LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI
BLOK RESPIRASI I
LABORATORIUM TERPADU I FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2021
Nama : Firmandito Satya Arduta
NIM : 021.06.0031
Kelas : A
Dosen : dr. Rizki Muliati, S.Ked Rusmiatik, M.Biomed, AAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, laporan Praktikum Histologi ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini membahas mengenai Histologi, yang dimana pada isi laporan ini terdapat pembahasan mengenai mikroskop dan preparat yang telah diamati. Penyusunan laporan ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Rizki Muliati, S.Ked dan Ibu Rusmiatik, M.Biomed, AAM sebagai dosen yang mengajar pada mata kuliah Histologi yang senantiasa memberikan saran serta bimbingannya.
2. Keluarga dan teman-teman yang saya yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Mengingat dan mengetahui bahwa pengetahuan saya yang terbatas untuk menyusun laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Mataram, 7 Februari 2022 Penyusun
Firmandito Satya Arduta
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah satu dari cabang- cabang biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.
Sistem respirasi mencakup saluran napas yang menuju paru. Saluran napas berawal dari saluran nasal (hidung). Saluran hidung membuka ke dalam faring (tenggorokkan), yang berfungsi sebagai saluran bersama untuk sistem pernapasan dan pencernaan. Udara dari faring diteruskan ke laring atau voice box yang terletak di pintu masuk trakhea, trakhea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri yang masing masing menjadi cabang yang lebih kecil yang dikenal sebagai bronkiolus. Ujung bronkiolus terminal berkelompok alveolus, kantung- kantung udara halus tempat pertukaran gas antara udara dan darah.
Paru berada dalam rongga thorax yang dilindungi oleh tulang sternum, costae dan cartilago costalis. Paru dibagi menjadi beberapa lobus oleh fisura yaitu tiga lobus di paru kanan yang dibagi oleh fisura oblique dan fisura horizontalis, dan dua lobus di paru kiri yang dibagi oleh fisura oblique. Tiap paru memiliki apeks yang mencapai ujung sternal kosta pertama dan basis paru terletak di diafragma. Paru dilapisi oleh lapisan pembungkusnya yaitu pleura yang terdiri dari pleura visceral dan pleura parietal.
sistem terdiri atas bagian konduksi dan bagian respirasi.
Bagian konduksi sistem pernapasan terdiri atas saluran pernapasan di luar (ekstrapulmonal) maupun di dalam (intrapulmonal) paru yang menghantarkan udara untuk pertukaran gas ke dan dari paru. Sebaliknya, bagian respiratorik terdiri dari saluran pernapasan di dalam paru yang tidak hanya menghantarkan udara, tetapi juga memungkinkan berlangsungnya respirasi atau pertukaran gas.
Saluran pernapasan ekstrapulmonal, yang mencakup trakea, bronkus, dan bronkiolus besar, dilapisi oleh epiel bertingkat semu bersilia (epithelum pseudostratificatum ciliatum) yang mengandung banyak sel goblet. Sewaktu saluran ini masuk ke paru, bronkus membentuk banyak percabangan dan diameternya secara progresif mengecil. Demikian juga, tinggi epitel, jumlah
silia, dan jumlah sel goblet berkurang secara bertahap di saluran ini. Bronkiolus merupakan bagian akhir dari saluran kondksi. Bronkiolus antara bagian konduksi dan bagian respiratorik.
Bagian respiratorik terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveol. Pertukaran gas di paru-paru berlangsung di alveoli, yaitu kantung udara terminal pada sstem pernapasan. Di alveoli, sel goblet tidak ada dan epitelnya adalah epitel selapis gepeng.
1.2 TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami sistem respirasi serta respirasi interna maupun respirasi eksterna.
2. Mahasiswa mampu mengetahui lapisan dalam paru-paru.
3. Mahasiswa mampu mengetahui jaringan pada paru.
4. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme pernapasan pada paru.
1.3 MANFAAT
1. Dapat memahami sistem respirasi serta respirasi interna maupun respirasi eksterna.
2. Mengetahui lapisan dalam paru-paru.
3. Mengetahui jaringan pada paru-paru.
4. Mengetahui mekanisme pernapasan pada paru-paru.
1.4 RUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi jenis jaringan dasar.
2. Jelaskan ciri struktur mikroskopik dan histofisiologi.
3. Gambar dan lengkapi keterangan struktur jaringan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Sistem respirasi merupakan suatu system dari tubuh manusia yang berperan untuk memasukan oksigen yang akan dibawa ke seluruh tubuh dan membuang keluar CO2 dari zat sisa metabolisme. Sistem respirasi dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi meliputi rongga hidung, nasopharynx, larynx, trakea, bronkus dan bronkiolus. Bagian ini berperan untuk menyediakan saluran di mana udara dapat mengalir ke dan dari paru-paru, dan memelihara udara yang diinspirasi dengan cara dibersihkan, dilembabkan, dan dihangatkan).Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka pada saluran respirasi terdapat tulang-tulang rawan, serabut elastin dan otot polos (Yatim, 1992).
Rongga hidung terdiri atas 2 struktur yang berbeda . Rongga yang di luar adalah vestibulum dan di dalam fossa nasalis. Vestibulum adalah bagian rongga hidung paling anterior yang melebar, kira-kira 1,5 cm dari lubang hidung. Bagian ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih yang mengalami keratinisasi, terdapat rambut-rambut pendek dan tebal atau vibrissae dan terdapat banyak kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat. Fossa nasalis dibagi menjadi 2 ruang oleh tulang septum nasalis. Dari masing-masing dinding lateral terdapat 3 penonjolan tulang yang dikenal sebagai concha, yaitu concha superior, concha tengah dan concha inferior (Junquire dan Carneiro, 1980).
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Paru- paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat (Mader,1998)
Faring merupakan percabangan dua saluran, yaitu saluran tenggorokan (naso faring) yang merupakan saluran pernapasan, dan saluran kerongkongan (oral faring) yang merupakan saluran pencernaan. Faring terdapat tiga bagian, yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Laring (pangkal tenggorokan) Merupakan bagian pangkal dari saluran pernapasan (trakea).
Laring tersusun atas tulang rawan yang berupa lempengan dan membentuk struktur jakun. Diatas laring terdapat katup (epiglotis) yang berperan untuk membuka saat bernafas dan akan menutup saat menelan. Epiglotis ini berfungsi mencegah makanan dan minuman masuk ke saluran pernapasan. Pada pangkal laring terdapat selaput suara. Selaput suara akan bergetar jika terhembus udara dari paru-paru. Trakea (tenggorokan) merupakan Batang tenggorokan terletak di daerah leher didepan kerongkongan. Batang tenggorokan berbentuk pipa dengan panjang 10 cm. Dinding trakea terdiri dari 3 lapisan, lapisan dalam berupa epitel bersilia dan berlendir, lapisan tengah tersusun atas cincing tulang rawan dan berotot polos, lapisan luar tersusun atas jaringan ikat. Cincin tulang rawan berfungsi untuk mempertahan bentuk pipa dari batang tenggorokan, sedangkan selaput lendir yang sel- selnya berambut getar berfungsi menolak debu dan benda asing yang masuk bersama udara pernapasan. akibat tolakan secara paksa tersebut kita akan batuk atau bersin (Helianti,2003).
Bronchus (cabang tenggorokan) merupakan ujung tenggorokan bercabang dua disebut bronchus, yaitu bronchus kiri dan bronchus kanan. Struktur bronchus kanan lebih pendek dibandingkan bronchus sebekah kiri. Kedua bronchus masing- masing masuk ke dalam paru- paru. Di dalam paru- paru bronchus bercabang menjadi bronchioles yang menuju setiap lobus (belahan) paru- paru. Bronchus sebelah kanan bercabang menjadi 3 bronchiolus, sedangkan sebelah kiri bercabang menjadi 2 bronchiolus. Cabang bronchioles yang paling kecil masuk kedalam gelembung paru- paru yang disebut alveolus. Dinding alveolus mengandung banyak kapiler darah. Melalui kapiler darah oksigen yang berada dalam alveolus berdifusi masuk ke dalam darah. Pulmo (alveolus) paru- paru terletak dalam rongga dada diatas diafragma.
Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dengan rongga perut. Paru- paru terdiri dari dua bagian yaitu paru- paru sebelah kiri dan paru- paru sebelah kanan. Paru- paru kanan memiliki tiga gelambir sedangkan paru- paru kiri dua gelambir. Paru- paru dibungkus oleh dua selaput yang disebut selaput pleura. Selaput pleura sebelah luar yang berbatasan dengan dinding bagiandalam rongga dada disebut pleura parietal, sedangkan yang membungkus paru- paru disebut pleura visceral. Diantara kedua selaput terdapat rongga pleura yang berisi cairan pleura yang berfungsi untuk mengatasi gesekan pada saat paru- paru mengembang dan mengempis (Sonjaya. 2010).
Pernapasan dibedakan atas pernafasan dada dan pernafasan perut. Pernafasan dada terjadi melalui fase inspirasi dan ekspirasi, demikian juga untuk pernapasan perut. Fase inspirasi
pernapasan dada yaitu pernapasan otot antar tulang rusuk berkontraksi, tulang rusuk terangkat (posisi datar), paru- paru mengembang, tekanan udara dalam paru- paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar, udara luar masuk ke paru- paru. Sedangkan fase ekspirasi pernapasan dada yaitu otot antar tulang rusuk relaksasi, tulang rusuk terangkat (posisi datar), paru-paru mengembang, tekanan udara dalam paru- paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar, udara luar masuk ke paru- paru (Elfiah,2008).
Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya.
Misalnya saat kita berbicara. Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda.
Bronkus kanan lebih vertikal dari pada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan seseorang lebih mudah terserang penyakit bronkhitis. Pada seseorang yang menderita asma bagian otot-otot bronkus ini berkontraksi sehingga akan menyempit. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya lebih banyak benda asing yang menimbulkan reaksi alergi. Akibatnya penderita akan mengalami sesak napas. Sedangkan pada penderita bronkitis, bagian bronkus ini akan tersumbat oleh lendir.
Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 20–25 kali percabangan membentuk bronkiolus.
Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat (Mader,1998).
Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan
selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru.
Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan (Bardelli,2010).
Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya pada sakus alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara dan darah.
Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang tipis dengan lamina propria yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin (Samsuri, 2004).
BAB III METODOLOGI
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum histologi dasar yaitu jaringan ikat dan jaringan epitel dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Selasa, 12 Januari 2021
Pukul : 14.40-selesai
Tempat : Laboratorium terpadu I, Universitas Islam Al-Azhar Mataram
3.2 ALAT DAN BAHAN 1. Mikroskop 2. Preparat histologi :
13B. Dinding cavum nasi
14B. Epiglotis
16 B. Bronchus
17B. Alveoli pulmonalis
64C. Nose Cavity
66C. Lung with pleura
H10/040 Lung
H10/020 Trachea
H10/010 Larynx 3. Pembersih lensa
4. Buku atlas histologi de fiore
3.3 CARA KERJA
1) Siapkan alat dan bahan yang telah di sediakan di laboratorium terpadu 1
2) Periksa keadaan mikroskop yang akan di gunakan, cek pencahayaan, lensa okuler dan binokulernya.
3) Siapkan preparat histologi yang telah di sediakan .
4) Lihat jaringan preparat jaringan dengan pembesaran 10x dan 40x 5) Dokumentasikan hasil pengamatan
6) Buat laporan sementara dengan memakai pedoman pada atlas histologi yang telah di siapkan.
7) Rapikan seluruh alat dan bahan setelah selesai di gunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan dari Mikroskop
Nama preparate Gambar dan perbesaran gambar
13B. Dinding cavum nasi
40x
10x 4x
14B. Epiglotis
40x
10x
4x 16 B. Bronchus
40x 10x
4x 17B. Alveoli pulmonalis
40x
10x 4x
64C. Nose cavity
40x
10x
4x
66C. Lung with pleura
40x 10x
4x
H10/040. Lung
40x 10x
4x
H10/020. Trachea 40x
10x 4x
H10/010. Larynx
40x
10x
4x
4.2 Pembahasan Hasil Praktikum Dinding Cavum Nasalis
Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari nares anterior hingga koana di posterior yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Septum nasi membagi tengah bagian hidung menjadi kavum nasi kanan dankiri. Setiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial,lateral, inferior dan superior.
Dinding medial adalah septum nasi yang dibentukoleh tulang dan tulang rawan.
Septum dilapisi oleh perikodrium pada bagaian tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan diluar dilapisi oleh mukosa hidung.
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang teresar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media, lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema ini biasanya rudimenter.
Epiglotis
Epiglotis merupakan tulang rawan yang tipis, fleksibel, berbentuk daun dan fibrioelastik. Tulang rawan ditembus oleh beberapa foramen dibawah perlekatan ligamen hyoepiglotik. Bagian epiglotis yang membentuk dinding posterior ruang praepiglotik yang merupakan daerah penting pada penyebaran karsinoma laring. Tidak seperti perikondrium tulang rawan hialin, perikondrium epiglotis sangat melekat. Oleh karena itu, infeksi cenderung terlokalisasi jika mengenai epiglotis, sedangkan infeksi akan
menyebabkan distruksi luas tulang rawan hialin manapun karena terlepasnya perikondrium.
Bronchus
Histologi bronkus ekstrapulmoner mirip dengan trakea. Perbedaan nampak pada bronkus intrapulmoner. Lumen bronkus terdiri atas beberapa lapisan yaitul apisan mukosa, permukaan mukosa lumen bronkus dilapisi oleh epitel PCC yang mengandung sel-sel goblet, membran basalis, dan lamina propria yang lebih tebal dibanding pada trakea. Pada brongkus jumlah sel-sel goblet penghasil mukus lebih sedikit dibandingkat yang terdapat pada trakea lumen dan mengandung vesikula sekretorik penghasil surfaktan lipoprotein dan fosfolipid yang berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan saluran pernafasan. Sel-sel Clara mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjai sel-sel bersilia untuk menggantikan epitel bronkiolus.
Lapisan sub mukosa kaya akan pembuluh darah, saraf, kelenjar limfe dan kelenjar pnghasil mukus. Lapisan tulang rawan dan otot, dining bronkus utama, lobaris, dan bronkus segmental mengandung tulang rawan yang terdapat di sekeliling serat-serat otot polos, mendukung dan mencegah kolapnya dinding bronkus, semakin ke bawah maka lapisan tulang rawan semakin tipis dan sedikit sampai akhirnya tidak dijumpai lagi pada bronkiolus, sebaliknya jumlah otot polos semaki kebawah akan semakin meningkat.
Lapisan adventisia merupakan jaringan ikat longgar yang mengandung pembuluh darah, saraf, dan sel lemak.
Alveoli Pulmonalis
Alveoli merupakan evaginasi kecil seperti kantung dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris , dan sakus alveolaris. Alveoli merupakan bagian terminal cabang- cabang bronkus dan bertanggungjawab akan struktur paru-paru yang menyerupai busa.
Secara struktural alveoli menyerupai kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya, mirip sarang tawon. Dalam struktur yang menyerupai mangkok ini, oksigen dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara dan darah. Dinding alveoli dikhususkan untuk menyelenggarakan difusi antar lingkungan eksterna dan interna. Umumnya, tiap-tiap dinding dari 2 alveoli yang berdekatan bersatu dan dinamakan septum atau dinding
interalveolaris. Septum Alveolaris terdiri atas dua lapisan epitel pipih tipis yang diantaranya terdapat kapiler-kapiler, jaringan penyambung merupakan intertisial. Di dalam interstisial septa alveolaris paling kaya akan jaringan kapiler dalam tubuh.
Cavum Nasi
Rongga Hidung atau Cavum Nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang dipisahkan oleh septum nasi dibagaian tengahnya sehingga menjadi cavum nasi kanan dan kiri. Setiap cavum nasi mempunyi 4 buah dinding yaitu dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior.
Bagaian dari cavum nasi yang letaknya sesuai nasi, tepat dibelakang nares anterior, disebut sebagai vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulih yang memiliki banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut yang disebut dengan vibrise.
Lung with Pleura
Pleura adalah membran serosa yang meliputi paru-paru. Ia terdiri atas dua lapisan, yaitu parietal dan viseral, yang bersambungan pada daerah hilus. Kedua membran diliputi oleh sel-sel mesotel yang terletak pada lapisan jaringan penyambung halus yang mengandung serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut elastin pleura viseralis bersambungan dengan serabut-serabut yang terdapat pada parenkim paru-paru. Oleh karena itu, kedua lapisan tersebut membatasai rongga yang semata-mata dibatasai oleh sel gepeng mesotel. Dalam keadaan normal, rongga pleura ini hanya mengandung selaput cairan yang bekerja sebagai agen pelumas, memungkinkan pergeseran halus permukaan satu dengan yang lainnya selama pergerakan respirasai. Pada keadaan patologis tertentu, rongga pleura dapat berubah menjadi rongga sebenarnya, mengandung cairan atau udara pada bagian dalamnya. Dinding rongga pleura, seperti semua rongga serosa (periotenum dan perikardium), sangat permeabel terhadap air dan zat lain. Jadi, penimbunan cairan pada rongga ini sering terjadi pada keadaan-keadaan patologis. Cairan ini berasal dari plasma darah dengan cara eksudasi. Sebaliknya, pada keadaan tertentu, cairan atau gas yang terdapat dalam rongga pleura dengan cepat dapat direabsorbsi.
Lung
Paru manusia terdiri dari paru kiri dan kanan yang lunak, berbentuk seperti spons dan sangat elastis. Pada anak-anak, paru berwarna merah muda tetapi dengan bertambahnya usia warna paru menjadi lebih gelap dan berbintik-bintik akibat inhalasi partikel debu yang akan terperangkap di dalam fagosit paru. Organ paru terletak di kanan dan kiri mediastinum. Masing-masing paru berbentuk kerucut dan diliputi oleh pleura viseralis, terletak bebas didalam cavum mediastinum dan masing-masing dilekatkan pada cavum mediastinum dengan radix pulmonalis. Radix pulmonalis dibentuk oleh alat-alat yang masuk dan keluarparu yaitu bronkus, arteri dan vena pulmonalis, pembuluh limfatik, arteri dan venabronkialis. Radix pulmonalis dikelilingi oleh selubung pleura yangmenghubungkn pleura parietalis pars mediastinalis denga pleura visceralis yang membungkus paru.
Paru memiliki area permukaan alveolus seluas 40 m2 untuk pertukaran udara.
Tiap paru memiliki apeks yang mencapai ujung sternal kosta ke-1 dan basis paru terletak diatas diafragma. Paru kanan sedikit lebih besar dari paru kiri, dibagi oleh fissura obliqua dan fissura horizontalis menjadi tiga lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Sedangkan paru kiri dibagi oleh fissure obliqua menjadi dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior.
Trakea
Saluran nafas ini menghubungkan larynx dengan paru. Histologi dinding Trakea dapat dibedakan atas tiga lapis, yaitu tunica mucosa, tunica muscularis, tunica adventitia.
Permukaan kelumen diselaputi tunica mucosa, dengan epitel batang berlapis semu dan bersilia, menumpu pada lamina basalis yang tebal. Pada selaput epitel banyak terdapat sel goblet. Lamina propria berisi banyak serat elastis dan kelenjar lendir yang kecil-kecil. Kelenjar terletak sebelah atas lapisan serat elastis. Dibagian posterior tenggorok kelenjar itu menerobos masuk tunica muscularis. Pada lamina propria terdapat pula pembuluh darah dan pembuluh limfa. Tunica muscularis sendiri sangat tipis dan tidak terlihat dengan jelas.
Tunica adventitia juga tidak terlihat secara jelas, dan berintegrasi dengan jaringan penunjang yang terdiri dari tulang rawan dibawahnya.
Tulang rawan di bawah tunica adventitia itu tersusun dalam bentuk cincin-cincin hialin bentuk huruf C. Cincin inilah yang menunjang tenggorok pada sebelah samping dan ventral. Sedangkan dibagian dorsal tenggorok, ditempat itu adalh bagian terbuka cincin, terdapat serat otot polos yang susunannnya melintang terhadap poros tenggorok.
Serat otot itu melekat kepada kedua ujung cincin, dan berfungsi untuk mengecilkan diameter tenggorok. Jika otot kendur, diameter tenggorok kembali sempurna.
Diantara cincin bersebelahan terdapat serat fibroelastis. Dengan struktur cincin yang tak bulat penuh ini maka tenggorok dapat meregang (membesar) untuk menyalurkan lebih banyak udara ke dalam paru. Di sebelah luar cincin terdapat jaringan ikat yang berisi banyak serat elastis dan retikulosa.
Larynx
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV –VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan. Pada laring terdapat epiglottis yaitu sebagai katup buka-tutup pada system pernafasan yang berfungsi agar makanan tidak masuk ke saluran pernafasan. Epiglotis akan membuka saat bernafas dan menutup saat makanan masuk.
Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis silindris semu bersilia kecuali pada daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tak bertanduk. Diantara sel-sel bersilia terdapat sel goblet. Membrana basalis bersifat elastis, makin menebal di daerah pita suara. Pada daerah pita suara sejati, serabut elastisnya semakin menebal membentuk ligamentum tiroaritenoidea. Mukosa laring dihubungkan dengan jaringan dibawahnya oleh jaringan ikat longgar sebagai lapisan submucosa. Kartilago kornikulata, kuneiforme dan epiglotis merupakan kartilago hialin. Plika vokalis sendiri tidak mengandung kelenjar. Mukosa laring berwarna merah muda sedangkan pita suara berwarna keputihan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Sistem respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel sehingga diperoleh energi. Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk melakukan beberapa aktifitas. Sistem respirasi manusia dapat berlangsung berkat keberadaan alat-alat pernafasan. Alat pernafasan manusia terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru-paru. Proses respirasi ada dua yaitu proses respiras (pernapasan) dada dan proses respirasi (pernapasan) perut. Dalam system respirasi dibagi menjadi system pernafasan atas dan bawah. System pernafasan atas meliputi hidung dan
faring. Sedangkan, system pernafasan bawah mulai dari laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Pada system respirasi juga erdapat saluran yang dibagi menjadi zona konduksi dan zona respiratory. Zona konduksi mulai dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus terminalis. Sedangkan zona respiratory mulai dari bronkiolus respiratory, ductus alveolary, dan sakus alveoli.
Adapun yang dapat diambil dari praktikum histologi respirasi kita dapat meengetahui organ-organ respirasi serta jaringan yang ada didalam organ tersebut. Selain itu, kita mampu membedakan beberapa dari organ respirasi. Kemudian, kita juga dapat mengetahui mekanisme pernafasan yaitu saat pertukaran gas O2 dan CO2. Organ yang berperan pada system respirasi adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Dalam praktikum kali ini komponen yang di amati yaitu dinding cavum nasi, epiglotis, bronchus, alveoli pulmonalis, nose cavity, lung with pleura, lung, trakea, dan larynx.
DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko, Victorr P. 2008. Atlas Histologi Difiiore Dengan Korelasi Fungsional Edisi
11.Amerika : Unated states Of Amerika.
levender, Gerrit. 1979. Dasar- dasar Histologi Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga.
Junquire lc and Carneiro j. 1980. Histologi Dasar Edisi ke-8. Jakarta : Buku penerbit Kedokteran EGC.
Macher, Antony L. 2011. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. New York: Mc Graw Hill Education.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi ke 8.
Australia: Brooks/Cole