• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi dan Pemanfaatan Plankton Pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Eksplorasi dan Pemanfaatan Plankton Pada"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Eksplorasi dan Pemanfaatan Plankton Pada Wilayah Pesisir

(diajukan unutk memenuhi tugas mata kuliah Eksplorasi)

Andi Wahyu D. 230210110013 Giri Wibawa 230210110015 Widiati Anugrah 230210110023 Arbyanto Azmi 230210110029 Nindita Oriana 230210110039 Awal Ahmad A. 230210110042 Okliandi S. 230210110045 Dyah Retno W. 230210110055

Cholik K. 230210110058

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JATINANGOR

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan plankton di suatu ekosistem sangatlah penting, karena fungsinya sebagai produsen primer atau karena kemampuanya dalam mensintesa senyawa organik dari senyawa anorganik melalui suatu proses fotosintesa. Pada umumnya, faktor pemanfaatan suatu perairan ditentukan oleh tingkat kesuburan perairan yang dapat diukur dengan kelimpahan produsen primer yang terdapat pada perairan tersebut. Keberadaan produsen primer di dalam ekosistem perairan dapat menunjang kelangsungan hidup organisme lainnya. Salah satu organisme yang merupakan produsen primer perairan adalah plankton, sehingga dengan mengetahui struktur komunitas plankton yang meliputi komposisi, kelimpahan, dan keanekaragaman serta spesies deficit, plankton dapat digunakan sebagai salah satu indikator biologis suatu perairan. Kualitas suatu perairan terutama perairan menggenang dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang akan mempengaruhi tingkatan trofik suatu perairan. Fluktuasi dari populasi plankton sendiri dipengaruhi terutama oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya, arus, kandungan unsur hara, dll.

Plankton mempunyai peranan yang sangat penting di dalam ekosistem bahari, dapat dikatakan sebagai pembuka kehidupan di planet bumi ini, karena dengan sifatnya yang autotrof mampu merubah hara anorganik menjadi bahan organik dan penghasil oksigen yang sangat mutlak diperlukan bagi kehidupan makhluk yang lebih tinggi tingkatannya.

(3)

1.2 Tujuan

Tujuan disusunnya makalan ini, selain untuk memenuhi kriteria penilaian mata kuliah yang bersangkutan, adalah untuk :

1. Mengetahui metode-metode apa saja yang dapat digunakan dalam mengeksplor plankton pada suatu perairan.

2. Mengetahui tahapan dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk setiap metode pengeksplorasian plankton.

(4)

BAB II ISI

2.1 Pengertian dan Klasifikasi

Secara umum plankton dapat diartikan menjadi segala makhluk renik, baik tumbuhan atau hewan yang hidupnya mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus. Plankton adalah mikroorganisme yang hidup melayang dalam air, dimana kemampuan renagnya terbatas, menyebabkan mikroorganisme tersebut mudah hanyut oleh gerakan atau arus air (Bougius, 1976). Menurut Nyabakken (1992), plankton adalah kelompok-kelompok organisme yang hanyut bebas dalam laut dan daya renangnya sangat lemah. Kemampuan berenang organism-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan air, hal ini berbeda dengan hewan laut lainnya yang demikian gerakan dan daya renangnya cukup kuat untuk melawan arus laut.

(5)

yang menjadi makanannya. Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub. Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Kelompok zooplankton yang paling umum ditemui antara lain: kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod), kaetognat (chaetognath). Berdasarkan lokasinya plankton dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Plankton yang hidup di air tawar ( salinitas 0 – 10 ppt)

2. Plankton yang hidup di air tawar dan air laut (salinitas 10 – 20 ppt) 3. Plankton yang hidup di air laut (salinitas lebih dari 20 ppt)

2.2 Metode dan Tahapan Eksplorasi Plankton 2.2.1 Metode Eksplorasi Plankton

Berdasarkan beberapa jurnal referensi ditarik kesimpulan bahwa eksplorasi plankton pada suatu perairan dapat dilakukan dengan 3 metode utama, yaitu:

a. Eksplorasi pada kolom air

Pada eksplorasi kolom air, dilakukan pengambilan sampel air secara vertikal maupun horizontal dengan bantuan berbagai macam alat pengambil sampel air (Nansen bottle, water bottle, pipa hisap, dsb.). Dimana sampel air akan disaring dengan bantuan plankton net untuk memadatkan jumlah plankton yang terkandung pada setiap milliliter air. Proses pengambilan sampel pada kolom air dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1. Sampling plankton secara kualitatif

Dilakukan dengan cara menarik plankton net secara vertical atau horizontal pada perairan.

2. Sampling plankton secara kuantitatif

Pada umumnya sampling plankton secara kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan botol, jarring, atau pompa.

b. Eksplorasi pada sedimen

(6)

bantuan berbagai macam corer yang disesuaikan dengan keadaan batimetri perairan (phleger-corer, multi-corer, piston-core, grab-sampler, box-corer, gravity-corer, dsb.). kemudian sampel diawetkan dengan cara didinginkan dalam cooler box. Identifikasi dilakukan pada laboratorium.

c. Eksplorasi pada permukaan air dengan bantuan remote sensing

Dilakukan dengan cara pengunduhan data citra satelit dan memodifikasi citra pada

software untuk memunculkan penggambaran persebaran dan kelimpahan klorofil-a pklorofil-adklorofil-a suklorofil-atu perklorofil-airklorofil-an.

2.2.2 Prosedur Eksplorasi Plankton

a. Eksplorasi pada kolom air

 Alat dan bahan :

GPS, echosounder, alat pengambil sampel air (Nansen bottle, water bottle, pipa hisap, dsb.), plankton net, botol sampel, label, mikroskop,

haemocytometer, cover glass, bahan pengawet (lugol, formalin, alkohol, dsb.).

 Prosedur :

Pertama dilakukan penentuan stasiun secara vertikal dan horizontal dengan bantuan GPS dan echosounder. Kemudian dilakukan pengambilan sampel air, yang dapat dilakukan dengan alat bantu pengambil sampel air kemudian dilakukan penyaringan dengan plankton net atau dapat dilakukan secara langsung dengan plankton net yang di ikatkan pada perahu/kapal yang kemudian ditarik dengan kecepatan dan kedalaman yang terkontrol. Sampel air hasil saringan diawetkan dengan diberi beberapa tetes zat pengawet. Pada laboratorium sampel diidentifikasi jenis dan kerapatannya dibawah mikroskop.

b. Eksplorasi pada sedimen

 Alat dan bahan :

(7)

 Prosedur :

Pertama dilakukan penentuan stasiun dengan bantuan GPS dan

echosounder untuk penentuan batimetri perairan. Kemudian dilakukan pengambilan sampel sedimen dengan bantuan corer, sampel yang diperoleh dimasukkan pada botol sampel/ziplock bag dan di awetkan dalam cooler box berisi es. Pada laboratorium sampel dicuci dengan menggunakan saringan lalu diidentifikasi jenis dan kerapatannya dibawah mikroskop.

c. Eksplorasi pada permukaan air dengan bantuan remote sensing

 Alat dan bahan :

komputer, data citra satelit, perangkat lunak pengolah citra.

 Prosedur :

Data citra satelit yang menyediakan informasi produktivitas primer diunduh, kemudian di olah pada software pengolah citra. Dimana pada

software, citra diolah sedemikian rupa hingga memunculkan gambaran persebaran dan kelimpahan klorofil-a pada perairan.

 Kelebihan dari metode ini adalah lebih praktis dan tidak mengeluarkan

biaya sebanyak metode yang diatas, akan tetapi data yang diperoleh hanya berupa persebaran dan kelimpahan produktivitas primer pada permukaan perairan saja. Sedangkan pada metode lainnya selain diperoleh data

(8)

lain budidaya plankton sebagai pakan ikan, pengolahan plankton sebagai suplemen makanan, agen bioremediasi, bahan bakar alternatif serta penentuan wilayah penangkapan berdasarkan sebaran plankton pada perairan.

2.3.1 Rotifera sebagai pakan ikan

Besar bukaan mulut larva ikan yang kecil mengharuskan pada pembudidaya selektif dalam memilih pakan. Saat ini berbagai jenis plankton telah banyak dibudidayakan sebagai pakan ikan. Jenis plankton tersebut antara lain plankton kelas rotifera dan artemia. Menurut TESHIMA et al. (1980) rotifer merupakan jenis plankton yang paling sering digunakan pada panti perbenihan ikan laut karena memiliki keuntungan disbanding zooplankton lainnya. Keuntungan rotifer sebagai pakan ikan disbanding dengan jenis lain adalah:

 Mudah dicerna oleh larva ikan,

 Memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva ikan,

 Memiliki gerakan yang sagat lambat sehingga mudah ditangkap oleh larva

ikan,

 Mudah untuk dibudidayakan secara missal,

 Memiliki kurun waktu pertumbuhan dan perkembangan yang cepat,

 Tidak menghasilkan racun atau zat yang berbahaya bagi larva ikan,

 Memiliki nilai gizi yang baik bagi pertumbuhan larva ikan.

Terdapat beberpa metoda yang banyak dilakukan untuk budidaya rotifer antara lain metoda panen harian, penambahan air dan konvensional.

a. Metoda Panen Harian

(9)

plankton net ukuran 90 mikron, kemudian rotifer tersebut dikembalikan kedalam tangki budidaya. Panen harian dapat dilakukan selama 2-3 bulan. Bila air media telah kotor, maka 80% volume air harus diganti dengan cara menyipon. Setelah itu tangki budidaya diisi dengan air Chlorella sp. sampai penuh. Pencucian tangki filter harus dilakukan setiap 5-7 hari sekali. Hasil penelitian kultur rotifer dengan sistem panen harian pada salinitas berbeda diperoleh nilai kepadatan rotifer tertinggi sebesar 162 ind/ml pada salinitas 10 ppt. Persentasi terbesar induk rotifer yang membawa telur sebesar 275% yang diperoleh pada salinitas 20 ppt. Ukuran panjang lorika rotifer antara 75-190 Um dengan lebar antara 64-150 Um (REDJEKI & ISMAIL 1995a).

b. Sistem penambahan air

(10)

c. Sistem konvensional

Sistem ini juga menggunakan metoda "daily tank transfer" dimana menggunakan tangki kultur Chlorella dan rotifer yang berbeda. Kultur Chlorella sp. dilakukan pada tangki yang jauh terpisah dengan kultur rotifer. Pada sistem ini tangki rotifer diisi dengan media Chlorella. Setelah kepadatan Chlorella sp. mencapai 20-30 juta sel/ml, benih rotifer diinokulasikan dengan padat penebaran 10 ekor/ml. Setelah kepadatan Chlorella turun antara 1-3 juta sel/ml, maka rotifer harus dipanen dengan cara menyipon dan menyaringnya dengan plankton net ukuran 90 Um. Sistem ini dapat diperoleh kepadatan rotifer sebesar 100-300 ind/ml

2.3.2 Chlorella sebagai suplemen makanan

Chlorella adalah ganggang hijau bersel tunggal yang hidup di air tawar, air laut, dan pada tempat-tempat yang basah. Ganggang ini memiliki tubuh seperti bola. Berwarna hijau dan tidak motil serta tidak memiliki flagella. Selnya berbentuk bola berukuran sedang dengan diameter 2-10 mm, tergantung spesiesnya, dengan chloroplas berbentuk cangkir. Selnya bereproduksi dengan membentuk dua sampai delapan sel anak didalam sel induk yang akan dilepaskan dengan melihat kondisi lingkungan. Berikut adalah manfaat yang dapat diberikan oleh chlorella sebgai suplemen makanan:

 Membantu meningkatkan regenerasi sel

 Membantu memberbaiki proses pencernaan

 Chlorella dapat mengeluarkan toksin seperti timah hitam, air raksa,

cadmium, arsenik, pestisida, uranium, obat pembasmi serangga (insektisida), P.C.B. (Polychlorbiphenyl ) dan lain lain dari tubuh.

 Meningkatkan kekebaralan tubuh dan berpotensi sebagai anti kanker.

 Kandungan klorofil pada chlorella membantu menstimulasi produksi sel

darah merah dalam tubuh.

(11)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

 Plankton dapat dieksplorasi dengan tiga metode utama yaitu eksplorasi pada kolom air, eksplorasi pada sedimen dan eksplorasi pada kolom air dengan bantuan remote sensing

 Beberapa jenis plankton yang ditemukan pada perairan dengan salinitas 21-34ppt antara lain dinoflagellata, diatom, artemia, naupilus dan berbagai jenis alga seperti cyanophyceae, rhodophyceae, chlorophyceae, euglenophyceae dan pyrrhophyceae

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Usman, Muh. Shabir, J. D. Kusen, dan J. R.T.S.L Rimper. 2013. Struktur Komunitas Plankton Di Perairan Pulau Bangka Kabupaten Minahasa Utara.

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013: 51-17. Rositasari, Ricky dan Y. Witasari. 2011. Kajian Paleoklimat Berdasarkan

Karakteristik Mineral dan Foraminifera Di Pesisir Cirebon, Jawa Barat. Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2011) 37(1): 19 – 28.

Putra, Adie W., Zahidah, dan W. Lili. 2012. Struktur Komunitas Plankton Di Sungai Citarum Hulu Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3 No. 4 Desember 2013: 313-325.

Blakar, I.A. 1978. A simple water and plankton sampler. Freshwater Biology 8 (6): 533-537

Hutagalung, H., D. Setiapermana & S.H. Riyono. (eds). 1997. Metode analisis air laut, sedimen dan biota. Buku 2. Puslitbang Oseanologi LIPI-UI, Jakarta.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan penyaluran Dana Desa di jelaskan oleh Muh Ramli Arsyad (WWC 24.01.2018) menyampaikan bahwa pelaksanaan penyaluran dana desa laksanakan sesuai rencana

Terkait dengan hal-hal tersebut di atas, dari sekian banyak persoalan hukum yang dapat lahir dari suatu transaksi atau kontrak dagang internasional, khususnya perjanjian jual

membahas keberadaan seni kethoprak di wilayah Kelurahan Patangpuluhan. Pada  pertemuan  tersebut  tim  pengabdi  menjelaskan  tentang  arti  pentingnya  pelestarian 

Sedangkan data sekunder berupa cara perhitungan energi manusia dan peralatan yang digunakan selama tahapan proses produksi, faktor emisi pada beberapa bahan bakar, serta

Hasil penelitian yang telah dilakukan menjelaskan bahwa penyebab dihapuskannya Biro Humas Setda Provinsi Jawa Tengah adalah Baik di tingkat nasional maupun daerah,

Masyarakat yang hanya memiliki 2 anggota keluarga sebanyak 9,6% memilih ketersediaan fasilitas perbelanjaan (pertokoan) mempengaruhi responden dalam menentukan karakteristik

[r]

Hasil penelitian ini sesuai dengan model teoritis Update D&M IS Success Model yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan yang salah satunya berisi pelayanan dalam hal