• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Menggunakan Analisis Jalur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Menggunakan Analisis Jalur"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

2.1 Gambaran Umum Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik (BPS) adalah lembaga Negara No Departemen. BPS melakukan

kegiatan yang ditugaskan oleh pemerintah anatar bidang pertanian, agrarian, pertambangan,

kependudukan, sosial, ketenagakerjaan, keuangan, pendapatan, dan keagamaan. Selain

hal-hal diatas BPS juga bertugas untuk melaksanakan koordinasi di lapangan, kegiatan statistik

dari segenap instansi baik dipusat maupun didaerah dengan tujuan mencegah dilakukannya

pekerjaan yang serupa oleh dua atau lebih instansi, memajukan keseragaman dalam

penggunaan defenisi, klasifikasi dan ukuran-ukuran lainnya.

2.1.1 Visi dan Misi Badan Pusat Statistik 1. Visi BPS

Pelopor data statistik

2. Misi BPS

a. Memperkuat landasan konstitusional dan operasional lembaga statistik untuk

penyelenggaraan statistik yang efektif dan efisien.

b. Menciptakan insan statistik yang kompeten dan profesional, didukung

pemanfaatan teknologi informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan

Indonesia.

c. Meningkatkan penerapan standar klasifikasi, konsep dan defenisi, pengukuran

dan kode etik statistik yang bersifat universal dalam setiap penyelenggaraan

statistik.

d. Meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak.

e. Meningkatkan koordinasi, integrasi dan sinkronasi kegiatan statistik yang

diselenggarakan pemerintah dan swasta, dalam kerangka Sistem Statistik

Nasioanal (SSN) yang efektif dan efisien.

(2)

1. Tugas

BPS mempunyai tugas pemrintahan di bidang kegiatan statistik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas seperti disebutkan diatas, BPS menyelenggarakan fungsi sebagai

berikut:

a. Pengkajian, penyusunan, dan perumusan kebijakan di bidang statistik.

b. Pengkoordinasian kegiatan statistik nasional dan regional.

c. Penetapan dan penyelenggaraan statistik dasar.

d. Pembinaan dan fasilitasi terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kegiatan

statistik

e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi, tata laksana, kepegawaian, keuangan,

kearsipan, kehumasan, hukum, perlengkapan dan rumah tangga.

3. Kewenangan

Dalam menyelenggarakan fungsi seperti disebutkan diatas, BPS mempunyai kewenangan

sebagai berikut:

a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.

b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro.

c. Penetapan sistem informasi di bidangnya.

d. Penetapan dan penyelenggaraan statistik nasional.

e. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yaitu:

- Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kegiatan statistik.

(3)

2.2 Konsep Pembangunan Manusia

United Nation Development Program (UNDP) mendefinisikan sebagai suatu proses untuk

memperluas pilihan-pilhan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut ditempatkan sebagai

tujuan akhir (the ultimate end), sedangkan upaya pembangun dipandang sebagai sarana

(principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan

pembangunan manusia, empat pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas,

pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995: 12). Secara ringkas hal pokok

tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Produktivitas

Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi

penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan pekerjaan nafkah. Pembangunan

ekonomi, yang dengan demikian merupakan himpunan bagian dari model

pembanguna manusia.

2. Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk mendapatkan

akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial.

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk

generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia dan

lingkungan harus selalu diperbarui (replenished).

4. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan

menentukan bentuk atau arah kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan

mengambil manfaat dari proses pembangunan, karenanya pembangunan harus

menyeluruh.

2.2.1 Komponen Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI) merupakan

suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap

sangat mendasar, yaitu:

(4)

Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang

dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Penghitungan angka harapan hidup

melalui pendekatan tak langsung (inderect estimation). Jenis data yang digunakan

adalah Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH).

2. Tingkat Pendidikan

Salah satu komponen pembentuk IPM adalah dari dimensi pengetahuan yang diukur

melalui tingkat pendidikan. Dalam hal ini, indikator yang digunakan adalah rata-rata

lama sekolah (means years of schooling) dan angka melek huruf.

3. Standart Hidup Layak

Dimensi lain dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standart hidup layak. Dalam

cakupan lebih luas, standart hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang

dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi.

2.3 Konsep Dasar Analisis Jalur

Analisis jalur merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji hubungan kausal

antara dua atau lebih variabel. Esensi dari analisis jalur adalah didasarkan pada sistem

persamaan linear. Sistem hubungan kausal atau sebab akibat menyangkut dua jenis variabel,

yaitu variabel bebas yang diberi simbol X1, X2, ..., Xk dan variabel tak bebas diberi simbol

Y1, Y2, ..., Yi.

Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam analisis jalur dapat berupa

pengaruh langsung maupun tidak langsung. Hal ini berbeda dengan model regresi di mana

pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas hanya berupa pengaruh langsung.

Pengaruh tidak langsung suatu variabel bebas (independent) terhadap variabel tidak langsung

(dependent) melalui variabel lain yang disebut variabel antara (intervening variable).

Dalam analisis jalur dikenal istilah variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel

endogen atau variabel yang mempengaruhi adalah variabel yang variasinya diasumsikan

terjadi bukan karena sebab-sebab dalam model. Atau dalam diagram, tidak ada anak-anak

panah yang menuju kearahnya selain pada bagian kesalahan pengukuran. Sedangkan variabel

endogen atau variabel yang dipengaruhi adalah variabel yang variasinya terjelaskan oleh

variabel eksogen ataupun variabel endogen lain dalam model.

(5)

Teknik analisis yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahun 1934, sebenarnya merupakan

pengembangan korelasi yang diurai menjadi beberapa interpretasi akibat yang

ditimbulkannya. Lebih lanjut, analisis jalur mempunyai kedekatan dengan regresi berganda.

Dengan kata lain, regresi berganda merupakan bentuk khusus dari analisis jalur (Sarwono,

2007). Analisis jalur atau yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun

1920-an oleh seorang ahli genetika, yaitu Sewall Wright. Analisis jalur (path analysis) sendiri

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh-pengaruh yang ada pada seperangkat variabel eksogen

terhadap variabel endogen.

Menurut Sarwono (2007:1) terdapat definisi analisis jalur, diantaranya:

1. Analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang

terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel terikat

tidak hanya secara langsung, tetapi secara tidak langsung (Robert D. Rutherford,

1993).

2. Analisis jalur adalah pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan

untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan dan signifikansi hubungan

sebab-akibat variabel (Paul Webley, 1997).

3. Analisis jalur adalah model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji

keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab-akibat

yang dibandingkan oleh peneliti (David garson, 2003).

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya analisis jalur adalah

perluasan atau pengembangan dari analisis regresi berganda (multiple regression). Jadi,

analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan

untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel bebas

(eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Analisis jalur merupakan teknik analisis yang

digunakan untuk mempelajari atau melihat hubungan kausal antara variabel bebas dan

variabel tak bebas.

2.5 Manfaat Analisis Jalur

Adapun manfaat atau kegunaan analisis jalur, yaitu :

(6)

b. Memprediksi nilai variabel endogen (terikat) berdasarkan variabel-variabel eksogen

(bebas).

c. Menentukan variabel eksogen (bebas) mana yang lebih berpengaruh terhadap variabel

endogen (terikat) dan menelusuri jalur-jalur pengaruh variabel eksogen (bebas)

terhadap variabel endogen (terikat). Hal ini dikenal dengan faktor determinan.

d. Pengujian model menggunakan theory trimming, baik untuk uji reliabilitas dari

konsep yang sudah ada maupun konsep baru.

2.6 Asumsi-asumsi Analisis Jalur

Asumsi yang mendasari analisis jalur sebagai baerikut:

a. Pada model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah bersifat linier, adaptif dan

bersifat normal.

b. Hanya sistem aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada kausalitas yang berbalik.

c. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan ratio.

d. Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk

memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel.

e. Observed variables diukur tanpa kesalahan instrument pengukuran valid dan reliable

artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung.

f. Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan

teori-teori dan konsep-konsep yang relevan artinya model teori yang dikaji atau diuji

dibangun berdasarkan teoritis tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas

antar variabel yang diteliti.

2.6.1 Uji Asumsi Analisis Jalur

Uji ini dimaksudkan untuk memastikan apakah metode analisis jalur dapat dipakai atau tidak.

Jika uji ini dapat dipenuhi, maka analisis jalur dapat digunakan. Pada prinsipnya uji asumsi

(7)

1. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk melihat tingkat kenormalan data yang digunakan, atau dengan kata

lain apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Tingkat kenormalan suatu

data sangatlah penting. Karena jika suatu data dikatakan berdistribusi normal maka data

tersebut dianggap dapat mewakili populasi (Priyatno, 2013). Data yang berdistribusi normal

akan ditandai dengan gambar yang berbentuk lonceng, jika tidak berarti data tersebut tidak

memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan keadaan dimana terjadi hubungan linear yang sempurna antar

variabel eksogen. Ada tidaknya multikolinieritas dapat diketahui dengan melihat nilai VIF

(Variance Inflation Factor) dan Tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan Tolerance > 0,1, maka

dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali dalam Priyatno, 2013).

3. Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi

klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan

pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya

autokorelasi dalam model regresi. Dalam analisis statistik, uji autokorelasi dapat dilakukan

dengan beberapa metode antara lain seperti uji Durbin-Watson dan uji run test. Metode

pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol ditolak, yang

berarti terdapat autokorelasi.

b. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak

ada autokorelasi.

c. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak

menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang bergantung

banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan.

Namun demikian, uji Watson mempunyai kelemahan yaitu jika nilai

Durbin-Watson terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dL) dan (4-dU), maka tidak menghasilkan

(8)

maka alternatif yang baik untuk mengatasi masalah autokorelasi ini dengan menggunakan

metode lain seperti uji run test.

Pengambilabian keputusan pada uji run test adalah:

1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil < dari 0,05 maka terdapat gejala

autokorelasi.

2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari > 0,05 maka tidak terdapat gejala

autokorelasi.

2.7 Model Analisis Jalur

Ada beberapa model analisis jalur mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang

lebih rumit, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Analisis Jalur Model Trimming

Model trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model

struktur jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen yang koefisien

jalurnya tidak signifikan (Heisei, 1969;59; Al-Rasyid & Sitepu, 1994:12; Kusnendi,

2005:12). Jadi, model trimming terjadi ketika koefisien jalur diuji secara keseluruhan

ternyata ada variabel yang tidak signifikan. Walaupun ada satu,dua atau lebih variabel

yang tidak signifikan, peneliti perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang

telah dihipotesiskan.

Cara menggunakan model trimming yaitu menghitung ulang koefisien jalur

tanpa menyertakan variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan.

2. Analisis Jalur Model Dekomposisi

Model dekomposisi adalah model yang menekankan pada pengaruh yang bersifat

kausalitas antar variabel, baik pengaruh langsung ataupun tidak langsung dalam

kerangka path analysis, sedangkan hubungan yang sifatnya nonkausalitas atau

hubungan korelasional yang terjadi antar variabel eksogen tidak termasuk dalam

(9)

Perhitungan menggunakan analisis jalur dengan menggunakan model

dekomposisi. Pengaruh kausal antar variabel dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

Direct Causal Effects (Pengaruh Kausal Langsung) adalah pengaruh satu

variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi tanpa melalui

variabel endogen lain.

Indirect Causal Effects (Pengaruh Kausal Tidak Langsung) adalah pengaruh

satu variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi melalui variabel

endogen lain terdapat dalam satu model kausalitas yang dianalisis.

Total Causal Effects (Pengaruh Kausal Total) adalah jumlah pengaruh kausal

langsung dan pengaruh kausal tidak langsung.

3. Model Regresi Berganda

Model ini merupakan pengembangan regresi sederhana dengan menggunakan dua

variabel eksogen, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel endogen Y.

Model digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Model Regresi Berganda

4. Model Mediasi

Model mediasi atau perantara di mana variabel Y memodifikasi pengaruh variabel X

(10)

Model ini digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Model Mediasi

5. Model Kombinasi Regresi Berganda dan Mediasi

Model ini merupakan kombinasi antara model regresi berganda dan mediasi, yaitu

variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan tidak langsung

mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y. Model digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Model Kombinasi Regresi Berganda dan Mediasi

6. Model Kompleks

Model ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1 secara langsung

mempengaruhi Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsung mempengaruhi Y2,

sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y1. Model digambarkan sebagai

berikut :

(11)

7. Model Rekursif dan Non Rekursif

Dari sisi pandang arah sebab-akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu rekursif dan

non-rekursif.

a. Model rekursif adalah model yang memperlihatkan bahwa adanya hubungan satu

arah di antara variabel-variabel eksogen yang ada terhadap variabel endogen.

Hubungan ini ditunjukkan dengan adanya panah satu arah yang hanya mengarah

kepada variabel endogen. Model rekursif dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.5 Model Rekursif

b. Model Non Rekursif adalah model yang menunjukkan adanya hubungan timbal

balik antar variabel eksogen dan variabel endogen. Hubungan tersebut

diperlihatkan dengan adanya anak panah yang terbalik (tidak searah). Model ini

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.6 Model Non Rekursif X1

X2

X3

Y1 Y2

X1

X2

X3

(12)

Adapun yang dimaksud dengan model non rekursif dapat diterangkan oleh contoh

diagram di atas. Di mana variabel Y1 ke Y2 kemudian berbalik lagi dari Y2 ke Y1,

atau dari variabel X1 ke Y1 kemudian panah berbalik lagi dari Y1 ke X1.

2.8 Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

Pada saat akan melakukan analisis jalur, disarankan untuk terlebih dahulu menggambarkan

secara diagramatik struktur hubungan kausal antara variabel penyebab dan varibel terikat.

Diagram ini disebut diagram jalur (path diagram), dan bentuknya ditentukan oleh proposisi

teoritik yang berasal dari kerangka pikir tertentu.

Gambar 2.7 : Diagram Jalur Hubungan Kausal dari X1 ke X2

Gambar di atas merupakan diagram jalur paling sederhana. Gambar 2.1 menyatakan

bahwa X1 sebagai variabel eksogen atau bebas yang mempengaruhi variabel endogen atau

terikat X2. Tetapi di luar daripada variabel X1 masih ada variabel lain yang tidak diukur dan dinyatakan sebagai variabel reisude (ε).

Persamaan strukturalnya adalah

Gambar 2.8 : Diagram Jalur Hubungan Kausal dari X1, X2, X3 ke X4

X1

X2

X3

X4

X1 X

(13)

Pada gambar di atas terdapat tiga buah variabel eksogen yaitu X1, X2, dan X3 serta sebuah variabel residu (ε). Pada diagram di atas juga menunjukkan hubungan kausal dari X1

ke X4, X2 ke X4 dan X3 ke X4, sedangkan hubungan X1 dengan X2, X2dengan X3 dan X1

dengan X3 menunjukkan hubungan korelasi.

Persamaan strukturalnya adalah :

Gambar 2.9 : Diagram Jalur Hubungan Kausal X1, X2, ke X3 dan dari X3 ke X4

Pada gambar terdapat dua buah sub-struktur. Pertama sub-struktur yang menyatakan

hubungan kausal dari X1 dan X2 ke X3 serta kedua, mengisyaratkan hubungan kausal dari X3

ke X4.

Persamaan strukturalnya adalah :

Pada sub-struktur pertama X1 dan X2 merupakan variabel eksogen dan X3 merupakan variabel endogen serta ε1 merupakan variabel residu. Pada sub-struktur kedua X3 merupakan

variabel eksogen dan X4merupakan variabel endogen, serta ε2 merupakan variabel residu.

Berdasarkan beberapa diagram jalur di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa semakin

kompleks sebuah hubungan struktural semakin kompleks diagram jalurnya dan semakin

banyak pula sub-struktur yang membangun diagram jalur tersebut. X4

X1

X3

X2

(14)

2.9 Koefisien Jalur

Besarnya pengaruh langsung dari suatu variabel eksogen terhadap variabel endogen

dinyatakan oleh besarnya nilai numerik koefisien jalur (path analysis) dari eksogen ke

endogen.

Gambar 2.10 : Hubungan Kausal dari X1, X2, ke X3

Hubungan antara X1 dan X2 adalah hubungan korelasi. Intensitas keeratan hubungan tersebut

dinyatakan oleh besarnya koefisien korelasi rx1x2. Hubungan X1 dan X2 ke X3 masing-masing

dinyatakan oleh besarnya nilai numerik koefisien jalur dan . Koefisien jalur

menggambarkan besarnya pengaruh langsung variabel residu terhadap X3.

Langkah kerja yang dilakukan untuk menghitung koefisien jalur adalah :

a. Merumuskan hipotesis, menggambarkan diagram jalur yang mencerminkan proposisi

hipotetik yang diajukan lengkap dengan persamaan srtrukturalnya.

b. Menghitung matriks korelasi antar variabel

Formula untuk menghitung koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakan

Product Moment Coefficient dari Karl Pearson.

(15)

Keterangan:

= koefisien korelasi variabel dan variabel

n = jumlah sampel

c. Mengidentifikasikan sub-struktur dan persamaan yang akan dihitung koefisien

jalurnya. Misalkan dalam sub-struktur dan persamaan yang akan telah diidentifikasi

terdapat k buah variabel eksogen, dan sebuah variabel endogen Xu yang dinyatakan

untuk menghitung koefisien residu (ε) dihitung dengan rumus :

d. Lalu hitung matriks korelasi antar variabel eksogen yang menyusun sub-struktur

tersebut.

e. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen

Cara mencari nilai inversnya dengan Rumus Berikut:

R-1 =

(16)

f. Menghitung semua koefisien jalur , di mana ; melalui rumus:

Keterangan :

= koefisien jalur variabel Xu dan Xi

= korelasi variabel Xu dan Xi

= invers matriks

Khusus untuk program SPSS menu analisis regresi, koefisien path ditujukan

oleh output yang dinamakan Coefficient yang dinyatakan sebagai Standardized

Coefficient atau yang dikenal dengan nilai Beta. Jika ada diagram jalur sederhana

mengandung satu unsur hubungan antara variabel eksogen dengan variabel endogen,

maka koefisien path-nya adalah sama dengan koefisien korelasi r sederhana.

g. Menghitung koefisien determinasi total

Untuk melihat seberapa besar kontribusi secara simultan antara variabel bebas dengan

variabel terikat digunakan rumus :

Keterangan :

adalah koefisien determinasi total X1, X2,..., Xk terhadap Xu atau

(17)

2.9.1 Pengujian Koefisien Jalur

Setelah melakukan perhitungan koefisien jalur selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi

koefisien jalur. Pengujian koefisien jalur dapat dilakukan baik secara parsial maupun secara

simultan (bersama-sama).

Langkah-langkah menguji koefisien jalur sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural.

b. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi.

- Gambarkan diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya dan rumuskan

persamaan strukturalnya yang sesuai hipotesis yang diajukan.

Hipotesis: Naik turunnya variabel endogen (Y) dipengaruhi secara signifikan oleh

variabel eksogen (X1 dan X2).

- Menghitung koefisien regresi untuk setiap sub struktur yang telah dirumuskan.

Hitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan:

Persamaan regresi berganda : Y = a + b1 x1 + b2 x2+ ε1

Keterangan:

Pada dasarnya koefisien jalur (path) adalah koefisien regresi yang

distandarkan yaitu koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang telah diset

dalam angka baku atau Z-score (data yang diset dengan nilai rata-rata = 0 dan

standar deviasi = 1). Koefisien jalur yang distandarkan (standardized path

coeeficient) ini digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh (bukan

memprediksi) variabel bebas (eksogen) terhadap variabel lain yang diberlakukan

sebagai variabel terikat (endogen).

c. Menguji koefisien jalur secara simultan (keseluruhan)

Uji hipotesis secara keseluruhan :

 Kaidah pengujian signifikansi secara manual : Menggunakan uji F

(18)

Di mana:

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel eksogen

= koefisien determinasi

Kriteria pengujian:

Jika maka tolak , artinya signifikan

Jika maka terima , artinya tidak signifikan

Dengan taraf signifikan (α) = 0,05

 Kaidah pengujian signifikansi : Program SPSS

 Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas

Sig atau (0,05 ≤ Sig ), maka H0 diterima, artinya tidak signifikan.

 Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas

Sig atau (0,05 ≥ Sig ), maka H0 ditolak, artinya signifikan.

d. Nilai Menguji koefisien jalur secara individual

Hipotesis yang diuji :

, artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogen ( ) terhadap variabel

endogen ( ).

, artinya terdapat pengaruh variabel eksogen ( ) terhadap variabel

endogen ( )

 Kaidah pegujian signifikansi secara manual : Menggunakan uji t

Dengan kriteria pengujian:

 Jika maka ditolak artinya terdapat pengaruh variabel

eksogen ( ) terhadap variabel endogen ( )

 Jika maka terima , artinya tidak terdapat pengaruh variabel

(19)

 Kaidah pengujian signifikansi : Program SPSS

 Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau (0,05 ≤ Sig ), maka H0 diterima, artinya tidak signifikan.

 Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas

Sig atau (0,05 ≥ Sig ), maka H0 ditolak, artinya signifikan.

e. Memaknai dan menyimpulkan.

Mengambil kesimpulan, apakah perlu dilakukan trimming atau tidak. Apabila terjadi

trimming, maka perhitungan harus diulang dengan menghilangkan jalur yang menurut

pengujian tidak bermakna (no significant).

2.10 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadapa Variabel Endogen

Pengaruh yang diterima oleh sebuah variabel endogen dari dua atau lebih variabel eksogen,

dapat secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Pengaruh secara sendiri-sendiri

(parsial), bisa berupa pengaruh langsung, bisa juga berupa pengaruh tidak langsung, pengaruh

tidak langsung serta pengaruh lainnya. Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh

tidak langsung serta pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen ecara parsial,

dapat dilakukan dengan rumus :

1. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel eksogens terhadap variabel

endogen dihitung dengan menggunakan rumus :

2. Besarnya pengaruh tidak langsung (indirect effect) variabel eksogen terhadap variabel

endogen dihitung dengan menggunakan rumus :

3. Pengaruh total (total effect) variabel eksogen terhadap variabel endogen dihitung

menggunakan rumus = pengaruh langsung + pengaruh tidak langsung :

Gambar

Gambar 2.1 Model Regresi Berganda
Gambar 2.3 Model Kombinasi Regresi Berganda dan Mediasi
Gambar 2.5 Model Rekursif
Gambar 2.8 : Diagram Jalur Hubungan Kausal dari X1, X2, X3 ke X4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Namun, berdasarkan studi awal penelitian terkait pasca konflik, diperoleh data awal bahwa bias- bias relasi antar kelompok (stereotip dan prasangka) masih bersemayam dalam

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Verynus (2013:5), dapat dilihat dari hasil penelitian tentang meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa kelas

(1990) dalam Ruslina (2014: 8) faktor-faktor yang mempengaruhi work-family conflict adalah: 1) Time Pressure , semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja maka

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

The response of students’ motivation towards the implementation of the problem-solving model in learning heat chapter shows positive response in two indicators; leisure

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan teori sastra, dengan hasil pembahasan bahwa solidaritas yang terdapat dalam pelaksanaan ritual tampung tawar

terhadap guru untuk meningkatkan pelaksanaan pada tindakan siklus II.Pada siklus II guru memperbaiki permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan

dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus.. dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa seperti Tradisi Tepung