• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Ball Mill Terhadap Ukuran Partikel Pada Pembuatan Kitosan Nano Dengan Menggunakan Ultrasonic Bath

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Ball Mill Terhadap Ukuran Partikel Pada Pembuatan Kitosan Nano Dengan Menggunakan Ultrasonic Bath"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kitosan

Kitosan adalah jenis polimer alami yang dihasilkan dari proses deasetilasi kitin. Kitosan mempunyai sifat yang khas yakni bioaktifis, biodegradasi dan tidak beracun. Kitosan merupakan jenis polimer alam yang mempunyai rantai tidak linier dan mempunyai rumus (C6H11NO4)n. Mempunyai sifat tidak berbau,berwarna putih dan terdiri dari dua jenis polimer yaitu poli (2-deoksi,2-asetilamin,2-glukosa) dan poli(2-deoksi,2- amino glukosa) yang berikatan secara beta (1,4). Kitosan larut dalam pelarut organik, HCl encer, HNO3 encer, dan H3PO4 0,5%, tetapi tidak larut dalam basa kuat dan H2SO4. Sifat kelarutan kitosan ini dipengaruhi oleh bobot molekul dan derajat deasetilasi. Bobot molekul kitosan beragam, bergantung pada degradasi yang terjadi selama proses deasetilasi (Sugita 2010).

O

OH

CH2OH

NH2 *

O O

O

OH

CH2OH

NH2 O

n

Gambar 2.1 struktur kitosan

(2)

seragam. Selain itu proses kimiawi juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, sulit dikendalikan, dan melibatkan banyak reaksi samping yang dapat menurunkan rendemen. Proses enzimatik dapat menutupi kekurangan proses kimiawi. Pada dasarnya deasetilasi secara enzimatik bersifat selektif dan tidak merusak struktur rantai kitosan, sehingga menghasilkan kitosan dengan karakteristik yang lebih seragam agar dapat memperluas bidang aplikasinya (Sugita, 2009).

Tabel 2.1 Spesifikasi Kitosan Komersil

Parameter Ciri

Ukuran partikel Serpihan sampai serbuk

Kadar air (%) ≤ 10,0

Kadar abu (%) ≤ 2,0

Warna larutan Tidak berwarna

N-deasetilasi (%) ≥ 70,0

Kelas viskositas (cps)

• Rendah < 200

• Medium 200799

• Tinggi pelarut organic 8002000

• Sangat tinggi ˃ 2000

(Sugita, 2009)

2.2 Mikro Kitosan

(3)

Kemampuan Mikro kitosan untuk membentuk ikatan hidrogen secara teoritis dapat menghasilkan mukoadhesion efisien dengan kitosan mikrokri mikro kitosan stalin. Sifat-sifat yang dimiliki mikro kitosan disebutkan membuatnya sangat menarik untuk studi sebagai hidrofilik tingkat media zat aktif dalam mengendalikan pelepasan obat dari formulasi yang juga dimaksudkan untuk mukoadhesif dalam perut. (Säkkinen et al. 2003).

2.3 Nano Kitosan

Nano kitosan yaitu kitosan yang memiliki pertikel yang berbentuk padat dengan ukuran

sekitar 10 – 1000 nm. Kitosan dalam bentuk nanopartikel ini pun bersifat netral, tidak toksik,

dan memiliki stabilitas yang konstan. Nanopartikel ini digunakan dalam berbagai rute (aplikasi

parental, mucosal misal oral, nasal, dan ocular mucosa) yang sangat tidak invasive. Dalam

sistem pengantaran obat, nanopartikel berperan sebagai pembawa (carrier) dengan cara

melarutkan, menjebak, mengenkapsulasi, atau menempelkan obat di dalam matriksnya.

Baru-baru ini, nanopartikel yang berasal dari bahan polimer digunakan sebagai sistem pengantaran

obat yang potensial karena kemampuan penyebarannya di dalam organ tubuh selama waktu

tertentu, dan kemampuannya untuk mengantarkan protein atau peptida (Mohanraj dan Chen

2006).

(4)

2.4 Kegunaan Kitosan dan turunannya.

Kegunaan kitosan terus meningkat, hal ini terutama disebabkan kitosan dapat

digunakan secara langsung seperti sumber serat (dietary fiber), suplemen mencegah

kegemukan, anti mikroba mencegah infeksi pada luka dan sebagainya. Saat ini, kitin dan

kitosan menjadi salah satu bahan kimia dan bahan baku industri yang menjadi unggulan.

Modifikasi molekul kitin dan kitosan melalui reaksi transformasi

Kimia dari kitin dan kitosan, sudah banyak menghasilkan senyawa turunan kitin dan

kitosan sehingga aplikasi dan kegunaan senyawa tersebut sangat luas, seperti bagi industri

farmasi, kesehatan, kosmetik, makanan, pengolah limbah dan air, fotografi, kayu dan kertas.

Kitin dan kitosan dapat digunakan di berbagai macam aplikasi industri diantaranya, seperti

pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Kegunaan dari kitosan dan turunannya.

Sumber : Aranaz et al.,2010.

Pemanfaatan kitosan dan turunannya dalam bidang kosmetik dipergunakan sebagai

krem muka, tangan dan kulit (face, hand and body cream) fungsi untuk pelembab, pasta gigi,

Bidang Aplikasi Industri Kegunaan

(5)

bedak (make up powder), pelapis kulit dan wajah dari sinar matahari (lotion), busa pembersih.

(Goosen,1997). Gugus amina (-NH2) dan hidroksil (-OH) pada rantai kitosan, menyebabkan

kitosan bersifat polielektrolit kationik (pKa = 6,5) dan bersifat sebagai basa, hal yang sangat

jarang terjadi secara alami. Sifat basa ini menjadikan kitosan :

a. Dapat larut dalam media asam encer membentuk larutan yang kental sehingga dapat

digunakan dalam pembuatan gel. Dalam beberapa variasi konfigurasi seperti butiran,

membran, pelapis kapsul, serat dan spons.

b. Membentuk kompleks yang tidak larut dalam air dengan polianion yang dapat juga

digunakan untuk pembuatan butiran gel, kapsul dan membran.

c. Dapat digunakan sebagai pengkhelat ion logam berat dimana gelnya menyediakan sistem

produksi terhadap efek destruksi dari ion (Meryati, 2005).

Sifat kitosan sebagai polimer alami mempunyai sifat menghambat absorbsi lemak,

penurun kolesterol, pelangsing tubuh, atau pencegahan penyakit lainnya. Kitosan mampu

menurunkan tingkat kolesterol dalam serum dengan efektif dan tanpa menimbulkan efek

samping (Rismana,2001). Kitosan dan beberapa tipe modifikasinya dilaporkan penggunaannya

untuk aplikasi biomedi, seperti pelembab kulit, penyembuh luka, anti koagulan, jahitan pada

luka, obat-obatan, bahan vaksin, dan dietary fiber. Baru-baru ini, penggunaan kitosan dan

derivatnya telah banyak dikembangkan sebagai proses mineralisasi, atau pembentukan tulang

stimulin endoktrin (Irawan, 2007).

Kegunaan turunan kitosan dalam bentuk N-alkil kitosan antara lain, perbaikan

jaringan biologis (acaffolds), sensor, bahan bakar sel (membran), model studi interaksi

membran biologis, pelapisan untuk anti bakteri, penyusun DNA, produk kosmetik, bahan

pembawa obat, dan pelapisan membran. Palmitil kitosan kira-kira 10 % telah digunakan untuk

kapsul sebagai pelepas obat secara terkontrol

(Aranaz et al.,2010).

2.5 Gliserol

Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi tiap atom karbon

mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, tiga molekul asam

lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida dan trigliserida. Adapun

(6)

CH2OH

|

CHOH

|

CH2OH

Gambar 2.2 Rumus Molekul Gliserol

Sifat fisik dari gliserol :

- Merupakan cairan tidak berwarna

- Tidak berbau

- Cairan kental dengan rasa yang manis

- Densitas 1,261

- Titik lebur 18,2C

- Titik didih 290 C

Gliserol juga digunakan sebagai penghalus pada krim cukur, sabun, dalam obat batuk dan

syrup atau untuk pelembab (Hart, 1983).

Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap

karbon mempunyai gugus –OH. Gliserol dapat diperoleh dengan jalan penguapan hati-hati,

kemudian dimurnikan dengan distilasi pada tekanan rendah. Pada umumnya lemak apabila

dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan

oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Di samping itu dapat pula terjadi

proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa

yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan

selanjutnya akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang

tidak enak atau tengik. Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak

adalah suatu zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis. Gliserol larut

baik dalam air dan tidak larut dalam eter. Gliserol digunakan dalam industri farmasi dan

kosmetika sebagai bahan dalam preparat yang dihasilkan. Di samping itu gliserol berguna bagi

kita untuk sintesis lemak di dalam tubuh. Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak

atau minyak adalah suatu zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis,

(7)

2.6 Ultrasonic Bath

Ultrasonic menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk proses agitasi dalam

larutan. Kavitasi gelembung disebabkan oleh proses agitasi pada kontaminan yang terdapat

dalam substrat. Proses ini juga berguna dalam blind-hole, peretakan dan

peredaman.(Todd,R.H. 1970)

Degradasi yang berarti sebuah proses penurunan ireversibel dari panjang rantai yang

disebabkan oleh pembelahan, dan tidak tentu dalam setiap perubahan kimia yang mengacu

pada rantai polimer. Sejumlah besar penelitian telah menunjukkan bahwa laju degradasi dan

Mlim tidak sensitif terhadap sifat polimer ketika disonikasi dalam kondisi yang sama. Encina

dkk, menemukan bahwa tingkat degradasi poli (vinil pirolidon) meningkat sepuluh kali lipat

ketika polimer disiapkan dengan sejumlah kecil peroksida pada rantai tersebut dan

pembelahan rantai dapat terjadi secara istimewa di titik-titik lemah dalam rantai.(Suslick,

K.1999)

Proses degradasi bergantung kepada berat molekul, yaitu molekul dengan rantai lebih

panjang lebih utama dihilangkan dan polidispersitas polimer berubah. Dengan demikian,

degradasi dapat digunakan sebagai proses tambahan sebagai parameter dalam mengontrol

distribusi berat molekul. Dalam keseluruhan polimer dengan rantai karbon dipelajari pada saat

ini, produk utama degradasi diperoleh ketika bahan radikal yang timbul dari kerusakan ikatan

homolytic sepanjang rantai. Bukti radikal makromolekul muncul dari proses percobaan

penangkapan radikal serta dari penggunaan resonansi spin elektron spektroskopi (Tabata,

M.1980).

Proses degradasi lebih cepat dengan berat molekul lebih rendah pada temperatur yang

lebih rendah dalam larutan dengan pelarut yang memiliki volatilitas yang lebih rendah juga.

Pola ini mengikuti pengaruh dari parameter pada pengurangan gelembung pengkavitasi.

Sonikasi pada suhu yang lebih tinggi atau dalam pelarut yang mudah menguap menghasilkan

uap lebih banyak masuk ke gelembung dan terjadi penurunan pelunakan, sehingga tingkat

kekerasan nya berkurang. Dalam larutan encer, rantai polimer tidak terjerat dan bebas untuk

bergerak dalam daerah aliran sekitar gelembung. Seperti yang diharapkan, degradasi lebih

efisien pada intensitas ultrasonik yang lebih tinggi, karena semakin banyak jumlah gelembung

(8)

Kebanyakan dari senyawa polimer organik dipersiapkan dari monomer dengan ikatan

rangkap reaktif yang mengalami proses pertumbuhan rantai atau raeksi addisi. Proses kavitasi

dapat menghasilkan radikal dengan konsentrasi tinggi. Oleh karena itu, penerapan ultrasonic

sangat terkendali dengan adanya metode inisiasi. Air itu sendiri sangat rentan terhadap

kavitasi, dalam proses awal secara sonokimia menghasilkan radikal H• dan OH• yang

digunakan oleh Henglein,A (1954) untuk menyiapkan larutan poliakrilonitril

2.7 Natrium Tripoliphosfat

Natrium tripolifosfat atau sodium tripolyphospate (TPP) biasa dikenal juga dengan nama triphosphate atau pentasodium tripolyphosohate (Na5P3O10) merupakan rantai lurus hasil derivatisasi dari asam fosforat. Natrium Tripolifosfat memiliki bobot molekul sebesar 367,86 dengan komposisi Na 31,25%, O 43,49%, dan P 25,26% (O’neil dkk,2006).

Natrium tripolifosfat dihasilkan dengan memanaskan campuran stoikiometri disodium fosfat (Na2HPO4) dan monosodium fosfat (NaH2PO4) dibawah kondisi terkontrol. Natrium tripolifosfat adalah garam tak berwarna yang terdapat baik dalam bentuk anhidrat maupun dalam bentuk heksahidrat, serta sedikit higroskopik. Kelarutan natrium tripolifosfat (g/100 mL) pada suhu 25oC adalah 20g dan pada suhu 100oC adalah 86,5g. Larutan natrium tripolifosfat konsentrasi 1% memiliki pH 9,7 – 9,8. Apabila natrium tripolifosfat dipanaskan dalam waktu yang panjang, maka senyawa tersebut akan kembali menjadi bentuk ortopospat. Stabilitas senyawa ini lebih tinggi daripada metafosfat, tetapi lebih tidak stabil bila dibandingkan dengan tetrasodium pirosfat (O’Neil dkk., 2006). Dalam teknologi farmasi, tripolifosfat (TPP) digunakan sebagai bahan dalam pembuatan nano kitosan dan sistem mikropartikel. Pada tahun 1989, Bodemeier dkk., pertama kali meneliti tentang enkapsulasi obat dengan gelasi ionotropik yang disebabkan oleh pembentukan inter dan intramolekuler sambung silang antara kitosan yang bermuatan positif dengan tripolifosfat yang bersifat polianionik. Kitosan memiliki bobot jenis grup amina yang tinggi pada bagian belakangnya dan gugus amina tersebut terprotonasi untuk membentuk –NH3+ dalam larutan asam.

(9)

atau sambung silang secara fisika dengan anion multivalen turunan dari natrium tripolifosfat (TPP), sitrat, dan sulfat (Kafshgari dkk., 2011).

TPP dipilih sebagai senyawa sambung silang pada gelasi ionik Kitosan karena sifatnya yang non toksik, mampu membentuk gel dengan cepat, lebih stabil, dan memiliki karakter penembusan membran yang lebih baik (Yu-Hsin Lin dkk., 2008). Selain itu, proses gelasi ionik kitosan dengan TPP sebagai senyawa sambung silang mudah untuk dilakukan scale-up penjerapan dalam proses pembentukan partikel. Nanopartikel kitosan dipreparasi dengan TPP sebagai senyawa sambung silang anionik homogen dan kitosan yang memiliki muatan permukaan positif yang membuat keduanya sesuai untuk aplikasi pada adesi mukosa (Gan dan Wang, 2007).

Proses modifikasi kitosan dengan TPP ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi kitosan, pH TPP dan waktu terjadinya sambung silang (Ko dkk., 2003). Kitosan dengan pKa 6,5 merupakan polikationik, ketika dilarutkan dalam asam, amina bebas dari kitosan akan terprotonasi menghasilkan –NH3+. TPP dilarutkan dalam air hingga diperoleh ion hidroksil dan ion tripolifosfat. Ion tersebut dapat bergabung dengan struktur dari kitosan. Pada penelitian Bhumkar dan Pokharkar (2006) dinyatakan bahwa derajat sambung silang kitosan dan TPP dipengaruhi oleh keberadaan sisi kationik dan senyawa anionik sehingga pH TPP memiliki peran penting selama proses sambung silang. Proses sambung silang dapat dilakukan pada dua kondisi pH, yaitu pH 3 dan pH 9. Pada pH 3 hanya dihasilkan ion tripolifosfat yang akan berinteraksi dengan –NH3+ dari kitosan sehingga pada kondisi tersebut diperoleh kitosan-TPP yang didominasi oleh interaksi ionik. Sedangkan pada pH 9, dihasilkan ion hidroksil dan tripolifosfat. Kedua ion tersebut berkompetisi untuk berinteraksi dengan –NH3+. Pada kondisi tersebut sambung silang kitosandidominasi oleh deprotonasi oleh ion hidroksil (Bhumkar dan Pokharkar,2006)

2.7 Particle Size Size Analyzer

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengetahui ukuran suatu partikel yaitu:

(10)

3. Metode sedimentasi

4. Electronical Zone Sensing (EZS) 5. Analisa gambar (mikrografi) 6. Metode kromatografi

7. Ukuran aerosol submikron dan perhitungan.

Sieve analyses (analisi ayakan) dalam dunia farmasi sering kali digunakan dalam bidang mikromeritik yaitu ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan teknologi partikel kecil. Metode yang paling umum digunakan adalah analisa gambar (mikrografi). Metode ini meliputi metode mikroskopi dan metode holografi. Alat yang sering digunakan biasanya SEM, TEM dan AFM. Namun seiring dengan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang lebih mengarah ke era nanotekmologi, para peneliti mulai menggunakan Laser Diffraction (LAS). Metode ini dinilai lebih akurat untuk bila dibandingkan dengan metode analisa gambar maupun metode ayakan, terutama untuk sampel – sampel dalam orde nanometer maupun submicron (Lusi,2011)

Contoh alat yang menggunakan metode LAS adalah Particle Size Analyzer (PSA), Metode LAS bisa dibagi dalam dua metode yaitu :

1. Metode Basah : metode ini menggunakan media pendispersi untuk mendispersi material uji.

2. Metode kering : metode ini memanfaatkan udara atau aliran udara untuk melarutkan partikel dan membawanya ke sensing zone. Metode ini baik digunakan untuk ukuran yang kasar, dimana hubungannya antar partikel lemah dan kemungkinan untuk beraglomerasi kecil.

Keunggulan penggunaan Particle Size Analyzer (PSA) untuk mengetahui ukuran partikel :

1. Lebih akurat, pengukuran partikel dengan menggunakan PSA lebih akurat jika dibandingkan dengan pengukuran partikel dengan alat lain seperti XRD. Hal ini dikarenakan partikel didispersikan kedalam media sehingga ukuran partikel yang terukur adalah ukuran dari single particle.

2. Hasil pengukuran dalam bentuk distribusi, sehingga dapat menggambarkan keseluruhan kondisi sample.

(11)

Gambar 2.3 Instrumentasi PSA

Pengukuran partikel dengan menggunakan PSA biasanya menggunakan metode basah. Metode ini dinilai lebih akurat jika dibandingkan dengan metode kering ataupun pengukuran partikel dengan metode ayakan dan analisa gambar. Terutama untuk sampel-sampel dalam orde nanometer dan submicron yang biasanya memiliki kecenderungan aglomerasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan partikel didispersikan kedalam media sehingga pertikel tidak saling beraglomerasi (menggumpal). Dengan demikian ukut=ran partikel yang terukur adalah ukuran dari single particle. Selain itu hasil pengukuran dalam bentuk distribusi , sehingga hasil pengukuran dapat diasumsikan sudah menggambarkan keseluruhan kondisi sampel. Beberapa analisa yang dilakukan antara lain :

1. Menganalisa ukuran partikel

2. Menganalisa nilai zeta potensial dari suatu larutan sampel

3. Mengukur tegangan permukaan dari partikel clay bagi industry keramik dan sejenisnya. Dimana hal ini akan berpengaruh pada struktur lapisan clay.

4. Mengetahui zeta potensial coagulant untuk proses coagulasi partikel pengotor bagi industri WTP (Water Treatment Plant)

(12)

2.8 Ball Mill

Sebuah pabrik bola adalah jenis penggiling digunakan untuk menggiling dan berbaur bahan untuk digunakan dalam mineral proses, cat, kembang api, keramik dan laser sintering selektif.

Gambar 2.4 Bulatan Ball Mill

2.8.1 Prinsip Ball Mill 2.8.1.1 Konstruksi Sunting

Sebuah pabrik bola terdiri dari shell silinder berongga berputar pada porosnya. Sumbu shell dapat berupa horizontal atau pada sudut kecil untuk horisontal. Hal ini sebagian diisi dengan bola. Media grinding adalah bola, yang dapat dibuat dari baja (krom baja), stainless steel atau karet. Permukaan dalam shell silinder biasanya dilapisi dengan bahan tahan abrasi seperti baja mangan atau karet. Kurang memakai berlangsung di karet berjajar pabrik, seperti ban berkendara Sepro Grinding Mill. Panjang pabrik kira-kira sama dengan diameternya.

2.8.2 Cara Kerja Ball Mill

Dalam kasus pabrik bola terus beroperasi, material menjadi tanah diberi makan dari kiri melalui 60 ° kerucut dan produk dibuang melalui 30 ° kerucut ke kanan. Sebagai berputar shell, bola yang diangkat di sisi kenaikan shell dan kemudian mereka kaskade turun (atau drop down pada feed), dari dekat bagian atas shell. Dengan demikian, partikel padat di antara bola yang digiling dan dikurangi ukurannya dengan dampak.

2.8.3 Aplikasi Ball Mill

Ball mill digunakan untuk menggiling bahan seperti batu bara, pigmen, dan felspar untuk tembikar. Grinding dapat dilakukan baik basah atau kering tetapi dapat dilakukan pada kecepatan rendah. Blending bahan peledak adalah contoh dari sebuah aplikasi untuk bola karet.

(13)

baku keramik dan cat. Pabrik bola berputar di sekitar sumbu horisontal, sebagian diisi dengan bahan yang akan digiling ditambah media grinding. Bahan yang berbeda digunakan sebagai media, termasuk bola keramik, kerikil batu dan bola stainless steel. Efek Cascading internal yang mengurangi bahan menjadi bubuk halus. Pabrik bola industri dapat beroperasi terus menerus, makan di salah satu ujung dan dibuang di ujung lain. Besar untuk menengah pabrik bola secara mekanis diputar pada sumbu mereka, tapi yang kecil biasanya terdiri dari silinder tertutup kontainer yang duduk di dua drive shaft (puli dan sabuk digunakan untuk mengirimkan gerakan berputar). Sebuah fungsi tumbler batu pada prinsip yang sama. Pabrik bola juga digunakan dalam kembang api dan pembuatan bubuk hitam, tetapi tidak dapat digunakan dalam penyusunan beberapa campuran piroteknik seperti flash powder karena kepekaan mereka untuk dampak. Pabrik bola berkualitas tinggi berpotensi mahal dan dapat menggiling partikel campuran untuk sekecil 5 nm, sangat besar meningkatkan luas permukaan dan reaksi tarif. Grinding bekerja pada prinsip kecepatan kritis. Kecepatan kritis dapat dipahami sebagai kecepatan yang setelah itu bola baja (yang bertanggung jawab untuk grinding partikel) mulai berputar sepanjang arah perangkat silinder; sehingga menyebabkan tidak lebih grinding. Pabrik bola yang digunakan secara luas dalam proses paduan mekanik [2] di mana mereka tidak hanya digunakan untuk menggiling tapi untuk pengelasan dingin juga, dengan tujuan menghasilkan paduan dari bubuk.

High-energy Ball milling Laboratory scale ball mill

(14)

a. Ukuran: Semakin kecil partikel media, semakin kecil ukuran partikel dari produk akhir. Pada saat yang sama, partikel grinding media harus secara substansial lebih besar dari potongan-potongan terbesar dari bahan yang akan digiling.

b. Kepadatan: Media harus lebih padat dari bahan yang tanah. Hal ini menjadi masalah jika media grinding mengapung di atas material yang akan tanah.

c. Kekerasan: Media grinding harus cukup untuk menggiling bahan tahan lama, tapi mana mungkin seharusnya tidak begitu sulit itu juga memakai bawah gelas yang dengan cepat.

d. Komposisi: Berbagai aplikasi grinding memiliki persyaratan khusus. Beberapa persyaratan ini didasarkan pada fakta bahwa beberapa media grinding akan di produk jadi. Lainnya didasarkan pada bagaimana media akan bereaksi dengan bahan yang tanah.

Di mana warna produk jadi penting, warna dan material dari media grinding harus dipertimbangkan. Dimana kontaminasi rendah adalah penting, media grinding dapat dipilih untuk kemudahan pemisahan dari produk jadi (yaitu: debu baja yang dihasilkan dari media stainless steel dapat magnetis dipisahkan dari produk non-ferrous). Sebuah alternatif untuk pemisahan adalah dengan menggunakan media dari bahan yang sama sebagai produk yang tanah.

Produk yang mudah terbakar memiliki kecenderungan untuk menjadi eksplosif dalam bentuk bubuk. Media baja dapat memicu, menjadi sumber pengapian untuk produk ini. Entah Media basah-grinding, atau non-memicu seperti keramik atau memimpin harus dipilih. Beberapa media, seperti besi, dapat bereaksi dengan bahan korosif. Untuk alasan ini, media stainless steel, keramik, dan batu gerinda dapat setiap digunakan bila zat korosif hadir selama grinding.

Ruang penggilingan juga dapat diisi dengan perisai gas inert yang tidak bereaksi dengan bahan yang dasar, untuk mencegah oksidasi atau ledakan reaksi yang bisa terjadi dengan udara ambien di dalam pabrik.

2.8.4 Kuntungan Dari Ball Mill Varietas Sunting

(15)

Gambar

Gambar 2.1 struktur kitosan
Tabel 2.2. Kegunaan dari kitosan dan turunannya.
Gambar 2.3 Instrumentasi PSA

Referensi

Dokumen terkait