• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aliran dan Asas Pendidikan dalam Pembent

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aliran dan Asas Pendidikan dalam Pembent"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Aliran (Klasik dan Modern) dan Asas Pendidikan Indonesia

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Pengantar Pendidikan

Yang dibina oleh Bapak Amat Mukhadis

Disusun oleh:

Rizky Arief Dharmawan 150513601308 Wendy Pangestu Purwanto 150513600292

Yulius Lyan 150513602605

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK

(2)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam perkembangan kehidupan setiap manusia. Dalam konteks pendidikan manusia dituntut untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin untuk meningkatkan hajat hidup orang tersebut. Akan tetapi dalam kehidupan di Indonesia pendidikan sangat penting tidak terpandang seakan pendidikan tidaklah penting. Dalam persepsi masyarakat sendiri,pendidikan dianggap membebani dan pada akhirnya pendidikan tidak dijadikan sebagai hal yang utama.

Persepsi tentang pendidikan yang salah tersebut menjadikan keterbelakangan didalam kehidupan Negara Indonesia. Kalau kita lihat dari sisi lain bahwa pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia dalam kehidupan yang tidak lain digunakan sebagai jalan berpikir manusia untuk menjalani hidup dan mengemban tugas sang pencipta yang telah member anugerah akal yang dipergunakan semestinya(Amri&khoiru,2010:1). Dalam konteks teori tersebut dapat dipahami kembali bahwa pendidikan bukanlah alat belajar saja akan tetapi juga mempunyai makna dari sang kuasa dan manfaat untuk setiap individu.

Dari permasalahan pendidikan di atas untuk menambah pengetahuan pembaca tentang pendidikan, asas yang digunakan dan aliran apa yang diikuti pendidikan Indonesia. Maka, makalah ini penulis buat sebagai sumber informasi para pembaca dalam memahami pendidikan tersebut. Karena dalam kehidupan yang sekarang pendidikan hanyalah dipandang sebelah mata dan semua itu merupakan hasil konsepsi negative masyarakat itu sendiri yang harus dibenahi dari sekarang.

(3)

aliran pendidikan yang dianut oleh pendidikan Indonesia juga perlu dipahami untuk menambah persepsi yang lebih meyakinkan akan arti pendidikan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dibuat, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apakah aliran klasik dan modern mempengaruhi jalannya pendidikan di Indonesia?

2. Apakah asas yang selama ini dipegang Negara Indonesia dalam melaksanakan pendidikan?

3. Bagaimana hubungan antara asas dan aliran yang ada tehadap pendidikan di Indonesia?

3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan aliran-aliran modern yang berpengaruh didalam jalannya pendidikan Negara Indonesia.

b. Menjelaskan asas-asas yang ada didalam pendidikan baik didalam negeri maupun asas yang ada didalam di luar negeri.

c. Menjelaskan hubungan antara asas dan aliran terhadap pendidikan yang ada di Indonesia.

PEMBAHASAN 1. Aliran Kalasik Dalam pendidikan

(4)

sejumlah daerah di dunia melalui berbagai cara yang salah satunya adalah lewat penjajahan terus berjalan.Hingga pada akhirnya aliran tersebut sampai ke Indonesia melalui penjajah. Adapun aliran-aliran klasik dalam pendidikan sebagai berikut.

a. Aliran Nativisme

Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti asli atau asal dan juga bisa berarti kelahiran.Tokoh aliran ini adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof jerman yang berpendapat bahwa, sejak lahir manusia telah memiliki atau membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu, yang bersifat pembawaan atau ke turunan. Sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu yang bersifat keturunan inilah yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan manusia sepenuhnya. Sedangkan pendidikan dan lingkungan boleh dikatakan tidak berarti, kecuali hanya sebagai wadahdan memberikan rangsangan saja. Dalam ilmu pendidikan, pandangan tersebut dikenal dengan pesimisme paedagogis (Siti Nadirah:2013).

Aliran nativisme menganggap bahwa kemampuan dan perkembangan anak sudah ditentukan sejak lahir. Baik atau buruknya manusia itu sudah ditentukan dari pembawaan manusia sejak lahir. Faktor lingkungan yang termasuk dari kategori pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Menurut kenyataan faktor lingkungan sangatlah berpengaruh untuk perkembangan manusia. Dalam aliran nativisme peran pendidik tidak dapat mempengaruhi perkembangan manusia, dengan kata lain tidak diperlukan seorang pendidik. Untuk faktor gen orang tuanya sangat berpengaruh terhadap pembawaan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, hasil dari pendidikan sudah ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir dalam aliran nativisme.

b. Aliran Empirisme

(5)

membentuknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme paedagogis (Siti Nadirah:2013).

Pendidik sangat berpengaruh, sebab dalam perkembangan menjadi manusia dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. seseorang bisa menjadi baik atau buruk tergantung dari lingkungannya. Aliran empirisme lebih mementingkan peran dari pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, sedangkan kemampuan dasar yang di bawa manusia sejak lahir di anggap tidak menentukan. Menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat manusia yang berhasil karena mempunyai bakat dalam dirinya, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Jadi, dalam aliran empirisme faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak yang mejadi baik atau menjadi lebih buruk.

c. Aliran Naturalisme

Aliran ini ada persamaan dengan aliran nativisme filsuf dari Prancis yaitu Jean Jaquest Rousseau (1712-1778) berpendapat bahwa, sejak lahir manusia sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri, baik bakat, minat, kemampuan, sifat, watak, maupuun pembawaan lainnya. Pembawaan itu akan berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Semua yang baik dari tangan sang pencipta, dan semua yang buruk ada di tangan manusia (Moh. Suardi, halaman 24 : 2012).

Pada aliran naturalisme, sejak lahir manusia mempunyai pembawaan yang baik dari sang pencipta. Akan tetapi, akhirnya rusak sewaktu berada ditangan manusia. Pendidikan diserahkan kepada alam, untuk peran pendidik tidak diperlukan dalam hal ini. Manusia berkembang dengan sendirinya sesuai dengan pembawaannya. Jika manusia itu sendiri melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan, biarkan manusia itu sendiri yang akan merasakan apa yang diperbuatnya.

d. Aliran Konvergensi

(6)

berperan dalam menentukan perkembangan manusia. Bakat yang sudah dimiliki atau pembawaan sejak lahir tidak akan bisa berkembang tanpa adanya dukungan dari lingkungan sekitarnya. Akan tetapi, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan manusia yang baik jika dalam dirinya tidak terdapat bakat yang diperlukan dalam mengembangkan bakat tersebut.Dalam aliran konvergensi seorang pendidik maupun bakat dari manusia sangat berperan terhadap kedewasaan manusia. Jadi, faktor lingkungan dan pembawaan sejak lahir sama-sama mempunyai peranpenting.

2. Aliran Pembaharuan Pendidikan ( Aliran Modern )

Dalam aliran pembaruan atau aliran modern ini merupakan aliran peningkatan mutu pendidikan pada beberapa atau salah satu komponen saja. Meskipun demikian penanganan beberapa atau salah satu komponen tersebut akan mempengaruhi komponen lainnya. Beberapa gerakan embaharuan tersebut berusaha untuk memusatkan diri dalam peningkatan dan perbaikan mutu perbaikan belajar mengajar pada sistem persekolahan. (Suparlan,1984:Soejono,1958)

a. Developmentalisme

Aliran ini merupakan perkembangan dari aliran naturalisme J.S rosseau. Aliran ini menekankan pendidikan alam yang artinya pendidikan untuk mengembangkan bakat alami yang pada dasarnya baik. Aliran ini juga mengajarkan bagaimana untuk mempersiapkan hidup di dalam masyrakat walupun dalam posisi yang kurang baik akan tetapi tetap harus berpartisipasi di dalamnya. Selain itu perkembangan pendidikan yang dimaksud dalam konteks aliran developmenisme ini adalah bagaimana melakukan pendidikan yang alami, sesuai dengan peserta didik, dan wajar untuk dilakukan(Mudyahardjo,2012:113)

(7)

berpegang teguh pada personal pendidikan yang terfokus pada pengajaran dan pemahaman setiap potensi peserta didik agar diperoleh pelajar yang berpotensi.

b. Herbartianisme

Aliran herbartianisme merupakan sebuah aliran yang di kembangkan oleh Herbart pada tahun 1776-1841 sebagai lanjutan dari aliran yang di ciptakan oleh peztalozzi tentang mempsikologikan pendidikan dengan memadukan antara filsafat dan psikologi. Dalam aliran ini pendidikan lebih ditekankan pada pembentukan karakter yang bermoral sehingga kemauan, bakat dan minat lebih berkembang pesat. Herbartianisme menempatkan pendidikan bukan sebagai pengajaran saja melainkan pengajaran yang menyertakan pendidikan moral yang kuat guna menciptakan peserta didik yang lebih kompeten dengan memberikan sebuah gagasan-gagasan yang dapat merangsang perhatian sehingga peserta didik lebih mengembangkan pikiran yang inovatif,kreatif, dan bernalar tinggi.

Oleh karena itu minat dan bakat peserta didik bisa tercapai secara maksimal yaitu dengan menyajikan gagasan yang menimbulkan sebuah pemikiran bernalar dari setiap peserta didik. Bukan sebuah pengajaran yang kaku dan membosankan hanya dengan terpampang pada buku dan tidak fleksibel sehingga bakat dan minat peserta didik terkengkang.

c. Froebelianisme

Aliran pendidikan yang di ciptakan oleh Froebel adalah aliran yang memadukan unsur dari paham Pestalozzi dan paham herbart, yang memandang pendidikan bukan hanya sebagai pengajaran semata, melainkan pendidikan adalah pengajaran yang didasarkan pada pembentukan karakter peserta didik dan pengembangan intuisi religius(keagamaan) pada jiwa(rohani). Dengan kata lain pendidikan tidaklah hanya membaca buku,bernalar dan berpikir kritis melainkan nilai keagamaan yang digunakan sebagai penunjang sangatlah penting dalam pendidikan yang baik dan terarah(Mudyahardjo,2012:130)

(8)

permainan yang sistematis sehingga peserta didik tidak terkengkang pemikirannya dan lebih bisa mengembangkan berpikir yang lebih baik.

d. Progresivisme

Aliran progresivisme mempunyai prinsip menyelenggarakan pendidikan yang berpusat pada anak. Dalam perjalanannya aliran ini lebih mengesampingkan pendidikan yang berpusat hanya pada buku semata melainkan pendidikan yang lebih ke dalam pemberdayaan fasilitas untuk mengembangkan bakat dan minat para peserta didik(Ahmadi,2014:109). Aliran ini juga menitik beratkan pada pengawasan kepada anak. Karena Anak adalah pusat dari kegiatan-kegiatan pendidikan.

Menurut Parker, mengajar yang bermutu berarti aktivitas peserta didik, pengembangan kepribadian siswa, studi ilmiah tentang pendidikan dan latihan guru sebagai seniman pendidikan.

Dalam aliran ini guru mempunya beberapa peran penting yang diperlukan oleh peserta didik selain sebagai pengajar juga sebagai fasilitator,motivator,dan konselor untuk membantu dalam perkembangan potensi diri peserta didik. Dilain itu guru juga harus mengerti karakteristik dari setiap individu,menciptakan kepemimpinan perkembangan peserta didik, dan kecintaannya terhadap peserta didik agar terciptanya lingkungan kelas yang harmons dan guru dapat melaksanakan peranan-peranannya dengan baik.

e. Rekonstruksionalisme Sosial

Aliran rekonstruksionalisme dipelopori oleh John Dewey yang memandang pendidikan sebagai pembangunan kembali pengalaman-pengalaman dalam kehidupan masyarakat dan sekolah menjadi objek dalam skala gambaran kecil dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas. Dengan kata lain pendidikan dalam aliran ini bisa diartikan sebagai tempat untuk belajar bagaimana kita bersikap didalam lingkup kehidupan masyarakat.

(9)

diberikan dalam aliran ini diantaranya masalah-masalah social dan politik yang sering terjadi di masyarakat, yang termasuk dalam masalah individu itu sendiri dan progam-progam ilmiah yang yang bersangkutan dengan pemecahan masalah-masalah yang ada.

f. Esensialisme

Aliran esensialisme merupakan aliran yang menekankan pada pengajaran yang menyertakan nilai budaya/sosial di dalam diri masyarakat. Dalam aliran ini menegaskan bahwa nilai-nilai budaya yang terdapat dalam sejarah terdahulu merupakan nilai-nilai kemanusiaan bentukan dari kerja keras selama beratus-ratus tahun dan di dalamnya berakar sebuah gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu(Mudharjo,2012:160). Aliran Esensialisme yang dipelopori oleh William C. Bagey (1874-1946)mengemukakan tentang karakteristik aliran esensialisme yaitu :

a. Upaya yang kuat diawal dapat menumbuhkan minat belajar. Minat belajar bukan berasal dari niat dalam diri

b. Pengawasan,pengarahan, dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah melekat pada masa bayi yang panjang.

c. Disiplin adalah kunci utama untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. d. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang lebih kokoh daripada yang

lain.

Aliran esenialisme selain mengajarkan tentang sosial dan budaya juga mengajarkan tentang sikap disiplin diri terhadap peserta didik. Selain itu dalam aliran ini peran guru adalah vital dimana guru menjadi pusat pendidikan dan murid dipaksa untuk belajar. Jadi, kelemah-lembutan dari pengajaran di dalam kelas mulai dihindari dan mulai memusatkan pikiran kedalam penggunaan metode pengajaran yang tepat.

g. Perennialisme

(10)

Parennialisme berpegang teguh pada pendidikan yang mengandung pengetahuan dan pengetahuan itu benar. Sehingga pendidikan tidaklah pengkhususan semata,melainkan bersifat universal dan konstan. Sehingga kebenaran yang ada pada pengetahuan seharusnya dijadikan tujuan pendidikan yang murni.

Dalam prakteknya parennialisme guru merupakan penyelenggara kegiatan belajar mengajar didalam kelas dan seorang guru hendaknya menguasai bidang khusus yang digelutinya sehingga peran guru tidak diragukan baik cara mengajar dan apa yang diajarkannya.

3. Asas-asas Pendidikan di Indonesia

Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.\

a. Asas Tuwuri Handayani

Asas tut wuri handayani, yang kini menjadi semboyan Diknas pada awalnya merupakan salah satu dari asas 1922 yakni : tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922).. Asas atau semboyan ini dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. dan mendapat dukungan dari positif dari Drs. RMP Sosrokartono dengan menambahkan dua semboyan yaitu : Ing Ngarso Sung Tuladha dan Ing Madya Mangun Karsa. Ketiga semboyan itu telah menyatu menjadi satu kesatuan asas.

Jadi ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yaitu:

1) Ing Ngarsa Sung Tulada ( Jika di depan, menjadi contoh )

2) Ing Madya Mangun Karsa ( Jika ditengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat, atau Motivasi )

(11)

Asas tut wuri handayani merupakan inti dari asas 1922 yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya dengan mengingat tertibnya persatuan dalam peri kehidupan umum. Dalam asas Perguruan Nasional Taman Siswa, semboyan Tut Wuri Handayani termaktub dalam butir pertama yang berbunyi, “Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya per satuan dalam peri kehidupan.” Dari kutipan tersebut kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tujuan dari pembelajaran ala Taman Siswa dan pendidikan di Indonesia pada umumnya

adalah menciptakan “kehidupan yang tertib dan damai (Tata dan Tenteram, Orde

on Vrede)” (Tirharahardja, 1994: 119, dalam

http://www.academia.edu/7177215/Makalah_Asas_dan_Landasan_Pendidikan). Dalam perkembangannya, perguruan taman siswa menggunakan asas tersebut untuk melegimitasi tekad mereka untuk mengubah sistem pendidikan model lama, yaitu menggunakan sistem “Among”, sistem among yaitu menganggap guru sebagai “pamong”. Jadi sesuai dengan semboyan tutwuri handayani di atas, maka guru cenderung sebagai navigator dari peserta didik “yang di beri kesempatan untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus di campuri , diperintah ataupun dipaksa “ (Tirtarahardja,1994: 120, dalam http://www.academia.edu/7177215/Makalah_Asas_dan_Landasan_Pendidikan).

Jika kita melihat sistem pendidikan nasional indonesia, seperti yang tercantum pada undang-undang Nomer 23 tahun 2003, maka konsep dari asas Tut Wuri Handayani termanifestasi ke dalam sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dalam KTSP guru bukan lagi sekedar “Penceramah” melainkan pendorong, pengawas , dan pengarah kinerja para pesera didik. Maka bukan tidak mungkin, jika KTSP juga merupakan wujud manifestasi dari asas pendidikan Indonesia.

b. Asas Belajar Sepanjang Hayat

(12)

1970) yang new significance of an old idea (Dave, 1970) tetapi universally acceptable definition is difficult (Cropley, 1979)

Selanjutnya pendidikan sepanjang hayat didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan perstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan perstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai yang paling tua. (Cropley:67, dalam http://www.slideshare.net/widemulia/asas-pendidikan-di-indonesia). Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka pendekatan yang sangat mungkin digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendekatan “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.” Sedang dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep “Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual” sedikit banyak telah termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP yang notabene merupakan bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga termanifestasi dalam program pendidikan non-formal, seperti program pemberantasan buta aksara untuk warga Indonesia yang telah berusia lanjut, dan juga program pendidikan informal, seperti hubungan

sosial dalam masyarakat dan keluarga tentunya

(http://www.academia.edu/7177215/Makalah_Asas_dan_Landasan_Pendidik an).

c. Asas Kemandirian dalam Belajar

Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang

dimiliki.(Haris Mujiman, 2005:1, dalam

http://www.slideshare.net/widemulia/asas-pendidikan-di-indonesia).Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para guru ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya

(Lyman; Morrow, Sharkey, & Firestone, dalam:

(13)

Peran kemauan dan motivasi dalam belajar mandiri sangat penting di dalam memulai dan memelihara usaha siswa. Motivasi memandu dalam mengambil keputusan, dan kemaua menopang kehendak untuk menyelami suatu tugas sedemikian sehingga tujuan dapat dicapai (Corno; Garrison , dalam: http://www.slideshare.net/widemulia/asas-pendidikan-di-indonesia).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan pertimbangan diatas, maka belajar mandiri dapa diartikan sebgai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata.

Prof. Dr. Umar Tirtarahardja (1994) lebih lanjut mengemukakan bahwa dalam Asas Kemandirian dalam Belajar, guru tidak hanya sebagai pemberi dorongan, namun juga fasilitator, penyampai informasi, dan organisator

(Tirtarahardja, 1994: 123, dalam

http://www.academia.edu/7177215/Makalah_Asas_dan_Landasan_Pendidikan). Oleh karena itu perwujudan dari asas Kemandirian Dalam Belajar bukan hanya dalm kurikulum KTSP, namun juga dalam bentuk ekstrakulikuler. Sedangkan dalam lingkup perguruan tinggi terwujud dengan kegiatan tatap muka, kegitan terstuktur dan mandiri. Dalam bukunya yang berjudul “Contextual Teaching and Learning “ Elanie B. Johnson (2009), berpendapat bahwa dalam pembelajaran mandiri , seorang guru yang berfaham “Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual”. Lebih lanjut Johnson mengungkapkan bahwa kelak jika proses belajar mandiri berjalan dengan baik, maka peserta didik akan mampu membuat pilihan-pilihan positif tentang bagaimana mereka akan mengatasi kegelisahan dan kekacauan dalam kehidupan sehari-hari Johnson,2009: 179, dalam

http://www.academia.edu/7177215/Makalah_Asas_dan_Landasan_Pendidikan). Dengan kata lain , proses belajar mandiri atau kemandirian dalam belajar akan mampu menggiring manusia untuk tetap belajar sepanjng hayatnya.

(14)

Dari pembahasan tentang aliran dan asas dalam pendidikan yang menjadi acuan untuk melaksanakan pendidikan di Indonesia. Dalam pembahasan aliran, yang pada intinya aliran tersebut membahas tentang pengaruh lingkungan dan potensi yang dimiliki oleh anak didik sendiri. Aliran merupakan suatu pemikiran dari orang-orang ahli yang berpendapat tentang pengaruh lingkungan dan pembawaan dari lahir terhadap perkembangan anak didik. Seiring perkembangan zaman, pendidikan yang diterapkan akan semakin berkembang pula. Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan membekali tenaga pendidik dengan wawasan kesejarahan, yakni mampu memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan kebutuhan masa kini, serta perkiraan atau antisipasi masa yang akan datang. Sedangkan asas merupakan konsep yang membahas tentang arahan dalam merancang dan melaksanakan pendidikan. Hubungan aliran dan asas dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut.

a. Perencana Pendidikan

Perencanaan pendidikan merupakan suatu program atau sistem yang mengatur jalannya pendidikan yang akan dilaksanakan. Dalam menyusun perencanaan pendidikan harus mempunyai dasar sebagai arahan dalam merancang pelaksanaan pendidikan. Peran aliran dan asas pendidikan tersebut yang akan menjadi dasar dalam perencanaan pendidikan. Dalam perencanaan pendidikan harus memenuhi tuntutan dan kebutuhan pendidikan masa kini dan yang akan datang. Oleh sebab itu perencanaan pendidikan harus dibuat dengan sebaik-baiknya, karena manyangkut pelaksanaan pendidikan yang akan dilaksanakan. Sehingga dengan perencanaan pendidikan dengan harapan dapat mendidik dan mengembangkan potensi yang terdapat dalam diri anak didik tersebut. b. Pelaksanaan Pendidikan

(15)

pendidik harus mengetahui tuntutan dan kebutuhan yang terjadi ketika melaksanakan pendidikan. Seperti halnya yang mempengaruhi anak didik dalam pendidikannya. Lingkungan disekitarnya harus mendukung dan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak didik tersebut serta peran pendidik harus berpedoman dalam semboyan asas pendidikan yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.

c. Evaluasi Pendidikan

Hasil pendidikan dapat dilihat setelah melaksanakan pendidikan dan proses dalam pendidikan yang telah dilaksanakan. Hasil tersebut perlu adanya evaluasi, yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan dalam pelaksanaan pendidikan sebelumnya. Tuntutan dan kebutuhan dalam melaksanakan pendidikan terpenuhi atau justru masih banyak yang kurang. Oleh karena itu, evaluasi tersebut perlu dikembangkan dan diteliti lebih lanjut untuk melaksanakan pendidikan yang akan datang demi mengembangkan pendidikan yang lebih baik guna memupuk potensi yang terdapat dalam anak didik tersebut.

d. Pembaruan Pendidikan

Hasil dari evaluasi tersebut yang akan disepakati dan akan dilaksanakan kembali ke dalam pelaksanaan pendidikan. Mengembangkan dan memperbarui hasil dari pelaksanaan pendidikan sebelumnya yang tetap mengacu pada aliran dan asas pendidikan yang sesuai dengan kondisi masyarakat serta perkembangan zaman. Sehingga pendidikan yang akan datang lebih efektif dan efisien untuk mengembangkan potensi anak didik serta proses pendidikan yang lebih baik.

(16)

ayat 1, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, berbunyi :

“Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.”

Adapun pengertian dari tiga jalur pendidikan sebagai berikut. a. Pendidikan Formal

Sesuai dengan Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diperjelas dengan Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Dasar penyelenggaraan pendidikan formal juga telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan, khususnya Pasal 60 ayat 1 yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan formal meliputi : pendidikan anak usia dini jalur formal berupa Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA), pendidikan dasar (contohnya : SD, MI, SMP, MTs), pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, MAK), dan pendidikan tinggi (contohnya : Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, Doktor).

b. Pendidikan Nonformal

Definisi pendidikan nonformal menurut Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang diperkuat dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, khususnya Pasal 1 ayat 31 menyebutkan bahwa pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

(17)

nonformal dan penyelenggaraan program pendidikan nonformal. Selanjutnya, lebih spesifik penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal diatur di dalam Pasal 100 ayat 2, sedangkan penyelenggaraan program pendidikan nonformal diatur di dalam Pasal 100 ayat 3.

1) Penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal meliputi satuan pendidikan : Lembaga kursus dan lembaga pelatihan, Kelompok belajar, Pusat kegiatan belajar masyarakat, Majelis taklim, Pendidikan anak usia dini jalur nonformal.

2) Penyelenggaraan program pendidikan nonformal meliputi : Pendidikan kecakapan hidup, Pendidikan anak usia dini (contohnya : Kelompok bermain, Taman penitipan anak), Pendidikan kepemudaan (Organisasi keagamaan, Organisasi pemuda, Organisasi kepanduan/kepramukaan, Organisasi palang merah, Organisasi pecinta alam & lingkungan, Organisasi kewirausahaan, Organisasi masyarakat, Organisasi seni dan olahraga, Organisasi lain yang sejenis), Pendidikan pemberdayaan perempuan, Pendidikan keaksaraan, Pend. ketrampilan & pelatihan kerja, Pendidikan Kesetaraan (Program paket A setara SD/MI, Program paket B setara SMP/MTs, Program paket C setara SMA/MA, Paket C Kejuruan setara SMK/MAK).

Pendidikan nonformal berfungsi sebagai penambah pada pendidikan formal apabila pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh peserta didik pada satuan pendidikan formal dirasa belum memadai. Pendidikan nonformal berfungsi sebagai pelengkap apabila peserta didik pada satuan pendidikan formal merasa perlu untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui jalur pendidikan nonformal.

(18)

kewenangan masing-masing, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Pendidikan Informal

Di dalam Pasal 1 ayat 13 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, telah dituliskan secara gamblang apa yang dimaksud dengan pendidikan informal. PENDIDIKAN INFORMAL adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Penyelenggaraan kegiatan pendidikan informal telah tertuang pada Pasal 27 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, dan juga Pasal 116 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010. Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Salah satu contoh pendidikan informal adalah pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Pendidikan yang dilakukan oleh keluarga adalah salah satu dasar yang akan membentuk watak, kebiasaan, dan perilaku anak di masa depannya nanti.

(19)

PENUTUP

Kesimpulan

(20)

ini yaitu aliran esensialisme(dalam aliran modern)dimana pendidikan yang hanya terpampang pada bahan ajar dan guru dijadikan sebagai pusat pendidikan.

Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dijelaskan di atas,saran penulis untuk permasalahan tersebut adalah dengan pendidikan yang seperti sekarang ini seharusnya dalam pelaksanaannya tidak hanya berfokus pada penyeleseian kurikulum saja namun disetiap waktu yang ada diberikan pendidikan karakter dan pendidikan yang mendorong pemikiran-pemikiran bernalar peserta didik agar pendidikan bukan hanya sebagai tempat menimba ilmu yang diberikan pengajar melainkan sebagai tempat mengmbangkan diri disamping untuk mendapatkan ilmu dari apa yang disampaikan pengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Suardi,Mohammad.2012.Pengantar Pendidikan:Teori dan Aplikasi .Jakarta: PT INDEKS.

Nadirah, Sitti.2013.Lentera Pendidikan: Anak Didik Perspektif Nativisme, Empirisme, dan Konvergens,(Online), (http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=

(21)

w&sig2=pYkEPVmIFuczmyvSTjI_Vw&bvm=bv.103073922,d.c2 E), diakses 06 Oktober 2015.

Mudyahardjo,Redja.2012.Pengantar Pendidikan:Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.Jakarta:Rajawali Pers

Amri,Sofan&Iif Khoirul Ahmadi.2010.Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.jakarta:Prestasi Pustaka

Ahmadi,Rulam.2014.Pengantar Pendidikan: Asas dan Filsafat Pendidikan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media

http://www.slideshare.net/guzaal/kelompok-7-penerapan-landasan

dan-asas-pendidikan-dalam-sekolah( kelompok 7, Shinta Andarista Ragastria, Punky Ahmad Sulaiman, Muhammad Zulfahmi: penerapan landasan dan asas pendidikan dalam aplikasi pembelajaran , UNESA)

Burhanuddin,Afid.2013.Asas-Asas Pendidikan,(online),

(

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui perbedaan kemampuan analisis peserta didik dalam mata pelajaran ekonomi antara kelas eksperimen yang menggunakan metode inkuiri terbimbing dan kelas

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Nurhakim (1993) yang mendapatkan bahwa ukuran ikan kembung pertama kali matang gonad adalah 20,4 cm untuk jantan dan 19,2cmuntuk betina

IDS adalah salah satu sistem yang dikembangkan untuk mendeteksi serangan berdasarkan informasi yang diperoleh dari merekam trafik pada jaringan (J..

THE IMPLEMENTATION OF MNEMONIC DEVICE BY USING PICTURES TO IMPROVE SEVENTH GRADERS’ SHORT FUNCTIONAL TEXTS.

Thus, these "dialects" are not dialects or varieties of a particular language in the same sense as in the first usage; though they may share roots in the same family or

13 292 Kementerian Pertanian 1 Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2010 dan 2011 pada Kementerian Pertanian, Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Wilayah

Trend, yaitu gerakan yang berjangka panjang yang menunjukkan adanya kecenderungan menuju ke satu arah kenaikan dan penurunan secara keseluruhan dan bertahan dalam jangka waktu

46 tahun 2013 dan kontribusi terhadap PPh pasal 4 ayat 2 pada KPP Pratama Sekayu masih cendrung tidak efektif dan kurang berkontribusi, namun laju pertumbuhan penerimaan