• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Sampah Padat dan Bahan B3 cai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengolahan Sampah Padat dan Bahan B3 cai"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh :

Dwi Ayu Wulandari (H1E113021) Ade Fitria (H1E113041) Rendy Arya Pangestu (H1E113214) Betina Surya (H1E113242)

Dosen Pembimbing :

Prof. Dr. Qomariyatus S, Amd., Hyp., ST., Mkes

NIP. 19780420 20050 1 002

Disusun Oleh :

Dwi Ayu Wulandari (H1E113021)

Ade Fitria (H1E113041)

Rendy Arya Pangestu (H1E113214)

Betina Surya (H1E113242)

Dosen Pembimbing :

Prof. Dr. Qomariyatus S, Amd., Hyp., ST., Mkes

Indah Nirtha, ST., Msi

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Dr-IngYulianFirmana Arifin, ST., MT.

Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Nip. 19750404 200003 1 002

Dr. Rony Riduan, ST., MT.

Kepala Program Studi Teknik Lingkungan Nip. 19761017 199903 1 003

Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp, ST., M.Kes

Dosen Mata Kuliah Keslingker Nip. 19780420 20050 1 002

Indah Nirtha, ST., Msi

Dosen Mata Kuliah Keslingker

Ade Fitria H1E113041

Rendy Arya P

H1113214

Dwi Ayu Wulandari H1113021

(3)

Disusun Oleh :

Dwi Ayu Wulandari (H1E113021)

Ade Fitria (H1E113041)

Rendy Arya Pangestu (H1E113214) Betina Surya (H1E113242)

Banjarbaru, November 2015

Telah Diperiksa dan Disetujui, Dosen Mata Kuliah K3,

Prof. Dr. Qomariyatus S, Amd., Hyp., ST., Mkes NIP. 19780420 20050 1 002

Mengetahui,

Ketua Prodi Teknik Lingkungan,

Dr. Rony Riduan, ST., MT NIP. 19761017 199903 1 003

KATA PENGANTAR

(4)

Msi sebagai Dosen Mata Kuliah K3, yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini.

3. Bapak Made Rismawan selaku pembimbing observasi lapangan dilapangan, serta para karyawan dan staf Divisi Teknik PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin yang selalu Membimbing dan Membantu dalam Pembuatan Laporan.

4. Orang tua dan adik yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk menyelesaikan laporan ini.

5. Para staf dan karyawan PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasinyang memberikan banyak masukkan dan bantuan.

6. Semua teman-teman di Teknik Lingkungan 2013 dan kakak-kakak di Teknik Lingkungan yang telah memberi bantuan serta dukungannya. Kami juga menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna perbaikan yang akan datang. Semoga laporan yang telah di buat ini mendatangkan manfaat bagi semua.

Banjarbaru, Desember 2015

Penulis

RINGKASAN

(5)
(6)

KATA PENGANTAR...iii

RINGKASAN...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR GAMBAR...x

DAFTAR TABEL...x

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...3

2.1. Definisi Sampah Padat dan Limbah B3 ...3

2.2. Sumber Sampah Padat dan Limbah B3...3

2.3. Sifat dan Karakteristik Limbah B3...5

2.4. Dampak Sampah Padat dan Limbah B3...7

2.5. Pengelolaan Limbah B3...7

2.5.1 Reduksi...7

2.5.2 Pengemasan ...7

2.5.3 Penyimpanan...10

2.5.4 Pengumpulan ...12

2.5.5 Pengangkutan...13

2.5.6 Pemanfaatan...13

(7)

2.6.3 Pengangkut Limbah B3...16

2.6.4 Pemanfaat Limbah B3...16

2.6.5 Pengolah Limbah B3...17

2.6.6 Penimbun Limbah B3...17

2.7 Identifikasi Sampah Padat dan Limbah B3...18

2.8 Kegiatan Pengolahan Sampah Padat dan Limbah B3...19

2.9 Fasilitas Pengelolaan Limbah B3 di Pelabuhan...21

a. Ruang Lingkup Pengelolaan Limbah B3 di Pelabuhan...21

b. Tipikal Fasilitas Pengelolaan Limbah B3 di Pelabuhan...23

c. Kriteria Pengadaan Fasilitas Pengelolaan Limbah B3 di Pelabuhan...25

d. Persyaratan Lokasi...26

e. Persyaratan Bangunan ...27

f. Fasilitas Tambahan...27

g. Persyaratan Operator Fsilitas Pengelolaan...29

h. Pengawasan ...29

2.10 K3 Dalam Pengelolaan Sampah Padat dan Limbah B3...30

BAB III Hasil Dan Pembahasan...32

3.1 Karakteristik Per Jenis Limbah...34

3.2 Tata Letak Reception Facility...35

3.3 Permasalahan Pada Observasi Lapangan...36

3.3 Data Pada Bulan Juni - Juli...37

BAB IV PENUTUP...39

(8)

LAMPIRAN

(9)

Gambar 2.3 Penyimpanan Kemasan Limbah B3 Dengan Menggunakan

Rak……….11

Gambar 2.4 Tempat Penyimpanan Limbah B3 Cair...11

Gambar 2.5 Tempat Penyimpanan Limbah B3...12

Gambar 2.6 Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah B3...12

Gambar 2.7 Tata Ruang Fasilitas Penyimpanan Sementara Limbah B3 di Luar Lokasi Pabrik Penghasil atau di Pengumpul dan atau di Pengolah.13 Gambar 2.8 Diagram Alur Proses di Fasilitas Pengelolaan Limbah Sejenis…...23

Gambar 2.9 Tipe Fasilitas Pengelolaan Limbah Sejenis di Dalam Kawasan Pelabuhan...24

Gambar 2.10 Tipe Fasilitas Pengelolaan Limbah Terpadu di Dalam Kawasan Pelabuhan...24

Gambar 2.11 Diagram Alur Proses di Fasilitas Pengelolaan Limbah Terpadu.. 26

Gambar 3.1 Tata Letak Penempatan Limbah di Reception Facilities PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin...35

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin merupakan salah satu cabang perusahaan pelabuhan yang berada di Jl. Barito Hilir No.6 Trisakti, Banjarmasin. Pelabuhan Banjarmasin terdiri dari enam terminal (dermaga), yaitu : Terminal Trisakti, Terminal Multi purpose, Terminal Peikemas Banjarmasin (TPKB), Terminal Martapura Baru, Terminal Basirih, Terminal Pulang Pisau dan Terminal Kuala Kapuas. Dari enam terminal tersebut dan mitra / stakeholder yang melakukan aktivitas di pelabuhan , banyak aktivitas yang menghasilkan limbah.Selain limbah aktivitas yang dilakukan di area pelabuhan juga menghasilkan Sampah Padat Dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LImbah B3). Sampah Padat Dan Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.

(12)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi sumber sampah padat dan limbah b3 di PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin

2. Bagaimana proses kerja pengolahan sampah padat dan limbah b3 di PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin

1.3 Tujuan

Tujuan dari kegiatan observasi lapangan ini adalah :

1. Mengetahui sumber-sumber kegiatan yang menghasilkan sampah padat dan limbah B3 di PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin

2. Mengetahui proses kerja pengelolaan sampah padat dan limbah B3 di PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sampah Padat Dan Limbah B3

(13)

umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan , ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb. (SNI 19-2454-1993).

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. (Wikipedia).

Sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan dari aktivitas manusia dan binatang yang secara normal padat dan dibuang ketika tak dikehendaki atau sia-sia (Tchobanoglous, G. dkk 1993).

Limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan dan atau proses produksi yang diantara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, rumah sakit, industri, pertambangan, dan kegiatan lain (Anonim, 2011).

2.2 Sumber Sampah Padat Dan Limbah B3

Sumber sampah padat bermacam-macam diantaranya bersumber dari : a. Pemukiman

b. Daerah komersial c. Institusi

d. Konstruksi dan pembongkaran bangunan e. Fasilitas umum

f. Pengolah limbah domestik g. Kawasan Industri

h. Pertanian

Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber dan karakteristiknya. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :

a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak, pengemasan, dll.

b. Limbah B3 dari sumber spesifik

Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.

c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan,dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

(14)

Berdasarkan MARPOL 73/78 dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 03 Tahun 2007, limbah B3 di Pelabuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Dalam annex yang diatur oleh konvensi tentang pembuangan bahan berbahaya ke laut. Menurut konvensi yang dimaksud dengan “Bahan-bahan berbahaya” adalah setiap bahan dimana, jika dibuang ke laut, adalah secara hukum akan menimbulkan bahaya terhadap kesehatan manusia, berbahaya bagi makhluk hidup di laut dan sumber daya alam, merusak kekayaan alam atau menganggu peruntukan laut dan termasuk didalamnya setiap bahan yang diawasi oleh konvensi – konvensi yang ada”.

Bahan-bahan berbahaya dimaksud adalah seperti yang diatur dalam Annex sebagaimana tersebut di bawah ini :

 Annex I .

Adalah minyak dan campuran minyak, termasuk didalamnya Annex I MARPOL 73/78, antara lain seperti yang tercantum dalam Lampiran 1.

 Annex II.

Adalah limbah cair berbahaya dalam bentuk curah, contohnya : bahan–bahan kimia dalam jumlah besar. Termasuk di dalamnya Annex II MARPOL 73/78, antara lain seperti yang tercantum dalam Lampiran 2.

 Annex III.

Adalah bahan-bahan berbahaya dalam kemasan. Walaupun diangkut melalui transportasi laut, namun jika kemasan tersebut rusak dan isinya tumpah maka fasilitas pengumpulan yang dibutuhkan adalah seperti yang diatur dalam Annex V. Termasuk didalamnya Annex III MARPOL 73/78, antara lain seperti yang tercantum dalam Lampiran 3.

 Annex IV.

Adalah limbah cair domestik dari kapal. Termasuk didalamnya Annex IV MARPOL 73/78, antara lain seperti yang tercantum dalam Lampiran 4.

 Annex V.

(15)

didalamnya Annex V MARPOL 73/78, antara lain seperti yang tercantum dalam Lampiran 5.

 Annex VI.

Adalah emisi yang dihasilkan dari kapal yang sandar. Termasuk didalamnya Annex VI MARPOL 73/78, antara lain seperti yang tercantum dalam Lampiran 5.

Limbah – limbah seperti yang terdapat dalam Annex I dan II, yang karena

sifat racun, mudah terbakar atau yang memiliki sifat fisika dan kimia lainnyaharus dimasukan kedalam kategori Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

2.3 Sifat dan Karakteristik Limbah B3

Berdasarkan sifatnya limbah B3 terdiri atas enam jenis, yaitu:

1. Limbah mudah meledak, limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui proses kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu tekanan tinggi serta dapat merusak lingkungan.

2. Limbah mudah terbakar, bahan limbah yang mudah terbakar adalah limbah yang mengandung bahan yang menghasilkan gesekan atau percikan api jika berdekatan dengan api.

3. Limbah reaktif, limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah bereaksi dengan oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi dan dapat menyebabkan kebakaran.

4. Limbah beracun, limbah beracun atau limbah b3 adalah limbah yang mengandung racun berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah ini mengakibatkan kematian jika masuk ke dalam laut.

5. Limbah korosif adalah limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat membuat logam berkarat.

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 74 Tahun 2001 Pasal 5 Ayat 1, sifat-sifat dan klasifikasi limbah B3 adalah sebagai berikut:

1. Mudah Meledak (Explosive)

2. Mudah Terbakar 3. Reaktif

4. Beracun

(16)

Urutan Kelompok LD50 (mg/kg) 1 Amat sangat beracun (extremely toxic) < 1

2 Sangat beracun (highly toxic) 1-50

3 Beracun (moderately toxic) 51-500

4 Agak beracun (slightly toxic) 501-5.000 5 Praktis tidak beracun (practically non-toxic) 5.001-15.000 6 Relatif tidak berbahaya (relatively harmless) <15.000

Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor. 74 Tahun 2001

5. Infeksius 6. Korosif

7. Pengoksidasi (Oxidizing)

8. Sangat Mudah Sekali Terbakar (Extremely Flammable) 9. Amat Sangat Beracun (Extremely Toxic)

10. Sangat Beracun (Highly Toxic) 11. Berbahaya (Harmful)

12. Berbahaya Bagi Lingkungan (Cangerous to the Environment) 13. Karsinogenik (Carcinogenic)

14. Teratogenik (Teratogenic) 15. Mutagenik (Mutagenic)

2.4 Dampak Sampah Padat Dan Limbah B3

Kita sangat perlu mengetahui pengaruh bahaya dan racun dari B3 tersebut. Bahan-bahan ini disamping dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan dan pencemaran lingkungan, pemakaian dan penggunaannya dalam instalasi nuklir juga dapat menimbulkan radiasi/kontaminasi jika terjadi kecelakaan. Untuk itu dalam penyimpanan, pengelolaan dan penanganannya perlu memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan. Pengaruh B3 tersebut antara lain: dapat menimbulkan kebakaran, ledakan, keracunan, dan iritasi pada permukaan atau bagian tubuh manusia

2.5 Pengelolaan Limbah B3 2.5.1 Reduksi

(17)

(housekeeping), substitusi bahan,memodifikasi proses, serta reduksi limbah B3 lainnya (Mustaqim dkk,2010).

2.5.2 Pengemasan

Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera.Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan.Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas.

Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan aman. Adapun persyaratan dan ketentuan pengemasan atau pewadahan limbah B3 di fasilitas :

 Penghasil, untuk disimpan sementara di dalam lokasi penghasil

 Penghasil, untuk disimpan sementara di luar lokasi penghasil tetapi tidak sebagai pengumpul

 Pengumpul, untuk disimpan sebelum dikirim ke pengeloh

 Pengolah, sebelum dilakukan pengolahan dan atau penimbunan

Persyaratan prapengemasan limbah B3 yaitu setiap penghasil/ pengumpul limbah B3 harus dengan pasti mengetahui karakteristik bahaya dari setiap limbah B3 yang dihasilkan/ dikumpulkannya. Apabila ada keragu-raguan dengan karakteristik limbah B3 yang dihasilkan/ dikumpulkannya, maka terhadap limbah B3 tersebut harus dilakukan pengujian karakteristik di laboratorium yang telah mendapat persetujuan Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedal) dengan prosedur dan metode pengujian yang ditetapkan oleh Bapedal. Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap jenis dan karakteristik limbah yang akan dikemasnya.

Persyaratan pengemasan limbah B3 antara lain sebagai berikut : 1. Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak

2. Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang kan disimpan

(18)

4. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan.

Sumber : Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Gambar 2.1 : Kemasan untuk penyimpanan limbah B3

A. kemasan drum penyimpan limbah B3 cair B. kemasan drum untuk limbah B3 sludge

1. Simbol

Terdapat 8 (delapan) jenis simbol, yaitu :

 Simbol klasifikasi limbah B3 mudah meledak

 Simbol klasifikasi limbah B3 mudah terbakar

 Simbol klasifikasi limbah B3 reaktif

 Simbol klasifikasi limbah B3 beracun

 Simbol klasifikasi limbah B3 korosif

 Simbol klasifikasi limbah B3 menimbulkan infeksi

 Simbol limbah B3 menimbulkan infeksi

2. Label

Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu limbah B3 yang dikemas. Terdapat 3 (tiga) jenis label yang berkaitan dengan sistem pengemasan limbah B3, yaitu:

 Label identitas limbah

 Label untuk penandaan kemasan kosong

(19)

Dalam rangkaian kegiatan atau usahayang menghasilkan limbah B3 terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah B3 yaitu :

a. Penghasil limbah B3 b. Pengumpul limbah B3 c. Pengangkut limbah B3 d. Pemanfaat limbah B3 e. Pengolah limbah B3 f. Penimbun limbah B3

2.5.3 Penyimpanan

Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera.Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Tempat Penyimpanan limbah B3 wajib memenuhi syarat antara lain sebagai berikut :

Sumber : Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995

(20)

Sumber : Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Gambar 2.3 Penyimpanan Kemasan Limbah B3 Dengan Menggunakan Rak

 Untuk kapasitas besar dapat digunakan tangki, dimana sidekitar tangki harus dibuat tanggul dan saluran pembuangan menuju bak penampung yang kedap air dan mampu menampung cairan minimal 110% kapasitas tangki dan tentunya tangki terlindung dari penyinaran matahari dan hujan.

(21)

Sumber : Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Gambar 2.5 : Tempat Penyimpanan Limbah B3

Sumber : Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Gambar 2.6 Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah B3

2.5.4 Pengumpulan

(22)

Sumber : Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995

Gambar 2.7 Tata Ruang Fasilitas Penyimpanan Sementara Limbah B3 di Luar Lokasi Pabrik Penghasil atau di Pengumpul dan atau di Pengolah.

2.5.5 Pengangkutan

Penyerahan limbah B3 oleh penghasil, pengumpul, pemanfaat,atau pengolah kepada pengangkut wajib disertai dengan dokumen limbah B3. Karena sifat dari limbah B3, maka perpindahan limbah B3 harus dilengkapi dengan dokumen limbah B3. Dokumen limbah B3 tersebut merupakan legalitas dari kegiatan pengelolaan limbah B3. Dengan demikian dokumen resmi ini merupakan sarana/alat pengawasan yang ditetapkan pemerintah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan juga untuk mengetahui mata rantai perpindahan dan penyebaran limbah B3.

2.5.6 Pemanfaatan

(23)

bahan, pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan bakar, pemanfaatan limbah B3 jenis lainnya setelah melalui penelitian dan kajian yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan.

2.5.7 Pengolahan

Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, dan solidifikasi secara fisika, kimia, biologi dan atau cara lainnya sesuai dengan perkembangan teknologi. Pemilihan lokasi untuk pengolahan limbah B3 harus memenuhi ketentuan antara lain :

 Bebas dari banjir, tidak rawan bencana dan bukan kawasan lindung.

 Merupakan lokasi yang ditetapkan sebagai kawasan peruntukkan industri, berdasarkan rencana tata ruang.

Pengolahan limbah B3 secara fisika atau kimia yang menghasilkan limbah cair, maka limbah cair tersebut wajib memenuhi baku mutu limbah cair. Limbah padat, maka limbah padat tersebut wajib memenuhi ketentuan pengelolaan limbah B3 (Hidayat, 2006 dalam Mustaqim dkk,2010).

2.6 Pelaku Pengelolaan Sampah Padat Dan Limbah B3

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

Dalam pengelolaan limbah B3 terdiri dari beberapa pihak yang masing-masing memiliki peran penting dan merupakan mata rantai penting dalam pengelolaan limbah B3 antara lain sebagai berikut :

2.6.1 Penghasil Limbah B3

(24)

ataupun kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun, atau menghasilkan limbah B3 wajib melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3, ataupun menimbun limbah B3. Apabila limbah B3 sudah direduksi akan tetapi masih menghasilkan limbah B3, dan limbah B3 tersebut masih dapat dimanfaatkan, penghasil limbah B3 dapat memanfaatkan limbah tersebut sendiri ataupun menyerahkannya kepada pemanfaat limbah B3, sama halnya dengan pengolahan dan penimbunan limbah B3 dapat melakukan pengolahan ataupun penimbunan sendiri ataupun menyerahkannya kepada pihak ketiga yang dapat mengolah dan menimbun limbah B3 itu sendiri (Bp migas, 2008 dalam Mustaqim dkk,2010).

Penghasil Limbah B3 wajib memiliki catatan tentang: jenis, karakteristik, jumlah, dan waktu dihasilkannya limbah B3, jenis karakteristik, jumlah, dan waktu penyerahan limbah B3, dan nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pengumpul, pemanfaat, pengolah ataupun penimbun limbah B3 (Bp migas, 2008 dalam Mustaqim dkk,2010).

2.6.2 Pengumpul Limbah B3

Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum dikirim ke tempat pengolahan, pemanfaatan, ataupun penimbunan limbah B3.

Pengumpul limbah B3 wajib membuat catatan tentang :

Jenis, karakteristik, jumlah limbah B3 dari penghasil limbah B3.

Jenis, karakteristik, jumlah, dan waktu penyerahan limbah B3 kepada pemanfaat, pengolah, penimbun limbah B3

Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pemanfaat, pengolah, penimbun limbah B3(Mustaqim dkk,2010).

(25)

2.6.3 Pengangkut Limbah B3 dokumen limbah B3 yang nantinya dokumen tersebut diserahkan kepada pihak pengumpul, pemanfaat, pengolah, ataupun penimbun limbah B3 yang ditunjuk oleh penghasil limbah B3 (Bp migas, 2008 dalam Mustaqim dkk,2010).

2.6.4 Pemanfaat Limbah B3

Pemanfaat limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pemanfaatan limbah B3.Dalam hal pemanfaatan limbah B3, pemanfaat limbah yang menghasilkan limbah B3 wajib memenuhi ketentuan mengenai penghasil limbah B3. Pemanfaat limbah B3 yang melakukan pengangkutan limbah B3 wajib memenuhi ketentuan mengenai pengangkut limbah B3 (Bp migas, 2008 dalam Mustaqim dkk,2010).

Pemanfaat limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan sebagai berikut :

Sumber limbah B3 yang dimanfaatkan;

Jenis, karakteristik, dan jumlah limbah B3 yang dikumpulkan;

Jenis, karakteristik, dan jumlah limbah B3 yang dimanfaatkan dan produk yang dihasilkan;

Nama pengangkut yang melakukan pengangkutan limbah B3 dari penghasil dan/atau pengumpul limbah B3.

2.6.5 Pengolah Limbah B3

(26)

B3 yang dihasilkannya paling lama 90 sembilan puluh hari (Bp migas, 2008 dalam Mustaqim dkk,2010).

Pengolah limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai :

 Sumber limbah B3 yang diolah

 Jenis, karakteristik, dan jumlah limbah B3 yang diolah

 Nama pengangkut yang melakukan pengangkutan limbah B3

2.6.6 Penimbun Limbah B3

Penimbunan Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan penimbunan limbah B3. Dalam hal penimbunan limbah B3 penimbunan dapat dilakukan oleh penghasil limbah B3 itu sendiri atau peenimbunan dilakukan oleh pihak ketiga yakni badan usaha yang melakukan kegiatan penimbunan limbah B3 Penimbun limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai:

 Sumber limbah B3 yang ditimbun;

 Jenis, karakteristik, dan jumlah limbah B3 yang ditimbun;

 Nama pengangkut yang melakukan pengangkutan limbah B3.

Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut diatas, maka mata rantai siklus perjalanan limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3 dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan sistem tersebut dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan kedalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir dan tentunya telah memenuhi persyaratan lingkungan (Bp migas, 2008 dalam Mustaqim dkk, 2010).

2.7 Identifikasi Sampah Padat Dan Limbah B3

(27)

b. Mencocokkan jenis limbah dengan daftar jenis limbah B3, dan apabila cocok dengan daftar jenis limbah B3, maka limbah tersebut termasuk limbah B3 c. Apabila tidak cocok dengan daftar jenis limbah B3, maka diperiksa apakah

limbah tersebut memiliki karakteristik mudah meledak, mudah terbakar, beracun, bersifat reaktif,menyebabkan infeksi atau bersifat korosif

d. Apabila kedua tahapan tersebut sudah dilakukan dan tidak memenuhi ketentuan limbah B3, maka uji terakhir yang dilakukan adalah uji toksikologi untuk menetapkan nilai LD50 (Lethal Dose Fifty). LD50 adalah perhitungan dosis (gram pencemar per kilogram) yang dapat menyebabkan kematian 50% populasi makhluk hidup yang dijadikan percobaan.

Limbah dapat dikatakan sebagai limbah B3 atau tidaknya juga dapat dilihat dari sumber limbah tersebut. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik, pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pendukung produksi seperti pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pengemasan dan lain-lain. b. Limbah B3 dari sumber spesifik, sisa proses suatu industri atau kegiatan yang

secara spesifik dapat ditentukan.

c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

2.8 Kegiatan Pengolahan Sampah Padat Dan Limbah B3

Pada dasarnya pengolahan limbah bukanlah hal yang sulit dilakukan, namun demikian pelaksanaannya perlu kesungguhan dan niat untuk menyelamatkan lingkungan kita dari

berbagai pencemar yang dapat mencemari air, tanah dan udara (Siahaan, 2008). Namun kajian lingkungan yang mengharuskan setiap industri untuk melakukan pengolahan limbah selalu bertentangan dengan pihak perusahaan yang beranggapan bahwa hal itu dapat menambah biaya operasional tambahan yang semestinya dihemat.

(28)

sebelum di buang ke lingkungan adalah jenis industri perekat kayu lapis. Berdasarkan lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51/X/1995 disebutkan bahwa jenis bahan pencemar berbahaya yang terkandung dalam limbah hasil kegiatan industri kayu lapis dapat berupa : BOD5, COD, TSS,

Phenol, Amonia Total (sebagai N) dan pH. Kandungan bahan kimia berbahaya sisa bahan baku pembuatan perekat kayu lapis seperti fenol, metanol, formalin, urea dan lain sebagainya yang dibuang ke lingkungan tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu dan apabila kadarnya berlebihan akan sangat berdampak pada kesehatan maupun lingkungan, salah satu contoh adalah fenol. Menurut Zaol (2008) fenol yang merupakan senyawa yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi jaringan, kulit, mata dan mengganggu pernafasan manusia, oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan terhadap limbahPada dasarnya pengolahan limbah bukanlah hal yang sulit dilakukan, namun demikian pelaksanaannya perlu kesungguhan dan niat untuk menyelamatkan lingkungan kita dari berbagai pencemar yang dapat mencemari air, tanah dan udara (Siahaan, 2008). Namun kajian lingkungan yang mengharuskan setiap industri untuk melakukan pengolahan limbah selalu bertentangan dengan pihak perusahaan yang beranggapan bahwa hal itu dapat menambah biaya operasional tambahan yang semestinya dihemat.

Hal tersebut menyebabkan banyak perusahaan yang tidak memanfaatkan limbahnya dengan sebaik-baiknya (Tarwaka, 2008). Salah satu aktivitas industri yang dapat menghasilkan buangan limbah gas, padat maupun limbah cair berbahaya sehingga harus mengelola limbah yang dihasilkannya terlebih dulu sebelum di buang ke lingkungan adalah jenis industri perekat kayu lapis. Berdasarkan lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51/X/1995 disebutkan bahwa jenis bahan pencemar berbahaya yang terkandung dalam limbah hasil kegiatan industri kayu lapis dapat berupa : BOD5, COD, TSS,

(29)

kesehatan maupun lingkungan, salah satu contoh adalah fenol. Fenol yang merupakan senyawa yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi jaringan, kulit, mata dan mengganggu pernafasan manusia, oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan terhadap limbah pabrik dimana sistem pengolahan limbah yang ada harus dapat berfungsi meminimalisir kandungan bahan-bahan berbahaya sebelum limbah di lepaskan ke lingkungan. Menurut Mukono (2010) system pengolahan limbah padat dinilai melalui 3 tahapan. Adapun ketiga tahapan yang diperoleh dari pengisian lembar observasi adalah sebagai berikut :

Tahap Pengumpulan, objek pengamatan kategori “ ada” pada lembar observasi berjumlah 9 item, dengan rincian :

1). Ada lokasi penampungan limbah padat, 2). Ada tempat penampungan sampah,

3). Minimal 1 tong sampah setiap radius 20 meter,

4). Tempat penampungan sampah kuat, tahan karat, kedap air dan berpenutup, 5). Tempat penampungan limbah padat tidak sebagai tempat perkembangbiakan serangga dan tikus,

6). Jumlah tempat sampah/limbah padat sesuai dengan produksi sampah perhari, 7). Tempat penampungan segera dikosongkan,

8). Diangkut ke TPS >2 kali/hari dan ke TPA 1 kali/hari,

9). Ada petugas pengangkut dan pengumpul sampah/limbah padat. Sedangkan kategori “tidak” pada lembar observasi berjumlah 1 item yaitu tumpukan sampah/limbah padat tidak menimbulkan bau (aspek estetis).

Tahap pengangkutan dan pengolahan, objek pengamatan kategori “ ada” pada lembar observasi berjumlah 4 item yaitu

1). Melakukan kegiatan pengurangan volume sampah/limbah padat secara kimiawi (pembakaran),

2). Melakukan pemanfaatan limbah padat anorganik sehingga dapat bermanfaat kembali,

3). Tempat penampungan sampah tidak sebagai tempat perkembangbiakan serangga dan tikus,

(30)

2.9 Fasilitas Pengelolaan Limbah B3 di Pelabuhan

a. Ruang Lingkup Pengelolaan Limbah B3 di Pelabuhan

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 03 Tahun 2007, pengelolaan limbah di pelabuhan berupa pelayanan untuk kegiatan penyimpanan dan pengumpulan limbah dari hasil kegiatan kapal atau disebut juga dengan fasilitas penyimpanan dan pengumpulan atau Reception Facilities (RF) di pelabuhan.Klasifikasi limbah yang dapat diserahkan ke RFsesuai dengan klasifikasi limbah menurut MARPOL 73/78. Jika limbah-limbah yang disimpan dan dikumpulkan juga termasuk kategori limbah B3 maka rf tersebut dapat dikategorikan sebagai penyimpan dan pengumpul limbah B3 dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 jo 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, maka persyaratan sebagai penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 wajib diberlakukan.

RF di pelabuhan dapat menerima limbah dari hasilkegiatan kapal, kendaraan pengumpul limbah di darat serta dari kendaraan pengumpul limbah di laut.Umumnya pada kapal - kapal, limbah-limbah tersebut terlebih dahulu sudah dilakukan pemisahan menurut klasifikasinya sebelum diserahkan ke RF di pelabuhan. Sedangkan limbah yang berasal dari kendaraan pengumpul limbah di laut, pemisahan limbah-limbah berdasarkan klasifikasinya dilakukan di kendaraan pengumpul limbah di laut tersebut (on board) setelah menerima limbah dari sumbernya.Limbah yang berasal dari kendaraan pengumpul limbah di darat dapat langsung diserahkan ke RF di pelabuhan, karena kendaraan pengumpul limbah didarat hanya dapat mengangkut limbah sesuai dengan izin yang dimilikinya.

Dalam proses perizinannya, maka jenis-jenis limbah B3 yang diizinkanuntuk disimpan dan di kumpulkan di RF di pelabuhan ini terbatas hanya untuk limbah-limbah B3 yang telah diketahui secara pasti dan dijamin ketersediaan fasilitas pengelolaan lanjutannya.

Izin yang perlu dimilikioleh RF limbah B3 di pelabuhan adalah: 1. Penyimpanan.

(31)

3. Pengangkutan

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 03 Tahun 2007 RF di pelabuhan, selain melakukan kegiatan pengumpulan dan penyimpanan limbah B3, juga dapat memiliki fasilitas

pengolahan (antara lain : oil separator, waste water treatment plant/WWTP) dan

landfill residu atau limbah B3 lainnya (antara lain : incinerator) baik yang berlokasi di kawasan pelabuhan maupun di luar kawasan pelabuhan. Hal ini disebut dengan Fasilitas Pengelolaan Limbah di Pelabuhan, dan izin yang perlu dimiliki oleh fasilitas semacam ini adalah:

1. Pengoperasian alat pengolahan.

b. Tipikal Fasilitas Pengelolaan Limbah di Pelabuhan

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 03 Tahun 2007 ,fasilitas pengelolaan limbah di pelabuhan terbagi atas 2 (dua) tipe, yaitu : 1. Tipe fasilitas pengelolaan limbah sejenis.

2. Tipe fasilitas pengelolaan limbah terpadu.

Perbedaan antara kedua tipe fasilitas tersebut terletak pada lokasi keberadaan fasilitas pendukung pengelolaan limbah (Gambar 3.10).Untuk tipe 13 fasilitas pengelolaan limbah sejenis (Gambar 3.11), fasilitas pendukungnya berlokasi di luar kawasan pelabuhan dan pengusahaannya dapat dilakukan oleh pengelola fasilitas itu sendiri atau oleh pihak ketiga.Sedangkan tipe fasilitas pengelolaan limbah terpadu (Gambar 3.12), fasilitas pendukungnya berlokasi di dalam kawasan pelabuhan dan pengusahaannya dapat dilakukan oleh pengelola fasilitas itu sendiri atau dapat juga oleh pihak ketiga (Gambar 3.13). Adapun fasilitas pendukung tersebut antara lain :

 Separator.

Incinerator.

(32)

 Dan lainnya.

Sumber: Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 03 Tahun 2007 Gambar 2.8. Diagram Alur Proses di Fasilitas Pengelolaan LimbahSejenis

(33)

Sumber: Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 03 Tahun 2007 Gambar 2.10 Tipe Fasilitas Pengelolaan Limbah Terpadu di Dalam

Kawasan Pelabuhan.

c. Kriteria Pengadaan Fasilitas Pengelolaan Limbah di Pelabuhan

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 03 Tahun 2007 , kriteria pengadaan fasilitas pengelolaan limbah di pelabuhan adalah

1. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga dimana minyak mentah dimuat ke dalam tanker minyak yang mana tanker tersebut mempunyai prioritas untuk segera melakukan ballast tidak lebih dari 72 jam atau lego jangkar pada perairan pelabuhan (DLKR dan atau DLKP) atau yang menempuh perjalanan minimal 1200 mil laut.

(34)

3. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang mempunyai halaman untuk perbaikan kapal atau fasilitas tank cleaning dan atau jenis pengusahaan tank cleaning.

4. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang menangani kapal-kapal harus di lengkapi pula dengan tangki sludge sebagaimana dalam peraturan 17 Annex I MARPOL 73/78.

5. Semua pelabuhan yang berhubungan dengan air kotor berminyak dan jenis-jenis residu lainnya, yang tidak dapat dibuang sesuai ketentuan peraturan 9 Annex I MARPOL 73/78 dan peraturan perundangundangan yang berlaku.

6. Semua pelabuhan untuk pemuatan kargo curah dan yang berhubungan dengan residu minyak yang tidak dapat dibuang sesuai dengan ketentuan peraturan 9 Annex I MARPOL 73/78 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Pelabuhan, terminal dan dermaga perbaikan kapal yang melakukan kegiatan perbaikan dan pembersihan tangki kapal tanker pengangkut bahan kimia.

(35)

Sumber: Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 03 Tahun 2007

d. Persyaratan Lokasi

1. Memiliki area yang cukup (sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar) untuk kemudahan penanganan dan perlindungan dari situasi darurat. 2. Area secara geologis dan geografis merupakan daerah bebas banjir, longsor dan genangan serta mempunyai sistem drainase yang baik. 3. Lokasi berada di luar area kepabeanan pelabuhan.

4. Memiliki akses yang baik, baik dari laut (bila berlokasi di pelabuhan itu sendiri) maupun dari darat, yang memungkinan untuk operasi maneuver kapal secara aman dan mencegah penundaaan yang tidak diinginkan.

5. Memiliki akses yang mudah terhadap berbagai keperluan yang dibutuhkan seperti listrik, uap dan lain sebagainya.

6. Memiliki jarak yang cukup aman (minimum 50 meter) dari lokasi pemukiman, lingkungan yang sensitif serta lingkungan untuk kepentingan tertentu guna meminimalisasi dampak lingkungan dan kesehatan.

e. Persyaratan Bangunan

1. Fasilitas pada bangunan penyimpanan dan pengumpulan harus dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang dengan tata ruang yang tepat sehingga kegiatan penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 dapat berlangsung dengan baik dan aman bagi lingkungan;

2. Setiap bangunan penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 di rancang khusus, dan di lengkapi dengan bak pengumpul tumpahan/ceceran limbah yang dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pengangkatannya;

3. Fasilitas pada bangunan penyimpanan dan pengumpulan harus dilengkapi dengan:

a. peralatan dan sistem pemadam kebakaran; b. pembangkit listrik cadangan;

(36)

e. gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan; f. pintu darurat dan alarm.

f. Fasilitas Tambahan

Fasilitas pengelolaan limbah B3 di pelabuhan harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana tambahan antara lain : laboratorium, pencucian, bongkar muat, kolam pengumpul, dan peralatan penanganan tumpahan.

1. Laboratorium

Laboratorium yang tersedia harus mampu:

a. Melakukan pengujian jenis dan karakteristik dari limbah B3 yang diterima, sehingga penanganan lebih lanjut seperti pencampuran, pengemasan ulang atau pengolahan awal (pre treatment) dapat dilakukan dengan tepat.

b. Melakukan pengujian kualitas terhadap timbulan dari kegiatan pengelolaan limbah yang di lakukan (misalnya cairan dari fasilitas pencucian atau dari kolam pengumpul darurat) sehingga dapat dilakukan penanganan dengan tepat.

c. Melakukan pengujian Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dari limbah B3 yang akan dikelola, sehingga dapat dilakukan pengawasan dalam pemanfaatan lebih lanjut.

2. Sarana pencucian:

a. Setiap pencucian peralatan atau perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan pengumpulan limbah B3 harus dilakukan di dalam sarana pencucian. Sarana tersebut harus dilengkapi bak pengumpul dengan kapasitas yang memadai dan harus kedap air.

b. Sebelum dapat dibuang ke media lingkungan, maka terhadap cairan dalam bak pengumpul tersebut harus dilakukan analisis laboratorium guna memperoleh kepastian pemenuhan terhadap baku mutu sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(37)

3. Sarana untuk bongkar- muat: yang terkontaminasi oleh limbah B3 dalam jumlah besar (misalnya cairan dari bekas pemakaian bahan pemadam kebakaran,dll);

b) Kolam pengumpul harus dirancang kedap air (sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku) dan mampu menampung cairan atau bahan yang terkontaminasi limbah B3 dalam jumlah memadai.

5. Peralatan penanganan tumpahan:

a) Pemilik atau operator harus memiliki dan mengoperasikan alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulkan dan membersihkan ceceran atau tumpahan limbah B3;

b) Bekas alat atau bahan pembersih tersebut, jika tidak dapat digunakan kembali harus di perlakukan sebagai limbah B3.

g. Persyaratan Operator Fasilitas Pengelolaan

1. Operator fasilitas pengelolaan harus merupakan suatu badan usaha (antara lain : organisasi pemerintah, perusahaan umum/BUMN/BUMD, sektor swasta, dll)

2. Mendapatkan izin-izin pengelolaan limbah B3.

(38)

5. Menyimpan limbah B3 maksimal 90 hari sebelum dikirim ke pengelola lanjutan.

6. Melaporkan kegiatan pengelolaan limbah B3.

7. Memiliki persyaratan administrasi lainnya sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.

h. Pengawasan

Pengawasan secara menyeluruh terhadap pengoperasian fasilitas pengelolaan limbah B3 di pelabuhan dilakukan oleh para pihak terkait sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing seperti yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Mekanisme Pengawasan

Mekanisme pengawasan yang komprehensif perlu dilakukan pada aspek– aspek antara lain :

a Aspek teknis, dan b Aspek administrasi.

Jika terjadi kecelakaan, maka para pihak dapat memberikan respon yang cepat dalam rangka mengurangi setiap bahaya yang timbul pada kesehatan manusia dan/atau lingkungan.

2. Ruang Lingkup Pengawasan

Ruang lingkup pengawasan antara lain : a. Perizinan

b. Pemantauan secara rutin

c. Pelaporan dalam bentuk neraca limbah B3, sebagaimana diagram pada Gambar 4.14. Neraca Limbah B3 adalah data kuantitas kegiatan yang menunjukkan kinerja pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan dan yang dikelola pada satuan waktu penaatannya.

d. Kualitas media lingkungan hidup untuk parameter-parameter sesuai yang ditetapkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(39)

K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukanpekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasukitempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien.Ditinjau dari efek teknis, K3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapan untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam system manajemen yang disebut SMK3.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996, SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sistem manajemen wajib diterapkan pada kontraktor dengan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan/atau mengandung potensi bahaya.

UU Nomor 13 Tahun 2003 telah menjelaskan tentang pelaksanaan SMK3 yang berupa paksaan diatur dalam pasal 87 ayat (1) yang berbunyi “setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”. Tahapan SMK3 menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerjaa dalah sebagai berikut :

a. Tahapan komitmen dan kebijakan K3. b. Tahapan perencanaan.

c. Tahapan penerapan.

d. Tahapan pengukuran dan evaluasi.

(40)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan observasi lapangan dimulai dengan pengenalan lingkungan perusahaan dan pemberian gambaran kegiatan dan masalah lingkungan yang ada di perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar sebelum mahasiswa melihat langsung ke lapangan, mahasiswa dapat lebih mengetahui bagaimana keadaan di perusahaan tersebut.

Terdapat terminal multi purpose adalah tempat dimana banyak terdapat mobil – mobil yang datang untuk mengambil sampah dan mau di taruh ketempat pembuangan akhir. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan penjelasan sampah padat yang dihasilkan dari kantin dan tempat umum yang ada di pelabuhan tersebut, oil trap, upaya penanganan debu serta pengelolaan limbah B3 di Pelabuhan tersebut. Kemudian yang dilakukan adalah kegiatan survei lapangan dan diberikan penjelasan oleh Supervisor Lingkungan tentang keadaan workshop, oil trap dan reception facilities. Di workshop terdapat beberapa subcantractor

yang bekerja untuk maintenance alat-alat yang ada di Pelabuhan. Di workshop

terdapat saluran drainase yang berhubungan dengan oil trap. Hal itu dimaksudkan agar limbah oli yang tercecer dan masuk drainase sebelum mengalir ke perairan telah diolah di oil trap agar limbah yang keluar tidak berbahaya. Pada saat itu telah dalam proses pembangunan oil trap kedua yang dimaksudkan agar apabila oil trap ditambah maka limbah yang dihasilkan dapat lebih baik atau sesuai baku mutu saat dikeluarkan ke perairan.

(41)

Nomor.03 Tahun 2007. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengetahui kekurangan

reception facilities yang ada PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin karena

reception facilities PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin baru saja diresmikan 28 Mei 2013 lalu. Sehingga reception facilities di PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin masih dalam tahap penyempurnaan. Lalu selanjutnya observasi lapangan dilakukan dengan melakukan rekapitulasi pendataan limbah yang masuk ke reception facilities PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin sejak reception facilities diresmikan.

Setelah selesai observasi lapangan dilakukan, kemudian kami bersama staf dan karyawan PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin memulai evaluasi dan pendataan lebih lanjut di ruang rapat untuk mendata limbah yang masuk

PERSADA SAMUDERA Oli Bekas 25 - 11 - 14 7 drum 12

SAMUDERA Oli Bekas 27 - 11 -14 2 drum 14

PT.EMITRACO

INVESTAMA MANDIRI Filter Bekas 27 - 11 -14 1 drum 15 EX. PT. PARVI Limbah Padat

Campuran

(42)

16

Sumber : PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin, 2014 - 2015 3.1 Karakteristik Per Jenis Limbah

Tabel 3.2 Karakteristik dan Asal Limbah

No

Oily Tank Washing Beracun Pembersihan Kapal Residu Bahan Bakar Mudah Terbakar Pengurasan tangki BBM MFO Bekas Mudah Terbakar Pengurasan tangki BBM

Oily Mixture Beracun Pembersihan dan

Maintenance

Lampu Bekas Beracun Office dan Maintenance

Cartridge Bekas Beracun Office

Kemasan Terkontaminasi Beracun

(43)

3.2 Tata Letak Penempatan Limbah di Reception Facilities

Gambar 3.1 Tata Letak Penempatan Limbah di Reception FacilitiesPT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin

(44)

Gambar 3.2 Lay Out Reception Facilities PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin

Sumber :PT. Pelindo III , 2015

3.3 Permasalahan pada Topik Observasi Lapangan

PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin yang merupakan pelabuhan di daerah Banjarmasin yang mempunyai komitmen untuk lebih lagi dalam menjaga lingkungan terutama lingkungan PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin itu sendiri.

RF di PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin diresmikan oleh Hamdi (Kepala Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Banjarmasin) pada tanggal 28 Mei 2013. RF merupakan fasilitas penampungan limbah sementara yang digunakan untuk menampung limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) berupa oli bekas, kain majun, dan berbagai sisa proses operasional kantor seperti catridge printer dan sebagainya. Fasilitas ini dibangun atas dasar komitmen manajemen dalam menjalankan bisnis kepelabuhanan yang berwawasan lingkungan.

RF di PT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin terdapat beberapa kekurangan dalam peyimpanan limbah B3 yaitu :

1. Kurangnya simbol dan label

2. Tidak adanya jarak dalam penyusunan penyimpanan drum limbah B3 3. Kurangnya sumber daya manusia untuk petugas RF

3.4 Tabel Data Uji Laboratorium

4. Mangan (Mn) mg/L 0,0128 2

5. pH - 7,70 6-9

6. Timbal (Pb) mg/L <0,0069 0,1

7. BOD5 # mg/L 5,00 50

8. COD mg/L 12,15 100

(45)

No Pemeriksaan Satuan Hasil Batas

4 Mangan (Mn) mg/L <0,0063 2

5 pH - 7,66 6-9

6 Timbal (Pb) mg/L <0,0069 0,1

7 BOD5 # mg/L 17,66 50

8 COD mg/L 44,32 100

9 Minyak/Lem

ak #

mg/L 1,00 10

(46)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kerja praktek yang di laksanakan di PT.Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasinini adalah sebagai berikut:

1. Sumber-sumber kegiatan yang menghasilkan limbah B3 diPT.Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin berasal dari pembersihan dan

Maintenancealat-alat yang digunakan di Pelabuhan dan juga kegiatan perkantoranPT. Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin.

2. Proses kerja pengelolaan limbah B3 diPT.Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin adalah untuk limbah B3 yang dihasilkan dari kapal yang langsung diangkut oleh perusahaan pengangkutan limbah B3 untuk dibawa ke pihak pengolah dan/atau pemanfaat limbah B3. Sedangkan untuk limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan lainnya ditampung sementara di sumber limbah untuk kemudian secara periodik dipindah untuk dikumpulkan di Reception Facilities. Yang akan dilakukan pengangkutan limbah B3 untuk dibawa ke pihak pengolah dan/atau pemanfaat limbah B3 yang telah memiliki izin dari Instansi terkait.

4.2 Saran

(47)

1. Perlunya penambahan simbol dan labelsesuai dengan standar Kepdal 01/BAPEDAL/09/1995

2. Perlunya jarak dalam penyusunan penyimpanan drum limbah B3. Sebaiknya tempat penyimpanan limbah B3 di PT.Pelindo III (Persero) Cabang Banjarmasin harus tertutup atap dan jarak antar blok harus sesuai dengan standar Kepdal 01/BAPEDAL/09/1995 tentang “Tata Cara & Persyaratan Teknis Penyimpanan & Pengumpulan LB3” yaitu 60 cm. 3. Perlunya penambahan sumber daya manusia untuk petugas RF

SOAL BESERTA JAWABAN

1. Limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan disebut

a. b3 c. Sampah (benar)

b. bahan organik d. Bahan anorganik

2. emisi yang dihasilkan dari kapal yang sandar. Termasuk didalamnya Annex VI MARPOL 73/78, antara lain seperti yang tercantum dalam Lampiran 5 adalah

a. Annex 3 c. Annex 5

b. Annex 4 d. Annex 6 (benar)

3. Sifat-sifat dan klasifikasi limbah B3 adalah sebagai berikut, kecuali

a. Beracun c. Reaktif

b. Mudah Terbakar d. Ramahl Lingkungan (benar)

4. Apa kepanjangan dari RF

(48)

5. Berapakah Standar Baku Mutu Air Limbah Ciar Peraturan Gubernur Kalsel

a. No. 3 Tahun 2007 c. No. 5 Tahun 2007 b. No. 4 Tahun 2007 (benar) d. No. 6 Tahun 2007

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Limbah B3.

http://id.wikipedia.org

(diakses : tanggal 13 Juli 2014)

Inuhan,Yunus. 2013. Banjarmasin Port Directory 2013. Jakarta: Pro Fajar

Keputusan Kepala Bapedal Nomor 01/BAPEDAL/09/1995. Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan Pengendali Dampak Lingkungan Hidup.

Mustaqim dkk. 2011. Laporan Akhir Kerja Praktek ”Studi Pengelolaan Limbah B3 dan Pengolahan Limbah Pada Waste Pit PT Pertamina EP Tanjung”. Banjarbaru.

(49)

Pemerintah Republik Indonesia.2007. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pengumpulan dan Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Di Pelabuhan. Jakarta

Ridwan dkk. 2013. Laporan Kerja Praktek”Pengelolaan Limbah B3 dan Pengolahan Sampah Organik, Anorganik di PT.Balikpapan Environmental Services”. Banjarbaru.

(50)
(51)
(52)

Gambar Pemilahan Bahan B3 Yang Siap Diangkut Oleh PT. Nazar

(53)

Gambar Bak Sampah Yang Sesuai Standar Sudah Diberlakukan Di PT. Pelindo III (Cabang Banjarmasin)

(54)

INDEKS

Explosive 6

Infleksius 6

Karsinogenetik 7 Teratogenetik 7

Mutagenetik 7 Toksikologi 12

Fenol 19

Methanol 19

Formalin 19

Urea 19

Landfill 22

Incinerator 23

Gambar

Gambar 2.1 : Kemasan untuk penyimpanan limbah B3
Gambar  2.2 Pola Penyimpanan Kemasan Drum di Atas Palet  Dengan Jarak
Gambar 2.3  Penyimpanan Kemasan Limbah B3 Dengan Menggunakan Rak
Gambar 2.5 : Tempat Penyimpanan Limbah B3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia-Bayer CropScience meliputi identifikasi limbah yang berupa limbah padat kontaminan, cair kontaminan, cair non kontaminan serta limbah gas, pengelolaan limbah

Kino Indonesia memiliki kewajiban yang besar dalam hal pengelolaan limbah B3, mencakup proses pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan dan

-Waste Specific B3 -Waste B3 expired DEFINITION DEFINITION WASTE MANAGEME NT B3 WASTE MANAGEME NT B3 REDUCTIO N REDUCTIO N Packaging Packaging Storage Storage Collection

Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan penelusuran studi literatur pengelolaan sampah, pengumpulan data dari Dinas Kebersihan Kota Medan, kajian teknis meliputi

XYZ khususnya pada proyek Urban Transport terkait masalah pengelolaan limbah B3 yang dilakukan dalam kegiatan operasionalnya , analisis dalam membuat estimasi

(Jumlah pelaku usaha dan kegiatan yang mempunyai Rekomendasi Teknis Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan atau pengumpulan limbah B3 / Jumlah pelaku usaha

3.3 Pengemasan dan Penyimpanan Limbah B3 Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan

Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil, pengumpul, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara..