• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Kompos Campuran Manure Ayam Broiler dan Limbah Kulit Kopi dengan Berbagai Dosis MOD (Microorganisme Decomposer) Terhadap Pertumbuhan Indigofera zollingeriana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Kompos Campuran Manure Ayam Broiler dan Limbah Kulit Kopi dengan Berbagai Dosis MOD (Microorganisme Decomposer) Terhadap Pertumbuhan Indigofera zollingeriana"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kompos

Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan,

jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota dan sebagainya.

Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan

manusia. Secara garis besar, membuat kompos berarti merangsang perkembangan

bakteri (jasad-jasad renik) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-

bahan yang dikomposkan hingga terurai menjadi senyawa lain. Proses

penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik

sukar larut menjadi senyawa organik larut sehingga berguna bagi tanaman

(Marsono dan Lingga, 2004).

Kandungan zat hara dalam kompos terdiri dari karbon 8,2%, nitrogen

0,09%, fosfor 0,36%, kalium 0,81%, komponen kompos terdiri dari cairan 41%

dan bahan kering 59%. Kadar C/N dalam kompos umumnya 23. C/N merupakan

perbandingan karbon dan nitrogen. Pupuk dengan C/N yang tinggi kurang baik

diberikan ke tanaman karena proses peruraian selanjutnya akan terjadi di dalam

tanah. CO2 yang dihasilkan dari peruraian tersebut akan berpengaruh kurang baik

terhadap pertumbuhan tanaman (Prihmantoro, 2003).

Kualitas kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan kompos,

disamping kandungan logam beratnya. Bahan organik yang tidak terdekomposisi

secara sempurna akan menimbulkan efek yang merugikan bagi pertumbuhan

tanaman. Penambahan kompos yang belum matang ke dalam tanah dapat

(2)

mikroorganisme tanah. Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman

(Sutanto, 2002).

Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan

stabilisasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan

yang terkendali (terkontrol) dengan hasil akhir berupa humus dan kompos

(Simamora dan Salundik, 2006).

Prinsip pengomposan adalah menurunkan nilai nisbah C/N bahan organik

menjadi sama dengan nisbah C/N tanah. Nisbah C/N adalah hasil perbandingan

antara karbohidrat dan nitrogen yang terkandung di dalam suatu bahan. Nilai

nisbah C/N tanah adalah 10-12. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N sama

dengan tanah memungkinkan bahan tersebut dapat diserap oleh tanaman

(Djuarnani et al, 20005).

Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa organisme

hidup. Pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang dan kompos.

Rachman Sutanto (2002) mengemukakan bahwa secara garis besar keuntungan yang

diperoleh dengan memanfaatkan pupuk organik adalah mempengaruhi sifat fisik,

kimia dan biologis tanah.

Pupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar hara P yang relatif lebih

tinggi dari pupuk kandang lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis

konsentrat yang diberikan. Selain itu pula dalam kotoran ayam tersebut tercampur

sisa-sisa makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat

menyumbangkan tambahan hara ke dalam pupuk kandang terhadap sayuran.

Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan respon

(3)

ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup

pula dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pukan lainnya (Hartatik

dan Widowati, 2008).

Pupuk organik dapat menambah kandungan bahan organik tanah dan

memperbaiki sifat fisik maupun biologi tanah. Terhadap tanah, bahan organik

dapat meningkatkaan kemantapan agregat, infiltrasi, daya menahan air,

meningkatkan jumlah pori makro dan mikro serta merupakan sumber energi bagi

kegiatan biologis tanah (Sarief, 1986). Lebih lanjut, pengaruh pupuk tersebut akan

lebih berhasil bagi tanaman apabila memperhatikan dosis, macam, dan waktu

pemberian.

Tiap jenis tanaman mempunyai kebutuhan unsur hara yang berrbeda.

Tanaman keras (tahunan) lebih banyak mengambil unsur hara yang berbeda.

Tanaman keras lebih banyak mengambil unsur hara dibanding tanaman semusim

(legum maupun rumputan). Tanaman legum dapat memfiksasi N melalui

simbiosis dengan bakteri Rhizobium, sedangkan rerumputan menyerap N dari

dalam tanah. Unsur utama yang dibutuhkan tanaman adalah N, P, dan K.

Tanaman yang kekurangan ketiga unsur ini akan mengalami gejala defisiensi yang

terlihat pada organ tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Pemupukan dengan pupuk organik hendaknya dilakukan bersamaan pada

saat pengolahan tanah itu dikerjakan, yakni satu minggu sebelum tanaman

ditanam. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam perbaikan tekstur tanah, dan

memperbaiki kemampuan menahan air. Pada umumnya, leguminosa memerlukan

(4)

bisa memperoleh pemupukan yang optimal perlu diketahui unsur hara dalam

tanah, keasaman, tekstur tanah, sifat tanah (AAK, 1992).

Kualitas pupuk organik harus memenuhi standar mutu atau persyaratan

teknis minimal pupuk organik. Persyaratan teknis minimal pupuk organik dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persyaratan teknis minimal pupuk organik

No. Parameter Kandungan

Padat Cair

Sumber : SNI Nomor 19-0428-1989

Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan

beberapa manfaat diantaranya menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman,

menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan

daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman,

menghemat pemakaian pupuk kimia (Hadisumitro, 2009).

Ada dua mekanisme proses pengomposan berdasarkan ketersediaan

oksigen bebas, yakni pengomposan secara aerob dan anaerob.

Pengomposan secara Aerob

Pada pengomposan secara aerob, oksigen mutlak dibutuhkan.

Mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan membutuhkan oksigen

dan air untuk merombak bahan organik dan mengasimilasikan sejumlah karbon,

nitrogen, fosfor, belerang, dan unsur lainnya untuk sintesis protoplasma sel

(5)

Dalam sistem ini, kurang lebih 2/3 unsur karbon (C) menguap menjadi

CO2 dan sisanya 1/3 bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup. Selama

proses pengomposan aerobik tidak timbul bau busuk. Selama proses

pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul panas

akibat pelepasan energi (Sutanto, 2002).

Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO2, H2O

(air), humus, dan energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik dapat

disajikan dengan reaksi sebagai berikut :

Mikroba aerob

Bahan organik CO2 + H2O + Humus + Hara + Energi

(Djuarnani et al, 2005).

Pengomposan secara Anaerob

Dekomposisi secara anaerob merupakan modifikasi biologis pada struktur

kimia dan biologi bahan organik tanpa kehadiran oksigen (hampa udara). Proses

ini merupakan proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi temperature seperti

yang terjadi pada proses pengomposan secara aerobik . Namun, pada proses

anaerobik perlu tambahan panas dari luar sebesar 300 ̊C (Djuarnani et al, 2005).

Pengomposan anaerob akan menghasilkan gas metan (CH4),

karbondioksida (CO2), dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah

seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat.

Gas metan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif (biogas). Sisanya

berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padatan ini

yang disebut kompos. Namun, kadar airnya masih tinggi sehingga sebelum

(6)

Kandungan zat hara dalam kompos terdiri dari karbon 8,2%, nitrogen

0,09%, fosfor 0,36%, kalium 0,81%, komponen kompos terdiri dari cairan 41%

dan bahan kering 59%. Kadar C/N dalam kompos umumnya 23. C/N merupakan

perbandingan karbon dan nitrogen. Pupuk dengan C/N yang tinggi kurang baik

diberikan ke tanaman karena proses peruraian selanjutnya akan terjadi di dalam

tanah. CO2 yang dihasilkan dari peruraian tersebut akan berpengaruh kurang baik

terhadap pertumbuhan tanaman (Prihmantoro, 2003).

Manure Ayam

Manure ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam

petelur maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk

organik. Komposisi kotoran sangat bervariasi tergantung pada sifat fisiologis

ayam, ransum yang dimakan, lingkungan kandang termasuk suhu dan

kelembaban. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang

berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam

mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang

rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih menghasilkan ekskreta per hari sebesar

6,6% dari bobot hidup (Taiganides, 1977). Kotoran ayam memiliki kandungan

unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55% (Lingga, 1986).

Kotoran ternak bermanfaat bagi tanaman. Di dalam kotoran ternak

terdapat zat-zat yang dapat dimanfaatkan bagi pertumbuhan tanaman. Kandungan

hara dalam kotoran ternak yang penting untuk tanaman antara lain unsur nitrogen

(N), phospor (P), dan kalium (K). Ketiga unsur ini memiliki fungsi yang sangat

penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen (N) berfungsi untuk

(7)

Unsur phospor (P) bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk merangsang

pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda. Unsur kalium (K) berperan

dalam membentuk protein dan karbohidrat bagi tanaman (Setiawan, 1996).

Tabel 1. Jenis dan kandungan hara pada beberapa kotoran ternak Ternak dan Bentuk Kotoran Nitrogen

(%)

Hasil analisis yang dilakukan oleh Suryani et al (2010), bakteri yang

ditemukan pada kotoran ternak ayam antara lain Lactobacillus achidophilus,

Lactobacillus reuteri, Leuconostoc mensenteroide dan Streptococcus

thermophilus, sebagian kecil terdapat Aktinomycetes dan kapang. Raihan (2000), menyatakan bahwa penggunaan bahan organik kotoran ayam mempunyai

beberapa keuntungan antara lain sebagai pemasok hara tanah dan meningkatkan

retensi air. Apabila kandungan air tanah meningkat, proses perombakan bahan

organik akan banyak menghasilkan asam-asam organik. Anion dari asam organik

dapat mendesak fosfat yang terikat oleh Fe dan Al sehingga fosfat dapat terlepas

dan tersedia bagi tanaman. Penambahan kotoran ayam berpengaruh positif pada

(8)

meningkatkan kadar P, K, Ca dan Mg tersedia.

Pengaruh Pupuk Terhadap Kesuburan Tanah

Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan

beberapa manfaat diantaranya menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman,

menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan

daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman,

menghemat pemakaian pupuk kimia (Hadisumitro, 2009).

Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat

tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk

bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam

pembentukan struktur tanah. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah

yang lain adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah

ukuran yang menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang

terisi oleh udara dan air (Atmojo, 2013).

Proses Mekanisme Penyerapan Unsur Hara

Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun.

Unsur C dan O diambil tanaman dari udara sebagai CO2 melaui stomata daun

dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air tanah H2O oleh akar tanaman.

Dalam jumlah sedikit air juga diserap tanaman melalui daun. Penelitian dengan

unsur radioaktif menunjukkan bahwa hanya unsur H dari air yang digunakan

tanaman, sedang oksigen dalam air tersebut dibebaskan sebagai gas

(9)

Gambar 1. Mekanisme pengikatan nitrogen

Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting

di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi

kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam

tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga perlu

diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi

produksi. Keinginan menaikkan produksi tanaman untuk mencukupi kebutuhan

pangan, berakibat diperlukannya pupuk dalam jumlah yang banyak (Dewi, 2007).

Kulit Kopi

Kuli buah kopi termasuk kategori limbah basah (wet byproducts) karena

masih mengandung kadar air 75-80%, sehingga dapat rusak dengan cepat apabila

tidak segera diproses. Perlakuan melalui pengeringan membutuhkan biaya yang

relatif tinggi, sehingga perlu dikembangkan melalui teknologi alternatif lain agar

(10)

Gambar 2. Kulit kopi

Limbah kulit kopi merupakan limbah pabrik yang dapat dijadikan

alternatif sebagai pupuk organik yang jarang sekali dimanfaatkan, padahal limbah

kulit kopi mempunyai kandungan unsur makro yang sangat baik bagi tanaman.

Diantarnya yaitu nitrogen, fosfor dan kalium sehingga limbah kulit kopi ternyata

dapat memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan

daun (Haryani, 2012).

Sebagai limbah padat industri kopi, kulit kopi berpotensi untuk digunakan

sebagai sumber bahan organik tanah dengan syarat telah dikomposkan terlebih

dahulu. Hal ini mengingat bahwa rasio C/N kulit buah kopi sekitar 40, sedangkan

untuk kulit tanduk kopi sekitar 140, yang merupakan angka yang sangat tinggi

bila dibandingkan dengan rasio C/N tanah 10-20. Pengomposan limbah padat

mesti dilakukan untuk menghindari pengaruh negatifnya terhadap tanaman akibat

rasio C/N bahan yang tinggi, disamping untuk mengurangi volume bahan agar

(11)

Tabel 2. Kandungan zat gizi kulit kopi

Zat Nutrisi Kandungan (%)

Tanpa diamoniasi

Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Program Studi Peternakan FP USU (2010)

MOD-71

MOD-71 merupakan bioaktivator berbentuk cairan yang mengandung

isolat asli alam Indonesia, seperti Azotobacter, Bacillus, Nitromonas, Nitrobacter,

Pseudomonas, Chytophaga, Sporocytophaga, Micrococcus, Actinomycetes, Streptomyces, sedangkan dari jenis fungi adalah Trichoderma, Aspergillus

Gliocladium dan Penicilium (Utomo, 2009).

MOD berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik.

MOD juga bermanfaat dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah,

menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman, menyehatkan tanaman,

meningkatkan produksi tanaman, menjaga kestabilan produksi (Indriani, 1999).

Fermentasi

Fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dengan bantuan dari

enzim mikrobia (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan

reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat

organik dengan menghasilkan produk tertantu. Fermentasi merupakan proses

biokimia yang menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari

(12)

Fermentasi juga sering didefinisikan sebagai pemecahan karbohidrat dan

asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat

dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam

amino dapat difermentasikan oleh beberapa janis bakteri tertentu (Adams, 2000).

Indigofera zollingeriana

Hijauan

Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman

dalam bentuk daun-daunan. Termasuk kelompok makanan hijauan ini ialah

bangsa rumput (graminae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain

seperti daun nangka, aur, daun waru, dan lain sebagainya. Kelompok makanan

hijauan ini biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan

ternak bisa diberikan dalam dua bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering.

1. Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam

bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, lguminosa segar dan

silase.

2. Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja

dikeringkan (hay) ataupun jerami kering.

Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan penting, sebab

hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan. Khususnya di

Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan istimewa karena bahan

tersebut diberikan dalam jumlah besar (AAK, 1983).

Legum merupakan jenis hijauan yang bijinya berkeping dua. Pada

umumnya legum mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan

(13)

karena ia mampu menyuplai kebutuhan protein ternak. Selain itu, tanaman legum

juga banyak memeiliki manfaat lain yaitu sebagai penyubur tanah, sebagai

penyuplai nitrogen bagi rumput, dan sebagai tanaman vegetasi pencegah erosi

(Hasan, 2012).

Deskripsi Tanaman Indigofera

Indigofera Sp adalah hijauan pakan jenis leguminosa pohon yang memiliki

kualitas nutrisi yang tinggi dan tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat

menjadi sumber pakan pada musim kemarau. Jenis rumput ini sangat cocok untuk

dikembangkan di propinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki curah hujan yang

sangat rendah yaitu 3 (tiga) bulan basah, selebihnya adalah musim kering.

Indigofera Sp merupakan tanaman dari kelompok kacangan (family : Fabaceae)

dengan genus Indigofera dan memiliki 700 spesies yang tersebar di Benua Afrika,

Asia dan Amerika Utara. Sekitar tahun 1900 Indigofera sp dibawa ke Indonesia,

oleh kolonial Eropa serta terus berkembang secara luas (Tjelele, 2006). Tanaman

ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen, fosfor dan

kalsium. Indigofera Sp mengandung pigmen indigo, yang sangat penting untuk

pertanian komersial pada daerah tropik dan sub tropik, selanjutnya dapat

digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan suplemen kualitas tinggi untuk ternak

ruminansia (Haude, 1997).

Indigofera sp. sangat baik dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan mengandung protein kasar 27,9%, serat kasar 15,25%, kalsium 0,22% dan fosfor

0,18%. Legum Indigofera Sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran

terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas (Hassen et al.,

(14)

serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi 77% tanaman ini

sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar maupun sebagai

pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status

produksi tinggi (laktasi). Karena toleran terhadap kekeringan, maka Indigofera

Sp. dapat dikembangkan di wilayah dengan iklim kering untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan hijauan terutama selama musim kemarau. Keunggulan

lain tanaman ini adalah kandungan tanninnya sangat rendah berkisar antara

0,6-1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi).

Rendahnya kandungan tannin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya

(disukai ternak) (BBPP Kupang, 2013).

Klasifikasi Indigofera

Klasifikasi tanaman Indigofera sp. (Hassen et al., 2007) sebagai berikut: Divisi: Spermatophyta, Subdivisio :Angiospermae, Class :Dicotyledonae, Family: Rosales, Subfamily : Leguminosa, Genus: Indigofera, Spesies: Indigofera

zollingeriana. Menurut Ngo van Man et al. (1995) laju pertumbuhan Indigofera Sp. pada tanah masam dengan pH 4,5-5,0, lebih cepat sebesar 9,8 cm per dua

minggu, dari pada Leucaena Sp. sebesar 7,8 cm per dua minggu. Sedangkan laju

pertumbuhan tanaman paling lambat adalah, Desmodium dan Flemingia congesta

berturut-turut Sebesar 4,8 dan 4,5 cm per dua minggu. Pertumbuhan Indigofera.

zollingeriana pada tanah latosol coklat pH 6,8 (netral) dengan kondisi kapasitas lapang (kontrol) dan cekaman kekeringan sedang (moderate drought stress) tidak

ada perbedaan. Laju pertumbuhan mengalami sedikit penurunan selama cekaman

kekeringan berat (severe drought stress) pada umur tanaman enam bulan,

(15)

(Herdiawan, 2013). Indigofera sp. memiliki toleransi yang luas terhadap tanah

masam, salin, genangan dan cekaman kekeringan (Yuhaeni, 1989).

Kandungan Nutrisi Indigofera zollingeriana.

Leguminosa pohon Indigofera Sp. dapat digunakan sebagai pakan basal

ternak kambing pengganti rumput. Taraf penggunaan Indigofera sp. sebagai

pakan basal berkisar antara 25-75% dari total BK pakan (Simanihuruk & Sirait

2009). Pemanfaatan pelet Indigofera sp. Sebagai pengganti konsentrat pada taraf

40% dari total ransum yang diberikan pada kambing Saanen dan PE dapat

memperbaiki efisiensi pemanfaatan nutrien menjadi produk susu. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah konsumsi pakan harian, peningkatan nilai kecernaan pakan,

serta peningkatan produksi susu harian kambing PE laktasi ke-2 dan kambing

Saanen laktasi ke-3 (Apdini, 2011). Akbarillah et al. (2010) melaporkan bahwa

penggunaan daun Indigofera segar 15% menurunkan konsumsi pakan, produksi

telur, berat telur dan menaikkan konversi pakan. Penggunaan Indigofera segar

10% masih baik pengaruhnya terhadap produksi telur, berat telur dan perbaikan

warna yolk. Hassen et al. (2007) menyatakan bahwa Indigofera memiliki palatabilitas yang rendah pada musim hujan, tetapi akan meningkat setelah akhir

musim kering ketika tajuk kedua siap untuk dipanen.

Table 3. Komposisi Nutrisi Indigofera Sp.

Nutrisi Komposisi

(16)

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kapasitas

produksi tanah. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik, pupuk

anorganik, ataupun campuran keduanya. Menurut Sutejo (1995), penggunaan

pupuk organik biasanya ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik, dan biologi

tanah. Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk organik relatif lebih kecil

dibanding pupuk anorganik namun bila sifat fisik menjadi baik maka sifat kimia

tanah pun akan berubah.

Tujuan pemupukan ialah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil. Oleh

karena itu, pupuk diberikan pada saat tanaman membutuhkan pupuk agar

Gambar

Tabel 4. Persyaratan teknis minimal pupuk organik
Tabel 1. Jenis dan kandungan hara pada beberapa kotoran ternak
Gambar 1. Mekanisme pengikatan nitrogen
Gambar 2. Kulit kopi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Subyek penelitian adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 28 sampai kurang dari 37 minggu (preterm) dengan tanda-tanda persalinan sebagai kasus dan ibu hamil

merekam setiap peristiwa dan kegiatan yang dilakukan selama tindakan berlangsung. Adapun hal-hal yang dapat diteliti dengan teknik ini diantaranya aktivitas siswa,

JUDUL : JANGAN SEPELEKAN DIPLOPIA MEDIA : MINGGU PAGI. TANGGAL : 02

Berdasarkan perjanjian ini ruang gerak pemerintah Republik Indonesia menjadi terbatas hanya pada kawasan Pulau Jawa, Madura dan Sumatera sehingga organisasi-organisasi perjuangan

Data hasil analisis secara keseluruhan tingkat kesukaran soal pilihan ganda UAS Ikatan Kimia dapat dilihat pada tabel 2. Daya pembeda dari Hasil Analisis Soal Pilihan

5 Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Arifin pada tahun 2014 untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap status kebersihan mulut dan

internal menunjukkan bahwa toko Stationery Exspress mempunyai kekuatan cukup/sedang dan kelemahan yang cukup/sedang. Sedangkan pada analisis faktor ekstenal

Atas perbedaan temporer dalam investasi pada entitas anak dan asosiasi dibentuk pajak penghasilan tangguhan, kecuali untuk liabilitas pajak penghasilan tangguhan dimana saat