• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JURNAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS. docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI TEKNIK PERMAINAN MENYUSUN KATA PADA PESERTA DIDIK KELAS I SDN 03 WONOREJO

KECAMATAN GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Listiana Dewi

SD Negeri 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik melalui penerapan teknik permainan menyusun kata. Teknik ini merupakan salah satu bentuk pengembangan pembelajaran kooperatif yang mempunyai ciri mengembangkan aktivitas berpikir melaui diskusi atau kerja kelompok. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas I SDN 03 Wonorejo tahun pelajaran 2014/2015. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif sedangkan jenis penelitiannya yaitu tindakan kelas (PTK).Penlitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas sebanyak tiga putaran.. setiap putaran terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data melalui tes, wawancara, obseervasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang yerdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa melalui teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik kelas I SDN 03 Wonorejo. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan angka persentase ketuntasan belajar peserta didik pada kondisi awal yang hanya 54% meningkat menjadi 71% pada siklus I dan mencapai angka 92% pada akhir siklus II.Total peningkatan ketuntasan adalah sebesar 46% Hasil capaian rata-rata pada tahap pra siklus sebesar 58 meningkat menjadi 71 pada siklus I dan menjadi 87 pada siklus II. Total peningkatan rata-rata adalah 29 poin.

Kata kunci : kemampuan membaca, pembelajaran kooperatif, teknik permainan menyusun kata

Abstract: The purpose of the research is to improve the reading ability by applying construct words game technique. This technique is a form of cooperative learning that have the feature develops thinking activity that can be done through discussion or group work. The subjects of this study is the first grade students of SDN 03 Wonorejo in 2014/2015 academic year. The form of this research is classroom action research that consist of two sycles, each cycle consist of four stages that is planning, action, observation and reflection. The technique of collecting data used documentation, interview, observation, and test . The technique of analyzing data used interactive model that cosnsist of three components that is data reduction, data display, and verification. Based on the research that have been implemented, it can be concluded that improve the reading ability of the first grade of SDN 03 Wonorejo. It can be seen from the result the percentage of mastery learning in pre cycle is 54 % increase 71 % in cycle I and 92% in cycle II. The total of mastery learning is 46%. The average score in pre cicle is 58 increase 71 in cycle I and 87 in cycle II. The total of average increase is 29 point.

Keywords: reading ability, cooperative learning, construct words game technique

PENDAHULUAN

(2)

lain. Pembelajaran membaca permulaan merupakan bagian dari materi pembelajaran yang diajarkan di kelas rendah sekolah dasar.

Dalam pembelajaran membaca, peserta didik tidak saja dituntut untuk memvokalisasikan simbol-simbol bahasa melainkan juga ia harus bisa mengemukakan kembali isi wacana yang telah dibaca. Hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut isi dalam simbol-simbol bahasa tersebut, biasanya berupa wacana yang sederhana yang menuntut peserta didik untuk dapat mengemukakan kembali daya serapnya atas wacana yang telah dibaca.

Kemampuan membaca permulaan merupakan dasar untuk menguasai membaca lanjut. Dalam membaca permulaan terdapat kegiatan memvokalisasikan simbol-simbol bahasa. Dalam pembelajaran membaca, peserta didik tidak saja dituntut untuk memvokalisasikan simbol-simbol bahasa, melainkan juga ia harus bisa mengemukakan kembali isi wacana yang telah dibaca. Hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut isi dalam simbol-simbol bahasa tersebut, biasanya berupa wacana yang sederhana yang menuntut peserta didik untuk dapat mengemukakan kembali daya serapnya atas wacana yang telah dibaca.

Meskipun pembelajaran membaca sudah diajarkan sejak kelas I SD/MI semester 1. Namun, pada kenyataannya pada semester 2, lebih dari 50% peserta didik kelas I SDN 03 Wonorejo belum bisa membaca dengan lancar. Akibatnya nilai membaca peserta didik masih rendah, bahkan sebagian besar peserta didik belum mampu mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 60.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dalam merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi dan prestasi peserta didik. Salah satu cara yang bisa dilakukan guru adalah dengan menerapkan model pembelaran yang variatif, dan salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan dan bisa sangat variatif adalah dengan diterapkannya model cooperative learning dengan teknik permainan menyusun kata. Teknik ini dikemas dalam bentuk permainan yang sesuai dengan jiwa anak usia sekolah dasar, sehingga diharapkan anak akan termotivasi untuk belajar membaca dan kegiatan belajar mengajar akan lebih menyenangkan.

(3)

ini menuntut guru SD untuk menjalankan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan, terutama bagi kelas rendah. Di samping terkesan menarik, tak terasa di balik kegiatan itu tentu ada setitik ilmu yang diserapnya.

Karakter yang kedua bahwa peserta didik SD senang merasakan dan melakukan sesuatu secara langsung. Diinjau dari segi kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Artinya, dari segala sesuatu yang dipelajari di sekolah, mereka belajar menghubun-hubungkan konsep baru dengan konsep lama yang telah mereka terima. Berdasarkan pengalaman ini, peserta didik membentuk konsep tentang angka-angka, fungsi badan, peran jenis kelamin, dan sebagainya. Bagi peserta didik SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika mereka melaksanakan sendiri.

Karakter yang ketiga, peserta didik SD cenderung lebih senang bergerak. Maka tak usah heran jika melihat peserta didik SD yang setiap istirahat selalu berkejar-kejaran, dalam terik yang panas sekalipun. Dalam hati kita berkata, apa tidak lelah dan sebaiknya lebih enak kalau cukup dengan duduk-duduk. Maklm itu di luar kelas. Di dalam kelas saja jika ditinggal sedikit saja jika ditinggal sedikit oleh gurunya, ramainya bak pasar pindah, dengan lalu lalang yang memusingkan.

Karakter peserta didik SD yang keempat yaitu peserta didik senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, peserta didik belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi. Peserta didik mulai belajar bekerja sama dan menumbuhkan rasa tanggung jawabnya terhadap orang lain. Di sinilah pentingnya guru membentuk kelompok belajar, kelompok regu kerja harian, kelompok memasak, dan lain-lain. Diharapkan dengan model dan teknik pembelajaran tersebut peserta didik menjadi lebih termotivasi untuk belajar membaca karena pembelajaran lebih menarik sehingga peserta didik tidak merasa bosan.

Berdasarkan uraian di atas penulis terdorong untuk mengadakan penelitian tidakan kelas yang berjudul: Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Permainan Menyusun Kata Pada Peserta didik Kelas I SDN 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Tahun Pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik kelas I SDN 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Tahun Pelajaran 2014/2015?

(4)

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik kelas I SDN 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Tahun Pelajaran 2014/2015.

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai landasan bagi para peneliti lain untuk mengadakan penelitian mengenai media-media pembelajaran yang menarik bagi peserta didik dalam rangka meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Untuk peserta didik, penelitian ini dapat memotivasi peserta didik untuk semakin giat belajar membaca sehingga secara otomatis prestasi belajar peserta didik semakin meningkat. Penelitian ini diharapkan dapat mendorong pihak sekolah untuk memotivasi semangat guru untuk mengadakan penelitian sejenis, sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dan mutu sekolah akan meningkat.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran membaca di kelas sekolah dasar itu merupakan pembelajaran membaca permulaan tahap awal. Kemampuan membaca yang diperoleh anak-anak tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas rendah sekolah dasar. Menurut Ritawati (1996:43) membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan kepada anak di kelas I (satu) sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya. Seiring dengan itu Sahari (1994:11) mengemukakan membaca adalah kegiatan dalam menerapkan dalam kemampuan berbahasa (linguistik) dengan melibatkan faktor biologis dan psikis yang di pengaruhi oleh lingkungan denagn huruf, suku kata, kata dan kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar membaca pembelajaran membaca di kelas I (satu) merupakan pelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang di peroleh anak di kelas I (satu) tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca kelas-kelas berikutnya. Supriyadi (1993) mengemukakan bahwa “ kemampuan membaca yang di peroleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut”. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.

(5)

Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Rubin (dalam Slamet, 2007: 139) mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca, sebagaimana dikemukakan berikut ini, yakni (1) peningkatan ucapan; (2) kesadaran fonemik (bunyi bahasa); (3) hubungan antara huruf-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca; (4) membedakan bunyi-bunyi merupakan hal yang penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya membaca; (5) kemampuan mengingat; (6) membedakan huruf; (7) orientasi ke kiri dan kanan;(8) keterampilan pemahaman; dan (9) penguasaan kosakata.

Kesulitan- kesulian umum yang dihadapi anak dalam belajar membaca pada: (1) pramembaca pada umumnya kesulitan anak dalam kurangnya memahami huruf; (2) membaca suara, kesulitannya pada (a) emmbaca kata demi kata, (b) pemarafrasean yang salah, (c) miskin pelafalan, atau kesalahan pengucapan, (d) penghilangan, (e) pengulangan, (f) pembalikan, (g) penyisipan, (h) penggantian, dan (3) pemecahan kode (dekoding) yang meliputi (a) kesulitan konsonan, (b) kesulitan vokal, (c) kesuliran kluster, diftong, digraf, (d) kesulitan menganalisis struktur kata, dan (e) tidak mengenali makna kata dalam kalimat.

Tujuan pembelajarn membaca permulaan pada dasarnya ialah memberi bekal pengetahuan keterampilan kepada peserta didik untuk mengenalkan tentang teknik-teknik membaca permulaan dan mengenalkan serta menangkap isi bacaan dengan baik dan dapat menuliskannya. Secara rinci pembelajaran pengenalan membaca permulaan bertujuan untuk memupuk kesadaran dan mengembangkan kemampuan anak-anak untuk memahami dan mengenalkan cara membaca permulaan dengan benar. melatih dan mengembangkan kemampuan anak untuk mengenal dan menuliskan huruf-huruf. melatih dan mengembangkan kemampuan anak untuk mengubah tulisan menjadi bunyi bahasa atau menuliskan bunyi-bunyi bahasa yang didengarnya, memperkenalkan dan melatih anak mampu membaca sesuai dengan teknik-teknik tertentu, melatih keterampilan anak untuk memahami kata-kata yang dibaca, didengar, atau ditulisnya dan mengingatnya dengan baik, Melatih keterampilan anak untuk dapat menetapkan arti tetentu dari sebuah kata dalam suatu konteks.

(6)

Menurut Sugiyanto (2008 : 35) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Davidson dan Warsham dalam (Isjoni, 2009 : 27) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, peserta didik belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (teman lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lainnya dan menekankan pada penggunaan kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Isjoni (2009 : 73), dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan , yaitu : a) Student Team Achievement Division (STAD), 2) Jigsaw. 3) Teams Games Tournaments (TGT), 4) Group Investigation (GI), 5) Rotating Trio Exchange, 6) Group Resume.

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai variasi model dalam cooperative learning, peneliti akan mengembangkan teknik pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran membaca, yaitu teknik permainan menyusun kata.

Teknik mengandung pengertian berbagai cara dan alat yang digunakan guru dalam kelas. Dengan demikian, teknik adalah daya upaya, usaha, cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pengajaran (Subana dkk, 2005: 20). Teknik ini merupakan kelanjutan dari metode sedangkan arahnya harus sesuai dengan pendekatan

Semi (1993: 105) menyatakan bahwa teknik merupakan cara khas yang operasional yang digunakan atau dilalui dalam menggapai tujuan yang telah ditetapkan dan dengan berpegang pada metode. Oleh sebab itu, teknik lebih bersifat tindakan nyata berupa usaha aau upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan.

(7)

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa teknik merupakan alat yang digunakan guru dalam suatu proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Rini (2005: 6) menyatakan bahwa mengajak peserta didik bermain sambil belajar ternyata memberi manfaat bagi kedua belah pihak, baik guru maupun peserta didik. Terdapat tiga manfaat permainan bagi guru.1)Memudahkan guru dalam memberikan penjelasan mengenai suatu materi pelajaran yang sedang diajarkan dengan menerapkannya dalam bentuk permainan. 2) Membantu guru membuat suasana kelas menjadi lebih hidup. 3) Memberikan prestasi tersendiri bagi guru karena membuat peserta didik berpartisipasi aktif selama proses belajar mengajar di kelas.

Selain bermanfaat bagi guru, bermain sambil belajar juga bermanfaat bagi peserta didik. Terdapat lima manfaat bermain sambil belajar bagi peserta didik. 1) Peserta didik akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari karena disajikan dalam bentuk permainan yang menyenangkan. 2) Mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa bosan dalam kelas.3) Membantu peserta didik mengingat materi pelajaran lebih mudah dan cepat. 4) Peserta didik menjadi aktif di kelas. 5) Menumbuhkan solidaritas dan sportivitas di kalangan para peserta didik.

Menurut Suyatno (2005: 14) permainan belajar jika dimanfaatkan secara bijaksana dapat menyingkirkan keseriusan yang menghambat, menghilangkan stress dalam lingkungan belajar, mengajak orang terlibat penuh, meningkatkan proses belajar, membangun kreativitas diri, mencapai tujuan dengan pengalaman, meraih makna belajar melalui pengalaman, dan memfokuskan peserta didik sebagai subjek belajar. Ciri-ciri permainan di antaranya: adanya seperangkat peraturan yang eksplisit yang harus diperhatikan oleh para pemain dan adanya tujuan yang harus dicapai atau tugas yang harus dikerjakan. Permainan bisa bersifat individu atau kelompok.

(8)

Permainan menyusun kata merupakan permainan yang digunakan khusus untuk kemampuan membaca. Penerapannya yaitu guru membacakan kalimat, peserta didik harus menyusun kata-kata menjadi kalimat yang sesuai kalimat yang dibaca guru.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik simpulan bahwa permainan bahasa menyusun kata adalah sebuah permainan bahasa susun kata yang menggunakan kata-kata sebagai acuan dalam pembelajaran membaca.

Prosedur pada teknik permainan menyusun kata meliputi: a. Guru menyiapkan papan stereoform beserta paku-paku kecil untuk menempel.b. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. c. Guru membagikan kertas kata kepada masing-masing peserta didik, setiap peserta didik menerima lima kata.d. Guru memberi waktu untuk berdiskusi.e. Guru melafalkan satu persatu kalimat. f. Masing-masing kelompok berlomba untuk menyusun kata pada papan stereoform hingga membentuk kalimat yang sesuai dengan kalimat yang dibacakan guru.g. Kelompok yang paling cepat dan paling benar dalam menyusun kata menjadi pemenangnya.h. Peserta didik diberi tugas untuk membaca bacaan yang terdapat pada papan stereoform.

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah “Ada peningkatan kemampuan membaca setelah menggunakan teknik permainan menyusun kataa pada peserta didik kelas I SDN 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Tahun Pelajaran 2014/2015”

METODE

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas I SDN 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo, dengan jumlah peserta didik 24 peserta didik yang terdiri dari 11 peserta didik laki-laki daan 13 peserta didik perempuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Teknik yang digunakan untuk menjaga validitas data dalam penelitian yaitu teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (Lexy J. Moleong, 2001: 178). Ada pun dari triangulasi yang ada hanya menggunakan 2 teknik, yaitu triangulasi data (sumber) dan triangulasi metode.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif. Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen, yaitu: 1) Reduksi Data (Data Reduction), 2) Penyajian Data (Data Display), 3) Conslucion Drawing(verification).

(9)

Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dapat dijabarkan sebagai berikut: a.Perencanaan, (1) Menyusun rencana pembelajaran membaca dengan teknik permainan menyusun kata,(2) Membuat dan mempersiapkan instrumen penelitian berupa : lembar penilaian, pedoman observasi, pedoman dokumentasi, dan pedoman wawancara, (3) Menyiapkan media pembelajaran berupa kertas kata dan papan stereoform. b. Tindakan, (1) Pendahuluan yang meliputi kegiatan guru menyapa peserta didik, menanyakan keadaan peserta didik, memancing peserta didik menyampaikan hambatan yang dialaminya saat proses pembelajaran membaca, dan menumbuhkan motivasi untuk belajar membaca.(2) Kegiatan inti, yaitu tahap melakukan kegiatan pembelajaran membaca dengan teknik permainan menyusun kata. Kegiatan ini meliputi: Guru menyiapkan papan stereoform beserta paku-paku kecil untuk menempel; peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok; guru membagikan kertas kata kepada masing-masing peserta didik, guru memberi waktu peserta didik untuk berdiskusi; guru membaca kalimat; masing-masing kelompok berlomba untuk menyusun kata pada papan stereoform hingga membentuk kalimat yang sesuai dengan kalimat yang dibacakan guru; kelompok yang paling cepat dan paling banyak dalam menyusun kalimat menjadi pemenangnya; peserta didik diberi tugas untuk membaca kalimat yang terdapat pada papan stereoform.(3) Penutup, merupakan refleksi kegiatan yang telah dilakukan hari itu. Tahap ini meliputi: guru memberikan hadiah bagi kelompok yang menang, kegiatan guru merefleksikan kegiatan pembelajaran hari itu, guru menanyakan kesulitan yang dialami peserta didik dalam membaca. c. Pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pengamatan ini akan diungkap segala peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran, baik aktivitas peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran, maupun respon peserta didik terhadap teknik pembelajaran. Selanjutnya data yang diperoleh pada siklus I dijadikan sebagai bahan refleksi.

Demikian seterusnya dilakukan berulang ulang (jumlah siklus yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tiga siklus). Proses tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I. Hal-hal yang kurang sesuai pada siklus I diperbaiki pada siklus II demikian juga pada siklus III, hal-hal yang kurang sesuai pada siklus II diperbaiki pada siklus III.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus

(10)

akan bosan dan tidak tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu sebagian besar peserta didik berkomunikasi dengan bahasa Jawa yang merupakan’bahasa ibu’ mereka. Sehingga hal tersebut akan berdampak pada peserta didik dan proses pembelajaran yang kurang berhasil secara optimal. Selain itu, prestasi belajar peserta didik akan cenderung rendah dan tidak memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil prestasi belajar Bahasa Indonesia dalam materi membaca peserta didik kelas I SDN 03 Wonorejo yang masih kurang dari harapan.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 60. Dari 24 peserta didik kelas I SDN 03 Wonorejo, pada nilai ulangan harian sebelum dilakukan penelitian, nilai tertinggi sebesar 80, nilai terendah sebesar 30, dan rata-rata kelas sebesar 58 atau peserta didik yang masih memperoleh nilai < KKM sebanyak 13 peserta didik atau 54% sedangkan peserta didik yang memperoleh nilai > KKM sebanyak 11 peserta didik atau 46 %. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat dilihat rendahnya prestasi belajar Bahasa Indonesia dalam pembelajaran membaca.

Siklus 1

Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan secara bertahap yaitu dengan tahapan 2 siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam pelaksanakan tindakan siklus I, pembelajaran dilakukan dengan penerapan teknik permainan menyusun kata. pembagian peserta didik dalam kelompok berdasarkan tempat duduk yang berdekatan

Berdasarkan lembar observasi aktifitas peserta didik dan hasil tes peserta didik pada tindakan siklus I, maka diperoleh data-data dalam tindakan siklus I. Observasi digunakan untuk mengetahui saat proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus I, masih ada sebagian besar peserta didik yang masih kurang konsentrasi tidak aktif dalam kelompok belajar, dan sering bercanda dengan temanya. Hal itu mungkin dikarenakan teman dalam kelompok sudah terbiasa yang berdekatan tempat duduk dalam kesehariannya.

Pada hasil tes tindakan siklus I diperoleh nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah adalah 40, rata-rata kelas dalam siklus I adalah 75. Peserta didik yang masih memperoleh nilai <KKM sebanyak 6 peserta didik atau 29% sedangka peserta didik yang memperoleh nilai >KKM sebanyak 16 peserta didik atau 71%.

(11)

ketuntasan belajar yang diharapkan. Oleh karena itulah, untuk ketuntasan hasil belajar perlu dilanjutkan dengan diadakan tindakan siklus II.

Siklus II

Pembagian kelompok pada tindakan siklus II berdasarkan prestasi belajar peserta didik secara merata. Sehingga aktifitas peserta didik pada tindakan II terlihat sangat aktif. Keaktifan peserta didik dapat dilihat dari antusias peserta didik dalam menjawab pertanyaan maupun konsentrasi dalam mengerjakan tugas dalam kelompoknya. Peserta didik yang cenderung pandai dan aktif akan membantu peserta didik yang kurang aktif, sehingga dalam kelompok akan dapat menunjukkan keaktifan secara menyeluruh. Kerjasama dalam kelompok akan semakin terlihat dan saling membantu satu dengan yang lain. Peserta didik saling berlomba saat diminta untuk mengerjakan tugas menyusun kata pada papan stereoform. Peserta didik akan merasa lebih senang dan termotivasi untuk menyusun kata secara cepat dan benar sehingga akan memenangkan permainan. Sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

Pada hasil tes tindakan siklus II diperoleh nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah adalah 50, rata-rata kelas dalam siklus II adalah 87. Persentase ketuntasan belajar sebesar 92%. Artinya dari 24 peserta didik, terdapat 2 peserta didik yang belum tuntas belajar. Maka dapat diperoleh adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan dengan ketuntasan Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) pada seluruh peserta didik. Meskipun masih terdapar 2 peserta didik yang belum tuntas belajar, namun karena peningkatan kemampuan membaca sudah signifikan maka penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikunya. Bagi peserta yang didik yang belum tuntas belajar akan diremidi dan diberi bimbingan khusus.

Dari observasi hasil tes dari tindakan siklus I dan siklus II, dilihat dari tabel 2: Tabel 2

Hasil Tes pada Siklus I dan Siklus II

No Tindakan Banyak Peserta didik Prosentase (%) KKM) < KKM > KKM > KKM < KKM

1 Sebelum Tindakan 13 11 46% 54%

2 Siklus I 6 16 71% 29%

3 Siklus II 2 22 92% 8%

Dari tabel 2 di atas dapat diperoleh data sebagai berikut :

(12)

b) peserta didik yang > KKM adalah 40 peserta didik atau 71 %. Siklus II : a) peserta didik yang < KKM adalah 2 peserta didik atau 8%.

b) peserta didik yang > KKM adalah 22 peserta didik atau 92 %.

Dari hasil tes siklus I diperoleh nilai tertinggi adalah 100 ,nilai terendah adalah 40 dan nilai rata-rata sebesar 71. Dari hasil tes siklus II diperoleh nilai tertinggi adalah 100 ,nilai terendah adalah 50 dan nilai rata-rata sebesar 87. Total peningkatan rata-rata adalah 29 poin.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca peserta didik dapat ditingkatkan melalui penggunaan teknik permainan menyusun kata. Peningkatan kemampuan membaca dapat dilihat dari peningkatan angka persentase ketuntasan belajar peserta didik pada kondisi awal yang hanya 46% meningkat menjadi 71% pada siklus I dan mencapai 92% pada akhir siklus II. Total peningkatan ketuntasan adalah sebesar 46% peningkatan Hasil capaian rata-rata pada tahap pra siklus sebesar 58 meningkat menjadi 71 pada siklus I dan menjadi 87 pada siklus II. Total peningkatan rata-rata adalah 29 poin.

Saran

Beberapa saran sebagai bahan masukan dan tindak lanjut kerkenaan dengan hasil penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Kepala Sekolah, sebaiknya Kepala Sekolah selalu mendorong dan membina guru untuk lebih pro aktif dalam usaha menerapkan model-model pembelajaran yang bervariasi untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi peserta didik, 2. Bagi Guru, a. Guru sebaiknya selalu tanggap terhadap masalah yang timbul dalam pembelajaran berusaha mencarikan solusinya, b. Guru sebaiknya menggunakan keterampilan dasar mengajar secara optimal dan kreatif dalam upaya merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna, c. Guru hendaknya mampu dan mau menerapkan pengggunaan model-model pembelajaran baru yang disesuaikan dengan standar kompetensi yang akan dicapai, d. Guru dituntut untuk selalu meningkatkan hasil belajar sesuai dengan tuntutan standar kompetensi yang digariskan dalam kurikulum, seimbang antara hasil belajar dan keterampilan proses.

(13)

Dayan, Abdi Saka. 2009. “Mengenali Karakter Peserta didik SD”. Bulletin Derap Guru Edisi 113/ Th. IX/ Juni 2009.

Isjoni. 2009. Cooperatif Lerning. Bandung: Alfabeta

Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rini, Ayu. 2005. Exellent English Games. Jakarta: Kesaint Blanc.

Semi, Atar. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

Slamet, St. Y dan Suwarto. 2007. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

Sekolah Dasar. Surakarta: Sebelas Maret University Press Slavin. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

Soejono. 1975. Petunjuk Membaca Menulis Permulaan. Jakarta: Balai Pustaka.Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

Referensi

Dokumen terkait

Metode pada kegiatan pengabdian masyarakat ini dalam bentuk pelatihan praktikum secara langsung kepada pemuda karang taruna Desa Cikarageman Kecamatan setu

Apakah dengan pemilihan prinsip dan metode dalam akuntansi serta bahasa pemrograman yang digunakan dalam menghasilkan sistem pengolahan data elektronik untuk

Di tiap-tiap jurusan pasti mempunyai nama yang berbeda-beda, misalnya Jurusan Politik Islam dinamakan dengan HIMAPI (Himpunan Mahasiswa Politik Islam), Jurusan

Mata Kuliah : Kajian Ulmu Al-Qur’an &amp; Tadrib ‘Amali/Praktikum Team Dosen : Faried F.. Saenong, Ph.D/ Muhammad Arifin, MA

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I, siswa yang menda- patkan nilai pemahaman konsep perjua- ngan mempertahankan kemerdekaan yang memenuhi KKM sebanyak 23 sis- wa

direkomendasikan : Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

Pada Tabel 10 dapat dijelas kan bahwa sub sistem penerapan teknologi telah dilakukan dengan baik, hal ini terlihat bahwa hasil analisis tersebut karyawan menyatakan teknologi

Berkemungkinan merbahaya kepada orang yang memberi bantuan pernafasan mulut-ke-mulut Basuh pakaian yang tercemar dengan teliti menggunakan air sebelum menanggalkannya, atau