• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Kepentingan Labelsasi Halal Terhadap Produk-Produk Konsumsi Bagi Masyarakat Muslim di Kawasan Medan Deli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tingkat Kepentingan Labelsasi Halal Terhadap Produk-Produk Konsumsi Bagi Masyarakat Muslim di Kawasan Medan Deli"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tori Kepentingan (Expactency Value Tori)

kepentingan adalah suatu tindakan individu atau kelompok yang

mendorong manusia kepada beberapa tingkatan yang mendasar. Kepentingan

bersifat tetap berlandaskan hukum dan moral tertentu dalam memilih dan

memutuskan yang berpengaruh terhadap suatu objek tertentu berdasarkan tingkat

kebutuhan yang paling di utamakan oleh individu atau kelompok.

Berman dan Evans (1998:216) berpendapat bahwa jika proses keputusan

konsumen jika dipandang dari sudut barang atau jasa apa yang akan dibelinya

(“what”) konsumen akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti bentuk, daya

tahan, keunikan, nilai, kemudahan, penggunaan, bahan baku dan lain sebagianya

yang ada pada suatu barang.

Bila masyarakat muslim Medan Deli sepakat beranggapan mengkonsumsi

produk-produk halal adalah suatu kepentingan dan bernilai wajib, maka labelisasi

halal pada produk-produk konsumsi merupakan kepentingan mutlak bagi

masyarakat muslim di kawasan Medan Deli dan menjadi pilihan konsumsinya.

Namun di pihak lain, jika masyarakat muslim lainya beranggapan labelisasi halal

bukan merupakan suatu kepentingan dan hanya melihat berdasarkan manfaat dari

suatu produk. Maka, bagi mereka labelisasi halal bukan suatu kepentingan dalam

memilih menggunakan produk-produk konsumsi bagi masyarakat muslim Medan

(2)

hal yang baik dan positif, baik dilihat dari segi manfaat kesehatan dan menurut

ajaran Islam. Oleh karena itu produk konsumsi berlabelisasi halal menjadi suatu

kepentingan bagi sebagian masyarakat khususnya masyarakat muslim dalam

memilih produk-produk konsumsi berlabel halal.

Dalam ketentuan syari’at Islam, umat muslim di larangan untuk

mengunakan atau mengkonsumsi produk konsumsi yang mengandung

unsur-unsur haram yang dilarang syariat Islam , seperti yang di tegaskan dalam

Al-Quran surah Al-baqarah ayat 168 “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal

lagi suci dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti

langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu”. Dan Al-Quran surah ‘Abasa ayat 24 Artinya : “Maka hendakilah

manusia itu memperhatikan barang-barang yang dikonsumsinya dan yang

digunakannya.”

2.2 Pengertian Label

Label merupakan sarana penyampaian informasi secara langsung kepada

konsumen mengenai identifikasi produk dan produsenya. Pada produk Label

merupakan keterangan yang melengkapi suatu kemasan barang yang berisi

tentang bahan-bahan yang digunakan untuk membuat barang tersebut ,cara

pengggunaan,efek samping dan bagainya.

Merupakan salah satu bentuk perlindungan pemerintah kepada para

konsumen yang baru.yang berupa pelaksanaan tertib suatu undang-undang bahan

makanan dan minuman atau obat.dalam hal ini pemerintah mewajibkan produsen

(3)

yang tercantum dalam undang-undang bahan makan. Dengan melekatkan label

sesuai dengan peraturan berarti produsen memberikan keterangan yang

diperlakukan oleh para konsumen agar dapat memilih memebeli serta meneliti

secara bijaksana. Merupakan jaminan bahwa barang yang telah dipilih tidak

berbahaya bila digunakan, untuk mengatasi hal ini maka para konsumen

mmembiasakan diri untuk membaca label terlebih dahulu sebelum membelinya.

Dengan demikian para konsumen membiasakan diri untuk membaca label

tersebut karena dengan mambaca label akan diketahui isi bungkusan /wadah

barang tersebut.hampir semua makanan jadi yang dijual berada dalam kemasan

sehingga konsumen tidak dapat memeriksa apa dan bagaimana keadaan isinya

waktu membeli.

Menurut Stanton dan William (2004:282) label adalah bagian sebuah

produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya.

Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau pula etiket (tanda

pengenal) yang dicantumkan pada produk. Stanton dan J william (2004:282)

membagi label kedalam tiga klasifikasi yaitu

a. Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk dicantumkan pada

kemasan.

b. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif

mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perhatian/perawatan, dan

kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan

dengan produk.

c. Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian kualitas

(4)

Peraturan pelabelan produk pangan olahan di Indonesia diatur dalam

peraturan Menteri Kesehatan RI No. 79/Menkes/PER/III/1978. Dalam peraturan

tentang label dan periklanan makanan ini diatur tentang tata cara pelabelan serta

ketentuan-ketentuan yang berlaku. Label dan periklanan harus jelas dan berisi

keterangan yang lengkap serta mudah dibaca. Untuk itu dalam

peraturan-peraturan tersebut, khususnya dalam surat keputusan Dirjen POM dimuat tata cara

terperinci yang perlu dipatuhi oleh pembuat label. Keputusan Direktur Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) No.02240/B/S/SK//VII/1991 yang

diterbitkan pada tanggal 2 Juli 1996. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, label

harus dapat memberikan informasi yang jelas dan tidak menyesatkan mengenai

sifat, bahan kandungan, asal, daya tahan, nilai ataupun kegunaannya.

Sebagai konsumen masyarakat membutuhkan dan berhak mengetahui

keadaan produk-produk konsumsi yang digunakan, sementara itu labelisasi juga

berfungsi sebagai sarana komunikasi antara produsen dengan konsumenya

mengenai beberapa hal yang menjadi hak konsumen untuk mengetahuinya.

Misalnya mengenai fungsi dan manfaat, isi, kualitas, kuantitas, petunjuk

penggunaan pada produk tersebut. Melalui labelisasi konsumen mendapatkan

informasi sehingga memberikan rasa aman kepada konsumen.

2.3 Pengertian Halal

Berbagi macam persepsi halal di kalangan masyarakat luas pandangan

halal secara umum menurut masyarakat muslim mengenai produk konsumsi dapat

(5)

terlepas dari sesuatu yang di haramkan begitu juga dengan proses dan cara

mendapatkannya. Allah berfirman pada Al-Qur’an surah Al Baqoroh (2: 168) :

Artinya :‘’ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi ,dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena

sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Dan di nyatakan

dengan hadist Rasullah. “ Sesungguhnya yang halal itu sudah jelas, dan haram

itupun sudah jelas sedangkan di antara keduanya terdapat sesuatu yang samar

(syhubhat). Kata halalan, menurut bahasa Arab berasal dari kata, halla yang

berarti “lepas” atau “tidak terikat”. Secara etimologi kata halalan berarti hal-hal

yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan

ketentuan-ketentuan yang melarangnya.Allah memberikan batasan-batasan antara yang halal

dan yang haram jelas tertera melalui Al-qur’an dan hadist. Untuk memberikan

kejelasan yang jelas kepada umat terhadap hal-hal yang samar para ulama

mengeluarkan fatwa. Fatwa berarti penjelasan menurut istilah penjelasan tentang

hukum syara’.

Sistem produksi halal perlu di lakukan untuk menjamin kehalalan suatu

produk. Setiap produk yang dikonsumsi harus memenuhi standar halal dapat

dilihat dari bahan produksi, proses, fasilitas fisik, peralatan produksi,dan

manajemen produksi harus memenuhi kriteria. Kehalalan setiap produk konsumsi

dilihat baik dan halal secara zatnya ataupun cara memperolehnya.

2.4 Sertfikasi Dan Labelisasi Produk Halal

Produk konsumsi memerlukan fatwa MUI untuk mendapatkan labelisasi

(6)

menyertakan sertifikat halal kepada pemohon dengan tembusan Badan Pengawas

Obat Dan Makanan (BPOM). Sementara penetapan struktur biaya sertifikasi halal

ditetapkan oleh Mentri Keuanagan terhadap permohon atas usul Menteri Agama.

Sertifikasi halal berlaku selama 2 tahun dan diperbaharui sesuai dengan

perundang-undangan, pengawasanya di lakukan oleh lembaga pemeriksa halal.

Dan jika pada saat pemeriksaan ditemukan pelanggaran maka lembaga

pemeriksaan halal berhak untuk menyabut sertifikasi halal.

Sertifikasi halal dan label halal merupakan dua kegiatan yang berbeda

tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Sertifikasi halal dapat didefenisikan

sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistematik untuk mengetahui suatu barang

yang diproduksi oleh suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan halal. Hasil dari

kegiatan sertifikasi halal adalah diterbitkannya sertifikasi halal, dan produk yang

dimaksud telah memenuhi ketentuan sebagai produk halal. Sertifikasi halal

dilakukan oleh lembaga yang mempunyai otoritas untuk melaksanakannya,

Tujuan akhir dari sertifikasi halal adalah adanya pengakuan secara legal, formal,

bahwa produk yang dikeluarkan telah memenuhi ketentuan syariat dan aman

untuk dikonsumsi

Tidak semua produk konsumsi memiliki sertifikasi halal, dan untuk

terdaftar dan memiliki jaminan labelisasi halal dari lembaga POM ada beberapa

fase yang harus di lalui oleh perusahaan atas produknya. Seperti yang tertera

(7)

Gambar 2.1 Sruktur sistem penerbirtan sertifikasi Label Halal Sumber : Majelis Ulama Indonesia ( MUI )

UU Pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang memproduksi dan

memasukkan pangan yang dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk

diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam,

bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan

keterangan atau tulisan halal pada label. Sedangkan pasal 11 ayat 1 menyatakan

bahwa untuk mendukung kebenaran pernyataan halal sebagaimana yang dimaksud

dalam pasal 10 ayat 1, setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan

yang dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan, wajib

memeriksakan terlebih dahulu pangan tersebut pada lembaga pemeriksa yang

telah diakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Ayat-ayat tersebut mempertegas penjelasan dari UU pangan pasal 30

ayat 2 yaitu pencantuman keterangan atau tulisan halal pada label pangan

(8)

pangan kedalam wilayah Indonesia menyatakan bahwa produknya halal bagi umat

Islam.

Sertifikasi dan penandaan kehalalan baru menjangkau sebagian kecil

produsen di Indonesia. Data Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Indonesia pada tahun 2005 menunjukan bahwa tidak lebih dari 2000 produk yang

telah meminta pencantuman halal kepada MUI menunjukkan bahwa permohonan

sertifikasi halal selama 11 tahun terakhir tidak lebih 8000 produk dari 870

produsen di Indonesia. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi, bahan pangan diolah melalui berbagai teknik pengolahan dan metode

pengolahan baru dengan memanfaatkan kemajuan teknologi sehingga menjadi

produk yang siap dipasarkan untuk dikonsumsi masyarakat di seluruh dunia.

Sebagian besar produk industri pangan dan teknologi pangan dunia tidak

menerapkan sistem sertifikasi halal.

Barang-barang produksi mengalami persaingan ketat dengan

barang-barang produksi negara asing seperti Malaysia dan Singapura yang telah

merambah ke pasar Indonesia dan memiliki sertifikasi yang di akui keabsahanya.

Hal ini mengancam produksi domestik, masyarakat akan di hadapi pilihan dengan

lebih banyak macam produk yang bersifat homogen dari berbagai merek dan asal

produksi negara domestik dan asing. Selain kualitas produk-produk konsumsi

domestik perlu meningkatakan kualitas dan sertifikasi yang baik untuk dapat

bersaing dengan produk asing. Label halal yang ada pada kemasan produk yang

beredar di Indonesia adalah sebuah logo yang tersusun dari huruf-huruf Arab yang

(9)

Gambar 2.2 Logo Halal MUI Sumber : Majelis Ulama Indonesia

Peraturan pelabelan yang dikeluarkan Dirjen POM (Direktorat Jendral

Pengawasan Obat dan Makanan) Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

mewajibkan para produsen-produsen produk makanan untuk mencantumkan label

tambahan yang memuat informasi tentang kandungan (ingredient) dari produk

makanan tersebut. Budi fitriadi( 2004:04).

Aturan tentang Label dan iklan pangan kemudian diperinci didalam

peraturan pemerintah no 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan pada pasal

3 ayat 2, persyaratan minimal keterangan yang harus tercantum dalam label tidak

lagi mencantumkan keterangan halal sebagai salah satu persyaratan sebagai mana

yang tercantum dalam UU pangan pasal 30 ayat 2. Didalam peraturan pemerintah

ini aturan tentang label halal termaktuk didalam pasal 10 dan pasal 11.

Keputusan Mentri Agama (KMA) Nomor 518 Tahun 2000 tentang

pedoman dan tata cara pemeriksaan produk Halal, KMA Meningkatkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi dan menggunakan produk halal

(10)

Indonesia. Hal ini berkaitan dengan adanya keputusan pemerintah dan produsen

terkait dan berpengaruh kepada sikap atau perilaku konsumen terhadap produk

konsumsi tersebut.

Pada umumnya konsumen muslim lebih selektif dalam memilih produk

berkualitas baik dengan disertai labelisasi dan sertifikasi halal yang terakreditasi

secara baik dan dapat di pertanggung jawabkan. Labelisasi halal yang secara

prinsip adalah label yang menginformasikan kepada pengguna produk yang

berlabel tersebut, bahwa produknya benar-benar halal dan nutrisi-nutrisi yang

dikandungnya tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan secara syariah

sehingga produk tersebut boleh dikonsumsi. Dengan demikian produk-produk

yang tidak mencantukam label halal pada kemasannya dianggap belum mendapat

persetujuan lembaga berwenang (LPPOM-MUI) untuk diklasifikasikan kedalam

daftar produk halal atau dianggap masih diragukan kehalalannya. Ketidak adaan

label itu akan membuat konsumen Muslim berhati-hati dalam memutuskan untuk

mengkonsumsi atau tidak produk-produk tanpa label halal tersebut.

Produk pangan, obat, kosmetika, dan produk lain berasal dari luar negeri

yang di impor di Indonesia berlaku sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai

mana di atur dalam keputusan MUI Indonesia. Sertifikasi halal yang diterbitkan

oleh lembaga sertifikasi luar negri dapat di akui setelah melakukan perjanjian

saling pengakuan yang berlaku timbal balik (re-ciprocal), penilaian terhadap

lembaga sertifikasi, dan tempat proses produksi. Perjanjian tersebut di lakukan

oleh Mentri Agama dan badan yang berwenang di luar negeri sesuai dengan

(11)

2.5 Pengertian Produk

Produk adalah bentuk fisik barang yang ditawarkan dengan seperangkat

citra (image) dan jasa (service) yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan.

Produk dibeli oleh konsumen karena dapat memenuhi kebutuhan tertentu atau

memberi manfaat tertentu. Pengertian Produk menurut Kotler dan Amstrong

(1996:274) adalah : “A product as anything that can be offered to a market for

attention, acquisition, use or consumption and that might satisfy a want or need”.

Artinya produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk

mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan konsumen.

Menurut Simamora (2003:30), produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan oleh individu, rumah tangga maupun organisasi kedalam pasar untuk

diperhatikan, digunakan, dibeli dan dimiliki konsumen. Produk ditawarkan

meliputi barang fisik, jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi, dan ide.

2.6 Teori Konsumsi

Konsumsi menyangkut pemenuhan kebutuhan dan

keinginanindividu-individu, akan tetapi hal pokok yang mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran

oleh individu-individu untuk konsumsi adalah besar kecilnya pendapatan mereka.

Hubungan antara pendapatan individu dan konsumsi yang dilakukannya

dinamakan kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume).

Apabila telah diketahui pendapatannya maka akan diketahui pula kecendrungan

(12)

teori konsumsi pada dasar membahas hal inti yang sama yaitu alokasi pendapatan

kepada konsumsi, kepada tabungan serta kepada investasi. Teori konsumsi

berkaitan dengan fungsi utility. Utility adalah adalah kemampuan suatu barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan manusia sesuai dengan

kegunaan barang atas jasa tersebut.

Menurut Keynes dalam bukunya The General theory of employment,

interes and moeny tahun 1936 keynes mengungkapkan bahwa besar kecilnya

konsumsi pada suatu waktu di tentukan oleh nilai absolute dari pendapatan

masyarakat yang siap untuk di belanjakan (disposabel income). Pada waktu

berlangsung. Pola konsumsi masyarakat meningkat sejalan dengan pertambahan

nilai pendapatan dan sebaliknya. Al Gazali mengungkapkan teori konsumsi

Islami. Pemikiranya di awali dari sebuah pemikiran bahwa kesejahteraan

(maslahah) dari suatu masyarakat tergantung kepada pencarian dan pemeliharaan

lima tujuan dasar yaitu agama (al-dien), jiwa (nafs), harta (maal) dan akal (aql).

Dalam aspek ekonomi fungsi kesejahteraan sosial disusun secara hirarkis meliputi

kebutuhan (daruriat), kesenangan dan kenyamanan (hajaat) dan kemewahan

(tahsinaat). Kunci pemeliharaan lima tujuan dasar terletak pada penyediaan

tingkat pertama (kebutuhan atau daruriat) yaitu kebutuhan makanan, pakaian dan

perumahan. Kebutuhan dasar ini cenderung flekisbel mengikuti waktu, tempat dan

sosiopsikologis. Kelompok kebutuhan kedua (kesenangan atau hajaat) terdiri dari

semua kegiatan dan hal-hal yang tidak vital bagi lima fondasi tersebut, tetapi tetap

(13)

2.7 Produk Konsumsi

Produk konsumsi adalah segala jenis barang atau jasa yang dapat

digunakan baik secara langsungmaupun tidak langsung, untuk memenuhi

kebutuhan hidup yang bersifat ekonomis. Konsumsi langsung merupakan

pengkonsumsian barang atau jasa yang langsung digunakan oleh konsumen tanpa

melakukan olahan selanjutnya. Konsumsi tidak langsung merupakan pemakaian

benda konsumsi berupa barang atau jasa yang tidak secara langsung digunakan

untuk memenuhi kebutuhan pengguna barang.

Menurut Simamora (2003:30), produk halal adalah segala sesuatu yang

dapat ditawarkan individu, ruumah tangga maupun organisasi kedalam pasar

untuk diperhatikan, digunakan, dibeli dan dimiliki konsumen. Produk ditawarkan

meliputi barang fisik, jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi, dan ide.

2.8 Perilaku konsumen

Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau jasa.

Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna

berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Konsumen sanagat memahami

kwalitas, kuantitas dan mengenai harga pasaran pada setiap produk di pasaran.

Keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang tidak hanya berdasarkan

perbandingan harga namun manfaat serta bahan komposisi ( ingredian ) yang

pada umumnya tertera pada kemasan termasuk labelisasi halal pada

(14)

Perilaku konsumen merupakan proses dimana terjadi suatu keputusan

dalam pasar yang di ambil berdasrkan faktor kebutuhan konsumsinya.

Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat

keputusan pembelian. Keputusan memilih produk bukan hanya berdasarkan tinggi

rendahnya harga jual (low-involvement and high-involvement) namun terdapat

banyak pertimbangan lain yang turut mempermudah atau mempersulit keputusan

dalam memilih suatu produk

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen adalah

a. Adanya faktor sosial yang di pengaruhi oleh kelompok individu dan

pengaruh keluarga, peran dan status sosial.

b. Faktor Personal seperti pengaruh yang datang dari situasi ekonomi, gaya

hidup kepribadian, konsep diri, umur, pekerjaan dan pekerjaan

c. Faktor Psikologi atas dasar motivasi, persepsi, pembeljaran, Beliefs

adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu.

Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler,

Amstrong, 2006, p.144).and Attitude evaluasi, perasaan suka atau tidak

suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada

sebuah obyek atau ide (Kotler, Amstrong, 2006, p.145).

d. faktor kebudayaan di pengaruhi oleh adanya subkultur, kelas sosial dalam

masyarakat

2.8 Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah

(15)

bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif

pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses

dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan.

2.10.Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dan kerangka berfikir merupakan gambaran tentang

hubungan antara variabel yang diteliti, yang tersusun dari teori yang telah

dideskriptifkan (sugiyono, 2008:49).

Gambar 2.10. Kerangka Konseptual Tingkat Kepentingan

Labelisasi Halal (X)

Gambar

Gambar 2.1 Sruktur sistem penerbirtan sertifikasi Label Halal Sumber : Majelis Ulama Indonesia ( MUI )
Gambar 2.2 Logo Halal MUI Sumber : Majelis Ulama Indonesia
Gambar 2.10. Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Disebut ladder diagram karena teknik pemrograman ini menggunakan diagram yang bentuknya mirip seperti tangga. Sistem penulisan program dengan ladder diagram ini adalah

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah parameter yang terdapat dalam model regresi data panel telah menunjukkan hubungan yang tepat antara variabel

The proposed solution is a Memetic Algorithm (MA) which tries to optimize schedules such that they meet the deadlines of customer orders without causing buffer overflows, while at

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian POC batang pisang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan jumlah daun tanaman tomat pada umur 3 dan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori

Data berupa informasi yang diperoleh dari pengisian angket dan wawancara dengan responden (guru MGMP geografi di Kabupaten Sidoarjo) dengan membawa lembar kuisioner

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat selektivitas alat tangkap purse seine berdasarkan komposisi hasil tangkapan utama dan tangkapan sampingan serta

dan atasan (subordinasi). Pengusaha sebagai pihak yang lebih tinggi secara social-ekonomi memberikaan perintah kepada pihak pekerja/buruh yang secara social ekonomi