• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH VARIABEL PDB INFLASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGARUH VARIABEL PDB INFLASI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

Oleh : Royhul Akbar / 0910212025

Abstraksi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel PDB, Inflasi dan Suku Bunga Kredit Investasi terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri Indonesia pada tahun 1984 sampai dengan 2009. Untuk mengetahui pengaruh variabel PDB, Inflasi dan Suku Bunga Kredit Investasi terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri Indonesia pada tahun 1984 sampai dengan 2009 digunakan analisis OLS dengan menggunakan variabel terikat yakni Penanaman Modal Dalam Negeri serta Variabel Bebas adalah Produk Domestik Bruto, Inflasi dan Suku Bunga Kredit Investasi .

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa PDB dan Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap PMDN sedangkan SKBI berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap PMDN. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Produk Domestik Bruto serta Inflasi pada tahun 1984 sampai dengan tahun 2009 mempengaruhi kenaikan jumlah PMDN di Indonesia. Sedangkan perubahan Suku Bunga Kredit Investasi tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan jumlah PMDN di Indonesia.

Kata kunci : PMDN, PDB, Inflasi dan Suku Bunga Kredit Investasi Pendahuluan

Investasi merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi barang dan jasa di semua sektor-sektor ekonomi. Terciptanya kegiatan-kegiatan produksi dapat mendorong terciptanya kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat, yang selanjutnya meningkatkan permintaan di pasar. Terjadinya perkembangan pasar menunjukkan bahwa volume kegiatan produksi juga berkembang, kesempatan kerja dan pendapatan di dalam negeri akan meningkat sehingga dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi (Tulus, 2001).

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau penanaman modal bagi perusahaan untuk membeli barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang dan jasa dalam perekonomian, pertambahan jumlah barang modal memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah suku bunga, prediksi tingkat keuntungan, prediksi mengenai kondisi ekonomi ke depan, kemajuan teknologi, tingkat pendapatan nasional dan keuntungan perusahaan (Sukirno, 2002).

(2)

suatu bidang usaha tertentu akan selalu memperhatikan faktor-faktor keamanan lingkungan, kepastian hukum, status lahan investasi dan dukungan pemerintah.

Iklim investasi merupakan kondisi yang bersifat multi dimensi dan menjadi bahan pertimbangan bagi para investor dalam melakukan investasi. Dalam kaitan tersebut peran pemerintah menjadi sangat penting dalam setiap proses penanaman modal, bahkan rekomendasi pemerintah daerah merupakan syarat mutlak dalam penilaian kegiatan investasi di daerah dinyatakan layak. Hal tersebut terkait pula dengan masalah pemanfaatan tata ruang, gangguan lingkungan dan ketertiban umum.

Selain itu iklim investasi merupakan suatu proses jangka panjang yang senantiasa berjalan searah dengan perkembangan usaha. Iklim investasi bukan hanya dipertimbangkan pada awal rencana investasi, akan tetapi merupakan variabel strategis yang akan menentukan keberhasilan investasi sepanjang perusahaan berjalan.

Terdapat beberapa faktor penentu dilakukannya investasi, yaitu investasi memberikan revenue tambahan kepada perusahaan melalui penjualan produknya secara lebih besar, suku bunga merupakan harga atau biaya yang harus dibayar dalam meminjamkan uang untuk suatu periode tertentu dan ekspekstasi keuntungan. Dengan demikian para investor melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan atas investasi yang dilakukan. Pertimbangan tersebut adalah sepenuhnya merupakan pertimbangan-pertimbangan investasi yang terkait secara langsung dengan faktor-faktor ekonomi.

Disamping pertimbangan faktor ekonomi yang menjadi penentu investasi, pertimbangan non ekonomi seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, penegakan hukum dan sosial budaya merupakan faktor penentu yang tidak kalah pentingnya untuk menentukan keberhasilan investasi.

Setiap negara pasti berlomba lomba untuk menciptakan stabilitas dan iklim investasi dalam negaranya guna pertumbuhan ekonomi yang baik sehingga bisa mencapai tujuan awal berdirinya suatu negara, begitu juga dengan negara Indonesia yang secara eksplisit tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yakni menciptakan pembangunan yang sesuai dengan sila sila yang terkandung dalam Pancasila. Iklim investasi, seperti definisi yang telah penulis sebutkan sebelumnya adalah semua Kebijakan, Kelembagaan, dan Lingkungan baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi dimasa depan, yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dan resiko suatu investasi. Tiga faktor utama dalam iklim investasi antara lain ( Asian Development Bank, 2005) :

1. Kepemerintahan dan kelembagaan, yang mencakup kejelasan dan efektifitas peraturan, perpajakan, sistem hukum , sektor keuangan, fleksibilitas pasar tenaga kerja dan keberadaan tenaga kerja yang terdidik dan terampil.

2. Kondisi Ekonomi Makro, yang mencakup stabilitas ekonomi makro, keterbukaan ekonomi, persaingan pasar serta stabilitas sosial dan politik. 3. Infrastuktur, yang mencakup antara lain sarana transportasi,

telekomunikasi, listrik dan air.

(3)

diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu dengan menggenjot investasi, baik berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA).

Berdasarkan hal tersebut, suatu negara dengan sistem ekonomi terbuka seperti Indonesia sudah pasti menjadi ajang gabungan investasi domestik dan asing. Potensi Indonesia bagi investasi adalah sangat besar, baik dilihat dari sisi penawaran maupun sisi permintaan (Nafisatul, 2007). Dari sisi penawaran harus dibedakan antara potensi jangka pendek dan potensi jangka panjang. Potensi jangka pendek yang masih dapat diandalkan oleh Indonesia tentunya adalah masih tersedianya banyak sumber daya alam, termasuk komoditas-komoditas pertambangan dan pertanian. Sedangkan potensi jangka panjang adalah pengembangan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tidak ada satu negarapun di dunia ini yang tidak mampu mengembangkan teknologi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, namun hal ini sangat tergantung pada kemauan dari negara tersebut untuk melakukannya.

Ada dua faktor utama yang menentukan potensi Indonesia bagi investasi apabila dilihat dari sisi permintaan, yaitu jumlah penduduk dan pendapatan riil per kapita. Kedua faktor ini secara bersamaan menentukan besarnya potensi pasar, yang berarti juga besarnya potensi keuntungan bagi seorang investor. Indonesia, seperti halnya China dan India, merupakan potensi pasar yang sangat besar apabila dilihat dari segi jumlah penduduk. Namun, jumlah penduduk saja tidak cukup jika daya beli masyarakat kecil. Oleh karena itu, kemampuan Indonesia untuk pulih kembali setelah krisis dengan menghasilkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil rata-rata per kapita yang tinggi menjadi salah satu pertimbangan serius bagi investor asing.

Selain pentingnya peningkatan investasi domestik, penyerapan modal asing juga memiliki peran yang tak kalah pentingnya dalam upaya penghimpunan dana untuk pembangunan. Arus masuk modal asing (capital inflows) berperan dalam menutup gap devisa yang ditimbulkan oleh defisit pada transaksi berjalan. Selain itu, masuknya modal asing juga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu akibat kurangnya modal bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi. Modal asing ini selain sebagai perpindahan modal juga dapat memberikan kontribusi positif melalui aliran industrialisasi dan modernisasi. Akan tetapi apabila modal asing tersebut tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang besar, terutama apabila terjadinya capital flows reversal , hal ini seperti yang dikemukankan oleh suhel (2008; 103) bahwa perkembangan investasi pasca krisis, peran PMA jauh lebih penting dari PMDN, namun apabila dilihat lagi lebih banyak arus PMA keluar di bandingkan arus PMA yang masuk yang menandakan buruknya ddaya sain indonesia dalam hal PMA (dalam periode 1998 – 2003).

(4)

cepat. PMA dapat juga menimbulkan beberapa akibat yang tidak menguntungkan terhadap pembangunan ekonomi. PMA dalam jangka panjang dapat mengurangi tingkat tabungan yang tercipta pada masa yang akan datang apabila kegiatan PMA justru mempertinggi tingkat konsumsi mayarakat. Adanya perusahaan asing juga dapat menghambat perkembangan perusahaan-perusahaan nasional yang sejenis dengannya. Apabila perkembangan perusahaan-perusahaan asing tersebut mematikan perusahaan-perusahaan nasional yang sudah ada, maka hal ini akan menimbulkan pengangguran dan menghapuskan mata pencaharian golongan masyarakat tertentu (Mudrajad, 2000).

Adanya atau kehadiran investasi asing (Penanaman Modal Asing) akan menghambat perkembangan kemandirian Bangsa Indonesia dalam mengatasi masalahnya sendiri, oleh sebab itulah hendaknya pemerintah mendorong upaya untuk menggalakkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) guna memecahkan masalah perekonomian Indonesia.

Hal ini juga bisa dilihat dari grafik pertumbuhan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri di indonesia dari tahun 1990 – 2009 sesuai dengan grafik di bawah ini :

Kurva Realisasi PMA dan PMDN Indonesia

Sumber : Data BKPM dan World Bank diolah (dalam Rupiah)

Dimana dari kurva realisasi PMDN Indonesia diatas terjadi fluktuasi penanaman modal dalam negeri di Indonesia, tetapi trend yang terjadi adalah peningkatan dalam jumlah penanaman modal dalam negeri di Indonesia, hal ini berbeda dengan PMA yang terjadi di Indonesia, walaupun terjadi peningkatan dalam jumlah PMA tahun 2009 di banding pada tahun 1990-an tetapi sempat juga terjadi penarikan modal asing yang ada di Indonesia, yaitu penurunan PMA yang terjadi pada rentang waktu tahun 1997 – 2001. Hal ini menurut penulis menggambarkan bahwa PMDN lebih mempunyai stabilitas yang kuat dibandingkan dengan PMA pada masa krisis, sehingga mendorong penulis untuk memilih menganalisis PMDN dan variabel variabel yang mempengaruhinya. Kajian Pustaka

(5)

yaitu “Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri” dan Pasal 1 ayat 5 yaitu “Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia” dari kedua ayat tersebut jelaslah bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri adalah jenis penanaman modal yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri baik sektor perorangan, swasta maupun sektor pemerintah.

Kemudian dijelaskan pula dalam pasal 1 ayat 9 UU tersebut bahwa “Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum” ayat ini menurut interpretasi penulis menyatakan bahwa modal yang dimiliki untuk ditanamkan oleh penanam modal dalam negeri harus merupakan miliknya sendiri dan bukan pinjaman dari pihak luar negeri sehingga penulis menyimpulkan bahwa modal tersebut bisa berupa uang atau barang milik pribadi penanam modal dalam negeri.

Badan yang menaungi penanaman modal di Indonesia sesuai dengan pasal 15 ayat c adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal yang berlokasi di Jakarta dan mempunya kantor perwakilan di seluruh ibukota propinsi di Indonesia.

1. Produk Domestik Bruto (PDB)

Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa investasi sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi bahkan memiliki hubungan timbal balikyang positif. Hubungan timbal balik tersebut terjadi karena disatu pihak, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara berarti semakin besar bagian dari pendapatan yang bisa ditabung, sehingga investasi yang tercipta akan semakin besar pula . dalam kasus ini, investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. dilain pihak , semakin besar investasi suatu negara, akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Dengan demikian pertumbuhan merupakan fungsi dari investasi (Hadi.YS dalam suhel 2008; 97)

Istilah investasi bruto swasta domestik menunjukkan investasi pada mesin-mesin, peralatan serta gedung-gedung yang habis dikonsumsi dalam proses produksi pada tahun berjalan ditambah dengan tambahan netto persediaan barang-barang kapital. Konsumsi pemakaian barang-barang kapital merupakan penyusutan. Jadi investasi bruto adalah investasi pengganti ditambah investasi bersih atau investasi tambahan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara bisa dilihat dari investasi nettonya, bila investasi bruto melebihi penyusutan atau investasi penggantinya maka terdapat investasi

netto dan perekonomian negara tersebut mengalami perluasan.

Perekonomian suatu negara mengalami stagnasi atau penurunan bila investasi netto negatif atau dimana investasi bruto lebih kecil daripada investasi pengganti

(6)

rendah, ini berarti dunia usaha mempunyai cukup banyak kelebihan kapasitas produksi hingga tak ada dorongan membeli barang barang-barang kapital baru .

Selain itu teori yang juga menguatkan akan hubungan antara PDB dengan PMDN adalah teori yang dikemukakan oleh Harrold dan Domar dimana dikemukakan bahwa Investasi tetap dibutuhkan agar perekonomian dapat terus tumbuh, dan sebagai ahli ekonomi yang meneruskan konsep

Keynes, Harrod-Domar tetap mementingkan peran pemerintah terutama dalam

merencanakan pertumbuhan ekonomi dan menghimpun dana untuk keperluan investasi (Jhingan, 2010;229).

Untuk memperjelas pengaruh perubahan PDB terhadap PMDN maka penulis mencoba menjelaskan mekanisme transmisi alur yang terjadi bagai mana perubahan PDB mempengaruhi PMDN. Pertambahan jumlah produk domestik bruto atau pendapatan nasional tentunya akan mendorong penambahan jumlah uang beredar yang ada di masyarakat, hal ini akan mendorong kenaikan tingkat tabungan, akibat dari penambahan jumlah tabungan tersebut maka sumber dana yang ada akan bertambah lalu bank akan memberlakukan easy money policies supaya sumber dana tersebut dapat di salurkan kembali ke masyarakat dengan cara menurunkan suku bunga kredit/pinjaman yang pada akhirnya akan terjadi kenaikan jumlah investasi. PDB↑  S↑ r↓↑

Dimana :

PDB : Produk Domestik Bruto S : Saving / Tabungan r : Suku Bunga Pinjaman

  : Investasi

Sehingga dari uraian diatas jelas ada keterkaitan nyata antara investasi (yang didalamnya terkandung investasi domestik atau penanaman modal dalam negeri) dengan output yang dihasilkan oleh suatu negara (PDB) dimana semakin tinggi tingkat investasi (di proxykan oleh PMDN) maka semakin besar PDB yang dihasilkan oleh negara tersebut yang pada akhirnya akan menambah investasi yang tertanam di negara tersebut, tetapi investasi tidak dilakukan jika penambahan investasi diperkirakan tidak menambah output penjualan (yang di proxykan oleh PDB).

2. Inflasi

Unsur kedua yang ikut mempengaruhi investasi adalah tingkat inflasi. Pada dasarnya, investasi dapat dikatakan sebagai perjudian mengenai masa depan dengan pertaruhan bahwa hasil investasi akan lebih besar daripada biayanya. Para pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk melakukan investasi atau tidak dengan melakukan suatu ekspektasi terhadap kondisi perekonomian suatu negara di masa depan. Menurut Sulong dan Agus (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Linkages between foreign direct investmen and its determinan in Malaysia menyatakan bahwa, tingkat inflasi merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh para pelaku ekonomi untuk menilai baik atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara.

(7)

Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dengan persentase yang cukup besar, bukan merupakan inflasi. Seorang investor akan cenderung untuk melakukan investasi apabila tingkat inflasi di suatu negara adalah stabil. Hal ini dikarenakan dengan adanya kestabilan dalam tingkat inflasi, maka tingkat harga barang-barang secara umum tidak akan mengalami kenaikan dalam jumlah yang signifikan. Oleh karena itu, investor akan merasa lebih terjamin untuk berinvestasi pada saat tingkat inflasi di suatu negara cenderung stabil atau rendah (Nopirin, 1992).

Demand Pull Inflation

Jenis-jenis inflasi berdasarkan penyebabnya antara lain (Samuelson, 1996) : a. Demand-pull inflation

Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat atas beberapa barang yang terlalu kuat. Oleh karena itu terjadi kenaikan harga sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan pada tingkat produksi yang telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh. Tingkat harga keseimbangan awal adalah P dan kuantitas barang yang diminta adalah sebesar Q. Dikarenakan permintaan masyarakat akan barang-barang (aggregate demand) bertambah, misalnya karena bertambahnya pengeluaran pemerintah atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, maka kurva aggregate demand bergeser dari AD ke AD’. Akibat dari pergeseran kurva AD tersebut, tingkat harga naik dari P menjadi P’.

P

AD'

AS

AD

P’ E'

P E

Q

Q Q'

(8)

Cost Push Inflation

AS'

P

AS

AD

P'

P

0 Q' Q Q

Sumber : Makroekonomi (Samuelson, 1996) b. Cost Push Inflation

Inflasi ini timbul karena kenaikan ongkos produksi. Kenaikan biaya produksi barang dan jasa akan mendorong terjadinya kenaikan harga. apabila terjadi kenaikan biaya produksi, misalnya karena adanya kenaikan harga bahan baku untuk produksi, maka kurva penawaran akan bergeser dari AS1 ke AS2. Akibatnya, tingkat produksi menurun dan mendorong terjadinya kenaikan harga, yaitu dari P1 menjadi P2.

Terlepas dari pengelompokan-pengelompokan tersebut, pada kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu negara sangat jarang (jika tidak boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh satu macam / jenis inflasi, tetapi acapkali karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini dikarenakan tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku ekonomi yang benar-benar memiliki hubungan yang independen dalam suatu sistem perekonomian negara. Contoh : imported inflation seringkali diikuti oleh cost push inflation, domestic inflation diikuti dengan demand pull inflation (Adwin, 59 ; 1999)

Agar lebih jelas lagi maka penulis mencoba untuk menggambarkan lewat mekanisme transmisi alur bagaimana jika inflasi meningkat akan mempengaruhi investasi dalam hal ini penanaman modal dalam negeri. Apabila terjadi kenaikan jumlah uang beredar di masyarakat akan menyebabkan peningkatan inflasi, peningkatan inflasi ini memaksa Bank Indonesia untuk kembali menstabilkan inflasi dengan cara penarikan kelebihan jumlah uang beredar dimasyarakat dengan mekanisme peningkatan suku bunga , kenaikan suku bunga akan mengakibatkan permintaan akan investasi menjadi menurun.

JUB

INF

r

Dimana :

(9)

INF : Inflasi

r : suku bunga





investasi

Dari uraian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa investor akan lebih nyaman bila menginvestasikan uang atau modalnya apabila inflasi stabil atau rendah, sehingga hubungan antara inflasi dan investasi (PMDN) mempunyai hubungan negatif.

3. Suku Bunga Kredit Investasi

Faktor ketiga yang menjadi penentu terhadap tingkat investasi adalah suku bunga Investasi. Analisis biaya investasi adalah lebih rumit daripada biaya komoditi lain karena barang-barang modal adalah berumur panjang. Apabila membeli barang-barang yang berumur panjang, maka harus menghitung harga dari modal itu, dalam hal ini dinyatakan dalam tingkat bunga pinjaman atau kredit. Pengaruh dari suku bunga kredit terhadap investasi juga dijelaskan oleh pemikiran ahli-ahli ekonomi Klasik yang menyatakan bahwa investasi adalah fungsi dari tingkat bunga (samuelson & Nordhaus, 1996)

Pada investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayarkan untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos dari penggunaan dana (cost of capital). Semakin rendah tingkat bunga, maka investor akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga semakin kecil (Nopirin, 1992).

Untuk lebih memperjelas bagaimana perubahan suku bunga mempengaruhi perubahan investasi, maka penulis akan coba menjelaskan bagaimana mekanisme transmisi alur perubahannya. Perubahan suku bunga dengan maksud menarik jumlah uang beredar yang tinggi akan mempengaruhi pergerakan suku bunga. Suku bunga akan naik sehingga mengakibatkan penurunan pada investasi akibat dari peningkatan jumlah kewajiban yang harus di bayar dari penambahan modal.

JUB

r



Dimana :

JUB : jumlah uang beredar

r : suku bunga



:

investasi

Jadi dapat di tarik kesimpulan bahwa semakin rendah tingkat bunga maka semakin tinggi pula keinginan investor untuk melakukan Investasi, dalam hal ini investasi dapat diasumsikan sebagai penanaman modal, sehingga semakin rendah tingkat suku bunga maka semakin tinggi PMDN dan kedua variabel ini memiliki hubungan negatif.

Hipotesis

1. Terdapat pengaruh hubungan secara bersama sama terhadap variabel dependen (PMDN) yang dipengaruhi variabel independen (PDB, Inflasi dan Suku Bunga Investasi).

(10)

3. Tingkat Inflasi diduga mempunyai hubungan negatif terhadap PMDN di Indonesia, sehingga apabila terjadi peningkatan Inflasi maka akan menurunkan jumlah PMDN di Indonesia.

4. Tingkat Suku Bunga Kredit Investasi diduga mempunyai hubungan negatif terhadap PMDN di Indonesia , sehingga apabila terjadi peningkatan Suku Bunga Investasi maka akan menurunjan jumlah PMDN di Indonesia.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam menjawab permasalahan adalah penelitian kuantitatif. Pembahasan akan mengacu pada hasil estimasi dari data-data yang diperoleh, dengan menggunakan data perekonomian Indonesia dalam kurun waktu 1984 hingga tahun 2009.

Definisi Operasional

 Penanaman Modal Dalam Negeri adalah Jumlah besaran penanaman modal dalam negeri di Indonesia yang dijumlahkan dari semua sektor yang ada baik sektor primer, sekunder maupun tersier dari penanaman modal riil dalam negeri,

 Produk Domestik Bruto (PDB) adalah Jumlah Output keseluruhan suatu negara yakni Indonesia, data ini merupakan data PDB konstan tahun 2000

 Tingkat Inflasi (INF) adalah kenaikan harga yang terjadi secara umum seluruh barang secara terus-menerus selama suatu periode waktu tertentu, data ini merupakan data Inflasi Deflator.

 Tingkat Suku Bunga Investasi adalah harga atau biaya yang harus dibayarkan oleh seseorang apabila orang tersebut meminjam sejumlah uang untuk berinvestasi.

Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan data yang diolah dengan alat analisis. Untuk mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesis, maka penelitian ini menggunakan model OLS (Ordinary Least Square). Analisis regresi ini bertujuan untuk mengetahui koefisien masing-masing variabel yang mempengaruhi penanaman modal dalam negeri sebagai dependent variabel.

Adapun model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

PMDN = f (PDB, INF, SKBI) PMDN = β0.PDBβ1.INFβ2.SKBIβ3.eεi

Namun dikarenakan adanya beda antara variabel independen, maka persamaan regresi di transformasikan ke logaritma ( Log ) sehingga persamaannya menjadi seperti berikut :

Log PMDN = α + β1Log PDB + β2log Inf +β3Log SKBI+ ε Dimana :

PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri PDB = Produk Domestik Bruto INF = Inflasi

SKBI = Suku Bunga Investasi Log = Logaritma

α = Konstanta

β = Koefisien regresi / parameter elastisitas

(11)

Alasan penggunaan regresi dengan transformasi menjadi model logaritma diperkuat dengan alasan bahwa ( Gujarati, 1993;193):

1. Dengan menggunakan transformasi regresi menjadi regresi model logaritma maka akan dapat mengatasi atau memperkecil gejala heteroskedastisitas yang terjadi pada model tersebut.

2. Parameter (β) dapat langsung menunjukan koefisien elastisitas , yakni persentase perubahan dalam variabel dependen akibat perubahan persentase variabel indepanden.

Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

Pengujian ini berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan. Maksud dari signifikan ini adalah suatu nilai dari koefisien regresi yang secara statistik tidak sama dengan nol.

Uji kesesuaian terdiri atas : 1. Koefisien Determinasi (R2) 2. Uji-F

3. Uji-t

Uji Asumsi Klasik

Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat-sifat tidak bias linier terbaik suatu penaksir/best linear unbiased estimator (BLUE). Disamping itu suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya. Yang terdiri atas :

1. Multikolinieritas 2. Autokorelasi

3. Heteroskedastisitas 4. Normalitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan PMDN di Indonesia

(12)

Sejak diterapkannya berbagai kebijakan tersebut, sumber-sumber pembiayaan investasi menjadi lebih beragam karena tidak terkonsentrasi pada pinjaman utang luar negeri saja. Hal tersebut pada akhirnya mendorong meningkatnya kegiatan investasi sebagaimana tercermin dari perkembangan realisasi PMDN yang cenderung meningkat pada tahun 1984 – 2009 .

Perkembangan Realisasi PMDN di Indonesia periode 1984 – 2009 (Dalam Miliar Rp)

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Dapat dilihat digrafik diatas terjadi fluktuasi penanaman modal dalam negeri di Indonesia dari tahun 1984 – 2009, walaupun terjadi fluktuasi yang sangat beragam tetapi tren yang terjadi adalah terjadinya peningkatan jumlah penanaman modal dalam negeri di Indonesia. Jika kita cermati dari tahun 1984 – 1989 terjadi kenaikan jumlah penanaman modal dalam negeri dimana pada tahun 1984, PMDN yang terjadi hanya sebesar Rp 1,5 Triliun mengalami peningkatan sampai tahun 1989 menjadi sebesar Rp 19,7 Triliun dimana rata rata terjadi peningkatan sebesar Rp.3,03 Trilun pertahun, lalu kembali terjadi fluktuasi naik turunnya jumlah PMDN di Indonesia sampai pada titik dimana terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 Hal ini bisa kita lihat pada pasca terjadinya krisis ekonomi yang menyerang Indonesia pada tahun 1998 dimana terjadinya penurunan PMDN terjadi pada tahun 2000 ke tahun 2001 yakni terjadi penurunan PMDN sebesar Rp.11 Triliun rupiah pada waktu tersebut, tetapi trend PMDN kembali naik lagi sampai tahun 2005 yakni sebesar Rp. 30 Triliun dan kembali berfluktuasi sampai dengan akhir tahun 2009.

Perkembangan Suku Bunga Kredit di Indonesia

Teori Klasik menyatakan bahwa keputusan apakah suatu investasi akan dilakukan atau tidak tergantung dari tingkat suku bunga yang merupakan biaya dari penggunaan dana (Nopirin, 1992). Keinginan untuk melakukan investasi akan memakin kecil apabila tingkat suku bunga adalah tinggi. Hal ini dikarenakan besarnya pengeluaran yang dikeluarkan oleh investor dalam suatu investasi akan

(13)

bertambah sebagai akibat dari tingginya tingkat bunga yang merupakan biaya dari penggunaan dana (cost of capital) yang harus dibayarkan untuk dana investasi tersebut. Sebaliknya, semakin rendah tingkat suku bunga akan semakin mendorong investor untuk melakukan investasi. Hal ini dikarenakan biaya penggunaan dana semakin kecil sehingga tingkat keuntungan yang diharapkan semakin besar (Samuelson dan Nordhaus, 1998).

Perkembangan Suku Bunga Investasi Rupiah di Indonesia periode 1984 – 2009 (Dalam persen)

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia BI berbagai edisi.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa besar suku bunga kredit investasi dari tahun 1984 sampai dengan tahun 1997 mengalami kestabilan dalam rentang waktu tersebut, angka terendah terjadi pada tahun 1994 yakni sebesar 16,9 % dan angka tertinggi terjadi pada tahun 1991 yakni 22,3% selebihnya pada rentang waktu tersebut hanya mengalami pergeseran kecil yakni sebesar 1 sampai 3 persen saja dimana besar SKBI mempunyai rentang 18% - 21%.

Perubahan yang cukup signifikan terjadipada tahun 1998 dan pada tahun 1999, pada tahun tersebut SKBI mengalami pelonjakan jumlah yang cukup signifikan, pada tahun 1998 besaran SKBI mencapai 29,4% dan pada tahun 1999 angkanya mencapai 24,7%. Kita semua pasti memahami kenapa terjadi lonjakan yang cukup besar pada SKBI di tahun tahun tersebut, krisis ekonomilah yang memicu terjadinya lonjakan SKBI pada tahun 1998 lalu pada tahun 1999 dimana krisis ekonomi sudah reda, suku bunga kredit investasi masih tinggi dikarenakan penyesuaian yang dilakukan oleh bank bank umum tidak serta merta dapat langsung menurunkan jumlah SKBI, tetapi mungkin hal ini dilakukan secara bertahap sehingga besaran angka SKBI hanya turun sekitar 4,7% pada tahun 1999.

Kemudian terjadi kestabilan kembali pada SKBI dalam rentang tahun 2000 – 2009 dimana titik terendah pada SKBI terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 15,14% dan titik tertinggi pada rentang tahun tersebut terjadi pada tahun 2001 yakni sebesar 19,7%. Hal ini menurut penulis menunjukkan kestabilan yang terjadi pada suku bunga kredit investasi yang dipinjamkan kepada masyarakat

(14)

pada rentang tahun tersebut setelah lepas dari krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998.

Perkembangan PDB di Indonesia

Dalam kerangka ekonomi makro, pendapatan nasional yang dapat diwujudkan dalam bentuk Produk Domestik Bruto merupakan gambaran aktivitas perekonomian dalam suatu negara. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai dari total output yang dihasilkan dalam suatu negara. Pengukuran PDB sangat diperlukan dalam teori maupun kebijakan makroekonomi. Pengukuran tersebut dapat digunakan untuk menghadapi berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, siklus usaha, hubungan antara kegiatan ekonomi dan pengangguran, serta ukuran dan faktor penentu inflasi. PDB juga menggambarkan aktivitas perekonomian suatu negara. Perekonomian secara umum dikatakan membaik jika terjadi peningkatan PDB (Sukirno, 2005). Meskipun demikian, di dalam perhitungan PDB terdapat unsur harga yang mempengaruhi besarnya nilai (nominal) PDB. Dengan kata lain, jumlah uang yang dikeluarkan dapat lebih besar untuk memperoleh barang dan jasa dalam jumlah yang sama.

Ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik akan menghitung output barang dan jasa perekonomian tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga. Dengan asumsi harga konstan, maka nilai barang yang diproduksi dengan pengeluaran agregat akan bergerak ke arah yang sama.

Perkembangan Produk Domestik Bruto di Indonesia periode 1984 – 2009 (Dalam Miliar Rp)

Sumber : World Bank.

Dalam melihat perkembangan jumlah produk domestik bruto Indonesia dari tahun ke tahun dari grafik diatas, bisa kita lihat bahwa terjadi kenaikan jumlah PDB setiap tahunnya.

Fluktuasi jumlah hanya terjadi pada tahun 19987 ke tahun 1998 yaitu terjadi penurunan dari jumlah sebesar Rp.1.512.780,- miliar menjadi

(15)

Rp.1.314.201,- miliar atau turun kira kira sebesar Rp. 198.579,- Miliar. Jumlah PDB dari tahun 1984 sebesar Rp 629.559 Miliar menjadi Rp 1.512.780 Miliar pada tahun 1997 atau naik rata rata sebesar Rp. 67.940 Miliar setiap tahunnya.

Jumlah PDB dari tahun 1998 sebesar Rp.1.314.201,- Miliar menjadi Rp.2 .177.241,- Miliar sehingga apabila dirata rata terjadi kenaikan jumlah PDB setiap tahunnya, dari tahun 1998 sampai tahun 2009 adalah sebesar Rp. 66.387,7 Miliar.

Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia

Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditentukan dari besarnya angka inflasi. Angka inflasi merupakan salah satu indikator stabilitas ekonomi yang mencerminkan perubahan harga di suatu negara. Laju inflasi biasanya disebabkan oleh naik turunnya produksi barang dan jasa, distribusinya, dan juga disebabkan oleh peredaran uang di suatu daerah (Setyowati dan Fatimah, 2007). Di Indonesia, laju inflasi banyak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga yang ditentukan oleh kebijakan pemerintah, misalnya harga BBM dan perubahan tarif. Tingkat inflasi yang tinggi akan sangat merugikan perekonomian suatu negara yang pada akhirnya merupakan malapetaka bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Dari sisi lain, dengan adanya tingkat harga yang tinggi menyebabkan suatu negara akan kalah bersaing dengan negara-negara lain dalam pasar bebas.

Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia periode 1984 – 2009 (Dalam persen)

Sumber : World Bank.

(16)

1998 yakni sebesar 75,271%, kondisi ini terjadi akibat dampak dari guncangan krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun tersebut.

Setelah tahun 1998 inflasi kembali mengalami penurunan dan mulai stabil kembali. Pada tahun 1999 tingkat inflasi mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni sebesar 14,16% atau mengalami penurunan lebih dari 61% dibanding tahun sebelumnya. Kemudian angka inflasi kembali berfluktuasi pada rentang tahun 1999 sampai tahun 2009 dimana angka tertinggi inflasi pada rentang waktu tersebut terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 20,448% dan mengalami angka inflasi terendah pada rentang waktu tersebut sebesar 5,487% yakni pada tahun 2003.

Hasil Analisis Dengan Mengunakan Metode OLS

Dengan menggunakan metode OLS , maka diperoleh hasil regresi yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Variabel Koefisien Regresi

Standard error

t-statistic Probabilitas

C -1,537043 5.655692 -0.271769 0.7883

X1

(LOG_PDB)

1,068136 0.340497 3.136990 0.0048

X2 (LOG_INF) 0.384645 0.172591 2.228646 0.0364 X3

(LOG_SKBI)

-1.491077 0.793958 -1.878029 0.0737

R2 Adj R2

0.647697 0.599656

F-statistic

Prob (F-statistic) Durbin-Watson stat

13.48210 0,000033 1,596965 Hasil regresi OLS diatas dapat disusun dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

LOG_PMDN = - 1,537043 + 1,068136*LOG_PDB + 0.384645*LOG_INF - 1.491077*LOG_SKBI + e

Dari persamaan regresi yang telah diperoleh, maka dapat dibuat interpetasi terhadap model ataupun hipotesa yang telah diambil sebelumnya. Adapun hasil interpretasi adalah sebagai berikut:

Pengujian Statistik

a) Uji Koefisien Determinasi (R2)

(17)

pula kemampuan model dalam menerangkan variasi perubahan variabel dependen akibat pengaruh variabel independen.

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.647697. Hal ini berarti bahwa 64,7 persen perubahan nilai realisasi PMDN di Indonesia secara bersamasama mampu dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam model, yaitu suku bunga kredit, PDB, dan tingkat inflasi. Sedangkan sisanya sebesar 35,3 persen dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F digunakan untuk menguji signifikansi seluruh variabel independen secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel dependen, atau untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Model PMDN di Indonesia mempunyai nilai F hitung sebesar 13,48210, di mana nilai tersebut lebih besar dari nilai F tabel yang sebesar 2,98. Dikarenakan F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan kata lain, variabel suku bunga kredit investasi(SBKI), Produk Domestik Bruto (PDB) dan tingkat inflasi (INF) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada tingkat kepercayaan 95 persen.

c) Uji Signifikan Parameter Individu (Uji Statistik t)

Uji statistik t dilakukan untuk melihat besarnya pengaruh dari tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil regresi model menunjukkan dari ketiga variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi, variabel Logaritma Produk Domestik Bruto (LOG_PDB) dan Logaritma Inflasi (LOG_INF) secara parsial signifikan pengaruhnya terhadap Logaritma penanaman modal dalam negeri (LOG_PMDN). Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung untuk LOG_PDB dan LOG_INF yang masing-masing sebesar 3,316990 dan 2,228646, di mana besarnya nilai-nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel yang sebesar 1,171. Dikarenakan pada variabel PMDN dan INF memiliki nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel), maka variabel PMDN dan TECH berpengaruh secara signifikan terhadap variabel PMDN. Sedangkan variabel Logaritma suku bunga Investasi (LOG_SKBI) secara parsial tidak signifikan pengaruhnya terhadap Logaritma penanaman modal dalam negeri (LOG_PMDN). Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung untuk LOG_SKBI sebesar -1,87829 di mana besarnya nilai tersebut lebih kecil dari nilai t tabel yang sebesar 1,717.

Uji Asumsi Klasik

a. Multikolinearitas

Untuk mendeteksi keberadaan multikolinearitas dapat dilakukan dengan meregresikan variabel bebas dengan variabel bebas yang lainnya.

Estimasi uji R2 (Hasil Regresi Antar Variabel Bebas)

Variabel Nilai R2

(18)

LOG_INF = f(LOG_PDB, LOG_SKBI) LOG_SKBI = f(LOG_PDB, LOG_INF)

0,383611 0,380612

Dapat dilihat bahwa nilai R2LOG_PMDN = LOG_PDB, LOG_INF, LOG_SKBI = 0,647697 lebih besar dibandingkan dengan nilai R2 dalam regresi parsial. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model LOG_PMDN = f(LOG_PDB, LOG_INF dan LOG_SKBI ) tidak terdapat masalah multikolinearitas.

b. Autokorelasi

Selanjutnya dilakukan uji untuk mengetahui apakah terdapat masalah autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Nilai dalam uji regresi yang bebas masalah autokorelasi mempunyai nilai D-W stat pada 1,55 hingga 2,46. Dalam tabel 4.1, hasil uji D-W mempunyai nilai 1,596965. Maka hasil regresi Model LOG_PMDN= f(LOG_PDB, LOG_INF, LOG_SKBI) tidak terdapat masalah autokorelasi

c. Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White. White menyarankan untuk meregresi nilai absolut dari nilai residual. Pedomannya adalah jika nilai obs*R2 > X2 maka terdapat masalah Heteroskedastisitas.

Hasil Uji White

F-statistic 2,059897 Probability 0,106973 Obs *R-squared 10,24714 Probability 0,114623

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa nilai obs*R2 10,24714 < nilai X2 tabel 33,924. Maka hasil regresi Model Log PMDN = f(Log PDB, Log INF, Log SKBI) tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.

d. Normalitas

Untuk mengetahui apakah suatu variabel sudah terdistribusi secara normal menggunakan uji Normalitas Jarque-Bera. Normalitas disini dalam arti bahwa distribusi dari data dengan mean dan standard deviasi yang sama.

Hasil Uji Jarque-Bera

Jarque-Bera 0,074284

Probability 0,963539

(19)

Pengaruh PDB Terhadap PMDN di Indonesia

Dari hasil regresi persamaan PMDN diperoleh koefien PDB sebesar 1,068136 dan memiliki tingkat probabilitas 0.048. Hal ini menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) dalam rentang periode tahun 1984 – 2009 ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap PMDN di Indonesia pada periode 1984 - 2009. Hal ini mempunyai arti bahwa apabila PDB meningkat sebesar 1 persen maka realisasi PMDN yang terjadi di Indonesia akan meningkat sebesar 1.068136 persen, dengan asumsi ceteris paribus. PDB memberikan pengaruh nyata secara statistik terhadap peningkatan realisasi PMDN di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0,05).

Dari hasil regresi yang di dapat tersebut, dapat diketahui bahwa ada kesesuaian antara hipotesis awal dan teori dimana semakin besar PDB yang dihasilkan maka tingkat investasi yang terjadi akan semakin bertambah (Samuelson dan Nordhaus, 1998). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulong dan Harjito (2005) yang menyatakan bahwa PDB berpengaruh positif terhadap perubahan foreign direct investment (FDI) di Malaysia.

Hal ini juga sesuai dengan teori makro ekonomi dimana dikatakan bahwa investasi yang dipengaruhi oleh kenaikan Y adalah investasi otonom dimana jika terjadi kenaikan pendapatan nasional maka investasi otonom tersebut meningkat. Sehingga bisa disimpulkan dari hasil analisis tersebut yang menggambarkan bahwa penanaman modal dalam negeri akan naik jumlahnya secara persentase apabila terjadi kenaikan produk domestik bruto di Indonesia, hal ini sesuai dengan teori teori yang telah dikemukakan diatas dan pengaruh peningkatan persentase produk domestik bruto terhadap persentase peningkatan penanaman modal dalam negeri berpengarus secara signifikan dimana hal ini berarti kenaikan produk domestik bruto berarti ikut mempengaruhi kenaikan penanaman modal dalam negeri.

Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap PMDN di Indonesia

Dari hasil regresi persamaan PMDN diperoleh koefien Inflasi sebesar 0,384645 dan memiliki tingkat probabilitas 0,0364. Hal ini menunjukkan bahwa Inflasi (LOG_INF) dalam rentang periode tahun 1984 – 2009 ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap PMDN di Indonesia pada periode 1984 - 2009. Hal ini mempunyai arti bahwa apabila Inflasi meningkat sebesar 1 persen maka realisasi PMDN yang terjadi di Indonesia akan meningkat sebesar 10,384645 persen, dengan asumsi ceteris paribus. Inflasi memberikan pengaruh nyata secara statistik terhadap peningkatan realisasi PMDN di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0,05).

(20)

sama, yaitu tingkat inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan FDI di Malaysia.

Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan penanaman modal yang dilakukan oleh para investor dalam negeri, diperlukan suatu upaya oleh pemerintah dalam hal menjaga kestabilan perekonomian dalam negeri (dalam hal ini Indonesia), seperti yang sudah dikemukakan pada penelitian yang ditelah dilakukan oleh Agus Harjito dan Zunaidah Sulong yang menyatakan bahwa inflasi bisa dipakai sebagai proxy untuk stabilitas makroekonomi. Kenaikan dalam inflasi akan mengakibatkan penurunan investasi swasta asing di negara tujuan investor yang dituju karena kenaikan harga akan mengurangi pengembalian real dari investasi tersebut.

Jadi jelas bahwa kestabilan inflasi berkaitan penting dengan penanaman modal dalam negeri, kestabilan inflasi ini bisa dijaga pemerintah dengan cara menjaga kestabilan dan kelancaran distribusi barang dan jasa secara nasional atau pemerintah turut campur langsung dalam hal pemberian subsidi pada faktor faktor produksi yang memiliki dampak terhadap perekonomian negara secara keseluruhan, contohnya pada sektor pertanian dan penguatan pangan juga sektor sektor lain yang terkait, contohnya seperti sektor jasa transportasi.

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Investasi Terhadap PMDN di Indonesia

Hasil yang diperoleh dari perhitungan regresi persamaan PMDN menunjukkan bahwa tingkat Suku Bunga Investasi (SKBI) pada periode tahun 1984 – 2009 berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap PMDN di Indonesia pada periode 1984 - 2009. Koefisien dari variabel Suku Bunga Investasi adalah sebesar -1,491077, yang mempunyai arti bahwa apabila tingkat suku bunga investasi meningkat sebesar 1 persen maka realisasi PMDN yang terjadi di Indonesia akan turun sebesar -1,491077 persen, dengan asumsi ceteris paribus. Tingkat Suku Bunga Investasi, tidak memberikan pengaruh nyata secara statistik terhadap peningkatan realisasi PMDN di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0,05) hal ini diketahui dari tingkat probabilitsas t yaitu sebesar 0,0737 atau 7,37 persen atau lebih dari 5 persen.

Hasil regresi pada model PMDN tersebut sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin tinggi suku bunga investasi akan menurunkan tingkat PMDN di Indonesia. Hasil yang tidak signifikan pada regresi yang penulis lakukan mungkin disebabkan oleh kurangnya jumlah tahun observasi yang dilakukan, sehingga tahun penelitian yang kurang tersebut menyebabkan hasil regresi Logaritma SKBi tidak signifikan pada model tersebut.

(21)

Hal ini mungkin terjadi seperti yang telah disebutkan diatas bahwa ada kekurangan dalam jumlah waktu observasi sehingga dalam rentang waktu tersebut suku bunga tidak secara signifikan mempengaruhi penanaman modal dalam negeri dikarenakan suku bunga tidak berpengaruh langsung terhadap investasi atau dalam hal ini suku bunga kredit investasi tidak secara langsung mempengaruhi penanaman modal dalam negeri, atau alasan lainnya adalah pertimbangan tingkat suku bunga kredit investasi bukan merupakan satu satunya faktor penting yang diperhitungkan oleh para investor dalam negeri, kestabilan keamanan atau kelengkapan infrastruktur seperti panjang jalan juga bisa mempengaruhi pertimbangan investor dalam penanaman modal.

Perbandingan Hipotesis dan hasil pengujian

Dari hipotesis dan hasil uji statistik terhadap variabel PDB dan PMDN, ternyata ada kesesuaian antara teori dan uji statistik yang dilakukan. Bahwa penambahan PDB akan menyebabkan kenaikan pada jumlah PMDN di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan berita yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik No.31/05/Th.XIII, tanggal 10 Mei 2010 yang menyatakan terjadi kenaikan pada realisasi PDB dari awal triwulan I tahun 2009 sampai awal triwulan I tahun 2010, dengan berdasarkan harga konstan tahun 2000 pada triwulan I tahun 2009 tercatat bahwa PDB Indonesia adalah sebesar Rp.528,1 Triliun kemudian naik menjadi Rp.547,5 Triliun pada triwulan IV tahun 2009 dan akhirnya naik menjadi Rp.558,1 Triliun pada triwulan I tahun 2010. Pada penanaman modal dalam negeri sendiri juga terjadi kenaikan jumlah PMDN dari tahun 2009 ke 2010 sesuai dengan berita yang di terbitkan oleh BKPM yakni hampir sebesar 2 kali lipatnya, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp.37.799 Miliar menjadi 60.626 Miliar pada tahun 2010 atau naik sebesar Rp.22.827 Miliar.

Dari pemaparan hasil kedua variabel tersebut pada tahun 2009-2010 terbukti bahwa naiknya PDB memicu kenaikan jumlah PMDN di Indonesia

2

Inflasi terhadap

PMDN

-

+

(22)

dari BKPM dengan rentang tahun yang sama.

Data inflasi yang penulis peroleh dari BI menunjukkan bahwa pada bulan desember 2009 tingkat Inflasi adalah sebesar 2,78% kemudian naik pada akhir tahun 2010 menjadi sebesar 6,96%. Pada data penanaman modal juga naik yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp.37.799 Miliar menjadi 60.626 Miliar pada tahun 2010 atau naik sebesar Rp.22.827 Miliar.

Dari perbandingan kedua realita diatas ternyata terbukti bahwa hasil uji statistik yang menyimpulkan bahwa kenaikan inflasi menyebabkan kenaikan PMDN lebih mendekati atau sesuai dengan kenyataan yang terjadi di bandingkan dengan hipotesis. Sehingga dari pemaparan tersebut penulis menyimpulkan bahwa kenaikan inflasi mendorong kenaikan PMDN. terhadap PMDN terdapat kesesuaian antara teori dengan hasil uji statistik, dimana teori mengatakan bahwa kenaikan SBKI akan memicu penurunan jumlah PMDN Indonesia, yang sejalan dengan hasil uji statistik yang menyatakan bahwa kenaikan SBKI akan memicu Penurunan jumlah PMDN di Indonesia.

Untuk kembali menguatkan hasil yang telah di uji tersebut maka penulis akan membandingkan kenyataan antara SBKI dengan PMDN pada tahun 2008 dan 2009. Pada tahun akhir tahun 2008 besaran SBKI adalah

(23)

perhitungan yang bisa mempengaruhi model.

Pada variabel PDB, didapatkan hasil bahwa kenaikan 1% pada PDB akan mempengaruhi peningkatan kenaikan 1,068% penanaman modal dalam negeri dan pada variabel inflasi, didapatkan hasil bahwa kenaikan 1% pada inflasi akan mempengaruhi peningkatan kenaikan sebesar 0,385% penanaman modal dalam negeri di Indonesia.

Kesimpulan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh Produk Domestik Bruto, Inflasi dan Suku Bunga Kredit Investasi terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia pada tahun 1984 sampai dengan tahun 2009 . Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Dalam model penelitian ini dapat ditunjukkan bahwa perubahan suku bunga kredit investasi tidak berpengaruh terhadap perubahan penanaman modal dalam negeri hal ini dimungkinkan karena suku bunga kredit investasi bukan merupakan satu satunya pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia, hal hal lain yang mungkin menjadi bahan pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia adalah rendahnya tingkat upah buruh dan kemudahan dalam pengurusan perizinan sehingga bisa disimpulkan bahwa perubahan .suku bunga kredit investasi tidak elastis atau inelastis terhadap perubahan penanaman modal dalam negeri di Indonesia.

2. Secara umum kenaikan produk domestik bruto (PDB) berpengaruh positif terhadap PMDN di Indonesia, hal ini sudah sesuai dengan model dan hasil penelitian yang penulis lakukan. Sehingga apabila terjadi kenaikan jumlah produk domestik bruto maka dapat mendorong pertumbuhan jumlah penanaman modal dalam negeri di Indonesia, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa perubahan produk domestik bruto elastis terhadap perubahan penanaman modal dalam negeri di Indonesia.

3. Dalam penelitian ini peningkatan inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan jumlah penanaman modal dalam negeri di Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena perubahan inflasi yang terjadi di Indonesia belum setinggi perkiraan para investor, sehingga walaupun inflasi naik, jumlah penanaman modal dalam negeri di Indonesia tetap naik, disisi yang lain investor juga menikmati akibat dari inflasi tersebut dimana hasil penjualan dari suatu produk yang mereka investasikan meningkat nilai jualnya. Sehingga penulis menyimpulkan kenaikan inflasi sifatnya elastis terhadap kenaikan penanaman modal dalam negeri di Indonesia.

Saran

(24)

1. Pemerintah Indonesia sebaiknya melakukan upaya yang lebih intensif untuk dapat meningkatkan PDB Indonesia baik melalui kebijakan yang bersifat langsung maupun yang tidak langsung. Hal ini dikarenakan pada hasil penelitian ini PDB memiliki pengaruh yang paling besar terhadap perubahan PMDN di Indonesia.

2. Diperlukannya konsistensi oleh pemerintah dalam hal penjaminan terhadap penanam modal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri pada aspek hukum dan peraturan serta hak hak yang diperoleh oleh penanam modal tersebut sejalan dengan good governance yang sekarang sedang di bangun pemerintah.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang variabel variabel yang berpengaruh terhadap PMDN di Indonesia diluar variabel yang telah diteliti di dalam skripsi ini dengan rentang waktu yang lebih panjang sehingga dapat diketahui variabel variabel apa saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap PMDN di Indonesia yang pada akhirnya dapat dipakai untuk dapat membantu dalam pembuatan kebijakan investasi Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Adw in S. At m aja,1999. Inflasi di Indonesia : Sumber – sumber penyebab dan pengendaliannya, Jurnal Akunt ansi dan Keuangan Vol. 1, No.1, M ei 1999 :54 – 67, Universit as Krist en Pet ra

Afia, Elvany Noor. 2010. Pengaruh Penanam an M odal Asing, Penanam an M odal Dalam Negeri dan Belanja M odal Terhadap Produk Dom est ik Regional Brut o Jaw a Tengah, Sem arang, Skripsi Universit as Dipenogoro

Ahm ad, Im t iaz & Qayyum , Abdul. 2008. Effect of goverment spending and macro economic uncert aint yon privat e invest ment in service sect or : evidance from Pakist an.

Euro Jurnals

Asian Developm ent Bank. 2005. “Asian Development Bank Publicat ion” ,

ht t p:/ / w w w .nber.org/ papers/ w 0708.pdf diakses t anggal 5 Novem ber 2011

Dale W. Jorgenson. “Capital Theory and Invest ment Behavior” Am erican Econom ic Review , Vol. 53

Gujarati, Damodar dan Sumarno Zain. 1993. Ekonometrika dasar. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Jinghan, M .L. 2010. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakart a. Rajaw ali Pers. M ishkin, Frederic S. 2006, Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan. Terjem ahan

oleh Lana Soelist ianingsih dan Bet a Yulianit a G. 2008. Jakart a. Salem ba Em pat . M udrajat Kuncoro. 2000. Ekonomi Pembangunan : Teori, M asalah dan Kebijakan.

Yogyakart a . UPP YKPN

(25)

Nasir, M uham m ad. 2006. Analisis Fakt or Fakt or yang M empengaruhi Investasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi di Indonesia. Jurnal Kom unikasi Penelit ian Volum e 18 (1) 2006. Universit as Sum at ra Ut ara

Nopirin P.hD. 1985. Ekonomi M onet er.Yogyakart a. BPFE

OECD, 2006, Promot ing Privat Invest ment for Depelopment – t he Rule Of ODA

Put ong, Iskandar. 2003. Pengant ar Ekonomi M ikro & M akro. Jakart a. Ghalia Indonesia. Seruvat u, Elenoa., & T K Jayaram an. 2001. Det erminant of Privat Invest ment in Fiji.

Working Papers Economic Depart ment Reserve Bank of Fiji

Salm uelson, Paul A & Nordhaus, William D. 1996. M akro Ekonomi. Jakart a . Erlangga Soediono, 1981. Ekonom i M akro : Permint aan dan Penaw aran Agregat if. Yogyakart a.

Libert y

Sukirno, Sadono. 2002. Pengant ar Teori M akro Ekonomi. Edisi 2. Jakart a . PT. Raja Grafindo Persada

Suhel, 2008. “Analisis M odel VAR t erhadap hubungan ant ara pert umbuhan ekonomi dengan PM A di Indonesia” . Jurnal Ekonom i Pem bangunan Hal: 96 – 113.

Sulong, Zunaidah & Harjit o, Agus. 2005. Linkages bet w een foreign direct invest ment and it s det erminant s in M alaysia. Jurnal Ekonom i Pem bangunan Hal. 1 - 11

Todaro, M ichael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ket iga Edisi 2 (t erj.). Jakart a. Penerbit Erlangga.

Tulus Tam bunan. 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia : Teori dan Penemuan Empiris. Jakart a : Salem ba Em pat

Referensi

Dokumen terkait

Bien que la vaccination contre les pathologies à Hib ne soit pas systématiquement recommandée pour les sujets âgés de &gt;24 mois, les enfants plus âgés et les adultes qui

[r]

Pemindah barang yang dibuat ini telah melalui pengujian, baik dari sistem sensor ukurannya, sistem sensor intensitas cahaya, sistem lengannya maupun sistem.

Metode PAR (Participatory Action Research) dirancang untuk mengkonsep suatu perubahan dalam prosesnya. Langkah pertama yang dilakukan membangun kepercayaan di

Rotor akan berputar dalam arah yang sama dengan arah medan putar stator.. Berdasarkan bentuk rotornya, motor induksi terbagi menjadi dua

Berdasarkan hasil analisis data statistik dengan menggunakan uji t, diperoleh nilai thitung kesiapan belajar sebesar 2,235 dan nilai t tabel dapat.. dicari pada

Hal ini dilakukan oleh setiap sekolah karena dengan adanya hasil yang dicapai, pihak sekolah maupun pihak orangtua dari murid-murid tersebut dapat mengetahui

diarahkan ke suatu kepercayaan akan validitas keteraturan. 46 Tindakan sosial individu dengan maknanya yang berkaitan membentuk bangunan dasar untuk struktur sosial yang