• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III-Prioritas-2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB III-Prioritas-2007"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PRIORITAS DAN FOKUS PEMBANGUNAN JAWA TIMUR TAHUN 2007

3.1. KONDISI UMUM

Secara ringkas pelakasanaan pembangunan Pemerintah Propinsi Jawa Timur

dalam kurun waktu tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 dapat dikatakan

berhasil, hal ini dapat dilihat dari pencapain target-target kinerja yang tertuang pada

Peraturan Daerah nomor 19 tahun 2001 tentang Rencana Strategis Daerah

(Renstrada) Propinsi Jawa Timur 2001-2005. Secara umum kondisi Propinsi Jawa

Timur dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.1.1. Kehidupan Umat Beragama

Program pembangunan di bidang agama sangat strategis karena merupakan

pondasi dalam pembinaan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Melalui pembangunan bidang keagamaan diharapkan dapat meningkatkan kualitas

keimanan dan ketakwaan, perilaku etika dan moral meningkatkan kerukunan hidup

intern dan antar umat beragama, meningkatkan solidaritas antar umat beragama,

meningkatkan rasa kebersamaan antar umat beragama serta meningkatkan peran

dan fungsi lembaga keagamaan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan.

Secara umum kondisi kehidupan umat beragama di Jawa Timur sesuai

dengan harapan semua pihak ditandai dengan semaraknya kehidupan beragama

dan kerukunan hidup intern dan antar umat beragama saling menghormati dalam

menjalankan ajaran agama masing-masing baik islam, kristen, katolik, hindu

maupun budha.

Aspirasi yang berkembang ditengah masyarakat Jawa Timur tampaknya

mengharapkan agar agama benar-benar dapat berperan dalam kehidupan publik

baik ekonomi, politik, maupun pengembangan moralitas bermasyarakat, berbangsa

(2)

3.1.2. Pendidikan dan Kesehatan

Pendidikan

a. Tingkat Pendidikan Rata-Rata

Selama lima tahun terakhir rata-rata lama sekolah cenderung semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 rata-rata lama sekolah

sekitar 6,31 tahun dan selanjutnya secara berangsur terus mengalami

peningkatan hingga pada tahun 2005 menjadi 6,68 tahun. Pencapaian

ini masih lebih tinggi dibanding dengan standar kinerja pada tahun 2005

sebesar 6,10 tahun.

b. Angka Buta Huruf

Dari tahun ke tahun Angka Buta Huruf (ABH) untuk penduduk usia 10

tahun ke atas menunjukkan adanya penurunan. ABH pada tahun 2001

adalah 15,78 persen dan selanjutnya terus mengalami penurunan

hingga menjadi 12,59 persen pada tahun 2005 atau menurun sekitar

3,19 persen selama 5 tahun terakhir.

Rincian ABH menurut jenis kelamin, memperlihatkan bahwa angka ABH

bagi penduduk laki-laki lebih rendah dibanding ABH penduduk

perempuan. Tetapi yang cukup menggembirakan adalah kenyataan

bahwa kesenjangannya dari tahun ke tahun semakin berkurang. Untuk

penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2001 terdapat kesenjangan

sekitar 11,74 persen point antara ABH laki-laki dengan ABH perempuan

dan selanjutnya menurun menjadi 9,86 persen point pada tahun 2005.

c. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Pada tahun 2001, APS usia SD/MI adalah 96,92 persen dan kemudian

meningkat menjadi 97,51 persen pada tahun 2005. Hal ini berarti bahwa

untuk setiap 100 anak terdapat 97 anak yang masih sekolah. Dibanding

standar kinerja yang ditetapkan Pemerintah yaitu 97,20 persen, APS

SD/MI masih sedikit lebih besar.

Selanjutnya apabila diperhatikan perkembangan APS usia SLTP/ MTs

(3)

Pada tahun 2001 APS usia SLTP/MTs Jawa Timur adalah 81,59 persen

dan kemudian meningkat menjadi 84,63 persen pada tahun 2005, jauh

lebih tinggi dibanding standar kinerja yang ditetapkan Pemerintah Jawa

Timur yaitu sebesar 88,16 persen.

Sedangkan untuk APS usia SMU/MA/SMK juga cenderung meningkat.

Pada tahun 2001 APS usia SLTA adalah 51,53 persen dan kemudian

meningkat menjadi 54,64 persen pada tahun 2005.

Kesehatan

a. Penolong Persalinan oleh Tenaga Medis

Penolong terakhir persalinan oleh tenaga medis (dokter, bidan dan

lainnya) 2001 - 2005 memperlihatkan kecenderungan meningkat. Pada

tahun 2001 tercatat sebesar 67,80 persen dan pada tahun 2005

meningkat menjadi 77,50 persen.

b. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup (AHH)

AKB di jawa Timur dalam periode 1999 – 2005 memperlihatkan

kecenderungan menurun. Pada tahun 1999 AKB Jawa Timur adalah

sekitar 48 per 1000 kelahiran dan kemudian pada tahun 2005 turun

menjadi sekitar 34 per 1000 kelahiran hidup, yang berarti telah melebihi

target standar kinerja yang ditetapkan sebesar 39.

Demikian pula AHH Jawa Timur cenderung semakin meningkat. Pada

tahun 1999 AHH Jawa Timur adalah 65,48 tahun dan kemudian

meningkat menjadi 68,47 tahun pada tahun 2005, lebih tinggi dari

standar kinerja yang ditetapkan pemerintah sebesar 67.

3.1.3. Kemiskinan, Pengangguran dan Ketenagakerjaan

Kemiskinan

Pada tahun 2001 jumlah penduduk miskin di Jawa Timur adalah sebesar

7.267.093 jiwa (20,73 persen). Kemudian pada 2002, 2003 dan 2004

berturut-turut menjadi 7.181.755 jiwa (20,34 persen), 7.064.289 (19,52

(4)

Namun demikian persentase penduduk miskin Jawa Timur pada tahun 2005

mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu menjadi 8.390.996 jiwa

(22,51 persen). Oleh karena perkembangan di lapangan yang sangat

bervariasi terhadap kualitas dan validitas data kemiskinan, maka pada tahun

2006 Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan BPS melakukan verifikasi data

kemiskinan dengan menggunakan Pendataan Sosial Ekonomi yang semula

3.311.903 menjadi 3.236.857 rumah tangga miskin. Hal disebabkan karena

terjadinya perpindahan penduduk, meninggal dunia dan tidak layak sebagai

penduduk miskin.

Pengangguran dan Tenaga Kerja

Jumlah angkatan kerja pada tahun 2005 sebesar 18,59 juta jiwa,

sedangkan angkatan kerja yang tertampung sebesar 17,50 juta jiwa,

sehingga masih terdapat jumlah pengangguran pada tahun 2005 sebesar

1,08 juta orang.

Jumlah penganggur dalam periode tiga tahun terakhir terus meunjukkan

peningkatan pada tahun 2003 sebesar 1,081 juta, tahun 2004 meningkat

menjadi 1,01 juta dan tahun 2005 angka pengangguran menjadi 1,082 juta

jiwa

Meningkatnya jumlah pengangguran tersebut, disamping disebabkan karena

belum berkembangnya investasi di Jawa Timur, juga disebabkan karena

masih adanya PHK dan bertambahnya angkatan kerja baru, yang baru

keluar dari sekolah serta adanya TKI deprtasi dari luar negeri.

Perkembangan Angkatan Kerja dan Penganggur di Jawa Timur

Tahun 2003 – 2005

No. U r a i a n Satuan 2003 2004 2005

1. Angkatan Kerja Orang 18.098.250 17.690.238 18.591.324

2. Angkatan Kerja

Tertampung/Kesempatan Kerja.

Orang 17.228.156 16.679.068 17.509.103

3. Pencari Kerja/Penganggur Orang 1.081.977 1.011.170 1.082.221

(5)

3.1.4. Perkembangan Perekonomian Daerah dan Infrastruktur

Perkembangan pembangunan ekonomi pasca krisis dan pada akhir masa

perjalanan pembangunan Jawa Timur tahun kelima berdasarkan Renstrada Jawa

Timur 2001-2005, telah menunjukkan adanya trend peningkatan walaupun pada

tahun terakhir beberapa indikator makro sosial ekonomi mengalami kontraksi.

Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Propinsi Jawa Timur melalui

program-program yang diarahkan untuk memantapkan ekonomi kerakyatan, penguatan

unit-unit usaha dan lembaga-lembaga ekonomi mulai dari tahun 2001 hingga 2005,

walaupun belum didukung dengan alokasi anggaran publik yang memadai. Oleh

karena itu untuk mendorong percepatan pemulihan pertumbuhan ekonomi maka

fokus penanganan saat ini dikemas dalam kapasitas melihat tendensi permasalahan

kewilayahan dan optimalisasi pemanfaatan serta pengelolaan potensi

sumber-sumber daya lokal yang dimiliki.

Pembangunan kewilayahan dan optimalisasi potensi sumber daya lokal di

Jawa Timur dalam kurun waktu lima tahun ini secara khusus diarahkan pada

berbagai program pembangunan ekonomi yang sesuai dengan kondisi dan

permasalahan yaitu mencakup ketahanan pangan, agribisnis, pertanian terpadu,

sumber daya kelautan, usaha pertambangan, tenaga listrik, migas, batu bara dan

energi lainnya, hutan, usaha perkebunan rakyat, sumber daya sarana dan prasarana

perkebunan, industri kecil menengah, iklim usaha, sumber daya produktif,

wirausaha, penanaman modal, jalan dan jembatan, sumber daya air, angkutan

darat, laut dan udara serta pariwisata dengan sasaran lebih diarahkan kepada

komunitas masyarakat ekonomi lemah dan kaum miskin di perdesaan serta

memperhatikan pelestarian lingkungan, yang pengelolaannya mencakup

kebijaksanaan, sistem, prosedur, sumber daya manusia maupun pengendaliannya.

Penekanan pembangunan kewilayahan ini dinilai penting karena upaya

penanganan obyek permasalahan diarahkan secara spesifik dan mengutamakan

perbedaan/ hubungan antar bagian wilayah yang memerlukan penanganan yang

berbeda pula, akan tetapi hasilnya tetap bersifat “general region”.

Indikasi atas pelaksanaan program-program pembangunan selama 2 tahun

terakhir secara keseluruhan ditunjukkan oleh kinerja agregat ekonomi Jawa Timur

(6)

meningkat dibanding tahun 2004 sebesar Rp. 9.300.000,00 atau naik 16,71%,

Indeks Daya Beli Masyarakat mengalami kenaikan dari 117,91 pada tahun 2004

menjadi 119,45 pada tahun 2005. Tingkat efisiensi investasi yang dihitung dengan

pendekatan ICOR, pada tahun 2005 mencapai sebesar 3,16 dibanding tahun 2004

sebesar 3,15; dan Nilai Tukar Petani tahun 2005 sebesar 122,45 sedangkan tahun

2004 sebesar 122,12 dan Jumlah Penduduk Miskin tahun 2005 sebesar 3.311.903

KK atau sekitar 8.390.996 jiwa, yang berarti meningkat dibanding tahun 2004 yaitu

sebesar 6.979.565 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk miskin tersebut disebabkan oleh

adanya kebijakan pemerintah pusat yang menaikkan harga BBM sebanyak dua kali,

yaitu pada bulan Maret dan Oktober 2005 dengan maksud untuk menyesuaikan

dengan kenaikan harga BBM Internasional. Adapun Tingkat Pengangguran Terbuka

pada tahun 2005 mencapai sebesar 5,82 dan tahun 2004 sebesar 5,72, dan

Incremental Labour Output Ratio (ILOR) tahun 2005 sebesar - 0,01 sedangkan

tahun 2004 sebesar – 0,03 (angka sementara).

Kinerja agregat ini sebenarnya membawa perubahan positip terhadap

kondisi ekonomi Jawa Timur, namun karena adanya kebijakan pemerintah pusat

mengenai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional yang harus

menyesuaikan dengan kenaikan harga minyak dunia, sehingga telah memicu tingkat

inflasi PDRB year on year (yoy) Jawa Timur menurut lapangan usaha mencapai

angka dua digit yaitu sebesar 11,63%. Sumbangan inflasi untuk tiga pendukung

utama perekonomian Jawa Timur nilainya diatas 10%, yaitu sektor pertanian

mencapai 11,67%, sektor industri 14,50%, dan sektor perdagangan mencapai

10,25%. Inflasi terendah disumbangkan leh sektor listrik, gas dan air bersih yang

mencapai 2,72%. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor listrik, gas dan air bersih

tidak mengalami gejolak harga, hal ini antara lain disebabkan kanaikan harga sektor

ini masih ditentukan oleh kebijakan pemerintah.

Terjadinya kenaikan harga serta penyesuaian terhadap komponen produksi,

secara umum masih memberikan nilai positif bagi perekonomian Jawa Timur tahun

(7)

3.1.5. Sumber Daya Alam dan Lingkungan hidup dan Penataan Ruang

Pemantauan terhadap pencemaran tanah masih belum dilakukan secara

intensif, pemantauan masih difokuskan kepada pencemaran air baik yang

disebabkan oleh kegiatan pertanian, industri maupun permukiman, sedangkan

pemantauan kualitas udara secara kontinu hanya dilakukan di Kota Surabaya. Hasil

pemantauan yang dilakukan terhadap pencemaran tanah, air dan udara antara lain

sebagai berikut :

1. Sistem pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

mengakibatkan terjadinya pencemaran tanah akibat genangan leacheate dari

sistem open damping yang mengancam kesehatan masyarakat;

2. Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang berasal dari

rumah sakit, industri dan permukiman belum dilaksanakan dengan baik dan

belum ada tempat pembuangan limbah B3. Pada saat ini, di Indonesia hanya

ada satu fasilitas pengelolaan limbah B3 yang dikelola swasta di Cileungsi

Kabupaten Bogor Jawa Barat . Tingginya biaya, rumitnya pengelolaan serta

rendahnya pemahaman masyarakat menjadi kendala tersendiri dalam

mengurangi dampak negatif limbah B3 terhadap lingkungan. Hasil survey

potensi limbah B3 di Jawa Timur yang dilakukan oleh Dames and Moore pada

tahun 1997 menunjukkan bahwa 41 industri yang disurvey diperkirakan

menghasilkan limbah B3 sebanyak 35.372 ton/tahun dan yang dikirim ke

PPLI-B3 Cileungsi Bogor Jawa Barat sebanyak 7.000 ton/tahun. Pembangunan

PPLI-B3 Cerme Gresik sudah direncanakan sejak tahun 1989 dengan

ditunjuknya konsultan CH2M HILL, PT. VITCODATA dan ITS, namun sampai

saat ini belum dimulai pembangunannya;

3. Penggunaan pupuk dan peptisida secara berlebihan untuk produksi

pertanian/perkebunan menimbulkan residu yang mencemari tanah dan air. Hal

ini ditunjukkan oleh eutrofikasi di waduk dan sungai yang mengakibatkan

menurunnya/punahnya biota-biota tertentu yang mengancam kelestarian

keanekaragaman hayati;

4. Kualitas udara ambient di kota-kota besar Jawa Timur seperti Kota Surabaya

seringkali di bawah baku mutu, pemcemaran udara tersebut terutama berasal

(8)

udara tertinggi terjadi di musim kemarau yang terdiri atas partikel debu (PM10)

di samping itu terdapat polutan berupa SO2, CO, NO2, O3 dan timbal (Pb) yang

berasal dari bahan bakar minyak.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pencemaran tanah, air dan

udara memiliki potensi yang mengancam kelestarian fungsi lingkungan hidup

pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, pengelolaan sampah terutama

di TPA dan Limbah B3 memerlukan penangan lebih intensif. Sehubungan

dengan hal tersebut pemilihan sistem pengelolaan sampah yang tepat dan

terlaksananya pembangunan PPLI-B3 Cerme Gresik akan menjadi peluang

dalam rangka menangani pencemaran tanah. Di samping itu, pengaturan

mengenai sistem pengelolaan gas buang (emisi), baik industri maupun

transportasi diperlukan sebagai upaya peningkatan perbaikan kualitas udara.

Luas hutan di Jawa Timur 1.363.719,00 Ha terdiri atas Hutan

Konservasi seluas 233.127,10 Ha, Hutan Lindung seluas 315.505,30 Ha dan

Hutan Produksi 815.086,60 Ha. Luas lahan kritis di dalam kawasan hutan

147.020,70 Ha, sedangkan di luar kawasan hutan seluas 435.477,46 Ha.

Namun akhir-akhir ini, terutama pada musim penghujan sering terjadi bencana

tanah longsor dan banjir. Untuk itu diperlukan penanganan secara intensif, baik

melalui perlindungan dan konservasi maupun rehabilitasi dan pemulihan

sumber daya hutan.

Untuk memantapkan sistem perencanaan tata ruang dan meningkatkan

tertib pemanfaatan ruang yang nantinya dapat menjaga kelestarian lingkungan

hidup dan pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, telah disusun Revisi

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Jawa Timur 2005 – 2020 dan

telah ditetapkan dalam Keputusan Bersama DPRD Propinsi Jawa Timur dan

Gubernur Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2006/ Nomor 1 Tahun 2006 tentang

Rancangan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur yang dijadikan sebagai pedoman teknis

penataan ruang dan mengarahkan strutur ruang untuk mendorong

(9)

3.1.6. Ketenteraman, Ketertiban, Hukum dan HAM

Keberhasilan pembangunan dalam pencapaian pemantapan ketentraman dan

ketertiban masyarakat salah satunya dapat dilihat dari besaran indeks

kejahatan/kriminalitas. Pada tahun 2004 jumlah tidak kejahatan di Jawa Timur

sebanyak 11.910 kasus atau menurun 29,85% dibanding tahun 2003 (16.979

kasus). Sementara pada tahun 2005 sampai dengan bulan Nopember) jumlah tindak

kejahatan di Jawa Timur sebanyak 11.614 kasus. Hampir semua wilayah mengalami

sedikit peningkatan kecuali Wiltabes Surabaya dan Wilayah Madura yang mengalami

penurunan masing-masing sebesar 14,35% dan 9,06%.

Di Bidang Hukum, kondisi penegakan hukum di Jawa Timur sudah berjalan

dengan baik, namun masih perlu ditingkatkan. Produk hukum seperti Peraturan

Daerah yang merupakan implementasi dari otonomi daerah ditingkatkan agar

dapat mencerminkan aspirasi kebutuhan masyarakat Jawa Timur, sehingga dapat

mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Dengan demikian,

produk hukum daerah yang dihasilkan benar–benar dapat mencerminkan

kebutuhan dan aspirasi rakyat.

Situasi kemanan dan ketertiban yang cukup baik dalam tahun 2004, dan

semakin membaik pada akhir tahun 2005 diharapkan terus meningkat pada akhir

tahun 2006. Angka kriminalitas, penyalahgunaan obat-obat terlarang (narkoba),

perdagangan perempuan dan tindakan kekerasan terhadap perempuan yang

kenyataannya meningkat diharapkan dapat menurun. Demikian pula dibidang

hukum pada akhir tahun 2006, diharapkan kondisi penegakan hukum di Jawa Timur

sudah semakin baik. Produk hukum seperti Peraturan Daerah juga lebih aspiratif dan

mencerminkan aspirasi kebutuhan masyarakat Jawa Timur.

3.1.7. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25

Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan

pelaksanaan dari salah satu tuntutan reformasi pada tahun 1998. Kedua

Undang-undang tersebut diperbaiki kembali melalui Undang-Undang-undang Nomo 32 tahun 2004

(10)

keuangan Pusat-Daerah. Kebijakan ini merubah penyelenggaraan pemerintahan dari

yang sebelumnya bersifat terpusat menjadi terdesentralisasi meliputi antara lain

penyerahan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah (kecuali politik

luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, fiskal moneter, dan

kewenangan bidang lain) dan perubahan perimbangan keuangan antara pusat dan

daerah.

Melalui kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah maka pengambilan

keputusan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik

diharapkan akan menjadi lebih sederhana dan cepat karena dapat dilakukan oleh

pemerintah daerah terdekat sesuai kewenangan yang ada. Kebijakan ini dibutuhkan

untuk menghadapi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun di luar negeri.

Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun tentang perimbangan

keuangan Pusat-Daerah, diharapkan dapat merubah penyelenggaraan pemerintahan

dari yang sebelumnya bersifat terpusat menjadi terdesentralisasi meliputi antara lain

penyerahan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah (kecuali politik

luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, fiskal moneter, dan

kewenangan bidang lain) dan perubahan perimbangan keuangan antara pusat dan

daerah.

3.2. PERMASALAHAN POKOK TAHUN 2007

Dari evaluasi terhadap kinerja pembangunan dalam berbagai bidang

pembangunan, telah diintrodusir berbagai permasalahan yang menjadi hambatan

dalam mewujudkan target-target yang telah direncanakan. Oleh karena itu rumusan

permasalahan pokok Jawa Timur yang diintroduksi dari permasalahan –

permasalahan berbagai sektor pembangunan pada bidang-bidang pembangunan

adalah sebagai berikut :

3.2.1. Masalah Pengamalan Nilai-Nilai Agama

Jawa Timur merupakan daerah yang sangat majemuk dengan jumlah

penduduk lebih dari 36 juta jiwa yang terdiri dari bermacam-macam budaya, suku,

(11)

menimbulkan konflik-konflik horizontal serta nilai-nilai keagamaan telah banyak

terabaikan dan tidak lagi dijadikan sendi-sendi kehidupan sehingga banyak

dekadensi moral dan krisis aklak yang merupakan fenomena kehidupan sehari-hari,

karena kurangnya pemahaman agama secara menyeluruh.

Nilai-nilai agama belum menjiwai dalam kehidupam masyarakat sehingga

masih tingginya penyimpangan-penyimpangan dari norma–norma agama, tingginya

angka kriminalitas, penyalahgunaan narkoba dan kejahatan lainnya.

3.2.2. Masalah Aksesibilitas dan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan

A. Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk propinsi Jawa Timur relatif masih rendah.

Sampai dengan tahun 2005 rata-rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke

atas baru mencapai 6,68 persen dan proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas

yang berpendidikan SMP ke atas masih sekitar 18,37 persen. Sementara itu angka

buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas masih sebesar 13,93 persen (BPS

Jatim). Kondisi tersebut belum memadai dalam menghadapi persaingan global dan

belum mencukupi pula sebagai landasan pengembangan ekonomi berbasis

pengetahuan (knowledge based economy).

Masih terdapat sekitar 11,23 persen anak usia 13-15 tahun dan sekitar

44,33 persen anak usia 16-18 tahun yang tidak bersekolah baik karena belum/tidak

pernah sekolah maupun karena putus sekolah atau tidak melanjutkan ke jenjang

yang lebih tinggi. (BPS Jatim)

Pada tahun 2004/2005 sekitar 68.114 gedung SD/MI dan sekitar 50%

persen gedung SMP/MTs mengalami rusak ringan dan rusak berat. Hal tersebut

selain berpengaruh pada ketidaklayakan dan ketidaknyamanan proses belajar

mengajar juga berdampak pada peserta didik yang tidak memiliki buku pelajaran.

Meskipun SPP secara resmi telah dihapuskan oleh Pemerintah Propinsi Jawa

Timur, tetapi pada kenyataan masyarakat tetap harus membayar iuran sekolah.

Pengeluaran lain di luar iuran sekolah seperti pembelian buku, alat tulis, seragam,

uang transport, dan uang saku menjadi faktor penghambat pula bagi masyarakat

(12)

menyekolahkan anaknya menjadi lebih berat apabila anak mereka turut bekerja

membantu orangtua.

Kecenderungan sekolah untuk mengganti buku setiap tahun ajaran baru

selain semakin memberatkan orangtua juga menyebabkan inefisiensi karena

buku-buku yang dimiliki sekolah tidak dapat lagi dimanfaatkan oleh siswa.

B. Kesehatan

Belum merata dan terjangkaunya pelayanan kesehatan, hal ini dapat dilihat

dari rasio jumlah sarana yang ada. Pada tahun 2005 di Jawa Timur terdapat 929

Puskesmas dan 2.199 Puskesmas Pembantu, dengan rasio setiap Puskesmas

melayani 38.835 orang, yang idealnya hanya melayani 30.000 orang.

Perilaku masyarakat kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat, hal ini

terlihat dari pengguna jamban sebesar 59,5% dan pemberian ASI ekslusif baru

mencapai 38,15% serta jumlah penduduk yang merokok masih tinggi sehingga

perilaku PHBS belum sepenuhnya dilakukan masyarakat.

Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan sering terjadi pada

masyarakat miskin karena kendala biaya.

Masih kurangnya sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan

kesehatan yang prima dan untuk memenuhi standart peralatan sebagi rumah sakit

rujukan dan pendidikan.

Banyaknya penyakit menular dan tidak menular serta adanya bencana alam

yang dialami masyarakat Jawa Timur. Selain itu Jawa Timur merupakan daerah

rawan berbagai jenis bencana. Tim penanggulangan sudah dibentuk namun

implementasi penanggulangan masih belum optimal.

Kualitas lingkungan yang kurang mendukung dan rendahnya kualitas air

bersih serta masalah limbah industri dan hasil produksi.

3.2.3. Masalah Kemiskinan, Kesenjangan, dan Pengangguran

1. Kurang terfokusnya berbagai program kemiskinan pada akar masalah ;

2. Belum menyentuh pengembangan potensi desa/, sehingga belum mampu

(13)

3. Berbagai kebijakan sektor keuangan belum mampu diakses oleh rumah tangga

miskin ;

4. Program kemiskinan yang dilaksanakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat,

Propinsi maupun Kabupaten/Kota belum terintegrasi sehingga belum mampu

menekan jumlah penduduk miskin di Jawa Timur;

5. Lambatnya pertumbuhan ekonomi yang diperparah dengan adanya kenaikan

Harga BBM di dalam negeri pada bulan April dan Oktober Tahun 2005 lalu,

menambah Jumlah Penduduk Miskin dan pengangguran.

3.2.4. Masalah Percepatan Pembangunan Ekonomi dan Pembangunan

Infrastruktur.

Perekonomian Jawa Timur pada tahun 2005 menunjukkan peningkatan

namun demikian pertumbuhan tersebut masih didonimasi oleh sektor kosumsi, hal

ini menunjukkan bahwa investasi di Jawa Timur masih belum tumbuh sesuai

harapan. Permasalahan di atas juga ditandai oleh terpuruknya pabrik-pabrik yang

memproduksi barang ekspor, semakin meluasnya kebijakan untuk memutuskan

hubungan kerja karena kondisi unit usaha terus merugi, semakin meningkatnya

angka pengangguran, semakin sempitnya lapangan kerja di daerah, semakin

menurunnya produksi industri yang diekspor, semakin tidak mempunyai unit usaha

dan lembaga ekonomi dalam mengembangkan produksinya, semakin melemahnya

daya saing pengusaha dalam pasar bebas yang disebabkan oleh lemahnya daya

saing daerah. Selanjutnya masih terdapat ketimpangan wilayah di Jawa Timur yaitu

kawasan selatan Jawa Timur, Madura dan Kepulauan. Pengembangan wilayah ini

menjadi prioritas, dan secara politis akan mendukung rasa persatuan dan kesatuan

bangsa, karena pemerataan hasil pembangunan akan terjadi sampai ke pelosok

wilayah.

3.2.5. Masalah Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Issue strategis yang saat ini memerlukan perhatian serius adalah pelestarian

sumberdaya alam dan lingkungan hidup, terutama konservasi dan rehabilitasi

sumber daya lahan dan hutan, serta pengendalian dan pengawasan terhadap

(14)

3.2.6. Masalah Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Penegakan Supremasi

Hukum dan HAM, Ketentraman dan Ketertiban

Penerapan otonomi daerah masih menyisakan banyak masalah yang terkait

dengan kewenangan dan sinkronisasi kebijakan, selain itu tuntutan otonomi desa

semakin menguat. Desa sebagai satuan pemerintahan wilayah terkecil lebih banyak

menjadi obyek pembangunan.

Berkaitan dengan penegakan supremasi hukum dan HAM bahwa Sistem

peradilan yang tidak transparan dan terbuka, mengakibatkan hukum belum

sepenuhnya memihak pada kebenaran dan keadilan karena tiadanya akses

masyarakat untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan peradilan.

Kondisi tersebut juga diperlemah dengan profesionalisme dan kualitas sistem

peradilan yang masih belum memadai sehingga membuka kesempatan terjadinya

penyimpangan kolektif di dalam proses peradilan sebagaimana dikenal dengan

istilah mafia peradilan.

Selanjutnya berkaitan dengan masalah ketentraman dan ketertiban dengan

beragamnya kondisi sosial, ekonomi, budaya, etnis dan agama yang ada menjadikan

Jawa Timur memiliki potensi ancaman yang dapat mengganggu kemanan,

ketentraman dan ketertiban masyarakat. Potensi ancaman ini harus dapat

diminimalkan sehingga tidak menjadi bibit munculnya konflik horizontal dan vertikal

serta adanya terorisme.

3.2.7. Masalah Terbatasnya Sumber Pembiayaan

Alokasi dana pembangunan Jawa Timur saat ini masih sangat terbatas,

walaupun didukung dengan bagian dana dekonsentrasi dari Pemerintah Pusat,

hingga saat ini masih sekitar Rp. .... Trilyun. Jumlah dana riil yang ada masih belum

memadai untuk dapat menuntaskan permasalahan pokok yang dihadapi Jawa

Timur, lebih-lebih dalam menangani masalah kemiskinan dan pengangguran.

Kecilnya dana pemerintah tersebut disebabkan antara lain:

1. Terbatasnya pembiayaan pembangunan APBN/APBD

2. Kecilnya pengembalian dana perimbangan ke Propinsi

(15)

3.3 PRIORITAS DAN FOKUS PEMBANGUNAN TAHUN 2007

Pembangunan daerah tahun 2007, dilaksanakan sebagai lanjutan

pembangunan tahun-tahun sebelumnya dan merupakan jawaban atas permasalahan

yang berkembang saat ini, dengan memperhatikan tantangan dan kendala yang

akan terjadi. Dengan Keterbatasan sumber daya dan mengacu pada prioritas

pembangunan dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun 2007, maka prioritas-prioritas

pembangunan tahun 2007 adalah prioritas yang terfokus sebagai upaya

penyelesaian terhadap masalah-masalah yang mendesak dan berdampak luas

terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat.

3.3.1. Prioritas Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

Tahun 2007

Sebagaimana hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun

2006, Tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2007 adalah : ”Meningkatkan

Kesempatan Kerja dan Menanggulangi kemiskinan dalam rangka meningkatkan

Kesejahteraan Rakyat”, yang dijabarkan ke dalam 9 prioritas, yaitu :

1) Penanggulangan Kemiskinan

2) Peningkatan Kesempatan Kerja, Investasi dan Ekspor

3) Revitalisasi, Pertanian, Perikanan, Kehutanan, dan Pembangunan Perdesaan

4) Peningkatan Aksesbilitas dan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan

5) Penegakan Hukum dan HAM, Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Birokrasi

6) Penguatan Kemampuan Pertanahan, Pemantapan Keamanan dan Ketertiban,

serta Penyelesaian Konflik

7) Mitigasi dan Penanggulangan Bencana

8) Percepatan Pembangunan Infrastruktur

9) Pembangunan Daerah Perbatasan dan Wilayah Terisolir

3.3.2. Prioritas Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Tahun 2007

Selanjutnya dengan mengacu Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKP)

tahun 2007 dan memperhatikan target kinerja agregat tahun 2007 yang tertuang

(16)

2006-2008,

maka

fokus agenda pembangunan RKPD Tahun 2007 adalah sebagai

berikut :

3.3.2.1. Agenda Peningkatan kesalehan sosial dalam beragama

Untuk mendukung pencapaian kinerja agregat dalam rangka menekan angka

rasio perceraian tahun 2007 menjadi 0,0020, penurunan pemakai narkoba -2% serta

indeks komposit kriminal sebesar 97 (2005=100), maka prioritas pembangunan

tahun 2007 difokuskan pada :

1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Kehidupan Beragama melalui peningkatan

kualitas pendidikan agama dan keagamaan, peningkatan kesadaran masyarakat

dalam membayar zakat, waqaf, infaq, shodaqoh serta peningkatan kualitas

penataan dan pengelolaan serta pengembangan fasilitas pada pelaksanaan

ibadah.

2. Peningkatan Kerukunan Intern Dan Antar umat Beragama melalui peningkatan

upaya menjaga keserasian sosial, pencegahan berkembangnya potensi konflik,

penyelesaian konflik sosial maupun peningkatan kerjasama intern dan antar umat

beragama di bidang sosial ekonomi.

3.3.2.2. Agenda Peningkatan aksebilitas terhadap kualitas pendidikan dan

kesehatan

1. Sub Agenda Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang

berkualitas.

Untuk mendukung pemenuhan hak dasar pendidikan serta merealisasikan target

kinerja agregat tahun 2007 yaitu Angka Buta Huruf penduduk umur 10-44 tahun

menjadi 7,94%, angka partisipasi sekolah SD/MI 99,63%, SLTP/MTs 85,71%,

SLTA/MA 56,02%, Rasio Murid SMK terhadap murid SMU 0,70%, maka prioritas

pembangunan tahun 2007 difokuskan pada:

a. Perluasan dan Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang

bermutu

(17)

2. Sub Agenda Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan yang berkualitas

Target kinerja yang berkaitan dengan pemenuhan hak dasar kesehatan pada

tahun 2007 adalah menekan Angka Kematian Bayi (AKB) 37,00 per 1000

kelahiran hidup, meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi 67,55

tahun, menekan angka kematian ibu melahirkan sebesar 304 per 100.000

kelahiran hidup, prevalensi kurang gizi pada anak 20% dan persalinan oleh

tenaga kesehatan 84%. Beberapa target kinerja tersebut telah terlampaui pada

tahun 2005, yaitu AKB sudah mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup dan AHH

sudah mencapai 68,47 tahun. Namun demikian pencapain tersebut akan terus

ditingkatkan, oleh karena itu prioritas pembangunan tahun 2007 difokuskan

pada :

a. Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan, khsusnya pada keluarga miskin ;

b. Peningkatan pemberantasan penyakit menular ;

c. Pemerataan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan ;

d. Peningkatan pemenuhan gizi masyarakat ;

e. Peningkatan kualitas lingkungan sehat dan peningkatan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS).

f. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan jiwa ;

3.3.2.3. Agenda Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, perbaikan

iklim ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan

1. Sub Agenda Penanggulangan kemiskinan

Untuk mendukung pencapaian sasaran kinerja agregat tahun 2007 berupa

penurunan prosentase penduduk miskin terhadap jumlah penduduk sebesar

17,00%, pemenuhan kebutuhan pangan (skor Pola Pangan Harapan) 78,2,

maka prioritas pembangunan tahun 2007 difokuskan pada :

a. Pemantapan pelaksanaan program Gerdu-Taskin, khususnya pada daerah

tertinggal atau kantung-kantung kemiskinan ;

b. Melanjutkan dan mengembangkan program Pengembangan Ekonomi

(18)

c. Peningkatan program pengembangan Desa Model Binaan Gerdu-Taskin

kerjasama dengan Perguruan Tinggi / LSM ;

d. Pemantapan pelaksanaan Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan Bahan

Bakar Minyak (PAM-DKB) dan Kemiskinan ;

e. Mengembangkan Program Anti Kemiskinan (APP) ;

f. Mendukung program Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) dan

program-program kemiskinan lainnya.

2. Sub Agenda Perbaikan iklim ketenagakerjaan :

Untuk mendukung pencapaian kinerja agregat tahun 2007 berupa penurunan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,4%, ILOR 0,054 dan Indeks kecelakaan

kerja (2005=100) sebesar 97, peningkatan peranan APBD terhadpa PDRB

1,50%, maka prioritas pembangunan tahun 2007 difokuskan pada :

a. Menciptakan lapangan kerja formal dan informal.

b. Meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja.

c. Meningkatkan kesejahteraan, pengawasan dan perlindungan tenaga kerja.

d. Revitalisasi Sarana Prasarana Peningkatan SDM untuk BLK dan

meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga instruktur.

3. Sub Agenda Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial

Untuk mewujudkan sasaran meningkatnya aksesibilitas PMKS terhadap

pelayanan sosial dasar, meningkatnya kemampuan dan kepedulian sosial

masyarakat, meningkatnya ketahanan sosial individu, keluarga dan komunitas

masyarakat, terpenuhinya bantuan sosial dan meningkatnya penanganan korban

bencana alam dan bencana sosial, meningkatnya kualitas pelayanan, rehabilitasi,

bantuan sosial dan jaminan kesejahteraan sosial bagi PMKS dan meningkatnya

mutu profesionalisme pelayanan kesejahteraan sosial, maka prioritas

pembangunan tahun 2007 difokuskan pada :

a. Meningkatkan kepedulian dan pemberdayaan PMKS, khususnya Anak

Jalanan, Gelandangan, Pengemis, Gelandangan Psikotik, Tuna Susila/ PSK,

Wanita Rawan Sosial Ekonomi, penyandang cacat dan kelompok rentan

(19)

b. Peningkatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana Panti-Panti Sosial ;

c. Rehabilitasi sosial daerah kumuh ;

d. Peningkatan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil ;

e. Meningkatkan pelayanan bagi korban bencana alam dan sosial.

4. Sub Agenda Pembangunan kependudukan dan Keluarga Kecil

Berkualitas serta Pemuda dan Olahraga :

Untuk mewujudkan sasaran penurunan laju pertumbuhan penduduk 1,07%

pada tahun 2007 serta sasaran sektor, maka prioritas pembangunan tahun 2007

difokuskan pada :

a. Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui upaya memaksimalkan

akses dan kualitas pelayanan KB bagi keluarga miskin serta meningkatkan

keluarga kecil berkualitas, serta pengerahan dan mobilitas penduduk melalui

transmigrasi.

b. Menata kebijakan administrasi kependudukan guna mendorong

terakomodasinya hak-hak penduduk dan meningkatnya kualitas dokumen,

data dan informasi penduduk, dalam mendukung perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan berkelanjutan serta pelayanan publik melalui

penyelanggaraan sistem informasi administrasi kependudukan.

c. Menata kebijakan kepemudaan guna meningkatkan produktivitas dan

kewirausahaan pemuda yang mandiri serta fasilitasi kepemudaan.

d. Menata kebijakan keolahragaan guna peningkatan prestasi olahraga dan

menumbuhkan budaya olahraga bagi masyarakat sekaligus meningkatkan

usia harapan hidup serta fasilitasi keolahragaan.

5. Sub Agenda Peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan

serta kesejahteraan dan perlindungan perempuan dan anak

Untuk mewujudkan meningkatnya kualitas kehidupan dan peran perempuan

maupun kesejahteraan dan perlindungan anak, maka prioritas pembangunan

tahun 2007 difokuskan pada :

(20)

b. Mengimplementasikan Perda Propinsi Jawa Timur Nomor : 9 Tahun 2005

tentang Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan Anak Korban

Kekerasan ;

c. Meningkatkan kualitas dan peran serta perempuan dalam pembangunan ;

d. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak serta penghapusan

bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak.

3.3.2.4. Agenda Percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,

berkelanjutan dan pembangunan infrastruktur

Untuk dapat mewujudkan pencapaian target agregat tahun 2007 seperti

Pertumbuhan ekonomi ADHK tahun 2000 6,10%, PDRB per kapita Rp. 8.650 ribu,

Indeks Daya Beli 127 (tahun 2000 = 100), Indeks disparitas Wilayah 101,5; ICOR

4,80 dan IPM 65,57, maka prioritas pembangunan tahun 2007 pada masing-masing

Sub Agenda adalah sebagai berikut :

1. Sub Agenda Peningkatan investasi, perdagangan dan pariwisata

Dalam rangka mempercepat pertumbuhan investasi di Jawa Timur dan

meningkatkan kinerja perdagangan serta menumbuhkembangkan industri

pariwisata, maka prioritas pembangunan tahun 2007 difokuskan pada :

a. Pengembangan Investasi, Promosi, Pelayanan dan Pengawasan Pelaksanaan

Investasi Yang berdaya saing.

b. Membangun sarana kantor bersama satu atap untuk urusan perijinan

investasi di Jawa Timur.

c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana standar

pelayanan publik.

d. Meningkatkan pertumbuhan ekspor non migas dan kualitas produk unggulan

berbasis SDA, teknologi dan produk unggulan daerah.

e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk ekspor non migas serta

deregulasi tata niaga impor.

f. Mengembangkan fasilitasi pengembangan prasarana distribusi dan sarana

(21)

g. Meningkatkan dan menumbuhkan kembali potensi pariwisata yang telah

berkembang, bersumber pada potensi yang belum berkembang, potensi

alam dan budaya yang berwawasan lingkungan serta pelestarian budaya.

h. Meningkatkan pola pengembangan pariwisata melalui kerjasama Pariwisata

Inti Rakyat (PIR).

2. Sub Agenda Peningkatan daya saing industri manufaktur :

Untuk dapat mamacu pertumbuhan industri di Jawa Timur dan meningkatkan

daya saing industri manufaktur, maka prioritas pembangunan tahun 2007

difokuskan pada :

a. Meningkatkan kualitas produk agroindustri.

b. Meningkatkan penerapan standardisasi produk industri manufaktur sebagai

faktor penguat daya saing produk serta meningkatkan kuantitas dan kualitas

produksi.

c. Meningkatkan pertumbuhan kawasan sentra industri kecil.

d. Meningkatkan kualitas Kerajinan.

e. Meningkatkan pelayanan pada UPT Kayu, Kulit, Logam, Aneka Industri dan

Keramik.

f. Meningkatkan permodalan usaha di sentra-sentra potensial industri kecil

menengah dan desa kerajinan.

g. Meningkatkan pengembangan teknologi informasi.

h. Meningkatkan daya saing industri melalui pengembangan klaster industri.

i. Meningkatkan daya saing industri pendukung sebagai substitusi impor.

j. Meningkatkan kemitraan usha industri potensial.

k. Mendorong revitalisasi industri untuk meningkatkan daya saing industri.

l. Meningkatkan pelayanan pada Lembaga Latihan Kerja Industri.

m. Mengintegrasikan pembangunan industri di utara dan selatan Jawa Timur.

3. Sub Agenda Revitalisasi pertanian

Untuk mewujudkan target agregat tahun 2007 Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar

106,33 (tahun 2000 = 100) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebesar 107, maka

(22)

a. Pengamanan ketahanan pangan

b. Peningkatan efisiensi, produktivitas,produksi,daya saing dan nilai tambah

produk pertanian dan perikanan.

c. Pengelolaan dan pemanfaatan hutan

d. Peningkatan kemampuan petani dan nelayan serta pelaku pertanian dan

perikanan serta penguatan lembaga pendukung.

4. Sub Agenda Pemberdayaan koperasi, dan usaha mikro, kecil dan

menengah

Untuk mewujudkan pencapaian target tahun 2007 nilai tambah UKM dalam PDRB

sebesar 62.00%, maka prioritas pembangunan tahun 2007 difokuskan pada :

a. Mengembangkan dan memberdayakan KUMKM guna memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, penanggulangan

kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

b. Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkembangkan

kewirausahaan baru.

c. Mengembangkan sistem pendukung usaha bagi KUMKM

d. Membangun tata kelembagaan guna mewujudkan kemandirian koperasi dan

usaha mikro

5. Sub Agenda Peningkatan pengelolaan BUMD

Untuk mewujudkan meningkatnya kinerja, pelayanan dan PAD sebagai alternatif

pembiayaan untuk mendukung strategi ganda pertumbuhan ekonomi dan

hak-hak dasar masyarakat, maka kebijakan umum pada sub agenda tersebut

diarahkan pada :

a. Meningkatkan efisiensi usaha dan daya saing Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) serta terwujudnya kemitraan antara BUMD dengan mitra usaha

lainnya sekaligus sebagai salah satu sumber PAD.

6. Sub Agenda Peningkatan Kemampuan Iptek

Untuk mewujudkan sasaran tumbuhnya penemuan iptek, meningkatnya

(23)

pemanfaatan hasil litbang oleh dunia usaha dan industri, meningkatnya

kandungan teknologi, terwujudnya iklim yang kondusif bagi berkembangnya

kreativitas, sistem pembinaan dan pengelolaan hak atas kekayaan intelektual,

pengetahuan lokal, serta sistem standarisasi maka, kebijakan umum pada sub

agenda tersebut diarahkan pada :

a. Mempertajam prioritas penelitian, pengembangan dan rekayasa iptek yang

berorientasi pada permintaan dan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha

dan serta berbagai masukan dalam pembuatan kebijakan Pemerintah Daerah;

b. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas IPTEK dengan memperkuat

kelembagaan, sumberdaya dan jaringan iptek di Propinsi dan Kab/Kota;

c. Meningkatkan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam kehidupan

masyarakat.

7. Sub Agenda Percepatan pembangunan infrastruktur

Untuk mewujudkan terpenuhinya infrastruktur dasar dan infrastruktur ekonomi

untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tahun 2007 sebesar 6,10% dan

pemenuhan hak-hak dasar masyarakat, maka kebijakan umum pada sub agenda

tersebut diarahkan pada :

1. Sumber Daya Air :

a. Pengembangan dan Pengelolaan jaringan irigasi dan jaringan pengairan

lainnya;

b. Penyediaan dan pengelolaan air baku;

c. Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber

daya air lainnya;

d. Pengendalian bencana alam banjir dan kekeringan;

e. Penataan kelembagaan dan penata usahaan.

2. Transportasi :

a. Peningkatan pelayanan angkutan serta kelancaran, ketertiban, keamanan

dan keselamatan lalu lintas jalan secara komperhensif dan terpadu dari

berbagai aspek (pengaturan, manajemen, rekayasa, pengendalian

(24)

kecelakaan dan daerah rawan kecelakaan, sistem informasi kecelakaan

lalu lintas dan kelaikan sarana serta ijin operasional transportasi di jalan).

b. Meningkatkan peran angkutan perkeretaapian sebagai angkutan massal

dan barang.

c. Meningkatkan keselamatan dan kualitas pelayanan serta pengembangan

prasarana dan sarana angkutan sungai, danau dan penyeberangan.

d. Meningkatkan keselamatan dan kualitas pelayanan serta pengembangan

prasarana dan sarana transportasi laut.

e. Mengembangkan dan meningkatkan angkutan perintis untuk daerah

tertinggal.

f. Memenuhi standart keamanan dan keselamatan penerbangan yang

dikeluarkan oleh internasional civil aviation organitation.

g. Pengembangan prasarana transportasi udara.

h. Meningkatkan aksesibilitas serta tertib pelayanan pos dan telekomunikasi.

i. Penanganan seluruh ruas jalan dengan mengutamakan pemeliharaan rutin

dan berkala.

j. meningkatkan daya dukung dan kapasitas jalan dan jembatan untuk

mengantisipasi pertumbuhan lalu-lintas.

k. Membangun sistem jaringan jalan lintas Selatan dalam rangka

pengembangan wilayah Selatan Jatim.

l. Membangun SURAMADU dalam rangka pengembangan wilayah.

m. Mendukung dan memfasilitasi pembangunan jaringan jalan bebas

hambatan (tol) sebagai upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas.

n. Membangun sistem jaringan jalan yang mendukung kawasan strategis

potensial.

o. Mengembangkan rencana induk sistem jaringan jalan propinsi yang

mengacu kepada kebjakan RTRW Prop. Jatim.

p. Mendorong peran serta aktif masyarakat dan swasta untuk pembiayaan

pembangunan prasarana jalan.

q. Melakukan tindakan segera dalam penanganan darurat akibat bencana

(25)

3. Energi dan Ketenagalestrikan

a. Pembangunan energi diarahkan dalam rangka pemerataan dan

pemenuhan distribusi energi yang tepat dan efisien khususnya pada

bagian hilir, serta pengembangan dan pemanfaatan potensi energi baru

terbarukan.

b. Pembangunan ketenagalistrikan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan

tenaga listrik terutama daerah terpencil dan kepulauan melalui

pengembangan infrastruktur jaringan dan penyediaan pembangkit listrik

dari energi alternatif.

4. Perumahan dan Permukiman

a. Penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dalam rangka

mendukung Gerakan Nasional Pembangunan Sejuta Rumah (GNPSR);

b. Peningkatan pemahaman peraturan jasa konstruksi dan pembinaan teknis

pengelolaan/pembangunan gedung negara;

c. Pengembangan teknologi pembangunan bidang perumahan permukiman;

d. Peningkatan kinerja Pembangunan air minum dan air limbah;

e. Peningkatan kinerja pembangunan persampahan dan drainase;

f. Pengendalian pertumbuhan kota metropolitan dan kota-kota besar dalam

suatu sistem wilayah dengan mempertimbangkan pembangunan yang

berkelanjutan.

3.3.2.5. Agenda Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup dan Penataan Ruang

1. Sub Agenda Perbaikan pengelolaan SDA dan Pelestarian Fungsi

Lingkungan Hidup serta Penataan Ruang :

Untuk mewujudkan sasaran kualitas air sungai 15% terhadap parameter kunci

dalam baku mutu, kualitas udara ambien diperkotaa 20% terhadap baku mutu

udara ambien, pengendalian limbah B3 20% terhadap total potensi limbah B3

yang dihasilkan, lahan kritis Tahura R Soeryo 12.000 Ha, lahan kritis non Tahura

(26)

a. Memperbaiki sistem pengelolaan hutan termasuk meningkatkan pengawasan

dan penegakan hukumnya;

b. Mengefektifkan sumber daya yang tersedia dalam pengelolaan hutan.

c. Membangun sistem pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan

sumber daya pesisir dan laut, yang disertai dengan penegakan hukum yang

ketat;

d. Meningkatkan upaya konservasi pesisir dan laut serta merehabilitasi

ekosistem yang rusak seperti mangrove dan terumbu karang;

e. Menggiatkan kemitraan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan

swasta dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.

f. Meningkatkan eksploitasi dengan selalu memperhatikan aspek pembangunan

berkelanjutan;

g. Meningkatkan peluang usaha pertamabangan skala kecil;

h. Meningkatkan nilai tambah dan pengendalian dalam pemanfatanm bahan

tambang dan air tanah;

i. Meningkatkan pelayanan dan informasi pertambangan;

j. Mencegah terjadinya bencana kegeologian.

k. Meningkatkan upaya penegakan hukum secara konsisten kepada pencemar

lingkungan;

l. Peningkatan pemerataan pembangunan dengan percepatan pembangunan

dan pertumbuhan wilayah-wilayah tertinggal, strategis-cepat tumbuh dan

perbatasan;

m. Optimalkan peran Rencana Tata Ruang sebagai acuan koordinasi dan

sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah

3.3.2.6. Agenda Peningkatan ketentraman dan ketertiban, supremasi

hukum dan HAM

1. Sub Agenda Peningkatan Rasa Saling Percaya dan Harmonisasi Antar

Kelompok

Untuk mewujudkan target kinerja tahun 2007 dalam hal penurunan indeks

(27)

berlatarbelakang SARA 98, indeks kerusuhan berlatarbelakang politik 90, indeks

pertikaian antar aparat keamanan 90, maka prioritas pembangunan tahun 2007

difokuskan pada :

a. Memberdayakan organisasi kemasyarakatan, keagamaan, LSM dalam

membangun mayarakat sipil yang kokoh;

b. Mendorong secara konsisten proses rekonsiliasi yang berkelanjutan;

c. Memantapkan peran pemerintah sebagai fasilitator atau mediator dalam

menjaga keamanan dan harmoni dalam masyarakat.

2. Sub Agenda Peningkatan Keamanan, Ketentraman dan

Penanggulangan Kriminalitas

Untuk mewujudkan target kinerja tahun 2007 dalam hal penurunan indeks

korban kejahatan 100, indeks korban kekerasan 98, maka prioritas

pembangunan tahun 2007 difokuskan pada :

a. Meningkatkan kemampuan mencegah, menangkal dan menindak kejahatan

terutama melalui deteksi dini dan keterlibatan tokoh masyarakat

b. Melakukan upaya sinergis komprehensif dalam menyeimbangkan dan

memadukan pengurangan dan pengurangan permintaan;

c. Meningkatkan profesionalisme aparat Satpol PP melalui pembinaan kinerja

dengan meningkatkan sumber daya organisasi dan manajemen serta

pemantapan struktur organisasi Satpol PP.

d. Meningkatkan kerja sama dengan kepolisian dalam upaya menciptakan

ketentraman dan ketertiban;

e. Peningkatan pengamanan asset Pemerintah Daerah.

3. Sub Agenda Pengembangan Hukum dan HAM

Untuk mewujudkan sasaran terciptanya sistem hukum yang adil, konsekuen, dan

tidak diskriminatif; terjaminnya konsistensi seluruh peraturan

perundang-undangan; kelembagaan peradilan dan penegak hukum yang berwibawa, bersih,

profesional; terkoordinasinya dan terhamonisasinya pelaksanaan produk hukum,

(28)

a. Menata kembali substansi hukum melalui peninjauan dan penataan produk

hukum;

b. Pembenahan struktur hukum melalui penguatan kelembagaan dan profesional

aparat hukum;

c. Meningkatkan budaya hukum dan supremasi hukum;

d. Menggunakan nilai-nilai budaya daerah dalam mewujudkan kesadaran

hukum;

e. Meningkatkan pemajuan, perlindungan, penegakan, pemenuhan dan

perhormatan hak asasi manusia.

3.3.2.7. Agenda Revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah

melalui reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik

1. Sub Agenda Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Untuk mewujudkan sasaran meningkatkan penanganan terhadap pengaduan

pelayanan publik, maka kebijakan umum pada sub agenda tersebut diarahkan

pada :

a. Memperjelas kewenangan pelaksanaan tugas dan pembiayaan antar

pemerintahan;

b. Mendorong kerjasama antar pemerintah daerah dalam rangka pelayanan

publik dan kesejahteraan masyarakat;

c. Menata kelembagaan pemerintah daerah agar lebih proporsional

berdasarkan kebutuhan nyata daerah;

d. Menyiapkan ketersediaan aparatur Pemerintah Daerah yang berkualitas

secara proporsional;

e. Meningkatkan kapasitas keuangan daerah berdasarkan pada prinsip prinsip

transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme;

2. Sub Agenda Penciptaan Tata Pemerintahan Yang Bersih dan

Bertanggung Jawab

Untuk mewujudkan sasaran rasio jumlah dan besar kerugian negara terhadap

APBD 0,330%, maka kebijakan umum belanja daerah pada sub agenda

(29)

a. Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik pada semua tingkat

dan lini pemerintahan;

b. Menyusun rencana rencana pembangunan jangka panjang, jangka

menengah dan jangka pendek;

c. Penataan fungsi kelembagaan pemerintah dengan struktur yang

proporsional, ramping, luwes dan responsif;

d. Peningkatan effektivitas dan effisiensi ketatalaksanaan dan prosedur pada

semua tingkat dan lini pemerintahan;

e. Optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan e-Government dalam

penyelenggaraan pemerintahan;

f. Peningkatan kualitas pelayanan publik terutama pelayanan dasar,

pelayanan umum dan pelayanan unggulan.

3. Sub Agenda Perwujudan Kelembagaan Demokrasi Yang Makin Kokoh

Pemerataan :

Untuk mewujudkan sasaran meningkatnya efektifitas Perda yang dihasilkan

dan meningkatnya penanganan pengaduan di DPRD Jawa Timur, maka

kebijakan umum pada sub agenda tersebut diarahkan pada

a. Pelembagaan demokrasi yang makin kokoh yang berdasarkan mekanisme

check and balance;

Referensi

Dokumen terkait

Dari semua uraian di atas tampaknya bahwa terdapat keterkaitan yang sangat erat antara keterampilan sepakbola dengan beberapa unsur penting seperti aspek Persepsi

Biaya kombinasi bisnis adalah keseluruhan nilai wajar (pada tanggal pertukaran) dari aset yang diperoleh, liabilitas yang terjadi atau yang diasumsikan dan instrumen ekuitas yang

Pesatnya proses modernisasi di Kota Semarang tidak hanya menghadirkan perubahan dalam pembangunan fisik perkotaan, seperti hadirnya pasar-pasar modern dengan segala fasilitas

dan kota Semarang juga mempunyai curah hujan yang tinggi setiap tahunnya. tetapi belum diketahui bagaimana profil pH (tingkat keasaman) air hujan

RUPSLB menyetujui rencana Perseroan untuk melaksanakan Pembelian Kembali Saham yang dikeluarkan Perseroan ( Shares Buy Back ) yaitu dalam jumlah sebanyak-banyaknya 10%

The Study Of Relationship Between TSS (Total Suspended Solid) and Land Use – Land Cover Change Using Remote Sensing Data in Berau Coastal Area, East Kalimantan--- 84..

responses are present in buyer–seller relationships; (2) af- Thus, both the effect of reliability and the effect of benevo- fective responses differ according to whether they

Evaluasi kondisi terkini terhadap habitat yang tersisa yaitu bukit Sologi suatu area hutan yang terletak di tenggara Semenanjung Santigi telah dilakukan dari tanggal 22 hingga 30