• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Aceh Singkil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Aceh Singkil"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROFIL KABUPATEN ACEH SINGKIL dan GAMBARAN KEBIJAKAN

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

2.1. Profil Kabupaten Aceh Singkil

2.1.1 Sejarah Terbentuknya Kabupaten Aceh Singkil

Permulaan Abad XVI adalah masa puncak kejayaan Kerajaan Aceh.Aceh yang masa itu dipimpin Sultan Iskandar Muda (1607-1608) memiliki luas wilayah meliputi Pantai Barat Pulau Sumatera di Bengkulu hingga Pantai Timur Sumatera, termasuk wilayah Riau.Pada masa itu tersebutlah kerajaan kecil di Aceh, yaitu Aceh Singkil.

Adanya kerajaan kecil Aceh Singkil dapat dibuktikan dari peninggalan sejarah dan cerita rakyat.Peninggalan sejarah dimaksud seperti sejumlah situs sejarah, kuburan pahlawan, peralatan makan, perlengkapan pertanian, adat istiadat.Hal ini menunjukkan adanya struktur masyarakat berlapis yang membuk-tikan adanya raja dan masyarakat biasa.Dari cerita rakyat, tersebut pula adanya Syech Abdul Rauf As-Singkili dari daerah ini.Kepadanya tempat masyarakat kala itu merujuk hukum agama atau hukum syara‟.Akhirnya, tersebutlah wilayah ini

dengan sebutan Aceh Singkil.

(2)

Darussalam.Bergabungnya Singkil ke dalam tubuh Aceh Selatan yang menjadi bagian dari Indonesia sejak diproklamirkan kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta, 17 Agustus 1945.Sedangkan sebelumnya, daerah ini masih daerah tak bertuan (de jure). Namun, sebagian masyarakat Singkil yang pada masa itu di bawah jajahan Jepang ada yang melaksanakan proklamasi sehingga dengan dibantu oleh Organisasi Massa dan Komite Nasional Indonesia, jadilah Singkil bagian dari Indonesia yang berse-langkangan dengan Aceh Selatan dengan Ibu kota Tapak Tuan.53

Bermula pada tahun 1956 di Jakarta, seorang anggota DPR.R.I. putra Meukek Aceh Selatan yang bernama Alm. Almelz yang menyampaikan kepada mantan Wedana pertama Wilayah Singkil yaitu Bapak A. Mufti AS dan tokoh masyarakat Wilayah Singkil yaitu Bapak Anhar Muhammad Hosen, bahwa dilihat dari segi Historis, Geografis, Ekonomi, Kebudayaan dan Politis, serta aset yang dimiliki Kewedanaan Singkil sudah sepantasnya statusnya ditingkatkan menjadi Kabupaten. Syaratnya hendaklah rakyat Singkil mencetuskan resolusi untuk itu. Diilhami pendapat Saudara Almelz tersebut, maka pada tahun 1957, Partai-partai Politik, Organisasi-Organisasi Kemasyarakatan, para alim ulama dan cerdik pandai se-Kewedanaan Singkil memutuskan dalam pertemuannya tanggal 21 Maret 1957 sepakat membentuk Panitia Aksi Penuntut Kabupaten Otonomi Singkil yang disingkat dengan PAPKOS, dengan Susunan Kepanitiaan yaitu,

53

(3)

Ketua I : Tengku M. Bakri, Ketua II : Lukman Hakim, Sekretaris I : Kamaluddin, Sekretaris II : Z. A. Fachry, Bendahara/Keuangan : Munthe. Dengan dibantu oleh beberapa Seksi PAPKOS terus bekerja dengan tujuan untuk memperjuangkan Daerah Kewedanaan Singkil ditingkatkan statusnya menjadi Kabupaten Otonomi Tingkat II dalam Lingkungan Propinsi Otonomi Aceh.

Berbagai strategi disusun dan delegasi demi delegasi diutus ke Tapaktuan, Banda Aceh dan Jakarta.Sangat disayangkan baru beberapa waktu panitia bergerak, timbul gejolak politik yaitu dengan terjadinya pemberontakan di daerah-daerah di Indonesia, panitia tidak bisa bekerja secara maksimal sehingga usaha ke arah peningkatan status Singkil ini tersendat-sendat. Pada tahun 1964 digelar musyawarah masyarakat Wilayah Singkil I di Balai Syekh Abdurrauf Singkil, pesertanya adalah tokoh-tokoh masyarakat Wilayah Singkil baik yang berada di Wilayah Singkil sendiri, maupun dari luar daerah, seperti : Jakarta, Medan, Banda Aceh, Tapaktuan, Sibolga dan lain-lain. Musyawarah berhasil sukses dengan menetapkan beberapa keputusan yaitu54 :

1. Perjuangan PAPKOS tahun 1957 agar dilanjutkan.

2. Membentuk dan mengutus delegasi untuk menghadap kembali Pemerintah Propinsi Otonomi Aceh dan Permerintah Kabupaten Aceh Selatan.

3. Personil Panitia tahun 1957 yang sudah tidak ada lagi supaya diganti dengan yang lain, sehingga disepakati Susunan Kepanitiaan PAPKOS

54

(4)

yang baru yaitu, Ketua : Alibasyah Sekretaris: Kamaluddin Bendahara: Djalaluddin Duane.

Panitia dengan dilengkapi beberapa seksi terus aktif bekerja, dengan menghimpun berbagai masukan dan saran dari berbagai lapisan masyarakat Singkil, sementara itu delegasi demi delegasi silih berganti diutus ke Tapaktuan dan Banda Aceh.Pada saat panitia sedang giat-giatnya berusaha, pada tahun 1965 terjadi pula Gerakan G.30 S/PKI, sehingga kerja panitia tidak dapatberjalan sebagaimana diharapkan.Semangat rakyat Singkil tetap menggelora untuk memperjuangkan Wilayah Singkil menjadi Kabupaten Otonom55.

Pada tahun 1967 digelar lagi Musyawarah Masyarakat Wilayah Singkil II yang digelarkan di Rimo Simpang Kanan. Peserta musyawarah ini terdiri dari Tokoh-Tokoh Masyarakat Perwakilan Kecamatan Singkil, Kecamatan Simpang Kanan, Kecamatan Simpang Kiri, Kecamatan Pulau Banyak, juga dari luar Wilayah Singkil seperti peserta pada Musyawarah I, disamping itu turut pula dihadiri oleh Bupati dan Muspida Tk. II Kabupaten Aceh Selatan dan unsur-unsur Pemerintahan Kewedanaan Singkil. Bupati Kasim Tagok pada waktu itu adalah putra asli Wilayah Singkil. Keputusan dari musyawarah adalah56 :

1. Panitia Aksi Penuntut Kabupaten Otonomi Singkil (PAPKOS) diganti dengan nama "Panitia Persiapan Kabupaten Otonomi Singkil" yang disingkat PAPKOS juga.

55

Ibid, hal.2

56

(5)

2. Melanjutkan tuntutan Panitia tahun 1957 dan tahun 1964 tentang peningkatan status Kewedanaan Singkil menjadi Kabupaten.

3. Sesuai dengan kebijakan Pusat, dimana status Kewedanaan akan dihapus, maka Panitia ditugaskan sementara untuk memperjuangkan Wilayah Kewedanaan Singkil menjadi Perwakilan Kabupaten, seperti halnya Kabupaten Aceh Tenggara.

4. Ditetapkan pula Susunan Kepanitiaan yang baru lengkap dengan seksi-seksinya, yaitu Ketua Umum: Ainal Basri, Sekretaris Umum: Mustafa Syukur, Bendahara: Anhar Muhammad Hosen.

(6)

diruang kerjanya yang didampingi Wakil Gubernur Marzuki Nyakman . Atas usaha yang gigih ini Pemerintah menyetujui peningkatan status daerah ini dari Kedewanan ke Perwakilan Kabupaten, yaitu dengan dikeluarkannya 57:

1. Surat Keputusan DPRD-GR Kabupaten Aceh Selatan No. 003/DPRD-GR/1968.

2. Surat Keputusan DPRD-GR Provinsi Daerah Istimewa Aceh No. 20/DPRD-GR/ 1968 tanggal 6 Juni Tahun 1968.

3. Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh No. 04/DESES/1969 tanggal 1 Mei 1969.

Dan sebagai Kepala Perwakilan Pertama adalah : Bapak Ibrahim Abduh Mantan Bupati yang pada waktu itu berpangkat Residen. Selanjutnya perjuangan untuk menjadi Kabupaten penuh terus diusahakan, namun terkendala dengan kebijakan bupati Aceh Selatan Drs. Sukardi Is yang berkuasa selama 11(sebelas) tahun yang tidak mentolerir perjuangan Rakyat Wilayah Singkil ini, bahkan mengancam Pegawai Negeri yang Terlibat dengan PAPKOS akan dipecat. Dan ditegaskannya lagi Pegawai Negeri yang ada hubungannya dengan PAPKOS harus membuat pernyataaan keluar dari Kepanitiaan PAPKOS.Kebetulan sebagian besar Panitia adalah Pegawai Nageri.Walaupun peringatan Bupati Sukardi Is kurang diindahkan, namun perjuangan PAPKOS tidak berjalan mulus sebagaimana diharapkan.

57

(7)

Bupati Aceh Selatan silih berganti dari Drs. Sukardi Is ke Drs. Ridwansyah, terus Drs. Sayed Mudhahar Ahmad, lanjut ke Drs. Sari Subqi, kesemuanya kurang mendukung dan bahkan tak jauh berbeda dengan kebijakan yang dijalankan oleh Sukardi Is. Melihat ketimpangan yang terus menerus dalam pembangunan yang tidak merata atau tidak adil terhadap Wilayah Singkil, kami berpendapat perjuangan peningkatan status Wilayah Singkil ini masih terus di perjuangkan namun tidak bisa dari bawah harus dari atas. Maka pada tahun 1990 oleh Saudara Muslim Dahri (Pembantu Bupati dikala itu) menulis surat kepada Bapak A.Mufti AS, Ir. Kotan Pasaman, Rustam Rasyid, SH. Dijakarta, DR. Faruq di Surabaya dan Kasim Tagok, Anhar Muhammad Hosen di Medan dan lain lain yang isinya Membangkit batang terendam agar mendesak pimpinan di atas/penentu kebijakan supaya status bekas Kewedanaan Singkil di tingkatkan menjadi Kabupaten58.

Atas dasar surat Saudara Muslim Dahri diatas dan status bekas Kewedanaan Singkil sudah waktunya harus diperjuangkan untuk di tingkatkan, maka berkumpullah tokoh-tokoh masyarakat Wilayah Singkil di aula Kantor Ir. Kotan Pasaman di Jakarta, antara lain disimpulkan diadakan Pulang Basamo I ke Singkil serta menemui Bupati Aceh Selatan dan Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Aceh dikala mereka tugas Dinas ke Jakarta. Panitia penyambutan pun dibentuk, dengan susunan kepanitiaan adalah : Pembantu Bupati wilayah Singkil (Muslim Dahri) sebagai Penanggung Jawab, sebagai Ketua Umum H. Ahmad

58

(8)

Rasni Syah, Sekretaris Umum Mustafa Syukur dan Bendahara Abd. Gani Har serta dilengkapi dengan seksi-seksi.Pada tahun 1991 sekitar 700 orang warga Singkil yang berada di perantauan di seluruh pelosok Indonesia Pulang Basamo I sisambut secara adat dan kesenian dengan sangat meriah, dan seminarpun di gelar.Hasil dari seminar dikeluarkan 14 (empat belas) butir kesepakatan aspirasi masyarakat Singkil yang merupakan pilar dasar perjuangan masyarakat untuk menuntut peningkatan status Pembantu Bupati Singkil menjadi Daerah Tingkat II.Pada bulan April tahun 1994, dengan adanya kebijaksanaan Alm.Zulkifli Ali, BA selaku Pembantu Bupati Wilayah Singkil pada waktu itu, telah direkomendir berdirinya Himpunan Masyarakat Wilayah Singkil yang disingkat dengan HMWS, sebagai Ketua Umum Alm. Ustadz Abdurrahman, Sekretaris Umum Syahbudin dan Alm. H. Anhar Mohammad Husen sebagai Penasehat, dengan tugas utamanya adalah membawa aspirasi masyarakat untuk berusaha memperjuangkan peningkatan status Daerah Pembantu Bupati Singkil menjadi Daerah Tingkat II Otonom.

(9)

terdiri dari : Raja Amansyah, Alm. Bustami Meuraxa, Raja Ulasi, H. Wahidin, TA. Wasif, Drs. Ramlan dan sejumlah tokoh lainnya dari masing-masing Kecamatan guna mensosialisasikan perjuangan HMWS Singkil untuk menuntut peningkatan status Pembantu Wilayah Singkil menjadi Daerah Tingkat II. Pada awal Bulan Mei tahun 1994 sebahagian besar pengurus HMWS yang mewakili Kecamatan Singkil yaitu : Ust. H. Abdurrahman, Ust. Rosman Hasmy, Syahbuddin. MS, Drs. Suhaili, Drs. Roswin Hakim dan Syamsul Bahri, SH, yang mewakili Kecamatan Simpang Kiri yaitu : Otonomi B. Meraxa dan Burhanuddin, yang mewakili Kecamatan Simpang Kanan Drs. Muadz Vohry dan Raja Ulasi serta yang mewakili Kecamatan Pulau Banyak Mulyadi dan Ihsan (Ucok) beraudiensi langsung dengan Bupati Aceh Selatan (Bapak Drs. M. Sari Subqi) dan Ketua DPRD Kabupaten Aceh Selatan (Bapak Syahruman, TB), untuk mendesak Bupati dan Ketua DPRD supaya mengeluarkan Surat Rekomendasi kelayakan Daerah Pembantu Bupati Singkil menjadi Daerah Tingkat II.

(10)

Rekomendasi Kelayakan Daerah Pembantu Bupati Singkil menjadi Daerah Tingkat II59.

Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Aceh Bapak Prof. DR. Syamsuddin Mahmud berkesempatan mengunjungi dan melihat dari dekat Wilayah Singkil pada tahun 1995, sanggar Seni Gelanggang Bakti menampilkan budaya dan kesenian asli Singkil dengan mempergelarkan tari-tarian serta adat menghormati tamu, pantun-pantun yang mengkiaskan harapan rakyat akan peningkatan status Wilayah Singkil di dendangkan, kelihatannnya Bapak Syamsuddin Mahmud sangat terkesan. Perjuangan PAPKOS, HMWS dan semua Organisasi Kemasyarakatan serta seluruh elemen masyarakat Singkil mulai menampakkan titik terang yaitu dengan keluarnya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh Nomor 135/232/1995 tanggal 24 Mei 1995, tentang Pembentukan Tim Peningkatan Status Wilayah Kerja Pembantu Bupati Wilayah Singkil menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Singkil dalam Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Seterusnya proses peningkatan status Wilayah Singkil ditangani oleh Pemerintahan Makmursyah Putra SH, sebagai Kepala Perwakilan Kabupaten Aceh Selatan di Singkil bersama rakyat.

Panitia menggelar pertemuan- pertemuan dan seminar-seminar di Singkil, Tim mulai dari Tk II, Tk I sampai Tim Pusatpun berdatangan ke Singkil untuk menghimpun berbagai masukan, bahkan berkali-kali Komisi II DPR-RI juga

59

(11)

datang ke Singkil, kedatangan terakhir yang di Ketuai oleh Faisal Basri merupakan kunjungan yang sangat menentukan terwujudnya Kabupaten Aceh Singkil.

Rakyat Singkil menyambut komisi ini dengan gembira dengan menampilkan pagelaran Adat dan Kesenian Daerah Singkil dengan meriah. Akhirnya perjuangan masyarakat Singkil menjadi kenyataan dengan keluarnya U.U. No. 14 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 dengan resmi Wilayah Singkil menjadi Kabupaten Aceh Singkil dan sebagai Bupati pertama Makmursyah Putra, SH. Pelantikan Bupati dilakukan di Jakarta pada tanggal 27 April 1999 oleh Meteri Dalam Negeri. Peresmian Kabupaten Aceh Singkil dilakukan oleh Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Aceh (Bapak Prof. DR. Syamsuddin Mahmud) pada tanggal 14 Mei 1999 di lapangan Daulat Singkil yang dihadiri oleh Masyarakat Singkil yang berada di Singkil dan yang berasal dari perantauan tumpah ruah penuh kebahagiaan dan keharuan.60

2.1.2. Pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil

Kabupaten Aceh Singkil adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Aceh, Indonesia.Kabupaten ini beribukota Singkil dan mempunyai luas wilayah 1.857.88 km2.Penduduknya berjumlah 112.161 jiwa. Aceh Singkil merupakan tempat lahirnya ulama besar Aceh, Syekh Abdurrauf Al-Singkili alias

60

(12)

Syiah Kuala, ini merupakan salah satu kabupaten termuda di Aceh, yakni berdiri pada 20 April 1999 setelah mekar dari Kabupaten Aceh Selatan.61

Dari mulai berdirinya kabupaten Aceh Singkil pada tanggal 14 Mei 1999 terdapat 3 orang bupati yang memimpin di Aceh Singkil yaitu : Makmur Syahputra Bancin dengan wakil bupati Muadz Vohry yaitu pada periode 2000-2005, kemudian periode selanjutnya kedudukan bupati dijalankan oleh Hasdaruddin pada tahun 2005-2007 akan tetapi dengan status pejabat bupati akibat tidak ada bupati defenitif yang dipilih secara langsung. Periode selanjutnya tetap dipimpin oleh Makmur Syahputra Bancin dengan wakil bupati Khazali periode 2007-2011. Periode 2011-2012 Khazali naik sebagai bupati menggantikan Makmur Syahputra Bancin akibat meninggal dunia. Setelah itu kembali dilaksanakan pemilihan bupati periode 2012-2017 dengan bupati terpilih yaitu Safriadi Manik dan wakil bupati Dul Musrit.

61

(13)

Gambar 2.1 Struktur Pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil

2.1.3 Wilayah Administratif

(14)

Tabel 2.1

Banyaknya Kecamatan di Kabupaten Aceh Singkil

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

2.1.4 Kondisi Geografi

2.1.4.1 Keadaan Geografi

Secara geografi Kabupaten Aceh Singkil berada pada posisi 2º02‟ -2º27‟30” Lintang Utara dan 97º04‟-97º45‟00” Bujur Timur dengan ketinggian

yang berfariasi dari permukaaan laut sesuai dengan kecamatannya ini, maka dibagi menjadi 2 (dua) wilayah yakni daratan dan kepulauan. Kepulauan yang

No Kecamatan Luas (Km²) Jumlah Desa Ibu Kota Kecamatan

1 Pulau Banyak 1.500,81 3 Pulau Balai

2 Pulau Banyak Barat 27.867,27 4 Haloban

3 Singkil 13.594,18 16 Singkil

4 Singkil Utara 16.572,94 7 Gosong Telaga

5 Kuala Baru 4.583,31 4 Kuala Baru Sungai

6 Simpang Kanan 16.956,67 25 Lipat Kajang

7 Gunung Meriah 21.996,55 25 Rimo

8 Danau Paris 27.851,83 7 Biskang

9 Suro 11.296,66 12 Suro Baru

10 Singkohor 17.677,93 7 Singkohor

11 Kota Baharu 25.936,38 10 Danau Bungara

(15)

menjadi bagian dari Aceh Singkil adalah kepulauan banyak. Wilayah daratan yang terluas di kabupaten Aceh Singkil adalah Simpang Kanan yang memilik luas wilayah yaitu 289,96 km² atau 15,61% dari luas wilayah kabupaten. Sementara kepulauan banyak yang terdiri dari 2 (dua) kecamatan yang di kolaborasikan memiliki luas wilayah 293,65 km² atau 15,81% dari luas wilayah kabupaten62.

Gambar 2.2

Peta Kabupaten Aceh Singkil

62

Pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil. 2015. Aceh Singkil Dalam Angka 2015. Hal 5

(16)

Sumber Peta Aceh Singkil Dalam Angka 2015

Aceh Singkil yang sebagian wilayahnya berada di kawasan gunung Leuser memiliki luas 1.857,88 km² yang terdiri dari 11 kecamatan, 120 desa definitiv. Dengan batas-batas berikut:

(17)

Batas Wilayah Aceh Singkil

Sebelah Utara Berbatasan dengan Kota Subulussalam

Sebelah Timur Berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara Sebelah Selatan Berbatasan dengan Samudera Indonesia

Sebelah Barat Berbatasan dengan Trumon Kabupaten Aceh Selatan

a. Dataran

Melihat dari sisi topografi, wilayah Kabupaten Aceh Singkil berada di daerah pesisir dan daerah sebelah utara merupakan daerah dataran dengan kemiringan antara 0% – 8 %.Sedangkan pada daerah yang menjauhi pesisir merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan kemiringan antara 8% – 30%.Sebagian kawasannya merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).Kondisi ketinggian lahan menunjukkan bahwa Kabupaten Aceh Singkil berada di antara ketinggian 0 m – 100 m dpl.Daerah pesisir di sebelah selatan dan daerah di sebelah timur berada pada ketinggian antara 0 m – 5 m dpl.Sedangkan pada daerah di sebelah utara memiliki kondisi yang relatif berbukit-bukit dengan ketinggian antara 5 m – 100 m dpl.

b. Perbukitan

(18)

atas dataran aluvial sungai dan endapan pasir laut yang sebagian besar merupakan ekosistem rawa yang unik. Di samping itu, terdapat juga bahan induk tanah berupa bahan organik yang sebagiannya telah terdekomposisi membentuk gambut. Pada bagian selatan juga terdapat daerah kepulauan yang umumnya didominasi oleh bahan induk bukit kapur dan endapan pasir.

Sebagai daerah yang dilalui oleh patahan aktif Sesar Semangko yang diperkirakan bergeser sekitar 11 mm/thn maka wilayah Kabupaten Aceh Singkil termasuk dalam daerah dengan resiko bencana yang tinggi sebagai akibat dari proses geologis, terutama pada bagian selatan yang merupakan daerah pesisir pantai. Konsekuensinya, wilayah Kabupaten Aceh Singkil merupakan daerah rawan gempa dan longsor.Disamping itu, bagian utara wilayah kabupaten merupakan daerah yang rawan erosi karena sebagian besar material pembentuk tanah terdiri dari bahan induk berupa batuan liat, batu kapur, dan pasir kuarsa. Beberapa kawasan rawan gelombang pasang (rob) dan abrasi pantai adalah Kecamatan Singkil meliputi Kampung Pulau Sarok, Kecamatan Singkil Utara meliputi Kampung Gosong Telaga Selatan, Gosong Telaga Utara, GosongTelaga Timur, Gosong Telaga Barat dan Ketapang Indah, Kecamatan Kuala Baru meliputi Kampung Kuala Baru Laut, Kuala Baru Sungai dan Kayu Menang, Kecamatan Pulau Banyak dan Kecamatan Pulau Banyak Barat63.

c. Sungai

63

(19)

Secara hidrologis, Kabupaten Aceh Singkil memiliki potensi sumberdaya air yang sangat besar bersumber dari air sungai, danau, rawa-rawa dan mata air. Potensi sumberdaya air terbesar bersumber dari air sungai.Sungai Singkil (Lae Singkil) adalah sungai utama yang bermuara ke Samudera Indonesia dan merupakan pertemuan dari dua sungai yaitu Lae Cinendang dan Lae Soraya.Lae Cinendang memiliki hulu di Pakpak Barat Provinsi Sumatera Utara, sedangkan Lae Soraya berhulu di Lawe Alas Kabupaten Aceh Tenggara.Di samping itu terdapat beberapa sungai lainnya yang relatif lebih kecil, diantaranya Lae Siragian dan Lae Silabuhan64.

Kawasan rawa gambut dalam yang terdapat di bagian barat Kabupaten Aceh Singkil berfungsi sebagai daerah transisi antara daratan dan lautan sehingga berpotensi untuk mencegah rembesan air laut ke darat dan sekaligus sebagai sumber cadangan air tanah. Disamping itu, sebagian besar daerah rawa-rawa gambut tersebut adalah bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) sebagai Kawasan Suaka Alam (KSA) atau Kawasan Pelestarian Alam (KPA) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemanfaatan air tanah yang bersumber dari mata air dilakukan dengan pembuatan sumur bor dan pemanfaatan air tanah dangkal dilakukan dengan metode penggalian sumur yang umumnya terdapat di daerah yang agak tinggi. Sedangkan di daerah yang

64

(20)

agak rendah seperti Kota Singkil, Kuala Baru dan Singkil Utara, air sumur tidak layak diminum karena berbau, berwarna, dan berasa lagang65.

Sumber daya air yang sangat besar seperti diuraikan di atas sangat berpotensi digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, industri, irigasi, perikanan, peternakan dan lainnya. Jumlah cadangan air yang tersedia dari Lae Singkil diperkirakan sebesar 982 Juta m3/tahun dengan debit rata-rata 55 m3/detik, Lae Cinendang sebesar 580 Juta m3/tahun dan Lae Soraya sebesar 397 Juta m3/tahun. Lae Singkil yang melewati Kota Singkil juga berpotensi menyebabkan banjir tahunan pada daerah sekitar aliran sungai.Ditambah lagi kondisi sebagian fisik lahan yang berbentuk rawa-rawa gambut mengakibatkan mudahnya terjadi genangan air yang agak lama66.

d. Iklim

Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Singkil termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.Berdasarkan data tahun 2011 terdapat 36 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 2.12,5 mm/bulan67.

65

Ibid, hal.3 66

Ibid,

67

(21)

2.1.5 Sumber Daya Alam Daerah

2.1.5.1 Pertanian

● Tanaman Bahan Makanan

Sektor pertanian merupakan sektor unggulan dan penopang perekonomian Aceh Singkil. Pada tahun 2013, share sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Aceh Singkil sebesar 34,29 persen. Salah satu subsektor pertanian adalah tanaman pangan.Subsektor ini mencakup tanaman padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.Luas panen padi tahun 2013 adalah 1.098 hektar.Pada tahun 2013, produksi padi di Aceh Singkil sebesar 3.234 ton, dan jagung sebesar 192 ton.Sektor Pertanian Tanaman Pangan merupakan sektor yang cukup berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Singkil, sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan.Luas areal persawahan yang tersedia sebanyak 1.065,6 Ha. Dari total luas areal sawah, yang terluas terdapat dikecamatan Suro seluas 318,3 Ha dan yang terkecil adalah di kecamatan Pulau Banyak yaitu seluas 8,6Ha. Dalam upaya menunjang produksi pertanian khususnya persawahan membutuhkan sarana irigasi sebagai sumber pangairan68.

2.1.5.2 Perkebunan

Selain sektor pertanian tanaman pangan, sector perkebunan juga merupakan sektor sangat berpotensi untuk dikembangkan.Komoditas andalan dalam sektor pertanian berasal dari komoditas di subsektor perkebunan, kelapa

68

(22)

sawit hasil perkebunan rakyat dan swasta memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi perekonomian di Aceh Singkil. Pada tahun 2013 produktivitas hasil kelapa sawit sebesar 12,73 ton/ha69.

Tabel 2.3

Daftar Nama Perusahaan Besar dan penguasaan lahan masyarakat

Perkebunan di Kabupaten Aceh Singkil

Nama Perusahaan Kecamatan Jenis Komoditas Luas HGU

PT. SOCFINDO Gunung Meriah Kelapa Sawit 4.414,48 Ha PT. PERKEBUNAN LEMBAH

BHAKTI (ASTRA)

Singkil Utara Kelapa Sawit 6.570,10 Ha

PT. RUNDING PUTRA PERSADA

Singkohor Kelapa Sawit 2.610,00 Ha

PT. LESTARI TUNGGAL PRATAMA

Danau Paris Kelapa Sawit 1.861,40 Ha

PT. NAFASINDO Simpang Kanan Kelapa Sawit 13.925,80 Ha PT. DELIMA MAKMUR Simpang Kanan,

Singkil Utara

Kelapa Sawit 12.173,45 Ha

PT. RIZPODA Gunung Meriah Kelapa Sawit 200 Ha PT. PRIMA LASIMA

BERSAUDARA

Gunung Meriah Kelapa Sawit 179,7 Ha

69

(23)

CV. Al-Kautsar Gunung Meriah Kelapa Sawit 100,5 Ha PT. CAKRA MULTI SAWIT

MANDIRI

Simpang Kanan Kelapa Sawit 700 Ha

PT. DALANTA ANUGRAH PERSADA

Danau Paris Kelapa Sawit 2610 Ha

PT. TELAGA ZAM-ZAM Gunung Meriah Kelapa Sawit 100.05 Ha

Masyarakat - Kelapa Sawit 30.100,10 Ha

Jumlah 77.902,02 Ha

Sumber : Dinas Perkebunan & Kehutanan Kabupaten Aceh Singkil

2.1.5.3 Peternakan

(24)

yang paling sedikit berada di Kecamatan Pulau Banyak Barat dimana tidak ada seekorpun sapi potong di sana. Sedikitnya ternak sapi yang ada di Kecamatan Pulau Banyak Barat disebabkan kondisi geografis yang kurang mendukung karena merupakan daerah kepulauan sehingga luas ladang penggembalaan tidak mencukupi. Dengan semakin banyaknya ternak sapi di Kabupaten Aceh Singkil, akan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat. Karena dengan semakin banyak peternakan sapi maka harga daging sapi akan semakin rendah, sehingga masyarakat kelas menengah kebawah bisa memenuhi kebutuhan proteinnya dan tentunya hal ini dapat menambah pendapatan keluarga70.

2.1.5.4 Perikanan

Kabupaten Aceh Singkil merupakan daerah yang memilikipotensi yang cukup besar pada bidang Kelautan dan Perikanan.Keanekaragaman sumberdaya perikanan yang terkandung didalamnya memberikan harapan bagi kesejahteraan masyarakat. Luasnya kelautan yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil merupakan potensi daerah yang patut disyukuri karena potensi tersebut apabila dikelola dengan sebaik-baiknya akan mendatangkan kesempatan usaha dan kesejahteraan bagi masyarakat Kabupaten Aceh Singkil. Pemanfaatan potensi kelautan telah lama dilakukan di Kabupaten Aceh singkil ditunjukkan dengan banyaknya nelayan tradisional dan modern yang masih menumpukan harapan hidup mereka dari hasil laut. Dapat dikatakan bahwa nelayan tradisional merupakan nelayan yang masih menggunakan alat-alat konvensional dalam

70

(25)

penangkapan ikan sedangkan nelayaan modern telah menggunakan peralatan dengan teknologi tinggi termasuk kapal yang digunakan.Walaupun demikian, mereka telah memanfaatkan potensi kelautan tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga bermanfaat bagi mereka sendiri maupun bagi masyarakat yang berada di Kabupaten Aceh Singkil. Hal ini membuat roda perekonomian di Aceh Singkil berputar dengan adanya pasokan ikan-ikan segar yang langsung ditangkap dari laut dan kemudian didistribusikan ke berbagai daerah didalam dan diluar Kabupaten Aceh Singkil. Geografis daerah Aceh Singkil yang berbatasan dengan Samudera Hindia, menyebabkan Aceh Singkil memiliki potensi bahari yang sangat besar untuk dikembangkan.Produksi hasil perikanan tangkap pada tahun 2013 sebesar 10.766,19 ton, hasil ini meningkat dibandingkan dengan produksi pada tahun 2012 hanya sebesar 10.371,20 ton71.

2.1.5.5 Perindustrian

Sektor industri merupakan salah satu penopang kegiatan ekonomi masyarakat Aceh Singkil.Sebanyak 224 unit industry makanan tersebar di seluruh Aceh Singkil dan 158 unit industri kayu pada tahun 201372.

2.1.5.6 Energi

Sebagai sumber penerangan dan energi lain, baik di sektor rumah tangga maupun industri, listrik memegang peranan yang sangat vital. Jumlah pelanggan listrik dalam wilayah kerja PLN di Kabupaten Aceh Singkil adalah 24.492

71

Ibid, Hal.206 72

(26)

pelanggan.Kecamatan Gunung Meriah memiliki jumlah pelanggan yang paling besar yaitu sebanyak 7.723 pelanggan.Sedangkan Kecamatan Pulau Banyak Barat memiliki jumlah pelanggan yang paling sedikit, jumlahnya hanya mencapai 334 pelanggan.Selain itu, kebutuhan konsumsi seperti air minum di sesuaikan dengan Banyaknya pelanggan menurut jenisnya. Pada tahun 2013 adalah sebanyak 44 pelanggan, non niaga sebanyak 3.423 pelanggan, niaga sebanyak 42 pelanggan, dan industri sebanyak 10 pelanggan. Untuk bahan bakar sebagian besar penduduk Aceh Singkil yaitu 58,92% masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Selanjutnya 23,91% menggunakan gas dan 16,25% yang menggunakan minyak tanah73.

2.1.6. Keadaan Demografi

2.1.6.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2014 adalah 112.161 jiwa yang terdiri dari 56.589 jiwa laki-laki dan 55.572 jiwa perempuan. Persentase penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Gunung Meriah yaitu sebesar 29,88% dan Sedangkan persentase penduduk terkecil adalah Kecamatan Kuala Baru yaitu sebesar 2,12%. Komposisi umur penduduk didominasi oleh balita dan remaja yang pada suatu saat akan berada pada posisi usia produktif. Laju pertumbuhan jumlah penduduk (population growth rate) di Kabupaten Aceh Singkil setiap tahunnya rata-rata 2,99% jika mengacu kepada data penduduk dari tahun 2006 sampai dengan 2011yang terangkum dalam data Badan Pusat Statistik

73

(27)

Kabupaten Aceh Singkil 2012. Dengan luas wilayah Kabupaten Aceh Singkil yang terbangun 119.895 Ha dan jumlah penduduk yang mendiami 112.161 jiwa maka tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Aceh Singkil adalah sebanyak 60 jiwa/Km². Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Pulau Banyak sebanyak 194 jiwa/Km² sedangkan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Pulau Banyak Barat sebanyak 15 jiwa/Km². Jumlah rumah tangga di Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2014 adalah 25.381 rumah tangga. Secara rata-rata banyaknya penduduk yang menempati satu rumah tangga adalah 4 orang.Rata-rata anggota rumah tangga dalam satu rumah tangga untuk setiap kecamatan dapat dikatakan seragam (homogen) 74.

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin Tahun 2014

(28)

Laki-Simpang Kanan 6.896 7.018 13.914 98,3

Danau Paris 3.814 3.432 7.246 111,1

Suro 4.199 4.071 8.27 103,1

Singkohor 3.008 2.801 5.809 107,4

Kota Baharu 3.089 3.170 6.259 97,4

Aceh Singkil 56.589 55.572 112.161 101,8

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil

Penduduk Kabupaten Aceh Singkil mayoritas menganut agama Islam disusul dengan agama Kristen dan Budha. jumlah umat Islam yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil tahun pada tahun 2014 sebesar 104.216 jiwa dan Kristen sebesar 12.771 jiwa sedangkan Budha hanya berjumlah 2 jiwa yang terdapat di kecamata singkil.

Tabel 2.5

Penduduk Kabupaten Aceh Singkil berdasarkan agama

Islam 104.216 jiwa

Kristen 12.771 jiwa

Budha 2 jiwa

Sumber : Kementerian Agama Kantor Kabupaten Aceh Singkil

(29)

Singkil terdapat sebanyak 144 buah, langgar/musollah sebanyak 153 buah dan Gereja berjumlah 5 buah. Fasilitas peribadatan paling banyak terdapat di Kecamatan Gunung Meriah dan Simpang Kanan.

Jumlah penduduk menurut suku di kabupaten Aceh Singkil, dari hasil observasi peneliti (hal ini dikarenakan data dan informasi yang valid tentang jumlah suku di Kabupaten Aceh Singkil masih belum ada di kelembagaan statistik pemerintah), suku mayoritas yaitu suku Pak-Pak (boang) dan Jawa. Kemudian suku minoritas berasal dari suku batak Toba. Sementara suku Aceh sebagai suku lokal jumlahnya sangat sedikit di kabupaten Aceh Singkil.

2.1.6.2 Sosial Ekonomi

a. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan gambaran aktivitas masyarakat dalam mencapai kesejahteraan dan kelancaran perekonomian. Indikator ketenagakerjaan merupakan gambaran yang memperlihatkan aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari untuk mencapai kesejahteraan dan kelancaran proses perekonomian suatu daerah.

(30)

menyebabkan angka pengangguran meningkat.Tingkat penganggguran terbuka (TPT) di Aceh Singkil pada tahun 2013 juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 TPT Aceh Singkil sebesar 8,96 % naik menjadi 11,07 % pada tahun 2013. Ditahun 2015 TPAK Aceh Singkil 64,07 % dan TPT sebesar 7,03 %75.

2.1.6.3 Pendidikan

Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan disuatu Negara adalah tersedianya cukup Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.Merujuk pada amanat UUD 1945 beserta amandemennya (pasal 31 ayat 2), maka melalui jalur pendidikan pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM Penduduk Indonesia.Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat keber-hasilan bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf.Makin rendah persentase penduduk yang buta huruf menunjukkan keberhasilan program pendidikan, sebaliknya jika pesentase penduduk buta huruf makin tinggi maka mengindikasikan program pendidikan kurang optimal dalam hal mencerdaskan bangsa. Hasil Susenas menunjukkan bahwa persentase penduduk berusia sepuluh tahun ke atas yang buta huruf mengalami peningkatan.Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam memacu geraklaju pembangunan.Manusia sebagai subjek pembangunan dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya memegang peranan sangat penting. Seringkali tingkat pendidikan seseorang dijadikan dasar untuk menentukan kedudukan seseorang dalam bidang tugasnya. Berdasarkan dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2014, penduduk Kabupaten Aceh Singkil usia 10 tahun keatas

75

(31)

yang belum/tidak tamat SD ada sekitar 30,53persen; tamat SD mencapai 22,57 persen; tamat SMP mencapai 18,67 persen; tamat SMA mencapai 21,06 persen; sedangkan yang menamatkan universitas hanya 5,02 persen76.

2.1.6.4 Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan manusia. Bila pembangunan kehidupan berjalan baik, maka secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Mempertimbangkan bahwa pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari ajang peningkatan SDM penduduk Indonesia, maka program-program kesehatan telah dimulai atau bahkan lebih diprioritaskan pada generasi penerus, khusus calon bayi dan anak dibawah lima tahun (balita), Pentingnya pembangunan bidang kesehatan ini tecermin dari deklarasi Millenium Development Goals (MDGs) yang mana lebih sepertiga indicator menyangkut bidang kesehatan.

Air susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling penting bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi. Persentase balita yang mendapatkan ASI di Kabupaten Aceh Singkil mencapai 96,43%. Hal ini berkaitan dengan adanya pengetahuan ibu yang lebih baik mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Pemberian kekebalan tubuh melalui imunisasi lengkap sebelum 1 tahun merupakan cara yang efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian balita. Pada umumnya imunisasi campak yang diberikan setelah bayi mendapatkan imunisasi BCG, DPT, dan

76

(32)

Polio. Hasil Susenas 2014 menunjukkan balita yang pernah mendapat imunisasi campak sebesar 74,39 persen77.

Persalinan oleh tenaga dokter, bidan atau tenaga medis lain relatif lebih aman dibandingkan oleh dukun atau tenaga non medis lainnya. Pada tahun 2014, sekitar 86,24 persen persalinan balita ditolong oleh tenaga medis, dengan komposisi 7,01 persen oleh dokter, 79,23 persen oleh bidan. Untuk sarana kesehatan, pada tahun 2014 terdapat sarana berupa puskesmas sebanyak 11 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.Disamping puskesmas juga terdapat Rumah Sakit Umum Daerah yang berlokasi di Kecamatan Gunung Meriah (tepatnya di Desa Gunung Lagan). Jenis fasillitas kesehatan yang sering dimanfaatkan oleh penduduk adalah Puskesmas / Pustu (32,35 %) diikuti praktek dokter / Poliklinik (31,98%), praktek tenaga kesehatan (26 %), Rumah Sakit Pemerintah (4,75%)78. 2.1.6.5 Kemiskinan

(33)

jumlah seluruh keluarga yang ada di kabupaten ini. Di tahun 2015 tercatat Keluarga Pra Sejahtera sebanyak 5316 KK (21,69 persen), Keluarga Sejahtera I sebanyak 7.393 KK ( 30,17 persen), Keluarga Sejahtera II sebanyak 8.428 KK (34,40 persen), Keluarga Sejahtera III sebanyak 2.911 KK (11,8 persen) dan Keluarga Sejahtera III Plus sebanyak 450 KK (1,8 persen) dari 24.498 keluarga di kabupaten Aceh Singkil79.

2.1.7 Sarana dan Prasarana

2.1.7.1 Transportasi

Perhubungan memiliki peranan dan dampak yang sangat besar terhadap kelancaran pem-bangunan suatu daerah. Akses yang mudah, cepat, dan murah akan memperlancar perputaran roda perekonomian. Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran penting khususnya untuk transportasi darat. Untuk mendukung transportasi darat, pemerintah telah membangun jalan sepanjang 536,76km jalan kabupaten/kota, 47,00 km jalan provinsi dan 75,30 km jalan nasional80.

Transportasi sungai di Kabupaten Aceh Singkil berpotensi untuk dikembangkan bagi masyarakat yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai. Saat ini transportasi sungai menggunakan perahu bermotor yang populer dengan sebutan ”Robin”. Di kabupaten Aceh Singkil terdapat dua buah pelabuhan untuk

(34)

banyak juga digunakan sebagai dermaga untuk angkutan penyeberangan yang dikelola oleh PT. ASDP. rute yang dilayani oleh ferry adalah kota singkil – pulau banyak – simeulue – gunung sitoli.

Selain transportasi darat dan air, transportasi udara juga memiliki andil dalam memperlancar kegiatan perekonomian. Di kabupaten ini juga terdapat bandara untuk transportasi udara yag bernama Bandara Syech Hamzah Fansuri Kabupaten Aceh Singkil. Saat ini pelabuhan udara ini yang berlokasi di Kecamatan Singkil Utara sudah mulai dioperasikan setelah diresmikan oleh Bapak Wakil Gubernur Provinsi Aceh pada tanggal 27 April 200881.

2.1.7.2 Fasilitas Umum

Fasilitas umum yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil terdiri dari: ● Sarana Peribadatan yang terdiri dari : masjid 144 buah, musollah

153 buah dan gereja 9 buah.

● Rumah sakit umum daerah 1 buah, dan puskesmas/balai

pengobatan masyarakat sebanyak 11 buah.

● Sarana pendidikan yang terdiri dari: sekolah dasar negeri 101 buah

swasta 4 buah, SLTP negeri 29 buah swasta 5 buah, SLTA negeri 11 buah swasta 2 buah, madrasah 18 buah dan perguruan tinggi berjumlah 3 buah. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut:

81

(35)

Tabel 2.6

Jumlah Fasilitas Umum di Kabupaten Aceh Singkil

No Nama Jumlah

1 Masjid 144

2 Musollah 153

3 Gereja 5

4 RSUD 1

5 Puskesmas 11

6 SD Negeri 100

7 SD Swasta 5

8 SLTP Negeri 29

9 SLTP Swasta 7

10 SLTA Negeri 11

11 SLTA Swasta 1

12 Madrasah 18

13 PAUD 115

14 Perguruan Tinggi 3

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Singkil Angka 2015

2.1.7.3 Komunikasi

(36)

terpasang masih sangat terbatas, akan tetapi dengan adanya jaringan telepon selular yang semakin luas jangkauannya terasa sangat membantu kegiatan dan aktifitas masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan ekonomi.

Dalam era globalisasi pada saat sekarang ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal yang sangat mempengaruhi gaya kehidupan masyarakat. Berdasarkan hasil Susenas, Jumlah rumah tangga yang memiliki Handphone(HP) pada tahun 2014, sebanyak 83,31 persen82.

2.1.8 Keuangan

Realisasi Pos Pendapatan Daerah pada APBD Kabupaten Aceh Singkil pada tahun anggaran 2013 tercatat sebesar 475.096 milyar rupiah.Secara umum.realisasi ini melebihi dari jumlah anggaran penerimaan yang ditargetkan oleh pemerintah daerah yaitu sebesar 462.844 milyar rupiah. Pada Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD). realisasinya berada di atas target anggaran. Pos penerimaan daerah masih didominasi oleh Pos Dana Perimbangan83.

Jumlah bank yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil pada saat ini hanya sebanyak 3 nama bank. Yaitu Bank Aceh.Bank Rakyat Indonesia (BRI).dan Bank Syariah Mandiri. Dana yang dikumpul dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Tabungan menyumbang jumlah tertinggi dari total dana bank yang tersimpan. Pada akhir tahun 2013. jumlah tabungan dalam seluruh bank mencapai 165.393 milliar Rupiah. sementara

82

Ibid, Hal 277 83

(37)

keadaan dana Giro sebanyak 86.673 milliar Rupiah. sedangkan dana Deposito yang disimpan hanya mencapai 15.816 Milliar Rupiah saja.

Pada tahun 2013 jumlah kredit yang diberikan oleh perbankan yang ada di Aceh Singkil sebanyak 494.284 miliyar rupiah. Lebih dari 50 persen Jumlah kredit yang diberikan oleh Bank Aceh Cabang Singkil yang nilainya sebanyak 295.865 milyar rupiah. Berikut tabel pendapatan aceh singkil mulai tahun 2012-2015 :

Tabel 2.7 Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan Daerah

Tahun 2012-2015

(38)

2.1.8.1 Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk

Salah satu indikator yang bias menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk adalah mengukur tingkat perkembangan pendapatannya. Secara umum, tingkat kesejahteraan penduduk Aceh Singkil pada periode 2012 – 2014 mengalami fluktuasi, hal ini dilihat dari indikator tingkat pengeluaran perkapita yang merupakan proxy pendapatan penduduk.

Pada tahun 2014, pengeluaran ratarata perkapita sebulan untuk barang makanan sebesar Rp. 368.034 meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp. 340.910. Adapun pengeluaran rata-rata perkapita sebulan untuk barang bukan makanan juga mengalami peningkatan dari Rp. 179.687 pada tahun 2013 menjadi Rp. 220.064 pada tahun 201484.

2.1.8.2 Pendapatan Regional

Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan suatu ukuran produktivitas yang mencerminkan seluruh nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah.Perubahan nilai PDRB bisa terjadi karena adanya perubahan dari harga barang dan jasa atau terjadinya perubahan volume.Kedua perubahan itu bisa dilihat pada PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan.

Nilai PDRB Aceh Singkil Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2014 mencapai Rp 1.747,173 miliar, meningkat sebesar Rp 157,122 miliar dibanding tahun 2013. Capaian inimengindikasikan tren peningkatan agregat

84

(39)

ekonomi di Aceh Singkil selama empat tahun terakhir. Struktur PDRB Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2014 ditentukan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan paling mendominasi struktur perekonomian Kabupaten Aceh Singkil dengan kontribusi sebesar 30,64 persen85.

Selama periode 2011 - 2014, perekonomian Aceh Singkil telah menunjukkan adanya pergeseran struktur ekonomi (economic structural transformation). Terlihat bahwa kelompok sektor utama ( pertanian, kehutanan, dan perikanan) mengalami tren penurunan kontribusi selama tahun 2011 hingga tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Singkil yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2010 selama kurun waktu tahun 2011–2014 menunjukkan pertumbuhan yang terus berfluktuasi. Pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi kabupaten Aceh Singkil mencapai angka 4,08 persen mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 4,41 persen. Selama tahun 2011 - 2014 pendapatan regional perkapita kabupaten Aceh Singkil terus mengalami kenaikan, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan PDRB Aceh Singkil lebih tinggi disbanding dengan pertumbuhan jumlah penduduknya86.

85

Ibid, Hal 342 86

(40)

2.2 Gambaran Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam

2.2.1 Qonun Provinsi Aceh Nomor 21 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan

Sumber Daya Alam

Pada bagian kedua pasal 2 dijelaskan bahwa pengelolaan sumber daya alam berdasarkan atas kemanfaatan, keadilan, keefisienan, kelestarian, kerakyatan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan. Pengelolaan sumber daya alam bertujuan untuk menjamin kelestarian fungsi sumber daya alam dan keseimbangan lingkungan sehingga dapat mendukung upaya pembangunan yang berkelanjutan guna peningkatan kesejahteraan Masyarakat. Kemudian dalam pasal 4 sasaran pengelolaan sumber daya alam diarahkan pada : tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan alam; terjaminnya fungsi sumber daya alam bagi kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang; terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam dan terarahnya kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam.

(41)

mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan sumber daya alam sebagaimana dimaksud, pemanfaatan secara sektoral akan diatur dengan Qanun tersendiri. Pengelolaan sumber daya alam wajib dilakukan secara terpadu sebagai suatu sistem ekologi pengelolaan sumber daya alam dilakukan secara terpadu oleh instansi pemerintah Provinsi sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-masing serta pelaku pembangunan lainnya. Keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya alam sebagaimana dimaksud dikoordinasikan oleh lembaga atau badan yang bertanggungjawab dalam pengendalian lingkungan hidup.

(42)

kualitas keanekaragaman dan nilainya. Pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) harus dilakukan secara effisien sehingga dapat memungkinkan ketersediaannya dan upaya pemanfaatannya berlangsung dalam waktu relatif lama. Pengelolaan sumber daya alam yang dapat dipulihkan (renewable) harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana sesuai dengan potensi dan daya dukungnya dengan tetap menjaga kondisi ekosistem dan lingkungannya yang layak sehingga memungkinkan sumber daya alam tersebut memperbaharui dirinya. Pengelolaan sumber daya alam yang terdapat pada suatu kawasan lindung dilarang, bila mengganggu fungsi lindung.

(43)

Dalam menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib diperhatikan : rencana tata ruang; pendapat masyarakat; dan pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang yang berkaitan dengan usaha dan/atau kegiatan tersebut. Keputusan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib diumumkan kepada masyarakat.Tata cara penerbitan izin untuk setiap sektor/jenis sumberdaya alam diatur lebih lanjut dengan keputusan gubernur. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan pencemaran dan perusakan terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya serta kegiatan yang dapat mengancam kelestariannya. Pemerintah provinsi dapat menetapkan kawasan lindung dan/atau suaka alam untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam dan mempertahankan keanekaragaman hayati serta kelestarian plasma nutfah. Pengelolaan terhadap daerah kawasan lindung dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(44)

keterangan dari pihak yang bertanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatannya. Penanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatan yang dimintai keterangan sebagaimana dimaksud dalam diatas wajib memenuhi permintaan petugas pengawas sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan dapat melibatkan masyarakat. Setiap pengawas wajib memperlihatkan surat tugas dan/atau tanda pengenal serta wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan tersebut. Masyarakat dapat melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya alam secara adil, demokratis dan berkelanjutan sesuai dengan kearifan tradisional. Pemerintah provinsi kewajiban mendorong peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sumber daya alam sebagai bagian dari penyelenggaraan negara yang baik. Dalam melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya alam, masyarakat dapat secara langsung bekerjasama dengan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/Kota dan/atau pihak lain.

(45)

Permintaan dapat dilakukan secara lisan atau tertulis yang ditembuskan kepada pemerintah. Ketentuan lebih lanjut tentang hal-hal sebagaimana dimaksudkan ditetapkan dalam keputusan gubernur.

Sebelum kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dilaksanakan di suatu daerah, pihak pelaksana wajib mensosialisasikan maksudnya kepada masyarakat adat dan/atau masyarakat setempat guna mendapatkan masukan sebagai bahan pengambilan keputusan baik bagi pelaksana maupun bagi pejabat yang berwenang. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk menjelaskan kerugian yang akan dialami dan keuntungan yang akan diperoleh masyarakat sejak perencanaan hingga pasca operasi. Pada waktu pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pihak perencana wajib menyertakan wakil dari instansi yang mengelola dampak lingkungan, legislatif dan organisasi lingkungan hidup. Masukan dari masyarakat adat dan/atau setempat harus dinilai secara objektif dan rasional baik melalui pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Kegiatan pengelolaan sumber daya alam wajib evaluasi sedikitnya sekali dalam 2 (dua) tahun. Monitoring dapat dilakukan setiap saat, bila diperlukan. Setiap evaluasi wajib menyertakan masyarakat terutama yang berdomisili di sekitar lokasi kegiatan pengelolaan sumber daya alam.

(46)

tanah di dalam lingkungan daerah kegiatan usaha maupun di luarnya dengan tidak memandang apakah perbuatan itu dilakukan dengan atau tidak sengaja, maupun yang dapat atau tidak dapat diketahui terlebih dahulu. Besarnya nilai ganti rugi ditentukan bersama antara pemegang izin usaha dan/atau kegiatan dengan yang berhak, atas tanah atas dasar musyawarah dan mufakat. Jika kedua pihak tidak dapat mencapai kata mufakat tentang ganti rugi maka penentuan diserahkan kepada gubernur dengan memperhatikan basil musyawarah dan mufakat antara pihak pemegang izin usaha dan/atau pemegang hak atas tanah. Wewenang dapat dilimpah kepada Bupati/walikota, Jika yang bersangkutan tidak dapat menerima penentuan Gubernur tentang ganti rugi sebagaimana dimaksud alam ayat (3) maka penentuannya diserahkan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah atau wilayah yang bersangkutan. Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3) dan (4) beserta segala yang berhubungan dengan itu, dibebankan kepada pemegang izin usaha yang bersangkutan.

(47)

melakukan gugatan untuk kepentingan masyarakat. Dalam rangka tanggungjawab pengelolaan Sumber Daya Alam organisasi yang bergerak di bidang itu berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi Sumber Daya Alam. Organisasi bidang Sumber Daya Alam yang berhak mengajukan gugatan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : berbentuk badan hukum; organisasi tersebut dalam anggaran dasarnya dengan tugas menyebutkan tujuan didirikannya organisasi untuk kepentingan pelestarian fungsi sumberdaya alam; dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.

(48)

pembayaran uang paksa atas keterlambatan pelaksanaan tindakan tertentu tersebut setiap hari.

Gubernur berwenang melakukan paksaan pemerintahan terhadap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran serta menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh suatu pelanggaran, melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan, dan/atau pemulihan atas beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, kecuali ditentukan lain berdasarkan undang-undang. Wewenang dapat diserahkan kepada Bupati/Walikota dengan Qanun. Pihak ketiga yang berkepentingan berhak mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang untuk melakukan paksaan pemerintahan, Paksaan pemerintahan sebagaimana dimaksud didahului dengan surat perintah dari pejabat yang berwenang. Tindakan penyelamatan, penanggulangan dan/atau pemulihan dapat diganti dengan pembayaran sejunilah uang tertentu.

(49)

kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000,-(lima juta rupiah). Tindak pidana adalah pelanggaran. Denda yang dimakasud merupakan pendapatan provinsi, dan harus disetor langsung ke kas daerah provinsi. Akibat kelalaian dari pengelolaan sumber daya alam yang merugikan kehidupan masyarakat harus memberi kompensasi kepada masyarakat, berupa pemulihan kembali sumber daya alam.

Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana di maksud dalam Pasal 18 ayat (1) diancam pidana dan/atau denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tindak pidana adalah kejahatan. Denda yang dimaksud merupakan pendapatan pemerintah provinsi dan harus disetor langsung ke kas pemerintah daerah, pada saat berlakunya Qanun ini, maka segala ketentuan yang ada dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Qanun ini. Semua kegiatan pengelolaan sumber daya alam yang telah ada sejak ditetapkan Qanun ini yang mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib mengikuti ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Qanun ini.

2.2.2 Qonun Kabupaten Aceh Singkil Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Tugas

dan Fungsi Dinas Perkebunan

(50)

dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah.dinas perkebunan kabupaten mempunyai tugas pokokn menyelenggarakan urusan rumah tangga daerah dalam bidangperkebunan yang menjadi tanggung jawabnya dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah atau pemerintah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sementara fungsi dinas perkebunan mempunyai fungsi : melakukan pembinaan berdasarkan kebijaksanaan yang di tetapkan bupati; melakukan bimbingan tehnis dibidang perkebunan; melaksanakan pengawasan dan pemberian dan pembinaan usaha perkebunan sesuai dengan pokok; menyelenggarakan pelaksanaan penyuluhan; melaksanakan pengkajian penerapan tekhnologi di tingkat usaha tani; melaksanakan urusan umum, perlengkapan kepegawaian, keuangan serta ketatausahaan dinas perkebunan; dan melakukan pengawasan dan bimbingan unit pelaksanaan teknis dinas dan cabang dinas di bidang perkebunan kabupaten.

(51)

dinas perencanaan, membawahkan : seksi data dan statistik; seksi program dan angaran; seksi evaluasi dan pelaporan. Sub dinas pengelolaan dan pemasaran, membawahkan : seksi pengembangan tekhnologi pengolahan; seksi alat mesin dan pengembangan produksi; seksi promosi dan analisis pasar.

Unit pelaksana tekhnisi dinas : pasal 6 unit pelaksana tekhnis mempunyai kedudukan yang unsur pelaksanaan teknis oprasional dinas perkebunan; unit pelaksana tekhnis dinas di pimpin oleh seorang kepala yang berada di bawahtanggung jawab kepala dinas perkebunan. Pasal 7 pembentukan unit pelaksana tekhnis dinas hanya dimungklinkan jika memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.

Kelompok jabatan fungsional : pasal 8 kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagai tugas melakukan kegiatan tekhnis perkebunan di bidang keahlian masing-masing; kelompok jabatan fungsional sebagaimana tersebut di atas dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior selaku ketua kelompok yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas dan atau kepada kepala unit pelaksana teknis dinas yang bersangkutan.

(52)
(53)

yang disampaikan wajib sitembuskan kepada pejabat lain yang secara fungsional mempunyai hubungan keja.

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Pemerintahan Kabupaten Aceh Singkil
Tabel 2.1  Banyaknya Kecamatan di Kabupaten Aceh Singkil
Gambar 2.2
Tabel 2.2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Yazar girişte insan hakları içinde yer alan, birinci ve ikinci kuşak insan haklarından bahsetmiş, birey merkezli olmadığı için üçüncü kuşak insan haklarının

1.5 Materi kebijakan pengelolaan koleksi yang terkait dengan peran kurator meliputi materi pengadaan dan penghapusan, inventarisasi, peminjaman, penyimpanan, pengkajian

a) Ruang baca berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan pendidik memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka.. b) Luas ruang baca disesuaikan

Hasil survey lintasan pemboran dengan metode Minimum Curvature paling mendekati lintasan aktual sumur G-12 dengan deviasi TVD, Vertical Section tiga dimensi 0,01 ft dan

Whistle blowing adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau

Penulis akan membuat sebuah pembangkit listrik yang bersifat mengubah gerakan menjadi tenaga listrik, seperti kincir air tetapi akan memakai gaya gravitasi sebagai

TABEL PROGRES DAN REALISASI PEMBAYARAN GAJI KONTRAK INDIVIDU FORM - 1 PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP).. PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

link yang berfungsi untuk menginput data dosen, data mahasiswa, data mata Kuliah, data kelas perkuliahan, data nilai, data Jurnal, serta data. Kurikulum, SAP, dan