• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENJAMINAN MUTU PERPUSTAKAAN PERGURUAN T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENJAMINAN MUTU PERPUSTAKAAN PERGURUAN T"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGAGAS PERPUSTAKAAN MASA DEPAN Menuju perpustakaan yang ideal

Djuwarnik

Perpustakaan Universitas Airlangga Surabaya djuwarnik@lib.unair.ac.id

Abstrak

Perkembangan pengetahuan sangat mempengaruhi tingkat peradaban manusia. Salah satu perkembangan yang bergerak cepat adalah bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Perpustakaan merupakan institusi yang bergerak di bidang jasa layanan informasi tentu saja harus mengantisipasi perkembangan yang ada. Pemikiran-pemikiran tentang bagaiamana menciptakan perpustakaan di masa yang akan datang sudah harus dilakukan. Setiap saat bermunculan produk-produk teknologi yang menguasai peradaban manusia. Hampir semua orang tidak bisa lepas dari gadget-gadget modern yang setiap saat bermunculan. Termasuk internet yang semakin memudahkan orang dalam memenuhi kebutuhan terhadap informasi. Dalam hal ini peran pustakawan sangat dibutuhkan untuk mengemas informasi dan memfasilitasi pemustaka yang sudah akrab dengan internet dan gadget modern. Pustakawan harus memikirkan bentuk perpustakaan masa depan dari berbagai sisi, kemasan informasi, fasilitas, sarana dan prasarana, bentuk layanan yang dibutuhkan oleh pemustaka di masa yang akan datang. Pustakawan harus bergerak dinamis dan bertransformasi dalam mewujudkan perpustakaan masa depan yang mampu mengakomodir semua kebutuhan pemustaka dari berbagai kalangan.

Key word : Perpustakaan masa depan, teknologi informasi dan komunikasi

Pendahuluan

Belum tuntas memikirkan nasib masa depan perpustakaan, pustakawan dihadapkan pada persoalan bagaimana merancang perpustakaan masa depan. Dalam sebuah artikel yang pernah dimuat di situs internet yang meramalkan bahwa profesi pustakawan merupakan salah satu profesi yang akan punah pada 2020. Badan Inisiatif Strategis (ASI) telah menganalisis pasar tenaga kerja yang akan punah di masa depan. Inilah 10 Profesi yang akan punah sebelum tahun 2020 menurut ASI. Salah satunya yaitu Petugas Perpustakaan (pustakawan). Profesi seperti pustakawan dan tukang arsip, dalam waktu dekat tidak akan ada lagi karena pesatnya perkembangan jaringan Internet, pengguna dari mana saja dan kapan saja di dunia dapat mengakses informasi di dunia maya (internet).

(2)

Menghadapi dahsyatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pengelola perpustakaan mengalami kekhawatiran tentang masa depan perpustakaan itu sendiri. Munculnya teknologi internet menyebabkan perubahan di berbagai sektor kehidupan, tak terkecuali di bidang perpustakaan yang merupakan institusi penyedia informasi. Internet telah menjadi pesaing terbesar bagi perpustakaan, karena lewat internet bisa diperoleh berbagai macam informasi dengan mudah, cepat, di mana saja dan kapan saja. Dengan perkembangan TIK makna perpustakaan mengalami pergeseran. Perpustakaan bukan lagi sebuah gedung atau ruang yang di dalamnya terdapat sejumlah buku. Perkembangan TIK memunculkan makna baru perpustakaan, yaitu dengan bermunculannya sumber informasi yang diawali huruf serba “e” seperti: e-library, e-book, e-journal, yang dapat diakses dari luar Perpustakaan. Kondisi ini akan memunculkan bermacam bentuk baru perpustakaan seperti “perpustakaan tanpa dinding (library without wall), perpustakaan virtual, perpustakaan online, dsb. Sehingga beberapa pengertian perpustakaan yang ada sekarang mengalami pergeseran makna.

Permasalahan

Dengan perkembangan TIK yang semakin pesat perpustakaan dan pustakawan harus segera merespon. Bagaimanakah mewujudkan .perpustakaan masa depan ? Jawabannya tergantung pustakawan menyikapi perubahan yang terjadi. Pustakawan harus bersikap terbuka, beradaptasi, menyesuaikan diri, mengikuti dan aware terhadap perubahan. Pustakawan harus segera menentukan langkah dan mengambil sikap. Dalam hal ini pustakawan sebagai penyedia informasi harus mampu menjadi mediator untuk menjembatani kebutuhan pemustaka dengan menyediakan sumber-sumber informasi yang dikemas sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Tentu saja pustakawan harus punya pandangan jauh ke depan sehingga mampu mewujudkan bagaimana bentuk perpustakaan masa depan.

Pembahasan

Gambaran tentang perpustakaan masa depan masih dalam angan-angan. Jika saat ini perpustakaan masih didefinisikan sebagai sebuah bangunan yang di dalam terdapat buku-buku, maka perpustakaan masa depan adalah perpustakaan yang megalami perubahan sejalan dengan perkembangan zaman itu sendiri.

Beberapa definisi perpustakaan saat ini

Menurut Sulistyo-Basuki (1991:3)—di daftar pustaka 1993

(3)

lainnya yang digunakan untuk keperluan studi `atau bacaan, kenyamanan, atau kesenangan.

Menurut P. Sumardji

Perpustakaan adalah koleksi yang terdiri dari bahan-bahan tertulis, tercetak maupun grafis lainnya seperti film, slide, piringan hitam, tape, dalam ruangan atau gedung yang diatur dan diorganisasikan dengan sistem tertentu agar dapat digunakan untuk keperluan studi, penelitian, pembacaan dan lain sebagainya. Dalam Encyclopedia Americana,1991 seperti yang kutip oleh Ishak dalam Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi, menyatakan bahwa pada prinsipnya perpustakan memiliki tiga kegiatan pokok yaitu, mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan kebutuhan pengguna (to collect), melestarikan, memelihara dan merawat seluruh koleksi perpustakaan (to preserve), dan menyediakan bahan perpustakaan agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pengguna (to make available).

Definisi-definisi di atas merupakan gambaran perpustakaan konvensional. Sebuah gedung yang digunakan untuk menyimpan buku, terdiri dari bahan tertulis, tercetak, adalah bentuk perpustakaan masa kini. Kemudian muncul perpustakaan berbasis teknologi informasi yang merupakan awal dari lahirnya perpustakaan digital. Perkembanga teknologi informasi mendorong orang melakukan perubahan dalam berbagai bidang. Perpustakaan juga berusaha menyesuaikan diri menyongsong perpustakaan masa depan.

Beberapa definisi perpustakaan masa depan

Lolytasari menyatakan bahwa, Perpustakaan Masa Depan bukan lagi sekedar sebuah gedung melainkan sebagai pusat layanan informasi, walaupun sebuah gedung baru merupakan suatu cara yang tepat untuk menyampaikan pesan pelayanan informasi baru dari sebuah perpustakaan. Gambaran kemodernan perpustakaan seutuhnya tidak dapat dinilai hanya dari fisik bangunan melainkan dari perkembangan layanan informasi perpustakaan tersebut. Perpustakaan tradisional hanya memberi pelayanan informasi tradisional kini perpustakaan modern mengarah kepada pelayanan informasi non-tradisional seperti pelayanan pendidikan, budaya, komersil, olahraga, rekreasi, hiburan dan lain-lain.

Bagaimanakah gambaran perpustakaan masa depan yang harus disiapkan oleh para information specialist ? Bagaimana kesiapan perpustakaan dan para pengelolanya dalam menghadapi masyarakat informasi ? Berikut adalah gambaran perpustakaan dulu vs yang akan datang menurut Nove Eka Variant Anna (tahun ) :

Dulu Sekarang/masa depan

Fokus pada buku Fokus pada pengguna Fokus pada mendapatkan

(4)

Paper Multimedia

Meja dan rak buku Layanan online dan media digital Mengajari bagaimana

menemukan informasi

Mengajari bagaimana mengevaluasi dan menggunakan informasi

Fokus pada pencapaian (goal) program

Fokus pada membantu pengguna mencapai tujuan (goal)

Fokus pada aturan yang spesifik Membantu pengguna mengorganisir informasi sesuai kebutuhan Terkait dengan penegakan hak

cipta

Perpustakaan sebagai konsultan terhadap intelektual property

Fokus pada aturan dan kebijakan Fokus pada kebutuhan pengguna

Melihat adanya pergeseran perpustakaan diperlukan juga pengelola perpustakaan yang profesional dan mengerti mengenai perkembangan perpustakaan.

Perkembangan pesat informasi dan pengetahuan serta TIK mendorong perpustakaan untuk melakukan tranformasi.

Transformasi Perpustakaan Perguruan Tinggi menurut Luki-Wijayanti(tahun berapa),

Perpustakaan Perguruan Tinggi Menangkap Peluang Baru dengan Adding Values, Streamlining, Ekspansi, dan Inovasi

1. One-stop Service: Multi-functional Librarians Serving Multi-tasking Customers

TIK memungkinkan pustakawan dan civitas akademika untuk melakukan multi-tasking di komputer yang sama. Pekerjaan tradisional perpustakaan (yaitu, akuisisi, pengolahan, dan penyebaran informasi; dan juga pengelolaannya) dapat dilakukan melalui satu komputer, dan dengan prosedur yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan kalau hal itu dilakukan secara manual dan menyangkut bahan non-elektronik. Seorang pustakawan bisa menerima pesanan untuk mencari informasi suatu topik, melakukan pencarian di dalam dan luar perpustakaan tempat ia bekerja, memesan pada toko buku dan/atau mengunduh dari Internet atau perpustakaan lain, mengolah informasi yang didapatkannya, dan menyampaikannya pada si pemesan, tanpa harus berpindah komputer apalagi melakukan perjalanan ke luar perpustakaan.

(5)

3. Memberikan pelayanan 24/7

Fasilitas perpustakaan digital dan Internet memungkinkan perpustakaan diakses dan digunakan tanpa memandang waktu dan jarak sehingga pemustaka tetap dapat “merasa” berada di dalam perpustakaan sepanjang hari selama seminggu. Hal ini akan menambah nilai pada perpustakaan yang bersangkutan, apalagi jika pemustaka tetap melakukan komunikasi dengan para pustakawan di luar jam buka perpustakaan.

4. Menyediakan Koleksi dan akses informasi dan pengetahuan dalam format

Seperti diketahui, saat ini berbagai informasi dan pengetahuan tersaji dalam berbagai bentuk dan sumber. Di samping teks dan cetakan, perpustakaan menyadiakan akses bahan-bahan multi-media, digital, hypertext, dsb. Salah satu contoh bahan multi media yang dapat dimanfaatkan saat ini misalnya Alexander Street Press, yakni video yang dapat diakses oleh sivitas akademika dan bahkan dapat dihubungkan dengan bahan ajar. Bahan ajar visual akan membantu mahasiswa mempelajari bahan kuliah yang sifatnya “how to”. Karena itu, perpustakaan perlu menyediakan akses ke semua sumber tersebut, termasuk juga pertemuan dan diskusi formal dan informal.

5. Menambah nilai pada informasi dan pengetahuan (adding value)

Kebutuhan Informasi dan pengetahuan mempunyai konteks. Nilai informasi dan pengetahuan ditentukan oleh sejauh mana informasi dan pengetahuan yang disajikan sesuai dengan konteks seorang pengguna. Penyediaan akses informasi yang disesuaikan dengan konteks dapat dilakukan melalui pelayanan personalised library, konsultasi, berdasarkan profil pengguna dan informasi tentang tahap dan jadwal kegiatan. Cara yang lain adalah dengan melibatkan pengguna dalam kegiatan perpustakaan (misalnya, menentukan kata kunci untuk suatu sumber, link ke suatu situs, dsb.).

Nilai informasi juga bisa ditingkatkan dengan cara menyediakan akses hanya ke sumber sumber yang dapat dipercaya kualitasnya. Caranya yaitu dengan, misalnya, membuat portal atau pintu masuk ke sumber-sumber yang sudah diseleksi oleh perpustakaan atau lembaga lain (misalnya: virtual libraries, subject-based gateways). Nilai informasi juga meningkat bila diberikan pada waktu yang tepat, dan dapat digunakan dengan mudah. Secara rinci Skyrme (2002)—tdk ada di daftar pustaka menyebutkan 10 aspek yang dapat meningkatkan nilai informasi, yaitu, timeliness, accessibility, usability, utility, quality, customised, medium, repackaging, flexibility, dan reusability.

6. Manajemen Pengetahuan

(6)

ada dalam kepala (dan belum pernah direkam dalam sumber-sumber informasi yang umumnya dikelola oleh perpustakaan selama ini).

Hal yang mendasari perlunya perubahan tersebut adalah karena pengguna perpustakaan perguruan tinggi adalah konsumen sekaligus produser pengetahuan ilmiah. Karena itu, kalau perpustakaan perguruan tinggi tidak memperluas cakupan kegiatannya dari manajemen informasi ke manajemen pengetahuan, maka perpustakaan akan dikesampingkan oleh pengguna dari kegiatan-kegiatan ilmiahnya. Apalagi tersedia fasilitas TIK di luar perpustakaan yang bisa membantu mereka dalam hal ini. Adopsi konsep ini berarti perpustakaan harus meyediakan fasilitas yang memudahkan terjadinya keseluruhan proses pengetahuan, yaitu dengan cara membantu pengguna, baik secara individu maupun kelompok, menjadi manajer-manajer pengetahuan.

7. Melayani individu atau kelompok dalam Jaringan (lihat misalnya: Wilson, 1998)

Tuntutan ilmu pengetahuan dan kurikulum perguruan tinggi adalah bahwa dosen, mahasiswa, dan peneliti, melakukan kegiatan ilmiahnya dengan berkolaborasi dengan ilmuwan lainnya. Keberadaan Internet telah mendorong berlangsungnya hal ini. Ini berarti, perpustakaan perguruan tinggi harus membantu individu dalam melakukan pengelolaan pengetahuan dalam konteks jaringan, yaitu dengan cara mendorong dan menyediakan fasilitas untuk mereka terhubung, berbagi pengetahuan dan berkolaborasi, dengan orang-orang di dalam dan luar kelompoknya.

8. Melayani pengguna sebagai Mitra

Karena pengguna perpustakaan perguruan tinggi adalah konsumen yang sekaligus produsen pengetahuan ilmiah, maka mereka perlu dilibatkan di semua aspek pekerjaan perpustakaan (yaitu memfasilitasi pengelolaan pengetahuan). Mereka harus dilibatkan dalam pengolahan, pengembangan akses, membantu pengguna lainnya dalam menggunakan dan menciptakan pengetahuan. Di samping itu, karena posisi pustakawan yang strategis di antara para pengguna, maka pustakawan pun harus menjadi mitra bagi pengguna dalam kegiatan ilmiah mereka. Dengan demikian, bukan hanya pengguna dan pustakawan akan semakin berdaya, proses pengetahuan pun akan semakin cepat dan semakin ekonomis.

9. Meningkatkan literasi informasi

(7)

menciptakan pengetahuan baru, dan mengkomunikasikannya (SCONUL seperti dikutip oleh Naibaho, 2004)—tdk ada dlm daftar pustaka

Di masa yang akan datang perpustakaan akan lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan pemustaka. Pemutaka di masa yang akan datangpun membutuhkan informasi yang serba cepat dan mudah diperoleh. Perpustakaan harus bisa menyediakan fasilitas yang mendukung terpenuhinya kebutuhan pemustaka. Perpustakaan menyediakan koleksi dan akses informasi dan pengetahuan dalam multi-format. Misalnya kemasan informasi yang serba digital, peningkatan koleksi dalam bentuk elektronik, video, dll. Perpustakaan perlu menyediakan gadget yang semakin canggih yang bisa mengakses berbagai kebutuhan informasi dan pengetahuan. E-journal, e-book bukan hal yang aneh lagi.

Perpustakaan harus menyediakan layanan online berbasis website yang memberikan pelayanan 24 jam/7 hari nonstop sehingga pemustaka bisa mengakses informasi kapanpun dan di manapun tanpa harus datang ke perpustakaan. Dengan demikian makna perpustakaan mengalami pergeseran. Kalau sekarang pemustaka harus datang ke perpustakaan untuk memperoleh informasi, dimasa yang akan datang pemustaka cukup duduk di depan gadget sudah dapat berkunjung dan memperoleh informasi dari perpustakaan. Pemustaka juga dapat mengorganisir informasi sesuai kebutuhan.

Menyongsong perpustakaan masa depan sesuai dengan berbagai gambaran di atas, perpustakaan harus melakukan pembenahan elemen-elemen yang menjadi pilar penting keberlangsungan perpustakaan. Pilar-pilar tersebut yaitu (kutipannya dari mana) :

a. Sumber daya manusia (SDM) b. Pengembangan koleksi

c. Pengembangan sarana dan prasana d. Meningkatkan mutu pelayanan e. Penguatan sistem informasi

f. Menjalin kerja sama dengan perpustakaan lain

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

(8)

dalam menjalankan aktifitas dalam pekerjaannya. Namun pendidikan kepustakawanan saja tentu tidak cukup untuk menjadi pustakawan yang profesional. Perlu ditambah dengan pendidikan keahlian di bidang lain yang akan mendukung tugas dan tanggungjawabnya. Seorang pustakawan harus ekspert, atau menjadi subyek spesialis dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Disamping perlu juga mengikut sertakan pustakawan dalam kegiatan-kegiatan pelatihan, seminar-seminar, lokakarya, workshop, kongres atau rapat-rapat kerja dibidang kepustakawanan dengan tujuan agar ilmu yang dimilikinya semakin bertambah dan dapat mengikuti perkembangan disiplin ilmu atau profesi yang dijalaninya. Di tengah perkembangan TIK yang sangat cepat, maka pustakawan harus mampu menguasai TIK. Di tengah globalisasi dan pasar bebas, penguasan bahasa asing terutama bahasa Inggris menjadi sangat penting. Yang menjadi kendala adalah kebanyakan pustakawan tidak mempunyai latar belakang pendidikan TIK yang memadai. Penguasaan bahasa Inggrispun masih kurang. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pustakawan untuk meningkatkan kompetensinya. Peningkatan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi merupakan tuntutan. Pendidikan tidak terbatas pada bidang perpustakaan saja, tapi bidang-bidang lain juga sangat penting. Sehingga akan muncul pustakawan yang menguasai bidang TIK, bidang hukum, bidang kefarmasian, bidang politik, sosial, ekonomi, bahkan bidang kedokteran, dsb. Penguasaan berbagai bidang pengetahuan menjadi sangat penting karena pustakawan harus dapat memenuhi kebutuhan pemustaka dari barbagai kalangan.

Profesi pustakawan juga tidak dapat dilepaskan dari kode etik pustakawan. Di sisi lain pustakawan juga perlu menguasai dan selalu bekerja sesuai dengan kode etik pustakawan. Karena hal ini akan memberikan pedoman pelayanan yang pada akhirnya memberikan manfaat positif bagi masyarakat pengguna perpustakaan. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu layanan bagi masyarakat

2. Memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhannya, jika ada layanan yang diberikan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan 3. Memberikan perlindungan hak akses terhadap informasi

4. Menjamin hak akses pemakai terhadap informasi yang diperlukannya 5. Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi yang

diberikan

6. Melindungi pemakai dari beban lebih informasi (information overload) 7. Memelihara kualitas dan standar pelayanan (Hermawan, 2006 : 102-103) b. Pengembangan koleksi

Era digital telah membawa banyak perubahan pada pengelolaan perpustakaan, baik dari segi pelayanan maupun pengembangan koleksi. Pada era digital pengadaan koleksi lebih kearah manajemen koleksi atau “collection management”. Manajemen koleksi, lebih dari sekedar membangun atau meningkatkan jumlah koleksi saja. Manajemen koleksi juga mengatur penggunaan koleksi, cara penyimpanan, cara mengorganisasi dan membuatnya mudah diakses oleh pengguna (Singh, 2004).

(9)

dilanggan tidak terbatas koleksi dalam bentuk cetak. Tapi juga membangun koleksi digital dan melanggan koleksi online. Koleksi online adalah koleksi yang dapat kita akses secara online selama kita melanggan dalam kurun waktu tertentu, seperti jurnal onlie (e-journal), buku online (e-book). E-book dan e-journal akan menjadi trend di masa yang akan datang. Koleksi bentuk cetak suatu saat akan menjadi koleksi kuno yang jarang digunakan. Sebagaimana dulu manusia berpindah dari daun lontar atau kulit kayu ke bentuk kertas setelah menemukan mesin pencetak kertas. Teknologi senantiasa mengalami perubahan dan kemajuan. Kertas telah lama menjadi media pencatat informasi. Dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi terus mengalami perubahan hingga menemukan bentuk baru yang akan menggantikan kertas. Banyak orang mengatakan saat ini adalah era digital, era internet, suatu era dimana informasi dapat diakses secara online. Informasi atau pengetahuan selain dikemas dalam bentuk cetak, juga dikemas dalam bentuk audio visual. Dengan perubahan-perubahan yang terus terjadi maka perpustakaan juga harus menyediakan koleksi yang dapat diakses secara online dan menyediakan koleksi dalam bentuk audio visual.

c. Pengembangan sarana dan prasana

Perpustakaan ideal adalah perpustakaan yang nyaman, dilengkapi sarana dan prasarana yang membuat pemustaka betah berlama-lama berada dalam perpustakaan. Sarana dan prasarana yang disediakan oleh perpustakaan harus disesuaikan dengan perkembangan TIK.

Pemustaka yang dihadapi oleh perpustakaan saat ini adalah generasi yang lahir di era digital yang setiap hari akrab dengan gadget modern dan canggih. Maka perpustakaan juga harus menyediakan apa yang menjadi kebutuhan pemakaian alat-alat canggih tersebut. Pemustaka datang ke perpustakaan membawa laptop, notebook, tabulet, ipad, dsb. Dimana semua alat tersebut membutuhkan energi listrik untuk memanfaatkannya. Dengan keadaan ini maka perpustakaan harus mampu mengelola kemampuan daya listrik yang dimiliki. Pemasangan stop kontak di beberapa area menjadi penting untuk memfasilitasi pemanfaatan gadget yang dibawa pemustaka. Karena koleksi yang dimiliki tidak hanya dalam bentuk cetak, tapi juga dalam bentuk digital dan online, maka penyediaan media akses informasi (komputer) harus dipenuhi. Karena teknologi berkembang cepat dan terus menerus maka penyediaan komputer tidak hanya memperhatikan segi kuantitas, tapi juga segi kualitas dan kemutakhiran perlu mendapat perhatian secara terus menerus. Maintenance hardware dan up date software harus selalu dilakukan secara periodik

Kepuasan pengguna tidak hanya diukur dari penyedian fasilitas akses informasi saja, penyediaan dan penataan ruang-ruang belajar, ruang baca, ruang diskusi dan prasana lain, seperti kantin, musholla, toilet, ruang publik, dsb. tidak kalah pentingnya. Kadang pengunjung datang ke perpustakaan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan informasi. Namun kenyamanan ruang dan ketersediaan fasilitas yang sifatnya umum akan menjadi pilihan kenapa pemustaka datang ke perpustakaan.

(10)

koleksi dalam bentuk huruf braile bagi penyandang tuna netra ? Kalaupun ada jumlahnya hanya beberapa. Padahal perpustakaan harus bisa dimanfaatkan oleh siapapun dari berbagai kalangan. Karena orang-orang yang berkebutuhan khusus juga mempunyai hak yang sama dalam memperoleh informasi dan pengetahuan. Perpustakaan masa depan adalah perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan (library for all).

d. Meningkatkan mutu pelayanan

Pengertian pelayanan secara etimologis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dahlan, dkk., 1995:646) menyatakan pelayanan ialah ”usaha melayani kebutuhan orang lain”. Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan kepada konsumen atau pelanggan yang dilayani, yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki. Sedangkan menurut Olsen dan Wyekoff dalam Yamit (2001:22)—tdk ada dlm daftar pustaka, kualitas pelayanan merupakan suatu perbandingan antara harapan pemakai jasa dengan kualitas kinerja jasa pelayanan. Dengan kata lain bahwa faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan adalah kinerja karyawan yang hasilnya dirasakan oleh pengguna jasa. Harapan disini diartikan sebagai keinginan terhadap layanan yang diberikan oleh pihak penyedia jasa dalam hal ini perpustakaan kepada pemustaka. Sedangkan kualitas kinerja layanan merupakan kegiatan pokok yang dilakukan oleh sebuah lembaga jasa.

Dalam suatu perpustakaan, pelayanan merupakan ujung tombak dari keberhasilan perpustakaan untuk memuaskan pemustaka. Baik buruknya perpustakaan dapat dilihat dari bagaimana pelayanannya. Oleh karena itu perpustakaan harus senantiasa meningkatkan kualitas pelayanannya. Dalam suatu organisasi termasuk perpustakaan mutu pelayanan merupakan barometer untuk mengukur baik tidaknya suatu organisasi.

Untuk memenuhi kepuasan pemustaka di era internet sekarang ini perlu disediakan bentuk-bentuk layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pemustaka. Pelayanan online akan menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan pemustaka. Begitu juga dengan Website akan menjadi sangat penting bagi perpustakaan dalam menampilkan profilenya di dunia maya. Website perpustakaan hendaknya memuat informasi-informasi atau produk-produk perpustakaan yang harus di up date setiap saat. Dengan website perpustakaan, pemustaka dapat mengakses informasi dari mana saja dan kapan saja. Ketika informasi sudah dapat diakses secara online maka pemustaka merasa tidak perlu datang ke perpustakaan. Ini akan menjadi tantangan bagi perpustakaan agar perpustakaan tetap diminati meski tidak harus hadir ke perpustakaan. Jika memungkinkan pelayanan delivery akan menjadi faktor penentu kepuasan tersendiri dalam memberikan pelayanan bagi perpustakaan.

e. Penguatan sistem informasi

(11)

berjalan pada infrastruktur tersebut. Penyediaan akses ke internet untuk pustakawan sangat diperlukan untuk meng-akses informasi eksternal perpustakaan. Harus ada komputer untuk server yang akan memberikan layanan kepada pemustaka. Tersedianya komputer yang cukup untuk pustakawan dan pemustaka untuk mendukung kegiatan pelayanan perpustakaan.

f. Menjalin kerja sama dengan perpustakaan lain

Di tengah keanekaragaman kebutuhan pemustaka, terkadang perpustakaan tidak dapat memenuhi semua permintaan pemustaka. Sebab tidak semua perpustakaan memiliki anggaran yang besar untuk pengembangan koleksinya. Untuk menaggulangi keterbatasan koleksi maka perpustakaan sangat perlu untuk menjalin kerjasama dengan perpustakaan atau pusat-pusat informasi lain, sehingga dapat saling bertukar informasi.

Kerjasama pada dasarnya dapat dilakukan oleh perpustakaan sesuai dengan UU No. 43 tahun 2007 Bab XI pasal 42 yang berbunyi :

1. (1)Perpustakaan melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan layanan kepada pemustaka.

2. (2)Peningkatan layanan kepada pemustaka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan jumlah pemustaka yang dapat dilayani dan meningkatkan mutu layanan perpustakaan.

3. (3)Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan peningkatan layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memanfaatkan sistem jejaring perpustakaan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Penutup

Era internet telah mempengaruhi peradaban manusia dalam berbagai aspek. Kemajuan TIK telah menciptakan gadget-gadget modern dengan kecanggihan luar biasa. Kemajuan TIK telah melahirkan generasi baru, yaitu generasi digital yang setiap hari akrab dengan internet. Dengan internet mereka dapat mengakses informasi dengan cepat dan mudah, kapan saja dan di mana saja.

Menyikapi kondisi seperti ini perpustakaan berusaha beradaptasi dan terbuka terhadap perubahan yang terus berlangsung. Enam pilar penting yang harus selalu ditingkatkan kualitasnya untuk mempertahankan keberadaannya adalah : peningkatan kompetensi SDM, kualitas koleksi, sarana dan prasarana, peningkatan mutu layanan, Penguatan system informasi serta Kerjasama dengan berbagai pihak. Dalam usaha untuk meningkatkan kualitasnya perpustakaan masih dihadapkan pada beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut dapat berupa keterbatasan anggaran, mutu SDM yang kurang memadai dan kurang adanya dukungan dari pimpinan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Alwi, dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dian Wulandari. Manager informasi : Peran pustakawan pengadaan di era digital.http://library.petra.ac.id/articles/manajer_informasi.pdf. Diunduh tgl. 19 Maret 2014

The Encyclopedia Americana. 1991. New York : Americana Corporation Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen. 2006. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode etik Pustakawan Indonesia. Jakarta : Sagung Seto Hilman Firmansyah. Perpustakaan Dulu, Kini dan Masa Depan. 2015. http://www.kompasiana.com/hilmanfirmansyah/perpustakaan-dulu-kini-dan-masa-depan. Diunduh tgl. 20 Nopember 2015

Kahar, Irawaty A. 2008. Konsep Kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi (Organizational Change) pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.4, No.1, Juni 2008

Lolytasari . Perpustakaan masa depan berorientasi pengguna.

http://perpustakaan.kaltimprov.go.id/berita-590-perpustakaan-masa-depan-berorientasi-pengguna.html .Diunduh tgl. 17 Nopember 2015

Luki-Wijayanti, 2014. Makalah berjudul “Perpustakaan masa depan: perspektif pustakawan (Pustakawan adalah profesi yang challenging)”

Nove Eka Variant Anna, S. Sos., MIMS, Future Libraries. noveanna-fisip dalam http://noveanna-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-64947-Librarianship-Future %20Libraries.html. Diunduh tgl. 14 Nopember 2015

10 Profesi ini akan punah sebelum tahun 2020.

http://www.seventujuh.com/2013/07/10-profesi-ini-akan-punah-sebelum-tahun.html, Diunduh tgl. 6 Maret 2014

Singh, S.P. 2004. Collection management in the electronic environment. The Bottom Line: Managing Library Finances , 17 (2), pp. 55-60

Sulistyo, Basuki. 1993. Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Sumardji, P. 1995. Mengelola perpustakaan : Tatakerja pengolahan, penyimpanan dan penyusunan buku dengan kartu-kartu katalognya di perpustakaan. Kanisius

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga Menaikkan atau menurunkan suku bunga (BI rate) merupakan saah satu kebijakan moneter yang dilakukan oeh bank Indonesia untuk menjaga jumlah uang beredar dan

Satuan dasar beda pontensial adalah volt (V). karena satuan inilah beda pontensial V sering disebut sebagai voltage atau tegangan. Daya listrik yang dihasilkan oleh

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe numbered head

Walaupun sama-sama melakukan penelitian di bidang Public Relations khususnya Marketing Public Relations dan obyek lokasi sama- sama di hotel, tetapi adanya perbedaan

Analisis perbandingan antar kelompok pemberian ekstrak akar, batang, dan daun meniran dengan uji One way Anova p=0,369 tidak menunjukkan perbedaan penurunan kadar glukosa darah

Tujuan melakukan penelitian ini adalah merancang suatu sistem pengendali mobile robot dengan metode adaptif fuzzy yang diharapkan dapat mengatasi terjadinya

Berdasarkan perbandingan persentase aktivitas harian maupun frekeunsi aktivitas individu owa jantan sebelum, selama dan pada saat tidak lagi diberikan sanrego