BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Setiap orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan suatu
penghasilan, untuk mendapat suatu penghasilan seseorang haruslah bekerja, kata
bekerja dapat didefenisikan sebagai usaha menghasilkan barang dan jasa yang
digunakan baik untuk kebutuhan sendiri ataupun digunakan untuk kebutuhan
konsumen, dalam Hukum Ketenagakerjaan setiap orang yang bekerja dapat disebut
sebagai Tenaga Kerja,2 Simanjuntak dalam Manululang mendifinisikan yang
dimaksud dengan Tenaga Kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja,
yang sedang mencari kerja, dan melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan
mengurus rumah tangga.3
Dalam menjalankan pekerjaannya, para pekerja ini berhak atas pendapatan
sebagai salah satu bentuk hak yang mereka terima atas kewajiban yang telah mereka
jalankan. Selain itu, pekerja juga berkewajiban mematuhi peraturan yang ada baik
peraturan perundang – undangan maupun peraturan yang berasal dari tempat bekerja.
Setelah melaksanakan kewajiban – kewajiban itu, pekerja dapat meminta apa yang
menjadi hak mereka.
2
UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 2 3
Pendapatan yang diterima oleh pekerja tidak selamanya disebut sebagai upah,
karena menurut Surat Edara Menteri Tenaga Kerja No. 07/MEN/1990 terdapat dua
jenis pengelompokan yakni:4
1. Unsur Pekerjaan, memiliki definisi bahwa terikatnya pekerja/buruh dengan
Pengusaha didasarkan karena adanya suatu pekerjaan yang diberikan oleh
Pengusaha untuk diselesaikan oleh pekerja/buruh.
Pengertian upah menurut Undang – Undang No. 13
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah hak pekerja/buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang –
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telahatau akan dilakukan.
Selain upah dikenal adanya pendapatan non upah yang diterima oleh pekerja
yakni Tunjangan Hari Raya (THR). Tunjangan ini dapat berupa ataupun bentuk lain
yang diberikan oleh pengusaha pada hari raya keagamaan sesuai yang dianut pekerja.
Tunjangan ini merupakan suatu kebutuhan bagi pekerja untuk merayakan hari
keagamaan.
Pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan terikat pada
suatu kontrak kerja yang memiliki tiga unsur utama, yaitu:
4
2. Unsur Perintah, memiliki definisi bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh
pekerja/buruh di lakukan atas perintah dan subordinasi antara kedua belah
pihak.
3. Unsur Upah, memiliki definisi bahwa imbalan yang diterima oleh
pekerja/butuh dari pemberi kerja atas pekerjaan yang diselesaikan atau sedang
dikerjakannya.5
Motivasi utama dari seorang pekerja/buruh bekerja di perusahaan adalah
mendapatkan nafkah (upah), dan upah merupakan hak bagi pekerja/buruh yang
bersifat sensitif. Karenanya tidak jarang pengupahan menimbulkan
perselisihan.6Pernyataan ini sesungguhnya menyebutkan bahwa pentingnya upah bagi
kehidupan pekerja/buruh yang mana dalam sistem pengupahannya haruslah dilakukan
sesuai dengan hukum yang berlaku sehingga dapat tercapainya pemenuhan kebutuhan
hidup yang layak.7
1. Kebutuhan dasar untuk hidup, yang meliputi kebutuhan pokok seperti pangan,
sandang dan papan.
Upah merupakan bentuk dari suatu imbalan yang diterima oleh pekerja/buruh
pada dasarnya merupakan unsur paling penting dalam meningkatkan produktivitas
pekerja/buruh, selain itu upah juga dapat digunakan oleh pekerja/buruh untuk
memenuhi standar kebutuhan hidup yang dapat dikelompokkan menjadi:
5
Abdul Hakim, 2009, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, hal. 20.
6
Toto Tasmara, 1995, Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta :Dana Bhakti Wakaf, hal. 55. 7
2. Kebutuhan pendukung kesejahteraan masyarakat berupa kebutuhan
pendidikan, pelayanan kesehatan, dan sarana transportasi.
3. Kebutuhan untuk meningkatkan akses terhadap cara berpoduksi dan peluang
ekonomi seperti penghasilan yang layak.
4. Kebutuhan untuk hidup dengan rasa aman.8
Upah dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi karyawan untuk
meningkatkan prestasi kerja mereka dan merangsang para karyawan untuk berperan
aktif dalam peran pencapaian tujuan perusahaan, selain itu upah merupakan salah satu
faktor mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, upah juga berfungsi sebagai
jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi
dinyatakan atau dimulai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan, undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian
kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja.9
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.
SE-07/MEN/1990 Tahun 1990 tentang pengelompokan komponen upah dan pendapatan
non upah, komponen non upah adalah sebagai berikut:10
8
Gatot Supramono, 2009, Hukum Persereoan Terbatas,Jakarta : Djambatan, hal.17. 9
Muharram Hidayat, 2006, Panduan Memahami Hukum Ketenagakerjaan Serta pelaksanaanya di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, hal. 50
10
1. Fasilitas adalah kenikmatan dalam bentuk nyata/ natura yang diberikan perusahaan oleh karena hal-hal yang bersifat khusus atau untuk mningkatkan
kesejahteraan pekerja, seperti fasilitas kendaraan
2. Bonus adalah bukan merupakan bagian dari upah, melainkan pembayaran yang diterima pekerja dari hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja
menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target produksi yang normal atau karena
peningkatan produktivitas besarnya pembagian bonus diatur berdasarkan kesepakatan
3. Tunjangan Hari Raya, gratifikasi dan pembagian keuntungan lainnya bagi pekerja yang bekerja didalam suatu perusahaan.
Untuk menunjang keberhasilan tersebut maka faktor yang penting juga perlu
diperhatikan oleh manajer adalah pemberian tunjangan kesejahteraan yang
kesemuanya itu diharapkan dapat peningkatan produktivitas kerja karyawan,
tunjangan kesejahteraan social yang merupakan imbalan jasa dari perusahaan karena
karyawan telah menyumbangkan kemampuannya.
Dalam hal ini Tunjangan Kesejahteraan Sosial terbagi beberapa macam, yaitu:
1. Tunjangan hari tua adalah program asuransi jiwa yang bertujuan
memberikan kepastian dana bagi tertanggung/peserta ketika mencapai
usia purna bhakti berserta keluarganya apabila tertanggung/peserta
2. Tunjangan Hari Raya adalah hak pendapatan pekerja yang wajib
dibayarkan oleh pengusaha/perusahaan kepada pekerja menjelang hari
raya keagamaan yang berupa uang.
3. Tunjangan Keselamatan Kerja adalah hak pekerja untuk mendapatkan
perlindungan yang diterapkan untuk mencegah timbulnya kecelakaan
terhadap pekerja dan juga untuk mewujudkan suatu produktivitas kerja
yang optimal terhadap pekerja.
Tunjangan Hari Raya merupakan pendapatan pekerja/buruh yang wajib
dibayarkan kepada pekerja /buruh atau keluarganya menjelang hari raya bagi
masing-masing pemeluk agama yang berupa uang atau bentuk lain yang besarnya minimal 1
bulan gaji, Tunjangan Hari Raya harus dibayarkan paling lama 7 hari sebelum hari
raya keagamaan agar mereka dapat merayakan dengan baik,
Tunjangan ini diberikan pada mereka kecuali ada kesepakatan antara pengusaha
atau perusahaan dengan pekerja/buruh sebagai berikut:
1. Pemeluk agama Islam pada Hari Raya Idhul Fitri
2. Pemeluk agama Kristen pada Hari Raya Natal
3. Pemeluk agama Hindu pada Hari Raya Nyepi
4. Pemeluk agama Budha pada Hari Raya Waisak.
Akan tetapi sesuai dengan yang tertera di Permenaker No.6 tahun 2016 pasal 2,
pekerja yang mempunyai masa kerja 1 bulan kerja atau lebih secara terus-menerus,
peraturan ini tidak membedakan status pekerja apakah telah menjadi karyawan tetap,
karyawan kontrak atau karyawan paruh waktu.11
Banyak di suatu Perusahaan yang terlambat untuk membayar THR Keagamaan
kepada pekerja/buruh, dan itu bisa dikenai denda sebesar 5% (lima persen) dari total
THR Keagamaan yang harus dibayar sejak berakhirnya batas waktu kewajiban
pengusaha untuk membayar, keterlambatan pembayaran Tunjangan Hari Raya oleh
pengusaha bukan termasuk Perbuatan Melawan Hukum (PMH) yang penyelesaian
perselisihannya melalui gugatan ke pengadilan umum atas dasar Perbuatan Melawan
Hukum.12
Tapi sebelum kita mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) ada baiknya kita
tahu apa manfaatnya agar Tunjangan Hari Raya (THR) bisa bermanfaat:13
1. Terutama hari raya idul fitri yaitu Persiapan Lebaran tujuan dari THR
adalah memberikan uang yang lebih untuk mempersiapkan lebaran
diataranya membeli bahan makanan dan minuman bahkan membeli baju
baru, perlu diingat bahwa kita tidak perlu berlebihan dalam menyambut
lebaran, karena dalam islam sendiri melarang keras umatnya bersifat
boros
11
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.6 Tahun 2016 pasal 2 12
Soedarjadi, S.H, 2008, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia,Yogyakarta :Pustaka Yustisia, hal 70-71.
2. THR untuk orang lain adalah THR yang diterima juga bias digunakan
untuk diberikan THR kepada orang lain, seperti seseorang yang bekerja
dirumah sebagai asisten rumah tangga bahkan kepada saudara serta
tetangga yang usianya masih anak-anak agar menjalin silaturahmi yang
lebih kepada sesama manusia
3. Berikutnya THR juga bisa kita gunakan untuk membayar zakat fitrah,
karena dalam agama Islam kita wajib memberikan zakat fitrah bagi kita
yang mampu melakukannya, nantinya itu akan diberikan kepada orang
yang lebih membutuhkan seperti anak yatim piatu dan kepada fakir
miskin.
4. Tidak ada salahnya jika THR digunakan untuk mudik kekampung
halaman, dengan begini pekerja bisa berlebaran dengan keluarga mereka
masing-masing, dan bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan bisa
membeli tiket mudik untuk bisa pulang kekampung halaman dan agar
terasa lebih nyaman
5. Dana Tabungan merupakan bahwa hidup akan terus berjalan setelah
lebaran sehingga jangan pernah sekali-sekali menggelontorkan semua
dana dan uang yang kita punya untuk merayakan lebaran, jadi uang
THR yang kita dapatkan dari perusahaan sebagian kecil bisa disimpan
Oleh karena pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) sangat bermanfaat bagi
pekerja/buruh maka perlu sorotan yang lebih tajam dan tinggi terhadap masalah
pengupahan. Hal-hal mengenai pengakomodiran aspirasi, penerapan standart upah
minimum, serta pengawasan terhadap pelaksanaan upah/pengupahan minimum
merupakan objek-objek yang penting demi terlaksananya pembangunan kualitas
kehidupan pekerja/buruh yang kelak pasti dapat mendongkrak kinerja pekerja/buruh
dalam meningkatkan mutu kerja. Peran pihak-pihak terkait dalam melaksanakan
sistem pengupahan yang berpihak terhadap pekerja/buruh diatas adalah merupakan
solusi yang tepat demi menjawab kegelisahan pekerja/buruh terhadap
masalah-masalah pengupahan yang semakin lama tiada habisnya.14
Tidak jelasnya status pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) inilah terkadang
membuat permasalahan yang terjadi semakin kompleks sehingga keadilan untuk
kesejahteraan khususnya karyawan menjadi kesulitankarena tidak terpenuhinya hak
dan kewajiban yang terjadi di Lingkungan Perusahaan atau Badan Usaha Milik
Negara. Pada dasarnya Perusahaan dan Badan Usaha Milik Negara memang tidak
secara tegas mengaturnya, akan tetapi di Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 6
Tahun 2016 mewajibkan setiap pekerja yang sudah bekerja selama satu bulan kerja
akan mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR).15
14
Muharram Hidayat, Op Cit, Hal 110
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul tentang:
“Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya atau THR keagamaan bagi pekerja di Rumah Sakit Kisaran berdasarkan Peraturan Menteri Ketengakerjaan No. 6 tahun 2016.”
B. Rumusan Masalah
Setelah penulis mengungkapkan hal-hal di atas, maka penulis berkeinginan
untuk meneliti, mempelajari serta membahas tentang Pelaksanaan Pemberian
Tunjangan Hari Raya Menurut Undang-undang Ketenagakerjaan. Adapun rumusan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Tinjauan Umum Menurut Peraturan Perundang – Undangan yang
Mengatur Pembayaran Tunjangan Hari Raya di Rumah Sakit Kisaran ?
2. Bagaimanakah Pelaksanaan Perlindungan Hukum terhadap Pekerja di Rumah
Sakit Kisaran ?
3. Apakah yang Menjadi Kendala dalam Pembayaran Tunjangan Hari
Raya (THR) bagi Pekerja di Rumah Sakit Kisaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui berbagai jenis hak – hak pekerja/buruh tetap dan
pekerja/buruh non tetap selain upah yang harus diterima
b. Untuk Mengetahui bagaimana proses pengupahan yang dilakukan pihak
c. Untuk mengetahui hambatan dan kendala Terhadap Pelaksanaan Pembayaran
Tunjangan Hari Raya yang Diterapkan di Rumah Sakit Kisaran.
D. Manfaat Penulisan
1. Secara Teoritis
a. Sebagai bahan informasi bagi para akademisi maupun sebagai bahan
pertimbangan bagi penelitian lanjutan.
2. Secara Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah atau instansi terkait dalam
memberikan status hubungan kerja bagi pekerja rumahan.
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi masyarakat luas tentang
pentingnya status hubungan kerja bagi pekerja rumahan.
E. Keaslian Penulisan
Adapun judul tulisan ini adalah Pelaksanaan Pemberian Tunjangan
Hari Raya atau THR keagamaan bagi pekerja di Rumah Sakit Kisaran
berdasarkan Peraturan Menteri Ketengakerjaan No. 6 tahun 2016. Judul
Skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga
tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan
mahasiswa Fakultas Hukum USU. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat
F. Tinjauan Kepustakaan 1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan setiap orang yang memiliki kemampuan untuk
memproduksi barang dan/atau jasa yang memiliki usia kerja secara fisik dan mental
dalam bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain,16 lebih lanjut
Subijanto mendefinisikan usia kerja yang memenuhi kriteria secara fisik dan mental
yaitu berada dalam usia 15 tahun sampai dengan 64 tahun.17
1. Klasifikasi tenaga kerja berdasarkan penduduk
Melihat definisi dari tenaga kerja maka dapat diketahui bahwa tenaga kerja
dibagi atas tiga klasifikasi, adapun klasifikasi tersebut yaitu:
Berdasarkan klasifikasi ini tenaga kerja dapat dibedakan lagi menjadi 2
bagian:
a. Tenaga kerja
b. Bukan tenaga kerja
2. Klasifikasi tenaga kerja berdasarkan batas kerja
Apabila melihat pembagian tenaga kerja berdasarkan klasifikasi ini maka
tenaga kerja dapat dibedakan menjadi:
a. Angkatan kerja
b. Bukan angkatan kerja
16
Darza, Z.A,1995, Kamus Istilah Bidang Ketenagakerjaan, Delina Baru, Jakarta hal 114. 17
3. Klasifikasi tenaga kerja berdasarkan kualitasnya
Klasifikasi ini membagi tenaga kerja menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Tenaga kerja terdidik
b. Tenaga kerja terlatih
c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Tenaga kerja yang bekerja dalam proses menghasilkan proses barang dan jasa
disebut sebagai Ketenagakerjaan, Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan merumuskan istilah Ketenagakerjaan sebagai segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa
kerja, berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara garis
besarnya hal-hal yang diatur dalam Undang-undang Ketenagakerjaan adalah segala
hal yang berkaitan dengan pekerja atau buruh, baik sebelum masa kerja, maupun
sesudah masa kerja.
Abdul Khakim merumuskan hukum ketenagakerjaan berdasarkan unsur-unsur
yang dimilikinya, yaitu:18
1. Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis
2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pengusaha dan buruh
3. Adanya orang yang bekerja pada dan dibawah orang lain dengan mendapat
upah sebagai balas jasa
4. Mengatur tentang perlindungan pekerja atau buruh
18
Dengan kata lain, menurutnya hukum ketenagakerjaan adalah peraturan
hukum yang mengatur hubungan kerja antara pekerja atau buruh dengan pengusaha
atau majikan dengan segala konsekuensinya.
Sehari-hari ada berbagai peristilahan mengenai tenaga kerja (manpower)
seperti buruh, karyawan atau pegawai. Namun sesungguhnya maksud dari
peristilahan tersebut adalah sama, yaitu orang yang bekerja pada orang lain dan
mendapatkan imbalan atas pekerjannya tersebut.19
Selanjutnya menurut Payman Simanjuntak, tenaga kerja (manpower) adalah
penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang
melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah, dan mengurus rumah tangga.
Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan oleh
umurnya.
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Ketenagakerjaan merumuskan Tenaga Kerja
sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat,
menurut Abdul Khakim, pengertian yang dirumuskan dalam Undang-undang
Ketenagakerjaan tersebut belum jelas menunjukkan status hubungan kerjanya.
20
19
Darwan Prinst,2000, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,Bandung :Citra Aditya Bakti, hal 20.
20
2. Upah dan Tunjangan
a. Upah
Upah merupakan suatu bentuk pembayaran yang diberikan kepada
pekerja/buruh untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tujuan buruh melakukan pekerjaan
adalah untuk mendapatkan penghasilan/upah yang cukup membiayai kehidupannya
bersama dengan keluarganya yaitu perhitungan yang layak bagi kemanusiaan, oleh
karena itu berbicara upah haruslah menyangkut juga bagaimana pemahaman si
pekerja/buruh mengenai upah yang hendak diterimanya.
Selama buruh melakukan pekerjaan memang ia berhak atas upah yang
menjamin kehidupannya bersama dengan keluarganya, oleh karena itu selama ia
bekerja pengusaha/majikan memang wajib membayar upah.
Dipandang dari sudut nilainya, upah itu dibeda-bedakan antara upah nominal
yaitu jumlah yang berupa uang, dan upah riil yaitu banyaknya barang yang dapat
dibeli dengan jumlah uang itu.
Bagi buruh yang penting adalah upah riil, karena dengan upahnya itu harus
mendapatkan cukup barang yang diperlukan untuk kehidupannya bersama
keluarganya. Kenaikan upah nominal tidak mempunyai arti baginya, jika kenaikan
upah itu disertai dengan atau disusul oleh kenaikan harga kebutuhan hidup dalam arti
kata seluas- luasnya. Turunnya harga barang keperluan hidup karena misalnya
bertambahnya produksi barang itu, akan merupakan kenaikan upah bagi buruh
Sebaliknya, naiknya harga barang keperluan hidup, selalu berarti turunnya upah bagi
buruh.
b. Tunjangan
Tunjangan adalah unsur-unsur balas jasa yang diberikan dalam nilai rupiah
secara langsung kepada karyawan individual dan dapat diketahui secara pasti.
Tunjangan diberikan kepada karyawan dimaksud agar dapat
menimbulkan/meningkatkan semangat kerja dan kegairahan bagi para karyawan.
Adapun pembagian tunjangan terdiri atas :
1. Tunjangan Jabatan
Tunjangan ini hanya diberikan kepada mereka-mereka yang mempunyai
jabatan tertentu, seerpti misalnya: Pengawas, Kepala Bagian, Manajer, ataupun
Direktur. Besarnya tunjangan jabatan untuk masing-masing personil tidaklah sama.
Hal ini sangat tergantung dengan beban pekerjaan, prestasi yang dihasilkan serta
beratnya tangggung jawab pekerjaan yang dipikul. Tunjangan jabatan biasanya
diberikan bersama-sama dengan gaji pokok.
2. Tunjangan Lembur.
Setiap karyawan yang bekerja diluar jam kerja ataupun karyawan yang
bekerja pada hari-hari libur, ataupun karyawan yang memiliki jam-kerja lebih besar
dari 8 jam dalam sehari, maka sesuai dengan peraturan pemerintah, karyawan yang
bersangkutan berhak untuk menerima tunjangan lembur. Besarnya tunjangan lembur
ini sangatlah bervariasi, tetapi biasanya setiap perusahaan sudah memiliki peraturan
karyawan yang mereka miliki. Karyawan bagian pemasaran biasanya tidak memiliki
fasilitas yang berupa tunjangan lembur, karena prestasi mereka diukur berdasar omzet
penjualan yang mereka hasilkan. sebagai gantinya, biasanya mereka akan mendapat
bonus yang besarnya sesuai dengan apa yang mereka hasilkan kepada perusahaan.
G. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan dari
sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Karena dengan
menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam mencapai
tujuan dari penelitian maka penulis menggunakan metode penelitian yakni:
1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif,
yaitu produk perilaku hukum21
21
Albdulkadir Muhammad,2004Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : Cet. 1, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung hal 52.
dengan cara menganalisis suatu fenomena
pekerja/buruh Rumah Sakit Kisaran dan produk Hukum yang dalam hal ini
Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Langkah dalam melakukan penelitian tersebut, yaitu dilakukan penelitian
normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, kemudian penelitian tersebut disempurnakan dengan
2. Sumber Data
Sumber data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh
secara langsung dari masyarakat (data primer) dan dari bahan-bahan pustaka (data
sekunder),22
A. Data Primer
kemudian untuk kelengkapan data empiris dilakukanlah wawancara.
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat.
Dalam skripsi ini peneliti memperoleh data mengenai pengupahan terhadap
pekerja/buruh dengan cara wawancara dilapangan sebagai partisipan dari seluruh
rangkaian kegiatan objek penelitian yang sedang berlanjut.
B. Data Sekunder
Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer; bahan hukum sekunder; dan
bahan hukum tersier.23
1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari:
Norma kaidah dasar yaitu Pembukaan Undang-undang Dasar Republik
Indonesia 1945, Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
22
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji,2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, hal 12.
23
2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, diantaranya: Buku-buku yang terkait dengan hukum,
Artikel di jurnal huku m, Komentar-komentar atas putusan pengadilan, Skripsi,
Tesis dan Disertasi Hukum, Karya dari kalangan praktisi hukum ataupun
akademis yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, diantaranya: Kamus
hukum dan kamus bahasa Indonesia, Majalah-majalah yang ada hubungannya
dengan penelitian ini, Surat kabar yang terkait dengan pembahasan dalam
skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka
digunakan metode pengumpulan data dengan cara: Studi Kepustakaan dan
wawancara, adapun yang dimaksud dengan studi kepustakaan yaitu mempelajari dan
menganalisis secara sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah,
internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan
dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini, sedangkan yang dimaksud dengan
wawancara yaitu mengumpulkan data dengan cara komunikasi dua arah dengan
4. Analisis Data
Menurut Patton, analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.24
H. Sistematika Penulisan
Metode
yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang
diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara
kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut
dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data
yang berdigat deskriptif analistis, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari
sesuatu yang utuh.
Untuk memudahkan pemahamam terhadap materi dari skripsi ini dan agar
tidak terjadinya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis
membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa sub-sub
bab.
24
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang
Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan,
Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TUNJANGAN HARI
RAYA
Bab ini berisikan tentang pengertian Tunjangan Hari Raya,
Dasar Hukum Tunjangan Hari Raya, dan Penerapan Tunjangan
Hari Raya
BAB III PELAKSANAANPERLINDUNGAN HUKUMTERHADAP
PEKERJA DI RUMAH SAKIT KISARAN
Bab ini berisikan tentang profil Rumah Sakit Kisaran,Manfaat
Psikologis, Ekonomis, dan Yuridis Menurut Undang – Undang
Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003, Tinjauan Yuridis
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 6 Tahun 2016,
BAB IV KENDALA DALAM PEMBAYARAN TUNJANGAN HARI
RAYA (THR) BAGI PEKERJA DI RUMAH SAKIT
KISARAN
Bab ini berisikan tentang Prosedur Pemberian Tunjangan Hari
Pelanggaran Hak dalam Pemberian Tunjangan Hari Raya
Kepada Pekerja di Lingkungan Rumah Sakit Kisaran, dan
Upaya Hukum Dalam Rangka Pemenuhan Pembayaran
Tunjangan Hari Raya Melalui Pengadilan Hubungan Industrial.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini adalah merupakan bab terakhir dari penulisan
skripsi ini, dimana dalam Bab V ini berisikan kesimpulan