• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pakar Hama dan Penyakit Tanaman R (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Pakar Hama dan Penyakit Tanaman R (2)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

95 3.1. Objek Penelitian

Penelitian ini mengambil objek atau data dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor yang berlokasi di Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111, Telp : (0251) 8321879; Faks : (0251) 8327010, E-mail : [email protected], [email protected]; Website : http://balitro.litbang.deptan.go.id. Dengan pakar Ir. Dono Wahyuno.

3.1.1. Tinjauan Umum Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO)

A. Sejarah Umum

Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO) Bogor, mempunya kaitan dengan berdirinya Kebun Raya Bogor tanggal 18 Mei 1817. Pada tahun1830-1880 Kebun Raya Bogor ini telah menjadi sumber tanaman terutama tanaman hias, tanaman rakyat, tanaman dagang, dan obat. Pada tahun 1876 koleksi tanaman di Kebun Raya Bogor sudah mencapai kurang lebih 10 ribu spesies dan pada tahun yang sama Dr. A. C. C. Scheffer, direktur Kebun Raya Bogor pada waktu itu membeli sebidang tanah di Cikeumah (dari Jalan Merdeka, ujung sebelah utara hingga Cimanggu). Seluas 72,5 ha yang kemudian dibangun “CULTURTURIN” (Economic Garden) dan masih merupakan bagian dari Kebun

(2)

Culturturin kemudian mengalami perubahan yang dimulai tahun 1918, antara lain dibangunnya Balai Besar Penyelidikan Pertanian di Cikeumah (Jalan Merdeka 99). Pada tahun 1929, Dr. L. G. Den Berger mengelompokkan balai-balai yang diantaranya menjadi Balai Fisiologi Tanaman, Hama, dan Penyakit Tanaman, Balai Penyelidikan Tanaman, dan Balai Penyelidikan Teknik Pertanian (BPTP). Tugas dan fungsi BPTP itu terus berlangsung baik pada masa penjajahan Jepang maupun sesudah kemerdekaan hingga tahun 1960.

Pada tahun 1961 dalam lingkungan Departemen Pertanian terjadi reorganisasi lembaga-lembaga penelitian, khususnya BPTP yang mengakibatkan BPTP terpecah menjadi dua lembaga yang diberi tugas untuk kegiatan penelitian industri. Kedua lembaga tersebut ialah:

1. Lembaga penelitian tanaman serat dan jenis-jenis tanaman industri lainnya

2. Lembaga penelitian kelapa dan jenis-jenis tanaman lemak lainnya

(3)

reorganisasi yang antara lain adalah perubahan dari Lembaga Penelitian Tanaman Industri (PUSLITBANGTRI) berdasarkan SK Mentan No. 07.210/706/Kpts/9/83 dipimpin oleh Dr. Ir. M. Soeharjan. Lembagaini membawahi empat Balai Penelitian, diantaranya Balai Penelitian Tanaman Industri (BALITRI), Bogor yang berkedudukan di jalan Cimanggu No. 1, dengan pimpinan balai yang pertama adalah H. Achmad Abdullah Bsc. Perkembangan reorganisasi yang terakhir adalah dengan keluarnya SK Mentan No. 613/Kpts/OT/210/84 tertanggal 16 Agustus 1984 antara lain berisikan6

Likuidasi BALITRI Tanjung Karang dan BALITRI Bogor menjadi Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO), berkedudukan di Jalan Cimanggu No. 3 dipimpin oleh Dr. Ir. Pasril Wahid MS.

B. Tugas dan Fungsi BALITRO

BALITRO mempunyai tugas untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan bibit unggul (pemulian), penelitian hama dan penyakit, agronomi dan agroekonomi juga teknologi. Atas dasar tugas tersebut, balai mempunyai fungsi:

1. Melakukan penelitian dan pengembangan teknik produksi teknologi hasil, budidaya serta usaha tani tanaman rempah dan obat.

2. Melakukan penelitian pensifatan, evolusi, pemanfaatan, dan kelestarian sumber daya alam.

(4)

5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga balai. Balai melaksanakan penelitian komoditi seluruh tanaman rempah dan obat, tanaman jambu mente, dan tanaman industri lainnya.

C. Tugas Pokok BALITRO

Tugas pokok dibalai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) secara terstruktur telah terbagi sesuai dan fungsi jabatan masing-masing dan telah mempunyai tugas pokok yang harus dijalankan.

Tugas pokok dari kepala Balai adalah sebagai ketua kelompok peneliti untuk menghasilkan paket teknologi pengembangan budidaya tanaman obat dan aromatik, serta pengembangan tanaman obat dan aromatik dengan membentuk suatu tim penyusun program balai.

Tugas pokok kepala sub Bagian Tata Usaha adalah melaksanakan kepegawaian, keuangan, surat menyurat, rumah tangga dan perlengkapan agar pelaksanaan kegiatan balai sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan.

Adapun tugas pokok dari kepala seksi pelayanan teknik adalah mengawasi pemanfaatan peralatan dan lahan percobaan untuk kelancaran penelitian, menyiapkan rencana kebutuhan perawatan sarana dan prasarana penelitian spesifikasi.

(5)

D. Sumber Daya Manusia dan Fasilitas

BALITRO didukung oleh 368 orang pegawai terdiri atas tenaga peneliti bergelar Doktor (S3) 18 orang, Magister (S2) 26 orang, Sarjana (S1) 57 orang, Sarjana Muda/Diploma 10 orang, SLTA 152 orang, SLTP 31 orang, dan SD 74 orang.

Para peneliti BALITRO tergabung kedalam tiga kelompok peneliti, yaitu: Pemuliaan, Plasma Nutfah, dan Pembenihan, Entomologi dan Fitopatologi, dan Fisiopatologi. Fasilitas pendukung penelitian yang dimiliki BALITRO antara lain:

 Lima unit laboratoriumLaboratorium agronomi, laboratorium pemulian,

laboratorium hama dan penyakit, laboratorium hasil, laboratorium mutu.

 Sembilan unit rumah kaca (rumah kaca agronomi, pemuliaan dan

hama penyakit).

 Sstu unit bengkel mekanisasi.

 Lima kebun percobaanLokasi kebun percobaan ini terdapat di Cimanggu,

Cibinong (Bogor),(Bogor), Gunung Putri (Cianjur), Cikampek (Purwakarta), Monoko(Bandung), dan Sukamulya (Sukabumi).

 Satu unit perpustakaan.

 Satu ha petak pamer.

 Empat ha Kebun Wisata Ilmiah Tanaman Perkebunan.

3.1.2. Visi dan Misi BALITRO

(6)

1. Melaksanakan penelitian tanaman rempah dan obat yang berkualitas 2. Melaksanakan diseminasi inovasi tanaman rempah dan obat secara luas 3. Mengembangkan sumber daya dan manajemen penelitian yang berkualitas 3.1.3. Struktur Organisasi BALITRO

BALITTRO secara struktural merupakan unit pelaksana teknis di bidang penelitian dan pengembangan yang berada di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

(7)

Gambar 3.1. Struktur Organisasi 3.1.4. Sumber Daya Manusia (SDM)

1. SDM Struktural

Tabel 3.1. SDM Struktural

Nama NIP Jabatan

Dr. Agus Wahyudi, MS 196001211985031002 Kepala Balai

Ir. A. Jauhari Kasubag Tata Usaha

Dr. Sukamto, M.Agr.Sc 196601191991031002 Kasie Pelayanan Teknis

Ir. Jusniarti Kasie Jasa Penelitian

Dedi Suheryadi Koordinator KP. Manoko

Unang Mansyur, SP Koordinator KP. Sukamulya

Asmara, SH Koordinator KP. Cikampek

Wawan Lukman Koordinator KP. Cicurug

Dadang Rukmana Koordinator KP. Cimanggu

Indra Koordinator KO. Laing

Sugianto Koordinator Kepegawaian

Maryudin Bendahara Keuangan

Ir. Ekwasita Rini P Koordinator Perencanaan

Ir. Oktivia Trisilawati Koordinator Evlap

Mulayawan Koordinator Informasi &

(8)

2. SDM Kelti Pemuliaan

Tabel 3.2. SDM Kelti Pemuliaan

Nama NIP Jabatan Bidang Keahlian

Dr. Otih Rostiana

196402261989032001 Ketua Kelti / Peneliti madya

Pemuliaan dan Genetika Tanaman Dra. Endang

Hadipoentyani

195508031983042001 Peneliti Utama Pemuliaan dan Genetika Tanaman Drs.Sukarman 195207011971061001 Peneliti Utama Pemuliaan dan

Genetika Tanaman Dr. Nurliani

Bermawie

195912171986032003 Peneliti Utama Pemuliaan dan Genetika Tanaman Dra. Natalini

Nova K

196412301990032001 Peneliti Madya Pemuliaan dan Genetika Tanaman Drs. Cheppy S 196103111992031002 Peneliti Madya Pemuliaan dan

Genetika Tanaman Drs. Sitti

Fatimah S

196307101991032001 Peneliti Madya Pemuliaan dan Genetika Tanaman Dra. Deliah

Seswita

195710101990032001 Peneliti Madya Pemuliaan dan Genetika Tanaman Ma’mun, S.Si 195303271976031003 Peneliti Madya Pemuliaan dan

Genetika Tanaman Ir. Sri

Wahyuni

196202131990032001 Peneliti Madya Pemuliaan dan Genetika Tanaman Dra. Amalia 196305271989032002 Peneliti Pertama Pemuliaan dan

Genetika Tanaman Ir. Nursalam

Surait

196411041992032001 Peneliti Pertama Pemuliaan dan Genetika Tanaman Wawan

Haryudin, SP

19660221992031001 Peneliti Muda Pemuliaan dan Genetika Tanaman

3. SDM Kelti Ekofisiologi

Tabel 3.3. SDM Kelti Ekofisiologi

Nama NIP Jabatan Bidang Keahlian

Dr. Otih Rostiana

196402261989032001 Ketua Kelti / Peneliti madya

Pemuliaan dan Genetika Tanaman Dra. Endang

Hadipoentyani

195508031983042001 Peneliti Utama Pemuliaan dan Genetika Tanaman Drs.Sukarman 195207011971061001 Peneliti Utama Pemuliaan dan

(9)

Bermawie Genetika Tanaman Dra. Natalini

Nova K

196412301990032001 Peneliti Madya Pemuliaan dan Genetika Tanaman Drs. Cheppy S 196103111992031002 Peneliti Madya Pemuliaan dan

Genetika Tanaman Drs. Sitti

Fatimah S

196307101991032001 Peneliti Madya Pemuliaan dan Genetika Tanaman Dra. Deliah

Seswita

195710101990032001 Peneliti Madya Pemuliaan dan Genetika Tanaman Ma’mun, S.Si 195303271976031003 Peneliti Madya Pemuliaan dan

Genetika Tanaman Ir. Sri

Wahyuni

196202131990032001 Peneliti Madya Pemuliaan dan Genetika Tanaman Dra. Amalia 196305271989032002 Peneliti Pertama Pemuliaan dan

Genetika Tanaman Ir. Nursalam

Surait

196411041992032001 Peneliti Pertama Pemuliaan dan Genetika Tanaman Wawan

Haryudin, SP

19660221992031001 Peneliti Muda Pemuliaan dan Genetika Tanaman

4. SDM Kelti Proteksi

Tabel 3.4. SDM Kelti Proteksi

Nama NIP Jabatan Bidang

keahlian Ir. Dono Wahyuno 196605081993031001 Ketua Kelti/

Peneliti Madya

Micology Prof. Dr. I. Wayan

Laba

195302241982031002 Peneliti Utama Entomology Prof. Dr. Agus

Kardinan

195708171986031001 Peneliti Utama Environmental Chemistry Prof. Dr. Mesak

Tombe

195201191981011001 Peneliti Utama Fitoppatology Prof. Dr. Supriadi 195812211983031005 Peneliti Utama Bacteriology Dr. Dyah

Manohara

195504081979032001 Peneliti Utama Fitoppatology Ir. Rodiah Balfas,

M.Sc

(10)

Penyakit Ir. T.L.

Mardiningsih, M.Sc

196205211989032001 Peneliti Madya Applied Entomology Dr. Molide Rizal 196009031983031016 Peneliti Madya Entomology Dr. Retno Djiwanti 196110091986032001 Peneliti Madya Agricultural

Biology Ir. Sri Yuni Hartati,

M.Sc

195906271986032001 Peneliti Muda Technology Of Crops

Dra. Rita Noveriza, M.Sc

196704041994032001 Peneliti Muda Biology Sondang Suriati,

S.Si

19651007199002001 Peneliti Muda Biology Ir. Sri

Miftahurohmah, SP 197706022002122001 Peneliti Pertama

Hama dan Penyakit

3.1.5. Tinjauan Umum Pakar

Nama Ir. Dono Wahyuno

Unit Kerja Balai Penelitiakn Tanaman Rempah dan Obat

Pendidikan Doktor

Jabatan Peneliti Madya

Bidang Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman

E-mail [email protected],

[email protected] Komoditas Tanaman Obat, Tanaman

Rempah, Aneka Tanaman Perkebunan

(11)

University of Tsukuba, Jepang, dan di Universitas dan bidang yang sama melanjutkan program doktor.

Ir. Dono Wahyuno bekerja sebagai staf peneliti di Laboratorium Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor. Jenjang fungsional Asisten Peneliti Madya diperoleh sejak tahun 1997, tetapi kemudian non aktif karena tugas belajar di jepang. Sampai saat ini ada sekitar 20 makalah yang telah dipublikasi, baik di jurnal internasional (Myco Science, Japan Trop. Agric. Culture, Tokyo Bot. Magazine) maupun di terbitkan dalam bahasa indonesia.

Kegiatan yang ditekuni selama ini dalam melakukan identifikasi dan koleksi cendawan-cendawan patogen dan tanaman rempah dan obat, juga melakukan kegiatan penelitian yang bertujuan menemukan metode untuk menekan terjadinya serangan cendawan patogen pada tanaman rempah dan obat.

3.2. Analisis Sistem

Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan.

3.2.1. Analisis Sistem Berjalan

(12)

menyertakan pengetahuan pakar dalam bidang tertentu sebagai sumber informasi. Sehingga informasi yang didapatkan bisa berasal dari sesama petani tanaman rempah, obat dan aromatik, ataupun dari sumber lain. Hal ini dirasa kurang efektif. Karena memungkinkan adanya kesalahan dalam informasi yang diterima yang dapat menimbulkan permasalahan baru dikemudian hari. Sedangkan untuk mendatangkan seorang pakar, tidak hanya akan memakan waktu yang tidak sedikit juga membutuhkan biaya yang mahal.

3.2.2. Analisis Kelemahan Sistem

Berdasarkan hasil analisis dari sistem yang berjalan saat ini, maka kelemahan dari sistem yang ada, yaitu:

1. Memungkinkan adanya kesalahan dalam informasi yang didapat dari sesama petani tanaman rempah, obat dan aromatik yang dapat menimbulkan permasalahan baru dikemudian hari

2. Terbatasnya waktu untuk konsultasi kepada pakar atau seorang yang ahli dalam bidang tersebut

3. Keberadaan pakar tidak selalu ada di tempat

4. Mahalnya biaya untuk mendatangkan seorang pakar 3.2.3. Analisis Sistem yang Diusulkan

(13)

saja tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. Sistem pakar yang akan dibangun dapat lebih menghemat waktu para petani dalam mencari informasi untuk mendeteksi kemungkinan penyakit yang menyerang serta penanganan dan pencegahan hama dan penyakit yang timbul. Sistem pakar yang dibangun akan menampilkan menu konsultasi berdasasrkan komoditas tanaman yang kemudian akan menampilakan hasil diagnosa penyakit beserta dampak negatif, penanganan serta pencegahan yang bisa dilakukan.

3.2.4. Analisis Kebutuhan Sistem A. Kebutuhan Fungsional

Analisis kebutuhan fungsional bertujuan untuk memperoleh gambaran sistem yang dibutuhkan oleh user atau pengguna. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan petani dalam mengatasi permasalahan mengenai hama dan penyakit tanaman rempah, obat dan aromatik adalah:

1. Sistem dapat menampilkan pertanyaan yang berhubungan dengan gejala hama dan penyakit dari masing-masing komoditas tanaman rempah, obat dan aromatik

2. Sistem akan menampilkan hasil dari diagnosa penyakit berdasarkan jawaban yang diberikan user seputar gejala yang timbul kemudian sistem memberikan penjelasan mengenai hama dan penyakit yang timbul

(14)

Berdasarkan tujuan di atas, maka kriteria yang menjadi spesifikasi dari sistem yang dibangun adalah sebagai berikut:

1. Sistem dapat dijalankan melalui media pc dan juga responship dengan mobile phone

2. Sistem yang dibangun menerapkan metode forward chaining dalam mendiagnosis hama dan penyakit

B. Kebutuhan Non-Fungsional

Analisis kebutuhan non fungsional dilakukan untuk mengetahui spesifikasi kebutuhan untuk sistem. Spesifikasi kebutuhan melibatkan analisis perangkat keras (hardware) dan analisis perangkat lunak (software).

1. Kebutuhan Perangkat Keras (hardware)

Kebutuhan perangkat keras (hardware) yang diperlukan untuk menunjang pembangunan sistem pakar ini minimal memiliki spesifikasi sebagai berikut: a. Hardisk 250 GB

b. Processor Dual Core 2.0 GHz c. RAM 1 GB

d. Modem GSM / CDMA

2. Kebutuhan Perangkat Lunak (Software)

Adapun perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem pakar ii adalah sebagai berikut:

(15)

d. Adobe Photoshop e. Corel Draw

f. Mozila Firefox / Google Chrome

3.3. Tabel Keputusan

Tabel keputusan ini dibuat untuk dapat mengklasifikasikan hama dan penyakit yang muncul seputar tanaman rempah, obat dan aromatik pada komoditas lada, jahe dan nilam. Dalam membuat tabel keputusan ini, diperlukan pengetahuan dan informasi yang didapat dengan melakukan wawancara terhadap para pakar dan mengkomninasikan dengan pengetahuan yang didapat dari beberapa buku, baik tulisan pakar itu sendiri, maupun pakar lain yang juga ekspert di bidangnya. Setelah melakukan kombinasi dan menyeleksi gejala / indikasi hama dan penyakit dari sumber-sumber informasi tersebut, hasil dari proses ini kemudian dikonfirmasi kembali dengan pakar, agar sistem pakar yang dirancang dapat mendiagnosa hama dan penyakit yang timbul di seputar tanaman rempah, obat dan aromatik dengan kepastian yang tinggi. Berikut ini adalah tabel keputusan yang terdiri atas kode gejala, kode penyakit secara keseluruhan :

1. Tabel Keputusan Pada Tanaman Lada

Tabel 3. 5. Tabel keputusan pada tanaman lada

Gejala Penyakit

Skt-001 Skt-002

gjl-001 

gjl-002 

gjl-003 

gjl-004 

gjl-005 

(16)

gjl-007 

gjl-008 

gjl-009 

gjl-010 

gjl-011 

gjl-012 

gjl-013 

gjl-014 

gjl-015 

gjl-016 

Keterangan Kode Penyakit

Skt-001 : Busuk Pangkal Batang (BPB) Skt-002 : Lophobaris Piperis

Keterangan Kode Gejala Penyakit

gjl-001 : Tanaman layu dan daun-daun menjadi berwarna kuning

gjl-002 : Daun pucuk layu diikuti daun-daun di bawahnya, kemudian gugur atau tetap menggantung

gjl-003 : Terjadi perubahan warna pada pangkal batang, semula berwarna cokelat kekuningan, kemudian cokelat kemerahan, dan akhirnya hitam

gjl-004 : pada keadaan lembab akan nampak lendir berwarna kebiruan pada pangkal batang

gjl-005 : Kulit batang terkelupas dan jaringan kayu akan terlihat cokelat kehitaman

(17)

gjl-007 : apabila daun di arahkan ke cahaya, terdapat bercak berwarna hitam dengan tepi bergerigi seperti renda

gjl-008 : infeksi pada buah menyebabkan buah berwarna hitam dan busuk gjl-009 : Terdapat perubahan warna pada bagian cabang menjadi kuning,

cokelat kemudian hitam gjl-010 : Cabang lada mati

gjl-011 : Terdapat bekas gigitan pada bagian tanaman yang diserang gjl-012 : Menghitamnya bekas gigitan karena pembusukan

gjl-013 : Terdapat serangan larva penggerek yang menyebabkan

menguningnya tanaman pada bagian atas gerekan yang kemudian mengering

gjl-014 : Tanaman mudah patah

gjl-015 : Terdapat lubang disekitar bagian tanaman yang dapat ditempati oleh serangga-serangga kecil lainnya

gjl-016 : Serangan larva umumnya dimulai pada cabang-cabang buah

2. Tabel Keputusan Pada Tanaman Jahe

Tabel 3.6. Tabel Keputusan Pada Tanaman Jahe Gejala Penyakit

Skt-003 Skt-004

gjl-017 

gjl-018 

gjl-019 

gjl-020 

gjl-021 

gjl-022 

gjl-023 

(18)

gjl-024 

gjl-026 

gjl-027 

gjl-028 

gjl-029 

Keterangan Kode Penyakit Skt-003 : Layu Bakteri Skt-004 : Bercak Daun Keterangan Kode Gejala Penyakit

gjl-017 : Daun-daun menguning dan menggulung

gjl-018 : Gejala menguning pada daun, dimulai pada bagian tepi dan berkembang ke seluruh helaian daun

gjl-019 : Seluruh daun menjadi kuning, layu, kering, dan tanaman menjadi mati

gjl-020 : Pada pangkal yang sakit terlihat gejala busuk kebasahan “water shocked”

gjl-021 : Pada batang yang sakit sering terlihat adanya garis yang membujur yang berwarna hitam atau abu-abu

gjl-022 : Tanaman yang sakit batangnya akan mudah dicabut dan dilepas dibagian rimpangnya

gjl-023 : Apabila batang ditekan, dari penampang nya akan terlihat eksudat bakteri yang keluar yang berwarna putih susu yang berbau khas dan menyengat

(19)

gjl-025 : Pada jaringan nekrosa bagian tengah berwarna putih dan tepi berwarna cokelat / gelap

gjl-026 : Pada awalnya terdapat bercak yang luas dengan bagian tepi berwarna kuning

gjl-027 : Bercak melebar dengan bagian tepi berwarna gelap dan dapat dibedakan dengan bagian yang masih sehat

gjl-028 : Terdapat titik-titik warna hitam yang tersebar secara acak pada permukaan jaringan yang mengalami nekrosa

gjl-029 : Terdapat bercak daun bergaris pada daun yang telah terbuka

3. Tabel Keputusan Pada Tanaman Nilam

Tabel 3.7. Tabel Keputusan Pada Tanaman Nilam

Gejala Penyakit

Skt-005 Skt-006

gjl-030 

gjl-031 

gjl-032 

gjl-033 

gjl-034 

gjl-035 

gjl-036 

gjl-037 

Keterangan Kode Penyakit Skt-005 : Layu Bakteri Skt-006 : Budog

Keterangan Kode Gejala Penyakit

(20)

diikuti oleh daun-daun pada cabang lainnya

gjl-031 : Pada tanaman yang sama terjadi kelayuan pada beberapa cabang tertentu, akan tetapi cabang yang lainnya kelihatan sehat

gjl-032 : Seluruh bagian cabang menjadi layu dan mati

gjl-033 : Jaringan akar dan batang tanaman yang sakit akan menjadi busuk dan berwarna cokelat hitam

gjl-034 : Kulit akar sekunder mengelupas

gjl-035 : Adanya kutil berupa benjolan berwarna putih yang banyak terbentuk di permukaan batang atau daun

gjl-036 : spora (prosorus) di dalam kutil yang awal nya berwarna putih menjadi berwarna kuning

gjl-037 : daun maupun tunas-tunas baru yang terbentukpada tanaman yang telah terinfeksi berukuran lebih kecil, tebal dan ruasnya pendek, sehingga tanaman menjadi kerdil

3.4. Pohon Keputusan (Decission Tree)

(21)

1. Tanaman Lada

a. Pohon Keputusan Pada Tanaman Lada

Gambar 3.2. Pohon Keputusan Tanaman Lada b. Aturan (Rule)

Rule1

IF Tanaman layu dan daun-daun menjadi berwarna kuning AND Daun pucuk layu diikuti daun-daun di bawahnya, kemudian gugur atau tetap menggantung AND Terjadi perubahan warna pada pangkal batang, semula berwarna cokelat kekuningan, kemudian cokelat kemerahan, dan akhirnya hitam AND pada keadaan lembab akan nampak lendir berwarna kebiruan pada pangkal batang AND Kulit batang terkelupas Skt-001

gjl-006

gjl-005 gjl-004

gjl-003

gjl-002

gjl-007

gjl-001

gjl-008

Skt-002

gjl-009

gjl-010

gjl-011

gjl-012

gjl-013

gjl-014

gjl-015

(22)

dan jaringan kayu akan terlihat cokelat kehitaman AND Terdapat gejala bercak daun pada bagian tengah, atau tepi ujung daun AND apabila daun di arahkan ke cahaya, terdapat bercak berwarna hitam dengan tepi bergerigi seperti renda AND infeksi pada buah menyebabkan buah berwarna hitam dan busuk THEN Penyakit = Busuk Pangkal Batang (BPB)

Rule 2

(23)

2. Tanaman Jahe

a. Pohon Keputusan Pada Tanaman Jahe

Gambar 3.3. Pohon Keputusan Tanaman Jahe b. Aturan(Rule)

Rule 1

IF Daun-daun menguning dan menggulung AND Gejala menguning pada daun, dimulai pada bagian tepi dan berkembang ke seluruh helaian daun AND Seluruh daun menjadi kuning, layu, kering, dan tanaman menjadi mati AND Pada pangkal yang sakit terlihat gejala busuk kebasahan “water shocked” AND Pada batang yang sakit sering terlihat

adanya garis yang membujur yang berwarna hitam atau abu-abu AND Tanaman yang sakit batangnya akan mudah dicabut dan dilepas Skt-001

gjl-022

gjl-021 gjl-020

gjl-019

gjl-018

gjl-023

gjl-017

Skt-002

gjl-024

gjl-025

gjl-026

gjl-027

gjl-028

(24)

dibagian rimpangnya AND Apabila batang ditekan, dari penampang nya akan terlihat eksudat bakteri yang keluar yang berwarna putih susu yang berbau khas dan menyengat THEN Penyakit = Layu Bakteri Rule 2

IF Terdapat gejala bercak putih yang merata pada permukaan daun AND Pada jaringan nekrosa bagian tengah berwarna putih dan tepi berwarna cokelat / gelap AND Pada awalnya terdapat bercak yang luas dengan bagian tepi berwarna kuning AND Bercak melebar dengan bagian tepi berwarna gelap dan dapat dibedakan dengan bagian yang masih sehat AND Terdapat titik-titik warna hitam yang tersebar secara acak pada permukaan jaringan yang mengalami nekrosa AND Terdapat bercak daun bergaris pada daun yang telah terbuka THEN Penyakit = Bercak Daun

3. Tanaman Nilam

a. Pohon Keputusan Pada Tanaman Nilam

Gambar 3.4. Pohon Keputusan Tanaman Nilam Skt-001

gjl-034 gjl-033

gjl-032

gjl-031

gjl-030

Skt-002

gjl-035

gjl-036

(25)

b. Aturan (Rule) Rule 1

IF Daun-daun pada cabang tertentu menjadi layu dan selanjutnya diikuti oleh daun-daun pada cabang lainnya AND Pada tanaman yang sama terjadi kelayuan pada beberapa cabang tertentu, akan tetapi cabang yang lainnya kelihatan sehat AND Seluruh bagian cabang menjadi layu dan mati AND Jaringan akar dan batang tanaman yang sakit akan menjadi busuk dan berwarna cokelat hitam AND Kulit akar sekunder mengelupas THEN penyakit = layu bakteri

Rule 2

Gambar

Gambar 3.1. Struktur Organisasi
Tabel 3.3. SDM Kelti Ekofisiologi
Tabel 3.4. SDM Kelti Proteksi
Tabel 3. 5. Tabel keputusan pada tanaman lada
+6

Referensi

Dokumen terkait

R8 = IF Permukaan daun tampak putih AND Tunas tidak normal dan tidak berbuah AND Buah berwana coklat, kulit berwarna coklat THEN Penyakit = Penyakit Embun Tepung. R9 =

Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah bercak berwarna coklat, berbentuk oval sampai bulat, berukuran sebesar biji wijen, pada permukaan daun (GB. 61), pada pelepah, atau

Pada pengujian ke 20 gejala yang dimasukkan daun berwarna kecoklatan, pucuk daun dan tunas mengulung kedalam, daun layu, apabila batang dipotong pakar dapat

Gejala penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada pelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, bercak

penyebab penyakit hawar dengan gejala serangan berupa bercak kehitaman dan pada tulang daun yang berwarna cokelat kehitaman terdapat bintik yang berwarna putih di

Pada pengujian ke 20 gejala yang dimasukkan daun berwarna kecoklatan, pucuk daun dan tunas mengulung kedalam, daun layu, apabila batang dipotong pakar dapat

Gejala penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada pelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, bercak

Gejala penyakit dapat terlihat dari stadia anakan sampai stadia matang susu, yaitu pada pelepah daun, di antara permukaan air dan daun terdapat bercak/spot keabu-abuan yang