• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Kepuasan Komunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Kepuasan Komunikasi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya, bila manusia berada dalam keadaan sendiri atau hidup

sendiri, yang akan terjadi adalah perasaan tidak berarti yang membuat hidup

terasa sulit, terutama untuk dapat bertahan hidup dalam atmosfer dunia yang

penuh dengan saling keterkaitan. Oleh karena itu, komunikasi menjadi satu hal

yang sangat penting bagi manusia dalam melakukan aktivitas interaksi dan

kerjasama yang dinamis dengan suatu kelompok atau masyarakat. Melalui

komunikasi antara yang satu dengan yang lain, manusia dapat memenuhi

kebutuhan biologinya seperti makan dan minum, serta memenuhi kebutuhan

psikologi seperti kesuksesan dan kebahagiaan.

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Menurut Shannon dan

Weaver (1949), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling

mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada

bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan

teknologi. (Dalam Wiryanto, 2004 : 7). Dengan berkomunikasi, manusia dapat

saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari–hari di rumah

tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia

berada. Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam berkomunikasi.

Hubungan yang berlangsung antara manusia yang satu dengan yang lain

terjalin melalui proses komunikasi. Komunikasi jenis ini sering dikenal dengan

istilah komunikasi antarpribadi. Menurut Dean C. Barnlund (1968) komunikasi

antarpribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, atau tiga

orang atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak

berstruktur. (Dalam Liliweri, 1991 : 12). Kehidupan manusia ditandai dengan

pergaulan di antara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah,

tempat kerja, organisasi sosial dan sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja

pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari

(2)

Dalam kehidupan manusia, sering ditemukan adanya kumpulan

individu-individu yang menghabiskan seperempat atau sepertiga dari waktu kerja mereka

sehari-hari untuk berkomunikasi. Komunikasi berkelompok ini dilakukan untuk

berhubungan satu sama lain, bertukar informasi, dan membina hubungan diantara

angota-anggota kelompok tersebut. Kelompok tersebut mempunyai alasan yang

sama untuk berinteraksi. Menurut Michael Burgoon (1978), komunikasi

kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan

tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan

masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi

anggota-anggota yang lain secara tepat. (Dalam Wiryanto, 2004 : 46).

Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada komunikasi antarpribadi,

komunikasi kelompok tetapi juga dalam tatanan komunikasi organisasi.

Komunikasi juga merupakan proses yang tidak dapat dihindari oleh setiap anggota

organisasi. Komunikasi penting bagi suatu organisasi karena komunikasi

merupakan alat utama bagi anggota organisasi untuk dapat bekerja sama dalam

melakukan aktivitas manajemen, yaitu untuk mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan atau organisasi dikenal

sebagai komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi membahas tentang

struktur, hubungan antar manusia, budaya organisasi dan fungsi organisasi

melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Dalam setiap aktivitasnya, setiap

anggota organisasi membangun sebuah relasi untuk menyampaikan informasi

khususnya mengenai pekerjaan masing-masing. Organisasi juga dipandang

sebagai suatu sistem proses informasi, dimana didalamnya setiap individu

memerlukan lebih banyak berinteraksi dengan individu lain agar tingkat

pemahaman yang diterima dalam berinteraksi memungkinkan setiap individu

melaksanakan dengan baik pekerjaannya.

Berbicara tentang komunikasi, peran penting komunikasi sangat diperlukan

pada sebuah organisasi. Dengan adanya komunikasi, sebuah organisasi dapat

berjalan dengan baik sesuai aturan-aturan yang berlaku dalam sebuah organisasi

(3)

anggota-anggota yang ada dalam naungan sebuah organisasi tersebut agar terus

bertahan dan memperkokoh organisasinya. Keberhasilan, keutuhan serta jalinan

erat antara sesama anggota organisasi didukung penuh oleh sebuah komunikasi,

artinya komunikasi sangat berperan penting dalam kemajuan organisasi itu

sendiri.

Sebuah organisasi akan berantakan karena ketiadaan komunikasi. Kalau

berbicara tentang komunikasi organisasi maka yang terbayang adalah peranan dan

status dari setiap orang dalam organisasi, karena peranan dan status itu juga

menentukan cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain. Dalam organisasi,

peranan dan status dari setiap orang dalam organisasi dilihat melalui pembagian

kerja berdasarkan bakat dan kemampuan masing-masing orang dalam organisasi

tersebut. Secara umum, komunikasi memiliki fungsi dalam kehidupan manusia,

antara lain menginformasikan, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Dalam

organisasi, komunikasi juga memiliki fungsi yang dapat membantu organisasi

dalam mencapai tujuannya. Selain itu menurut Scott dan T.R. Michell (1976)

dalam jurnal Jani Lay Yantara “Analisis Faktor Kepuasan Komunikasi

Organisasi di Apartemen MetropolisnSurabaya” komunikasi mempunyai empat fungsi dalam organisasi, yakni : 1) kendali (kontrol/pengawasan), 2) motivasi, 3)

pengungkapan emosional, dan 4) informasi. Keberlangsungan hidup suatu

organisasi tidak dapat terlepas dari iklim dalam komunikasi, yang

menggambarkan adanya suasana yang ada dalam organisasi. Dalam

menggambarkan suasana dalam organisasi dapat dilihat dari iklim organisasi dan

iklim komunikasi yang ada dalam organisasi. Tiaguri (1968) menyatakan iklim

organisasi adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan internal organisasi

yang dialami oleh anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta

dapat diuraikan dengan istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari

lingkungan. (Dalam Muhammad, 2009 : 82). Pada dasarnya manusia atau

seseorang yang berada dalam kehidupan organisasi berusaha untuk menentukan

dan membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak,

agar dalam menjalankan aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan

perilaku dari masing-masing individu. Sesuatu yang dimaksud tidak lain adalah

(4)

sebagainya. Robbins (1998 : 248) mendefenisikan budaya organisasi

(organizational culture) sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh

anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang

lain. Kebudayaan dapat dianggap sebagai sebuah faktor yang berpengaruh

terhadap perilaku karyawan, perilaku hubungan antarpersonal, perilaku hubungan

antarkelompok yang dapat mempengaruhi organisasi secara keseluruhan.

Komunikasi organisasi adalah komunikasi antar manusia (human

communication) yang terjadi dalam konteks organisasi dimana terjadi

jaringan-jaringan pesan satu sama lain yang saling bergantung satu sama lain. (Bungin,

2006 : 272). Berdasarkan pengertian komunikasi organisasi tersebut, dapat

diketahui bahwa komunikasi memiliki peranan penting dalam sebuah organisasi.

Komunikasi dapat memelihara keutuhan organisasi, mengembangkan organisasi,

serta memberikan aturan-aturan yang harus ditaati dalam sebuah organisasi.

Adapun tujuan utama dari komunikasi organisasi yaitu : 1) sebagai tindakan koordinasi, komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengkoordinasikan sebagian atau seluruh tugas dan fungsi organisasi yang telah dibagi-bagi dalam bagian atau sub bagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi di bawah pimpinan seorang pemimpin atau manajer serta para bawahan mereka. 2) Membagi informasi (information sharing), salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi. 3) Komunikasi bertujuan untuk menampilkan perasaan dan emosi, manusia dalam organisasi mempunyai keinginan bahkan kebutuhan untuk menyatakan kegembiraan atas pekerjaan dan prestasi yang mereka telah lakukan, mungkin mereka ingin mengatakan perasaan marah karena mereka telah gagal bertugas sebagai seorang pemimpin, mereka juga dapat mengungkapkan kekhawatiran dan kecemasan yang akan dihadapi baik oleh diri sendiri, kelompok dan unit kerja bahkan oleh organisasi. (Dalam Liliweri, 2004 : 64-65).

Munculnya era pasar bebas, tentunya membawa dampak perubahan

terhadap dunia bisnis. Dampaknya dapat dilihat pada organisasi-organisasi yang

mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara pesat baik yang bersifat sosial

maupun formal. Pada dasarnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu

organisasi bukanlah perkara yang mudah. Organisasi tersebut haruslah memiliki

sumber daya manusia yang berkualitas. Selain sistem yang mengatur, sarana dan

prasarana yang mendukung kelangsungan hidup suatu organisasi untuk mencapai

(5)

Dalam organisasi, komunikasi yang terjadi tidak akan terlepas oleh

jaringan-jaringan komunikasi dimana jaringan komunikasi adalah saluran-saluran

yang merupakan tempat informasi mengalir baik jaringan komunikasi formal

maupun jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal biasanya

berkaitan dengan tugas, proses komunikasi mengikuti rantai wewenang atau

disebut jaringan komunikasi vertikal. Sedangkan jaringan komunikasi informal

biasanya meliputi bisikan atau bebas untuk bergerak kesegala arah, melewati

tingkat-tingkat wewenang dan kemungkinan memenuhi kebutuhan sosial anggota

organisasi karena lebih mempermudah dalam penyelesaian suatu tugas.

Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki posisi

atau peranan tertentu. Di antara orang-orang ini saling terjadi pertukaran pesan.

Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi.

(Muhammad, 2009 : 102). Pengemasan pesan yang efektif dalam cakupan arus

komunikasi yang disampaikan dengan jaringan komunikasi yang diterapkan,

maka komunikasi di dalam organisasi tersebut pun dapat dilakukan secara

menyeluruh. Secara umum, jaringan komunikasi ini dapat dibedakan atas dua

bagian yaitu jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal.

Menurut Thoha, jaringan komunikasi formal merupakan proses komunikasi yang

mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur

organisasi. (Dalam Masmuh, 2010 : 48).

Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu :

1) Downward communication (komunikasi ke bawah), yakni arus pesan yang mengalir dari para atasan atau pimpinan kepada bawahannya. Komunikasi ke bawah ini dapat diberikan secara lisan, tertulis, dengan gambar atau simbol-simbol, dalam bentuk surat edaran, pengumuman atau buku-buku pedoman karyawan/anggota.

(6)

3) horizontal communication (komunikasi sederajat), yakni pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Komunikasi secara horizontal ini dapat dilakukan dengan cara rapat-rapat komite, interaksi informal, memo dan nota, dan lain-lain. (Muhammad, 2009 : 108).

Komunikasi kebawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi

mengalir dari atasan kepada bawahan. Adapun contoh komunikasi ke bawah

(downward communication) ialah penyampaian instruksi, pengarahan,

pengontrolan kepada anak buah. Menurut Katz & Kahn 1966 ada lima jenis

informasi yang bisa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan; (1) informasi

bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk

melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik

organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) informasi untuk

mengembangkan rasa memiliki tugas. (Dalam Pace, 2005 : 185).

Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi

mengalir dari bawahan kepada atasan. Contoh dari komunikasi ke atas (upward

communication) ialah penyampaian usulan, ide, keluhan, pengaduan dan laporan.

Jackson (1959) menyatakan bahwa, secara keseluruhan, kekuatan yang

mengarahkan komunikasi dalam sebuah organisasi adalah motivasi. Pegawai

cenderung berkomunikasi untuk mencapai beberapa tujuan, untuk memuaskan

kebutuhan pribadinya, atau untuk mencoba memperbaiki lingkungan barunya. Ia

mengemukakan bahwa setiap program komunikasi organisasi harus didasarkan

pada iklim kepercayaan. Bila ada kepercayaan, pegawai mungkin lebih berani

mengemukakan gagasan dan perasaannya lebih bebas, dan penyelia dapat

menafsirkan apa yang dimaksud oleh pegawai dengan lebih cermat. (Dalam Pace,

2005 : 192).

Komunikasi horizontal dalam sebuah organisasi ialah informasi yang

mengalir diantara rekan-rekan sederajat dalam unit kerja yang sama. Contoh dari

komunikasi sederajat (horizontal communication) ialah diskusi antar staff, dan

diskusi antar manajer. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat

komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo, dan

(7)

Hambatan-hambatan pada komunikasi horizontal banyak persamaannya dengan Hambatan-hambatan

yang mempengaruhi komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah. Ketiadaan

kepercayaan di antara rekan-rekan kerja, perhatian yang tinggi pada mobilitas ke

atas, dan persaingan dalam sumber daya dapat mengganggu komunikasi pegawai

yang sama tingkatnya dalam organisasi dengan sesamanya. (Pace, 2005 : 197).

Apabila dalam jaringan komunikasi formal berlangsung dengan baik

diantara pihak-pihak yang berkepentingan, maka akan berpengaruh besar dalam

menjembatani terciptanya peningkatan produktivitas kerja karyawan di dalam

organisasi tersebut. Akan tetapi, sering kali di dalam komunikasi formal, baik

secara downward communication, upward communication, dan horizontal sering

menyebabkan ketidakpuasan anggota terhadap informasi yang diperlukan. Dan

hal ini akan menyebabkan komunikasi dua arah (two way communication)

menjadi terhambat dan dirasakan tidak harmonis.

Sedangkan jaringan komunikasi informal terbentuk tanpa memperhatikan

struktur organisasi atas-bawah, bawah-atas, dan horizontal. (Liliweri, 2004 : 87).

Komunikasi informal biasanya komunikasi antara orang yang ada dalam suatu

organisasi, akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur

organisasi. Informasi dalam komunikasi informal biasanya timbul melalui rantai

kerumunan dimana seseorang menerima informasi dan diteruskan kepada

seseorang atau lebih dan seterusnya sehingga informasi tersebut tersebar ke

berbagai kalangan. Dampaknya ialah kebenaran informasi tersebut menjadi tidak

jelas atau kabur. Namun komunikasi informal mampu memenuhi kebutuhan

sosial, mempengaruhi orang lain, dan mengatasi kelambatan komunikasi formal

yang cenderung lebih kaku dan harus melalui berbagai jalur terlebih dahulu.

(8)

yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh yang berkuasa (Muhammad, 2009 : 124).

Walaupun grapevine itu membawa informasi yang informal tetapi ada manfaatnya bagi organisasi. Grapevine memberikan balikan kepada pimpinan mengenai sentiment karyawan. Dengan adanya jaringan komunikasi informal, karyawan dapat menyalurkan ekspresi emosional dari pesan-pesan yang dapat mempercepat permusuhan dan rasa marah bila ditekan. Grapevine dapat membantu menerjemahkan pengarahan pimpinan ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh karyawan. Efek dari grapevine yang negative dapat dikontrol oleh pimpinan, dengan menjaga jaringan komunikasi formal yang bersifat terbuka, jujur, teliti dan sensitive terhadap komunikasi ke atas, ke bawah dan mendatar. Hubungan yang efektif antara atasan dan bawahan kelihatannya sangat krusial untuk mengontrol informasi informal. (Muhammad, 2009 : 126).

Adanya iklim dalam organisasi merupakan hal yang perlu diperhatikan

seorang pimpinan organisasi karena ikut mempengaruhi kepada tingkah laku

karyawan. Menurut Tagiuri (1968) yang mengatakan iklim organisasi adalah

kualitas yang relative abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh

anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan

dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan. (Dalam

Muhammad, 2009 : 82). Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena

merupakan persepsi seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan

dijadikan dasar bagi penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Litwin dan

Stingers (1968) memberikan dimensi iklim organisasi sebagai berikut: (1) Rasa

tanggung jawab. (2) Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan. (3) Ganjaran

atau reward. (4) Rasa persaudaraan. (5) Semangat tim.

Selain itu, iklim komunikasi merupakan salah satu hal yang memegang

peranan penting di dalam kehidupan suatu organisasi. Iklim komunikasi terdiri

dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur

tersebut terhadap komunikasi. Suatu iklim komunikasi berkembang dalam

konteks organisasi. Menurut Denis (1975) iklim komunikasi sebagai kualitas

pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang

mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan

dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. (Dalam Muhammad. 2009 : 86).

Iklim negatif akan tercipta apabila setiap anggota organisasi di dalam perusahaan

(9)

iklim yang positif akan terbentuk apabila anggota organisasi di dalam perusahaan

mampu berkomunikasi dan membina hubungan agar tercipta suatu tujuan bersama

dalam peningkatan perusahaan dan mengahsilkan suatu kepuasan.

Pada dasarnya kepuasan komunikasi merupakan sesuatu hal yang bersifat

individu, karena setiap individu dalam organisasi memiliki tingkat kepuasan

komunikasi yang berbeda-beda. Kepuasan dalam hal ini menunjukkan kepada

bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan

anggota organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara

disebarluaskannya, bagaimana diterima, diproses dan apa respon orang yang

menerima. Agar mendapatkan kepuasan komunikasi, dibuatlah struktur organisasi

dengan tujuan agar penyampaian pesan yang dilakukan baik dari atasan kepada

bawahan ataupun sebaliknya dapat disampaikan dan diterima secara menyeluruh.

Peran serta anggota dalam proses penyampaian berupa arus pesan tersebut sangat

diperlukan dalam sebuah jaringan komunikasi organisasi agar dapat tercapai

tujuan organisasi yaitu menjalin hubungan komunikasi dan mendapatkan

kepuasan komunikasi sesama anggota organisasi. “Yang dimaksud dengan istilah

kepuasan komunikasi organisasi menurut Redding (Pace, 2005) adalah semua

tingkatan kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi

secara keseluruhan”.

Kepuasan dalam pengertian ini menunjukkan kepada bagaimana baiknya

informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi

akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara disebarluaskannya,

bagaimana diterima, diproses dan apa respon orang yang menerima. Sebuah

organisasi berusaha untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai dalam

mencapai suatu keberhasilan dan memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk

itu organisasi tersebut harus memperhatikan jaringan komunikasi untuk

meningkatkan kepuasan komunikasi yang dapat memenuhi kepuasan komunikasi

setiap pegawai. Bermacam-macam hubungan komunikasi terdapat dalam

organisasi. Para pegawai berkomunikasi teratur dengan penyelia, bawahan,

(10)

menyatakan keseluruhan tingkat kepuasan yang dirasakan pegawai dalam

lingkungan total komunikasinya.

Analisis paling komprehensif mengenai kepuasan komunikasi organisasi dilakukan oleh Downs dan Hazen (1977) sebagai bagian dari usaha mereka untuk mengembangkan suatu instrumen untuk mengukur kepuasan komunikasi. Mereka mengidentifikasikan delapan dimensi kepuasan komunikasi yang stabil : (1) sejauh mana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para pegawai untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi; (2) sejauh mana para penyelia terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan ; (3) sejauh mana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu ; (4) sejauh mana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan tertulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup ; (5) sejauh mana terjadinya desas-desus dan komunikasi horizontal yang cermat dan mengalir bebas ; (6) sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai ; (7) sejauh mana para bawahan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan memperkirakan kebutuhan penyelia ; dan (8) sejauh mana pegawai merasa bahwa mereka mengetahui bagaimana mereka dinilai dan bagaimana kinerja mereka dihargai. (Dalam Pace , 2005 : 164).

Semua peristiwa komunikasi yang dilakukan secara terencana mempunyai

tujuan yakni memengaruhi khalayak dan penerima. Pengaruh atau efek ialah

perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima

sebelum dan sesudah menerima pesan (Stuart, 1998). Pengaruh adalah salah satu

elemen dalam komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui berhasil

tidaknya komunikasi yang kita inginkan. Pengaruh dapat dikatakan mengena jika

perubahan (P) yang terjadi pada penerima pesan dengan tujuan (T) yang

diinginkan oleh komunikator (P=T), atau seperti rumus yang dibuat oleh Jamias

(1989), yakni pengaruh (P) sangat ditentukan oleh sumber, pesan, media, dan

pengaruh (P=S/P/M/P). Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan

pengetahuan (knowledge, sikap (attitude) dan perilaku (behavior).

Pimpinan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam organisasi dapat

memberikan kontribusi dalam membangkitkan iklim komunikasi yang baik dalam

organisasinya. Dengan melakukan hal-hal yang merupakan tanggung jawab

pimpinan seperti di bawah ini berarti pimpinan secara tidak langsung ikut

membantu karyawan dalam mencapai kepuasan kerjanya: (1) Semua pimpinan

(11)

haruslah melatih karyawannya dan membantu mereka menjadi lebih efektif dalam

pekerjaannya. (3) Semua pimpinan haruslah meninjau kemajuan karyawannya

dalam bentuk hasil dan tujuan yang telah dicapainya dan tidak menghargai

aktivitas atau kegagalan mereka tetapi hasil nyata dari tujuan mereka. (4) Semua

pimpinan hendaklah memberikan bimbingan. Jika tidak kelompok

terombang-ambing, suasana kerja sama akan berkurang dan karyawan akan bekerja menurut

arahnya masing-masing. (5) Semua pimpinan hendaklah menggunakan metode

baru dalam kelompok dan bidang mereka untuk membuat anggota kelompok

terus-menerus menjadi lebih efektif. (6) Semua pimpinan hendaklah membuat

perencanaan untuk masa mendatang. Pimpinan harus memproyeksikan

kesempatan-kesempatan dan kesulitan-kesulitan dan merencanakan tindakan

pengembangan untuk menyelesaikan pokok persoalan yang penting. Pimpinan

berhasil hanya bila orang-orang dalam kelompoknya berhasil. (7) Semua

pimpinan harus mengembangkan kemampuan orang-orangnya. (8) Bila

menghargai prestasi karyawan pimpinan hendaklah menggunakan standar sosial

dan finansial yang mereka tetapkan untuk karyawan. (Muhammad, 2009 :91).

Ketidakpuasan komunikasi yang terjadi dapat menimbulkan dampak yang

kurang baik. Padahal dalam mencapai tujuan sebuah organisasi yang sudah

direncanakan sangat ditentukan oleh kepuasan komunikasi diantara pegawainya.

Dalam situasi yang demikian, biasanya akan timbul komunikasi informal yaitu

komunikasi yang terjadi diantara para anggota organisasi atas dasar kehendak

pribadi, tanpa memperhatikan posisi/kedudukan mereka dalam organisasi.

Walaupun informasinya bersifat informal, namun informasi ini bermanfaat bagi

organisasi. Bagi pimpinan dapat menjadi masukan tentang perasaan karyawan,

sedangkan bagi sesama karyawan komunikasi informal ini bisa menjadi saluran

emosi mereka. Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada jaringan

komunikasi formal. Dikarenakan jaringan komunikasi formal lebih dapat

dikendalikan oleh manajemen dan jaringan kerjanya relatif lebih dapat

(12)

Perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini adalah PT PLN (Persero)

Udiklat Tuntungan yang merupakan salah satu unit PLN Corporate University

yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk meningkatkan kompetensi sumber

daya manusia (SDM) dan kinerja Unit Operasional di lingkungan PT PLN

(Persero) Sumatera Utara dan Aceh melalui penyelenggaraan pembelajaran serta

Assessmen. Corporate University salah satu alat strategi perusahaan yang

berfungsi mengintegrasikan semua sumber daya pembelajaran, proses dan

orang-orang di perusahaan yang memungkinkan terwujudnya kinerja terbaik dengan

terus-menerus meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku orang dalam

lingkungan ekosistem bisnis.

Hingga saat ini PT. PLN (Persero)Udiklat Tuntungan memiliki Kantor

Induk di Jakarta dan memiliki 10 Akademi, 3 Unit Learning Center serta 1 Unit

Assesment Center dan 1 unit Sertifikasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, unit tersebut adalah : Udiklat Bogor (Project Academy), Udiklat

Jakarta (Leadership Academy & Corporate Culture Academy), Udiklat Semarang

(Transmission & Live Maintenance Academy), Udiklat Pandaan (Distribution &

Commerce Academy), Udiklat Makassar (Renewable Energy Academy), Udiklat Surabaya (Primary Energi & Generation Academy), Udiklat Palembang

(Corporate Enabler Academy), Udiklat Tuntungan, Udiklat Padang, Udiklat

Banjarbaru sebagai Unit Learning Center

Berdasarkan operasionalnya PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan dibagi

dalam beberapa bidang yang dikepalai oleh masing-masing kepala bagian yaitu

Bidang Pembelajaran, Bidang Pelaksanaan, Bidang Mutu, Bidang Laboratorium,

Bidang Keuangan, dan Bidang Pelayanan Peserta Pembelajaran. Bidang-bidang

yang ada tersebut saling berhubungan satu sama lain. Setiap bagiannya memiliki

tugas dan fungsi masing-masing yang tentunya antara bagian yang satu dengan

bagian yang lainnya dihubungkan oleh sebuah jaringan komunikasi formal.

Adapun bentuk kegiatan komunikasi formal yang terjadi di PT PLN (Persero)

Udiklat Tuntungan adalah pertama bentuk kegiatan komunikasi ke bawah yang

dilakukan oleh pimpinan melalui kegiatan rapat, seminar, briefing lewat lisan,

(13)

adalah bentuk kegiatan komunikasi ke atas yang dilakukan oleh karyawan kepada

atasan adalah pemberian laporan, pemberian ide, saran, keluhan yang menyangkut

masalah pekerjaan dan sesame rekan sekerja, apakah itu menyangkut

kebijaksanaan perusahaan, dan masalah-masalah sejenis yang melibatkan mereka.

Ketiga adalah bentuk kegiatan komunikasi horizontal biasanya dilakukan melalui

aktivitas komunikasi di tempat kerja maupun di luar jam kerja, dan percakapan

telepon.

PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan sebagai sebuah wadah untuk

membangun, meningkatkan, mengembangkan, serta memelihara kemampuan dan

keterampilan pegawai di lingkungan PT PLN (Persero). PT PLN (Persero) Udiklat

Tuntungan memiliki tugas yang beragam yaitu tugas merencanakan, mengatur,

memberikan pendidikan dan pelatihan di bidang teknik dan non teknik. Adapun

program pembelajaran di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan ialah Program

Pembelajaran Calon Pegawai Baru, Program Pembelajaran Kepemimpinan,

Program Pembelajaran Profesi dan Sertifikasi, Program Pembelajaran Penunjang,

Program Pembelajaran Inisiatif Stratejik Korporat, dan Program Pembekalan

Masa Purna Bakti.

Dari banyaknya tugas dan besarnya tanggung jawab setiap anggota PT

PLN (Persero) Udiklat Tuntungan, tentu permasalahan mengenai jaringan

komunikasi formal cenderung terjadi ketika berkomunikasi dari atas ke bawah,

dari bawah ke atas, atau sederajat. Jaringan komunikasi setiap individu tentu

berbeda dengan individu lainnya. Jaringan komunikasi yang terjalin tentu

menimbulkan permasalahan di dalam organisasi. Hal inilah yang menjadi alasan

peneliti dalam memilih lokasi penelitian di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.

Menurut pengamatan penulis, PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan

memiliki komunikasi organisasi yang cukup kondusif bagi kehidupan organisasi

yang sehat. Suasana yang mementingkan komunikasi terbuka, dengan

kepercayaan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan antara atasan dan

bawahan atau sederajat memperlancar arus komunikasi terutama berkenaan

(14)

penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan, bawahan kepada atasan, dan

sederajat tidak selalu berjalan dengan lancar. Contohnya, pertama ketika atasan

memberikan instruksi tugas kepada bawahan untuk dilaksanakan tetapi bawahan

tidak melaksanakan sesuai dengan yang diinginkan oleh atasan. Kedua ketika

bawahan menyembunyikan perasaan dan pikirannya serta menganggap bahwa

atasan tidak tertarik kepada permasalahannya. Ketiga ketika teman sekerja tidak

saling berbagi informasi serta tidak ada niat untuk menyelesaikan konflik diantara

anggota lainnya.

Pada kenyataannya untuk mendapatkan segala informasi dari berbagai

pihak tentu tidak selalu memenuhi kepuasan komunikasi setiap individu.

Ketidakpuasan komunikasi dapat terjadi melalui instruksi tugas, informasi yang

berlebihan, kecenderungan karyawan dalam menyembunyikan perasaan dan

pikirannya, berpikiran negatif terhadap sesama, kurangnya reward atau

penghargaan, serta adanya pembicaraan yang tidak relevan dengan tugas-tugas.

Berdasarkan dari pengamatan keadaan lingkungan di PT PLN (Persero)

Udiklat Tuntungan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana

pengaruh jaringan komunikasi formal yang ada di PT PLN (Persero) Udiklat

Tuntungan terhadap kepuasan komunikasi yang diterima pegawai.

1.2 Pembatasan Masalah

Untuk mengurangi ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga

menghasilkan uraian yang sistematis, maka penulis membatasi masalah yang akan

diteliti. Pembatasan masalah ditujukan agar lingkup penelitian dapat lebih jelas,

terarah, sehingga tidak mengaburkan penelitian.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini fokus untuk meneliti jaringan komunikasi formal yaitu dari

atas ke bawah, bawah ke atas, dan komunikasi horizontal.

b. Objek penelitian ini adalah publik internal perusahaan yaitu pegawai PT

(15)

c. Waktu penelitian Maret-April 2017.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah

“Bagaimana Pengaruh Jaringan Komunikasi Formal terhadap Kepuasan

Komunikasi Pegawai di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan”.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui proses komunikasi dari atas ke bawah di lingkungan PT

PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.

b. Untuk mengetahui proses komunikasi dari bawah ke atas di lingkungan PT

PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.

c. Untuk mengetahui proses komunikasi horizontal di lingkungan PT PLN

(Persero) Udiklat Tuntungan.

d. Untuk mengetahui kepuasan komunikasi di lingkungan pegawai di PT

PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.

e. Untuk melihat bagaimana pengaruh jaringan komunikasi formal dengan

kepuasan komunikasi yang dirasakan pegawai di PT PLN (Persero)

Udiklat Tuntungan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas atau

menambah khasanah penelitian di departemen Ilmu Komunikasi serta

dapat memberikan kontribusi agar penelitian ini agar dapat menjadi

referensi dan sumbangan pemikiran bagi pembacanya.

b. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas

(16)

c. Secara Praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan kepada siapa saja yang berkenan membaca penelitian ini

Referensi

Dokumen terkait

OJK tengah menyiapkan sejumlah kebijakan pemanfaatan dana repatriasi terkait dengan penerapan kebijakan tax amnesty dalam bentuk instrument investasi seperti:

Adapun proses yang dimaksudkan oleh Parsons yang dapat dilakukan oleh para ahli hukum Islam adalah : pertama melihat fakta atau permasalahan aktual di masyarakat, yang

Hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan tingkat pengetahuan responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) setelah pemberian penyuluhan IMD dan hasil uji

Persoalan yang terjadi pada kebijakan relokasi Pasar Unit II Kabupaten Tulang Bawang yang merupakan analisis implementasi kebijakan ini mencakup usaha-usaha

a. Kuadran ini menunjukkan faktor yang memengaruhi kepuasan pengguna dan kepentingan penerapan SAKTI yang perlu diprioritaskan untuk ditingkatkan kinerjanya. Komponen

Jasa pemesanan

Dari proses respirasi inilah dapat dihasilkan energi. Jadi, mitokondria berfungsi untuk tempat respirasi sel atau sebagai pembangkit energi.Mitokondria mempunyai enzim

Penelitian Mandasari, penelitian telah dilakukan pada keempat bank BUMN dan hasilnya aspek tata kelola keempat bank dikatakan dalam kondisi yang baik, ditinjaudari