4.1. Sejarah RRI Bogor
Lembaga penyiaran publik radio republik indonesia (LPP RRI) sebelumnya merupakan radio milik Pemda Kota Bogor dan dikenal dengan nama Radio Daerah Bogor (RDB), yang sudah mengudara sejak tahun 1966. Radio Daerah Bogor (RDB) merupakan cikal bakal LPP RRI Bogor yang mengudara dari jalan Pangrango nomor 8. Pada saat itu merupakan rumah tinggal keluarga R. Suryanto Kamarwan, keluarga dari seorang wanita pahlawan, Ibu Nani Kamarwan. RDB kemudian pindah ke Jalan Pangrango No. 30.
Pada tahun 1968, Pemerintah Daerah Bogor memandang perlu adanya lembaga penyiaran di Kota Bogor, maka Surat Keputusan Walikota Bogor nomor 2360/6/1968 tanggal 13 Mei 1968, menyatakan bahwa Walikota Bogor menyerahkan penguasaan gedung dijalan Pangrango No. 30 Bogor kepada Direktorat Jenderal Radio, Televisi, dan Film Departemen Penerangan RI untuk dipergunakan oleh RRI Bogor. Pada tanggal 25 Juli 1968, Walikota Bogor menyerahkan Radio Daerah Bogor (RDB) kepada Direktorat Radio. Sejak saat inilah Radio Daerah Bogor (RDB) menjadi RRI Bogor yang diresmikan oleh Dirjen Radio Televisi dan Film (RTF) atas nama Menteri Penerangan RI pada tanggal 4 Agustus 1968. Tahun 1980, Dinas Perumahan Kota Bogor melakukan perubahan penggantian alamat gedung yang semula nomor 30 berubah menjadi Jalan Pangrango nomor 34.
Seiring dengan adanya perubahan tatanan kenegaraan dan era reformasi, Departemen Penerangan RI dilikuidasi sehingga RRI yang semula menjadi corong Pemerintah berubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Peraturan LPP terdapat pada UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, namun melalui PP No. 37 tahun 2002, RRI berubah menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) dibawah pembinaan Departemen Komunikasi dan Informasi RI dalam bidang operasional sedangkan bidang anggaran
dibawah pembinaan Departemen Keuangan RI. Keberadaan RRI sebagai Perjan diberi waktu selama tiga tahun dan setelah tiga tahun RRI dapat memilih untuk berubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) atau Perusahaan Terbatas (PT).
Kedudukan RRI sebagai Perjan ternyata tidak sesuai dengan visi misi RRI yang menjunjung tinggi UUD 1945. Hal ini karena jika RRI menjadi Perum atau PT, maka RRI berorientasi profit dan siaran akan mengikuti trend yang terjadi di masyarakat, hal tersebut tidak sesuai dengan UU Penyiaran No. 32. Dalam UU Penyiaran bahwa stasiun radio diantaranya harus melestarikan kebudayaan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Sehingga mendorong RRI untuk menjadi lembaga penyiaran publik yang independen, netral, mandiri, tidak semata-mata mencari keuntungan serta senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat
Tiga tahun menjadi Perjan membuat RRI memillih menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP) yang disahkan melalui PP No.12 tahun 2005. Lembaga ini bertanggung jawab kepada publik atas penyiaran yang disampaikan dan sesuai dengan UU Penyiaran dan UUD 1945.
LPP RRI Bogor mempunyai peranan penting sebagai media penyiaran radio, lewat LPP RRI Bogor disiarkan berita-berita internasional, nasional maupun lokal, pesan-pesan pembangunan, seni budaya maupun siaran pendidikan dan keagamaan. Untuk berita lokal selain berbahasa Indonesia juga disiarkan dalam bahasa daerah Sunda.
LPP RRI Bogor didukung oleh 94 orang pegawai yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil dan terdapat tenaga honorer sebanyak 27 orang, jauh lebih banyak dibandingkan pada awal berdirinya RRI Bogor yang pada waktu itu baru ada 16 orang, dan sebagian masih berstatus tenaga honorer. Dari 94 orang, mereka memiliki latar belakang profesi di bidang penyiaran radio, dan umumnya sudah mendapat pendidikan dan pelatihan di dalam dan luar negeri. Agar dapat mengikuti dan menyesuaikan diri dengan kemajuan Iptek khususnya di bidang penyiaran radio, setiap karyawan mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan profesi.
Tabel 2. Rekapitulasi Pegawai Berdasarkan Profesi
No Profesi Jumlah Pegawai (orang) %
1. Tata Usaha 27 29 2. Siaran 23 24 3. Pemberitaan 11 12 4. Sumberdaya Teknologi 25 27 5. Layanan Usaha 8 8 Jumlah 94 100
Sumber: LPP RRI Bogor (Juli 2009)
4.2. Visi Misi LPP RRI
Visi dan misi RRI didasari oleh piagam 11 September 1945 yang disebut juga dengan TRI PRASETYA RRI piagam tersebut menerangkan bahwa:
1. Kita harus menyelamatkan segala alat siaran dari siapapun yang hendak menggunakan alat tersebut untuk mengancurkan negara kita. Dan membela alat itu dengan segala jiwa ragadalam keadaan bagaimanapun dan dengan akibat apapun juga.
2. Kita harus mengemudikan siaran RRI sebagai alat perjuangan dan alat revolusi seluruh bangsa indonesia, dengan jiwa kebangsaan yang murni, hati yang bersih dan jujur serta budi yang penuh kecintaan dan kesetiaan kepada tanah air dan bangsa.
3. Kita harus berdiri diatas segala aliran dan keyakinan partai atau golongan dengan mengutamakan persatuan bangsa dan keselamatan negara, serta berpegang pada jiwa Proklamasi 17 Agustus 1945.
Berdasarkan isi piagam tersebut diatas maka lahirlah visi dan misi. Visi LPP RRI adalah menjadi radio publik milik bangsa, acuan informasi terpercaya dan hiburan yang sehat, pemberdaya masyarakat, perekat budaya bangsa, sejahtera dan unggul secara nasional, bertaraf internasional.
Misi LPP RRI ada 10 butir, yaitu:
1. Memberikan layanan informasi yang terpercaya bagi masyarakat untuk memperoleh akses informasi melalui proses kerja standar jurnalisme professional yang bersandar pada prinsip akurat dan berimbang serta berorientasi pada keharmonisan dan kedamaian.
2. Menjadi wahana kontrol sosial melalui program siaran yang memberikan ruang yang cukup bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat, kritik terhadap suprastruktur politik guna mendorong terciptanya penyelenggaraan negara yang baik.
3. Menjadikan program siaran pendidikan sebagai pemberdaya masyarakat dan mendorong proses demokratisasi yang bertumpu pada hak masyarakat untuk mengemukakan pendapat dengan tetap berpegang pada kaidah hukum dan prinsip masyarakat madani yang berkeadaban.
4. Menjadikan program siaran kebudayaan sebagai perekat sosial dan keberagaman budaya Indonesia guna memajukan kebudayaan nasional dengan tumbuh kembangnya unsur budaya local, ditengah arus budaya global.
5. Menjadikan program siaran hiburan, wahana hiburan yang sehat bagi keluarga Indonesia dan mampu mendorong kreativitas masyarakat.
6. Menyelenggarakan siaran-siaran yang melayani kebutuhan kelompok minoritas dalam masyarakat.
7. Menyelenggarakan program siaran yang mendorong pemahaman persepsi tentang gender sesuai nilai budaya bangsa.
8. Memanfaatkan dan tanggap terhadap perkembangan teknologi media penyiaran yang efektif, efisien serta mengoprasikannya secara professional guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia serta menjamin kenyamanan dan kemudahan masyarakat mendengarkan siaran RRI. 9. Menyelenggarakan siaran internasional bagi masyarakat Indionesia di luar
negeri dan memberikan informasi tentang Indonesia ke dunia internasional.
10. Memberikan pelayanan jasa-jasa yang terkait dengan kegiatan penyiaran sesuai kebutuhan masyarakat secara professional guna menambah pendapatan lembaga untuk menunjang pelaksanaan operasional siaran dan meningkatkan kesejahteraan pegawai.
4.3. Fungsi, Tugas dan Kedudukan LPP RRI
Berdasarkan SK Dewan Pengawas RRI No. 007/DEWAS RRI/2005, LPP RRI Bogor bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Penetapan status
RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP) merupakan bagian dari sistem penyiaran nasional guna menjalin terciptanya tatanan informasi nasional yang adil, merata dan seimbang guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 12 Tahun 2005 dibentuklah Dewan Pengawas yang berfungsi untuk mewujudkan dan melaksanakan fungsi RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Dewan Pengawas RRI merupakan bentuk perwakilan dan evaluasi publik guna mengawasi dan menjaga agar RRI dapat selalu menjalankan sifat independen, netral, tidak komersil dan berfungsi melayani kebutuhan masyarakat. RRI berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Tempat kedudukan RRI berada di ibukota negara Republik Indonesia dan stasiun penyiaraannya berada dipusat dan daerah. RRI mempunyai tugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam PP No.12 tahun 2005 Pasal 4, RRI menyelenggarakan fungsi yaitu:
a. Perumusan kebijakan umum dan pengawasan di bidang penyelenggaraan penyiaran radio publik;
b. Pelaksanaan dan pengendalian. kegiatan penyelenggaran penyiaran radio publik;
c. Pembinaan dan pelaksanaan administrasi serta sumber daya RRI.
4.4. Struktur Organisasi LPP RRI Bogor
Berdasarkan Peraturan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia No. 002/PER/DIREKSI/2006 tanggal 10 November 2006 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Stasiun Penyiaran Radio Republik Indonesia, pada pasal 4 mengenai klasifikasi stasiun penyiaran LPP RRI terbagi atas tiga stasiun penyiaran,yaitu:
1. Stasiun Penyiaran tipe A; 2. Stasiun Penyiaran tipe B;
3. Stasiun Penyiaran tipe C
Berdasarkan Peraturan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia No. 002/PER/DIREKSI/2006 tanggal 10 November 2006 pada pasal 1, Stasiun penyiaran adalah penyelenggara kegiatan penyiaran RRI yang berlokasi di ibukota Negara, propinsi, kabupaten/kota. Stasiun penyiaran RRI di ibukota Negara menyelenggara siaran local, regional, nasional, dan menyelenggarakan siaran internasional atau siaran luar negri. Stasiun penyiaran disetiap ibukota propinsi dan/atau di ibukota kabupaten/kota menyelenggarakan siaran lokal (kota/kabupaten) dan regional (propinsi). Stasiun penyiaran dapat menyelenggarakan siaran dengan sistem stasiun jaringan yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Stasiun penyiaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala yang kedudukannya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direksi.
Klasifikasi stasiun penyiaran dibedakan dari wilayah penyiarannya. Setiap tipe pada stasiun penyiaran memiliki perbedaan fungsi, tugas dan struktur organisasinya. LPP RRI Bogor termasuk kedalam stasiun penyiaran tipe C. Berdasarkan Peraturan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia No. 002/PER/DIREKSI/2006 tanggal 10 November 2006 pada pasal 67 mengenai stasiun penyiaran tipe C, dalam melaksanakan tugasnya LPP RRI Bogor menyelenggarakan fungsi,yaitu: a. Penyiapan rencana program dan anggaran Stasiun Penyiaran Tipe C; b. Pelaksanaan tata usaha;
c. Pelaksanaan kegiatan di bidang siaran; d. Pelaksanaan kegiatan di bidang pemberitaan;
e. Pelaksanaan kegiatan di bidang sumberdaya teknologi; f. Pelaksanaan kegiatan di bidang layanan usaha.
Berdasarkan Peraturan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia No. 002/PER/DIREKSI/2006 tanggal 10 November 2006 pada pasal 68, menguraikan struktur organisasi yang ada pada LPP RRI Bogor terdiri atas:
b. Seksi Siaran; c. Seksi Pemberitaan;
d. Seksi Sumberdaya Teknologi; e. Seksi Layanan dan Usaha; f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Berdasarkan penguraian struktur organisasi pada LPP RRI Bogor diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan kegiatan tata usaha Stasiun Penyiaran Tipe C. Dalam melakukan tugasnya subbagian tata usaha menyelenggarakan fungsinya yaitu:
a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana, program dan anggaran stasiun penyiaran;
b. Pelaksanaan urusan Sumber Daya Manusia; c. Pelaksanaan urusan keuangan;
d. Pelasanaan urusan umum.
Subbagian Tata usaha pada LPP RRI Bogor terdiri dari:
A. Urusan Sumber Daya Manusia
Urusan sumber daya manusia mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan dan evaluasi urusan sumber daya manusia, keprotokolan dan kehumasan, serta tata persuratan.
B. Urusan Keuangan
Urusan keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan perbendaharaan, akutansi, dan verifikasi, serta laporan keuangan.
C. Urusan Umum
Urusan umum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program dan anggaran serta pengelolaan perlengkapan, rumah tangga, keamanan, dan kearsipan.
2. Seksi Siaran
Seksi siaran mempunyai tugas melaksanakan kegiatan dibidang programa siaran. Dalam melaksanakan tugasnya seksi siaran menyelenggarakan fungsinya yaitu:
a. Pelaksanaan perencanaan dan evaluasi program; b. Pelaksanaan pengelolaan program I
c. Pelaksanaan pengelolaan program II
Seksi programa siaran pada LPP RRI Bogor terdiri atas:
A. Subseksi Perencanaan dan Evaluasi Programa
Subseksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan program acara, anggaran biaya siaran, pemolaan, lalu lintas siaran (traffic) dan evaluasi di biang programa siaran.
B. Subseksi Programa I
Subseksi programa I mempunyai tugas melakukan pengelolaan dan penyelenggaraan siaran berita/informasi, produksi siaran pendidikan, produksi siaran budaya, produksi siaran hiburan dan produksi siaran iklan pada programa I.
C. Subseksi Programa II
Subseksi programa II mempunyai tugas melakukan pengelolaan dan penyelenggaraan siaran berita/informasi, produksi siaran pendidikan, produksi siaran hiburan dan produksi siaran iklan pada programa II.
3. Seksi Pemberitaan
Seksi pemberitaan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang pemberitaan. Dalam melaksanakan tugasnnya seksi pemberitaan menyelenggarakan fungsinya sebagai pelaksana produksi berita, ulasan dan dokumentasi, liputan dan olah raga, serta pengembangan berita. Seksi pemberitaan pada LPP RRI Bogor terdiri atas:
A. Subseksi Berita, Ulasan dan Dokumentasi
Subseksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pelaksanaan dan valusi produksi liputan berita, ulasan, siaran langsung, redaksional dan dokumentasi untuk programa Stasiun Penyiaran tipe C dan kontribusi pada Pusat Pemberitaan.
B. Subseksi Liputan dan Olah Raga
Subseksi liputan dan olah raga mempunyai tugas melakkan penyiapan bahan perencanaan, plaksanaan dan evaluasi produksi liputan peristiwa olah raga, produksi berita olah raga, melakukan siaran langsung olah raga untuk programa Stasiun Penyiarn tipe C dan kontribusi pada Pusat Pemberitaan.
C. Subseksi Programa Pengembangan Berita
Subseksi programa pengembangan berita mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi produksi pengembangan berita dan masalah aktual untuk Stasiun Penyiaran Tipe C dan kontribusi pada Pusat Pemberitaan.
4. Seksi Sumberdaya Teknologi
Seksi sumber daya teknologi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan dibidang sumber daya teknologi. Dalam melaksanakan tugasnya seksi sumber daya teknologi menyelenggaraan fungsinya sebagai pelaksana dibidang teknik studio dan multimedia, pelaksana dibidang teknik transmisi dan pelaksanaan dibidang sarana prasarana penyiaran. Seksi sumber daya teknologi pada LPP RRI Bogor terdiri atas:
A. Subseksi Teknik Studio dan Multimedia
Subseksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan dan evaluasi di bidang teknik studio dan multimedia.
B. Subseksi Teknik Transmisi
Subseksi teknik transmisi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan dan evaluasi di bidang teknik transmisi.
C. Subseksi Sarana Prasarana Penyiaran
Subseksi sarana prasarana penyiaran mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencnaan, pngelolaan dan evaluasi di bidang sarana prasarana penyiaran.
5. Seksi Layanan dan Usaha
Seksi layanan dan usaha mempunyai tugas melaksanakan kegiatan dibidang layanan dan usaha. Dalam melaksanakan tugasnya seksi layanan usaha menyelenggarakan fungsinya sebagai pelaksana layanan public, pengembangan usaha dan pencintraan. Seksi layanan dan usaha pada LPP RRI Bogor terdiri atas:
A. Subseksi Layanan Publik
Seksi layanan publik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi kegiatan layanan kemitraan, data dan informasi.
B. Subseksi Pengembangan Usaha
Subseksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan dan evaluasi kegiatan pengembangan usaha siaran radio dan usaha non siaran radio.
C. Subseksi Pencitraan
Subseksi pencitraan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan dan evaluasi kegiatan promosi, operasional standarisasi identitas korporat, hubungan luar dan media.
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Berdasarkan Peraturan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia No. 002/PER/DIREKSI/2006 tanggal 10 November 2006 pada pasal 89 menjelaskan bahwa kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan fungsional sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional yang dimaksud dalam pasal 89 terdiri dari sejumlah tenaga fungsional. Kelompok jabatan fungsional tersebut dikoordinasikan oleh tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Satuan Kerja dilingkungan masing-masing dan jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Kelompok jabatan fungsional bertanggungjawab kepada Kepala Stasiun Penyiaran. Struktur organisasi LPP RRI Bogor dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.5. Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Dalam suatu penelitian, validitas dan reliabilitas suatu hasil penelitian tergantung pada alat ukur (instrumen) yang digunakan dan data yang diperoleh. Agar instrumen ini dapat dipercaya harus melalui uji validitas dan reliabilitas sehingga hasil yang diperoleh dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Untuk mempermudah análisis data, uji validitas dan reabilitas diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan software
SPSS 11,5 for Windows.
4.5.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner
Uji validitas dilakukan setelah menyebar kuesioner kepada 30 orang responden. Uji Validitas menunjukkan ukuran yang benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat test tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Suatu test dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila test tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya test tersebut. Pertanyaan
pada kuesioner dapat dikatakan valid apabila rhitung lebih besar
daripada rtabel.
Uji validitas dilakukan dengan menguji nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor nilai memakai rumus korelasi product Moment,yang diolah menggunakan SPSS 11,5
for windows (Umar 2003). Hasil uji validitas untuk masing-masing
pertanyaan adalah lebih besar dari rtabel dengan selang kepercayaan 95
% yaitu sebesar 0,361. Hasil ini menunjukan bahwa semua pertanyaan adalah signifikan dan dinyatakan valid. Rincian hasil uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.5.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas artinya adalah tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Kadang-kadang reliabilitas disebut juga sebagai keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan, dan sebagainya, namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran (measurement error).
Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik αcronbach. Dalam teknik
ini, instrumen diujicobakan pada 30 responden dan hasilnya dicatat. Hasil tersebut diolah dengan menggunakan teknik αcronbach, dengan
bantuan Microsoft SPSS 11,5 for windows. Berdasarkan hasil pengolahan dihasilkan nilai αcronbach untuk nilai penerapan organisasi
pembelajar yaitu α = 0,967.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diperoleh nilai αcronbach yang
lebih besar dari 0,6. Hal ini dapat disimpulkan, kemungkinan terjadi kesalahan pengukuran dalam kuesioner cukup rendah sehingga penggunaannya dapat diandalkan dan mampu memberikan pengukuran yang konsisten apabila penulis menyebarkan kuesioner
secara berulang kali dalam waktu yang berlainan. Hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.6. Karakteristik Responden
Responden yang dilakukan dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negri Sipil (PNS) pada LPP RRI Bogor yang berjumlah 94 orang merupakan karyawan tetap tetapi yang diambil sebagai responden untuk mengisi kuesioner adalah 87 orang. Tujuh orang yang tidak diambil sebagai responden adalah karyawan tetap yang memiliki pendidikan SD (Sekolah Dasar). Dari 87 orang responden terdiri dari 21 orang pimpinan dan 66 orang karyawan atau pelaksana. Peneliti mendeskripsikan enam karakteristik responden tersebut yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, unit/bagian kerja, tingkat jabatan dan masa kerja karyawan pada perusahaan.
4.6.1. Usia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selang usia responden berkisar antara 26-56 tahun. Responden berusia antara 16-25 tahun berjumlah 0 orang (0%), responden 26-35 tahun berjumlah 4 orang (4,60%), responden berusia antara 36-45 tahun berjumlah 24 orang (27,59%), responden berusia 46-55 tahun berjumlah 58 orang (66,67%), dan responden yang berusia diatas 55 tahun berjumlah 1 orang (1,15%). Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia tersaji pada Gambar 7.
Pada gambar dijelaskan bahwa karyawan terbanyak berusia 46-55 tahun, hal tersebut dikarenakan sebagian besar karyawan adalah karyawan senior yang telah lama bekerja di LPP RRI Bogor. Dalam penelitian ini tidak ditemukan karyawan di bawah usia kerja, hal tersebut berarti seluruh responden masih berada pada rentang usia kerja atau masih produktif. Pada penelitian ini perlu dilakukan suatu analisis terhadap usia responden dikarenakan dapat mempengaruhi tingkat kedalaman penguasaan kompetensi, produktivitas dalam bekerja serta tingkat pengetahuan dalam menyerap pembelajaran, informasi, dan perubahan teknologi.
4.6.2. Jenis Kelamin
Dilihat dari jenis kelamin, sebagian besar respoden pada penelitian ini adalah laki-laki dengan persentase sebesar 65,52% yaitu sebanyak 57 orang dan responden perempuan berjumlah 30 orang dengan persentase sebesar 34,48%. Perbedaan persentase laki-laki dan perempuan pada karyawan LPP RRI Bogor bukan lebih disebabkan adanya diskriminasi gender melainkan lebih disebabkan karyawan di LPP RRI Bogor pada bidang teknik lebih banyak dibandingkan bagian atau departemen lain sehingga persentase laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Jumlah dan persentase responden berdasarkan berdasarkan jenis kelamin tersaji pada Gambar 8 dan tabel .
Perbedaan jumlah karyawan laki-laki dan perempuan di LPP RRI Bogor tidak begitu signifikan namun masih didominasi oleh laki-laki. Ini membuktikan bahwa emansipasi wanita mulai tumbuh dimana gender sudah tidak dipermasalahkan lagi dan lebih mengutamakan profesionalitas kerja. Hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah perempuan yang menduduki jabatan pada tingkat divisi sampai departemen bahkan Kepala LPP RRI Bogor diduduki oleh perempuan. Dengan kata lain, karir seseorang ditentukan oleh kompetensinya terhadap pekerjaan bukan lagi gender.
4.6.3. Tingkat pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden berlatar belakang SMU atau sederajat yaitu memiliki nilai sebesar 64,37%, sebagian lagi D1 yang memiliki nilai sebesar 2,30%, D2 memiliki nilai 1,15%, D3 memiliki nilai 8,05%, D4 memiliki nilai 3,45%, S1 memiliki nilai 14,94 dan S2 memiliki nilai sebesar 5,75 yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan terakhir Jumlah (orang) Persentase 1 smu/stm 56 64,37 2 d1 2 2,30 3 d2 1 1,15 4 d3 7 8,05 5 d4 3 3,45 6 s1 13 14,94 7 s2 5 5,75
Tingginya persentase pada tingkat SMU dikarenakan banyaknya senior yang diangkat sebagai karyawan pada tahun 1990 yang pada saat itu rata-rata karyawan berpendidikan SMU dan STM. Jika dilihat dari pendididkan tersebut karyawan telah memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahami pekerjaan mereka dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Di LPP RRI Bogor kebanyakan karyawanya adalah bidang teknisi dan lulusan mereka adalah STM yang memiliki
kemampuan khusus pada bidangnya sehingga dengan latar belakang SMU atau STM pun karyawan mampu bekerja dengan baik, walaupun pada awalnya untuk menempati pekerjaan itu diperlukan orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman. Selain itu juga diperlukan kesabaran, ketelitian dan fisik yang baik Karena mereka setiap hari berhadapan dengan bagian tehnik sera alat-alat atau sarana dan prasarana yang ada di LPP RRI Bogor. Jumlah dan persentase responden berdasarkan berdasarkan pendidikan terakhir tersaji pada Gambar 9.
Gambar 9. Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
4.6.4. Unit/Bagian Kerja
LPP RRI Bogor memiliki lima bagian kerja yaitu subbagian tata usaha, seksi siaran, seksi pemberitaan, seksi sumberdaya teknologi dan seksi layanan dan usaha. Pada unit atau bagian kerja pada LPP RRI Bogor karyawan terbanyak berada pada seksi sumberdaya teknologi memiliki nilai sebesar 28,74%, pada bagian ini terdiri tiga bagian kerja yaitu sub seksi teknik studio dan multimedia, sub seksi transmisi, dan sub seksi sarana prasarana penyiaran. Sebagian lagi terdiri dari seksi siaran memiliki nilai sebesar 25,29%, pada bagian ini terdiri dari 3 bagian kerja yaitu sub seksi perencanaan dan evaluasi programa, sub seksi programa 1, dan sub seksi programa 2. Pada sub bagian tata usaha memiliki nilai sebesar 24,14%, pada bagian ini terdiri dari tiga bagain kerja yaitu urusan SDM, urusan keuangan, dan urusan umum. Pada seksi pemberitaan memiliki nilai sebesar 13,79%,
bagian ini memiliki tiga bagian kerja yaitu sub seksi berita ulasan dan dokumentasi, sub seksi liputan dan olahraga, dan sub seksi pengembangan berita. Karyawan paling sedikit berada pada seksi layanan dan usaha dengan nilai sebesar 8,05% yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Responden Berdasarkan Unit/Bagian Kerja
No Unit/Bagian Kerja Jumlah (orang) Persentase
1 Sub bagian Tata Usaha 21 24,14
2 Seksi Siaran 22 25,29
3 Seksi Pemberitaan 12 13,79
4 Seksi Sumberdaya Teknologi 25 28,74
5 Seksi Layanan dan Usaha 7 8,05
Pada bagian kerja terbanyak ada pada seksi sumberdaya teknologi dikarenakan banyaknya tugas dan pekerjaan yang berhubungan dengan peralatan baik itu sarana dan prasarana yang ada di LPP RRI Bogor, seperti pemancar, jaringan kabel, komputerisasi, peralatan studio dan multimedia, sehingga diperlukan tenaga ahli untuk bertanggungjawab atas keseluruhannya, karena ini akan berdampak kepada output siaran di LPP RRI Bogor. Seksi siaran juga sangat penting dalam berkembangnya LPP RRI Bogor, karena pada dasarnya sebaik apapun sarana dan prasarana jika informasi maupun berita tidak tersampaikan dengan baik oleh para penyiar maka hasilnya adalah program acara yang disiarkan kurang menyentuh kebutuhan publik. Orientasi LPP RRI Bogor adalah melayani khalayak atau masyarakat, sehingga diperlukan program-program yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak banyak. Untuk memenuhi informasi dan berita aktual dan terpercaya maka diperlukan bagian pemberitaan yang dapat mengulas serta membahas berita terbaru. Untuk memenuhi itu semua diperlukan karyawan yang ahli dibidangnya dan sesuai kebutuhan di setiap bagian kerja yang ada pada LPP RRI Bogor. Jumlah dan persentase responden berdasarkan berdasarkan unit/bagian kerja tersaji pada Gambar 10.
Gambar 10. Data Responden Berdasarkan Unit/Bagian Kerja
4.6.5. Tingkat Jabatan
Proporsi responden berdasarkan jabatan adalah sebesar 24,14% pejabat strukrural yaitu sebanyak 21 orang dan pejabat fungsional terdapat 30 orang dengan nilai persentase nilai sebesar 34,48%. Para pejabat struktural mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran, pemimpin diharapkan dapat memberikan informasi (sosialisasi), sebagai pemberi arah (visioner), sebagai pelatih, dan sebagai agen perubahan. Komponen kepemimpinan berperan sebagai energi penguat ke semua dimensi komponen bangunan organisasi pembelajar seperti menguatkan fondasi rasa saling percaya, menguatkan fondasi budaya belajar, memperkuat habitat belajar. Para pejabat juga harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan karyawan seperti memberikan fasilitas untuk proses belajar, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan kompetensinya, mampu berperan sebagai penasihat dan pendengar yang baik, dan memberikan kesempatan yang berkelanjutan untuk belajar dari pengalaman dan mendorong proses inovasi juga pengembangan kreativitas karyawannya. Pejabat yang dimaksud adalah pejabat struktural maupun pejabat fungsional.
Jabatan yang mendominasi adalah pelaksana yang dilakukan oleh 36 orang, dengan persentase nilai sebesar 41,38%. Sebagai pelaksana setiap karyawan diberikan wewenang untuk menuntaskan
pekerjaan maupun kegiatan pembelajaran, diberdayakan kemampuannya dan dilibatkan dalam proses pembelajaran sesuai tanggungjawabnya masing-masing. Karyawan harus mampu terus belajar secara berkelanjutan, memperluas dan memperdalam modal intelektual, modal kredibilitasdan modal sosial organisasi. Dalam pembagian jabatan dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki karyawan. Sehingga dipengaruhi oleh faktor pendidikan yang dimiliki oleh setiap masyarakat serta kebutuhn jabatan yang berlaku di LPP RRI Bogor. Untuk melihat jumlah dan persentase responden berdasarkan berdasarkan tingkat jabatan tersaji pada Gambar 11.
Gambar 11. Data Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan
4.6.6. Masa Kerja
Masa kerja seorang karyawan LPP RRI Bogor sangat mempengaruhi perkembangan karir, karena semakin senior seseorang maka peluang untuk menduduki jabatan-jabatan yang strategis sangat terbuka lebar. Jika dilihat dari masa kerja karyawan LPP RRI Bogor berada pada kisaran 1-35 tahun. Reponden yang memiliki masa kerja kurang dari 10-15 tahun sebanyak 16 orang (18,39%), masa kerja antara 16-20 tahun sebanyak 16 orang (18,39%), masa kerja antara 21-25 tahun sebanyak 16 orang (18,39%), masa kerja antara 26-30 tahun sebanyak 28 orang (32,18%) serta untuk masa kerja antara 31-35 sebanyak 11 orang (12,64). Untuk lebih jelasnya data mengenai masa kerja karyawan LPP RRI Bogor tersaji dalam Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah dan persentase responden berdasarkan masa kerja No Masa kerja Jumlah (orang) Persentase 1 10-15 Tahun 16 18,39 2 16-20 Tahun 16 18,39 3 21-25 Tahun 16 18,39 4 26-30 Tahun 28 32,18 5 31-35 Tahun 11 12,64
Dilihat dari Tabel, perbandingan masa kerja karyawan LPP RRI Bogor mayoritas lebih dari 25 tahun masa kerjanya. Diharapkan para
senior dapat berbagi ilmu dan pengalaman dengan para junior-nya dan
para junior pun dapat memberikan masukan demi kemajuan bersama. Hal ini sangat baik bagi perkembangan perusahaan ke depannya, dimana para senior dapat menjadi tutor bagi para junior yang ada di perusahaan sehingga regenerasi dapat berjalan dengan baik. Dengan begitu para karyawan dapat bertukar ilmu dan dapat memperoleh pembelajaran melalui pengalaman dari para karyawan senior. Sehingga dengan adanya pembelajara tersebut pekerjaan yang dikuasai oleh karyawan senior dapat juga dikuasai oleh karyawan
junior, karena masing-masing memiliki kesempatan yang sama dalam
belajar atau memperoleh ilmu pengetahuan. Untuk melihat jumlah dan persentase responden berdasarkan berdasarkan masa kerja tersaji pada Gambar 12.
4.7. Penerapan Dimensi Organisasi Pembelajaran Pada LPP RRI Bogor 4.7.1. Sub Sistem Dinamika Pembelajaran
Sub sistem pembelajaran merupakan salah satu indikator dari organisasi pembelajar. Pada sub sistem dinamika pembelajaran tersebut memiliki dua sub indikator yaitu pembelajaran individu dan pembelajaran kelompok. Hasil jawaban dari responden terhadap sub sistem dinamika pembelajaran pada LPP RRI Bogor dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem Dinamika Pembelajaran Item Pertanyaan Belum Diterapkan (1) Sebagian kecil telah diterapkan (2) Sebagian besar telah diterapkan (3) Seluruhnya diterapkan (4) Jumlah Responde n A. Pembelajaran individu 35 172 236 79 Persentase (%) 6,70% 32,95% 45,21% 15,13% 100% B. Pembelajaran Kelompok/Tim 15 110 163 60 Persentase (%) 4,31% 31,61% 46,84% 17,24% 100% Total penerapan pembelajaran 50 282 399 139 Persentase (%) 5,75% 32,41% 45,86% 15,98% 100% A. Pembelajaran Individu
Penerapan pembelajaran di LPP RRI Bogor sebagian besar telah diterapkan (Tabel 6). Responden sebanyak 45,21% menyatakan bahwa sebagian besar pembelajaran individu telah diterapkan dan dilaksanakan dalam pekerjaan serta bidangnya. Sebagian lagi terdapat 32,95% sebagian kecil telah diterapkan oleh para karyawan, 15,13% menyatakan bahwa seluruhnya telah diterapkan, dan 6,70% karyawan menyatakan belum diterapkan sama sekali.
Hasil dari analisis di atas bahwa kondisi pembelajaran yang telah dilakukan LPP RRI Bogor adalah setiap karyawan diberikan hak dan perhatian yang sama dalam hal pembelajaran. Pimpinan LPP RRI Bogor memberikan kebijakan kepada setiap karyawannya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kemampuannya baik itu pola pikir dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan kapasitas dirinya, sehingga karyawan mampu berkontribusi baik untuk dirinya sendiri maupun untuk menciptakan kesejahteraan bagi Organisasi, masyarakat atau lingkungannya. Menurut hasil wawancara dengan responden yang bekerja di LPP RRI Bogor menunjukan bahwa pendidikan yang diberikan LPP RRI Bogor berasal dari RRI Pusat. Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan sesuai dengan tugas-tugas pada bidang-bidangnya masing-masing. Pelatihan yang diberikan oleh LPP RRI Bogor adalah Total Quality Management (TQM) untuk seluruh karyawan, in house training, Speak easy bagi penyiar agar memiliki kemampuan dan bekerja sesuai dengan pekerjaannya, ada workshop yang di adakan LPP RRI Bogor untuk pengalaman dan pengetahuan yang mendalam sesuai dengan pekerjaan, dan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan bidang-bidang khusus (administrasi keuangan, SDM, dan teknis),pelatihan tersebut dilaksanakan di Pusdiklat RRI Jakarta atau Pusdiklat RRI MMTC (Multi Media Training Centre) di Yogyakarta dalam bidang-bidang yang sesuai dengan pekerjaan. Setelah mendapat pendidikan, pegawai mendapat ilmu yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari sehingga pegawai dapat lebih mengembangkan kemampuan dan bekerja sebaik mungkin.
Namun tidak semua karyawan beranggapan bahwa penerapan pembelajaran individu sebagian besar telah dilakukan dan diterapkan dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena karyawan kurang peka dan kreatif untuk mencari cara dan kesempatan untuk melakukan proses pembelajaran, sehingga karyawan tidak dapat secara maksimal melakukan proses belajar dengan baik.
Menurut Tjakraatmadja (2006) pembelajaran individu terjadi jika ada kompetensi dan komitmen untuk memahami modal informasi baru yang berasal dari lingkungan belajar untuk
kemudian ditransformasikan menjadi kompetensi baru. Pembelajaran individu akan efektif jika karyawan memiliki kompetensi serta komitmen untuk memahami tuntutan pekerjaan atau informasi baru serta memiliki kemampuan untuk mentransformasi informasi baru tersebut menjadi kompetensi baru, sehingga terjadi akumulasi (perluasan atau pendalaman) kompetensinnya. Untuk itu LPP RRI diharapkan mendukung setiap karyawannya untuk mengapresiasikan kemampuannya sesuai dengan kompetensi pada bidangnya. Dengan begitu karyawan dapat menghasilkan metode-metode baru atau strategi-strategi tindakan baru untuk mencapai nilai-nilai yang ada.
Membangun individu yang mau dan mampu belajar, membutuhkan lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan belajar kondusif, merupakan suasana kerja yang dapat menumbuhkan komitmen setiap individu untuk bekerja dan bekerja sama dengan anggota organisasi lainnya. Kemampuan individu tergantung pada model mental. Model mental berkaitan dengan kapasitas tempat menyimpan informasi (kompetensi) yang dimiliki individu, khususnya untuk mengakomodir perilaku mental yang bersifat aktif, yang akan digunakan untuk bekerja atau membuat keputusan. Pembelajaran individu perlu dilakukan secara berkelanjutan agar organisasi tersebut mampu menghadapi masa yang akan datang dengan pembelajaran yang berkesinambungan sehingga karyawan mampu mengembangkan kreativitas serta inovasi dalam pekerjaannya.
B. Pembelajaran Kelompok/Tim
Pembelajaran kelompok/tim pada LPP RRI Bogor sebagian besar telah dilakukan, dengan jawaban karyawan sebanyak 46,84%, untuk 31,61% karyawan menjawab sebagian kecil telah diterapkan, 17,24% menyatakan seluruhnya telah diterapkan oleh LPP RRI Bogor, dan 4,31% karyawan menyatakan bahwa belum sama sekali
diterapkan.untuk melihat gambaran data pembelajaran kelompok dapat dilihat pada Tabel 6.
Kondisi yang terjadi pada LPP RRI Bogor tergambar dari Tabel 6 bahwa sebagian besar telah diterapkan pembelajaran kelompok/tim dalam pekerjaannya. Untuk meningkatkan penerapan pembelajaran kelompok/tim LPP RRI Bogor memberikan kesempatan kepada setiap karyawan untuk mengembangkan kreatifitasnya dan mensosialisasikannya kedalam sebuah kelompok/tim. Untuk itu diperlukan kemampuan dan kapasitas personelnya yang unik dengan melakukan kerjasama antar karyawan yang saling melengkapi dan saling menguntungkan, sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang besar dan lebih kompleks. Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk membangun karya dan legenda yang lebih besar, manusia perlu berkolaborasi secara sinerjik, membentuk masyarakat yang mampu melakukan kerjasama cerdas. Proses pembelajaran menjadi lebih kompleks jika anggota organisasi lebih beragam, baik dalam hal kompetisinya maupun persepsinya.
LPP RRI Bogor memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk menerapkan pembelajaran kelompok/tim dengan membentuk suatu tim kerja dalam suatu acara, misalnya gelar budaya yang diadakan LPP RRI Bogor. Hal tersebut memerlukan kerjasama tim yang baik dan kekompakan antar karyawan agar acara yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana. Pengelompokan kerja juga disesuaikan dengan unit atau bagian masing-masing karyawan. Dengan adanya pengelompokan tersebut karyawan akan berusaha meningkatkan kemampuan dan kinerjanya terhadap tim. Untuk mewujudkan kerjasama tim yang baik setiap organisasi melakukan usahanya dengan cara diskusi kelompok atau rapat-rapat kelompok berdasarkan bidangnya masing-masing yang hasilnya dapat diaplikasikan dan dilaksanakan berdasarkan kerja tim. Tetapi pada
pelaksanaannya karyawan di LPP RRI Bogor merasa belum berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan sebagian karyawan merasa tidak mampu melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh kelompok atau tim kerja yang ada serta pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan masih sangat kurang.
Untuk menumbuh kembangkan pengetahuan organisasi di LPP RRI Bogor diperlukan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga para karyawan termotivasi untuk terus belajar, memanfaatkan informasi atau pengetahuan yang disediakan oleh organisasi LPP RRI Bogor. Membangun organisasi merupakan proses pembelajaran anggota organisasi untuk meningkatkan kompetensi kerjanya. Kompetisi kerja organisasi mencangkup kemampuan kerja secara individu serta kemampuan bekerjasama dengan anggota organisasi lainnya.
Penerapan sub sistem pembelajaran LPP RRI Bogor dapat dilihat keseluruhan dari hasil tabulasi yang tercantum pada Tabel 6, yang dilihat bahwa urutan persepsi responden terhadap indikator dari stiap pertanyaan, dapat dilihat sebagai berikut: pembelajaran yang belum diterapkan memiliki nilai 5,75%, seluruhnya sudah diterapkan memiliki nilai 15,98%, sebagian kecil yang telah diterapkan memiliki nilai 32,41%, dan sebagian besar telah diterapkan memiliki nilai 45,86%. Mayoritas karyawan LPP RRI Bogor menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan sebagian besar telah diterapkan. LPP RRI Bogor menempatkan pembelajaran secara kontinyu pada setiap karyawan sebagai prioritas utama, serta para pemimpin juga mendukung setiap karyawannya untuk belajar dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Pembelajaran kelompok yang dilakukan LPP RRI Bogor telah mendukung karyawannya untuk saling belajar satu sama lain dengan berbagai cara/media yang berbeda-beda serta melakukan pelatihan bagaimana cara bekerja dan belajar dalam tim/kelompok. LPP RRI Bogor juga melakukan pendekatan inovasi serta terus menerus
mengembangkan kreatifitasnya. Program siaran yang diberikan kepada pendengar LPP RRI membuat pegawai merasa didorong untuk mengembangkan kreatifitas agar acara yang disajikan selalu berubah dan tidak monoton sehingga pendengar tidak jenuh. Diutamakan program-program yang berisi tentang budaya dan pegawai dituntut untuk membuat program acara budaya yang menarik. Selain itu, pegawai dituntut untuk membuat acara yang menggabungkan unsur budaya bangsa dengan tren yang terjadi, dan hal tersebut diperlukan kerjasama antar kelompok/tim.
4.7.2. Sub Sistem Transformasi Organisasi
Sub sistem transformasi organisasi yang menjadi salah satu indikator dari organisasi pembelajar yang memiliki empat sub indikator didalamnya, yang terdiri dari visi, budaya, strategi, dan struktur. Hasil dari analisis dari sub sistem transformasi dapat dilihat dalam pada Tabel 7.
Tabel 7. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem Transformasi Organisasi Item Pertanyaan Belum diterapkan (1) Sebagian kecil telah diterapkan (2) Sebagian besar telah diterapkan (3) Seluruhnya diterapkan (4) Responden Jumlah A. Visi 9 52 134 66 Persentase (%) 3,45% 19,92% 51,34% 25,29% 100% B. Budaya 21 106 98 36 Persentase (%) 8,05% 40,61% 37,55% 13,79% 100% C. Strategi 5 55 85 29 Persentase (%) 2,87% 31,61% 48,85% 16,67% 100% D. Stuktur 25 65 70 14 Persentase (%) 14,37% 37,36% 40,23% 8,05% 100% Total penerapan pembelajaran 60 278 387 145 Persentase (%) 6,90% 31,95% 44,48% 16,67% 100% A. Visi
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa LPP RRI Bogor dalam pencapaian visinya sebagian besar telah dilakukan dan diterapkan secara berkelanjutan pada proses pembelajaran yaitu dengan nilai sebesar 51,34% dan 25,29% karyawan menyatakan seluruhnya
telah diterapkan. Karyawan yang menyatakan sebagian kecil telah diterapkan sebesar 19,92% dan terdapat 3,45 karyawan yang menyatakan visi belum diterapkan pada LPP RRI Bogor.
Berdasarkan analisis pada penerapan sub sistem transformasi organisasi telah menjelaskan bahwa Visi LPP RRI Bogor sangat mengedepankan dan menanamkan visi kepada karyawannya sebagai landasan utama dalam bekerja. Visi dapat digunakan oleh suatu organisasi sebagai kekuatan untuk penggerak perubahan. Visi juga dapat digunakan sebagai penggerak sentral perubahan, sumber aspirasi dan dapat memotivasi karyawan. Dengan begitu LPP RRI Bogor dapat mentransformasikan melalui acara-acara yang disiarkan secara informatif, mendidik, dan menghibur. Hiburan yang sehat dan sebagai perekat sosial dan dapat melestarikan bangsa. Visi merupakan acuan dalam menentukan arah acuan jangka panjang yang akan dilaksanakan LPP RRI Bogor untuk kedepannya. Menurut hasil dari wawancara dengan pemimpin LPP RRI Bogor, menunjukan harapan yang besar kepada karyawan untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan visi LPP RRI Bogor. Dengan cara merubah mindset dengan menanamkan pemahaman terhadap perubahan kelembagaan LPP RRI Bogor dari radio pemerintah menjadi radio publik dengan visi dan misi yang baru dan merubah paradigma manajemen dari instructional menjadi pemberdayaan. Sehingga dengan perubahan visi yang baru dari LPP RRI Bogor, pemimpin mengharapkan untuk pegawai yang baru masuk untuk memahami visi LPP RRI Bogor agar dapat menerapkannya dengan baik dan benar sesuai dengan bidang pekerjaannya.
B. Budaya
Berdasarkan Tabel 7 diatas aspek keterkaitan antara budaya dengan proses pembelajaran cenderung kearah yang baik. Hal ini ditunjukan dengan nilai 40,61% nilai tersebut menunjukan budaya sebagian kecil telah diterapkan oleh LPP RRI Bogor. Karyawan
menyatakan bahwa budaya sebagian besar telah diterapkan dengan nilai sebesar 37,55%, 13,79% karyawan menyatakan budaya seluruhnya telah diterapkan, dan 8,05% karyawan menyatakan bahwa budaya belum diterapkan.
Berdasarkan analisis pada Tabel 7 diatas bahwa budaya organisasi merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh organisasi, kebiasaan, pelaksanaan kerja yang dijalankan, kepercayaan, adat-istiadat atau kebiasaan dari organisasi. Hal tersebut dapat menjadi acuan bagi karyawan untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan budaya organisasi yang dapat dijadikan pedoman perilakunya sebagai pembelajaran yang dilakukan secara berkelanjutan. Didalam organisasi pembelajar, budaya memegang peranan penting untuk keberhasilan organisasi. Kepercayaan dan kebiasaan belajar berhasil menciptakan inovasi, mengimplementasikan hal baru dan berani mengambil resiko yang dapat dipertanggungjawabkan. Budaya komitmen pemimpin terhadap pengembangan dan pelatihan karyawan secara kreativitas akan terbentuk, sehingga secara keseluruhan akan mendukung terbentuknya organisasi pembelajar.
LPP RRI Bogor menerapkan kedisiplinan kerja kepada setiap karyawannya dan adanya penghargaan bagi individu maupun kelompok yang berhasil mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya atau membantu orang lain untuk mengembangkan
pengetahuan atau kemampuannya. Sehingga karyawan
menggunakan budaya organisasi sebagai pedoman dalam proses pembelajaran yang harus dilakukan secara terus menerus.
C. Strategi
Menurut Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa strategi pada LPP RRI Bogor sebagian telah diterapkan dengan nilai 48,85%, 31,61% karyawan menyatakan bahwa strategi sebagian kecil telah diterapkan, 16,67% karyawan menyatakan bahwa strategi
seluruhnya telah diterapkan oleh karyawan, dan 2,87% karyawan menyatakan bahwa strategi belum diterapkan di LPP RRI Bogor.
Hal tersebut terlihat jelas bahwa LPP RRI Bogor selalu berusaha untuk menciptakan suatu rencana tindakan, metode, teknik, langkah-langkah atau kisi-kisi yang dilakukan organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Strategi yang telah dilakukan LPP RRI Bogor adalah salah satunya dengan mendesain cara berbagi atau penyebaran pengetahuan baru,baik teknologi maupun hasil inovasi karyawan. Strategi yang dilakukan oleh LPP RRI Bogor yaitu dengan merotasi pekerjaan lintas devisi dengan harapan karyawan dapat selalu berusaha untuk belajar bertanggung jawab dengan pekerjaan barunya, dan sistem pembelajaran pada pekerjaan terstruktur juga akan membuat karyawan meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya. Rotasi yang dilakukan LPP RRI Bogor dilakukan oleh Kepala Cabang LPP RRI Bogor. Perubahan akan terus dilakukan dengan menciptakan strategi-strategi guna menghadapi persaingan dan perkembangan jaman.
D. Struktur
Berdasarkan hasil Tabel 7 menunjukan bahwa LPP RRI Bogor sebagian besar telah menerapkan strukturnya dengan nilai sebesar 40,23%, 37,36% karyawan menyatakan sebagian kecil telah diterapkan, 14,37% karyawan menyatakan bahwa belum diterapkan, dan 8,05% karyawan menyatakan seluruhnya telah diterapkan oleh LPP RRI Bogor.
Struktur organisasi pada LPP RRI Bogor merupakan suatu penghubung antar unit-unit organisasi yang ada dan mengalirkan informasi diantara unit-unit tersebut. Kualitas struktur organisasi dapat diukur dari kapasitas dan efesiensi jaringan, semakin baik kualitas struktur organisasi maka akan semakin mampu mengalirkan informasi kepada setiap karyawannya (unit organisasi yang terkait) dengan lancar, cepat dan akurat. LPP RRI Bogor selalu berusaha untuk meningkatkan komunikasi hubungan kerja
antar pegawainnya, selain itu karyawan melakukan koordinasi satu sama lain untuk saling bertukar informasi dan melakukan keterbukaan antar karyawan untuk melakukan pembelajaran bersama. Sehingga pada pelaksanaannya tidak ada hambatan komunikasi antar karyawan atau antar unit kerja.
Keseluruhan sub sistem transformasi organisasi dapat terlihat jelas pada Tabel 7, yang menggambarkan bahwa sub sistem organisasi sebagian besar telah dilterapkan oleh LPP RRI Bogor dengan nilai 44,48%, 31,95% karyawan menyatakan sebagian kecil telah diterapkan, 16,67% karyawan menyatakan seluruhnya telah diterapkan, dan 6,90% karyawan menyatakan bahwa LPP RRI Bogor belum menerapkan sub sistem transformasi organisasi. Data tersebut menjelaskan bahwa transformasi organisasi LPP RRI Bogor sebagian besar telah menerapkannya. Berjalanya visi LPP RRI Bogor untuk menjadi radio milik bangsa, acuan informasi terpercaya dan hiburan yang sehat, pemberdaya masyarakat, perekat budaya bangsa, sejahtera dan unggul secara nasional serta bertaraf internasional. Sehingga memicu para karyawan dan pemimpinnya untuk terus melakukan pembelajaran secara berkesinambungan serta mengasah kemampuannya dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan seperti workshop, in house
training, TQM, dan diklat profesi. 4.7.3. Sub Sistem Pemberdayaan Manusia
Sub sistem pemberdayaan manusia merupakan salah satu indikator dalam organisasi pembelajar, mamiliki enam sub indikator yang melputi pegawai, atasan, konsumen, rekanan, mitra kerja, dan masyarakat. Hasil analisis mengenai sub sistem pemberdayaan manusia dapat dilihat dalam Tabel 8.
Tabel 8. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem Pemberdayaan Manusia pada LPP RRI Bogor.
Item Pertanyaan Belum diterapkan (1) Sebagian kecil telah diterapkan (2) Sebagian besar telah diterapkan (3) Seluruhnya diterapkan (4) Responden Jumlah A. Pegawai 7 59 91 17 Persentase (%) 4,02% 33,91% 52,30% 9,77% 100% B. Manager 13 83 114 51 Persentase (%) 4,98% 31,80% 43,68% 19,54% 100% C. Pelanggan 1 27 47 12 Persentase (%) 1,15% 31,03% 54,02% 13,79% 100% D. Supplier 6 38 33 10 Persentase (%) 6,90% 43,68% 37,93% 11,49% 100% E. Partner aliansi 9 52 21 5 Persentase (%) 10,34% 59,77% 24,14% 5,75% 100% F. Masyarakat 28 78 54 14 Persentase (%) 16,09% 44,83% 31,03% 8,05% 100% Total penerapan pembelajaran 64 337 360 109 Persentase (%) 7,36% 38,74% 41,38% 12,53% 100,00% A. Pegawai
Berdasarkan Tabel 8, pemberdayaan karyawan pada LPP RRI Bogor sebagian besar telah diterapkan dengan nilai 52,30%, 33,91% karyawan menyatakan sebagian kecil telah diterapkan, 9,77% karyawan menyatakan seluruhnya telah diterapkan, dan 4,02% karyawan menyatakan bahwa pemberdayaan karyawan belum diterapkan.
Berdasarkan analisis diatas menggambarkan bahwa LPP RRI Bogor telah melakukan pemberdayaan karyawan dengan baik, yaitu dengan cara meningkatkan dan mengembangkan kemampuan serta keterampilan yang dimilikinya untuk di aplikasikan kedalam pekerjaannya. Pengembangan pembelajaran telah dirasakan dan berjalan dengan baik pada LPP RRI Bogor, yaitu dengan cara karyawan diberi kesempatan, wewenang, tanggungjawab dan kepercayaan untuk mengambil suatu keputusan, rencana kerja dan target yang akan dicapainnya, sehingga karyawan dipercaya untuk melakukan kreativitas dan inovasi secara berkelanjutan. Kemampuan berinovasi karyawan akan berkelanjutan jika disediakan akses terhadap teknologi dan pengetahuan mutakhir.
Akses ini merupakan adopsi sarana pengetahuan yang senantiasa dibutuhkan untuk berinovasi. Penyediaan akses yang memadai bagi karyawan adalah sama penting dengan melakukan pengembangan pegawai itu sendiri.
B. Manager
Pada Tabel 8 dapat digambarkan bahwa pemberdayaan pimpinan sebagian besar telah diterapkan oleh LPP RRI Bogor dengan nilai sebesar 43,68%, 31,80% karyawan menyatakan sebagian kecil telah diterapkan, 19,54% karyawan menyatakan seluruhnya diterapkan, dan 4,98% karyawan menyatakan belum diterapkannya pemberdayaan pimpinan pada LPP RRI Bogor.
Berdasarkan data tersebut LPP RRI Bogor melalui pemimpinnya memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk mengembangkan pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut kedalam suatu hasil kerja. Pemimpin dan karyawan bekerja bersama-sama dalam belajar dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama. Para pemimpin di LPP RRI Bogor berperan aktif dalam melatih, mendampingi, dan memfasilitasi dalam proses pembelajaran. Seorang pemimpin diharapkan sebagai pemberi informasi, sebagai pemberi arah, sebagai pelatih, dan sebagai agen perubahan, yang memicu serta mendorong karyawannya untuk menciptakan kreativitas, inovasi dan mempraktekannya kedalam suatu pekerjaan sesuai bidangnya masing-masing. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk melakukan pendekatan kepada karyawannya, mampu memberdayakan dan membangun kompetisinnya.
C. Pelanggan/konsumen
Berdasarkan data diatas pemberdayaan pelanggan sebagian besar telah diterapkan dengan nilai 54,02%, 31,03% karyawan menyatakan sebagian kecil telah diterapkan, 13,79% karyawan menyatakan seluruhnya telah diterapkan, dan 1,15% karyawan menyatakan pemberdayaan belum diterapkan di LPP RRI Bogor.
Berdasarkan analisis tersebut LPP RRI Bogor telah melakukan pemberdayaan konsumen dengan melakukan perbaikan kualitas pelayanan yang diberikan LPP RRI Bogor untuk konsumen. Perbaikan pelayanan dapat meliputi kualitas hasil
output dari radio dan acara-acara yang diselenggarakan oleh LPP
RRI Bogor. LPP RRI Bogor juga melakukan penelitian untuk mengetahui respon pendengar dan memperbaiki kualitas pelayanan LPP RRI Bogor, sebagai perbaikan guna menghadapi persaingan yang ada. Penelitian itu dilakukan dengan menyebarkan angket kepada pendengar yang disesuaikan dengan karakteristiknya, hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi, kritik dan saran yang dapat membangun LPP RRI Bogor untuk melakukan suatu perubahan baru. LPP RRI Bogor juga memberikan kesempatan kepada karyawan untuk ikut berpartisipasi dengan kegiatan pembelajaran pada LPP RRI Bogor, misalnya LPP RRI Bogor melakukan kegiatan dengan pendengar yaitu gelar budaya, acara jalan sehat, Offair hip hop, Offair jazz, dan kegiatan seni dan budaya yang melibatkan komunitas tertentu. Hal tersebut dilakukan agar terjadi kerjasama karyawan dengan konsumen untuk menciptakan inovasi baru kedalam program-program yang dilaksanakan LPP RRI Bogor. Hal ini sesuai dengan visi dari LPP RRI Bogor yang selalu ingin memberikan hiburan dan informasi sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
D. Supplier
Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat terlihat pemberdayaan supplier pada LPP RRI Bogor sebagian kecil telah diterapkan dengan nilai 43,68%, 37,93% karyawan menyatakan sebagian besar telah diterapkan, 11,49% karyawan menyatakan pemberdayaan supplier seluruhnya telah diterapkan di LPP RRI Bogor, dan 6,90% karyawan menyatakan belum diterapkan.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa LPP RRI Bogor sebagian kecil telah menerapkan pemberdayaan supplier,
dengan memberikan perhatian kepada supplier yang mendukung dan berpartisipasi setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh LPP RRI Bogor dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kesempatan tersebut telah dirasakan oleh supplier, hal tersebut terlihat bahwa supplier secara professional diberikan kelaluasaan untuk membantu keberhasilannya suatu kegiatan yang dilakukan oleh LPP RRI Bogor, misalnya dengan menyediakan keperluan kantor yang meliputi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh LPP RRI Bogor dalam melaksanakan tugasnnya memberikan pelayanan kepada konsumen. Barang dan jasa itu seperti komputerisasi,
software, dan peralatan-peralatan yang mendukung siaran, untuk
itu diperlukan kerjasama yang baik antara LPP RRI Bogor dan supplier agar pada pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. E. Partner aliansi
Pada Tabel 8 diketahui bahwa LPP RRI Bogor telah melakukan pemberdayaan partner aliansi, hal tersebut terlihat yaitu sebagian kecil telah diterapkan dengan nilai 59,77%, 24,14% karyawan meyatakan sebagian besar telah diterapkan , 10,34% karyawan menyatakan belum diterapkan, 5,75% karyawan menyatakan seluruhnya telah diterapkan dalam LPP RRI Bogor.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa LPP RRI Bogor sebagian kecil telah menerapkan pemberdayaan parter aliansi secara meluas kepada seluruh stakeholder untuk saling mendukung dalam meningkatkan kompetensi dan pembelajaran dari seminar-seminar yang dilaksanakan oleh LPP RRI Bogor untuk mencari pengetahuan dan keterampilan yang baru dalam usaha untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen. Pada pelaksanaannya kegiatan tersebut telah dilaksanakan tetapi masih sangat kurang, karena keterbatasan waktu dan biaya. Kegiatan yang dilakukan oleh LPP RRI Bogor adalah memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, workshop, dan in house training yang diadakan oleh partner aliansi guna
mendukung pembelajaran karyawan agar memaksimalkan pengetahuan dan kemampuannya sesuai bidang dan pendidikan masing-masing. Partner aliansi yang membantu terciptanya pembelajan pada LPP RRI Bogor adalah Pemerintah, konsultan, peneliti, dan perguruan tinggi yang dapat membantu karyawan untuk meningkatkan kompetensinya.
F. Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat di LPP RRI Bogor sebagian kecil telah diterapkan dengan nilai 44,83%, 31,03 karyawan menyatakan sebagian besar telah diterapkan, 16,09% karyawan menyatakan pemberdayaan masyarakat belum diterapkan di LPP RRI Bogor, 8,05% karyawan menyatakan sepenuhnya telah diterapkan (Tabel 8).
LPP RRI Bogor pada pelaksanaanya sebagian kecil telah menerapkan pemberdayaan masyarakat yaitu dengan memberikan informasi terbaru dari produk yang dihasilkan oleh LPP RRI Bogor baik melalui media cetak atau media elektronik (website). Produk yang dihasilkan LPP RRI Bogor adalah hasil siaran yang meliputi berita dan informasi, sehingga antara masyarakat dan LPP RRI Bogor perlu adanya kerjasama yang baik. LPP RRI Bogor memandang masyarakat sebagai salah satu sumber informasi yang dapat membantu perkembangan LPP RRI Bogor sebagai radio yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik yaitu dengan memperhatikan dan menganalisa perubahan-perubahan di sekitar masyarakat untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga LPP RRI Bogor lebih peka terhadap perubahan yang terjadi disekitar masyarakat dan mampu menghadapi serta menyelesaikan permasalahan yang ada.
Berdasarkan data pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa sub sistem pemberdayaan manusia pada LPP RRI Bogor sebagian besar telah diterapkan dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa karyawan banyak menjawab yaitu sub sistem pembelajaran
sebagian besar telah diterapkan dengan nilai 41,38%, 38,74 karyawan menyatakan sebagian kecil telah diterapkan, 12,53% karyawan menyatakan bahwa sub sistem pemberdayaan manusia seluruhnya telah diterapkan, dan 7,36% karyawan menyatakan belum diterapkan di LPP RRI Bogor. LPP RRI Bogor telah melakukan pemberdayaan manusia baik itu eksternal maupun internal, hal tersebut dilakukan untuk membentuk LPP RRI Bogor menjadi radio terbaik dengan memberikan informasi dan berita dengan sebaik mungkin, sehingga masyarakat puas dengan kualitas produk yang dihasilkan LPP RRI Bogor. Mewujudkan organisasi pembelajar di LPP RRI Bogor diperlukan kerjasama antar sesama, seperti pemimpin yang dapat memberikan fasilitas dan mendukung kegiatan yang dilakukan oleh karyawan dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk pengambilan keputusan dalam pekerjaan, hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, dengan berbagi informasi dengan konsumen juga dapat meningkatkan pelayaanan terhadap kebutuhan konsumen yang dapat didukung dengan adanya supplier yang dapat memenuhi kebutuhan barang dan jasa untuk mewujudkan pembelajaran organisasi. Karyawan menerapkan pembelajaran organisasi melalui partner aliansi untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru, masyarakat juga memberikan peranan penting untuk mendukung terciptanya pembelajaran organisasi melalui analisa dan mencari informasi terhadap perubahan lingkungan masyarakat, yang dapat menjadikan radio LPP RRI Bogor menjadi lebih baik lagi.
4.7.4. Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan
Pada sub sistem pengelolaan pengetahuan yang menjadi salah satu indikator dlam organisasi pembelajar memiliki empat sub indikator yang meliputi akuisisi pengetahuan, penciptaan pengetahuan, penyimpanan pengetahuan, transfer dan penggunaan
pengetahuan. Hasil analisis tentang sub sistem pengelolaan pengatahuan pada LPP RRI Bogor dapat terlihat dari Tabel 9.
Tabel 9. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan pada LPP RRI Bogor.
Item Pertanyaan Belum diterapkan (1) Sebagian kecil telah diterapkan (2) Sebagian besar telah diterapkan (3) Seluruhnya diterapkan (4) Responden Jumlah A. Akuisisi 13 92 124 32 Persentase (%) 4,98% 35,25% 47,51% 12,26% 100% B. Penciptaan 37 90 108 26 Persentase (%) 14,18% 34,48% 41,38% 9,96% 100% C. Penyimpanan 15 75 74 10 Persentase (%) 8,62% 43,10% 42,53% 5,75% 100% D. Transfer dan penggunaan 18 86 61 9 Persentase (%) 10,34% 49,43% 35,06% 5,17% 100% Total penerapan pembelajaran 83 343 367 77 Persentase (%) 9,54% 39,43% 42,18% 8,85% 100% A. Akuisisi pengetahuan
Berdasarkan Tabel 9 diatas menunjukan bahwa sub sistem akuisisi sebagian besar telah diterapkan oleh LPP RRI Bogor dengan nilai 47,51%, 35,25 karyawan menyatakan sebagian kecil telah menerapkan, 12,26% karyawan menyatakan seluruhnya telah diterapkan, dan 4,98% karyawan menyatakan belum diterapkan pada LPP RRI Bogor.
Menurut data tersebut dapat diketahui bahwa LPP RRI Bogor merasakan pentingnya pengetahuan dan kemampuan menggunakan teknologi, yang digunakan untuk memberikan arahan agar terjadi proses transformasi (proses kerja) yang efisien dan efektif, dan informasi dibutuhkan untuk pengendalian hasil (keluaran). Kunci sukses meningkatnya kesejahteraan dan kualitas kehidupan kerja individu maupun kelompok pada LPP RRI Bogor, sangat ditentukan oleh penemuan dan pendalaman atas ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota dari organisasi tersebut. Akuisisi (penguasaan) pengetahuan berkaitan dengan pengumpulan input berupa informasi dan data baik internal maupun ekstenal dari organisasi. LPP RRI Bogor memerlukan penguasaan
pengetahuan sebagai alat untuk mentransformasikan pengetahuan yang dibutuhkannya. Setiap karyawan diberikan kesempatan untuk aktif mencari informasi yang dapat meningkatkan kinerja organisasi. LPP RRI Bogor dalam mememnuhi kebutuhan karyawan menyediakan sistem yang dapat diakses dan memungkinkan karyawan untuk mencari informasi internal dan eksternal. Sumber pengetahuan eksternal dapat karyawan dapatkan melalui studi banding dari organisasi lain yang lebih berhasil, konferensi, seminar, internet, televisi, umpan balik dari konsumen dan informasi sekitar lingkungan organisasi atau kerja sama dengan organisasi lain.
B. Penciptaan pengetahuan
Pada Tabel 9 diketahui bahwa salah satu sub sistem pengelolaan pengetahuan adalah penciptaan pengetahuan, LPP RRI menyatakan sebagian besar telah diterapkan dengan nilai 41,38%, 34,48% karyawan menyatakan sebagian kecil telah diterapkan, 14,18% karyawan menyatakan belum diterapkan, dan 9,96% karyawan menyatakan bahwa penciptaan pengetahuan pada LPP RRI Bogor telah seluruhnya diterapkan.
Penciptaan pengetahuan yang dilakukan LPP RRI Bogor adalah melakukan kegiatan yang membutuhkan pengetahuan baru yang membutuhkan wawasan dan proses pemecahan masalah yang ada pada organisasi baik dalam suatu unit atau bagian kerja. Setiap karyawan dilatih untuk berfikir dan bereksperimen secara kreatif dalam suatu kegiatan yang dilaksanakan LPP RRI Bogor. Kegiatan penciptaan pengetahuan yang dilaksanakan oleh LPP RRI Bogor adalah kegiatan seminar, presentasi mengenai kegiatan baru, serta setiap karyawan yang berkompeten diberi kesempatan untuk menduduki suatu kepemimpinan dalam suatu kegiatan untuk menyalurkan ide, inovasi, keterampilan berpikir, kreativitas dan mampu bereksperiman menghasilkan suatu kegiatan yang baik dan menarik. LPP RRI Bogor telah mengarah pada penciptaan
pengetahuan, tetapi belum merata diseluruh unit/bidang kerja. Kemunginannya adalah beberapa karyawan belum mampu menuangkan ide-ide kreatifnya, sehingga mereka belum dapat melakukan proses penciptaan pengetahuan secara maksimal, untuk itu ada beberapa karyawan yang tidak dapat diikutsertakan dalam kegiatan secara keseluruhan, mereka hanya dilibatkan pada kegiatan yang tidak mengarah pada pengambilan keputusan. C. Penyimpanan pengetahuan
Menurut data pada Tabel 9 LPP RRI Bogor menyatakan bahwa pada salah satu sub indikator penyimpanan pengetahuan sebagian kecil telah dilaksanakan dengan nilai sebesar 43,10%, 42,53% karyawan menyatakan sebagian besar telah diterapkan, 8,62% karyawan menyatakan belum diterapkan, dan 5,75% karyawan menyatakan LPP RRI Bogor telah menerapkan seluruhnya.
Berdasarkan data tersebut LPP Bogor telah menerapkan salah satu sub sistem pengelolaan pengetahuan yaitu pada penyimpanan pengetahuan, dan telah mengarah pada pembentukan organisasi yang baik. Penyimpanan pengetahuan digunakan untuk pengkodean dan pemeliharaan pengetahuan yang dibutuhkan oleh seluruh karyawan dan pimpinan untuk memperoleh dan mengakses data dan informasi dari berbagai sumber. Karyawan menyadari arti penting untuk terus memelihara iklim belajar di LPP RRI Bogor dan berbagi pengetahuan dengan karyawan lain yang membutuhkannnya. Penyimpanan data dan informasi akan memudahkan penyimpanan dan penelusuran serta pencarian kembali pengetahuan dengan pengelolaan yang maksimal,maka ketika karyawan membutuhkan data dan informasi dapat diketahui dan dipergunakan dengan mudah.
D. Transfer dan penggunaan pengetahuan
Pada Tabel 9 menjelaskan bahwa LPP RRI melakukan salah sub sistem indikator pengetahuan yaitu transfer dan penggunaan
pengetahuan, dapat dilihat bahwa LPP RRI Bogor sebagian kecil telah menerapkan dengan nilai 49,43%, 35,05% karyawan menyatakan sebagian besar telah diterapkan, 10,34% karyawan menyatakan belum diterapkan, 5,17 karyawan menyatakan telah diterapkan pada LPP RRI Bogor.
Berdasarkan data tersebut LLP RRI Bogor telah menuju kedalam organisasi pembelajaran yang baik dengan melakukan transfer dan penggunaan pengetahuan disetiap karyawannya. Penyebaran pengetahuan dilakukan melalui beberapa hal baik sengaja atau tidak segaja dilakukan. LPP RRI Bogor melakukan penyebaran dan penggunaan pengetahuan dengan komunikasi secara individu, melakukan pelatihan serta kursus-kursus, konferensi internal, briefing, publikasi internal, kegiatan pariwisata, mutasi kerja, rotasi kerja dan mentoring. LPP RRI Bogor terus-menerus mengembangkan strategi dan mekasnisme-mekanisme baru untuk berbagi pengetahuan dan pembelajaran diseluruh bidang atau unit kerja. Tetapi pada pelaksaannya pada LPP RRI Bogor belum secara merata pada seluruh karyawan, hal tersebut terjadi dikarenakan ada beberapa karyawan yang memiliki pengetahuan atau kemampuan yang masih kurang, sehingga organisasi pembelajar masih perlu diterapkan dengan baik.
Penerapan sub sistem pengelolaan pengetahuan dapat dilihat dari Tabel 9, bahwa sub sistem pengelolaan pengetahuan secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa LPP RRI Bogor sebagian besar diterapkan dengan nilai 42,18%, 39,43% karyawan menyatakan sebagian kecil telah diterapkan, 9,54% karyawan menyatakan belum diterapkan, dan 8,85% karyawan menyatakan seluruhnya telah diterapkan pada LPP RRI Bogor. Dari data tersebut terlihat mayoritas karyawan menyatakan sebagian besar telah diterapkan di LPP RRI Bogor, sehingga terjadi adaptasi pengetahuan/akuisisi pengetahuan, adanya penciptaan-penciptaan pengetahuan baru, penyimpanan pengetahuan yang mampu dengan mudah diakses