21
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan design study potong lintang (crossectional study).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. GGS Medan dan dilakukan dalam waktu 1 bulan sejak proposal ini disetujui. Peneliti memilih tempat ini karena PT. GGS Medan merupakan perusahan yang bergerak di bidang peleburan besi. Dan peneliti juga menjadwalkan pengambilan sampel dalam kurun 2 minggu dikarenakan dalam pengambilan sampel tidak bisa melibatkan seluruh karyawan secara bersamaan, dikarenakan dapat mengganggu rotasi kerja para karyawan (sampel).
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja pabrik yang bekerja
pada proses peleburan besi berjumlah 322 orang (sumber : data karyawan PT. GGS Medan).
3.3.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel
Sampel penelitian adalah pekerja pabrik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dimana bagian dari inklusi didasarkan pada teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi transportasi mukosiliar hidung, Dengan demikian besarnya jumlah sampel sebanyak yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
Kriteria inklusi:
22
2. Pekerja pada pabrik PT. GGS Medan yang akan dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan lokasi bekerja.
- Kategori 1 : Paparan dekat (di tempat peleburan)
- Kategori 2 : Paparan jauh (kantor administrasi, sekuriti, dan gudang).
3. Usia kerja 18 - 58 tahun (UU No. 13 tahun 2003)
4. Tidak merokok
5. Tidak sedang mengalami penyakit infeksi saluran pernafasan atas
(common cold, rhinosinusitis) saat di lakukan anamnesa dan bawah (Penyakit Paru Obstruktif Kronik).
6. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tidak dijumpai kelainan anatomis hidung yang mengganggu fungsi hidung.
7. Tidak Memiliki riwayat menderita penyakit rhinitis alergi. 8. Tidak Memiliki riwayat pemakaian obat beta 2 agonist.
9. Tidak memiliki kelainan kongenital (sindroma kartagener dan fibrosis kistik)
Kriteria eksklusi :
1. Tidak bersedia ikut dalam penelitian
Untuk mengetahui jumlah atau besar sampel minimal pada penelitian ini dilakukan perhitungan menggunakan rumus proporsi sebagai berikut:
23
P0 = Perkiraan proporsi di populasi (subjek yang mengalami gangguan transportasi mukosiliar pada kelompok yang terpapar faktor risiko), sebesar 13,6%
Pa = Perkiraan proporsi yang diteliti (subjek yang mengalami gangguan transportasi mukosiliar pada kelompok yang tidak terpapar faktor risiko), sebesar 31,8%
Pa-P0 = Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi
Berdasarkan rumus sampling proporsi di atas diperoleh besar sampel minimal sebanyak 34,2 digenapkan menjadi 34 orang. Dengan syarat inklusi dan eksklusi diperoleh sampel sebanyak 97 orang pada saat penelitian, dengan demikian sampel tersebut layak karena lebih besar dari sampel minimal.
3.4. Variabel Penelitian
Variabel independen : usia, jenis kelamin, lama bekerja, tempat kerja. Variabel dependen : waktu transportasi mukosiliar.
3.5. Definisi Operasional
1. Waktu transportasi mukosiliar adalah waktu yang dibutuhkan oleh silia
untuk bergerak dari cavum nasi ke arah faring untuk membuang partikel-partikel yang terperangkap pada palut lendir diatasnya
24
2. Usia kerja seseorang yang dianggap sebagai tenaga kerja menurut UU ketenagakerjaan No 13 tahun 2003 sampai usia pensiun adalah 18-58 tahun.
3. Jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan.
4. Lama kerja adalah lamanya waktu yang digunakan untuk bekerja terhitung dari mulainya karyawan bekerja di bagian proses sampai
pada penelitian ini dilakukan yang dinyatakan dalam satuan tahun, pada penelitian ini dikategorikan berdasarkan rerata masa kerja
seluruh sampel terpilih dalam satuan tahun.
5. Tempat kerja menurut UU No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya
3.6. Bahan dan Alat Penelitian
1. Tablet sakarin 2. Stop watch 3. Pinset bayonet. 4. Spekulum hidung 5. Lampu kepala
3.7. Cara Penelitian dan Pengukuran
Cara penelitian dan pengukuran yang akan dilakukan pada sampel
adalah sebagai berikut :
1. Sampel diperiksa dalam posisi duduk dan diminta untuk meminum air
putih serta dikumur-kumur untuk menghilangkan rasa sisa makanan di mulut.
25
3. Sampel dianjurkan untuk tidak menghirup, makan atau minum, batuk dan bersin saat tablet sakarin sudah diletakkan.
4. Sebuah tablet sakarin dengan diameter sekitar 0,5 cm diletakkan 1 cm dibelakang batas anterior konka inferior.
5. Kemudian sampel diminta untuk menelan secara periodikdan stopwatch di hidupkan, sampel dianjurkan untuk menelan tiap ½ - 1
menit sampai penderita merasakan manis.
6. Waktu dinilai sejak tablet sakarin diletakkan dibelakang konka inferior
hingga sampel pertama sekali merasakan rasa manis. Waktu ini disebut waktu transportasi mukosilliar (Deborah dan Prathibha, 2014 ; Balengger JJ, 2009).
3.8. Kerangka Kerja
Gambar 3.1. Kerangka Kerja Pekerja Pabrik
Anamnesa, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan hidung
Test Sakarin
Pengumpulan Data
Analisa Data
26
3.9. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari pengukuran langsung waktu transportasi mukosiliar hidung pada pekerja PT. GGS Medan. Data primer meliputi : umur,jenis kelamin, masa kerja yang ditanyakan kepada pekerja yang terpilih sebagai sampel, serta waktu transportasi mukosiliar yang dilakukan melalui tes sakarin yang dilakukan
pada saat waktu istirahat atau pertukaran shift.
Proses pengumpulan data melalui wawancara serta pelaksanaan tes
sakarin dilakukan oleh peneliti dibantu oleh petugas medis (perawat) yang telah diberikan pengarahan/penjelasan tentang prosedur penelitian.
3.10. Analisa Data Statistik
Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik untuk mengetahui waktu transportasi sistem transportasi mukosiliar hidung pada pekerja PT. GGS Medan. Data yang diperoleh akan diolah dengan program komputer.
3.11. Jadwal Penelitian
No JenisKegiatan
Waktu November
2016
Desember 2016
Januari 2017
Juni 2017 1. Persiapan proposal
2. Presentasi proposal 3. Pengumpulan data 4. Pengolahan data dan
27
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Proses Penelitian
Perusahaan PT. GGS berlokasi di Jalan Medan Belawan Km 9,5 Kota Medan. Perusahaan ini termasuk dalam kelompok Industri penggilingan baja (steel rolling) dengan komoditas yang dihasilkan adalah besi beton.
Pada saat penelitian, jumlah karyawan di PT. GGS berjumlah 322
orang yang bekerja pada tempat peleburan, gudang, bagian administrasi serta bagian pengamanan (satpam). Jumlah pekerja yang menjadi sampel setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 97 orang. Sedangkan 225 orang tidak memenuhi kriteria, seperti pada tabel berikut.
Persentase karyawan yang memenuhi syarat sebagai sampel sekitar 30,1% (97 orang), sedangkan 69,9% (225 orang) karyawan lainnya sedang mengalami infeksi saluran nafas atas seperti batuk, pilek dan demam, kemudian pernah atau sedang mengalami penyakit infeksi pada sinus yang ditandai dengan gejala hidung tersumbat, pilek atau lendir mengalir ditenggorokan, dan atau rasa nyeri di wajah atau rasa tertekan di wajah. Sebagian besar karyawan yang laki-laki tidak memenuhi persyaratan menjadi sampel karena memiliki riwayat merokok yang aktif. Beberapa karyawan lainnya yang sebenarnya memenuhi syarat menjadi sampel, tetapi tidak bersedia dilakukan wawancara dan pemeriksaan mukosiliar hidung, sehingga tidak ikut menjadi sampel penelitian.
28
4.2 Identitas sampel
Identitas pekerja pabrik sebagai rsampel meliputi usia, jenis kelamin, lama kerja dan tempat kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Deskriptif Usia Sampel
Usia paling tinggi (maksimum) adalah 45 tahun, rata-rata keseluruhan usia sampel adalah 30,63 tahun dengan standar deviasi sebesar 5,946, artinya sebaran data dalam sampel dan kedekatan titik data individu ke rata-rata usia sampel sebesar 5,946.
Berdasarkan uraian deskriptif tentang usia sampel diatas, maka pengelompokan usia dibuat berdasarkan nilai rata-rata umur yaitu 30,63
tahun (31 tahun).
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Pekerja Berdasarkan Kelompok Usia
29
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (orang) %
Perempuan 26 26,8
Laki - laki 71 73,2
Total 97 100,0
Sampel yang berjenis kelamin laki-laki jauh lebih banyak dibandingkan sampel dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak
71 orang (73,2%) pada laki-laki sedangkan pada perempuan hanya 26 orang (26,8%).
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Pekerja Berdasarkan Lama Bekerja
Lama bekerja Jumlah (orang) %
1 - 10 tahun 84 86,6
11 – 20 tahun 13 13,4
Total 97 100,0
Lama kerja sampel dikelompokkan berdasarkan lama kerja tertinggi dan terendah, dimana sampel yang lama kerjanya 1-10 tahun sebanyak 84 orang (86,60%), sedangkan yang lama kerjanya 11-20 tahun sebanyak 13 orang (13,4%).
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Pekerja Berdasarkan Tempat Kerja (Lokasi Paparan)
No Lokasi Paparan Jumlah (Orang) %
1 Paparan Dekat 22 22.7
2 Paparan Jauh 75 77.3
Jumlah 97 100,0
30
peleburan yang dikategorikan pada paparan dekat sebanyak 22 orang (22,7%).
Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Pekerja Berdasarkan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung
No Waktu Transportasi Mukosiliar
Hidung Jumlah (Orang) %
1 ≤ 17 menit 48 49.5
2 >17 menit 49 50.5
Jumlah 97 100,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sampel yang waktu transportasi nya ≤ 17 menit maupun yang > 17 menit hampir sama yaitu masing-masing 48 orang (49,5%) dan 49 orang (50,5%). Sebagaimana proses pengukuran waktu transportasi mukosiliar yang telah disusun pada rencana penelitian, dilakukan dengan prosedur baku serta diperoleh hasil waktu transportasi mukosiliar hidung paling rendah adalah 13 menit dan yang tertinggi 27 menit dengan titik pengukuran adalah saat sampel pertama sekali merasakan rasa manis sebagai waktu transportasi mukosilliar hidung.
Tabel 4.7 Deskriptif Waktu Transportasi Mukosiliar Sampel
Waktu 97 sampel diketahui waktu transportasi mukosiliar paling rendah
31
3,931, artinya sebaran data dalam sampel dan kedekatan titik data individu ke rata-rata waktu transportasi mukosiliar sampel sebesar 3,931.
4.3 Hasil Analisis Statistik
Analisis statistik untuk menjelaskan hubungan antara usia, jenis kelamin, lama kerja dan tempat kerja dengan waktu transportasi mukosiliar hidung dilakukan dengan uji chi square yang ditampilkan dalam tabel silang (cross-tab), dengan hasil seperti pada tabel dan uraian berikut
berikut.
4.3.1 Hubungan usia dengan waktu transportasi mukosiliar hidung.
Hasil analisis statistik untuk menjelaskan hubungan antara usia karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung dapat dilihat dan dijelaskan berdasarkan tabel silang seperti berikut ini :
Tabel 4.8 Hubungan Usia dengan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung
Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Nilai p Usia > 17 menit ≤ 17 menit Total
n % n % n %
≤ 31 tahun 21 37,5 35 62,5 56 100,0
0,004 > 31 tahun 28 68,3 13 31,7 41 100,0
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa pekerja pabrik di PT. GGS Medan yang usianya ≤ 31 tahun lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar hidung ≤ 17 menit, sedangkan karyawan yang berusia > 31 tahun lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar hidung > 17 menit. Berdasarkan tabulasi silang tersebut dapat dijelaskan bahwa
32
Hasil uji Fisher's Exact test diperoleh nilai p = 0,004 < 0,05, hal tersebut menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara usia karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung karyawan di PT GGS Medan.
Nilai risk estimate pada 95% Confidence Interval untuk usia adalah sebesar 0,549 kali lebih besar mengalami gangguan mukosiliar pada usia
> 31 tahun dibandingkan usia ≤ 31 tahun yang ditandai dengan perlambatan waktu transportasi mukosiliar dengan batas bawah (lower) =0,369 dan batas atas (upper) = 0,817.
4.3.2 Hubungan jenis kelamin dengan waktu transportasi mukosiliar hidung.
Hasil analisis statistik untuk menjelaskan hubungan antara jenis kelamin karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung dapat dilihat dan dijelaskan berdasarkan tabel silang seperti berikut ini :
Tabel 4.9 Hubungan Jenis Kelamin dengan Waktu Transportasi Mukosiliar hidung.
Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Nilai p Jenis
Kelamin > 17 menitn % n ≤ 17 menit% n Total %
Laki-laki 49 69,0 22 31,0 71 100,0
< 0,001 Perempuan 0 0,0 26 100,0 26 100,0
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa pekerja pabrik di PT GGS Medan yang perempuan seluruhnya memiliki waktu transportasi
mukosiliar hidung ≤ 17 menit, sedangkan karyawan yang laki-laki lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar hidung > 17 menit.
Berdasarkan tabulasi silang tersebut dapat dijelaskan bahwa karyawan yang laki-laki lebih lama waktu transportasi hidungnya dibandingkan
33
Hasil uji Fisher's Exact diperoleh nilai p < 0,001, nilai p < 0,05, hal tersebut menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung karyawan di PT GGS Medan.
Nilai risk estimate pada 95% Confidence Interval untuk faktor jenis kelamin adalah sebesar 3,227 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan
perempuan dalam perlambatan waktu transportasi mukosiliar dengan batas bawah (lower) =2,281 dan batas atas (upper) = 4,567.
4.3.3 Hubungan lama kerja dengan waktu transportasi mukosiliar hidung.
Hasil analisis statistik untuk menjelaskan hubungan antara lama kerja dengan waktu transportasi mukosiliar hidung dapat dilihat dan dijelaskan berdasarkan tabel silang seperti berikut ini :
Tabel 4.10 Hubungan Lama Kerja dengan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung.
Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Nilai p Lama Kerja > 17 menit ≤ 17 menit Total
n % n % n %
1-10 tahun 38 45,2 46 54,8 84 100,0
0,015 11-20 tahun 11 84,6 2 15,4 13 100,0
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa pekerja pabrik di PT GGS Medan yang lama kerjanya 1-10 tahun lebih banyak memiliki
waktu transportasi mukosiliar hidung ≤ 17 menit, sedangkan karyawan yang telah bekerja 11-20 tahun lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar hidung > 17 menit. Berdasarkan tabulasi silang tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin bertambah lama kerja karyawan maka semakin
lama waktu transportasi mukosiliar hidung.
Hasil uji Fisher's Exact test diperoleh nilai p = 0,015, nilai p < 0,05, hal
34
karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung karyawan di PT. GGS Medan.
Nilai risk estimate pada 95% Confidence Interval untuk usia adalah sebesar 0,535 kali lebih besar mengalami gangguan mukosiliar pada masa kerja 11-20 tahun dibandingkan masa kerja 1-10 tahun yang ditandai dengan perlambatan waktu transportasi mukosiliar dengan batas bawah (lower) =0,384 dan batas atas (upper) = 0,744.
4.3.4 Hubungan lokasi paparan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung.
Hasil analisis statistik untuk menjelaskan hubungan antara lokasi paparan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung dapat dilihat dan dijelaskan berdasarkan tabel silang seperti berikut ini
Tabel 4.11 Hubungan Lokasi Paparan dengan Waktu Transportasi Mukosiliar.
Waktu Transportasi Mukosiliar Nilai p Lokasi
Paparan > 17 menitn % n ≤ 17 menit% n Total %
Paparan Jauh 33 44,0 42 56,0 75 100,0
0,018 Paparan Dekat 16 72,7 6 27,3 22 100,0
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa pekerja pabrik di PT. GGS Medan yang bekerja pada lokasi dengan kategori paparan dekat
lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar > 17 menit, sedangkan karyawan yang bekerja pada lokasi dengan kategori paparan jauh lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar ≤ 17 menit. Berdasarkan tabulasi silang tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin
dekat lokasi kerja karyawan dengan paparan maka semakin lama waktu transportasi mukosiliar hidung.
Hasil uji Fisher's Exact test diperoleh nilai p = 0,028, nilai p < 0,05, hal
35
paparan dengan waktu transportasi mukosiliar karyawan di PT. GGS Medan.
Nilai risk estimate pada 95% Confidence Interval untuk usia adalah sebesar 1,653 kali lebih besar mengalami gangguan mukosiliar pada paparan dekat dibandingkan paparan jauh yang ditandai dengan perlambatan waktu transportasi mukosiliar dengan batas bawah (lower) = 1,151 dan batas atas (upper) = 2,373.
Secara keseluruhan faktor usia, jenis kelamin, lama kerja dan tempat
kerja berhubungan secara signifikan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung karyawan di PT. GGS Medan.
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Usia dengan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase sampel yang berusia antara ≤ 31 tahun merupakan persentase tertinggi yaitu sebanyak 57,7%, sedangkan karyawan yang berusia antara > 31 tahun sebesar 42,3%.
Berdasarkan data usia karyawan PT. GGS tersebut menunjukkan sebagian besar berada pada usia yang produktif, serta waktu transportasi mukosiliar hidung yang diperoleh dari pemeriksaan juga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan usia karyawan, dimana analisa statistik menggunakan uji Fisher's Exact dengan nilai p = 0,004.
Hasil penelitian ini mendukung teori yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi waktu transportasi mukosiliar adalah usia. Waktu transportasi mukosiliar hidung meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Transportasi mukosiliar hidung melambat dengan bertambahnya usia. Melambatnya transportasi mukosiliar hidung terlihat sangat signifikan pada usia diatas 60 tahun (Valia, 2007; Paul P, 2013). Pada periode usia dekade ke 6 dan 7 mukosa hidung akan berubah. Dengan bertambahnya usia, mukosa hidung menjadi atropi dan mulai
kehilangan kelenjar serosa submukosa dan sel goblet serta menurunnya
aliran mikrovaskular. Hal ini akan mengakibatkan melambatnya
transportasi mukosiliar hidung (Chan TV, 2014).
5.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung
37
Berdasarkan data jenis kelamin karyawan PT. GGS tersebut menunjukkan sebagian besar laki-laki, hal ini terkait dengan pekerjaan pada PT. GGS yang melakukan proses peleburan sehingga lebih sesuai dilakukan laki-laki. Hasil analisis menunjukkan waktu transportasi mukosiliar hidung yang diperoleh dari pemeriksaan juga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan jenis kelamin karyawan, dimana analisa statistik menggunakan uji Fisher's Exact dengan nilai p = <0,001.
Sesuai dengan penelitian Yudhanto (2015) bahwa jenis kelamin
pekerja pengisian bahan bakar lebih banyak laki-laki yaitu 71,1% dan perempuan sebanyak 28,9 %.
5.3 Hubungan Lama Kerja dengan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase sampel yang mempunyai lama kerja 1-10 tahun merupakan persentase tertinggi yaitu sebanyak 86,6%, sedangkan karyawan yang lama kerjanya 11-20 tahun hanya sebanyak 13,4%.
Berdasarkan data lama kerja karyawan PT. GGS tersebut menunjukkan sebagian besar karyawan masih belum lama melakukan pekerjaan yang dapat diasumsikan bahwa paparan biji besi sebagai dampak pekerjaan juga belum lama. Hasil penelitian menunjukkan faktor lama kerja berhubungan secara bermakna dengan waktu transportasi mukosiliar hidung yang diperoleh dari pemeriksaan, dimana analisa statistik menggunakan uji Fisher's Exact dengan nilai p = 0,015.
Sesuai dengan penelitian Yudhanto (2015) bahwa terdapat korelasi antara lama kerja dengan waktu transportasi mukosiliar hidung. Demikian
38
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa paparan debu sebagai zat polutan bagi saluran pernafasan melalui hidung akan menurunkan waktu transportasi mukosiliar hidung, dimana hasil uji korelasi Spearman antara lama kerja dengan waktu transportasi mukosiliar hidung pekerja SPBU didapatkan hasil r = 0,578 dengan nilai kemaknaan p = 0,001 yang berarti terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang dan
bermakna secara statistik.
Menurut penelitian Suherman (2013) menyatakan bahwa terdapat
korelasi positif antara lama bekerja dengan waktu transport mukosiliar hidung pada pekerja kerajinan perak di bagian produksi Kotagede Yogyakarta dengan kekuatan korelasi sangat kuat. Lama bekerja berperan lebih dominan pada lamanya waktu transport mukosiliar hidung dibandingkan dengan variabel lain.
5.4 Hubungan Lokasi Paparan dengan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase sampel yang bekerja pada lokasi dengan paparan yang jauh (bagian administrasi, gudang dan sekuriti) merupakan persentase tertinggi yaitu sebanyak 77,3%, sedangkan karyawan bekerja pada lokasi dengan paparan dekat hanya sebanyak 22,7%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor lokasi paparan berhubungan secara bermakna dengan waktu transportasi mukosiliar hidung yang diperoleh dari pemeriksaan, dimana analisa statistik menggunakan uji Fisher's Exact dengan nilai p = 0,018.
Penelitian tentang korelasi antara paparan debu perak dengan waktu
39
Penelitian waktu transportasi mukosiliar hidung lainnya yang dilakukan oleh Zein dkk (2015) pada pekerja industri penyamakan kulit mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata waktu transportasi mukosiliar hidung pada pekerja industri penyamakan kulit dibanding non-pekerja, dimana waktu transportasi mukosiliar hidung pada pekerja yang terpapar lebih lama dibanding
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Waktu transportasi mukosiliar hidung pada karyawan PT Gahapi Sakti antara 7 - 21 menit.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar. Berdasarkan hasil uji Fisher's Exact dengan nilai p = 0,004, nilai p < 0,005 yang berarti semakin bertambah usia karyawan akan semakin memperlambat waktu transportasi mukosiliar hidung.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung. Berdasarkan hasil uji Fisher's Exact dengan nilai p < 0,001, nilai
p < 0,005 yang berarti w a k t u transportasi mukosiliar hidung karyawan yang perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung. Berdasarkan hasil uji Fisher's Exact dengan nilai p = 0,015, nilai p < 0,005 yang berarti semakin bertambah lama kerja karyawan akan semakin memperlambat waktu transportasi mukosiliar hidung.
41
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan penanganan paparan debu besi pada karyawan PT. GGS, sehingga dapat meminimalisasi dampaknya pada karyawan yaitu melambatnya transportasi mukosiliar hidung dengan menganjurkan pekerja memakai alat pelindung diri (APD) berupa masker.