• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 Buku Ajar Respirologi Anak Edisi I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 Buku Ajar Respirologi Anak Edisi I"

Copied!
688
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

lkatan Dokter Anak Indonesia

Jakarta,

2008

Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan(KDT)

BUKU

AJAR RESPLROLOGI, penyunting,

Nastiti

N.

Rahajoe, Bambang

Supriyatno, Darmawan

Budi

Seryanto I katan Dokrer Anak Indonesia 2008

ISBN 978-979.842 1-3 1-0

Kedokteran

-

Respirologi

Hak pengarang dilindungi undang-undang.

Ditarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini 'ianpa seizin Penyunting dan Penerbit

Type setting: Niken Wahyu Puspanin* Diterbitkm pertarna Mi tallun 2008

Edisi I, Cetakan Pertama 2008 Penerbit : Badan Penerbit IDA1

(3)

Sambutan

Ketua

UKK

Respirologi

PP

IDAI

Assalammu'alaikum wr-wb.

Ungkapan puji dan syukur kepada Allah

SWT

selalu kica panjackart, karcna berkat rahmac dan karunia-Nya, kita telah mendapatkan kesehacan dan kesempacan, sehingga buku Ajar Respirologi Anak ini dapat dicerbitkan. Terima kasih yang cidak terhingga kami ucapkan kepada para anggota

UKK

Respirologi

PP

IDAI atas berbagai usahanya untuk nlembuat suatu buku ajar. Kami menyadari sepenuhnya betapa perjuangan ini memakan waktu-dan pikiran yang sangat berharga serca melatui perdebatan yang cukup seru. Akan cetapi, berkat dedikasi yang sangat tinggi dari para anggoca, akhirnya buku ajar ini dapac diterbickan.

Penerbican buku ajar ini diharapkan mampu nlenurunkan angka underlwerdiognosis lnaupun under/overtreatmmt kasus respiracorik, sehingga anak mendapac pelayanan yang prima. Dengan demikian, kualitas hidup anak dapat meningkat dan t u n ~ b u h kembang anak dapat berlangsung secara optimal sesuai dengan porensi genetiknya.

Sesuai kata pepatah bahwa tidak ada gading yang tak retak, kami pun rnenyadari nlasih cerdapat kekurangan dalam buku ini. OIeh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penerbitan berikutnya lebih sempurna.

Akhirnya, sekaIi lagi kanli sampailian penghargaan dan rasa terima kasih yang tidak cerhingga kepada para anggota

UKK

Respirologi PP IDAI dan semua pihak yang telah menlbantu terbitnya buku ajar ini. Semoga amal dan budi baik sejawat nlendapackan balasan yang sesuai dari Allah SW?; dan semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

~assalammu'alaikum wcwb.

Jakarra,

J

uni 2008

H.

Bambang Supriyatno,

Dr,

SpA(K)

Ketua

UKK

Respirologi

PP

IDAI

(4)

Sambutan

Ketua Umum

PP

IDAI

Assalamuaiaikum wr.wb

I

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkac dan rahmatNya Buku Ajar Respirologi Anak dapat terbic. Buku Ajar ini merupakan salah satu persentbahan dari Unit Kerja Koordinasi

(UKK)

Respirologi Ika tan Dokter Anak Indonesia yang sangac bermanfaat dalam upaya penanganan kasus respiratorik anak di Indonesia.

Pada kesempacan ini segenap jajaran Pengurus Pusat lkatan Dokcer Anak Indonesia mengucapkan selamat kepada semua teman sejawat yang tergabung dalam

UKK

Respirologi IDAI atas ke rja kens dan kesunggu han dalam menerbickan Bu ku Ajar Respirologi Anak ini. Buku ini diharapkan akan menjadi referensi bagi peserta program studi Ilmu Kesehatan Anak serta dokter spesialis anak di manapun mereka berada dalam upaya penanganan kasus respiratorik anak sesuai dengan standar kompetensi serta rnenambah khasanah ilmunya dalam rangka pendidikan kedokteran berkeIanju tan. Dengan cerbitnya buku ajar ini berarti

UKK

Respirologi

IDAI

celah turut memberikan sumbangsihnya dalanl upaya rnencapai salah satu tujuan IDAI itu sendiri, yakni turuc meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia.

kkhimya, terlepas dari berbagai ke kurangan y ang ada, semoga bu ku ini berntanfaac bagi teman-ceman sejawat demi masa depan anak-anak Indonesia.

Jakarta, Juni

2008

Dr Sukman

T

Putra,

SpA(K),

FACC, FESC

Ketua

-Urnurn

PP

IDAI

(5)

Penyunting

U

tama

I . Nastici N. Rahajoe, Dr, Sp.A(K) Uakarta) 2. Bambang Supriyatno, Dr, SpA(K) Uakarta)

3.

Darmawan Budi Setyanto, Dr, Sp.A(K) Uakarta)

Penyunting

Cissy B Karcasasmica, Prof, Dr, MSc, PhD, SpA(K) (Bandung) Darfioes Basir, Prof, Dr, SpA(K) (Padang)

Dwi Wastoro Dadiyanco, Dr, SpA(K) (Semarang)

Heda Melinda

D

Nataprawira,

Dr,

MKes,

SpA(K)

(Bandung) HMS Chandra Kusuma,

DR, Dr, SpA(K)

(Malang)

Imam Boediman, Dr, SpA(K) (Jakarta) Landia Setiawati, Dr, SpA(K) (Surabaya)

Magdalena Sidhartani Zain,

Dr,

SpA(K) (Semarang) Mardjanis Said, Prof,

Dr,

SpA(K) Oakarta)

Nastiti Kaswandani, Dr, SpA (Jakarta) Noenoeng Rahajoe,

Dr,

SpA(K) (Jakarta) Putu Siadi Purnici,

Dr,

SpA (Denpasar) Ridwan

M

Daulay, Dr, SpA(K) (Medan) Roni Naning, Dr,

SpA(K)

(Yogyakarta)

(6)

Penuiis

Adi Utomo Suardi, Dr, SpA(K) (Bandung) Amalia Setyati, Dr, SpA (Yogyakarta) Audrey Wahani, Dr, SpA (Manado) Bantbang Supriyatno, Dr, SpA (K) (Jakarta) Bob Wahyudin, Dr, SpA (Makassat) *

Cissy 0 Kartasasmita, Prof, Dr, MSc, PhD, SpA(K) (Bandung) Darfioes Basir, Prof, Dr, SpA(K) (Padang)

Darmawan B Setyanto, Dr, SpA(K) Uakarta) Diah Asri Wulandari, Dr, SpA (Bandung) Dwi Wascoro Dadiyanto, Dr, SpA(K) (Semarang) Eddy Widodo, DR, Dr, SpA(K) (Jakarta) Fatimah Arifin, Dr, SpA(K) (Palembang) Finny Fitry Yani, Dr, SpA (Padang) Gabriel Panggabean, Dr, SpA (Medan) Gunadi Santoso, Prof, Dr, SpA(K) (Surabaya) Hadian to Ismangoen, Dr, SpA (Yogya karta)

Heda Melinda

D

Nataprawira, Dr, MKes, SpA(K) (Bandung) Helmi Lubis, Dr, SpA(K) (Medan)

HMS Chandra Kusuma, DR, Dr, SpA(K) (Malang) Ida Bagus Subanada, Dr, SPA (Denpasar)

Imam Boediman, Dr, SpA(K) (Jakarca) Iskandar Zulkarnaen, Dr, SpA(K) (Solo)

Jan Wanrania, Prof, DR, Dr, SpA(K), alm. (Manado) Kiagus Yangtjik, Dr, SpA(K) (Palembang)

Landia Setiawati, Dr, SpA(K) (Surabaya)

Magdalena Sidhartani Zain,

Dr,

SpA(K) (Semarang) Makmuri MS, Dr, SpA(K.) (Surabaya)

Mardjanis Said, Prof, Dr, SpA(K) (Jakarta)

Moeljono S Trastotenojo, Prof, Dt, SpA(K) (Semarang) Muhammad Sidqi Anwar, Dr, SpA(K) (Banda Aceh) Muljono Wirjodiardjo, Dr, SpA(K) (Jakarta) Nastiti Kaswandani,

Dr,

SpA aakarta) Nastiti N Rahajoe, Dr, SpA(K) Uakarca) Noenoeng Rahajoe, Dr, SpA(K) (Jakarta) Noorleila

B

Affandi,

Dr,

SpA(K) uakarta) Nurjanah, Dr, SpA (Banda Aceh) Orna Rosmayudi, Dr, S ~ A K (Bandung) Putu Siadi Pumiti, Dr, SpA (Denpasar) Putu Suwendra, Dr, SpA(K) (Denpasar) Retno Asih Seryoningrum, Dr, SpA (Sutabaya) Remo Widyaningsih, Dr, SpA uakarta) Ridwan M Daulay, Dr, SpA(K) (Medan) Rina Triasih , Dr, SpA (Yogy a karta) Roni Naning, Dr, SpA(K) (Yogyakarta)

Sri Sudanvati, Dr, SpA (Bandung) Wisman Dalimunthe, Dr, SpA (Medan)

(7)

Daftar Isi

SAMBUTAN KETUA UKK

RESf IROLOGI

PP

IDAI

SAMBUTAN KETUA

U M U M

PP IDAI

PENYUNTING

BUKU AJAR RESPIROLOGI

ANAK

PENULIS

BUKU

AJAR

RESPIROLOGI ANAK

DAFTAR

IS1

DAITAR

TABEL

DAmAR

GAMBAR

DAFTAR

SINGKATAN

'; 1.:

ANATOMI

DAN

FISIOLOGI SISTEM RESPLRATORlK

--

I b e d i m a n , Muljono Wirjodiardjo

Embriologi dan Tumbuh Kembang Sistem Respiratori Anatomi

Sis

tern Respiratori

FisioIogi Sistem Respiratori

Mekanisme Pertahanan Sistem Respiratori

iii iv V vi vii xv xvii xxii I

2.:'

PENDEKATAN DIAGNOS'IIK RESPIlUTORLK

ANAK

. - -

5

1

Darlious Basir, Nastiti

N

Rahajoe, Darmawan Budi Setyanro, Landia Setiawati

Anamnesis

5

1

Pemeriksaan Fisis

56

ASMA

Epidemiologi Asma Anak

Cissy B

Kartasasmita Prevalens

Faktor risiko Pedalanan alamiah

Patogenesis dan Patofisiologi Asma Anak

Bambang Supriyatno, Bob Wahyudin Perkembangan proses patogenesis

Inflamasi saluran rapiratori pada asma Inflamasi akut dan kronis

Inflamasi alergi

Remodeling saluran respitatori Patofisiologi Asma Makrnuri MS

Obstruksi saluran respiratori Hiperreaktivitas saIuran respiratori Orot polas saIuran rapintori

Hipemekresi mucus . .

Kecerbarasan aliran udara ineversible1 Eksaserbasi

h m a Noktumal Abnormalitas gas darah

(8)

Diagnosis Asrna Anak

Heda Melinda D Nataprawira Definisi asma Klasifikasi asma Manifestasi klinir Pemcriksaan penunjang Diagnosis banding Alur diagnosis Serangan Asma

Akut

Barnbang Supriyatno, Makmuri MS

Definisi serangan asma

Tijuan tatalaksana serangan asma Patofisiologi secangan asma akur Penilaian derajat serangan asma Tahapan ratalaksana serangan asma Terapi medikamentosa

Terapi suporcif

TataIaksana Jangka Panjang Asma pada Anak

Noenoeng Rahajoe Tujuan tatalaksana Tacatabana rnedikamentosa

Obat-obar ratalaksana asma jangka panjang Prevensi dan intewensi dini -. Asrna dengan MasaIah ~ h u s u s Adi Utomo Suardi, Sri Sudarwati

Exercise-induced asthma

Asma noktumal Pencegahan Asma

Oma Rosmayudi, Barn bang Supriyamo Pencegahan primer

Pencegahan sekunder Pencegahan rersier

4.

TUBERKULOSIS

Epiderniologi

Cissy

B

Kartasasmita, DarFioes Basir Prevalens

Faktor risiko

Patogenesis dan

Pe

rjalanan Alamiah Nastiti

N

Rahajce, Damawan Budi-Setyanto Imunologi Infeksi

Myco

bacterium TsrbercuIosis

HMS

Chandra Kusuma, Landia Setiawati

Respons humoral rerhadap kuman TB Respons imun selular terhadap kuman lB -

Imunopamgenesis

TB

Diagnosis Tuberkulosis pada

Anak

Nastiti N Rahajoe, Darmawan Budi Setyanto

Manifestasi klinis . Pemctiksaan penunjang

Penegakan diagnosis

(9)

Tatalaksana

TB

Nascici

N

Rahajoe, Landia Setiawati

Medibmentosa Nonmedikamcnrosa

Tuberkuiosis dengan Keadaan Khusus Darfioes Basier, Finny Fitry Yani

Tuberkulosis milicr Tubcrkulosis ekstrapulmonal Tuberkulosis perinatal Tuberkulosis dcngan HIV

Tatalaksana Tuberkulosis pada Sarana Terbatas Nastiti N Rahajoe, Makmuri MS

Imunisasi

BCG

pada Anak Mardjanis Said, 1 h e d i m a n

Peran BCG pada Tuberkulosis

Limfadenitis Bacilk Olrnerte-Gfmin (BCG) Kekeliruan (Pitfalls) pada

TB Anak

Darrnawan Budi Setyanro, Moeljono S Trastotenojo Kckeliruan diagnostik

Kckeliruan tcrapi 5 .

ZNFEKSI RESPIRATORLK

EpidemioIogi

J a n M Wancania, Roni Naning, Audrey W a h a n i

Insidens dan prevalens Faktor risiko

Pertimbangan penggunaan antibiotik Rinitis

Roni Naning, Rina Triasih, Amalia Setyati Definisi Etiologi Patofisiologi Manifestasi Klinis Diagnosis Tatalaksana Pencegahan

Faringitis, Tonsilitis, Tonsilofaringitis Akut Roni Naning, Amalia Se tyati, Rina Triasih

Definisi Etiologi Patogenesis Manifestasi Klinis Diagnosis Tatalaksana Komplikasi Otitis Media

Dwi Wastoro Dadiyanto

Definisi Epidemiologi Patogel ~esis

(10)

Otitu media akut

Otitis media dengan efusi Rinosinusitis

Ridwan

M

Daulay, Wisman Dalimunthe, Nastiti Kaswandani

Epidemiologi Pembagian rinosinusitis

Patofi~iolo~i dan patogencsis 4

Enologi Faktor prcdisposisi Diagnosis Tatalaksana Pe ncegahan Komplikasi Prognosis EpigIotitis

Kiagus Yangtjik, Fatimah Arifin

Epiderniologi Etiologi Gejala klinis Diagnosis Tatalaksana Prognosis

CROUP

(Laringotrakeobronkitis Akut) Kiagus Yangtjik,

Dwi

Wasroro Dadiyanto

Definisi Epidemiologi Etiologi Patogenesis

Manifesrasi klinis dan perjalanan penyakic

Diagnosis

Tatalaksana Komplikasi Prognais

Bronkitis

Akut

.

Roni Naning, Hadianto Ismangoen, Arnalia Seryati

Bronkitis akuc virus Bronkitis akut bakteri Pe jalanan dan prognosis

Bronkiolitis

MagdaIena Sidhartani Zain

Definisi Etiologi Epidemiologi Patofisiologi Diagnosis Tatalaksana Pencegahan Prognosis Pneumonia Mardjanis Said Eriologi

(11)

Patologi dan patogenesis Manifestasi klinis Pcrneribaan pcnunjang Diagnosis Tatalaksana Kornplikasi

6 .

TERAPI INHALASI PADA KELAZNAN RESPLRATORIK

366

Bambang Supriyatno, Nastiti Kaswandani.

Prinsip dasar tempi inhalasi

366

Aplikasi terapi inhalasi pada anak

376

Hambatan terapi inhalasi 380

BUNGA RAMPAI

Kelainan Sistem Respiracorik akibat Refluks Gastroesofagus

384

Putu Suwendra, Putu Siadi Purniti, IB Subanada

Prevalens Etiologi Fisiologi rcflu ks

Refluks dan kelainan respiratorik

Kelainan respiracorik yang dapat menimbulkan refluks Pcnyakit rcspira torik akibat refluks ga'stroesofagus Diagnosis

Tatalaksana

Laringo tra keomalasia

Noorleila Biran Affandi, Retno Widyaningsih Patoffiiologi Manifescasi klinis Pemcriksaan penunjang Diagnosis TataIaksana Prognosis

Obstructive

Skzp

Apnea Syndrome

(OSAS)

pada Anak

Bambang Supriyatno Definisi Epidemiologi Patogencsis Faktor rkiko Pato fisioJogi Manifestasi klinis Diagnosis Tatalaksana Komplikasi Simpulan -

Hernia dan Eventrasio Diafragrnatika HeImi Lubis

Hcmia d i a f t a p a tika Hernia Morgagni Evcnrrasio diafragma

(12)

Aspirasi Benda Asing dalam Saluran Respiratori Putu Suwendra, Putu Siadi Pumici,

IB

Subanada

Angka hjadian Etiologi Faktor risiko Lokasi sumbatan Jenis sumbatan

Peradangan atau kelainan yang dicimbulkan Gejala klinis Tacalaksana Hampir Tenggelam Iskandar Zulkarnaen Definisi Klarifikasi Angka kejadian Pato fisiologi Tatalaksana Prognosis

Penyakit Paru pada Anak dengan Infeksi

HIV

Putu Suwendra, Putu Siadi Purniti

Epidernologi Etiologi Patogenesis

Kelainan paru akibat infeksi HIV

Diagnosis Diagnosis banding

- Pengobatan

Prognosis

Pembesaran Kelenjar Timus

Landia Setiawati Atresia Koana

' Eddy Widodo, Recno Widyaningsih Paco f~iologi

Manifescasi klinis Diagnosis Tatalaksana

Prognar is

Kista dan

BIeb

Paru

Landia Setiawati, Nurjannah, Gabriel Panggabean Patofiriologi

Manifacasi klinis Diagnosis Tatalaksana Prognosis

Tumor Medias tinum

Gunadi Santosa, Landia Setiawati Anacomi

Jenis tumor mediastinurn yang sering pada anak

Displasia Bronkopulmoner

Landia Setiawati, Retno Asih Setyoningrum

Dehnisi

(13)

Epidemiologi Patogenesis Gejala klinis Tatalaksana Prognosis Hipertensi Pulmoner I Boediman, Putu Siadi Purniti

Dehnisi dan klasif kasi Epidemiologi Patofisiologi Manifestasi klinis Diagnosis

Penaralaksanaan dan prognosis

Edema Paru

Darfiws Basicr, Muhammad Sidqi Anwar, Finny Fitry Yani Anatomi dan fisiologi

Pa togenesis Patofisiologi Etiologi klinis Diagnosis Ta~alaksana Prognosis ' Fibrosis Kistik

P u t u Suwendra, Putu Siadi Purniti Angka kcjadian Eriologi ' Patogenesis Gejala klinis Diagnosis Tatalaksana Prognosis Bronkiek tasis

Heda Melinda D. Nataprawira Batasan Epiderniologi Patogenesis Etiologi Manifestasi klinis Pemeriksaan penunjang Diagnosis bznding Tatalaksana Prognosis Empiema

Roni Naning, Amalia Setyati Definisi Epidemiologi Etiologi Pa tofisiologi Gambaran klinis Diagnosis Pcnatalalrsanaan Prognosis

(14)

Avian.Influenza Darmawan Budi Secyanco

Peogantar Etiologi Epidemiologi Faktor risiko Penularan Parogenesis Manifestasi klinis Pemeriksaan penunjang Diagnosis Tatalabana Prognosis Pencegahan Pneumororaks

Mardjanis Said, Nasriti Kaswandani, Diah Sri Wulandari Eriologi

Manifestasi klinis

Diagnosis

Manajemen Prognosis

8.

PROSEDUR

TLNDAKAN

PADA-PENYAKIT RESPLRATORIK

Mardjanis Said, Ridwan

M.

Daulay, Roni Naning, Dwi Wastoro Dadiyanco

Prosedur Diagnosti k j S 3

Uji (ungsi paru Uji tuberkulin Pungsi pleura Bron kos kopi Pengambilan spucum Bilas lambung Induksi sputum Apirasi jarum halus Skin prick test

Usapan tenggorok (pharingeal swab) Prosedur Terapeutik

- Terapi oksigen

Water seakd drainage (WSD)

- ' F~siotera~idada

PENJURUS

LAMPLRAN

(15)

Daftar

Tabel

Tabel

3.1.1 Tabel 3.1.2 Tabel

3.4.1

Tabel 3.4.2

TabeI

3.6.1 Tabel 3.6.2 Tabel 3.7.1 Tabel 4.1.1 Tabel 4.2.1 Tabel

4.2.2

Tabel

4.3.1

Tabel

4.4.1

Tabel 4.4.2

Tabel

4.4.3

Tabel 4.4.4 Tabel 4.4.5 Tabel

4.4.6

Tabel

4.4.7

Tabel

4.4.8

Tabel

4.4.9

Tabel 4.5.1 Tabel

4.5.2

Tabel 4.5.3 Tabel

4.5.4

Tabel 4.7.1

Tabel 5.6.1

Tabel 5.7.1

Tabel 5.7.2

Tabel 5.iO.

I

Prevalens Asma di Indonesia

Indeks Klinis uncuk Mengetahui Risiko Asnla

Pernbagian derajat penyakir asma pada anak nlen&ut

PNAA

2004. Penilaian derajac serangan asma

Perkiraan Perbandingan Dosis Harian uncuk Kortikosteroid Inhalasi Jenis Alat InhaIasi Sesuai dengan Usia

Temuan Subjektif dan Objektif EIA

Risiko Sakit Tuberkulosis pada Anak yang Terinfeksi Tuberkulosis Risiko sakit tuberkulosis pada anak yang terinfe ksi Tuberkulosis Tahapan Tuberkulosis ~ a d a ana

k

Inceraksi Makrofag-kuman

TB

pada Tuberkulosis Lesi Tuberkulosis paru

Bentuk klinis Tuberkulosis pada anak Penyebab batuk kronik berulang pada anak

Frekuensi gejala dan tanda TB Paru sesuai keIompok umur Diagnosis banding pembesaran Kelenjar Limfe SupecfisiaIis

Sebab-sebab hasil positif palsu dan negatif palsu uji TuberkuIin Mancoux Klasifikasi individu berdasarkan scatus t u b e r k u l ~ s i s n ~ a

Petunju

k

WHO

uncuk diagnosis

TB

anak Sisrem skoring diagnosis Tuberkulosis anak

Obat Antituberkulosis yang biasa dipakai dan dosisnya Dosis Kombinasi pada Tuberkulosis Anak

Dosis kombinasi cetap berdasarkan

WHO

Daftat Obat Antituberkulosis Lini Kedua untuk MDR-TB

Sistem penilaian (Scoring System) gejala dan pemeriksaan penunjang TuberkuIosis di sarana kesehatan terbatas

Estimasi efek proteksi Bacille Calmette-Gum'n cerhadap Tuberkulosis

Infeksi Respiratorik P.kut Anak Usia

0-5

Tahun, Hasil dari 17 Penelirian pada Masy arakat di Negara Berpendapatan Rendah

Angka kematian IFWpneumonia pada bayi dan balita di Indonesia yang dicatar pada

SKRT

1992 -

Prevalens, insidens, dan kelompok usia yang mempunyai prevalens tertinggi

berdasarkan

SDKI.

. .

Insidens I W p n e u m o n i a pada anak di bawah

5

tahun di beberapa negara Etiologi Knitis Berdasarkan Kekerapannya

Mikroorganisme penyebab Faringitis akut Tidak ada tabel

Perbandingan gambaran kIinis epiglotitis dan Sindrom Croup Per bandingan antara Viral

Cmup

dan S ~ d

Croup

c

Diagnosis Banding Croup

Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok r~sia di negara maju

(16)

Tabel 6.1 Tabel

6.2

Tabel

6.3

Tabel

6.4

Tabel

7.1.1

Tabel 7.1.2 Tabel 7.1.3 TabeI 7.1.4 Tabel 7.1 .S Tabel 7.7.1 . Tabel 7.17.1 ,Tabel 7.17.2 Tabel 7.17.3 TabeI 7.18.1 Tabel 7.18.2 ~abel'7.18.3. TabeI 8.2.1

Fak tor-faktor yang Mempengaruhi deposisi aerosol ke dalam paru Perbandingan Nebulizer, jet dan ultrasonik

Kelebihan dan kekurangan alat terapi inhalasi Pemili han alat inhalasi

Penyebab refluks pada bayi

Penyakit respiratorik akibat refluks 1 Manifestasi klinis re flu ks gastroesofagus Indikasi uji diagnostik re flu ks

Kegunaan berbagai uji diagnoscik

Klasifikasi dan gejala infeksi

HIV

pada anak nlenuruc Centers fbr Discase Control.

Sel yang rentan cerhadap infeksi

HIV

Kelainan paru akibat infeksi

HIV

pada anak

Perbedaan gambaran radiologis tuberkulosis pada pasien non

HIV

dan pasien

HIv

Beberapa kelainan proliferatif limfositik selain

LIP

Pemeriksaan HIV.

Kriteria diagnosis berdasarkan lnternasional Neuroblascoma Staging System

Tabel

dosis srandar kerniterapi (siklus 3 rninggu inrerva!)

Definisi dispIasia bronkopulmoner: kriceria diagnostik (Jobe, 222 1) Tujuan terapi dan efek samping yang ditimbulkan

Masalah-Masalah kesehatan

BPD

setelah keluar Rumah Sakir Klasiftkasi hngsional

HP

menurut WHO

Etiologi edema paru

Daftar antibiotik yang dapat diberikan pada pasien Fibrosis kiscik rawat jalan.

Kriteria Light

Terapi antimikrobial empiema

Pilihan anribiotik untuk terapi awal empiema kultur negative Ringkasan gambaran epidemi dan pandemi influenza

Frekuensi gejala dan tanda klasik influenza pada anak dan remaja Manifescasi klinis dan hasil pemeriksaan Iaboratorium pasietl avian influenza pada saat masuk rumah sakit.

Rekomendasi dosis harian obat antiviral influenza untuk pengobatan dan profilaksis

Kelainan saluran respiratori-atas yang rnenyebabkan gangguan obstruktif Kelainan saluran resplratori-bawah yang menyebabkan gangguan obstruktif

~ u b u n ~ a n ' a n t a r a besar aliran udara (flow) dan konsentrasi 0, inspirasi

(FIO,),

(17)

Daftar

Gambar

Ganlbar 1.1.4 Cambar 1.2. I Ganlbar 1.2.2 Ganlbar 1.2.3 Gambar

1.2.4

Gambar

1.2.5

Gambar I .2.6 G a n ~ b a r I

.3.1

Gambar 1 - 3 2 Gambar 1.3.3 Ganlbar 1.3.4 Gambar

1.3.5

Gambar 1.3.6 Gambar

1.3.7

Gambar 1.3.8 Gambar 1.3.9 Gambar 1.3.10

Perkenrbangan berbagai struktur paru pada

5

tahap perkembangan

paru pranaral. *

Janin pada usia kchamilan

25

hari, divercikulum pernapasan terbencuk di ventral usus depan.

Percumbuhan paru ke dalani kanalis perikardioperitonealis dan penibentu kan cabang-cabang

bran

kus.

Tahap kanalikular. Anacomi hidung Aua~onli faring. Anatonli laring Anaconli pita suara

Skeiila percabangan bronkus

Skema anacomi bronkus dan bronkiolus

Pengenlpisan d a n pengembangan rangka dada pada saat ekspirasi d a n inspirasi, rnenggam bar kan kontra ksi diafragma, fungsi otot interkostal, dan naik turunnya rangka dada.

Pola aliran gaslcairan di dalanl pipa. A. Aliran laminar; B. Aliran rransisional dengan pembentukan pusaran pada percabangan; C. Aliran curbulen

Spirome ter sederhana.

Diagram yang menggambarkan perubahan volume udara paru pada pernapasan normal, inspirasi maksimal, dan ekspirasi maksimal. Plechysmography. Tekanan di dalam mulut dianggap sama dengan cekanan di dalam paru.

Grafik hubungan tekanan parsial gas pemapasan dengan waktu di dalam kapilec paru. Perpindahan

N,O

dipengaruhi oleh perfusi, perp~nda han

CO

dipengaruhi oleh difusi, sedangkan perpindahan 0, biasanya dipengaruhi oleh perfusi, namun dapat be rubah jika terdapa; penya ki t. Vcntilasi dan perfusi pada bagian basal paru

(A)

dan apeks paru

(B)

.

A)

Dis tribusi rasio ventilasi-perfusi pada orang normal. Perhaiikan distribusi yang sempitdan tidak adanya pirau (shunt),

B)

Distribusi rasio ventilasi-perfusi pada pasien dengan bronkitis kronis dan emfisema. Perhatikan adanya aliran darah menuju area paru dengan rasio ventilasi- perfusi yang sangat rendah.

Unsur dasar sistern regulasi respirasi. lnformasi dari berbagai reseptor disarnpaikan ke pusar napas, kemudian menimbulkan respons otoc-otot pemapasan. Dengan meningka tnya aktivitas pemapasan, te rjadi penurunan stimulus sensorik ke o tak sehingga menimbulkan umpsn

balik

negatif. . Kurva nonlinear; respons ventilasi terhadap perubahan

PO,

arteri P e r h a h bahwa respns makshum timbuI pada

PO,

kurang dari 50 mrn Hg.

(18)

Gambar 1.3.1 1 Gambar 2.2.1 Gambar 2.2.2 Ganlbar 2.2.3 Gambar 2.2.4 Gambar 2.2.5 Gambar 2.2.6 Gambar 2.2.7 Gambar 2.2.8 Gambar 3.1.1 Gambar 3.1.2. Garnbar 3.1.3 Gambar 3.1 -4 Gambar 3.2.1 Gambar

3.2.2

Gambar 3.2.3 Gambar 3.2.4 Gambar 3.2.5 Gambar

3.2.6

Gambar 3.2.7 Gambar 3.2.8 Garnbar 3.2.9 Gambar 3.3.1 Gambar 3.3.2 Gambar 3.4.1 Gambar

3.5.1

Gambar 3.5.2 Gambar 3.6.1. Gambar 3.7.1 - Gambar

4.1.1

Gambar 4.2.1 Gambar 4.2.2 : Gambar 4.2.3

Respons ventilasi terhadap CO,. Kurva venrilasi terhadap

PCO,

dengan berbagai nilai P0,alveolus. Pada penelitian ini, ridak rerdapar pcrbedaan antara

PO,

1 10 nrmHg dengan 169 mmHg, walaupun bcberapa peneliti menemukan bahwa kurva sedikic lebih landai pada

PO,

yang lebih tinggi.

Teknik pemeriksaan perkusi tidak langsung. Garis imajiner dinding dada.

A) Dada normal,

B)

Barrel

chesr, C )

Funnel chesr

,

dan

D)

Pigeon

chesr.

Takipnu. Bradipnu. Hiperpnu.

Pernapasan

Cheyne-stokes.

Pernapasan Biot.

Prevalensi gejala asma dari berbagai negara berdasarkan penelitiarl multisentra

ISSAC

melaIui kuisioner pada anak 13-

14

tahun.

Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya asma.

Tiga fenotip wheezing pada anak, dengan perbedaan maniKestasi klinis

dan prognosis dari masing-masing kelompok. Puncak prevalensi dari

3

macam fenotip pada anak.

Percabangan dan morfogenesis bronkus yang melibatkan

EGF, TGF-B

dan epicel bronkus.

Komunikasi sel-kedsel dalam

EMTU,

model paralel uncuk patogenesis asma.

Aktivasi

EMTU

menyebabkan infl amasi saluran respira torik dan airway remodeling yang berlangsung paralel.

Diagram ven hubungan antara atopi,

HBR

dan asma. Patogenesis asma.

Dua tipe sel

Th,.

Patofisiologi

TSLP

dalam infla~nasi alergi. Inflamasi dan

r m o k l i n g

pada asma. Konse kuensi

kl

inik airway remodeling. Mekanisme hiperresponsif saluran respiratori.

Gambaran hubungan antara dosis konsmkstor agonis dan penurunan indek diameter saIuran napas pada orang normal dan pasien asma. Alur diagnosis asma anak.

Patofisiologi asma.

Alur tatalaksana seranga6 asma pada anak. Algoritma tatalaksana asma.

Fakror-faktor yang berinteraksi hingga tirnbulnya perburukan gejala asma pada malam hari.

Jumlah populasi berdasarkan usia.

Komplikasi dan sekuele infeksi

TB

paru primer. Bagan patogenesis tuberkulosis.

Kalender perjalaxlan penyakit tuberkulosis primer.

(19)

Gambar

4.3.2

Ganlbar

4.3.3

Gambar

4.3.4

Gambar

4.3.6

Gambar

4.3.7

Gambar

4.3.8

Gambar

4

-4.1 Gambar 4.4.2 Gambar 4.4.3 Gambar

4.5.1

Gambar

4.6.1

Gambar 4.7.1 Gambar

5.

t.

1 Gambar

5.4.1

Gambar

5.4.2

Gambar

5.4.3

Gambar

5.4.4

Gambar

5.5.1

Gambar

5.6.1

Gambar

5.7.1

Gambar

5.7.2

Garnbar

5.9.1

Gambar 6.1.1 Gambar 6.1.2 Gambar 6.1.3 Gambar 7.1.1 Gambar 7.6.1 Gambar 7.7.1 Gambar 7.7.2 Gambar 7.7.3 Gambar 7.8.1

Respons inflamasi oleh sel fagosi t terhadap aktivasi y ang ditimbulkan ole

h

kuman

TB.

Sel

T

CD8+ terlibat dalam mengatasi infeksi kunlan

TB

melalui me kanisme pelepasan sitokin, sitoeoksisicas melal ui jalur gfanule

.

dependent exoqtosir, sitotoksisi~as melalui inreraksi Fas-Fas ligand, dan aktivitas mikrobisidal langsung. l

Fagositosis dan pengenalan kuman

TB.

.

ilustrasi proses presentasi antigen (virus/kuman)

.

A: Proses presentasi antigen melalui rnolekul

HLA

(MHC) Klas

I. B:

Proses presentasi antigen melalui molekul

HLA

(MHC)

Klas 11.

Sitokin dan reseptor sicokin yang terlibat di dalam imunitas tipe

I

terhadap infeksi kuman

TB.

Perjalanan Mikobakterium tuberkulosis.

Mekanisme aktivasi sel limfosit T, destru ksi makofag secelah terjadi stimulasi oleh antigen kuman

TB.

lnteraksi makrofag-limfosit pada tuberkulosis.

Dasar biologis uji tuberkulin dan perneriksaan interferon gamma. Teknologi pemeriksaan Interferon Gamma.

Alur deteksi dini dan rujukan

TB

anak. Panduan obat ancituberkulosis. Alur tatalaksana

TB

Perinatai

Alur catalaksana tuberkulosis anak di puskesmas.

Infeksi raphatori bawah. Jumlah total episode infeksi respiratori-bawah per LOO anak per tahun dikaitkan dengan usia dan jumlah episode laringotrakeobronkitis akut, bronkiris, bronkiolias akut, dan pneumonia. Membran timpani yang normal.

Otitis media akuc. Otitis media efusi.

Otitis media kronWmenetap.,

Alur pemdihan anribiotik untuk sinusitis akut pada anak. Gambaran radioiogis epiglotitis.

Tampak gambaran udara yang menyempic pada subglocis (steeple sign). '

Algoritma penatalaksanaan sindrom

Croup.

Gambaran radiologis epiglotitis.

Ultrasonic nebulizer - . .

Jet Nebuliser

A.

Metered Dose

Inhakr

(MDI)

,

B.

&-

Powder Inhaler (DPI) Salah satu komponen penyebab reflr~ks gastroesofagus. - ' .

.

Alur keadaan setelah kejadian tenggelam. .

Virus

HIV

. ,

. .

Proses replikasi. . . .. .

1

Bagan tata laksana kelainan

pads'

ana

k

hrsahgka terinfe'ksi HIV Gambaran normal timus pada' foto- roentgen dada, terlihat pelebaran mediastinurn. Secara keseluruhan memberi kesan gambaran sail sign. -

(20)

Gambar 7.11.1 Gambar 7.1

1.2

Gambar 7.1 1.3 Gambar

7.1 1.4

Gambar 7.1

1.5

Gambar 7.12. I Gambar 7.13.1 Gambar 7.13.2 Gambar

7.13.3

Gambar 7.15. I Gambar

7.15.2

Gambar 7.15.3 Gambar 7.15.4 Gambar 7.15.5 Gambar 7.15.6 Gambar 7.16.1 Gambar 7.17.1 Gambar

7.17.2

Gambar 7.17-3 Garnbar 7.17.4 Gambar 7.18.1 Gambar 7.18.2 Gambar

7.18.3

Gambar

8.1.1

Garnbar 8.1.2 Gambar 8.1.3 Gambar 8.1.4 Gambar 8.1.5 Gambar 8.1.6 Gambar 8.1.7 Gambar 8.1.8 . Gambar8.1.9 Gambar 8.1.10 Gambar 8.1.1 1 Gambar 8.1.12

Komparcemen mediastinurn diIihat dari sisi kiri. Tumor mediastinurn sesuai lokasi.

Histopa tologi neuroblastorna, gambaran pseudorose tce dan neuritic process.

Foto toraks neuroblastoma

CT

scan limfangiorna: batas jelas,campak aairan mengisi antara veila cava superior clan aorta

Insidens

BPD

pada bayi dengan berat badan lahir < 1.500 g di Universiry

of Miurniflackson Memorial

Medical

Center

tahun 1996 - 1998). Abnormalitas pembuluh darah pulmonal pada Hipercensi Pulmonal. Gambaran keterlibatan siscem imun terhadap proses Hipercensi Pulmonal.

Alur diagnosis

HE!

Struktur dan posisi protein

CFTR

pada membran sel. Gambaran mekanisme pertanahan saluran napas alamiah.

Gambaran rnikroskopik epicel saluran napas beserca

PC1

dan lapisan .: n~ukus diatasnya.

Regulasi volume lapisan

PCL

melaui mekanisme rranspor t ion a ktif. Hubungan antara transport ion yang abnormal pada epicel dan stasis n~ukus saIuran napaspasien Fibrosis kisdk.

Gambaran hipocesis patogenesis infeksi Pseudomonas aeruginosa salurau :

napas Fibrosis kistik.

Algoritme evaluasi dan pengobacan bronkiektasis. Empiema.

CT

scan toraks menunjukkan lokulasi pada efusi pleura kiri, dengan kemungkinan penyebabnya adalah empiema.

Menggambarkan perlunya akses interkoscal untuk intervensi VATS pada efusi pleura lokulasi

Algoritma penatalaksanaan empiema. Struktur virus H 5 N l

Skema pathogenesis

Mekanisme timbulnya kejadian qtokine storm aicibat virus influenza.

Vol~lme statis paru.

Spirogram manuver

Viral

Capacity.

Kurvauolurne-time. ,

-

Kupa

flo

w-volume

.

Skor kurva; perhitungan derajat kecekungan k u ~ a . Bentuk kurva untuk berbagai indeks obscruksi. Diagram spirometri normal. -

Spirogram manuver

M

W.

AIgoritma interpretasi hasil spirometri.

Ple

thysmography.

Penyuntikan tuberkulin Uji ruberkulin cara Tlne.

(21)

Gambar

8.1.13

Gambar 8.1.14 Gambar 8.2.1 Gambar

8.2.3

Garnbar 8.2.4 Gambar

8.2.5

Garnbar 8.2.6 Gambar 8.2.7 Gambar 8.2.8 Gambar 8.2.9 Ganlbar 8.2.10 Gambar 8.2.1

I

Gambar 8.2.12 Gambar

8.2.13

Gambar 8.2.14. Gambar 8.2.15 Gambar 8.2.16 Gambar 8.2.17 Gambar 8.2.18 Gambar 8.2.19 Pembacaan hasil.

Skin

prick test.

Sungkup oksigen dengan katup venture

(High

(loul) dan sungkup oksigen biasa

(low

flour)

Sungkup oksigen high

flwr

dan macam-macam katup venture. Flow oksigen yang dibbtuhkan untuk mendapatkan kdnsentrasi oksigen yang

tetap tercantum pada tiap katup Sungkup oksigen

Masker non-rebreahing Kanul oksigen Kateter nasal

KO

tak o ksigen (Oxygen

Hood)

Sungkup terbuka (Face tent)

Non.invasiue partial pressure ventilo t i a pressure ventilation

CPAP

.

Beberapa te knik pemasukan Chest Drainage

T L

bes.

WSD dengan continuous suction

WSD

dengan sistem satu botol

WSD

dengan sistem dua-atau ciga botot

WSD

dengan continuous suction

Berbagai posisi tubuh untu k mengeluarkan sekret dari berbagai bagian paru.

Berbagai posisi tubuh dalarn drainase postural. Posisi tangan saat melakukan ~ e r k u s i Posisi tangan saat melakukan vibrasi dada.

(22)

Daftar

Singkatan

25-HETE

AAP

ABPA

ADA

ADAM.33

ADH

AE

A1 -AIDS AIRE AKB

ALTR

AMP

AP

APC

APE AR

ARDS

ART1

ART1

ASEAN

AS1

ASL

ASM

AT1

ATP

ATS

AZT

BAL

BALT

BB

.

BBLR

BCG

BHR

BKB

BMI

BOSTID

BPD

BRFSS

BTA C

A M P

: 25-hydroxyeicotetr~ic acid

: American Academy of Pediatrics I : allergic broncbpulmorurry arbergillosis

: adenosine deaminase

: a disintegn'n and melallo~rotease-33 : antdureric hormone

: atresia esofagus : apnea index

: ucquiTed irnmunodefickncy syndrome : Ashma Insights @ Realiry in Europe : angka kematian bayi

: anti- kukolriene ~esebtor : Adenosine monophospha te : Antero-pos terior

: antigen p~esenting c e k

: arus puncak ekspirasi : airway remodeling

: acute respiratory dirtress syndrome : acute respiratory lrack infection : a n n w

l

risk of t u b e m h u infections : Association oJ South-East Asia Nation

: air susu ibu

: Airway Surface Lrquid : airnay smooth muscle : air trapping

index

: &sine rriphosphate : American Thm-acic Assocktion : Zidovudin

: bronchoalveoiar lavage

: bronchus-asxociateii

lymphoid

tissue : berat badan . -

: berat badan Iahir rendah

: baciUe Calmette-Guerin : Bror~chial hyperr&~onsiveness : batuk kronik berulang :

body

mass index

:

The

Board on Science and TechnoIogy for lnrermational Development : bronchopulmmry dYsphia

: Behavioral risk factor surveillance system : basil tahan asam

: sikIik adenosin monofosfat .

(23)

CAP

CAPS

CCB

CCR

5

CD4+

CD8'

CDC

C F

CFC

CFP

CFR

CFTR

CHARGE

CMI

CMV

CNS

CO

co2

C O P D CPAP

CRP

CRS

CS

CSS

CT-scan

DAD

d d C

ddI

DHPG

DIC

DIP

dkk.

DNA

DOTS

DPI

DPL

DPT

-

DSS

EBV

ECM

ECMO

EGF

: community acquired wmia : childhood asthma prevention study : calcium channel blocker

: chemokine cell receptor

5

: cluster

of

difjerentiatiun

4

: cluster oJ werentiation

8

: center for diseases con trof : fibrosis

kistik

: chlaro-fIuoro carbon : culture fillrate )rotein

: case fatality rare

: cystic f i h s i s rransmem brane conduccnnce regulntor : Sindrorn coloborna,

heart

anomalies,

choanai

atresia,

retardation

of

growth

and

development, and genilal

and

ear

a n m I i e s

: cellular medialed immunity : cytomegalo uinu

: central nervous system : karbonmonoksida

-

: karbondioksida

: Chronic Obstructive Pulmonary Disease : continuous positive airway pressure : C-reactive protein

: resepcor komplemen : cunle score

: cairan serebrospina1

: computed tomopaphy scanning : & f i e alveolar damage

: dideoksisitidin : dideoksiinosin : Dihydroxyphenylglycol

: dirsemimted in~ravascular coagulation : &quama tive interstitial pwumonitis

: dan kawan-kawan ..

: deoxynbonucleotide acid

: directly observed treatment s hortcourse .

: d r j

wh

inhaler

: darah perifer lengkap : Difteri Pertusis Tetanus

: Dengue shock syndrome : Epstein-Ban virus

, .

: extracellulir matrix

.

.

: extracorporeal m m branc oxygenation

: epithelialgi-otuth factor

(24)

EIA

: engme irnmumsay

EIA

: Exercise-induced asthma

EKG

: elektrokardiogram

ELISA : enryme-linked immunoabsorbent assay

ELIS

poT

TB

: enryrne-linked immunospot interferon gamma uncu

k

tu berkulosic

EMB

: etamburol 4

EMTU

: epithelial-mesench~ml ~rokhic unil EnaC : epithelial sodium channel

ERA

: endothelin receptor antagorlist

ERV

: expiratory reserve uolume

ES AT

: early secreroly antigenic target

ETAC

: early treatment of the atopic child

FDA

:

food

and drug LzdminiStrasion

FDC

: fixed dose combination

FEF

: aliran ekspirasi punksi

FEV

1 : forced expiratoq volume in I second FGF : fibroblast growth factor

FK

UNSYIAH

: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

FKUI/RSCM

: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Runla h Sa kit Cipro Mangunkusumo --

FKUNSFU

: FakuItas Kedokteran Universitas Sriwijaya

FKUP/RSHS : Fakultas Kedokteran Universicas Pedjadjaranl Rumah Sakit Hasan Sadikin

FNAB

: fine needle aspiration biopsy

FRC

: finc tional residual capacity

FTETTOF

: fistula trakeoesofagus

F-V

: fiw-Volume

N C

: forced vital capacicy

G-6-PD

: glucose

-6-phosphate

dehyd~ogennse

gag : p u p associated

gamma

GT

- : gamma glucurony i t~ansferuse

GCS

: Glasgow coma scale

GERDUNAS

TB

: Gerakan ~ e r ~ a d u Nasional Penznggulangan

TB

GF

: growth factor

GINA

:

Global

Initiative for As t h m

GM-CSF : granulocyte macrophage colony stirnuloring factor

C;NA

: glomerulonefritis akur

GP

: glikoprotein

HAP : hipertensi arteri pulmonal

HCG

: human chorionic g o d t h r o p i n e

a

HC1

: Asam klorida

HDK

: hernia diafragmatika kongenical

HEPA - : High-Eficiency Particulate Air

HI

: hypopnea

index

(25)

HIB

HIV

HLA

HP

HPA HPIV

HR

HRCT

HRB

HRCT

IC

ICAM

ICS

ICT

ICU

IDA1

IFN-y

IFR

Ig

IGDfUGD

IGRA

I

KA

IL

IL-2R

IMT

INH

iNO

iNOS

IP- 10

IPAH

IPD

IRA

IRV

I S M C

ISPA

I

-TAc

IU

IUATLD

IV

IVP

K

KDa

KF

K,

: hernobhilus influenza tip

B

: human irnmunodefliency v i m : human leucocyte antigen

: hipertensi puImonal

: hipotalamus-hipofisis-adrenal : human parainfluenza virus

: heart rate

:

high

resolution computed tomography : Hiper-reaktifiras bronkus

:

high

resolution computed tomography

: inspi~alory capacity

: intercellular adhesion molecule :

inhafed

corticostemid : irnmunochroma10grajhic test : intensive care unit

: Ikatan Dokter Anak Indonesia : interferon y

: inspisatory jbw rate : inlunoglobulin : insraIasi gawat darurat : interferon gamma r e h e assay : Ilmu Kesehatan Anak

: interleukin

: interleukin 2 teseptor : indeks rnassa tubuh

': isoniazid (isonikotinik hidrazil) :

.inholed

nitric oxide

: inducibk nitric oxide s y n t h e : interferon induced protein

: Ihputhic puimannry arterial hypertension : Invasive pneumococcul disease

: infeksi iespirarorik akut

: inspirato~ reserve volume . .

: Internarional Study of.&thm and AUe~gy in

Children

: infeksi saiuran pernapasan akut : interferon inducible T-cell alfa chemokine : international unit

: The lntemtional

U n h

Against Tuberculosis and Lung Disease

- . - , . - : intravena : intravenous pielography ' : kalium

.

., - : kilo Dalton : keratokonjungtivitis fliktenularis ' . , : koefisien fillrasi Buku Ajai' ~ e s p i r o l o ~ i ~ n a k '

(26)

KIE

KIP1

KMS

KNAA

KOM

KONIKA

K I T

LAB A

LAM

LDH

LED

LIP

LSM

MA1

MBL

MBP MCP- 1

MCK

M-CSF

MDI

MDR-TB

MEf

MgSO,

MHC

MIF

MIG

MIP-

1

MMEF

MMP

MMR

MMWR

MRmCDU

MRT

m-RNA

M

Rs

MSG

MTBS

MV

M W

N2O

Na

NaCI

NBF

-

NCHS

: komunikasi, informasi, edukasi

: keamanan dan kejadian ikutan pascain~unisasi : Kartu menuju sehat

: Konsensus Nasional Asma Anak : kompleks osceomeatal

: Kongres IImu Kesehatan Anak 4

: Konferensi Tingkat Tinggi : long acting beta agonist

: li@arabinomanan

: laktat dehidrogenase : laju endap darah

: Iyrnphocytic interstitial pneumonitis

: lembaga swadaya masyarakac :

M

ycobac terium auium -intracellulare

: mannose binding lictin

: major

basic

protein

: monocyte chemoattractan protein I : Mandi cuci kakus

: macrophage colony.stimuhting factor

: metered dose inhaler '- : multidrug resistance-TB

: malnutrisi energi protein : magnesium sulfat

: major histoc~mnpatibil'ty complex

: microimmunoflu~escence

: monokine induced by interferongama

: macmbhage injlamrnatory protein 1

: maximum mid expirabry flow

: matrix meubpmteinase

: Mumps, Measles, Rubella

: Morbidity and M m l i t y Weekly Reporc

: rnulrirandomized controlled trial

: magnetic resonance imaging : Messenger ribonuleic acid,

: rnannose receptors - : monosodium glueamic acid

: manajemen terpadu balita sakit : minute vendation

: maximal voluntary urn ti fa ti^

: nitric

dioxide

: natrium

: natriurn chloride ,

: nucfeotide

binding

fold

: ~ a t i o n a i ~ e n i e r for

Health

~r&icr . .

xxvi

(27)

net

NEJM

N

F-nB

NGT

NHLBI

NIH

NK

NKT

cells

NNRTI

NO

NRDS

NREM

N

RTI

NSAID

0,

OAT

01

OR

OSAS

OT

PA PA PAP

TB

' PAS

PBLD

PCA PCD

PCL

PCR

PDA

PEEP

PEF

PEFR

PEP

PFR

PGE2

PICU

PIV

PLH

PMN

PMO

PNAA.

PNTA

PO

, : negative factor

: New England l o u n ~ a l of Medicine : nuclear factor-kB

: nasogasiric tube

: N a t i m I Heart, Lung, and

B h d

lmtiiute : N a r i m l Iwtirutes of Health < : natural killer

: natural killer

T

cells

: nonnucleostde reverse transcripme inhibitor : nitric oxide

: neonatal respiratmy distress syndrome : nonrapid eye mwemmt

: nucleoside reverse tra-ptase inhibitor : nomreroid antiinflammatoq drug

: oksigen

: obac antituberkulosis : obstmctive index : odd ratio

: obstmctive sleep apneaasyndrome : old tuberculin

: pacologi anatomi : posteroanterior

: Perokihse An ti Peroksidase : para-aminosalicyk acid

: polyckmd

B

ceU Iymphoproliferative disorder : postconceptual age usia pascakonseptual : prirna~y citary dyskiwia

: pericitiaq liquid hyer : polymerase chain reaction : patent ductus amriosus : positive end t@iratory pessure

: peak expiratory fiw; aliran puncak e kspirasi

: peak expi~atog fiw rate

: positive expiratory pT+sure breathing : peakjbw rate

: prostaglandin E2 : pedratTic intensive care unit

: parainluenza virus

: Ctipetplasia limfoid paru - : polirnorfonuklear

: pengawas menelan obat

: Pedoman Masional Asma Anak : Pedoman NasionaI Tuberkulosis Anak : pe; oral

(28)

POM

PPD

PPMs

PPOK

PRC

PSG

PZA/PAz

QFTG

RA

RANT=

RCT

RDAI

REM

REV

RGEIGER

rhDNase rhSOD RNA RNi

RR

RR

RRS

RS

RSAB

RSCM

Rsv

RSVIG

RT

RV

RW

SABA SaO,

SBHGA

SD

SGOT

SGPT

SIADH

SIDS

SLE

SM

SM

A

SMP

SMX

: pengawas obat-obatan dan makanan

: purified porein derivative

: poten tiol palhogenic microorganism : pmyakit paru obstruksi kronik

: packed red cells

: polisomnografi : pirazinamid

: Quantiferon-TB

GoId

: rheumatoid arthritis

: the cytokine regulated on acciuation, nonnal

T

cell expressed and secreted

: randomized controlfed trial

: respiratory distress assessment instmrnent : rapid eye movement

: regulator of expression

4

virion protein

: refluks gastroesofagus

: recombinant human deoxyribonucleotase

: recombinant human superoxide dismutase : qbonucleotide acid -,

: reactive nitrogen inrermedia~es

: respirntoq rate : risiko relatif : ruang rawat sehari : rumah sakit

: rumah sakit anak dan bunda : rumah sakit Cipto Mangunkusumo

: respiratory syncytiaf v i m

: Respiratoq synqrial virus immune glabulin

: Ru kun Tangga

: residual volume

: Rukun Warga

: short gcting beta agonist : saturasi oksigen

: Strepcokokus Beta h l i t i k u s

Gnrp A

: sekolah dasar

: serum g~utarnic-oxabacetic transaminase : serum glucamic-pimvat transaminare

: syndrome imppropriare antidiuretic honnone

: sudden infant death syndrome : systemic lupus e ~ t h e m a r o s t u

: Sebelum masehi

: sekolah menengah atas

: sekolah rnenengah pertama : sulfametoksazol

(29)

SP

SPID

SSP

T B

TB

Tc-99m TCRS

TEE

TGF-P

TGV

Th

T H T TIMP T L C

TLRs

TMP-SMX

TNF

TORCH

TPA

TSLP . TSR

T T B

.

TU

TV

UKK

UNAIDS

UNICEF

USA

USG

uv

VATER VATS

VC

VD vif vpr VSD V T

WHO

W S D

YAPNAS

25-HETE

. : surfactan protein

: Sociery for Pediatrics Infection

Disease

: susunan saraf pusac

: tinggi badan : tuberkulosis : cechnecium

: Tucson Children Respiratory's Study : trawesaph.ageal echocardiography :

transforming

growth Factor

p

: thorax gas volume

: T-heIper

: telinga-hidung- tenggorokan : tissue inhibitor of metallogroreinase : total lung capacity

: Toll-lik receptors

: Trimetoprim-Sulfamecoksazol

: Tumor necrosis jac~or

: Toksoplasrna, Rubela, Virus Sitomegalo, dan virus Herpes simple

ks

: Tempat penitipan anak : thymic stromal lymplwpoierin : theophylline slow release : t~ansthoraca1 biopsy : Tuberculin Unit

: tidal uohrne

: unit kerja koordinasi

: United Nations Program on

HIVIAIDS

: United Nations Children's fund : United State of America : ultrasonografi :

ultraviolet

: vertebra, anorectal, cardiac, renal, radial, and !imb : video assisted thoracic surgery

: vital capacity

: volume ruang rugi fisioIogis : virion infectivity factor : viral botein

U

: viral protein

R

: v e n t r i d u s septa1 defect , : uentricubr tachycardia : World Health Organization : . water sealed drainage

: Yayasan Penyantung Anak Asma . -

- . : 25-hyhxyeicotetraet10ic acid - ,

t

! Buku Ajar Respirologi Anak

(30)
(31)

Bab 1

Anatomi dan Fisiologi Sistem Respiratori

1.1

Embriologi dan Tumbuh Kembang

Sistern

Respiratori

Perkembangan sistem respiratori terdiri dari tiga proses, yaitu rnorfogenzsis atau pembencukan seluruh struktur yang diperlukan, adaptasi pernapasan pascanatal. d a n pertumbuhan dimensiona1. Pada kebanyakan mamalia, n~orfogenesis dan adapcasi pernapasan pascanatat terjadi rerutama sebelum atau tidak lama sesudah kelahiran- Sebaliknya, pertumbuhan dimensional berlanjut sesudah kelahiran, dengall kectpacan bergantung pada k e b u ~ u han fungsional organ-organ lain dan aktivitas me tabolik.

Akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan (injury) sistem respiratori bergancung pada tingka t keparahan, kronisitas, d a n waktu timbulnya kerusakan yang diksitkan dengan masa ~ e r k e m b a n g a n n ~ a . Kerusakan yang timbul selama nlasa motiogcnesis misalnya, cenderung menghasiIkan gangguan struktur dan fungsi respiracori yang be rat d a n ireversibel, dan sering rnenurunkan kernarnpuan bercahan hidup (survival). -4kan cetapi, kerusakan yang terjadi pada tahap lanjut pertumbuhan par" biasanya revceibel, dan jika tidak, dapat dikompensasi oleh proses pertumbuhan icu sendiri.

1 .I.

1 Perkernbangan pranatal

Morfogenesis sistem respiratori pads manusia dibagi menjadi Iima periode sebagai kriku t (Gambar 1.1 .I).

(32)

Gambar 1.1 . I Perkembangan berbagai struktur paru pada lima tahap perkembangan

, paru pranatat.

Sumber: Haddad GG, Perez-Fonran jj. Dcvclopmcn~ of rhe respiratory system. Dalnnr: Behrman RE, Kliegmx RM. Jcnson

HB. penyunring. Nclson texrbmk o f pediatrics. Philadelphia, WB Saunders Con~pany, 2OOC. 1.1.1.1 Periode embrionik

Periode ini dimuiai kira-kita minggu

ke-4

kehamilan, ketika saluran respiratori prinlicif muncul sebagai tonjolan keluar (divercikulum) di bagian ventral pada spitelium endodermal usus depan (Gambar 1.1.2). Tonjolan keluar ini segera mernbela

h

nlenjadi dua tangkai tunas bronkial utama, yang dengan cepat masuk ke dalam mesenkiln !-ang memisahkan usus depan dan rongga. selomik. Tunas-tunas bronkial mulai membencuk cabang, mula-muia dengan membenfuk pertumbuhan keluar y ang monopodal (cabang sekhnder y ang rurnbuh keluar dari cabang utarna)

,

kemudian secara dikotomi asimetris (dua cabang sekunder yang berasal dari satu cabang utama) (Gambar 1.1.3).

(33)

Gambar 1.1.2 Janin pada usia kehamilan 25 hari, divertikulum pernapasan terbentuk di ventral usus depan.

Surnbcr: Sadlcr W . Embriologi kedokteran Langman. North Carolina, EGC, 2000.

Gambar 1.1.3 Pertumbuhan paru ke dalam kanalis perikardioperitonealis dan

pernbentu kan cabang-cabang bron kus.

Surnber: Sadler lW. Embriologi kedoklcran Langrnan. North Carolina, EGC, 2000.

Mesenkim peribronkial atau spfunknopleura mempunyai p e m penting

dalam

' pembentukan paru seIama periode ernbrionik. Kontak yang dekat antari mesenkim- ini

dan epicelium tunas bronkial, penting bagi kelanjutan pembentukan cabang-cabang saluran respiratori. Faktor-faktor yang membantu pembentukan cabang - b'elum

sepenuhnya diketahui. Namun, sekresi faktor-faktor pertumbuhan oleh fibroblas mesenkirnal yang diinduksi oIeh steroid, interaksi spesifik dengan komponen aselular

- mesenkim, dan komunikasi molekular langsung antara

fibroblas

dan sel endodema1 melalui celah

di

membran basal, dianggap sebagai mekanisme yang merangsang pembentukan cabang tersebut. Interaksi antara mesenkim dan endoderm tunas bronkial adalah spesifik-organ.

(34)

Pembuluh darah paru berasal dari mesenkim. Segera setelah pembuluh darah muncul, tunas bronkial dikelilingi oleh suatu pleksus pembuluh darah yang berasal dari aorta dan akan mengalir ke vena-vena somati

k

mayor. Pleksus vaskular ini berhubungan dengan arteri dan vena pulmonal untuk membentuk sirkulasi paru yang lengkap pada minggu ke-7 kehamilan, namun sebagian hubunganny a dengan aorta a kan dipertahankan untuk membentuk arteri bronkial. Seluruh sttuktur pendukung'paru, terrnasuk pleura, septum paru, otot polos, kartilago, dan jaringan ikat yang meliputi saluran napas. berasal dari mesenkim.

1 .l. 1.2 Periode pseudoglandular

Menuju minggu

ke-6

kehamilan, pada awal periode pseudoglandular, paru menyerupai kelenjar eksokrin dengan stroma yang tebal dan dukrus-duktus sempit-dilapisi epitel berupa, sel-sel tinggi-yang hampir penuh mengisi Iumen. Saluran respiratori utanla telah terbentuk dan memiliki hubungan yang erat dengan arteri dan vena pulmonal. Trakca dan usus depan sekarang telah terpisah akibat fusi progresif rigi epitelial yang tumkuh dari saIuran napas primirif. Fusi inkompiit rigi epitelial ini menyebabkan terjadin\a fistula trakeoesofageal.

Pada periode in?, saluran respiratori terus membentuk cabang hingga seluruh sistem saluran respiratori cerbentuk, termasuk bronkioli primitif yang akhirnya akan meningkatkan porsi pertukaran udara paru. Pada waktu yang bersamaan, di ba\\-a

h

pengaruh kontrol mesen kimal, sel pluripotensial yang rnelapisi saluran respiratori berdiferensiasi mulai dari trakea dan bronkus utama. Sel-sel rersebut kemudian segera membentuk lapisan epitel berlapis semu yang mengandung sel-sel bersilia, sekretorik (Clara), globular, dan neuroendokrin (Kulchicsky) yang berasal dari neuroekc~dermal. Kelenjar mukus, kartilago, dan otot polos dapat dibedakan dengan mudah pada mingsu ke- 16 kehamilan.

Diaftagma dibentuk pada periode ini. Tendon sentralnya berasal dari septum transversus, yaitu suatu lempeng jaringan mesodermal yang terletak di antara perikardiunl dan tangkai kuning telur. Bagian lateral diafragma dibentuk oleh lipatan pleuropericor.eal, yang tumbuh dari dinding tubuh sampai mereka menyatu dengan mesenterium esofagus dan sept"rn transversus. Penyatuan ini menghilangkan hubungan antara toraks d a n abdomen dan mernbentuk batas (banies) bagi pertumbuhan paru ke kaudal. Kegagalan

penyatuan ini, biasanya terjadi di sebelah kiri, menyebabkan hernia diafragma kongenital Bochdilek. Defek ini, yang merupakan ,jenis hernia diafragrna tersering, menybabkan organ-organ abdomen masuk ke dalanl rongga pleura primitif dan mengganggu pe'mbentukan cabang saluran respiratori dan pembuluh darah paru. Akibamya cerjadi hipoplasia paru yang berat ten~tama di sisi hernia. Diafiagma yang awalnya b e r u ~ a membran, akhirnya disisipi otot-oto t Iurik yang berzsal dari miotom servikal.

. , . 1.1.1.3 Periode kanalikular

Selama beriod; ini, yaitu antara minggu ke-16 dan minggu ke-26-28 keharnilan. p&tumbuhan epitelial Iehih pesat daepada pertumbuhan rnesenkimal. . . , Akibatnya. .

peitunibuhan bronkigl menjadi tampak lebih tribular, sementara daerah distalpya t e r u

(35)

mernbagi untu k membentuk pondasi struktural asinus paru. Sel-sel epitel di daerah ini menjadi lebih kuboid dan mulai menyerupai pneumosit tipe

IL

kberapa sel mulai rnenyerupai pneumosit tipe

I,

yaitu memiliki bany ak glikogen sitoplasrnik dan sedikit retikulum endoplasmik. Kapiler y ang telah berisi darah di bagian distal mesenkim bronkial membentuk jaringan yang

lebih

padat dan tumbuh lebih dekat ke ruang udara potensial, sehingga pertukaran gas dalam jumlah terbatas mungkin tejadi 'pada minggu -ke-22

ke hamilan (Garnbar 1.1.4).

Garnbar 1 .I .4 Tahap kanalikular. A. Sel-sel kuboid melapisi bronkiolus respiratorius. B. Sakys terminalis, sel-sel kuboid rnenjadi sangat tipis dan menempel erat pada endotel kapiler dara h dan geta h bening atau mem bentu k sa kus terminalis (alveoli primitif). Sumber: Sadler TW. Embriologi kedakceran bngman, 2000.

1.1.1.4 Periode sakular

Di

antara minggu

ke-26

dan

ke-28

kehamilan,. morfogenesis paru memasuki denode .'

sakular. Pada saat ini, saluran respiratori terminal terus rnelebar dan membentuk s t r u k t u ~ silindris yang disebut sakula. Permukaan dalam sakula yang awalnya halus, herkernbang menjadi rigi-rigi atau krista-krista sekunder, yang berasal dari lipatan epitel dan mes&d& peribronkial serta rnemiliki lapisan kapiler ganda. Jarak antara kapiler dan rongga-udara potensiaI menjadi lebih sempit sampai akhirnya hanya dipisahkan oleh selapis membran

- -

basal yang tipis. ~. . - .

. . 1.1

.I

.5 Periode Alveolar

Kapan tepatny a periode sakular berakhir dan periode alveo!ar dimulai, bergantung - pada.

definisi rnengenai struktur pernbentuk alveolus. Pernbentukan alveolus sebelum lahir tidak dibutuhkan untuk bertahan hidup. Hal ini dituhjukkan dah hasil pehilitian pada binatang rendah (seperti tikus atau kelinci), terlitlat bdhrva alveolus &luF ada hihgga*

.

. . .

. - . , ,

- .

(36)

beberapa hari setelah lahir. Pada spesies binatang yang lebih tinggi, seperti domba dan kuda, jumlah alveolus pads saac lahir lebih banyak daripada jumlah alveolus manusia. Pada janin manusia, pembentukan septum sakula yang dimulai dengan munculnya krisca- krista sekunder terjadi dengan cepat, se hingga struktur mu! cifasec yang analog dengan alveolus paru matur dapat dilihat pada minggu ke.32 kehamilan.,

Wakcu dan kemajuan pembentukan septum alveolar dipengaruhi oleh pengacuran endokrin. Hormon tiroid merangsang pembentukan septum, sementara glukokortikoid (pada tikus) menghambacnya secara permanen (walaupun glukokortikoid mempercepac penipisan membran kapiler alveolar). Alveolarisasi juga dipengaruhi oleh rangsang fisik. Regangan oleh cairan yang terdapat di dalam paru dan distensi periodik akibat

aksi

otoc respiratorik pada pernapasan janin, diperlukan uncuk perkentbangan asinus. jika kedua ha1 cersebut tidak ada, misalnya karena paru atau dada terkompresi (seperti pada hernia diafragma atau oligohidramnion) , atau jika per napasan janin cerganggu (misalnya pada lesi korda spinalis), akan terjadi hipoplasia paru dengan j umla

h

alveolus yang sedikit.

1

. I

.2 Adaptasi pernapasan

pascanatal

Janin yang tadinya memiliki ketergantungan cerhadap plasenta, kini harus dapat mengadakan pertukaran gas secara otonom, sehingga dibutuhkan perubahan adaptif paru. Perubahan tersebut melipuci produksi surfaktan di alveolus, cransformasi paru dari organ sekretorik menjadi organ pertukaran gas, dan pembentukan sirkulasi pulmonaI dan sistemik yang paralel.

Segera setelah neonatus menarik napas pertama kali, terbentuk interface cairan- udara di dalam paru. Jika tegangan permukaan yang dieimbulkan oleh interface ini ridak diturunkatl, dinding ruang udara akan cenderung melekat dan kolaps. Surfaktan paru akan menurunkan tegangan permukaan dengan membentuk satu lapisan lipid hidrofobik di permukaan film yang melapisi ror~gga udara.

Surfakran paru meru~akan campuran heterogen fosfolipid dan protein yang disekresi oleh'pneumosit tipe

I1

ke dalam subfase sakula atau alveolus. Surfakcan awalnya dapat'dilihat di daIam organel sekretorik khas yang disebut badan Iamelar, pada minggu

ki-24

kehamilan. Namun, lipid surfaktan (paling banyak adalah fosfatidilkolin) tidak dapat,-dydeteksi di dalam cairan amnion, sampai nlinggu ke-30 kehamiIan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat jarak wakru antara pembentukan surfaktan dan sekresi. Persalinan rnungkin memperpendek jarak, waktu ini karena fosfolipid selalu ditemukan di ruang udara bayi yang lahir sebelurn usia kehamilan

30

rninggu. Tiga apoprotein

(SP-A,

SP-B,.SP-C)

telah diidentifikasi di daIam surfaktan paru (glikoprotein seperti-kctin, SP-Dl telah diisolasi, tapi fungsi dan regulasinya mash sangat sedikit dipahami). Ketiga apoprotein tersebut meningkatkan penyebaran lapisan surfaktan, oleh karena itu diperlukan untuk me~u'runkan tegangan perrnukaan secara efektif. Apoprotein tampaknya juga penring.untuk reuptake dan mendaur ulang produk surfaktan, serta untuk membentuk mielin tubular (stru ktur tempat penyimpanan surfaktan dalam subfase cairan). -

-Glukokortikoid meningkatkan , sintesis apoprotein dan lipid, oleh karena itu

pemberian glukokortikoid prana tai dapat mencegah sindrom gawat napas yang disebabkan

, . ., .

Gambar

Gambar  1.1  . I   Perkembangan  berbagai  struktur paru  pada  lima tahap  perkembangan
Gambar 1.1.2 Janin  pada  usia  kehamilan 25  hari,  divertikulum pernapasan terbentuk  di  ventral  usus depan
Gambar 1.2.2  Anatomi faring.
Gambar  1.2.3  Anatomi laring.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah2. dengan melakukan sosialisasi dan juga

Perawatan dan pemeliharaan sangat penting untuk menghindari kecelakaan, seperti misalnya pandangan tukang las kadang terhalang kacamata las dan pekerja lain yang

Mampu mempersiapkan alat dan pasien untuk pemeriksaan sensorik 1.1.1 Mampu menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan kepada pasien 1.1.2 Memilih dengan benar alat yang

Berdasarkan hasil kedua teknik analisis keterbacaan dari kedua buku sampel yang diambil di atas, dapat disimpulkan bahwa buku ajar yang dikembangkan dan digunakan di Kota Madiun

Kedua, bagi para guru bahasa Indonesia, hasil penelitian dapat menjadi bahan kajian untuk dipertimbangkan di dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam hal pemilihan teks

Pada 15 Jun 2021 yang lalu, siri kedua sesi taklimat program PPT kepada lepasan-lepasan SPM telah disampaikan oleh Ts Siti Nafisah Md Rashid, Koordinator PPT UiTM Cawangan

Dengan dikuasainya kedua kategori hanca ini, maka selain bisa memahami makna, bisa membaca dan menulis hanca yang dimaksud, akan diketahui dan dikuasai pula asal mula

Pola resistensi antibiotik pada penderta demam tifoid anak di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jakarta tahun 1990 - 1994.. Program Studi Ilmu Kesehatan Anak Fakultas