• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan motivasi belajar dengan prestas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "hubungan motivasi belajar dengan prestas"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia apalagi pada era globalisasi yang menuntut kesiapan setiap bangsa untuk bersaing secara bebas. Pada era globalisasi hanya bangsa-bangsa yang berkualitas tinggi yang mampu bersaing atau berkompetisi di pasar bebas. Dalam hubungannya dengan budaya kompetisi tersebut, bidang pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis karena merupakan salah satu wahana untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu sudah semestinya kalau pembangunan sektor pendidikan menjadi prioritas utama yang harus dilakukan pemerintah.

Inovasi dan upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui pelatihan dan peningkatan kualitas pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan dan pengadaan fasilitas lainnya. Semuanya itu belum menampakkan hasil yang menggembirakan1.

Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan hasil belajar yang maksimal oleh siswa, baik itu hasil belajar dalam bentuk kognitif, afektif maupun psikomotor. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan proses belajar mengajar yang didalamnya terdapat beberap faktor yang merupakan penentu lancar atau tidaknya kegiatan proses belajar mengajar2.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun dalam pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

1 Miftahul Huda, Model-Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) hal. 20

(2)

Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.

Sedangkan menurut Mortimer J. Adler dalam “Pendidikan adalah dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistic dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik”3

Dari kedua pendapat di atas, maka sudah jelas terlihat bahwa hanya dengan proses pendidikan yang baik, akan melahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang sangat berguna bagi keberhasilan pembangunan. John C. Bock mengidentifikasi peranan pendidikan sebagai berikut : (a) memasyarakatkan idiologi dan nilai-nilai sosio kultural bangsa, (b) mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan sosial dan (c) untuk meratakan kesempatan dan pendapatan.

Begitu pula halnya bila kita lihat dalam proses belajar mengajar PAI. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam mempelajari PAI akan melakukan kegiatan lebih cepat dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam mempelajari PAI. Siswa yang yang memiliki motivasi yang tinggi dalam mempelajari PAI maka prestasi yang diraih juga akan lebih baik4. Berdasarkan uraian tersebut menjadi landasan bagi penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam proposal ini adalah seberapa besar pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa.

C. Rumusan Masalah

3 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015) hal. 216

(3)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan yang positif bagi pelaksanaan proses pembelajaran, dikaitkan dengan hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi siswa.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti sendiri guna meningkatkan profesionalisme di bidang penelitian dan pengajaran.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)5. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan6. Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain : (1) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan); (2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi);

B. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa

5 Ibid hal 217

(5)

lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata7.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik8.

Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang9.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki10. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa : (a) Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang; (b)

7 Ibid hal 314

8 Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2007) hal. 89

9 . ibid hal.93

(6)

Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya. (c) Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.

C. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)

Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah11.

D. Prestasi Belajar

Menurut Djalal bahwa “prestasi belajar siswa adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran”12. Sedangkan menurut Kamus bahasa Indonesia Millenium ”prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dikerjakan”. Prestasi belajar menurut Hamalik adalah prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. Ada banyak pengertian tentang prestasi belajar. Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil belajar/ nilai pelajaran

11 Miftahul Huda, Model-Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) hal. 318

(7)

sekolah yang dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuannya/usahanya dalam belajar.

Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses belajar yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui sesuatu pekerjaan berhasil atau tidak diperlukan suatu pengukuran13. “Pengukuran adalah proses penentuan luas/kuantitas sesuatu”. Dalam kegiatan pengukuran hasil belajar, siswa dihadapkan pada tugas, pertanyaan atau persoalan yang harus dipecahkan/dijawab. Hasil pengukuran tersebut masih berupa skor mentah yang belum dapat memberikan informasi kemampuan siswa. Agar dapat memberikan informasi yang diharapkan tentang kemampuan siswa maka diadakan penilaian terhadap keseluruhan proses belajar mengajar sehingga akan memperlihatkan banyak hal yang dicapai selama proses belajar mengajar. Misalnya pencapaian aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Prestasi belajar menurut Bloom meliputi 3 aspek yaitu ”kognitif, afektif dan psikomotorik”14. Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah aspek kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.

Prestasi belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai digunakan tes terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang menunjukkan keadaan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa15.

Prestasi belajar sebagai hasil dari proses belajar siswa biasanya pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran yang disajikan dalam buku laporan prestasi belajar siswa atau raport. Raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar . Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi anak didik, pendidik, wali murid dan sekolah, karena nilai atau angka yang diberikan merupakan manifestasi dari

13 The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien. (Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi, 2005) hal. 298

14 Ibid hal. 299

(8)

prestasi belajar siswa dan berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan maupun sekolah. Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

(9)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Motivasi belajar adalah dorongan yang ada pada seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar sangat penting peranannya bagi siswa dalam usaha mencapai prestasi belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran, mereka biasanya kelihatan lebih menaruh perhatian bersungguh-sungguh dalam belajar dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas16.

Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan lebih tekun, bersemangat, lebih tahan dan memiliki ambisi yang lebih tinggi dalam mencapai prestasi belajar yang lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang kurang atau tidak memiliki motivasi belajar. Mereka yang tidak memiliki motivasi belajar akan kelihatan kurang atau tidak bergairah dalam belajar maupun mengikuti pembelajaran di kelas, tidak menaruh perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, apatis dan tidak berpartisipasi aktif dalam belajar17. Kondisi siswa yang kurang memiliki motivasi belajar sudah tentu tidak mampu menghasilkan prestasi yang memuaskan. Dalam kaitannya dengan materi pelajaran, selama ini siswa cenderung tidak memiliki minat untuk mempelajarinya18. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya motivasi yang diberikan oleh pengajar dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan kerangka berpikir tersebut di atas, maka dapat diduga adanya hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar geografi siswa.

16 Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2007) hal. 130

17 Slameto. . Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) hal. 270

(10)

B. Indicator Motivasi Siswa :

1. Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil

2. Adanya Dorongan dan Kebutuhan Dalam Belajar

3. Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan 4. Adanya Penghargaan Dalam Belajar

5. Adanya Kegiatan yang Menarik Dalam Belajar 6. Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif

C. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian ex post facto dengan pendekatan korelasional19. Metode ini digunakan karena peneliti berusaha mengetahui variable terikat (Prestasi Belajar) pada siswa Kelas IX A SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

2. Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas : motivasi belajar siswa

b. Variabel terikat : prestasi belajar siswa

D. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis alternative

Semakin tinggi motivasi, maka prestasi belajar seseorang akan semakin baik20.

2. Hipotesis nol

19 Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2015) hal. 108

(11)

Sebaliknya, semakin rendah motivasi, maka prestasi belajar seseorang akan semakin buruk.

Untuk menjawab permasalahan yang diajukan, maka jawaban sementara yang akan dibuktikan kebenarannya adalah terdapat hubungan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi siswa.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah himpunan subjek penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa Kelas IX A SMP Negeri 22 Bandar Lampung, sehingga populasinya berjumlah 40 orang siswa.

2. Sampel

Sampel penelitian ini ditentukan sebanyak 40 siswa atau seluruh siswa kelas IX A yang ada, sampel di ambil dari 50% populasi yang ada sehingga disebut penelitian Kuantitatif.

Adapun datanya adalah sebagai berikut :

No

. Tingkat Motivasi belajar Hasil belajar

1 50 54

2 56 58

(12)

4 59 61

5 62 60

6 62 63

7 62 60

8 63 67

9 64 67

10 65 68

11 67 68

12 70 69

13 70 70

14 71 71

15 72 72

16 73 73

17 74 74

(13)

19 76 76

20 77 77

(mencari hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa).

(14)

14

10 65 68 4225 4624 4420

(15)

F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode kuesioner dan observasi.

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar. Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data21.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Metode ini merupakan metode yang dapat membantu mencari data mengenai pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa22.

21 Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2015) hal 203

(16)

G. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis regresi dan analisis korelasi untuk menguji hipotesis penelitian.

1. Analisis regresi merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam analisis regresi, variabel yang mempengaruhi disebut Independent Variable (variabel bebas) dan variabel yang dipengaruhi disebut Dependent Variable (variabel terikat). Jika dalam persamaan regresi hanya terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka disebut sebagai persamaan regresi sederhana, sedangkan jika variabel bebasnya lebih dari satu, maka disebut sebagai persamaan regresi berganda23.

2. Analisis korelasi yang digunakan adalah (PPM) Pearson Product Moment. Teknik analisis Korelasi PPM termasuk teknik statistik parametrik yang mengunakan data interval dan ratio dengan persyaratan tertentu24. Misalnya: data dipilih secara acak (random); datanya berdistribusi normal; data yang dihubungkan berpola linier; dan data yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai dengan subjek yang sama. Kalau salah satu tidak terpenuhi persyaratan tersebut analisis korelasi tidak dapat dilakukan. Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 < r < + 1). Apabila nilai r = – 1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sebelum dilakukan analisis data, maka terlebih dahulu dilakukan Uji Linieritas .

23 Sugiyono, Statistika dan Penelitian. (Bandung : Alfabeta, 2009) hal.100

(17)

3. Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi variabel bebas x terhadap variabel terikat y. Berdasarkan garis regresi yang telah dibuat, selanjutnya diuji keterkaitan koefisien garis regresi serta linearitas garis regresi.

4. Aturan pengambilan keputusan

Setelah persyaratan analisis data sebagaimana diuraikan di atas dipenuhi, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap data penelitian. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Pengajuan Hipotesis :

Ha : terdapat hubungan positif signifikan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa.

Ho : tidak terdapat hubungan positif signifikan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa.

b. Mencari koefisien korelasi variabel X dengan variabel Y dengan menggunakan rumus korelasi product moment angka kasar.

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

X = skor tiap item dari tiap responden

Y = skor total seluruh item dari tiap responden

ΣX = jumlah skor tiap item dari seluruh responden uji coba

(18)
(19)
(20)

Daftar Pustaka

Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2007)

Slameto. . Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2015)

Sugiyono, Statistika dan Penelitian. (Bandung : Alfabeta, 2009)

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien. (Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi, 2005)

Miftahul Huda, Model-Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. HOKLI SIMAMORA Tahun

Makna konotasi yang dihadirkan dari Sakramen Perjamuan kudus adalah peringatan atas penghapusan dosa manusia dan mempunyai makna denotasi yaitu minum anggur bersama.

komunitas yaitu cerminan dan kesadaran kritis, membangun identitas komunitas, tindakan representasi dan politis, praktek yang berhubungan dengan budaya, asosiasi

Marketing Research An Applied Orientation, Third Edition, Prentice Hall International, Inc.. Upper Saddle,

Ditinjau dari pengertian efisiensi menurut Mubyarto dalam Sihombing (2011) yaitu sistem tataniaga disebut efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu mampu menyampaikan

1) Reksa dana tertutup (Closed-End Fund), yaitu reksa dana yang tidak dapat membeli saham-saham yang telah di jual kepada pemodal. Artinya, pemegang saham tidak dapat memjual

Di dalam kenyataan di masyarakat ditemukan bentuk akta pengikatan jual beli tanah, biasanya akta tersebut dikenal dengan istilah Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah

menawarkan banyak kemudahan yang tidak didapatkan dari layanan perbankan pada umumnya. Selain terkait dengan permodalan, koperasi simpan pinjam juga memiliki kelebihan lain