1
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
(SNI-03-2847-2002)
(MIX DESIGN)
A. PENDAHULUAN
Tujuan utama mempelajari sifat-sifat dari beton adalah untuk perencanaan
dari campuran (mix design), yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai
serta menentukan kuantitas masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang
seekonomis mungkin. Apabila tidak tersedia cukup data yang menunjukkan bahwa
suatu campuran beton tertentu yang diharapkan dapat menghasilkan mutu beton yang
disyaratkan dan atau bahwa Deviasi Standart Rencana yang diusulkan benar-benar
akan tercapai dalam pelaksanaan yang sesungguhnya, maka harus diadakan
percobaan pendahuluan. Sebagai persiapannya dianjurkan untuk mengadakan dulu
percobaan-percobaan di laboratorium.
Perencanaan campuran merupakan bagian yang terpenting dari suatu
pelaksanaan struktur beton. Sebelum diadakan perencanaan campuran, semua bahan
dasar dari semen, pasir, kerikil, atau batu pecah dan air harus diperiksa terlebih
dahulu mutunya.
Suatu campuran beton harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Campuran yang seekonomis mungkin.
Masalah ekonomi berkaitan dengan suatu pelaksanaan pembuatan campuran
beton. Dalam pembuatan campuran beton diharapkan mempunyai ruang pori
adukan yang minimum, karena makin minimum ruang porinya makin sedikit
pasta yang dipergunakan, sehingga kebutuhan juga berkurang. Oleh karena
itu yang paling menentukan perencanaan campuran beton adalah bahan atau
material.
Dengan melihat harga semen yang lebih mahal dari pada harga agregat maka
dengan mengurangi kadar semen suatu faktor penting dalam menurunkan
biaya pembuatan beton. Hal ini dilakukan dengan cara memakai slump yang
rendah sesuai dengan batas yang diizinkan, memakai ukuran butir maksimum
2 dengan menggunakan nilai slump yang rendah yaitu dapat mengurangi
terjadinya penyusutan beton dan panas hidrasi rendah. Tetapi apabila kadar
semen terlalu rendah akan dapat menurunkan kekuatan awal beton.
b. Campuran mudah dikerjakan pada saat masih muda (workabilitas).
Dalam desain yang baik campuran harus mudah dikerjakan dalam dipadatkan
sesuai peralatan yang tersedia. Kemampuan penyelesaian akhir harus
ditingkatkan sehingga segregasi (pemisahan agregat dengan pasta semen) dan
bleeding (keluarnya air yang berlebihan) dapat dikurangi. Kebutuhan air
untuk workabilitas yang minimun dengan menambah mortar semen sedikit
dari pada penambahan banyak air atau agregat halus.
c. Memenuhi kekuatan karakteristik yang dikehendaki dan keawetannya.
Yang dimaksud dengan kekuatan karakteristik adalah kekuatan tekan, dimana
dari sejumlah besar hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya
kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai 5% saja. Pada umumnya
spesifikasi beton akan memerlukan kekuatan tekan yang minimum. Ini
penting untuk menjaga supaya kebutuhan ini tidak bertentangan satu dengan
yang lain. Spesifikasi ini juga menghendaki bahwa beton harus persyaratan
keawetan yang dikehendaki, seperti perlawanan terhadap pembekuan dan
pencairan atau terhadap serangan bahan kimia pertimbangan ini selanjutnya
memberikan batas penentuan untuk faktor air semen atau kadar air semen.
B. PERENCANAAN CAMPURAN ADUKAN BETON
Perencanaan campuran atau perbandingan campuran beton yang lebih dikenal
sebagai Mix Design merupakan suatu proses yang meliputi dua tahap yang saling
berkaitan, yaitu:
1. Pemilihan terhadap bahan-bahan yang sesuai untuk pembuatan campuran
beton seperti, semen, agregat halus, agregat kasar dan lain-lain.
2. Penentuan jumlah relatif dari bahan-bahan campuran untuk menghasilkan
3 Data Perencanaan
a. Tegangan Karakteristik Rencana : 18 MPa (Silinder)
b. Jenis Pekerjaan : Kolom
c. Umur : 28 hari
d. Kemungkinan Gagal : 5%
e. Jenis Semen : Tipe 1, yaitu semen biasa yang cepat
mengeras
f. Jenis Agregat Kasar : Batu Pecah (dari stone crusher)
g. Berat Jenis Agregat Kasar : 2,70 kg/cm3
h. Ukuran Agregat Kasar : 40 mm (Zona I)
i. Jenis Agregat Halus : Pasir Katunun
j. Berat jenis Agregat Halus : 2,57 kg/cm3
k. Ukuran Agregat Halus : Pasir Halus (Zona III)
1. Kuat Tekan Karakteristik ( )
Yaitu kuat tekan yang disyaratkan, kuat tekan beton karakteristik umur 28
hari yang jumlah cacat tidak lebih dari 5% artinya kekuatan yang ada hanya
5% yang diperbolehkan dari jumlah yang ditest.
Nilai f’c =18 MPa
2. Deviasi Standar (Sd)
Deviasi standar ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian
pelaksanaan pencampuran betonnya, makin baik mutu pelaksanaan makin
kecil nilai deviasinya.
a. Jika pelaksana tidak mempunyai data pengalaman atau mempunyai
pengalaman kurang dari 15 buah benda uji, maka nilai deviasi standar
diambil dari tingkat pengendalian mutu pekerjaan pada tabel di bawah ini.
Mutu Pekerjaan dengan Deviasi Standar dapat dilihat pada Tabel 1.1
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Mutu Pekerjaan Diukur dengan Deviasi Standar
Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan
Standar Deviasi (MPa) Memuaskan
Sangat Baik
2,8
4 Baik
Cukup
Jelek
Tanpa Kendali
4,2
5,6
7,0
8,4
b. Jika pelaksana mempunyai data pengalaman pembuatan beton serupa
minimum 30 buah silinder yang diuji kuat tekan rata-ratanya pada umur
28 hari, maka jumlah data dikoreksi terhadap nilai deviasi standar dengan
suatu faktor pengali.
Rumus: Sd =
√
∑ ̅...(1.1)
Dimana:
x = tegangan untuk benda uji (MPa)
n = jumlah data
Untuk Faktor pengali Deviasi Standar dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2 Faktor pengali Deviasi Standar Bila Data Hasil Uji yang
Tersedia Kurang dari 30
Jumlah Data 30 25 20 15 < 15
F aktor Pengali 1,0 1,03 1,08 1,16 Tidak boleh
Sumber: TBK Mix Design, 2007
Karena tidak mempunyai data pengalaman diambil Sd = 7 MPa 3. Nilai Tambah Margin (M)
Nilai tambah margin yang tergantung dari hasil kali deviasi Standar dimana faktor k tergantung dari banyaknya cacat dan jumlah benda uji.
M = 1,64 . Sd……...………... (1.2) Dimana:
M = Nilai tambah
Sd = Standar Deviasi
k = Konstanta Kegagalan 5% = 1,64
Rumus di atas berlaku jika pelaksana mempunyai data pengalaman
pembuatan beton yang diuji kuat tekannya pada umur 28 hari.
Jika data tidak tersedia, berdasarkan Tabel 1.3, untuk = 26 MPa
5 Tabel 1.3 Kuat tekan rata-rata jika data tidak tersedia
Persyaratan Kuat Tekan (MPa) Kuat Tekan rata – rata perlu, (MPa)
Kurang dari 21 +7,0
21 sampai dengan 35 +8,5
Lebih dari 35 +7,0
Sumber: SNI-03-2847-2002
4. Kuat Tekan Rata-rata ( )
= + M ……….(1.3)
Dimana: = Kekuatan tekan rata-rata (MPa) = Kekuatan tekan karakteristik (MPa)
Maka f’cr = 26,0 + 7,0 = 25 MPa
5. Menetapkan Jenis Semen
Menurut SII 003-81 semen Portland dibagi menjadi lima jenis:
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan
persyaratan khusus
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi
sedang
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat
mengeras)
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat
Semen yang digunakan semen Portland termasuk semen Tipe 1.
6. Jenis Agregat
Tentukan jenis agregat kasar dan agregat halus. Adapun jenis agregat
dibedakan menjadi dua yaitu agregat alami (tak dipecah) dan batu pecah.
Jenis agregat halus adalah pasir dan agregat kasar adalah batu pecah.
7. Faktor Air Semen
6 Cara Pertama
Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata – rata perlu pada
umur tertentu, ditetapkan nilai faktor air semen dengan dengan melihat
Gambar1.1 Langkah penetapannya dilakukan dengan cara berikut ini:
a. Pada sumbu vertikal tetapkan nilai . Lalu tarik ke kanan sampai
memotong kurva yang sesuai.
b. Dari titik potong tersebut tarik lah garis ke bawah, dibaca nilai FAS yang dicari.
Gambar 1.1 Hubungan FAS dan Kuat Tekan Silinder Beton
Untuk = 25 MPa dan Umur 28 hari dan Jenis semen Tipe I maka, Faktor air semen didapat sebesar 0,562
Cara Kedua
a. Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan Tabel
1.3 sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai.
b. Lihat Gambar 1.2.
c. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai
memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir b di atas.
d. Buat kurva mengikuti grafik dibawah titik pertemuan pada poin c.
e. Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai
memotong kurva yang ditentukan poin d di atas.
f. Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk
7 Tabel 1.4 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) Dengan f.a.s 0,5
Jenis Semen Jenis Agregat
Kasar
Kuat Tekan (MPa) Pada Umur
3
Hari 7
Hari 28 Hari 91 Hari
Semen Portland
(Tipe I, II, III)
Alami 17 23 33 40
Batu Pecah 19 27 37 45
Semen Portland
(Tipe III)
Alami 21 28 38 44
Batu Pecah 25 33 44 48
Sumber: SNI 03-2834-2000
Untuk Umur 28 Hari , Jenis Semen Tipe I didapat Kuat Tekan 37 MPa.
Gambar1.2. Hubungan Antara Kekuatan Tekan Beton dan Faktor Air Semen
untuk umur 28 Hari dan = 25 MPa
Faktor air-semen didapatkan dari Gambar 1.2 untuk Umur 28 Hari dan
8 Cara ketiga
Menggunakan Faktor Air Semen Maksimum
Nilai faktor air semen dengan melihat persyaratan untuk berbagai
pembetonan dan lengkungan khusus, beton yang berhubungan dengan air
tanah mengandung sulfat, dan untuk beton bertulang terendam air. Ketiga hal
tersebut terlihat dari Tabel 1.4, 1.5 dan 1.6 berikut ini:
Tabel 1.5 Beton terkena pengaruh lingkungan khusus
Beton didalam ruang bangunan:
a. Keadaan Keliling Non Korosif. b. Keadaan Keliling Korosif, disebabkan
oleh kondensasi atau uap korosif.
275 325
0,60 0,52
Beton diluar Ruang Bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung.
b. Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung.
325
275
0,60
0,60
Beton yang masuk dalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah dan kering
berganti –ganti.
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari
tanah atau air tanah.
325
-
0,55
-
Beton yang terus menerus berhubungan
dengan air
9 Tabel 1.6 Beton pada lingkungan yang mengandung sulfat
Lingkungan
Sedang 0,10-0,20 150-1.500
Berat 0,20-2,00
1.500-10.000 V 0,45 31
Jenis komponen struktur Ion klorida terlarut (CI
-) pada beton (% terhadap semen)
Beton prategang 0,06
Beton bertulang yang terpengaruh
klorida selama masa layannya 0,15 Beton bertulang yang mungkin
kering atau terlindung dari air selama masa layannya
1,00
Konstruksi beton bertulang lainnya 0,30
Sumber: SNI 03-2834-2000
8. Faktor Air Semen Maksimum
Nilai FAS yang digunakan adalah nilai terendah dari nilai fas rencana dan fas
maksimum.
Cara 1 2 3
FAS 0,562 0,63 0,6
10 9. Nilai Slump Beton
Nilai slump beton yang akan digunakan untuk memeriksa kekentalan suatu
adukan beton. Nilai slump juga dapat ditentukan sebelumnya, tetapi bila tidak
ditentukan nilai slump dapat diperoleh dari Tabel 1.8.
Tabel 1.8 Penetapan Nilai Slump
No Uraian Slump (cm)
Dinding plat pondasi telapak bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison,
dan konstruksi bawah tanah
Plat, balok, kolom, dan dinding
Pengerasan jalan
10.Ukuran Maksimum Agregat
Penetapan butir maksimum diperoleh melalui pengayakan, dan tidak boleh
melebihi ketentuan-ketentuan berikut ini:
a. ¾ kali jarak bersih minimum antar tulangan atau berkas baja tulangan atau
tandon prategang atau selongsong.
b. 1/3 kali tebal plat
c. 1
/5 jarak terkecil antara bidang samping cetakan
Untuk penetapan butir maksimum dapat menggunakan diameter maksimum
40 mm, 20 mm, dan 10 mm.
Dari Analisa saringan didapatkan ukuran maksimum agregat 40 mm.
11.Kebutuhan Air
Kebutuhan air ditentukan sebagai berikut:
a. Agregat tak dipecah dan dipecah (jenis agregat sama) dapat dipergunakan
Tabel 1.9
Tabel 1.9 Penentuan Kebutuhan Air Ukuran Max
Agregat kasar (mm)
Jenis Agregat
Kebutuhan air per m3 beton (liter) Slump (mm)
0 – 10 10 – 30 30 - 60 60 – 180
11
Sumber: SNI 03-2834-2000
b. Agregat campuran (Jenis agregat berbeda) dihitung menurut:
A = 2/3 Ah + 1/3 A ...(1.4)
Dimana:
A = Kebutuhan air
Ah = perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Ak = perkiraan jumlah air agregat kasar pada Tabel 1.9
Nilai kadar air bebas dari Tabel 1.9 berbeda karena digunakan agregat
halus dan agregat kasar dari jenis yang berbeda (alami dan pecahan) maka
digunakan persamaan, A = 2/3 Ah + 1
/3 Ak
Dimana:
Kadar air bebas agregat halus (alami) = 175 liter/m3.
Kadar air bebas agregat kasar (pecahan) = 205 liter/m3.
Kadar air bebas agregat campuran = 2/3 x 175 + 1/3 x 205 = 185 liter/m3.
Sehingga didapatkan kebutuhan air 185 liter/m3.
12.Kebutuhan Semen Rencana
Kadar semen merupakan jumlah semen yang dibutuhkan per m3 beton sesuai
faktor air semen yang didapat dari membagi kadar air bebas dengan faktor air
semen. Nilai kebutuhan semen rencana dapat dihitung berdasarkan rumus
berikut:
Maka Kebutuhan semen rencana 330 kg/m3
12 13.Kebutuhan Semen Minimum
Kadar semen minimum ditetapkan berdasarkan Tabel 1.10 antara lain untuk
menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus misalnya
lingkungan korosif, air payau dan air laut.
Tabel 1.10 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus
Uraian Jumlah Semen Minimum
Per m3 Beton (kg/m3)
1.Beton di dalam ruang bangunan
a.Keadaan keliling non korosif
b.Keadaan keliling korosif disebabkan
kondensasi atau uap-uap korosif
2.Beton di luar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
b.Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
3.Beton yang masuk kedalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering
berganti-ganti
b.Mendapat pengaruh sulfat alkali dari
tanah atau air tanah
4.Beton yang kontinu berhubungan dengan
air tawar/ payau / laut
275
325
325
275
325
lihat Tabel 1.11
lihat Table 1.10
Sumber: SNI 03-2834-2000
Dari Tabel 1.10 didapatkan kebutuhan semen minimum 275 kg/m3
Untuk mengetahui kandungan semen minimum beton bertulang dalam air
dapat dilihat Tabel 1.11 dan untuk kandungan semen minimum untuk beton
yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat dapat dilihat
13 Tabel 1.11 Kandungan Semen Minimum Beton Bertulang dalam Air
Berhubungan
dengan Tipe Semen
Ukuran Agregat
Tabel 1.12 Kandungan Semen Minimum untuk Beton yang berhubungan
dengan Air tanah yang Mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat (SO3)
Tipe I tanpa Pozolan
Tipe I + Pozolan (15%-40%)
14.Kebutuhan Semen Yang Dipakai
Untuk menetapkan kebutuhan semen, yang dipakai adalah harga terbesar dari
kadar semen rencana dan kadar semen minimum.
Karena Kebutuhan semen rencana lebih besar dari kebutuhan semen
14 15.Penyesuaian Jumlah Air atau Faktor Air-Semen
Tentukan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah,
maka faktor air semen harus diperhitungkan kembali dengan:
a. Jika akan menurunkan faktor air semen, maka faktor air semen dihitung
lagi dengan cara jumlah air dibagi jumlah semen minimum.
b. Jika akan menaikkan jumlah air, maka jumlah semen minimum dikalikan
faktor air semen.
Karena kebutuhan semen tidak berubah maka tidak perlu penyesuaian,
jadi nilai f.a.s 0,562 dan kebutuhan air sebesar 185 Liter/m3.
16.Gradasi Agregat Halus
Tentukan gradasi agregat halus melalui analisa saringan. Dalam
SK-SNI-T-15-1990-03 kekasaran pasir dibagi menjadi 4 daerah yaitu:
15 Tabel 1.14 Analisa Saringan Agregat Halus
Lubang
Ayakan Pasir
(mm) Berat
Tertinggal Kumulatif Berat
Tertinggal
Sumber: Hasil Pemeriksaan Lab Struktur dan Material ULM
16 Tabel 1.15 Analisa Saringan Agregat Kasar
Sumber: Hasil Pemeriksaan Lab Struktur dan Material ULM
Dari perhitungan didapat untuk agregat kasar termasuk Daerah 1
17.Presentasi Agregat Halus
Presentase agregat halus terhadap agregat keseluruhan untuk ukuran
butir maksimum 40 mm dapat dilihat pada Gambar 1.4 berikut:
Gambar 1.4 Grafik Persentase agregat hakus terhadap agregat
keseluruhan untuk ukuran butir maksimum 40 mm
Dari Gambar 1.4 diatas proporsi pasir untuk nilai slump 75 – 150
mm berada pada grafik 60 – 180 mm dan Ukuran Maksimum agregat 40
17 18.Berat Jenis Relatif Agregat Gabungan
Berat jenis relatif agregat ditentukan sebagai berikut:
a. Apabila tidak ada data maka agregat alami (tak dipecah) 2,6 t/m3 dan
untuk agregat dipecah 2,7 t/m3.
b. Apabila memiliki data (dari hasil uji) dapat menggunakan rumus:
BJ Ag.Gabungan = (% Agr. Halus x BJ Agr. Halus) +
(% Agr. Kasar x BJ Agr. Kasar)
Presentasi agregat halus = 32%
Presentasi agregat kasar = 100% - 32% = 68%
BJ SSD Agregat halus = 2,57
BJ SSD Agregat kasar = 2,70
BJ Ag.Gabungan = (0,32 x 2,57) + (0,68 x 2,7) = 2,66 t/m3
Maka BJ Agr Gabungan untuk jenis agregat gabungan adalah 2,66 t/m3.
19.Berat Jenis Beton
Tentukan berat jenis beton menurut Grafik pada Gambar 1.5 sesuai
dengan kadar air bebas yang sudah ditentukan dan berat jenis relatif agregat
gabungan.
Gambar 1.5 Grafik hubungan kandungan air, berat jenis agregat campuran
18
Untuk kebutuhan air 185 Liter dan BJ Agr.Gabungan 2,66 t/m 3didapat BJ
Beton 2415 kg/m3.
a. Kebutuhan Agregat Gabungan (Berat Pasir + Berat Kerikil) Kag = Bjb– Ks– Ka ... (Pers. 1.5)
Dimana: Kag : Kebutuhan agregat gabungan (kg)
Bjb : Berat jenis beton basah (kg)
Ks : Kebutuhan semen (kg)
Ka : Kebutuhan air (kg)
Maka:
Kag= 2415 – 330 – 185 = 1900 Kg
b. Kebutuhan Agregat Halus
Kah= Kag x % Ah ... (Pers. 1.6)
Dimana: Kah : Kebutuhan agregat halus (kg)
Kag : Kebutuhan agregat gabungan (kg)
% Ah : Prosentase Agregat Halus (kg)
Maka:
Kah= 1900 Kg x 32 % = 608 Kg
c. Kebutuhan Agregat Kasar Kak= Kag– Kah... (Pers. 1.7)
Dimana: Kak : Kebutuhan agregat kasar (kg)
Kag : Kebutuhan agregat gabungan (kg)
Kah : Kebutuhan Agregat halus (kg)
Maka:
Kebut. Agr. Kasar = 1900 Kg – 608 Kg = 1292 Kg
Jadi perbandingan berat (SSD) bahan dari pengecoran:
a. Semen = 330 kg/m3
b. Air = 185 Liter/m3
c. Agregat Halus (Pasir) = 608 kg/m3
d. Agregat Kasar (Batu pecah) = 1292 kg/m3
20.Koreksi Terhadap Kondisi Bahan
Koreksi ini dilakukan minimal sekali sehari, karena pasir dan kerikil
19 tidak dalam keadaan jenuh kering, maka perhitungan dikoreksi dengan
rumus:
A2 = Kandungan air pada kerkil jenuh kering muka (%)
Adapun untuk koreksi terhadap kondisi bahan dapat dilihat pada Tabel 1.16
pemeriksaan lab struktur dan material ULM
Jadi bahan – bahan yang diperlukan:
20 c. Batu Pecah =
100 A Ak 2
x C = x 1292
= 13 kg/m3
Kebutuhan Kerikil = 1292 + 13
= 1305 kg/m3
d. Air = 185 Liter/m3
21.Koreksi Terhadap Kondisi Bahan
Untuk percobaan diperlukan 6 benda uji, maka Volume benda uji:
Silinder = 6 (1/4*π*D2*t) = 6(1/4*3,14*0,152*0,3)= 0,0318 m3
Dalam pelaksanaan ditambah 20% dari jumlah total untuk menjaga
kemungkinan susut, jadi diperlukan material = (0,2 x 0,0318) + 0,0318
= 0,0382 m3= 38,2 liter
Maka bahan yang diperlukan untuk benda uji adalah sebagai berikut:
a. Semen = 0,0382 330 = 17,797 kg
b. Pasir = 0,0382 626 = 24,736 kg
c. Kerikil = 0,0382 1305 = 40,359 kg
d. Air = 0,0382 185 = 7,749 liter
22.Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan di atas, maka didapat jumlah bahan sebelum
koreksi untuk 6 buah benda uji silinder tanpa menggunakan zat aditif sebagai
berikut:
a. Semen = 10 kg
b. Air = 6 Liter
c. Agregat Halus (Pasir) = 19 kg
d. Agregat Kasar (Batu pecah) = 41 kg
Sedangkan iumlah bahan sesudah koreksi untuk 6 buah benda uji
silinder tanpa menggunakan zat aditif adalah sebagai berikut:
a. Semen = 13 kg
b. Air = 7 Liter
c. Agregat Halus (Pasir) = 24 kg
d. Agregat Kasar (Batu pecah) = 50 kg
22
PERCOBAAN SLUMP BETON
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan slump beton merupakan
ukuran kekentalan beton segar. Sehingga akan diketahui apakah sampel yang dibuat
telah memenuhi slump yang telah ditentukan pada perhitungan sebelumnya (pada
Bab I).
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk percobaan slumb beton adalah sebagai
berikut:
1. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm,
bagian atas 10 cm, dan tinggi 30 cm, bagian atas dan bagian bawah terbuka.
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung dibulatkan
dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh rata dan kedap air (talam).
4. Sendok cekung.
5. Cetok.
6. Alat ukur penurunan, bisa menggunakan mistar atau roll meter.
C. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk percobaan slumb beton adalah contoh beton
segar sebanyak-banyaknya sama dengan isi cetakan.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan Slump beton dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah
2. Letakkan cetakan diatas pelat
3. Isi cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapisan, tiap lapisan
berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat
23 Pemadatan lapisan pertama pemasukan bagian tepi tongkat dimiringkan
sesuai dengan kemiringan cetakan.
4. Setelah selesai pemadatan, segera ratakan permukaan benda uji dengan
tongkat, tunggu selama setengah menit. Dan dalam jangka waktu ini semua
kelebihan beton segar di sekitar cetakan harus dibersihkan.
5. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
6. Balikkan cetakan dan letakan perlahan-lahan di samping benda uji.
7. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan
dengan tinggi rata-rata dari benda uji.
E. PERHITUNGAN
Berikut merupakan hasil prcobaan Test Slump Beton:
Tabel 2.1 Hasil percobaan Test Slump Beton
Percobaan Penurunan (cm) Keterangan
1 0 Tidak sesuai
2 4 Tidak sesuai
3 12,6 Sesuai dengan slump yang
direncanakan yaitu 7,5 cm – 15 cm
Sumber: Hasil Praktikum di Laboratorium
F. KESIMPULAN
Percobaan uji slump dilakukan sebanyak 3 kali. Percobaan pertama pengujian
slump gagal atau hasil uji tidak memenuhi dari batas yang disyaratkan, hal ini
dikarenakan kekurangan air dalam adukan. Setelah ditambahkan air sebanyak 1000
ml adukan beton diaduk kembali, hasil uji tidak memenuhi dari batas yang
disyaratkan yaitu 4 cm. Hal ini disebabkan adukan beton yang kurang merata.
Setelah adukan beton diaduk, maka uji slump kembali dilakukan sehingga
didapatkan nilai slump sebesar 12,6 cm dan telah memenuhi persyaratan slump yang
24
G. GAMBAR
Adapun gambar langkah-langkah dalam percobaan Test Slump Beton pada
Gambar 2.1 – 2.4 berikut:
Gambar 2.1 Pengadukan Bahan Gambar 2.2 Pengecoran
25
PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON
DAN BANYAKNYA BETON PER ZAK SEMEN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi beton dan
banyaknya beton per zak semen.
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan berat isi beton adalah
sebagai berikut:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
2. Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujungnya
dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3. Alat perata.
4. Takaran dengan kapasitas dan penggunaannya sebagai berikut :
Kapasitas 6 liter : Ukuran maksimum agregat kasar 25 mm
Kapasitas 10 liter : Ukuran maksimum agregat kasar 37,5 mm
Kapasitas 14 liter : Ukuran maksimum agregat kasar 50 mm
Kapasitas 28 liter : Ukuran maksimum agregat kasar 50 mm
Didalam percobaan ini menggunakan agregat ukuran maksimal 40 mm jadi
digunakan takaran/bohler dengan kapasitas 28 liter. Hasil pengukuran volume
takaran adalah 2830 cm3.
C. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk pemeriksaan berat isi beton adalah contoh
beton segar sebanyak-banyaknya dengan kapasitas takaran/bohler.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur pemeriksaan berat isi beton dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
26 2. Isilah takaran dengan benda uji dalam tiga lapis, dalam tiap lapis dipadatkan
dengan 25 kali tusukan secara merata.
3. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan sampai tidak
tampak gelembung-gelembung udara.
4. Ratakan permukaan pada benda uji dan tentukan beratnya (W2).
E. HASIL PERCOBAAN
1. Berat beton segar + bohler W2 = 10000 gr = 10,000 kg 2. Berat bohler W1 = 3880 gr = 3,880 kg
3. Volume bohler V = 2830 cm3 = 0,00283 m3
4. Berat per zak semen = 50000 gr = 50,000 kg
F. PERHITUNGAN
Perhitungan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Berat Isi Beton:
γ non aditif = ( - 1)
= (1 3-3 )
= 2162,544 kg/ m3 = 2163 kg/ m3 (dibulatkan)
2. Banyaknya Beton Per Zak Semen:
- Berat isi beton basah (A) = 2163 kg/m3
- Kadar semen rencana (B) = 330 kg/m3
Berat Beton Per Zak Semen (50 kg) :
= ( p )
= 33 1 3
= 327, 727 kg = 328 kg (dibulatkan)
Banyaknya beton per zak semen:
= ( on p )
= 1 33
27 Banyaknya semen per m3:
= on p n1
= 1 1
= 6,579 zak/ m3
G. KESIMPULAN
Dalam percobaan ini didapat data sebagai berikut:
1. Berat isi beton = 2163 kg/m3.
2. Berat beton per zak semen = 328 kg.
3. Banyaknya beton per zak semen = 0,152 kg.
4. Banyaknya semen per m3 = 5,579 zak/ m3.
H. GAMBAR
Adapun gambar dalam percobaan pemeriksaan berat isi beton dapat dilihat
pada Gambar 3.1 – 3.2 berikut:
Gambar 3.1 Menimbang Bohler Gambar 3.2 Menimbang Bohler
28
PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN BETON
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan beton
berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium. Kekuatan
tekan adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur.
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah
sebagai berikut:
1. Silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
2. Vibrator.
3. Tongkat pemadat diameter 16 mm, panjang 60 cm dengan ujung dibulatkan
dan terbuat dari baja anti karat.
4. Bak pengaduk beton kedap air dengan mesin pengaduk.
5. Timbangan dengan ketelitian 0.3 % dari berat contoh.
6. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
7. Satu set alat pemeriksaan slump.
8. Satu set alat pemeriksaan berat isi beton.
C. BAHAN
Bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah
sebagai berikut:
1. Air bersih.
2. Agregat halus (Pasir).
3. Agregat kasar (Kerikil).
4. Semen Portland Type I.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur pemeriksaan kekuatan tekan beton dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
29 a. Timbang bahan-bahan tersebut di atas seperti tercantum dalam
perencanaan campuran.
b. Pengadukan bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk atau
secara manual. Pada pelaksanaannya kami menggunakan cara manual.
c. yaitu dengan memasukkan agregat kasar dan halus serta semen ke dalam
talam besar kemudian diaduk dengan menggunakan cangkul sampai
campuran merata.
2. Penentuan Slump
a. Tentukan nilai slump dengan range slump 75-150 mm.
b. Apabila nilai slump telah memenuhi range 75-150 mm, berarti kekentalan
beton segar telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
c. Apabila belum memenuhi, maka ulangi pekerjaan pengadukan sampai
memenuhi nilai slump yang direncanakan.
3. Pencetakan dan Persiapan Benda Uji
a. Cetakan diolesi dengan oli terlebih dahulu supaya pada saat pelepasan
benda uji dari cetakannya lebih mudah.
b. Isilah cetakan dengan adukan dalam tiga lapisan dipadatkan dengan
tusukan 25 kali secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan
pertama, tongkat pemadat boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat
pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk
antara 25,4 mm kedalam lapisan pertama atau bawahnya. Tempatkan
cetakan di atas alat penggetar atau gunakan alat penggetar (Vibrator) dan
getarkan sampai gelembung dan rongga-rongga udara tidak ada lagi.
Ratakan permukaan beton dan tempatkan cetakan di tempat yang lembab,
kemudian diamkan selama 24 jam.
c. Setelah 24 jam bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
d. Rendam benda uji di dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi
syarat untuk perawatan selama waktu yang dikehendaki.
4. Persiapan Pengujian
a. Ambillah benda uji yang akan ditentukan kekuatannya dari bak pertama.
30 5. Pengujian
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan.
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah
beban maksimum yang terjadi selama pemerikasaan benda uji.
E. PERHITUNGAN
Rumus kekuatan tekan beton: A P
kg/cm2
Dimana : P = beban maksimum (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
Tabel 4.1 Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
TANGGAL UMUR BERAT LUAS
Sumber; Hasil Perhitungan kelompok XXIV
Tabel 4.3 Tabel Perhitungan Simpangan Beton Normal
31 Sd =
√
-
-1 =
√
1 3
-1
= 1,42 MPa
Mutu beton untuk benda uji yang dirawat di laboratorium dianggap
memenuhi syarat apabila:
1. Rata-rata tiga buah benda uji tidak boleh < f’c
3 = 1 1 1
3 = 1 3 1 ( n )
3 = 1 1 1 1 1 1
3 = 1 1 ( n )
2. Rata-rata dua buah benda uji tidak boleh f’c– 3,5 Mpa (14,5 Mpa)
= 1 1 = 1 1 1 1 ( n )
= 1 1 1 = 1 1 ( n )
= 1 1 1 1 = 1 1 ( n )
Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan hasil bahwa mutu beton yang
didapat sesuai rencana berdasarkan perhitungan rata-rata dua buah benda uji tidak
boleh < f’c – 3,5 Mpa (14,5 MPa).
F. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Sesuai SNI-03-2847-2002 Pasal 7.6 Kuat tekan suatu mutu beton dapat
dikategorikan memenuhi syarat jika dua hal berikut dipenuhi:
a. Setiap nilai rata-rata dari tiga uji kuat tekan yang berurutan mempunyai
nilai yang sama atau lebih besar dari
.
b. Tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rata-rata dari
dua hasil uji contoh silinder mempunyai nilai dibawah melebihi dari
32 2. Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat dikesimpulan bahwa hasil uji kuat
tekan beton yang telah dilakukan memenuhi persyaratan (1.b) dari
SNI-03-2847-2002 Pasal 7.6.
G. GAMBAR
Adapun gambar dalam percobaan Kuat Tekan Beton dapat dilihat pada
Gambar 4.1- 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Sebelum Pengujian Gambar 4.2 Setelah Pengujian Kuat Kuat Tekan Beton Kuat Tekan Beton
33
TEGANGAN REGANGAN PADA BETON
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan grafik perbandingan antara
tegangan dengan regangan dari sampel beton.
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk percobaan tegangan dan regangan pada
beton adalah sebagai berikut:
1. Silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
2. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
3. Dial pembaca perpendekan sampel.
C. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk percobaan tegangan dan regangan pada
beton adalah sebagai berikut:
1. Air bersih.
2. Agregat halus (Pasir Katunun).
3. Agregat kasar (Batu Pecah).
4. Semen Portland Tipe I.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Persiapan Pengujian tegangan regangan adalah sebgai berikut:
a. Ambillah benda uji yang akan ditentukan kekuatannya dari bak pertama
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
2. Prosedur Pengujian regangan adalah sebgai berikut:
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2-4 km/cm3 per detik.
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah nilai
perpendekan setiap kenaikan 2000 kg beban yang terjadi selama
34
E. PERHITUNGAN
Rumus tegangan pada beton :
Dimana : P = Beban maksimum (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
Rumus regangan pada beton :
ε
=
L
Gambar 5.1 Sketsa Beton mengalami Regangan
Dimana : ΔL = Perpendekan (mm)
L = Tinggi Awal (mm)
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Pertama
Beban Luas
penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 Mm Mm kg/cm2
0 176.63 1.10 300 0.00 0.004
2000 176.63 1.70 300 11.32 0.006
4000 176.63 2.00 300 22.65 0.007
6000 176.63 2.50 300 33.97 0.008
8000 176.63 2.60 300 45.29 0.009
10000 176.63 2.90 300 56.62 0.010
12000 176.63 3.00 300 67.94 0.010
14000 176.63 3.30 300 79.26 0.011
16000 176.63 3.80 300 90.58 0.013
18000 176.63 5.00 300 101.91 0.017
20000 176.63 5.80 300 113.23 0.019
22000 176.63 7.00 300 124.55 0.023
24000 176.63 9.80 300 135.88 0.033
26000 176.63 20.00 300 147.20 0.067
28000 176.63 21.00 300 158.52 0.070
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV
35 Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.2 sebagai berikut:
Gambar 5.2 Grafik Tegangan Regangan pada Sampel Beton Pertama
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Kedua Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 mm mm kg/cm2
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV
0
0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08
36 Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan pada Gambar 5.3 sebagai berikut:
Gambar 5.3 Grafik Tegangan Regangan pada Sampel Beton Kedua
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Ketiga Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 mm mm kg/cm2
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV
0
0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03
37 Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan pada Gambar 5.4 sebagai berikut:
Gambar 5.4 Grafik Tegangan Regangan pada Sampel Beton Ketiga
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Keempat Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 mm mm kg/cm2
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV
0
0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03
38 Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan pada Gambar 5.5 sebagai berikut:
Gambar 5.5 Grafik Tegangan Regangan pada Sampel Beton Keempat
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Kelima Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 mm mm kg/cm2
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV
0
0.00 0.00 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02
39 Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan pada Gambar 5.6 sebagai berikut:
Gambar 5.6 Grafik Tegangan Regangan pada Sampel Beton Kelima
Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Keenam Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 mm mm kg/cm2
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV
0
0.00 0.00 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
40 Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan pada Gambar 5.7 sebagai berikut:
Gambar 5.7 Grafik Tegangan Regangan pada Sampel Beton Keenam
F. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pemeriksaan tegangan dan regangan beton adalah
bahwa sampel pertama, kedua, dan kelima terdapat peningkatan nilai tegangan dan
regangan di tengah pemeriksaan atau pengujian sedangkan pada sampel beton ketiga
terjadi peningkatan tegangan regangan yang relatif. Hal ini menandakan bahwa nilai
tegangan regangan yang terjadi masing-masing tergantung dari nilai kuat tekan
karakteristik yang dicapai.
G. GAMBAR
Adapun gambar dalam percobaan Tegangan Regangan paada Beton dapat
dilihat pada Gambar 5.4 sebagai berikut:
Gambar 5.4 Sampel Beton dan Alat Dial Pembaca Perpendekan Sampel
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03
T
egan
gan
(
K
g/cm
2)