَيْ نُّدلا ُةاَيَْلْا اََّنَِّإ

َلََو ْمُكَروُجُأ ْمُكِتْؤُ ي اوُقَّ تَ تَو اوُنِمْؤُ ت ْنِإَو

ْمُكَلاَوْمَأ ْمُكْلَأْسَي

ْضَأ ْجِرُْيَُو اوُلَخْبَ ت ْمُكِفْحُيَ ف اَهوُمُكْلَأْسَي ْنِإ

ْمُكَناَغ

Artinya: “Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan dia akan menampakkan

kedengkianmu”.45

2). Zakat mengembangkan harta benda, pengembangan tersebut dapat ditinjau dari segi spiritual keagamaan berdasarkan:

ِبِْرُ يَو اَبِّرلا ُهَّللا ُقَحَْيَ

ِتاَقَدَّصلا

ٍميِثَأ ٍراَّفَك َّلُك ُّبُِيُ َلَ ُهَّللاَو

.

46

Artinya : “ Allah memusnahkan riba dan menyuburkan

sedekah/zakat..dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa...”

Dan dapat pula berdasarkan tinjauan ekonomis psikologis, yakni dengan adanya ketenangan batin dan pemberi zakat ia akan lebih mengkonsentrasikan usaha dan pemikirannya untuk pengembangan hartanya, di samping mendorong terciptanya daya beli baru dan daya produksi bagi penerima-penerima zakat, (QS.ar-Rum/30 : 39).

ِهَّللا َدْنِع وُبْرَ ي َلََف ِساَّنلا ِلاَوْمَأ ِفِ َوُ بْرَ يِل اًبِر ْنِم ْمُتْيَ تآ اَمَو

َنوُديِرُت ٍةاَكَز ْنِم ْمُتْيَ تآ اَمَو

َنوُفِعْضُمْلا ُمُه َكِئَلوُأَف ِهَّللا َهْجَو

45 Departemen Agama RI, Al-Jumanatul., h.510.

(25)

76

Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.47

3). Mengikis sifat-sifat kekikiran di dalam jiwa seseorang, serta melatihnya untuk memiliki sifat kedermawanan dan mengantarnya untuk mensyukuri nikmat Allah sehingga pada akhirnya ia dapat mensucikan dirinya dan mengembangkan kepribadiannya.

ْمِهيِّكَزُ تَو ْمُهُرِّهَطُت ًةَقَدَص ْمِِلِاَوْمَأ ْنِم ْذُخ

ُهَّللاَو ْمَُلِ ٌنَكَس َكَت َلََص َّنِإ ْمِهْيَلَع ِّلَصَو اَِبِ

ٌميِلَع ٌعيَِسَ

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat

itu kamu membersihkan dan mensucikan (jiwa/harta) mereka, dan mendoalah untuk mereka. sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Mengetahui.”.48

Selain itu bagi orang yang kikir (tidak mau berzakat) mendapat sanksi yang sangat berat. Dalam Alquran Allah berfirman:

ْمَُلِ ٌّرَش َوُه ْلَب ْمَُلِ اًرْ يَخ َوُه ِهِلْضَف ْنِم ُهَّللا ُمُهاَتآ اَِبِ َنوُلَخْبَ ي َنيِذَّلا ََّبََسَْيُ َلََو

َنوُلَمْعَ ت اَِبِ ُهَّللاَو ِضْرَْلْاَو ِتاَواَمَّسلا ُثاَيرِم ِهَّلِلَو ِةَماَيِقْلا َمْوَ ي ِهِب اوُلَِبَ اَم َنوُقَّوَطُيَس

ٌيرِبَخ

Artinya : “ Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan

apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (dilehernya) pada hari kiamat. Milik Allahlah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Maha teliti

47Ibid, h. 408.

48

(26)

77

terhadap apa yang kamu kerjakan.”49

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki sifat kikir (termasuk tidak mau berzakat) terhadap harta yang dimilikinya maka Allah swt. Akan memberikan azab berupa dikalungkannya harta tersebut pada leher sikikir sehingga membelitnya di hari kiamat.

Dapat disimpulkan bahwa penunaian zakat ternyata mencakup sekian banyak aspek, yaitu :

a).Aspek Ekonomi dan Keuangan

Zakat diwajibkan kepada setiap orang dalam bentuk zakat fitrah dan kepada orang-orang tertentu dalam bentuk zakat harta yang berkembang (setelah memenuhi syarat-syarat). Hasil pengumpulan zakat tersebut, merupakan sumber keuangan bagi negara untuk digunakan bagi kepentingan umum dan anggota masyarakat. Di samping itu, zakat mengantarkan kepada pengembangan harta serta dapat menciptakan daya beli dan daya produksi baru bagi masyarakat, dengan terbukanya lapangan kerja baru.

b). Aspek Sosial

Zakat digunakan bagi kepentingan umum dalam menanggulangi problem-problem sosial, bencana-bencana serta membantu sekian banyak kelompok yang membutuhkannya.

c). Aspek Politik

Zakat pada dasarnya dikumpulkan dan dibagikan oleh penguasa (negara) melalui al-±mil³na ‘alaiha (badan atau petugas-petugas khusus yang diangkat untuk tujuan pengelolaan zakat). Pembagiannya antara lain diberikan kepada orang-orang yang dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas keamanan. Mereka itu adalah bagian dari kelompok Al-Muallafah Qul-buhum (orang-orang yang ditarik simpatinya).

d). Aspek Etika

(27)

78

Zakat bertujuan untuk memupuk persaudaraan serta

membersihkan jiwa dari pengaruh kekikiran, iri hati, kedengkian dan mengembangkan sifat-sifat terpuji dalam jiwa pemberinya.

e). Aspek Spiritual Keagamaan

Zakat adalah ibadah, salah satu bukti sangat nyata tentang aspek ini adalah kewajiban untuk menunaikan sesuai dengan kadar-kadar yang telah ditentukan oleh agama, kadar tertentu yang tidak dapat ditambah atau dikurangi (selama ia dinamai zakat), walaupun dengan dalih pertimbangan maq±¡id al-syar³’ah wa al-masl±hat (tujuan syariat dan kemaslahatan umum) karena sebagaimana kaidah yang disepakati ulama dan yang dikemukakan oleh al-Syatibi dalam al-Muwafaqat.50

اهيف دجو اذا

(

تادابعلا

)

او ميلستلا نم دب لَف دبعتلا

صوصنلا عم فوق ول

Artinya : Apabila ditemukan dalam ketetapan agama yang bersifat

kemasyarakatan, segi-segi ta’abud maka segi-segi tersebut

harus diterima sebagaimana adanya dalam nash tersebut.

Dari paparan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan dan hikmah diturunkannya ayat zakat yang sangat urgen adalah untuk menyelesaikan kesenjangan ekonomi. Ia juga bisa merealisasikan sifat gotong royong dan tanggung jawab sosial di kalangan masyarakat Islam.

Alwi Shihab memprediksikan apabila hukum zakat bisa terlaksana dengan baik di Indonesia, dengan indahnya beliau bertutur:

“Kalau saja umat Islam Indonesia dapat menghayati prinsip dasar keadilan dalam Islam dengan melaksanakan kewajiban zakat, niscaya upaya kita untuk mengentaskan kemiskinan di tanah air bukan hal yang sangat sulit tercapai. Jika ada suatu badan yang tidak diragukan integeritas kerjanya dalam pengumpulan, penyaluran, dan pengelolaan zakat secara efesien, maka jumlah 27,2 juta jiwa yang hidup di bawah garis kemiskinan dapat diangkat derajat hidupnya dalam waktu yang tidak lama. Kemiskinan yang masih merupakan kepedulian bangsa merupakan tantangan hebat khususnya bagi umat Islam Indonesia yang berdasarkan statistik terakhir menunjukkan angka 87 % dari penduduk Indonesia.

50

Abu Ishak al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Usul al-Syari’ah (Mesir: Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, 1975), h. 191.194.

(28)

79

Sukses tidaknya usaha kita sebagai umat, banyak terpulang pada komitmen kita pada ajaran Islam. semoga kita tergolong dalam kelompok yang mendengar ajaran yang baik dan membuktikannya dalam realita kehidupan”.51

3. Macam-macam Zakat

Zakat dalam ketentuan hukum Islam itu ada dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Pertama, zakat Fitrah yang dinamakan juga zakat badan.52

Orang yang dibebani untuk mengeluarkan zakat fitrah adalah orang yang mempunyai lebih dalam makanan pokoknya untuk dirinya dan untuk keluarganya pada hari dan malam hari raya, dengan pengecualian kebutuhan tempat tinggal, dan alat-alat primer.53

Kedua, zakat māl adalah zakat yang dikeluarkan dari harta-harta yang dimiliki seseorang dengan dibatasi oleh nisab. Namun dalam menentukan harta atau barang apa saja yang wajib dikenakan zakat, terjadi perbedaan pendapat yang semuanya karena perbedaan dalam memandang nas-nas yang ada.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, pasal 11 menetapkan bahwa zakat terdiri dari atas zakat mal dan zakat fitrah. Harta yang dikenakan zakat adalah:54

a . Emas, perak, dan uang;

b . P e r d a g a n g a n d a n p e r u s a h a a n c . H a s i l p e r t a n i a n , h a s i l p e r k e b u n a n , d a n h a s i l p e r i k a n a n ; d . H a s i l p e r t a m b a n g a n ; e . H a s i l p e t e r n a k a n ; f . H a s i l p e n d a p a t a n d a n j a s a ; g . R i k a z ; 51

Alwi Shihab, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama (Bandung: Mizan, 1999), h. 273.

52

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab ( Ja’fari, Hanafi, Māliki, Syāfi’i,dan Hanbali) ( Jakarta: Lentera, 2001), h. 195.

53Ibid,

54

Pagar, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Peradilan Agama di Indonesia (Medan : Perdana Publishing, 2010), h. 260.

(29)

80

Sementara Sjechul Hadi Permono menambahkan dengan gaji pegawai/karyawan/dosen dan lain sebagainya, hasil praktek dokter termasuk kategori butir (f) hasil pendapatan dan jasa.55

Pembahasan tentang macam-macam zakat, sudah sangat kompleks sekali, mulai dari zakat binatang ternak, zakat emas dan perak, zakat kekayaan dagang, zakat pertanian, zakat madu dan produksi hewani, zakat barang tambang dan hasil laut, zakat investasi pabrik, gudang dan lain-lain, zakat pencarian dan profesi, zakat saham dan obligasi.56

Untuk lebih jelasnya penulis akan menerangkan secara sepintas dari macam-macam zakat ini, khusus untuk zakat profesi akan dibahas tersendiri.

1) Zakat binatang ternak

Mengenai zakat binatang ternak masih terlalu luas pemahamannya. Dalam istilah Qardawi, yang dimaksud dengan binatang ternak adalah binatang yang berguna bagi manusia, yang ia maksudkan binatang-binatang tesebut, oleh orang Arab disebut “an’±m, yaitu : unta, sapi termasuk kerbau, kambing dan biri-biri, sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran sebagai binatang ternak yang dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, misalnya tenaganya untuk mengangkat beban, ditunggangi sebagai kendaraan dan diambil air susunya, dagingnya untuk dimakan dan diambil bulu kulitnya. Karena itu pantaslah Allah meminta kepada pemiliknya untuk bersyukur atas nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka.57

55

Sjehul Hadi Permono dalam “Pemberdayaan & Pengelolaan Zakat Dalam Kaitannya dengan UU. No. 38 Tahun 1999”, (Semarang: Temu Ilmiah Program Pascasarjana IAIN se-Indonesia, 10-12 Nopember 2001), h. 4.

56

Lebih jelas lihat, Yusuf Qardawi, Hukum Zakat: Studi Komperatif Mengenai Status Filsafat Zakat Berdasarkan Alquran dan Hadis (Bandung : Lentera Antar Nusa & Mizan, 1996), h.xiii-xvii.

57 Ibid, 167-168, dan lihat QS. An-Nahl/16: 5-6, 66, dan 80.

َنوُلُكْأَت اَهْـنِمَو ُعِفاَنَمَو ٌءْفِد اَهيِف ْمُكَل اَهَقَلَخ َماَعْـنَْلأاَو ( 5 ) َنوُحَرْسَت َنيِحَو َنوُحيِرُت َنيِح ٌلاَمَج اَهيِف ْمُكَلَو ( 2 )

Artinya: “Dan dia Telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.

(30)

81

Dengan begitu, dapat diwujudkan dalam bentuk zakat, sebagai realisasi nyata dari rasa syukur kepada Allah dengan tuntunan Alquran dan hadis dalam hal nisab dan besar kewajiban yang dikeluarkan dan pengiriman para amil zakat setiap tahun kepada mereka yang dikenakan zakat (muzakki), serta ancaman siksaan di dunia dan azab di akhirat bagi orang-orang yang enggan berzakat.58

Dalam ketentuan nisab yang dikeluarkan zakatnya adalah binatang ternak yang dipelihara sudah mencapai satu tahun di tempat pengembangan dan tidak dipekerjakan sebagai tenaga pengangkutan dan sebagainya. Kadar zakat binatang ternak ini sangat beragam, disesuaikan dengan jenis ternaknya. Biasanya di Indonesia adalah kambing/biri-biri nisabnya 40-120 ekor, yang dikeluarkan zakatnya satu ekor. Bila sampai 121-200 ekor, zakatnya 2 ekor, dan 201-300 ekor, zakatnya 3 ekor. Selanjutnya setiap pertambahan 100 ekor zakatnya tambah satu.59

Nisab sapi, kerbau, unta dan sejenisnya bila mencapai jumlah 30-39 ekor, maka zakat yang wajib dikeluarkan 1 ekor berumur satu tahun lebih, 40-59 ekor, zakatnya 1 ekor berumur 2 tahun lebih, 60-69 ekor, zakatnya 2 ekor berumur 1 dan 2 tahun lebih. Selanjutnya setiap tambahan 30 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur 1 tahun lebih.60

2) Zakat emas, perak dan uang

Bagian dari pertambangan seperti emas dan perak adalah barang-barang yang berharga dan sangat bermanfaat bagi kehidupan

ًغِئاَس اًصِلاَخ اًنَـبَل مَدَو ثْرَـف ِنْيَـب ْنِم ِهِنوُطُب يِف اَّمِم ْمُكيِقْسُن ًةَرْـبِعَل ِماَعْـنَْلأا يِف ْمُكَل َّنِإَو َنيِبِراَّشلِل ا ( لحنلا : 66 )

Artinya:”Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya”.

وُيُـب ِماَعْـنَْلأا ِدوُلُج ْنِم ْمُكَل َلَعَجَو اًنَكَس ْمُكِتوُيُـب ْنِم ْمُكَل َلَعَج ُهَّللاَو اَهِفاَوْصَأ ْنِمَو ْمُكِتَماَقِإ َمْوَـيَو ْمُكِنْعَظ َمْوَـي اَهَـنوُّفِخَتْسَت اًت ني ِح ىَلِإ اًعاَتَمَو اًثاَثَأ اَهِراَعْشَأَو اَهِراَبْوَأَو ( لحنلا : 08 )

Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu)”.

58

Ibid.

59 Ibid., h. 170-171. 60

(31)

82

perekonomian manusia (selanjutnya dijadikan sebagai alat tukar/uang). Dilihat dari nilainya emas dan perak, dalam syariat Islam dibedakan dengan barang tambang yang lain, dalam istilah Qardawi diibaratkan sebagai suatu kekayaan alam yang hidup. Syariat mewajibkan zakat keduanya jika berbentuk uang atau leburan logam, juga jika berbentuk bejana, souvenir, ukiran atau perhiasan bagi pria.61

Ketiga jenis harta, yaitu emas, perak dan uang zakatnya dikeluarkan setelah pasti dimiliki selama satu tahun Qamariah (haul). Besar nisab dan jumlah yang wajib dikeluarkan berbeda. Nisab emas adalah 20 dinar, lebih kurang sama dengan 94 gram emas murni. Nisab perak adalah 200 dirham, kurang lebih sama dengan 672 gram. Nisab uang, baik giral maupun uang kwartal adalah senilai 94 gram emas, adapun zakat yang harus dikeluarkan dari masing-masing jenis harta tadi sebesar 2,5 %.62

3) Zakat kekayaan dagang

Tentang zakat perdagangan ini ada pendapat, apakah dikenakan zakat atau tidak. Pendapat pertama dari Abu Hanifah, Malik, al-Syafi’i dan lain-lain menyatakan wajib. Banyak riwayat-riwayat yang isinya menjelaskan bahwa harta perdagangan itu dikenakan zakat dan tidak ada yang mengingkarinya, sehingga seolah-olah menjadi ijmak tentang wajibnya perdagangan, kecuali golongan Zahiriyah yang berpendapat tidak wajib zakat pada harta perdagangan.

Diantara dalil yang menyatakan barang dagangan wajib dizakati seperti hadis Nabi yang diriwayatkan Abu Daud dan al- Baihaqi.

....

َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُللها ىَّلَص ِهَّللا َلوُسَر َّنِإَف ،ُدْعَ ب اَّمَأ

يِذَّلا َنِم َةَقَدَّصلا َجِرُْنُ ْنَأ اَنُرُمْأَي َناَك

ِعْيَ بْلِل ُّدِعُن

Artinya: “....Syahdan, maka sesungguhnya Nabi saw., memerintahkan

61 Adapun jika dipakai sebagai perhiasan bagi wanita, maka hukumnya menjadi lain, yang dalam hal ini para fuqaha berbeda pendapat. Dan untuk zakat emas dan perak terbagi ke dalam dua pembahasan yaitu: zakat uang dan persyaratan-persyaratannya, dan zakat perhiasan dan hadis berikut perincian dan perbedaan pendapat tentangnya. Lihat Qardawi, Ibid., h . 242.

62

(32)

83

kami untuk mengeluarkan sedekah (zakat) dari harta benda yang kami siapkan untuk dijual (diperdagangkan)”.63

Menurut Qardawi, perdagangan merupakan salah satu bentuk usaha yang legal. Mengenai hal ini banyak perkataan para sahabat yang memerintahkan kekayaan anak yatim diperdagangkan terutama supaya tidak habis dimakan oleh zakat. Karena itu, kita perlu heran bila sejumlah kekayaan rakyat yang tidak sedikit jumlahnya dengan berbagai jenis dan macamnya, telah difungsikan dalam perdagangan telah menjadi mata pencaharian yang memberikan hasil yang tidak sedikit, dan pedagang-pedagang itu ada yang telah memiliki kekayaan serta barang sampai harga berjuta-juta. Dengan demikian, wajarlah bila Islam mewajibkan dari kekayaan yang diinvestasikan dan diperoleh dari perdagangan itu agar dikeluarkan zakatnya setiap tahun sebagai zakat uang, sebagai tanda terima kasih kepada Allah, membayar hak orang-orang yang berhak, dan ikut berpartisipasi buat kemaslahatan umum demi agama dan negara yang merupakan kepentingan setiap jenis zakat.64

Selanjutnya, seseorang yang memiliki kekayaan dari hasil perdagangannya, dan haulnya sudah berlalu satu tahun hingga tiba nisabnya, maka pemilik kekayaan itu diwajibkan mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5%, dihitung dari modal dan keuntungan, bukan dari keuntungan saja.65

4) Zakat pertanian (hasil bumi)

Para ulama telah sepakat mewajibkan atas hasil bumi berupa tanam-tanaman dan buahan yang sudah mencapai nisabnya (750 kg) pada

63 Ab³- Dāud Sulaimān Ibn Asy’a£ Ibn Ishāq Ibn Basy³r Ibn Syidād Ibn ‘Umar

al-Azd³y as-Sijistāniy, Tahq. Muhammad Mu¥y³ ad-D³n ‘Abd al-Ham³d, Sunan Ab³ Dāud (Beirut: Maktabah al-‘Aṣriyyah, t.t), 4 juz, juz 2, h. 95.

64 Qardawi, Hukum.., h. 297.

65

Ibid, h.298. Bila dialihkan dalam bentuk emas, maka nisab perdagangan tadi senilai dengan 94 gram emas. Dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%, yaitu setiap tutup buku setelah setahun lamanya, jumlah uang dan semua barang yang ada dihitung harganya, dalam perkembangan selanjutnya zakat perdagangan ini diperluas pada perusahaan dan badan usaha lainnya. Lihat Muhammad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer (Jakarta : Salembah Diniah, 2002), h.25.

(33)

84

setiap panen, berdasarkan Alquran66. Persentase zakatnya ialah 10 % bagi

tanah yang tadah hujan, tanpa alat mekanik atau tanpa biaya; dan 5 % bagi tanah yang beririgasi dan membutuhkan biaya.67

Dalam pandangan Qardawi, semua tanaman dan buah-buahan yang tumbuh di atas bumi68 ini merupakan karunia dan hasil karya Allah,

bukan hasil karya tangan manusia yang terbatas kemampuannya. Dialah yang sesungguhnya menumbuhkan, bukan manusia. Karena itu, bukankah pantas bila Allah meminta kita agar berterima kasih atas nikmat yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita bersih dan tanpa minta imbalan apapun, serta kita makan dengan enak dan lahapnya.”agar mereka memakan buah dan hasil jerih payah mereka, tidak mereka mau berterima kasih?”.69

Zakat ini berbeda dari zakat kekayaan-kekayaan yang lain, seperti ternak, uang, dan barang-barang dagangan. Perbedaan itu adalah bahwa zakatnya tidak tergantung dari berlalunya tempo satu tahun, oleh karena benda yang dizakatkan itu merupakan produksi yang diperoleh. Dalam istilah modern, zakat itu merupakan pajak produksi yang diperoleh dari eksploitasi tanah. Sedangkan zakat atas kekayaan yang lain merupakan pajak yang dikenakan atas modal atau pokok kekayaan itu sendiri, berkembang atau tidak berkembang.70

5) Zakat tanah yang disewakan

66Q.S. al-Baqarah/2:267 dan al-An’am/6: 141.

اَي َّمَيَـت َلََو ِضْرَْلأا َنِم ْمُكَل اَنْجَرْخَأ اَّمِمَو ْمُتْبَسَك اَم ِتاَبِّيَط ْنِم اوُقِفْنَأ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّـيَأ ِهيِذ ِخآِب ْمُتْسَلَو َنوُقِفْنُـت ُهْنِم َثيِبَخْلا اوُم ٌديِمَح ٌّيِنَغ َهَّللا َّنَأ اوُمَلْعاَو ِهيِف اوُضِمْغُـت ْنَأ َّلَِإ (لا ةرقب 623 ) وُتْـيَّزلاَو ُهُلُكُأ اًفِلَتْخُم َعْرَّزلاَو َلْخَّنلاَو تاَشوُرْعَم َرْـيَغَو تاَشوُرْعَم تاَّنَج َأَشْنَأ يِذَّلا َوُهَو اوُلُك هِباَشَتُم َرْـيَغَو اًهِباَشَتُم َناَّمُّرلاَو َن َو ِهِداَصَح َمْوَـي ُهَّقَح اوُتآَو َرَمْثَأ اَذِإ ِهِرَمَث ْنِم َنيِفِرْسُمْلا ُّبِحُي َلَ ُهَّنِإ اوُفِرْسُت َلَ ( ماعن لأا 949 )

67Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Jakarta : Haji Masagung, 1991), h . 216.

68 Mengenai jenis buah-buahan dan tanaman hasil bumi (pertanian) ini para ulama berbeda pendapat, lebih jelas lihat, Qardawi, h.33

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan merupakan dambaan semua pihak dalam pembinaan hubungan industri karena dapat menciptakan ketenangan usaha dan

Dengan datangnya surat ini kami memberitahukan bahwa anak kami tidak bisa mengikuti pelajaran seperti biasa di karenakan sedang ada acara keluarga yaitu sedang mengikuti akad

Pengaruh Kecukupan Modal , Tingkat Efisiensi , Risiko Kredit , dan Likuiditas pada Profitabilitas LPD Kabupaten Bandung Dependen : ROA Independen : BOPO NPL LDR

Namun hubungan kerajaan Gowa dan kerajaan Balanipa (Mandar) telah terjalin hubungan kekerabatan antar keduanya ketika I Manyambungi kawin dengan anak Karaeng Suria, pada

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah populasi aktual (Na) itik Lokal di Kecamatan Tilatang Kamang adalah 1.510 ekor.. Subandriyo (2003) menjelaskan bahwa populasi

Media pembelajaran merupakan semua bahan dan alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan atau menyalurkan pesan dengan

Bahwa berdasarkan Pasal 74 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011

Mereka yang memiliki faktor genetik insulin resistance , kehadiran faktor lingkungan ( environmental ) akan dengan sangat mudah memicu terjadi dan berkembangnya hubungan