• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SISTEM POLITIK DAN KEKUASAAN DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH SISTEM POLITIK DAN KEKUASAAN DI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

” SISTEM POLITIK DAN KEKUASAAN DI ASIA

TENGGARA : Konsep Penerapan Sistem Politik dan Kekuasaan Di Kerajaan Siam

Masa Pemerintahan Prajadhipok”.

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Timur

Disusun Oleh:

Neng Marlina Efendi (0806117) Rachmaningrat (0806745) Mochamad Ikhsan (0806991) Ai Rospirawati (0806992)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2011

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

(2)

penyebaran kebudayaan kedua pengaruh bangsa tersebut masuk sebelum akhirnya pengaruh Islam dan Barat masuk. Penyebaran kebudayaan India, nampaknya lebih berpengaruh kuat di kawasan Asia Tenggara daripada pengaruh budaya Cina. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh budaya Cina juga besar di beberapa bagian di Asia Tenggara. Hal ini terlihat dari corak-corak kerajaan-kerajaan kuno di Asia Tenggara yang lebih banyak memperlihatkan corak kerajaan Hindu-Budha, sehingga menunjukkan pengaruh budaya India yang signifikan. Barangkali, pengaruh itu tidak hanya sebatas pada agama, tetapi pengaruh itu juga terdapat dalam sistem politik dan kekuasaan di Asia Tenggara yang terlihat dalam konsepsi politik, bentuk dan tata pemerintahan di beberapa kerajaan di Asia Tenggara. Pengaruh budaya India terhadap masyarakat Asia Tenggara sangatlah besar terutama pada konsep negara dan pemerintahan serta kedudukan raja. Pengaruh ini ditandai dengan berdirinya negara-negara Hindu-Budha di wilayah Asia Tenggara. Konsep negara sebagian besar merupakan wujud pengaruh India yang berusaha menyelaraskan hubungan antara Raja, Dewa dan alam semesta. Penyelarasan hubungan antara Raja, Dewa dan alam semesta diwujudkan dalam sebuah konsep makrokosmos dan mikrokosmos. Tentu banyak konsep-konsep politik dan kekuasaan dalam kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara ini. Namun nampaknya, konsep Dewa-Ra konsep Dewa-Dewa-Raja lah yang paling mewakili konsep polilitik dan kekuasaan pada sebagian besar raja-raja di Asia Tenggara seperti kerajaan kuno di Birma, Kamboja, Thailand, Nusantara, dan sebagainya. Pola pikir tentang kedudukan raja yang dipercaya bersifat Dewa tergantung kepada kepercayaan yang dianutnya.

Bagi agama Hindu, Doktrin Brahma menjadi legitimasi kekuasaan Raja, sedangkan Doktrin Buddha menjadi legitimasi kekuasan raja-raja di kerajaan bercorak Buddha. Teori-teori tentang inkarnasi dan penitisan merupakan usaha atau alat untuk meligitimasi kekuasan. Selain itu juga, merupakan upaya untuk meninggikan posisi seorang Raja. Terkadang, legitimasi itu juga merupakan bentuk pembenaran atas kesalahan-kesalahan yang di lakukan oleh raja. Khususnya di Nusantara yang merupakan negeri dengan banyak kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha telah memperlihatkan perwujudan konsep Dewa Raja ini dalam sistem politik dan kekuasaan raja.

(3)

1.2. Rumusan dan Batasan Masalah

Dalam penulisan makalah ini kamimembuat rumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan. Rumusan masalah dapat membatasi pembahasan agar tidak melebar. Adapun Rumusan masalah yang kami tetapkan adalah “bagaimana penerapan konsep politik dan kekuasaan di Kerajaan Siam Masa Pemerintahan Raja Prajadhipok?”

Agar permasalahan yang akan dikaji lebih jelas dan fokus, penulis akan memberikan batasan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1.Bagaimana konsep kekuasaan dan pemerintahan raja?

2.Bagaimana proses naiknya Prajadhipok sebagai penguasa kerajaan Siam? 3.Bagaimana Sistem Politik dan Kekuasaan Masa Pemerintahan Prajadhipok? 1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjawab berbagai pertanyaan permasalahan yang telah dirumuskan sebagai berikut, yakni untuk :

1. Mendeskripsikan tentang konsep kekuasaan dan pemerintahan raja?

(4)

BAB II PEMBAHASAN 2.1.Konsep Makrokosmos dan Mikrokosmos

Makrokosmo dan Mikrokosmos adalah kepercayaan tentang kesejajaran antara jagad raya dan dua manusia (Geldern, 1972: 2 ). Konsep makrokosmos dan mikrokosmos, menurut kepercayaan ini kemanusiaan itu senantiasa berada dibawah pengaruh tenaga-tenaga yang bersumber pada penjuru mata angin dan pada bintang-bintang dan planet-planet. Tenaga-tenaga ini mungkin menghasilkan kemakmuran dan kesejahteraan atau berbuat kehancuruan, bergantung pada dapat tindakannya individu-individu dan kelompok-kelompok masyarakat, terutama sekali negara, berhasil dalam menyelaraskan kehidupan dan kegiatan mereka dengan jagat raya. Individu-individu bisa mengesahakan keselarasan demikian itu dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh astrologi, pengetahuan tentang hari-hari baik dari-hari naas, dan banyak lagi peraturan-peraturan kecilan lainnya. Keselarasan antara kerajaan dan jagat raya dapat dicapai dengan menyusun kerajaan itu sebagai gambaran dari jagat raya dalam bentuk kecil.

Menurut doktrin Brahma jagad ini terdiri dariJam budwipa, sebuah bentuk lingkaran dan terletak di pusat, di kelilingi oleh tujuh buah samudera berbentuk cincin dan tujuh buah benua lain berbentuk cincin juga. Di luar samudera terakhir dari ketujuh samudra tadi, jagad itu ditutup oleh barisan pegunungan yang sangat besar. Di tengah-tengahJam budwipa, jadinya di tengah-tengah jagad, berdirilah gunung meru, gunung kosmis yang diedari oleh matahari, bulan dan bintang-bintang. Di puncaknya terletak kota dewa-dewa yang dikellingi pula oleh tempat-tempat tinggal dari delapanlokapala atau dewa-dewa penjaga jagad. Maka tampaklah oleh kita bahwa dalam hubungan ini ajaran-ajaran Brahma dan Budha itu, walaupun mengandung perbedaan-perbedaan dalam hal-hal kecil, namun bersesuaian juga tentang segi-segi pokoknya: bentuknya yang merupakan lingkaran dan susunan dalam wilayah-wilayah yang berpusat pada pusat lingkaran dengan mengelilingi Gunung Meru. Oleh karena sebab itu gambaran singkat dari konsepsi ini mempunyai pengertian simbolis yang sama bagi pengikut-pengikut setia dari kedua macam kepercayaan itu.

2.2. Konsep Kosmis

(5)

consciousness (kesadaran) kita. Energi kosmis menjadi basis semua tindakan dan berfungsinya kita. Sehingga dengan pengertian diatas kosmis bisa dikatakan sebagai inti dari segala sesuatu yang ada, sehingga bisa kita lihat penerapan konsep ini sebagai inti dari segalanya melalui konsep yang dilakukanPancabuwana dalam meletakkan keraton sebagai pusat.Pancabuwana memuat keblat papat lima pancer. Artinya, bahwa buwana manusia selalu dilingkupi oleh empat anasir dan keraton sebagai sentral (pancer) kehidupan.

2.3.Konsep Dewa Raja

Konsep dewa raja, yaitu raja sebagai perwakilan dewa atau titisan dewa, karena raja sebagai orang besar dan dianggap sebagai utusan Dewa untuk mengelola atau mengatur bumi. Raja dianggap sebagai seorang tokoh yang diidentikan dengan dewa (kultus dewa-raja). Kekuasaan raja dianggap tidak terbatas. Ia tak dapat diatur dengan cara-cara duniawi, tetapi dalam dirinya terdapat kekuatan yang mencerminkan roh dewa atau jiwa illahi yang mengendalikan kehendak pribadinya. Negara dianggap sebagai citra kerajaan para dewa, baik dalam aspek materialnya maupun aspek spiritualnya. Raja dan para pengawalnya harus memiliki kekuasaan dan kekuatan yang sepadan dengan yang dimiliki oleh para dewa. Konsep dewa raja ini juga dipergunakan oleh seorang raja untuk melegistimasi dirinya sebagai titisan dari seorang dewa sehingga dapat memperkuat posisinya dalam memegang kekuasaan.

2.4. Konsep Negara Mandala

(6)

dewa-dewa itu dapat digunakan sebagai sarana untuk meditasi dan di dalam ritual dapat berfungsi sebagai wadah bagi dewa-dewa itu. Untuk membedakan antara yantra dan mandala itu sendiri dapat dilihat melalui penggambaran dewa-dewa atau simbol-simbol tentang dewa itu. Di dalam mandala, umumnya, dewa-dewa itu digambarkan dalam wujud yang sangat raya dan lengkap hingga ke bagian-bagian detailnya. Sesuai dengan fungsinya di atas, yaitu sebagai sarana meditasi atau sebagai wadah dari dewa-dewa maka suatu mandala setidak-tidaknya dapat dibedakan dalam beberapa tipe

(7)

BAB 3

3.1 Proses naiknya Prajadhipok sebagai penguasa kerajaan Siam

Somdet Chaofa Prajadhipok Sakdidej dilahirkan pada tanggal 8 November 1893 di Bangkok, bagi Raja Chulalongkorn dan salah satu istrinya, Ratu Saovabha. Pangeran Prajadhipok adalah anak termuda pasangan Raja dan Ratu, serta anak ke-76 dari total 77 anak Chulalongkorn. Prajadhipok juga merupakan putra ke-33 dan yang termuda Chulalongkorn. Prajadhipok bukanlah calon yang kuat untuk menjadi Raja Siam. Sehingga Prajadhipok memilih untuk menempuh pendidikan militer. Layaknya anak-anak raja yang lain, Prajadhipok juga dikirim ke luar negeri untuk mengenyam pendidikan. Pada tahun 1906, ia dikirim ke Eton College, Inggris, dan pada 7 tahun kemudian ia lulus dari Akademi Woolwich, serta diterima di ketentaraan Inggris dalam bidang artileri. Pada tahun 1910, Raja Chulalongkorn meninggal dunia dan digantikan kakak kandung Prajadhipok, Vajiravudh. Akibatnya, Prajadhipok mengabdi pada dua pihak: Siam dan Inggris. Ketika Perang Dunia I

meletus dan pernyataan netral Siam, Vajiravudh meminta Prajadhipok untuk keluar dari dinas ketentaraan Inggris, dan kembali ke Siam secepatnya. Hal ini menimbulkan kekecawaan dalam diri Prajadhipok, yang sangat ingin maju ke medan pertempuran. Di Siam sendiri, ia kemudian menjadi tentara berkarier cemerlang, dan menjabat posisi penting. Pada bulan Agustus 1918, Prajadhipok menikahi Ramphaiphanni, yang merupakan sepupu sekaligus teman masa kecilnya. Ramphaiphanni merupakan keturunan Raja Mongkut (kakek Prajadhipok). Pasangan ini menikah di Istana Bang Pa-In, dengan restu sang Raja.

Setelah perang usai, Prajadhipok kembali mengenyam pendidikan di École spéciale militaire de Saint-Cyr, Perancis. Sekembalinya ke Siam, ia mengabdi kepada dinas ketentaraan Siam, dan kemudian dianugerahi gelar Pangeran Sukhotai. Kemudian, Prajadhipok dan istrinya menempat Istana Sukhotai, di sebelah Sungai Chao Phraya. Pasangan ini memutuskan untuk tidak memiliki anak. Sementara Prajadhipok dan istri hidup dengan damai, posisi Prajadhipok dalam jalur suksesi menuju takhta tampak semakin dekat, setelah satu persatu saudaranya meninggal dunia. Hal ini kemudian berujung pada wafatnya Raja Vajiravudh pada tahun 1925, dan Prajadhipok menjadi raja absolut Siam pada usia 32 tahun.

(8)

.kbPrajadhipok Phra Pokklao Chao Yuhua (พระบาทสมเดดจพระปรมมนทรมหาประชาธมปก พระปกเกลลา เจลาอยยยหหว) dalam dokumen-dokumen resmi.

3.2 Sistem Politik dan Kekuasaan di Kerajaan Siam

Meskipun Prajadhipok sama sekali tidak berpengalaman dalam pemerintahan, ia adalah seorang cerdas yang diplomatis dalam meja perundingan. Meskipun demikian, hal ini tidak melepasnya sama sekali dari belenggu permasalahan yang diwariskan pendahulunya, yang paling parah dari permasalahan-permasalahan tersebut adalah kondisi perekonomian Siam. Keuangan Siam saat itu mengalami defisit. Hal ini disebabkan oleh krisis yang melanda dunia akibat perang.

Dalam waktu hanya setengah tahun, tinggal 3 menteri Vajiravudh yang tersisa, sisanya diisi anggota dan kerabat keluarga kerajaan. Hal ini mengakibatkan tersingkirnya tokoh-tokoh yang kompeten dalam bidang-bidang tertentu, dan mengembalikan monopoli pemerintahan oleh keluarga kerajaan. Hal ini merupakan usaha Prajadhipok untuk memberikan rakyat pemerintah yang lebih baik dibanding pemerintahan Vajiravudh dan untuk mengembalikan pemerintahan ala Chulalongkorn, kemudian Raja Prajadhipok melakukan usaha untuk mengembalikan wibawa pemerintahannya yang telah mengalami kekacauan yaitu dengan membentuk Dewan Tertinggi Siam. Dewan ini terdiri atas anggota-anggota keluarga kerajaan yang dinilai kompeten dalam bidangnya masing-masing, seperti Pangeran Damrong Rajanubhab, tangan kanan Chulalongkorn yang menjadi mendagri selama bertahun-tahun. Sayangnya anggota-anggota keluarga kerajaan ini malah bertidak arogan, dengan memonopoli setiap bidang pemerintahan strategis bagi sanak saudara mereka. Banyak dari mereka yang merasa berwenang untuk mengamandemen tindakan-tindakan berlebihan dalam pemerintahan sebelumnya, namun tidak mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat. Tidak seperti pendahulu-pendahulunya, Prajadhipok dengan rajin membaca setiap surat kenegaraan yang tiba di mejanya, baik dari menteri atau petisi dari rakyat. Ia dengan rajin pula membalas surat-surat itu. Dan jika ia menemui kebuntuan politik, ia akan meminta pendapat Dewan.

(9)

ada raja Siam yang pernah berkata sejujur itu sebelumya. Sayangnya, rakyat salah menangkap perkataannya, dan kemudian beranggapan bahwa ia sangatlah lemah, dan sudah tiba saatnya untuk menggulingkannya. Prajadhipok kemudian mengalihkan perhatiannya kepada masa depan politik Siam. Terinspirasi Inggris, Prajadhipok mengharapkan rakyatnya untuk berpendapat dalam sebuah parlemen. Rancangan konstitusi kemudian masuk ke dalam draf, namun harapan-harapan raja itu ditolak penasihat-penasihatnya. Beberapa yang menolak di antaranya adalah Pangeran Damrong dan Francis B. Sayre, penasihatnya di bidang politik luar negeri. Mereka menganggap bahwa rakyat Siam belum siap dengan sistem pemerintahan semacam itu.

3.2.1 Jalannya Monarki Konstitusi.

Sekelompok kecil tentara dan pegawai negeri secara bertahap berusaha untuk membangun pemerintahan konstitusional di negara mereka. Usaha mereka memuncak ketika pada pagi hari 24 Juni 1932, mereka melakukan kudeta tak berdarah dan mendeklarasikan berdirinya Partai Rakyat Thailand (Khana Ratsadon - คณะราษฎร). Mereka juga menduduki ruang takhta Ananda Samakhom di Bangkok serta menangkap para pangeran di sana ketika Prajadhipok sedang berada di Istana Klaikangworn, Hua Hin. Partai ini juga mencabut kekuasaan absolut sang raja, dan kemudian menjadikannya raja konstitusional. Konstitusi Siam kemudian diserahkan kepada Prajadhipok dan secara resmi disahkan pada tanggal 10 Desember 1932. Setahun kemudian, hubungan antara raja dan Partai Rakyat memburuk, setelah terjadinya kudeta atas PM Phraya Manopakorn Nititada. Pemimpin Partai Rakyat Thailand, Phraya Phahol Phonphayuhasena kemudian diangkat menjadi perdana menteri.

(10)

Tidak ada indikasi bahwa Prajadhipok berperan dalam pemberontakan ini. Meskipun ia dianggap tidak terlibat, pemberontakan ini jelas menyurutkan popularitasnya. Ketika pemberontakan terjadi, Prajadhipok dengan segera menyatakan bahwa dirinya menyesalkan terjadinya hal ini. Ia kemudian pergi menyelamatkan diri ke Songkhla. Hilangnya sang raja dinilai Partai Rakyat Thailand sebagai bukti kegagalannya dalam menjalankan tugasnya sebagai raja.

Pada tahun 1934, parlemen menggelar pemungutan suara untuk mengamandemen Undang-Undang Sipil dan Militer. Amandemen terhadap undang-undang ini memungkinkan dijatuhkannya pidana mati tanpa meminta pertimbangan raja. Prajadhipok kemudian mengirim 2 lembar surat protes kepada parlemen, dengan mengatakan bahwa hal ini akan menimbulkan kecurigaan masyarakat, bahwa UU ini akan menjadi pelindung untuk melenyapkan musuh-musuh politik partai. Prajadhipok juga menyarankan diadakannya referendum. Hal ini menimbulkan kemarahan para anggota parlemen atas tuduhan raja yang menilai mereka tidak mewakili suara rakyat.

3.2.2 Berakhirnya Pemerintahan Prajadhipok

Prajadhipok yang bersitegang dengan partai kemudian melakukan lawatan ke Eropa, sebelum menjalani perawatan di Inggris. Ia tetap berkorespondensi dengan pemerintah, untuk menunjukkan rakyat bahwa dirinya masih sanggup menjabat. Bagaimanapun juga, Prajadhipok sangat ingin menyelidiki kekuasaan rezim baru yang agaknya telah melenceng dari paham demokrasi. Suatu persetujuan kemudian tercapai untuk undang-undang, namun Prajadhipok bersikeras tidak akan kembali ke Siam apabila parlemen tidak dijadikan badan yang dipilih rakyat, serta jika keselamatannya selama perjalanan pulang ke Siam tidak dijamin. Pemerintah menolak hal ini, dan pada 14 Oktober 1934 Prajadhipok menyatakan keinginannya untuk mengundurkan diri jika keinginannya tetap tidak dipenuhi.

(11)

BAB IV

(12)

Kerajaan Siam yang merupakan salah satu Kerajaan besar di Asia Tenggara, yang menganut Sistem Pemerintahan Monarki Absolut berubah menjadi Monarki Konstitusi setelah kerajaan tersebut dikuasai oleh Prajadhipok yang merupakan keturunan dari Raja

Chulalongkorn dan adik bungsu dari raja Vajiravudh yang juga merupakan raja sebelumnya.

Berubahnya sistem pemerintahan Siam dari Monarki Absolut menjadi Monarki Konstitusi ini tidak lepas dari peran Rajanya sendiri yaitu Prajadhipok yang mendapat pengaruh dari Inggris. Prajadhipok melihat bahwa penerapan Monarki Konstitusi yang dijalankan Inggris membawa pengaruh baginya untuk membawa sistem ini di Siam. Nyatanya, setelah Prajadhipok kembali ke Siam dan berhasil menjadi Raja setelah menggantikan kakaknya Vajiravudh mengubah sistem pemerintahan yang selama mulai berdirinya Siam sampai raja sebelumnya yaitu Vajiravudh.

Perubahan inipun ternyata mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk rakyatnya sendiri yang sudah jenuh terhadap keadaan negaranya ketika masih dikuasai oleh Vajiravudh. Permasalahan ekonomilah yang kuat untuk merubah sistem pemerintah Siam sehingga didukung bukan hanya oleh pihak Istana tapi rakyatnya sendiripun setuju, meskipun tidak dipungkiri ada beberapa pihak yang masih menginginkan Monarki Absolut untuk tetap dipertahankan.

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

Adapun terhadap ahli ikhtiar, baik rakyat umum maupun wakil-wakil rakyat, diajukan tiga syarat ringan, diantaranya adalah mempunyai sifat jujur, tidak jahat dan berilmu artinya,

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh

Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas,

3) Sistem pemerintahan dengan pengawasan langsung oleh rakyat, yaitu pemerintahan (eksekutif), pada hakikatnya adalah badan pekerja dari

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh

Bahkan, dengan peran pemerintah yang sangat dominan, badan perwakilan rakyat dan partai politik tidak berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat

Dapat disimpulkan bahwa pengertian demokrasi adalah pemerintahan rakyat yang memberikan kebebasan pemerintahan kepada rakyat namun tetap diatur dan diarahkan oleh sebuah lembaga