• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM SIKAP RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT SADAR LINGKUNGAN MELALUI GERAKAN PONDOK PESANTREN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM SIKAP RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT SADAR LINGKUNGAN MELALUI GERAKAN PONDOK PESANTREN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM

SIKAP RAMAH LINGKUNGAN UNTUK

MEWUJUDKAN MASYARAKAT SADAR

LINGKUNGAN MELALUI GERAKAN

PONDOK PESANTREN

(Studi Kasus Di Pondok Pesantren Nurul Haramain

Nw Narmada Dan Pondok Pesantren Nurul Hakim

Kediri Lombok Barat)

Idham Halid,

Prabang Setyono dan Sunarto

Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstrak

Dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup, Pondok Pesantren merupakan salah satu budaya khas pendidikan di Indonesia yang sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan sosial dan lingkungan. Dengan adanya implementasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjukkan melalui gerakan lingkungan oleh Pesantren, dapat memberikan kontribusi dalam hal kesadaran dan perhatian masyarakat sekitar melalui gerakan dan pendekatan sosial keAgamaan. Tujuan penelitain ini adalah untuk mengetahui latar belakang gerakan lingkungan hidup di Pondok Pesantren dan sistem penerapan nilai islam dalam mewujudkan masyarakat sadar lingkungan.

Penelitian ini merupakan studi kasus yang menggunakan metode deskriptif kualitatif di Pondok Pesantren Nurul Haramain NW Narmada dan Pondok Pesantren Nurul Hakim Kecamatan Kediri Lombok Barat. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah : Kiai, Pengajar dan Santri. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan triangulasi teknik (Observasi, Wawancara dan angket). Wawancara dilakukan dengan menggunakan Snowball Sampling dan penyebaran angket dilakukan dengan cara mengambil 20% santri pada masing-masing Pesantren. Hasil observasi dan wawancara dianalisis secara deskriptif sedangkan angket dianalisis secara kuantitatif kemudian deberikan penafsiran. Berdasarkan hasil penelitian, gerakan lingkungan pada kedua Pesantren tersebut dilatar belakangi oleh perintah Agama Islam dalam menjaga bumi (khalifah) dan munculnya permasalahan lingkungan. Gerakan lingkungan pada kedua Pesantren tersebut dilakukan mulai dari lingkungan pesantren dan meluas sampai dengan masyarakat sekitar. Berdasarkan kriteria pengukuran sikap, diperoleh skor nilai sebagai berikut >46,% - 82,2% dan>49,2% - 86,8%. Angka tersebut menunjkkan bahwa, santri pada kedua pesantren tersebut memiliki sikap cukup tinggi sampai dengan sangat tinggi terhadap lingkungan. Hal ini disebabkan oleh tumbuhnya sikap perduli lingkungan melalui keteladanan, keikutsertaan dalam kegiatan lingkungan, dan perolehan pengetahuan

(2)

dari materi pelajaran yang berkaitan dengan lingkungan berdasarkan pandangan umum maupun pandangan Agama Islam.

Kata Kunci : Implementasi, Nilai-nilai Islam, Ramah lingkungan, Pondok Pesantren

Pendahuluan

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi” (QS. Al-Baqarah : 30 : 6).

Potongan Ayat di atas mengingatkan manusia tentang tugas utamanya sebagai penjaga bumi agar tetap pada keseimbangan ekologinya. Meningkatnya jumlah penduduk dunia menambah beban alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sementara itu manusia dalam memenuhi kebutuhan selalu bersikap antroposentris dalam mengeksploitasi sumber daya alam, sehingga mengakibatkan berbagai macam permasalahan lingkungan. Melihat kenyataan tersebut, pesantren sebagai lembaga sosial keAgamaan dan merupakan lembaga pendidikan yang membudaya di tengah masyarakat berpotensi secara penuh dalam memperbaiki lingkungan hidup. Kurikulum pesantren menawarkan kajian yang sangat penting tidak hanya membangun relasi dengan Tuhan, tetapi juga relasi dengan sesama manusia dan lingkungan (Abdulullah) dalam (Ngabekti,2011).

Penawaran kurikulum pendidikan tersebut menjadi sebuah upaya lembaga pendidikan keagamaan dalam mengontrol anggota masyarakat untuk bersikap dan berperilaku ramah terhadap alam semesta. (Mangunjaya dan Abbas, 2009) dalam (Ngabekti, 2011) mengungkapkan, pakar pendidikan Islam berpendapat bahwa ajaran Islam diharapkan menjadi pegangan utama dalam upaya manusia mencegah dan mengatasi kerusakan lingkungan.

Permasalahan lingkungan hidup yang terjadi di berbagai daerah baik pada skala lokal, regional, nasional sampai dengan skala Internasional dapat terjadi karena gejala alam (sunnatullah) maupun oleh ulah tangan manusia sebagai penduduk bumi yang bersifat konsumtif dan tidak ramah terhadap lingkungan hidupnya. Permasalahan lingkungan yang terjadi mengundang perhatian banyak pihak mulai dari tingkat internasional seperti dilaksanakannya konferensi PBB lingkungan hidup dan manusia pada tahun 1972 di Stockholm. KTT Bumi (UN Conference On Environment and Development, UNCED) di Rio De Jeneiro, Brasil pada tahun 1992. Sedangkan di tingkat tingkat lokal terdapat lembaga sosial keAgamaan seperti Pondok Pesantren telah banyak bergerak di bidang lingkungan hidup.

Perhatian pondok pesantren terhadap lingkungan hidup sudah banyak terlihat di beberapa wilayah di Negara Indonesia, hal tersebut senada dengan apa yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Nurul Haramain NW Narmada dan Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat. Kedua pesantren ini merupakan pesantren yang banyak bergerak di bidang lingkungan hidup dan masyarakat sehingga mampu menarik perhatian pemerintah dari tingkat lokal sampai dengan tingkat internasional.

Gerakan dan prestasi kedua Pondok Pesantren dalam bidang lingkungan hidup merupakan langkan yang ternilai positif dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan. Akan tetapi yang lebih menarik dalam penelitian ini jika

(3)

ditelusuri latar belakang kedua pesantren bergerak dalam bidang lingkungan hidup serta sistem penerapan nilai-nilai Islam di lingkungan pesantren dalam mewujudkan masyarakat sekitar ramah dan peduli terhadap lingkungan hidupnya.

Metode Penelitian A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini merupakan studi kasus di Pondok Pesantren Nurul Haramain NW Narmada dan Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat. Kedua Pesantren tersebut dipilih secara purposive karena merupakan pesantren yang bergerak dan dinilai peduli terhadap lingkungan hidup. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Kegiatan penelitian ini mulai dari bulan Agustus sampai dengan September 2013. B. Pengambilan Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Haramain NW Narmada dan Nurul Hakim Kediri Lombok Barat, pengajar diambil dengan sistem snowball, dan penyebaran angket pada santri dengan sistem random (sugiyono, 2012). Santri diambil sebanyak 20% dari seluruh jumlah santri pada kedua pesantren (Arikunto, 2008). Sehingga diperoreh sampel pada Pesantren Nurul Haramain NW Narmada 80 orang santri dan 167 orang santri pada Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat.

C. Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui kegiatan wawancara terbuka berdasarkan garis besar pertanyaan yang telah dibuat dan penyebaran angket untuk mengukur sikap santri terhadap lingkungan.

2. Data Sekunder

Diperoleh melalui penelusuran data dan informasi melalui laporan, yang ada kaitannya dengna penelitian ini.

D. Analisis Data

Untuk memperoleh latar belakang gerakan

lingkungan pada pesatren Nurul Haramain NW Narmada dan Pesantren Nurul Hakim, dilakukan dengan cara menganalisis data hasil wawancara dan angket. Sehingga data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Menurut (Arikuto, 2010 : 282), apabila datanya telah terkumpul, maka lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau symbol.

Hasil Dan Pembahasan

A. Potret Umum Lokasi Penelitian Pondok Pesantren Nurul Haramain NW Narmada memiliki luas lahan 3,867 m2 dengan status tanah wakaf. Secara

admistratif pemerintahan pondok pesantren tersebut berada di Jl. Tegal Banyu Lembuak Kebon, Lembuak, Narmada, Lombok Barat, NTB. Sedangkan Pondok Pesantren Nurul Hakim merupakan salah satu Pondok Pesantren yang tercatat sebagai pondok pesantren yang besar dan menempati areal seluas + 15.000 m2 dan terletak di Dusun

Karang Bedil kelurahan Kediri Kecamatan Kediri, kabupaten Lombok Barat.

B. Pesantren dan Gerakan Lingkungan Hidup

Kegiatan pesantren lebih banyak pada hal-hal yang terkait dengan keagamaan, namun seiring dengan perubahan waktu dan adanya perubahan kebutuhan, banyak kyai yang berasal dari pesantren, mulai memperhatikan kondisi alam dan mulai terjun pada kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (Diniyati, 2007).

Pelestarian lingkungan dalam pesantren diaktualisasikan melalului ajaran Islam yang wariskan, seiring dengan hangatnya permasalahan lingkungan dan berbagai permasalahan sosial, pesantren berupaya menghadirkan konsep ajaran islam dalam memelihara lingkungan hidup agar tetap pada keseimbangannya.

Beberapa gerakan pesantren Implementasi Nilai-Nilai Islam Dalam Idham Halid,Prabang Setyono Dan Sunarto

(4)

dalam bidang lingkungan hidup yang dimulai dari lingkngan pesantren sampai dengan masyarakat sekitar antara lain: 1. Pondok Pesantren Nurul Haramain NW armada.

a. Refleksi kegiatan menjaga kebersihan di lingkungan pesantren secara mandiri oleh santri

b.Meminimalisir jumlah sampah dengan cara pembakaran dengan alat yang sudah di desain

c.Konservasi beberapa jenis pepohonan pada hutan milik pesantren yang dijadikan contoh pembangunan hutan rakyat

d.Pemberian bibit secara geratis kepada masyarakat dalam mewujudkan pembangunan hutan melalui tanaman rakyat.

e.Mengatasi lahan kritis milik pemeritah maupun masyarakat melalui kegiatan bakti sosial.

f.Sosialisasi lingkungan melalui kegiatan pengajian umum di pesantren dan masyarakat sekitar

2.Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat

a.Refleksi pengetahuan dalam bidang lingkungan dengan cara menjaga kebersihan secara mandiri di lingkungan Pesantren

b.Mengatasi sampah di lingkungan madrasah dengan cara mengubah sampah dedaunan menjadi pupuk organik

c.Konservasi hewan langka indonesia sebagai bentuk perhatian terhadap hewan dan dapat dijadikan sebagai media belajar santri.

d.Konservasi tumbuhan melalui pembuatan hutan mini pesantren e.Sosialisasi lingkungan melalui : pengajian di lingkungan pesantren dan masyarakat sekitar, pembagian khutbah jum’at berbasis pelestarian lingkungan hidup, dan dialog interaktif mengenai lingkungan hidup.

C. Sikap Keteladanan dan Kepedulian Terhadap Lingkungan

Pembiasaan keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang tidak diprogramkan karena dilakukan tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Keteladanan ini merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberi contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain (Wiyani, 2012 : 140).

Upaya-upaya dalam

menumbuhkan sikap ramah terhadap lingkungan dapat lakukukan dengan metode berikut : Mengajarkan, keteladanan, pembiasaan, refleksi (Kementerian LH, 2011 : 26-27).

Sikap kepedulian siswa pada kedua Pesantren tersebut terlihat antosias dalam kegiatan rutin menjaga kebersihan, kegiatan ini dilakukan setiap hari sebelum memasuki ruang belajar. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai aktivitas wajib sehingga menjadi sebuah keteladanan dari sikap kebiasaan. Sikap keteladanan dan kepedulian siswa terhadap lingkungan ini dinilai secara deskriptif melalui angket skala likert yang telah dikuantitatifkan pilihan jawabannya.

Berdasarkan hasil analisis data bahwa, sikap santri terhadap lingkungan pada konteks ramah lingkungan atau tidak ramah lingkungan adalah sebagai berikut. Hasil analisis angket pada pesantren Nurul Haramain adalah 46,3% sampai dengan 82,2%. Sedangkan pada pesantren Nurul Hakim adalah 49,3% sampai dengan 86,8%. Berdasarkan kriteria angka pada skala pengukuran sikap bahwa : ≤ 20% = Sangat rendah >20-40% = Rendah >40-60% = Cukup >60-80% = Tinggi >80-100% = Sangat tinggi (Riduwan dan Sunarto, 2011)

(5)

Berdasarkan kriteria angka pada skala pengukuran sikap, sikap santri dalam memperhatikan lingkungan hidup pada kedua pesantren tersebut tergolong cukup tinggi sampai dengan sangat tinggi. Hal ini dimungkinkan karena adanya pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan keterlibatan santri dalam menjaga lingkungan sehingga respon terhadap keadaan lingkungan sekitar.

Untuk mengetahui jumlah santri yang memilki sikap ramah dan tidak ramah terhadap lingkungan, berdasarkan hasil analisis data pada angket penelitian dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Gambar 1. Persentase Sikap Terhadap Lingkungan pada Pesantren Nurul Haramain NW Narmada.

Gambar 2. Persentase sikap siswa terhadap lingkungan di Pesantren Nurul Hakim Untuk jumlah responden yang memiliki sikap ramah dan tidak ramah lingkungan dimungkinkan karena adanya perbedaan program kegiatan dan ekstrakulrikuler pada masing-masing pesantren sehingga berpengaruh pada keaktifan, pengetahuan, sikap dan pengalaman santri. Persentase sikap memelihara atau jiwa melestarikan pada santri di pondok pesantren Nurul Hakim sejumlah 36% sementara pada

pesantren Nurul Haramai NW Narmada sejumlah 32%. Pesentase jumlah tersebut menafsirkan bahwa santri pada Pesantren Nurul Hakim memiliki sikap pelestarian lebih banyak dibandingkan Pensatren Nurul Haramain NW Narmada. Tingginya jumlah santri pada pesantren Nurul Hakim tersebut, sesuai dengan kegiatan program konservasi pesantren berupa, konservasi tanaman hias pada taman-taman pesantren, konservasi hewan langka Indonesia yang dapat dijadikan sebagai media dalam belajar mengajar, sehingga mempermudah mereka memahami materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara, Kegiatan konservasi selain dijadikan sebagai media dalam belajar setidkanya menanamkan jiwa kasih sayang terhadap sesama mahluk termasuk hewan dan tumbuhan.

Disamping sikap “memelihara”, sikap ramah lingkungan di dalamnya termasuk sikap “memperbaiki”. Sikap memperbaiki pada kedua pesantren ini memiliki perbedaan persentase yang cukup besar, dimana pada pesantren Nurul Haramain NW Narmada sejumlah 47% sedangkan pada pesantren Nurul Hakim sejumlah 36% jumlah santri berjiwa memperbaiki lingkungan. Tingginya persentase jumlah santri pada pesantren Nurul Haramain dalam memperbaiki lingkungan dimungkinkan karena perbedaan keteladanan Kiai dalam kegiatan lingkungan, keaktifan santri dalam kegiatan bakti sosial dengan melakukan penanaman pohon pada lahan-lahan gundul, pemberian bibit pohon secara gratis kepada masyarakat dan kegiatan pramuka yang tidak melupakan kegiatan lingkungan. Sementara itu, kegaitan lingkungan pada pesantren Nurul Hakim tidak seluas pesantren Nurul Haramain. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa prestasi yang telah diraih oleh pesantren dalam kegaitan peduli terhadap lingkungan. Pesantren Nurul Haramain NW Narmada memperoleh penghargaan sampai dengan Implementasi Nilai-Nilai Islam Dalam Idham Halid,Prabang Setyono Dan Sunarto

(6)

tingkat internasional sementara pesantren Nurul Hakim masih di tingkat nasional. Sikap tidak ramah terhadap lingkungan dalam arti “mengabaikan” terhitung kecil dari keseluruhan persentase sikap responden. Hal ini dilihat dari jumlah responden yang memiliki sikap mengabaikan lingkungan. Pada Pesantren NW Nurul Haramain sebanyak 15% sedangkan pada Pesantren Nurul Hakim 20% santri yang memiliki sikap mengabaikan terhadap lingkungan. Artinya bahwa, sikap mengabaikan terhadap lingkungan lebih sedikit pada pesantren Nurul Haramain. Kenyataan ini dimungkinkan karena pendekatan ilmiah dan cultural yaitu dengan cara memanfaatkan tradisi dan budaya di tengah masyarakat yang berbasis pada nilai-nilai islam, saelain itu pesantren tersebut lebih sering mengadakan kampanye lingkungan, baik oleh pengasuh pesantren maupun pemerintah di dalam lingkungan pesantren. Dari beberapa penghargaan yang diperoleh pesantren mulai dari tingkat lokal sampai dengan tingkat international, menarik perhatian santri terhadap lingkungan sehingga memperkecil sikap mengabaikan terhadap lingkungan.

Sikap merusak dalam arti “tidak ramah lingkungan” pada kedua pesantren ini tergolong kecil yaitu 8% pada Pesantren Nurul Hakim dan 6% jumlah santri pada pesantren Nurul Haramain NW Narmada. Minimalnya jumlah santri yang memiliki sikap merusak atau tidak ramah lingkungan pada kedua pesantren ini, dapat dimungkinkan karena adanya pengaruh keteladanan, pengetahuan tentang pentingnya kelestarian lingkungan yang diperoleh dari pengetahuan agama maupun pengetahuan umum pada kegiatan belajar mengajar. Kecilnya persentasi santri merusak lingkungan pada pesantren Nurul Haramain kembali pada keaktifan dan program pesantren dalam lingkungan hidup.

Perbedaan jumlah persentase

santri dalam pengukuran sikap ramah lingkungan (memelihara dan memperbaiki), tidak ramah lingkungan (mengabaikan, merusak) pada kedua pesantren, kembali pada kegiatan dan pola keteladanan yang diajarkan dalam pesantren tersebut. Semakin banyak pengenalan tentang lingkungan dan program kegiatan peduli lingkungan, memungkinkan tingginya sikap santri dalam ramah lingkungan sebaliknya, minimya perhatian pesantren terhadap lingkungan atau program kegiatan peduli lingkungan, maka akan memungkinkan kecilnya persentase santri yang ramah lingkungan karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman.

Hasil penilaian sikap pada kedua pesantren tersebut ditafsirkan tinggi atau sebagian besar santri bersikap ramah lingkungan, tingginya sikap perhatian terhadap lingkungan pada kedua pesantren karena adanya keteladanan, relevansi dan kesinergiasan antara nilai kearifan yang diperkuat dengan ajaran Islam di dalam lingkungan pesantren yaitu sebagai khalifah dalam mengemban amanat Allah SWT.

Berdasarkan hasil penilaian sikap dan aksi pesantren dalam gerakan lingkungan hidup, sikap perhatian terhadap lingkungan pada kedua pesantren tersebut lebih dekat pada sikap ekologi dalam (Deep ekologi). Dari segi arti, deep ecologi merupakan pendekatan holistik untuk menghadapi masalah-masalah bumi, dengan memadukan pemikiran, perasaan, spiritualitas dan tindakan, sehingga kita perlu menjalin hubungan yang lebih dalam dengan kehidupan. Jadi, ekologi tidak sekedar melihat sesuatu di luar diri kita, melainkan kita adalah bagian darinyadan mempunyai peran di dalamnya (Tasdiyanto, 2011 : 15).

DTingkah laku yaitu suatu tindakan idividu yang dapat di prediksi oleh tingkah laku mereka sendiri. ada beberapa upaya untuk meningkatkan kemampuan

(7)

dalam memprediksi tindakan indivudu dan ada pula senjumlah upaya yang disarankan untuk dilibatkan di dalam faktor-faktor yang bisa di klasifisikasi sebagai disposisi (Cherian, 2012). Lebih lanjut Spruyt (2007) dalam (Cherian, 2012) mengindikasikan bahwa tingkah laku dapat diprediksikan secara langsung bergantung di dalam sikap seseorang yang didapatkan diaplikasikan dengan pengetahuan dan pengalaman pribadi yang mereka miliki.

D. Relevansi Kearifan Lokal Dengan Nilai-Nilai Islam

Dalam konteks kearifan lokal (budaya) setiap suku dan daerah yang ada di kepulauan negara republik indonesia memiliki kearifan lokal (budaya) tersendiri dalam menyelesaikan kondisi sosial dan lingkungan hidupnya. Salah satu kearifan lokal masyarakat islam sasak di pulau lombok yang masih memiliki kekuatan historis sampai saat ini adalah istilah Wetu telu.

Menurut pemangku adat Wetu berasal dari kata metu yang berarti muncul atau datang dari, sedangkan telu artinya tiga. Secara simbolis hal ini mengungkapkan bahwa semua mahluk hidup muncul (metu) melalui tiga macam sistem reproduksi : melahirkan (menganak) seperti manusia dan mamalia, bertelur (meneteluk) seperti burung dan berkembang biak dari benih dan buah (mentiuk) seperti biji-bijian, sayuran, buah-buahan, pepohonan dan tumbuhan lainnya (Budiwanti, 2000 : 136).

Istilah wetu telu di atas tidak sebatas pada simbol perkembangan hidp akan tetapi diperluas dalam bentuk pandangan kosmologis. Wetu telu juga melambangkan ketergantungan hidup satu sama lain. Dalam hal ini istilah Wetu telu mebagi daerah kosmologis menjadi dua bagian yaitu jagad besar atau mayapada alam raya (dunia, bulan, bintang dan matahari) sedangkan manusia dan mahluk hidup lainnya disebut jagad

kecil selanjutnya Tuhan berposisi sebagai penggerak ketergantungan antar mahluk. Ketergantungan kehidupan (jagad kecil) kepada jagad besar tercermin dalam kebutuhan mutlak jagat kecil akan sumber daya penting : tanah, udara, air dan api (matahari atau system pemanasan yang membangkitkan tenaga). Pada saat yang sama jagad besar juga bergantung pada jagad kecil dalam hal pemeliharaan dan dan pelestarian

Dilihat dari pengertian wetu telu secara kosmologis, kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat islam sasak di pulau lombok sangat relevan (tidak bertolak belakang) dengan ajaran Islam yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan orientasi moral, pemeluk Agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam Agamanya, akan tetapi agama itu memerlukan keterampilan etika agar dapat memberikan orientasi bukan sekedar indoktrinasi. Kaitannya dengan teori tersebut, sebuah seni dalam ajaran Agama yaitu harus bisa memberikan bukti rasional dibalik perintah dan larangan (Setyono, 2011: 62)

Relevansi ajaran islam dengan kearifan lokal pada konsep “kosmologis“, terlihat pada ungkapan konsep tiga relasi dalam ajaran islam yaitu, Hablumminallah (hubungan manusia dengan tuhannya), hablumminannas (hubungan manusia dengan sesama) dan hablumminal alam (hubungan manusia dengan lingkungannya). Beberapa perintah dalam menjaga lingkungan dan larangan serta gambaran akibat secara rasional yang akan diperoleh bagi orang yang tidak mentaatinya seakan memperkuat orientasi Agama terhadap budaya masyarakat setempat.

Relevansi ajaran Islam di lingkungan pesantren yang tidak bertolak belakang dengan kearifan lokal dalam konteks kosmologis di tengah masyarakat akan memunculkan sebuah Implementasi Nilai-Nilai Islam Dalam Idham Halid,Prabang Setyono Dan Sunarto

(8)

sistem yang saling berkesinambungan yaitu : Koordinasi, integrasi, sinergi dan singkronisasi. Dengan demikian istilah tersebut disingkat dengan istilah KISS.

a. Koordinasi. Dengan adanya relevansi antara nilai-nilai islam dengan kearifan lokal yang dimiliki, sistem koordinasi pembangunan tidak melibatkan satu pihak akan tetapi dapat melibatkan pemerintah, pesantren dan masyarakat setempat.

Integrasi yaitu nilai islam memiliki hubungan yang erat dengan kearifan lokal di dalam lingkungan pesantren dan masyarakat sekitar sehingga memperkuat orientasi keyakinan masyakat dalam beragama dan mempertahankan kearifan lokal. b.Sinergis yaitu suatu bentuk arah dan tujuan yang sama dan saling mendukung antara kearifan lokal dan nilai-nilai islam yang diajarkan dengan kearifan lokal yang dimiliki.

c.Singkronisasi yaitu sebagai sebuah bentuk penyatuan nilai islam yang diajarkan di pesantren dengan nilai kearifan lokal.

Mengingat konsep ajaran islam tersebut di atas, bahwa kedudukan manusia setara dengan alam semesta maka setidaknya manusia harus bisa saling menghormati sesama mahluk (hablumminal alam). dengan demikian manusia tidak merasa mempunyai wewenang penuh dalam mengeksploitasi Sumber Daya Alam (SDA). Di samping pemanfaatan sumber daya alam, manusia diharuskan memiliki tanggung jawab untuk memelihara kelestariannya. Karena sekecil apapun kebaikan dan kesalahan yang dilakukan kepada sesama mahluk niscaya akan diperhitungkan dikemudian hari. Hal ini di jelaskan dalam firmannya dalam Al-Qur’an.

Kemudian mereka yang beramal baik akan mendapat balasan yang baik, sebaliknya mereka yang berbuat buruk

akan menerima balasan buruk (QS. Al-zalzalah 7-8).

Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, data hasil penelitain, dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Gerakan lingkungan yang dilakukan di pondok pesantren Nurul Haramain NW Narmada dan Nurul Hakim Kediri Lombok Barat, merupakan suatu gerakan lingkungan yang dilatar belakangi oleh motivasi keyakinan dan pengtahuan Agama dalam memenuhi tugas dan kewajiban sebagai mahluk ciptaan Allah SWT (khalifah) di muka bumi. gerakan lingkungna dimulai pada lingkungan pesantren sendiri untuk mencari perhatian masyarakat, sehingga pada akhirnya meluas ke masyarakat sekitar. Sikap ramah lingkungan di peroleh melalui Penerapan nilai-nilai islam dan pengetahuan umum di lingkungan pesantren dan masyarakat sekitar, sehingga pesantren tidak berada pada sikap mengamini teori pengetahuan umum dan ajaran Islam akan tetapi, gerakan lingkungan pada kedua pesantren tersebut lebih menunjukkan pada proses mengimani. Hal tersebut terlihat dari karya nyata gerakan lingkungan pesantren dalam mensejahterakan Masyarakat.

B. Saran

1. Kepada Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Haramain NW Narmada dan Nurul Hakim. Hendaknya terus membentuk kerjasama lingkungan hidup dengan pemerintah dan instansi peduli lingkungan lainnya, sehingga program lingkungan hidup tersebut tetap berjalan dari tahun ke tahun. Dengan demikian kegiatan rehabilitasi lingkungan dalam mewujudkan NTB hijau melalui hutan tanaman rakyat tidak terhenti di tengah maraknya problema lingkungan.

(9)

2.Adakan pembinaan khusus kepada santri dalam kegaitan lingkungan hidup, seperti; latihan budidaya tanaman, stek dan lain sebagainya, dengan demikian dapat menambah tingkat kreatifitas santri dalam menghijaukan lingkungan dan dapat diterapkan setelah mereka keluar dari pesantren tempat mereka belajar.

3.Kepada pemerintah setempat. Sudah saatnya melirik Pesantren sebagai Agen Of Change dalam memecahkan permasalahan sosial dan lingkungan hidup dengan melihat prestasi pesantren dalam bidang lingkungan hidup dari tingkat lokal sampai dengan tingkat internasional.

4.Gerakan peduli lingkungan seperti yang dilakukan oleh pesantren Nurul Haramain NW Narmada dan Nurul Hakim Kediri Lombok Barat hendaknya mampu diikuti oleh pesantren lainnya, dengan demikian memperluas jaaringan pesantren dan pemerintah dalam menangani pemasalahan sosial dan lingkungan hidup.

5.Dalam dakwah para Tuan Guru sebagai pimpinan pesantren dan sekaligus sebagai teladan masyarakat, hendaknya menyelipkan nilai-nilai moral dan lingkungan yang terdapat pada Al-Qur’an, Hadits maupun ijma’ para ulama dalam setiap kegiatan pengajian umum di masyarakat, karena tidak sedikit dalam pengajian umum hanya berbicara sebatas pahala dan dosa dalam kegiatan ibadah secara mahdoh (khusus). Sementara sosialisasi lingkungan hidup melalui pengajian dan ceramah sering terabaikan. Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitain. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2008. Metodologi Penelitian. Dalam http: //widisudharta.weebly.

com diakses. 1 juli 2013.

Budiwanti,E. 2000. Islam sasak. Yogyakarta. LKiS

Cherian, J. & Jolly J. 2012. Green Marketing: A Study of Consumers Attitude towards Environment Friendly Products. Abudhabi UAE: Abu Dhabi University.

Departemen Agama RI. 2006. Al- Qur’an Tajwid dan Terjemahannya. Jakarta Maghfiroh Pustaka.

Diniyati. D. 2007. Potensi dan Peran Pesantren Sebagai Lembaga Pelaksana Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Balai penelitian kehutanan. Ciamis

Kementerian Agama RI, 2011. Al-Qur’an dan Terjemahannya Dilengkapi Dengan

Kajian Usul Fiqih dan Intisari Ayat. Bandung : PT Sigma Examedia Arkanleema

Kementerian Lingkungan Hidup RI dan Majelis LH PP Muhammadiyah. 2011. Akhlak

Lingkungan. Yogyakarta. Deputi Komunitas Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan

Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup dan majelis LH. PP Muhammadiyah.

Ngabekti, S. dkk. 2011. Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan di Pondok Pesantren. Surakarta : FKIP UNS.

Riduwan dan Sunarto. 2011. Pengantar Statistika. Bandung : Alfabeta Setyono, P. 2008. Cakrawala Memahami

Lingkungan. Solo. UNS Press. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian

Pendidikan.Bandung : Alfabeta. Wiyani. N. A. 2012. Manajemen Pendidikan

Karakter. Yogyakarta. PT. Pustaka Insan Madani

Rohadi, T. 2011. Budaya Lingkungan. Yogyakarta : Ecologia Press. Implementasi Nilai-Nilai Islam Dalam Idham Halid,Prabang Setyono Dan Sunarto Sikap Ramah Lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kewajaran Harga, Nilai yang Dirasakan Terhadap Niat Beli Produk Hijau yang Dimediasi Oleh Sikap Konsumen Atas Produk Hijau.. (Studi Produk AC LG Ramah Lingkungan

Agus Abdul Ghofur dalam meningkatkan nilai akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Ciputat, dan hasil yang diperoleh sangat baik,

Penelitian ini dibatasi pada model pendidikan konservasi lingkungan hidup dengan nilai-nilai islam merubah perilaku warga pondok pesantren, perilaku yang dapat diamati