• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Tunjangan Hari Raya Atau THR Bagi Pekerja Dirumah Sakit Kisaran Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.6 Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Tunjangan Hari Raya Atau THR Bagi Pekerja Dirumah Sakit Kisaran Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.6 Tahun 2016"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiap orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan suatu

penghasilan, untuk mendapat suatu penghasilan seseorang haruslah bekerja, kata

bekerja dapat didefenisikan sebagai usaha menghasilkan barang dan jasa yang

digunakan baik untuk kebutuhan sendiri ataupun digunakan untuk kebutuhan

konsumen, dalam Hukum Ketenagakerjaan setiap orang yang bekerja dapat disebut

sebagai Tenaga Kerja,2 Simanjuntak dalam Manululang mendifinisikan yang

dimaksud dengan Tenaga Kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja,

yang sedang mencari kerja, dan melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan

mengurus rumah tangga.3

Dalam menjalankan pekerjaannya, para pekerja ini berhak atas pendapatan

sebagai salah satu bentuk hak yang mereka terima atas kewajiban yang telah mereka

jalankan. Selain itu, pekerja juga berkewajiban mematuhi peraturan yang ada baik

peraturan perundang – undangan maupun peraturan yang berasal dari tempat bekerja.

Setelah melaksanakan kewajiban – kewajiban itu, pekerja dapat meminta apa yang

menjadi hak mereka.

2

UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 2 3

(2)

Pendapatan yang diterima oleh pekerja tidak selamanya disebut sebagai upah,

karena menurut Surat Edara Menteri Tenaga Kerja No. 07/MEN/1990 terdapat dua

jenis pengelompokan yakni:4

1. Unsur Pekerjaan, memiliki definisi bahwa terikatnya pekerja/buruh dengan

Pengusaha didasarkan karena adanya suatu pekerjaan yang diberikan oleh

Pengusaha untuk diselesaikan oleh pekerja/buruh.

Pengertian upah menurut Undang – Undang No. 13

Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah hak pekerja/buruh yang ditetapkan dan

dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang –

undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu

pekerjaan dan/atau jasa yang telahatau akan dilakukan.

Selain upah dikenal adanya pendapatan non upah yang diterima oleh pekerja

yakni Tunjangan Hari Raya (THR). Tunjangan ini dapat berupa ataupun bentuk lain

yang diberikan oleh pengusaha pada hari raya keagamaan sesuai yang dianut pekerja.

Tunjangan ini merupakan suatu kebutuhan bagi pekerja untuk merayakan hari

keagamaan.

Pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan terikat pada

suatu kontrak kerja yang memiliki tiga unsur utama, yaitu:

4

(3)

2. Unsur Perintah, memiliki definisi bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh

pekerja/buruh di lakukan atas perintah dan subordinasi antara kedua belah

pihak.

3. Unsur Upah, memiliki definisi bahwa imbalan yang diterima oleh

pekerja/butuh dari pemberi kerja atas pekerjaan yang diselesaikan atau sedang

dikerjakannya.5

Motivasi utama dari seorang pekerja/buruh bekerja di perusahaan adalah

mendapatkan nafkah (upah), dan upah merupakan hak bagi pekerja/buruh yang

bersifat sensitif. Karenanya tidak jarang pengupahan menimbulkan

perselisihan.6Pernyataan ini sesungguhnya menyebutkan bahwa pentingnya upah bagi

kehidupan pekerja/buruh yang mana dalam sistem pengupahannya haruslah dilakukan

sesuai dengan hukum yang berlaku sehingga dapat tercapainya pemenuhan kebutuhan

hidup yang layak.7

1. Kebutuhan dasar untuk hidup, yang meliputi kebutuhan pokok seperti pangan,

sandang dan papan.

Upah merupakan bentuk dari suatu imbalan yang diterima oleh pekerja/buruh

pada dasarnya merupakan unsur paling penting dalam meningkatkan produktivitas

pekerja/buruh, selain itu upah juga dapat digunakan oleh pekerja/buruh untuk

memenuhi standar kebutuhan hidup yang dapat dikelompokkan menjadi:

5

Abdul Hakim, 2009, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, hal. 20.

6

Toto Tasmara, 1995, Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta :Dana Bhakti Wakaf, hal. 55. 7

(4)

2. Kebutuhan pendukung kesejahteraan masyarakat berupa kebutuhan

pendidikan, pelayanan kesehatan, dan sarana transportasi.

3. Kebutuhan untuk meningkatkan akses terhadap cara berpoduksi dan peluang

ekonomi seperti penghasilan yang layak.

4. Kebutuhan untuk hidup dengan rasa aman.8

Upah dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi karyawan untuk

meningkatkan prestasi kerja mereka dan merangsang para karyawan untuk berperan

aktif dalam peran pencapaian tujuan perusahaan, selain itu upah merupakan salah satu

faktor mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, upah juga berfungsi sebagai

jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi

dinyatakan atau dimulai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu

persetujuan, undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian

kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja.9

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.

SE-07/MEN/1990 Tahun 1990 tentang pengelompokan komponen upah dan pendapatan

non upah, komponen non upah adalah sebagai berikut:10

8

Gatot Supramono, 2009, Hukum Persereoan Terbatas,Jakarta : Djambatan, hal.17. 9

Muharram Hidayat, 2006, Panduan Memahami Hukum Ketenagakerjaan Serta pelaksanaanya di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, hal. 50

10

(5)

1. Fasilitas adalah kenikmatan dalam bentuk nyata/ natura yang diberikan perusahaan oleh karena hal-hal yang bersifat khusus atau untuk mningkatkan

kesejahteraan pekerja, seperti fasilitas kendaraan

2. Bonus adalah bukan merupakan bagian dari upah, melainkan pembayaran yang diterima pekerja dari hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja

menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target produksi yang normal atau karena

peningkatan produktivitas besarnya pembagian bonus diatur berdasarkan kesepakatan

3. Tunjangan Hari Raya, gratifikasi dan pembagian keuntungan lainnya bagi pekerja yang bekerja didalam suatu perusahaan.

Untuk menunjang keberhasilan tersebut maka faktor yang penting juga perlu

diperhatikan oleh manajer adalah pemberian tunjangan kesejahteraan yang

kesemuanya itu diharapkan dapat peningkatan produktivitas kerja karyawan,

tunjangan kesejahteraan social yang merupakan imbalan jasa dari perusahaan karena

karyawan telah menyumbangkan kemampuannya.

Dalam hal ini Tunjangan Kesejahteraan Sosial terbagi beberapa macam, yaitu:

1. Tunjangan hari tua adalah program asuransi jiwa yang bertujuan

memberikan kepastian dana bagi tertanggung/peserta ketika mencapai

usia purna bhakti berserta keluarganya apabila tertanggung/peserta

(6)

2. Tunjangan Hari Raya adalah hak pendapatan pekerja yang wajib

dibayarkan oleh pengusaha/perusahaan kepada pekerja menjelang hari

raya keagamaan yang berupa uang.

3. Tunjangan Keselamatan Kerja adalah hak pekerja untuk mendapatkan

perlindungan yang diterapkan untuk mencegah timbulnya kecelakaan

terhadap pekerja dan juga untuk mewujudkan suatu produktivitas kerja

yang optimal terhadap pekerja.

Tunjangan Hari Raya merupakan pendapatan pekerja/buruh yang wajib

dibayarkan kepada pekerja /buruh atau keluarganya menjelang hari raya bagi

masing-masing pemeluk agama yang berupa uang atau bentuk lain yang besarnya minimal 1

bulan gaji, Tunjangan Hari Raya harus dibayarkan paling lama 7 hari sebelum hari

raya keagamaan agar mereka dapat merayakan dengan baik,

Tunjangan ini diberikan pada mereka kecuali ada kesepakatan antara pengusaha

atau perusahaan dengan pekerja/buruh sebagai berikut:

1. Pemeluk agama Islam pada Hari Raya Idhul Fitri

2. Pemeluk agama Kristen pada Hari Raya Natal

3. Pemeluk agama Hindu pada Hari Raya Nyepi

4. Pemeluk agama Budha pada Hari Raya Waisak.

Akan tetapi sesuai dengan yang tertera di Permenaker No.6 tahun 2016 pasal 2,

(7)

pekerja yang mempunyai masa kerja 1 bulan kerja atau lebih secara terus-menerus,

peraturan ini tidak membedakan status pekerja apakah telah menjadi karyawan tetap,

karyawan kontrak atau karyawan paruh waktu.11

Banyak di suatu Perusahaan yang terlambat untuk membayar THR Keagamaan

kepada pekerja/buruh, dan itu bisa dikenai denda sebesar 5% (lima persen) dari total

THR Keagamaan yang harus dibayar sejak berakhirnya batas waktu kewajiban

pengusaha untuk membayar, keterlambatan pembayaran Tunjangan Hari Raya oleh

pengusaha bukan termasuk Perbuatan Melawan Hukum (PMH) yang penyelesaian

perselisihannya melalui gugatan ke pengadilan umum atas dasar Perbuatan Melawan

Hukum.12

Tapi sebelum kita mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) ada baiknya kita

tahu apa manfaatnya agar Tunjangan Hari Raya (THR) bisa bermanfaat:13

1. Terutama hari raya idul fitri yaitu Persiapan Lebaran tujuan dari THR

adalah memberikan uang yang lebih untuk mempersiapkan lebaran

diataranya membeli bahan makanan dan minuman bahkan membeli baju

baru, perlu diingat bahwa kita tidak perlu berlebihan dalam menyambut

lebaran, karena dalam islam sendiri melarang keras umatnya bersifat

boros

11

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.6 Tahun 2016 pasal 2 12

Soedarjadi, S.H, 2008, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia,Yogyakarta :Pustaka Yustisia, hal 70-71.

(8)

2. THR untuk orang lain adalah THR yang diterima juga bias digunakan

untuk diberikan THR kepada orang lain, seperti seseorang yang bekerja

dirumah sebagai asisten rumah tangga bahkan kepada saudara serta

tetangga yang usianya masih anak-anak agar menjalin silaturahmi yang

lebih kepada sesama manusia

3. Berikutnya THR juga bisa kita gunakan untuk membayar zakat fitrah,

karena dalam agama Islam kita wajib memberikan zakat fitrah bagi kita

yang mampu melakukannya, nantinya itu akan diberikan kepada orang

yang lebih membutuhkan seperti anak yatim piatu dan kepada fakir

miskin.

4. Tidak ada salahnya jika THR digunakan untuk mudik kekampung

halaman, dengan begini pekerja bisa berlebaran dengan keluarga mereka

masing-masing, dan bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan bisa

membeli tiket mudik untuk bisa pulang kekampung halaman dan agar

terasa lebih nyaman

5. Dana Tabungan merupakan bahwa hidup akan terus berjalan setelah

lebaran sehingga jangan pernah sekali-sekali menggelontorkan semua

dana dan uang yang kita punya untuk merayakan lebaran, jadi uang

THR yang kita dapatkan dari perusahaan sebagian kecil bisa disimpan

(9)

Oleh karena pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) sangat bermanfaat bagi

pekerja/buruh maka perlu sorotan yang lebih tajam dan tinggi terhadap masalah

pengupahan. Hal-hal mengenai pengakomodiran aspirasi, penerapan standart upah

minimum, serta pengawasan terhadap pelaksanaan upah/pengupahan minimum

merupakan objek-objek yang penting demi terlaksananya pembangunan kualitas

kehidupan pekerja/buruh yang kelak pasti dapat mendongkrak kinerja pekerja/buruh

dalam meningkatkan mutu kerja. Peran pihak-pihak terkait dalam melaksanakan

sistem pengupahan yang berpihak terhadap pekerja/buruh diatas adalah merupakan

solusi yang tepat demi menjawab kegelisahan pekerja/buruh terhadap

masalah-masalah pengupahan yang semakin lama tiada habisnya.14

Tidak jelasnya status pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) inilah terkadang

membuat permasalahan yang terjadi semakin kompleks sehingga keadilan untuk

kesejahteraan khususnya karyawan menjadi kesulitankarena tidak terpenuhinya hak

dan kewajiban yang terjadi di Lingkungan Perusahaan atau Badan Usaha Milik

Negara. Pada dasarnya Perusahaan dan Badan Usaha Milik Negara memang tidak

secara tegas mengaturnya, akan tetapi di Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 6

Tahun 2016 mewajibkan setiap pekerja yang sudah bekerja selama satu bulan kerja

akan mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR).15

14

Muharram Hidayat, Op Cit, Hal 110

(10)

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul tentang:

“Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya atau THR keagamaan bagi pekerja di Rumah Sakit Kisaran berdasarkan Peraturan Menteri Ketengakerjaan No. 6 tahun 2016.”

B. Rumusan Masalah

Setelah penulis mengungkapkan hal-hal di atas, maka penulis berkeinginan

untuk meneliti, mempelajari serta membahas tentang Pelaksanaan Pemberian

Tunjangan Hari Raya Menurut Undang-undang Ketenagakerjaan. Adapun rumusan

masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Tinjauan Umum Menurut Peraturan Perundang – Undangan yang

Mengatur Pembayaran Tunjangan Hari Raya di Rumah Sakit Kisaran ?

2. Bagaimanakah Pelaksanaan Perlindungan Hukum terhadap Pekerja di Rumah

Sakit Kisaran ?

3. Apakah yang Menjadi Kendala dalam Pembayaran Tunjangan Hari

Raya (THR) bagi Pekerja di Rumah Sakit Kisaran?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui berbagai jenis hak – hak pekerja/buruh tetap dan

pekerja/buruh non tetap selain upah yang harus diterima

b. Untuk Mengetahui bagaimana proses pengupahan yang dilakukan pihak

(11)

c. Untuk mengetahui hambatan dan kendala Terhadap Pelaksanaan Pembayaran

Tunjangan Hari Raya yang Diterapkan di Rumah Sakit Kisaran.

D. Manfaat Penulisan

1. Secara Teoritis

a. Sebagai bahan informasi bagi para akademisi maupun sebagai bahan

pertimbangan bagi penelitian lanjutan.

2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah atau instansi terkait dalam

memberikan status hubungan kerja bagi pekerja rumahan.

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi masyarakat luas tentang

pentingnya status hubungan kerja bagi pekerja rumahan.

E. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adalah Pelaksanaan Pemberian Tunjangan

Hari Raya atau THR keagamaan bagi pekerja di Rumah Sakit Kisaran

berdasarkan Peraturan Menteri Ketengakerjaan No. 6 tahun 2016. Judul

Skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga

tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan

mahasiswa Fakultas Hukum USU. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat

(12)

F. Tinjauan Kepustakaan 1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan setiap orang yang memiliki kemampuan untuk

memproduksi barang dan/atau jasa yang memiliki usia kerja secara fisik dan mental

dalam bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain,16 lebih lanjut

Subijanto mendefinisikan usia kerja yang memenuhi kriteria secara fisik dan mental

yaitu berada dalam usia 15 tahun sampai dengan 64 tahun.17

1. Klasifikasi tenaga kerja berdasarkan penduduk

Melihat definisi dari tenaga kerja maka dapat diketahui bahwa tenaga kerja

dibagi atas tiga klasifikasi, adapun klasifikasi tersebut yaitu:

Berdasarkan klasifikasi ini tenaga kerja dapat dibedakan lagi menjadi 2

bagian:

a. Tenaga kerja

b. Bukan tenaga kerja

2. Klasifikasi tenaga kerja berdasarkan batas kerja

Apabila melihat pembagian tenaga kerja berdasarkan klasifikasi ini maka

tenaga kerja dapat dibedakan menjadi:

a. Angkatan kerja

b. Bukan angkatan kerja

16

Darza, Z.A,1995, Kamus Istilah Bidang Ketenagakerjaan, Delina Baru, Jakarta hal 114. 17

(13)

3. Klasifikasi tenaga kerja berdasarkan kualitasnya

Klasifikasi ini membagi tenaga kerja menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Tenaga kerja terdidik

b. Tenaga kerja terlatih

c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih

Tenaga kerja yang bekerja dalam proses menghasilkan proses barang dan jasa

disebut sebagai Ketenagakerjaan, Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan merumuskan istilah Ketenagakerjaan sebagai segala hal yang

berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa

kerja, berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara garis

besarnya hal-hal yang diatur dalam Undang-undang Ketenagakerjaan adalah segala

hal yang berkaitan dengan pekerja atau buruh, baik sebelum masa kerja, maupun

sesudah masa kerja.

Abdul Khakim merumuskan hukum ketenagakerjaan berdasarkan unsur-unsur

yang dimilikinya, yaitu:18

1. Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis

2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pengusaha dan buruh

3. Adanya orang yang bekerja pada dan dibawah orang lain dengan mendapat

upah sebagai balas jasa

4. Mengatur tentang perlindungan pekerja atau buruh

18

(14)

Dengan kata lain, menurutnya hukum ketenagakerjaan adalah peraturan

hukum yang mengatur hubungan kerja antara pekerja atau buruh dengan pengusaha

atau majikan dengan segala konsekuensinya.

Sehari-hari ada berbagai peristilahan mengenai tenaga kerja (manpower)

seperti buruh, karyawan atau pegawai. Namun sesungguhnya maksud dari

peristilahan tersebut adalah sama, yaitu orang yang bekerja pada orang lain dan

mendapatkan imbalan atas pekerjannya tersebut.19

Selanjutnya menurut Payman Simanjuntak, tenaga kerja (manpower) adalah

penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang

melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah, dan mengurus rumah tangga.

Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan oleh

umurnya.

Pasal 1 angka 1 Undang-undang Ketenagakerjaan merumuskan Tenaga Kerja

sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat,

menurut Abdul Khakim, pengertian yang dirumuskan dalam Undang-undang

Ketenagakerjaan tersebut belum jelas menunjukkan status hubungan kerjanya.

20

19

Darwan Prinst,2000, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,Bandung :Citra Aditya Bakti, hal 20.

20

(15)

2. Upah dan Tunjangan

a. Upah

Upah merupakan suatu bentuk pembayaran yang diberikan kepada

pekerja/buruh untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tujuan buruh melakukan pekerjaan

adalah untuk mendapatkan penghasilan/upah yang cukup membiayai kehidupannya

bersama dengan keluarganya yaitu perhitungan yang layak bagi kemanusiaan, oleh

karena itu berbicara upah haruslah menyangkut juga bagaimana pemahaman si

pekerja/buruh mengenai upah yang hendak diterimanya.

Selama buruh melakukan pekerjaan memang ia berhak atas upah yang

menjamin kehidupannya bersama dengan keluarganya, oleh karena itu selama ia

bekerja pengusaha/majikan memang wajib membayar upah.

Dipandang dari sudut nilainya, upah itu dibeda-bedakan antara upah nominal

yaitu jumlah yang berupa uang, dan upah riil yaitu banyaknya barang yang dapat

dibeli dengan jumlah uang itu.

Bagi buruh yang penting adalah upah riil, karena dengan upahnya itu harus

mendapatkan cukup barang yang diperlukan untuk kehidupannya bersama

keluarganya. Kenaikan upah nominal tidak mempunyai arti baginya, jika kenaikan

upah itu disertai dengan atau disusul oleh kenaikan harga kebutuhan hidup dalam arti

kata seluas- luasnya. Turunnya harga barang keperluan hidup karena misalnya

bertambahnya produksi barang itu, akan merupakan kenaikan upah bagi buruh

(16)

Sebaliknya, naiknya harga barang keperluan hidup, selalu berarti turunnya upah bagi

buruh.

b. Tunjangan

Tunjangan adalah unsur-unsur balas jasa yang diberikan dalam nilai rupiah

secara langsung kepada karyawan individual dan dapat diketahui secara pasti.

Tunjangan diberikan kepada karyawan dimaksud agar dapat

menimbulkan/meningkatkan semangat kerja dan kegairahan bagi para karyawan.

Adapun pembagian tunjangan terdiri atas :

1. Tunjangan Jabatan

Tunjangan ini hanya diberikan kepada mereka-mereka yang mempunyai

jabatan tertentu, seerpti misalnya: Pengawas, Kepala Bagian, Manajer, ataupun

Direktur. Besarnya tunjangan jabatan untuk masing-masing personil tidaklah sama.

Hal ini sangat tergantung dengan beban pekerjaan, prestasi yang dihasilkan serta

beratnya tangggung jawab pekerjaan yang dipikul. Tunjangan jabatan biasanya

diberikan bersama-sama dengan gaji pokok.

2. Tunjangan Lembur.

Setiap karyawan yang bekerja diluar jam kerja ataupun karyawan yang

bekerja pada hari-hari libur, ataupun karyawan yang memiliki jam-kerja lebih besar

dari 8 jam dalam sehari, maka sesuai dengan peraturan pemerintah, karyawan yang

bersangkutan berhak untuk menerima tunjangan lembur. Besarnya tunjangan lembur

ini sangatlah bervariasi, tetapi biasanya setiap perusahaan sudah memiliki peraturan

(17)

karyawan yang mereka miliki. Karyawan bagian pemasaran biasanya tidak memiliki

fasilitas yang berupa tunjangan lembur, karena prestasi mereka diukur berdasar omzet

penjualan yang mereka hasilkan. sebagai gantinya, biasanya mereka akan mendapat

bonus yang besarnya sesuai dengan apa yang mereka hasilkan kepada perusahaan.

G. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan dari

sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Karena dengan

menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam mencapai

tujuan dari penelitian maka penulis menggunakan metode penelitian yakni:

1. Tipe Penelitian

Dalam penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif,

yaitu produk perilaku hukum21

21

Albdulkadir Muhammad,2004Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : Cet. 1, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung hal 52.

dengan cara menganalisis suatu fenomena

pekerja/buruh Rumah Sakit Kisaran dan produk Hukum yang dalam hal ini

Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Langkah dalam melakukan penelitian tersebut, yaitu dilakukan penelitian

normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan, kemudian penelitian tersebut disempurnakan dengan

(18)

2. Sumber Data

Sumber data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh

secara langsung dari masyarakat (data primer) dan dari bahan-bahan pustaka (data

sekunder),22

A. Data Primer

kemudian untuk kelengkapan data empiris dilakukanlah wawancara.

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat.

Dalam skripsi ini peneliti memperoleh data mengenai pengupahan terhadap

pekerja/buruh dengan cara wawancara dilapangan sebagai partisipan dari seluruh

rangkaian kegiatan objek penelitian yang sedang berlanjut.

B. Data Sekunder

Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer; bahan hukum sekunder; dan

bahan hukum tersier.23

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari:

Norma kaidah dasar yaitu Pembukaan Undang-undang Dasar Republik

Indonesia 1945, Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

22

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji,2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, hal 12.

23

(19)

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, diantaranya: Buku-buku yang terkait dengan hukum,

Artikel di jurnal huku m, Komentar-komentar atas putusan pengadilan, Skripsi,

Tesis dan Disertasi Hukum, Karya dari kalangan praktisi hukum ataupun

akademis yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, diantaranya: Kamus

hukum dan kamus bahasa Indonesia, Majalah-majalah yang ada hubungannya

dengan penelitian ini, Surat kabar yang terkait dengan pembahasan dalam

skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka

digunakan metode pengumpulan data dengan cara: Studi Kepustakaan dan

wawancara, adapun yang dimaksud dengan studi kepustakaan yaitu mempelajari dan

menganalisis secara sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah,

internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan

dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini, sedangkan yang dimaksud dengan

wawancara yaitu mengumpulkan data dengan cara komunikasi dua arah dengan

(20)

4. Analisis Data

Menurut Patton, analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.24

H. Sistematika Penulisan

Metode

yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang

diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara

kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut

dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data

yang berdigat deskriptif analistis, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari

sesuatu yang utuh.

Untuk memudahkan pemahamam terhadap materi dari skripsi ini dan agar

tidak terjadinya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis

membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa sub-sub

bab.

24

(21)

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang

Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan,

Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TUNJANGAN HARI

RAYA

Bab ini berisikan tentang pengertian Tunjangan Hari Raya,

Dasar Hukum Tunjangan Hari Raya, dan Penerapan Tunjangan

Hari Raya

BAB III PELAKSANAANPERLINDUNGAN HUKUMTERHADAP

PEKERJA DI RUMAH SAKIT KISARAN

Bab ini berisikan tentang profil Rumah Sakit Kisaran,Manfaat

Psikologis, Ekonomis, dan Yuridis Menurut Undang – Undang

Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003, Tinjauan Yuridis

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 6 Tahun 2016,

BAB IV KENDALA DALAM PEMBAYARAN TUNJANGAN HARI

RAYA (THR) BAGI PEKERJA DI RUMAH SAKIT

KISARAN

Bab ini berisikan tentang Prosedur Pemberian Tunjangan Hari

(22)

Pelanggaran Hak dalam Pemberian Tunjangan Hari Raya

Kepada Pekerja di Lingkungan Rumah Sakit Kisaran, dan

Upaya Hukum Dalam Rangka Pemenuhan Pembayaran

Tunjangan Hari Raya Melalui Pengadilan Hubungan Industrial.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini adalah merupakan bab terakhir dari penulisan

skripsi ini, dimana dalam Bab V ini berisikan kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Didalam sebuah program magang juga terdapat sebuah perjanjian antara peserta magang dan perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Hasil simulasi menunjukkan bahwa distribusi temperatur dan kelembaban relatif di dalam ruangan dengan konsentrasi liquid desiccant 30% mengalami penurunan

Dengan teknologi single board computer yang didukung oleh Gambas, sistem antrian elektronik dapat membantu melayani pasien di puskesmas Baleendah sehingga penanganan pasien

Berdasarkan hasil analisis regresi linier ber- ganda, maka kesimpulan yang diperoleh adalah 1) Kinerja keuangan yang diukur dengan ROA mampu meningkatkan nilai

Temuan ini menunjukkan bahwa pengalaman yang ditawarkan kepada responden berkaitan dengan terciptanya komunikasi langsung dan pelayanan yang baik dari Taman Rekreasi

Transporte para o viveiro: assim que retiradas do solo, as mudas devem ser acondicionadas em recipientes com água ou com grande umidade, como sacos plás-

[r]

Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan tingkat kualitas barang dan jasa yang dihasilkan dengan standar kualitas yang telah ditetapkan, kemudian setelah itu