HUKUM HAM DAN HUKUM HUMANITER
SIGMA FEBBY ANNISA
Sigmafebbya@students.unnes.ac.id
Data Buku, Terdiri Dari:
Nama/Judul Buku : Hukum HAM Dan Hukum Humaniter Penulis/Pengarang : Andrey Sujatmoko, S.H., M.H. Penerbit : Rajawali Pres
Tahun Terbit : 2016 Kota Penerbit : Jakarta
Bahasa Buku : Bahasa Indonesia Jumlah Halaman : 300 Halaman
Isbn Buku : 978-979-769-798-3
DISKUSI/PEMBAHASAN REVIEW Buku Hukum HAM Dan
Hukum Humaniter
merupakan karya dari Andrey Sujatmoko, S.H., M.H. . Beliau lahir di Jakarta, 22 September 1969. Beliau merupakan dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta sejak tahun 1955. Dan beliau megajar sejumlah mata kuliah seperti Hukum Internasional, Hukum Humaniter dan Hukum HAM Internasional. Beliau menamatkan jenjang pendidikan sastra satu (S1) di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung pada
tahun 1993 dan
pada “Jurnal Hukum Humaniter” yang diterbitkan oleh Pusat Studi Hukum Humaniter dan HAM (terAs) Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta (2005-sekarang).
Buku Hukum HAM Dan Hukum Humaniter ini merupakan buku cetakan ke-2. Yang cetakan ke-1, Januari 2015 dan cetakan ke-2, April 2016. Ditulis oleh Andrey Sujatmoko, S.H., M.H.
Di terbitkan oleh Rajawali Pres pada tahun terbit 2016 di Kota Jakarta yang menggunakan bahasa buku bahasa Indonesia. Yang didalam terdapat Biblograf disetiap bab. Penulis juga memberikan keterangan sejelas-jelasnya dalam masing-masing subab dan didalam buku ini terdapat 15 bab, seperti yang tertera dibawah ini, antara lain :
Bab 1 Sejarah, Teori, Prinsip, Dan Kontrovensi HAM A. Pengantar
B. Latar Belakang Dan Sejarah HAM C. Teori-Teori HAM
D. Prinsip-Prinsip HAM
E. Hukum HAM Internasional Dan Individu Daftar Pustaka
Bab 2 Konteks HAM Dan Pelanggaran HAM A. Pendahuluan
B. HAM Dan “Kewajiban Asasi Manusia”
C. Pelanggaran HAM Dan Pelanggaran Berat HAM D. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Bab 3 Penegakan Hukum HAM Di Tingkat Nasional Dan Internasional A. Pengantar
B. Penegakan Di Tingkat Nasional (Di Indonesia)
C. Penegakan Melalui Penerapan Prinsip Yuridiksi Universal D. Penegakan Di Tingkat Internasional
E. Penutup
Daftar Pustaka
Bab 4 Penahanan (Detention) Dan Penyiksaan (Torture) Dalam Hukum Hak Asasi Manusia Internasional
A. Pengantar
B. Istilah Dan Defnisi HAM C. Hukum HAM Internasional
D. Kewajiban Negara Terhadap HAM E. Penahanan (Detention)
F. Penyiksaan (Torture) Daftar Pustaka
Bab 5 Pengadilan Campuran (“Hybrid Tribunal) Sebagai Forum Penyelesaian Kejahatan Internasional
A. Pengantar
B. Pokok Pembahasan
C. Bentuk-Bentuk Pengadilan Internasional D. Pengadilan Campuran
E. Prospek Pengadilan Campuran Daftar Pustaka
Bab 6 Comparative Analysis Between Ad Hoc Human Rights Court In Indonesia And Special Panels For Serious Crimes In East Timor
A. Historical Background
C. Analysis Of The Type Of Crimes
D. Ad Hoc Human Rights Court In Indonesia
E. Special Panels For Serious Crimes In East Timor F. Comparative Analysis
G. Conclusion And Recommendation Bibliography
Bab 7 Beberapa Catatan Mengenai Pelanggaran Berat HAM Pasca Jajak Pendapat Di Timor Timur Tahun 1999
A. Pengantar
B. Pokok Pembahasan
C. Laporan Hasil Investigasi
D. Hasil Proses Hukum Di Pengadilan HAM Ad Hoc
E. Kejahatan Kemanusiaan Dalam Hukum Internasional F. Kesimpulan Dan Rekomendasi
Daftar Pustaka
Bab 8 Pelanggaran Berat HAM Dalam “Kasus Trisakti”
Bab 9 Kemerdekaan Kosovo Dan Kaitannya Dengan “Right To Self-Determination”
A. Pengantar
B. Hak Untuk Menentukan Nasib Sendiri (Right To Self-Determination) Dalam Hukum Internasional
C. Masalah Pengakuan (Recognition) Dalam Hukum Internasional
D. Kemerdekaan Kosovo Atas Serbia Dalam Perspektif Hukum Internasional E. Penutup
Daftar Pustaka
Bab 10 Kekerasan Terhadap Etnis Rohignya Di Myanmar Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
A. Pengantar
B. Ringkasan Kasus Kekerasan Di Negara Bagian Arakan
C. Pelanggaran HAM Terhadap Etnis Rohignya Dan Hak-Hak Yang Dilanggar D. Tanggung Jawab Negara Myanmar Menurut Hukum Internasional
E. Kesimpulan Dan Saran Daftar Pustaka
Bab 11 Istilah, Defnisi Dan Pengertian Hukum Humaniter A. Istilah Hukum Humaniter
B. Defnisi Dan Pengertian Hukum Humaniter C. Saat Berlakunya Hukum Humaniter
Daftar Pustaka
Bab 12 Hubungan Hukum HAM Internasional Dan Hukum Humaniter Internasional
A. Pengantar
B. Perbedaan Hukum HAM Dan Hukum Humaniter C. Defnisi Dan Ruang Lingkup Perlindungan HAM
D. Perlindungan HAM Dalam Hukum HAM Dan Hukum Humaniter E. Penutup
Daftar Pustaka
Bab 13 Konvensi Den Haag Iv 1907 Tentang Hukum Dan Kebiasaan Perang Di Darat
A. Konferensi Perdamaian Dan Konvensi Den Haag 1907
Bab 14 Tanggung Jawab Negara, Individu, Dan Komando Menurut Hukum Internasional
A. Tanggung Jawab Negara
B. Tanggung Jawab Negara Atas Pelanggaran HAM C. Tanggung Jawab Individu Dan Komando
D. Penutup
Daftar Pustaka
Bab 15 Implementation Of Internasional Humaniter Law On The Use Of The Red Cross Emblem In Indonesia And Australia
A. Introduction
B. Legal Basis Of The Emblems
C. The Use Of The Emblem In Indonesia D. The Use Of The Emblem In Australia E. Epilogue
Bibliography
Buku hukum HAM dan hukum humaniter isinya lengkap, dan didalam buku ini dijelaskan dengan rinci bab per bab. dan didalam buku ini mudah untuk dipahami dan dibaca. terdapat bahasa indonesia dan bahasa inggris.
Didalam buku ini sudah lengkap, dari bab 1 menjelaskan secara rinci bagaimana itu sejarahnya HAM awalnya ada HAM, teori apa saja yang terdapat dalam HAM teori yang penting dan relevan dengan persoalan HAM, antara lain : teori hak kodrati, teori positivisme, dan teori relativisme budaya. Prinsip HAM. Serta Hukum HAM Internasional dan Individu, antara lain : Menurut Slomanson : secara historis pada awalnya hukum internasional hanya mengakui negara sebagai subjek hukum internasional. Adapun individu secara historis dianggap sebagai subjek dari hukum nasional dari suatu negara atau lebih ketika tindakannya muncul dalam konteks internasioanal. Para individu dianggap tidak memiliki hak-hak hukum internasioanal, mereka lebih dianggap sebagai objek dari pada sebjek hukum internasional.
Di bab 2 lebih menekankan pada penjelasan HAM dan “kewajiban Asasi Manusia” menurut penulis, pendapat bahwa disamping hak ada kewajiban kiranya masih dapat diterima. Namun, jika adanya hak asasi (manusia), kemudian juga harus disertai dengan “kewajiban asasi” adalah hal lain yang masih perlu dicarikan “benang merahnya” sehingga masih memerlukan penjelasan. Pelanggaran HAM dan Pelanggaran HAM berat yang dimaksud disini Pasal 1 ayat (6) Undang-undang No.39 Tahun 1999 tentang HAM dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Di bab 3 lebih menjelaskan pada penegakan hukum di Tingkat Nasional (di Indonesia), Penegakan Melalui penerapan prinsip yuridiksi universal, dan penegakan di tingkat nasional. Bagaimana proses ataupun prosedur penegakan hukum yang sesuai dengan aturan. Tidak serta merta menjalankannya secara asal-asalan tanpa paham aturan yang sesungguhnya. Lebih kepada pelaksanaannya.
diperlakukan secara manusiawi dan martabatnya sebagai manusia harus dihormati. Hal itu dijamin di dalam pasal 10 ayat (1), yaitu : “all persons deprived of their liberty shall be treated with humanity and with respect for the inherent dignity of the human person”.
Menurut pasal 2 ayat (2) CAT tidak ada pengecualian apa pun yang dapat menjadi pembenaran untuk melakukan penyiksaan dan perintah, yaitu : “No exceptional circumstances whatsoever, whether a state of war or threat of war, internal political instability or any other public emergency may be invoked as justifcation of torture”. Perintah atasan juga tidak dapat dijadikan sebagai pembenar untuk melakukan penyiksaan, seperti diatur dalam pasal 2 ayat (3) CAT, yaitu : “3. An order from a superior officer or a public authority may not be invoked as a justifcation of torture”.
Di bab 5 pengadilan campuran belajar dari pengalaman pengadilan internasional yang telah ada sebelumnya, pengadilan campuran mencoba untuk menjawab “Gap” antara pengadilan nasional dan internasional. Seperti telah diketahui, masalah utama pengadilan nasional adalah kurangnya kredibilitas dan inkompeten, semestara pengadilan internasional memiliki keterbatasan dalam hal kewenangan dan mandat.
Saat ini telah dibentuk empat pengadilan campuran, tiga didirikan antara tahun 1999 dan 2001 di Timor Timur, di Kosovo, di Sierra Leone, dan yang keempat dikamboja. Prospek pengadilan campuran sebagai sarana penyelesaian atas kasus-kasus pelanggaran berat HAM maupun kejahatan perang dapat menjadi salah satu alternatif disamping mekanisme yudisial lainnya dimasa yang akan datang.
Di bab 6 menerangkan mengenai Comparative Analysis Between Ad Hoc Human Rights Court In Indonesia And Special Panels For Serious Crimes In East Timor.
Di bab 7 mengenai laporan hasil investigasi yang telah dilakukan : Report of the high commissioner for human rights situation in east timor-timor, laporan ICIET dan pelapor khusus PBB, laporan komisi penyelidik pelanggaran HAM di timor timur, Hasil proses hukum dipengadilan HAM Ad Hoc, Kejahatan kemanusiaan dalam hukum internasional.
Di bab 8 menerangkan pelanggaran berat HAM dalam “kasus trisakti” uraian singkat dibawah ini akan menjawab bahwa kasus Trisakti adalah pelanggaran berat HAM. Hal ini didasari oleh beberapa alasan, yaitu karena terdapat pelanggaran terhadap hak untuk hidup, dilakukan secara meluas serta sistematis, dan kejahatan yang terjadi termasuk dalam kategori sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Bab 9 menjelaskan tentang hak untuk menentukan nasib sendiri dalam Hukum Internasional, dan masalah pengakuan dalam Hukum Internasional, Kemerdekaan kosovo atas serbia dalam perpektif hukum internasional.
Bab 10 mengenai kekerasan terhadap etnis rohignya di myanmar dalam perspektif hak asasi manusia mengenai kasusnya, pelanggaran HAM terhadap etnis rohignya, tanggung jawab negara myanmar.
Bab 11 lebih menjelaskan pada pengertian hukum humaniter menurut KGPH. Haryomataram yang dimaksud dengan hukum humaniter adalah seperangkat aturan yang didasarkan atas perjanjian internasional dan kebiasaan internasional yang membatasi kekuasaan pihak yang berperang dalam menggunakan cara dan alat berperang untuk mengalahkan musuh dan mengatur perlindungan korban perang. Saat berlakunya hukum humaniter.
humaniter, ada 3 pandangan: 1. Aliran intergrationiste, 2. Aliran separatiste, 3.Aliran complementariste. Bagaimana ruang lingkup pelindungan HAM, perlindugan HAM dalam Hukum HAM dan Hukum Humaniter.
Bab 13 konvensi den haag iv 1907 tentang hukum dan kebiasaan perang di darat. Lebih menjelaskan bagaimana konferensi perdamaian dan konvensi den haag 1907, dan beberapa ketentuan penting dalam konvensi den haag IV 1907
Bab 14 tanggung jawab negara, individu, dan komando menurut hukum internasional. Bagiamana tanggung jawab negara, tanggung jawab negara atas pelanggaran HAM yang terjadi. Tanggung jawab individu dan komando. Negara adalah subjek hukum internasional yang utama dalam hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara memiliki hak dan kewajiban tertentu berdasarkan hukum internasional. Berkaitan dengan hal itu, dalam hukum internasional dikenal istilah tanggung jawab negara atau pertanggung jawaban negara. Secara umum, tanggung jawab negara timbul apabila negara melakukan hal-hal seperti : melanggar suatu perjanjian internasional, melanggar kedaulatan tutorial negara lain, merusak wilayah atau hak milik negara lain, menggunakan kekerasan bersenjata terhadap negara lain, merugikan perwakilan diplomatik negara lain, atau kesalahan dalam memperlakukan warga negara asing.
Bab 15 implementation of internasional humaniter law on the use of the red cross emblem in indonesia and australia.