PENGUKURAN INDIKATOR EKONOMI
MAKRO, MIKRO DAN DAERAH SERTA
INTERPRETASI
TEUKU ZULHAM
DISAJIKAN PADA DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN PERENCANA TINGKAT PERTAMA ANGKATAN XVII
POKOK BAHASAN
ANALISIS BASIS EKONOMI
ELASTISITAS
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN
GENDER
INDIKATOR DISPARITAS
Sumber Bacaan :
1. Sjafrizal: Ekonomi Regional: Teori dan Applikasi. Penerbit: Baduose Media,
Padang, 2008.
2. Robinson Tarigan: Ekonomi Regional:
Pengertian Dasar
Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
mendasarkan pandangan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya
peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.
Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis
dan kegiatan nonbasis. Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Pada dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegiatan
baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang
mendatangkan uang dari luar wilayah disebut Kegiatan Basis.
Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah
Sektor nonbasis (service) adalah untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi lokal di mana permintaan sektor ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendapatan masyarakat
setempat. Dengan demikian, sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan
Pengganda Basis
Analisis basis dan nonbasis pada umumnya
didasarkan atas nilai tambah ataupun lapangan kerja. Misalnya, penggabungan lapangan kerja basis dan nonbasis merupakan total lapangan kerja yang tersedia untuk wilayah tersebut. Demikian pula penjumlahan pendapatan sektor basis dan pendapatan sektor nonbasis merupakan
total pendapatan wilayah tersebut. Di dalam suatu wilayah dapat dihitung berapa besarnya lapangan kerja basis dan nonbasis, dan apabila
kedua angka itu dibandingkan, dapat dihitung nilai rasio basis (base ratio) dan kemudian dapat dipakai untuk menghitung nilai pengganda basis (base
Rasio basis adalah perbandingan antara banyaknya lapangan kerja nonbasis yang tersedia untuk setiap satu lapangan kerja basis.
Misalnya, dalam satu wilayah terdapat 3.000
lapangan kerja yang terdiri dari: 1.000 lapangan kerja basis, dan
2.000 lapangan kerja nonbasis
Dengan demikian, rasio basis (base ratio)
Apabila pada periode berikutnya ekspor bisa
ditingkatkan dan menambah lapangan kerja basis, misalnya 100 orang, maka diharapkan tercipta
tambahan 200 orang lapangan kerja baru di sektor nonbasis. Dengan kata lain, peningkatan ekspor akhirnya menciptakan tambahan 300 lapangan kerja baru.
Sebaliknya, apabila produk pengusaha (eksportir)
kalah bersaing di pasar global dan terpaksa mengurangi kegiatan termasuk jumlah
karyawannya sebanyak 50 orang, maka secara
bertahap sektor nonbasis akan kehilangan lapangan kerja sebanyak 100 orang. Hal ini berarti
pengurangan ekspor akhirnya menurunkan
Perlu diingat bahwa akibat kenaikan atau penurunan ekspor, lapangan kerja yang
langsung bertambah atau berkurang adalah di sektor basis, sedangkan kenaikan atau
Waktu yang diperlukan antara berubahnya
lapangan pekerjaan di sektor basis dan
perubahan di sektor nonbasis merupakan masa tenggang (time-lag).
Besarnya perubahan lapangan kerja total untuk
Dari contoh di atas, nilai pengganda basis adalah
3.000 : 1.000 = 3, artinya setiap pertambahan lapangan kerja basis sebanyak 1 unit,
mengakibatkan pertambahan lapangan kerja total sebanyak 3 unit, yaitu 1 unit di sektor basis dan 2 unit di sektor nonbasis. Oleh karena data di atas digunakan data lapangan kerja, maka disebut
pengganda basis lapangan kerja (employment base multiplier). Jika digunakan data pendapatan , maka disebut pengganda basis pendapatan (income base multiplier).
Catatan, untuk variabel pendapatan, harus
menggunakan nilai dengan ukuran yang sama, misalnya sama-sama menggunakan nilai konstan
CARA MEMILAH KEGIATAN BASIS
DENGAN NONBASIS
1. METODE LANGSUNG
2. METODE TIDAK LANGSUNG 3. METODE CAMPURAN
1. Metode Langsung
Metode langsung dapat dilakukan dengan
survei langsung kepada pelaku usaha, ke mana mereka memasarkan barang yang
Dari jawaban yang mereka berikan, dapat
ditentukan berapa persen produk yang dijual ke luar wilayah dan berapa persen
yang dipasarkan di dalam wilayah. Hal yang sama juga dilakukan untuk bahan baku
yang mereka gunakan. Juga berapa jumlah orang yang bekerja, dan berapa nilai
tambah yang diciptakan oleh kegiatan
usaha tersebut. Variabel yang lebih mudah diperoleh adalah lapangan kerja, sedangkan yang sulit adalah variabel nilai tambah
Penggunaan variabel lapangan kerja juga memerlukan pemikiran dan kehati-hatian yang cukup tinggi. Dalam suatu kegiatan usaha sering kali tercampur kegiatan basis dan nonbasis. Oleh karena itu, perlu
2. Metode Tidak Langsung
Mengingat rumitnya melakukan survei langsung
ditinjau dari sisi waktu dan biaya, banyak juga dipakai metode tidak langsung dalam mengukur kegiatan basis dan nonbasis. Salah satu metode tidak langsung adalah dengan menggunakan
asumsi atau disebut metode asumsi.
Dalam metode asumsi, berdasarkan kondisi di
wilayah tersebut (berdasarkan data sekunder), ada kegiatan tertentu yang diasumsikan sebagai kegiatan basis dan kegiatan lainnya sebagai
Ada kegiatan yang secara tradisional
dikategorikan sebagai kegiatan basis, misalnya:
Asrama meliter karena gaji penghuninya dan
biaya operasional/perawatan lokasi berasal dari uang pemerintah pusat.,
Kegiatan pertambangan karena umumnya
hasilnya dibawa ke luar wilayah,
Kegiatan pariwisata karena mendatangkan uang
dari luar wilayah.
3. Metode Campuran
Suatu wilayah yang sudah berkembang,
cukup banyak usaha yang tercampur antara kegiatan basis dan nonbasis. Penggunaan metode asumsi murni, akan memberikan memberikan kesalahan yang besar. Akan tetapi, penggunaan metode langsung yang murni juga cukup berat, yang sering
dilakukan adalah gabungan antara metode
Dalam metode campuran diadakan survei pendahuluan, yaitu pengumpulan data
sekunder, biasanya dari instansi pemerintah atau lembaga pengumpul data seperti BPS. Dari data sekunder berdasarkan analisis
ditentukan kegiatan mana yang dianggap
basis dan nonbasis. Asumsinya, apabila 70% atau lebih produknya diperkirakan dijual ke luar wilayah maka kegiatan itu langsung
Apabila porsi basis dan nonbasis tidak begitu
kontras, porsi itu harus ditaksir. Untuk menentukan porsi tersebut, harus dilakukan survei lagi dan
harus ditentukan sektor mana yang surveinya cukup dengan pengumpulan data sekunder dan
sektor mana yang mungkin membutuhkan sampling pengumpulan data sekunder dan sektor mana yang mungkin membutuhkan sampling pengumpulan
data langsung dari pelaku usaha. Jadi, untuk suatu wilayah yang ekonominya terbuka dan kegiatan
ekonominya cukup beragam, tidak mungkin hanya menggunakan metode asumsi saja, tetapi haruslah gabungan antara metode asumsi dan metode
4. Metode
Location Quetient
(LQ)
Metode lain yang tidak langsung adalah
dengan menggunakan Location Quetient (LQ). Metode LQ membandingkan porsi lapangan
kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah tertentu dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. Dalam bentuk rumus,
Keterangan:
li = banyak lapangan kerja sektor i di wilayah analisis
e = banyaknya lapangan kerja (total sektor) di wilayah analisis Li = banyak lapangan kerja sektor i secara nasional
E = banyak lapangan kerja (total sektor) secara nasional. Catatan:
Istilah nasional adalah wilayah yang lebih tinggi jenjangnya. Misalnya, apabila wilayah analisis adalah provinsi, maka
wilayah nasional adalah wilayah negara. Apabila wilayah analisis adalah wilayah kabupaten/kota, maka istilah
Dari rumus di atas diketahui bahwa apabila LQ > 1 berarti bahwa porsi lapangan kerja sektor i di wilayah analisis terhadap total lapangan kerja wilayah adalah lebih besar dibandingkan dengan porsi lapangan kerja untuk sektor yang sama secara nasional. Artinya sektor i di wilayah analisis secara proporsional dapat menyediakan lapangan kerja melebihi porsi sektor i secara nasional. LQ > 1 memberikan indikasi bahwa sektor
tersebut
adalah basis,
Metode LQ banyak dikritik karena didasarkan atas
asumsi bahwa produktivitas rata-rata atau konsumsi rata-rata wilayah adalah sama. Bisa saja ada suatu wilayah yang lapangan kerja untuk sektor i lebih rendah, tetapi total produksinya lebih tinggi. Atau ada suatu wilayah yang lapangan kerja untuk sektor tertentu (misalnya sektor pangan) cukup tinggi
disebabkan oleh permintaan masyarakat setempat untuk pangan tersebut melebihi rata-rata nasional, tetapi produktivitasnya lebih rendah. Jadi,
Menghadapi kritikan ini, Tiebout (1962) menerapkan
apa yang disebut minimum requirement
technique. Dalam teknik ini dikumpulkan beberapa wilayah yang kondisinya untuk sektor tertentu lebih kurang sama. Setiap wilayah dihitung persentase lapangan kerja untuk setiap sektor. Setiap sektor
yang sama dibuat rangking antara wilayah yang satu dan wilayah lainnya. Ranking itu disusun dari
persentase tertinggi ke persentase terendah.
Ranking terendah, yaitu persentase di atas angka terendah, produksinya dianggap untuk diekspor sehingga dikategorikan sebagai basis. Untuk
MODEL BASIS EKONOMI MENURUT
TIEBOUT
Charles M. Tiebout dalam makalahnya berjudul
The Community Economic Base Study (1962)
untuk Committee for Economic Development, New York (dalam Avrom Bendavid: Regional Economic Analysis, 1974) menggunakan perbandingan dalam bentuk pendapatan (income) dan membuat rincian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang terkait dalam pengganda basis. Dalam bentuk pendapatan, hubungan antara perubahan
pendapatan basis dengan perubahan total
Perubahan pendapatan total = pengganda basis x perubahan pendapatan basis
Dalam uraian berikutnya, Tiebout menggunakan simbol-simbol dasar yakni:
Yt = Pendapatan total (total income), Yb = Pendapatan basis (basic income), Yn = Pendapatan nonbasis (service), K = Pengganda basis (base multiplier), ∆ = perubahan pada sesuatu variabel
Dengan menggunakan simbol-simbol di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
∆Yt = K . ∆Yb ……… (1)
Karena pendapatan total = pendapatan basis + pendapatan nonbasis, maka rumus
Apabila Ks dari pers (2) yakni
digunakan sebagai pengganti pengganda
Selanjutnya menurut Tiebout perekonomian
terdiri atas tiga sektor, yaitu sektor ekspor (X), sektor investasi (I), dan sektor konsumsi (C). Total pendapatan wilayah adalah penjumlahan dari ketiga sektor tersebut dengan catatan
apabila seluruh kegiatan menggunakan bahan baku lokal. Jadi, secara simbolik :
Namun diketahui bahwa pengeluaran untuk konsumsi dan investasi tidak seluruhnya
menggunakan bahan baku lokal. Yang menjadi pendapatan daerah adalah total pengeluaran dikurangi pengeluaran untuk impor kedua
kegiatan tersebut. Pengeluaran konsumsi yang digunakan untuk membeli produk lokal dan
menjadi pendapatan daerah diberi simbol Cr dan untuk investasi diberi simbol Ir. Dari
persamaan (4) di atas yakni Yt = X + I + C, maka dapat dirumuskan bahwa:
Penambahan simbol r (regional) di belakang I dan C
menggambarkan bahwa yang dihitung hanyalah yang menjadi pendapatan lokal. Sebagian pengeluaran untuk investasi dan konsumsi tidak akan menjadi pendapatan lokal, baik karena pajak yang ditarik pemerintah
maupun karena barang tersebut berasal dari impor.
Pendapatan dari konsumsi (Cr) adalah pendapatan
nonbasis karena besarnya ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat di wilayah tersebut.
Pendapatan dari ekspor adalah pendapatan basis
karena bersifat exogenous begitu pula pendapatan dari kegiatan investasi (Ir). Besarnya investasi bukan
ditentukan oleh pendapatan masyarakat saat ini, melainkan berdasarkan keputusan masa lalu dan
Jadi pendapatan basis terdiri atas penjumlahan dari pendapatan kegiatan ekspor dan kegiatan investasi dari bagian yang menjadi pendapatan lokal. Jadi, dapat dirumuskan bahwa:
Yb = X + Ir ………(6)
Dan selanjutnya dapat diturunkan menjadi:
Sebelumnya telah diuraikan bahwa perubahan pendapatan basis akan mengubah pendapatan di bidang nonbasis, bagaimanakah hal ini bisa terjadi ? Pendapatan yang diperoleh masyarakat dari kegiatan ekspor dan investasi akan digunakan untuk berbagai cara, biasanya yang terbesar adalah dibelanjakan
untuk keperluan konsumsi dan dari yang digunakan untuk konsumsi ada yang berasal dari produk lokal dan ada yang berasal dari produk impor. Konsumsi yang berasal dari produk lokal akan menaikkan
pendapatan nonbasis. Ada juga dari pendapatan itu yang dibelanjakan di luar wilayah atau dikirim ke luar wilayah, misalnya untuk membelanjai anak yang
Hal ini semua merupakan kebocoran yang mengurangi kekuatan permintaan akan
produk lokal. Ada bagian yang disimpan baik untuk tujuan konsumsi di masa datang atau untuk investasi. Sementara itu, uang yang disimpan mengalami kebocoran sampai
simpanan itu digunakan kembali. Uang yang disimpan di bank tidak mengalami kebocoran karena biasanya bank akan memutarkannya kembali untuk dipakai oleh pihak ketiga baik untuk kepentingan investasi maupun