• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PENELITIAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI METODE INQUIRY DI KELAS IV SDN 9 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL PENELITIAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI METODE INQUIRY DI KELAS IV SDN 9 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI METODE INQUIRY

DI KELAS IV SDN 9 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

OLEH

DEVY YULIANTY S. MAYULU NIM. 151 409 455

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo

Abstrak

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi masalah sosial di Kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo?”. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi masalah sosial dengan menggunkan metode inquiry di kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi, analisis dan refleksi. Metode pembelajaran inqury dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran IPS karena meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS khususnya pada materi masalah sosial di kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Hasil belajar siswa mata pelajaran IPS dalam materi masalah sosial pada tahap observasi awal dari 20 orang siswa hanya 6 orang atau 30% yang tuntas dalam pembelajaran sedangkan 14 orang atau 70% tidak tuntas. Pada siklus I hasil belajar siswa meningkat 13 orang siswa atau 65,00% yang tuntas, sedangkan 7 orang lainnya atau 35% tidak tuntas. Pada siklus II sebanyak 17 orang siswa atau 85% yang tuntas, sedangkan 3 orang lainnya atau 15% tidak tuntas.. Hipotesis penelitian yang menyatakan “jika digunakan metode inquiry maka hasil belajar siswa pada materi masalah sosial dalam pembelajaran IPS dapat ditingkatkan” dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam materi maslah sosial dapat ditingkatkan melalui Motode Inquiry.

(2)

Pendahuluan

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan sejak dari tingkat sekolah dasar, yang mempelajari konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang baik. Lebih tepatnya bahwa siswa diarahkan untuk mempelajari, menelaah serta mengkaji gejala dan masalah sosial yang ada di lingkungannya.

Melalui Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa dibimbing untuk menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab serta dapat menyesuaikan dengan kehidupan masyarakat global yang setiap saat mengalami perubahan. Sehingga Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki tujuan utama, yaitu untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat di sekitarnya. Hal ini sama halnya dengan pendapat Wahab (2008:1.9) yang mengemukakan bahwa IPS bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan pengetahuan peserta didik dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafal, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggungjawab terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Hasil pengamatan di lapangan terkait dengan rendahnya hasil belajar siswa dari beberapa materi yang dibelajarkan di kelas IV SDN 9 Telaga Biru, salah satunya adalah materi tentang masalah sosial. Pada materi masalah sosial yang ditunjukkan oleh data riil yang ada bahwa dari 20 siswa kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo hanya 6 orang atau 30% yang mendapat nilai di atas rata-rata sedangkan 14 orang atau 70% mendapat nilai kurang.

Rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada materi masalah sosial, hal ini disebabkan oleh guru dalam menyajikan materi masih menggunakan metode konvensional. Metode konvensional yang digunakan pada umumnya adalah metode ceramah, siswa hanya mencatat dan menghafalkan konsep-konsep yang dijelaskan guru. Dalam metode ini siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep tersebut. Metode ini menjadikan siswa pasif

(3)

dalam menerima informasi. Siswa hanya diajak untuk mendengarkan, mencatat tanpa adanya partisipasi dari siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka akan diupayakan perbaikan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode inquiry, yaitu suatu strategi yang diterapkan pada proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi masalah sosial pada pembelajaran IPS. Kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang dirumuskan dalam judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Masalah Sosial Melalui Metode Inquiry Di Kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo”.

Kajian Teori

Pengertian Belajar, Pembelajaran, dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Siddiq, dkk (2008:2.3) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.

Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford (dalam Lapono, 2008 : 4.125) menyebut belajar sebagai kegiatan pemrosesan informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan keterampilan. Lebih lanjut Degeng (dalam Riyanto, 2010 : 5) menyatakan bahwa belajar adalah pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Pendapat ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan

(4)

dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru. Dengan kata lain, belajar adalah suatu proses mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi.

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Degeng (dalam M.S. Sutikno, 2009 : 31) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan pebelajar. Hal senada juga dikemukakan oleh Muhaimin (dalam Rianto, 2010 : 131) bahwa pembelajaran adalah upaya membelajrkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Hal ini jelas menyampaikan bahwa dalam proses pembelajaran yang menjadi fokus utama adalah bagaimana seorang guru membelajarkan siswa sehingga mereka akan memperoleh pengalaman belajar yang akan bermanfaat bagi diri mereka dan orang lain.

Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar yang dirancang secara sistematis dilakukan secara sengaja antara guru dan siswa guna mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan sehingga terjadi perubahan baik dalam segi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Sebagaimana pendapat Lapono, dkk (2008 : 3.97) kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Perancangan kegiatan ini dimaksudkan untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif sehingga peserta didik belajar memperoleh pengetahuan dan memiliki keterampilan yang ditunjukkan oleh sikap mereka.

Proses pembelajaran merupakan suatu desain untuk melibatkan guru dengan komponen-komponen pembelajaran yang merupakan suatu sistem yang saling terkait di dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Yulaelawati

(5)

(2004 : 48) menjelaskan bahwa desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana untuk meningkatkan mutu belajar.

c. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Seseorang dikatakan telah belajar apabila dalam interaksi tersebut seseorang mengalami perubahan tingkah laku baik dari segi pengetahuan, sikap maupun keterampilannya. Perubahan tingkah laku ini merupakan bukti seseorang telah belajar, sebagaimana pendapat Hamalik (2011:30) yang menyebutkan bahwa bukti seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut Nasution (dalam PPG-PGSD 2012, http://ppg-pgsd.blogspot.com/2012/04/pengertian-hasil-belajar.html, diakses tanggal 1 April 2013) bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila ditunjukkan oleh siswa merasa berhasil dan memperoleh kepuasan dalam belajar, dan hal ini yang akan mendorong siswa untuk belajar lebih baik lagi. Dan tentunya keberhasilan ini dibuktikan dengan tercapainya tujuan instruksional dari suatu bahan pembelajaran. Anitah (2009 : 2.19) berpendapat bahwa hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Hal ini mengandung arti bahwa perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Lebih rinci Romizoswki (dalam Anitah 2009 : 2.19) menyebutkan yang dapat menunjukkan hasil belajar yaitu : 1) keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berfikir logis; 2) keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindak fisik dan kegiatan perseptual; 3) keterampilan reaktif

(6)

berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan self control; 4) keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan.

Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Dan untuk menentukan keberhasilan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat daya serap siswa terhadap materi yang dibelajarkan.

Namun dalam pencapaian hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Slameto (dalam Sunartombs 2011, http:// sunartombs.wordpress.com/2011/10/10/faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar/, diakses tanggal 28 Maret 2013) faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu : 1) Faktor Intern; 2 Faktor Ekstern.

Hakikat Pembelajaran IPS di SD

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara resmi dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk pengertian Social Studies, seperti di Amerika Serikat. IPS merupakan bidang studi yang diberikan sejak dari tingkat sekolah dasar. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Menurut Sardjiyo dkk (2009:1.26) IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis, gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Yulaelawati (2004:115) menjelaskan bahwa belajar pengetahuan sosial merupakan usaha membentuk jaringan pengetahuan sosial yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik. Hal ini sama halnya dengan pendapat Wahab (2008:1.9) yang mengemukakan bahwa IPS bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan pengetahuan peserta didik dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafal, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggungjawab

(7)

terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa dan negara. Lebih khusus ada tiga hal yang terkait dengan pembelajaran IPS yaitu; 1) penyampaian pengetahuan dan pengertian, 2) pembentukan nilai dan sikap, 3) melatih keterampilan. Ketiga hal ini perlu dilaksanakan oleh guru dalm proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran IPS akan sesuai dengan harapan yang ada.

Pada jenjang SD pembelajaran IPS harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia SD berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Menurut Sumantri (2009:1.15) kemampuan berpikir logis muncul pada tahap kongkrit operasional. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang kongkrit. Ini dapat diartikan bahwa mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh.

Metode Pembelajaran Inquiry

Metode dalam bahasa inggris adalah method yang berarti cara. Apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka metode adalah cara guru dalam membelajarkan siswa. Hamzah B. Uno (2010: 2) menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Penggunaan suatu metode dalam pembelajaran harus memperhatikan tujuan dan materi pembelajaran yang akan diajarkan, karena penentuan metode ini merupakan langkah penting yang menunjang keberhasilan pencapaian tujuan. Sumiati ( 2009 : 11 ) berpendapat bahwa metode pembelajaran dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan materi pembelajaran. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran. Hal ini senada dengan pernyataan Wasley (dalam Wahab 2008 : 11.4) yang menyatakan bahwa guru yang baik haruslah memiliki metode yang baik, dan guru yang terbaik ditentukan oleh metode yang dikuasainya. Pernyataan ini menjelaskan bahwa penguasaan dan penerapan metode yang tepat dalam proses pembelajaran merupakan bagian yang esensial untuk mencapai tujuan.

(8)

Secara spesifik Chamisijatin, dkk (2008 : 7.16) menguraikan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan metode antara lain : (1) Tujuan instruksional; (2) kemampuan guru; (3) kemampuan siswa; (4) jumlah siswa; (5) materi; (6) alokasi waktu; (7) fasilitas belajar yang tersedia.

Dari berbagai metode yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran, salah satunya adalah metode pembelajaran inquiry. Kata inquiry sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani, yang memiliki arti saya menemukan. Metode inquiry berkaitan dengan aktivitas pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu sehingga siswa akan menjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan masalah. adalah salah satu cara belajar yang bersifat mencari sesuatu secara kritis, analitis, argumental ( ilmiah ) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan, karena didukung oleh data. Rogers (dalam Wahab, 2008 : 11.3) menjelaskan bahwa inquiry merupakan suatu proses untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Hakiim (2009 : 55) membagi strategi pembelajaran dalam dua cara, yaitu deduktif dan inqury induktif. 1) deduktif, yaitu konsep permasalahannya ditentukan oleh guru; 2) induktif, yaitu konsep atau prinsip ditentukan oleh siswa. dapat dilakukan secara individu, kelompok atau klasikal, serta dapat dengan tanya jawab, diskusi atau kegiatan di dalam maupun di luar kelas.

Sanjaya (2011 : 201) menguraikan bahwa secara umum pelaksanaan metode inquiry mengikuti langkah-langkah sebagai berikut, 1) Orientasi; 2) Merumuskan masalah; 3) Mengajukan Hipotesis; 4) Mengumpulkan Data; 5) Menguji hipotesis; 6) Merumuskan kesimpulan. Hal ini senada dengan pendapat Hakiim (2009 : 55) bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode inquiri ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan, yaitu : a) pemunculan masalah; b) pengumpulan data (verifikasi); c) pengumpulan data (eksperimen); d mengorganisasi dan menformulasikan pernyataan; e) analisis.

Dalam menerapkan metode inquiry dalam proses pembelajaran harus memperhatikan prosedur operasional dari metode inquiry. Adapaun prosedur

(9)

operasional metode inquiry menurut Hakiim (2009 : 56) adalah sebagai berikut, 1) Pelajaran dimulai dari mencari jawaban untuk pertanyaan tentang dunia nyata dan siswa didukung untuk merumuskan pertanyaan yang menarik perhatian mereka. 2) Mencari pertanyaan alternative yang berhubungan guna mendorong peningkatan pemahaman sehingga penyelidikan (investigasi) menjadi suatu peristiwa yang berkelanjutan. 3) Pertanyaan, penyelidikan, dan pelajaran secara langsung dan dengan seketika dihubungkan dengan aktifitas yang dilakukan dan dialami siswa. 4) Dlam penyelidikan suatu masalah, dapat igunakan cara-cara yang berbeda sehingga dalam kelas dan waktu yang sama terjadi banyak aktivitas yang berbeda. 5) Intervensi guru dalam proses pembelajaran sangat kecil, karena guru harus berperan sebagai : a) pembantu dan fasilitator penyelidikan/investigasi siswa; b) motivator, penegak disiplin dan manajer kelas; pendengar yang baik, penilai dan lawan.

Sebagaimana metode pembelajaran pada umumnya, metode inquiry memiliki beberapa kelebeihan dan kekurangan. Orgenes Tonga (2011) menjabarkan kelebihan dari metode inquiry adalah : 1) Mendorong siswa berpikir secara ilmiah dalam setiap pemecahan masalah yang dihadapi; 2) Membantu dalam menggunakan ingatan, dan transfer pengetahuan pada situasi proses pengajaran yang baru; 3) Mendorong siswa untuk berfikir kreatif, dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri; 4) Menumbuhkan sikap obyektif, jujur dan terbuka; 5) Situasi proses belajar mengajar menjadi hidup dan dinamis; 6) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik; 7) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri; 8) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik; 9) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan; 10) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu; 11) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri; 12) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional; 13) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kekurangan metode inquiry adalah : 1) Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang. Bagi guru yang terbiasa dengan cara

(10)

tradisional, merupakan beban yang memberatkan; 2) Pelaksanaan pengajaran melalui metode ini, dapat memakan watu yang cukup panjang. Apalagi proses pemecahan masalah itu memerlukan pembuktian secara ilmiah; 3) Proses jalannya inquiry akan menjadi terhambat, apabila siswa telah terbiasa cara belajar konvensional tanpa kritik dan pasif apa yang diberikan oleh gurunya; 4) Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah. Akan tetapi justru memerlukan pengulangan dan penanaman nilai. Misalnya pada pengajaran agama, mengenai keimanan, ibadah dan akhlak (http://orgenestonga.blogspot.com/2011/03/metode-inquiry.html, diakses tanggal 1 April 2013).

Penerapan Metode Inquiry pada Pembelajaran IPS

Dalam mengajarkan ilmu pengetahuan sosial memerlukan suatu cara atau metode yang dapat menumbuhkan respon siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk menguasai materi pembelajaran. Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007 : 75) menjelaskan bahwa dalam mengajarkan bidang studi kelompok sosial diperlukan adanya upaya pengembangan kemampuan berfikir yang luas dan tentunya fleksibel dalam arti guru harus mengajarkan pola-pola berfikir yang kompleks. Pendapat tersebut sama halnya dengan pendapat Hidayati, dkk (2008 : 1.25) IPS bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajr IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inquiry) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mreka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.

Metode Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. SDN 9 Telaga Biru merupakan salah satu sekolah dasar yang terdapat di Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, yang tepatnya terletak di Desa Tinelo Kecamatan Telaga Biru, Secara fisik bangunan sekolah terdiri atas 10 bangunan permanen dengan jumlah siswa 228 orang serta tenaga guru 11 orang yang terdiri dari 7 orang guru PNS dan 4 orang Guru Tidak Tetap (GTT).

(11)

Objek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 20 orang siswa yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Hasil penelitian terkait dengan hasil belajar siswa pada materi masalah sosial dengan menerapkan metode inquiry dalam pembelajaran dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian ini diawali oleh observasi awal terhadap subjek penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Selengkapnya hasil penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 April 2013, yang disesuaikan dengan jadwal untuk mata pelajaran IPS di kelas IV. Pelaksanaan kegiatan ini diikuti oleh 20 orang siswa yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan kegiatan pembelajaran di kelas yang mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi masalah sosial yang menerapkan metode inquiry dalam pembelajaran, sehingga memperoleh data sebagai berikut :

1. Pengamatan Aktivitas Siswa

Aktivitas belajar siswa siklus I menunjukkan bahwa dari 6 aspek yang diamati memperoleh rata-rata 53,33%. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebanyak 16 orang atau 80,00%, siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok sebanyak 13 orang atau 65,00%, siswa yang menjawab pertanyaan guru/teman sebanyak 12 orang atau 60,00%, dan siswa yang mengajukan pertanyaan sebanyak 9 orang atau 45,00%, siswa yang aktif mencari informasi tentang maslah yang dibahas sebanyak 8 orang atau 40%, dan siswa yang dapat mengambil kesimpulan untuk memecahkan maslah sebanyak 6 orang 30,00%.

2. Pengamatan Kegiatan Guru

Hasil pengamatan terhadap kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I sesuai dengan lembar pengamatan yang mencakup 33 aspek yang diamati

(12)

dengan skor masing-masing aspek minimal 1 dan skor maksimal 4, sebagaiman hasil yang mencapai rata-rata 2,61 dengan total skor perolehan 86. Dari 33 aspek yang diamati terkait dengan kegiatan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran terdapat 6 aspek atau 18,18% yang memperoleh skor 4 (sangat baik), 13 aspek atau 39,40% yang memperoleh skor 3 (baik), 9 aspek atau 27,27% yang memperoleh skor 2 (cukup), dan 15,15% atau 5 aspek lainnya memperoleh skor 1 (kurang).

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 20 orang siswa yang mengikuti kegiatan evaluasi yang memperoleh nilai 70 keatas sebanyak 13 orang atau 65%, sedangkan yang mendapat nilai di bawah 70 sebanyak 7 orang atau 35%, dengan nilai rata-rata kelas 66,50.

Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilaksanakan pada hari Selasa 30 April 2013, yang disesuaikan dengan jadwal untuk mata pelajaran IPS di kelas IV. Pelaksanaan kegiatan ini diikuti oleh 20 orang siswa yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan kegiatan pembelajaran di kelas yang mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi masalah sosial yang menerapkan metode inquiry dalam pembelajaran, sehingga memperoleh data sebagai berikut :

1. Pengamatan Aktivitas Siswa

Aktivitas belajar siswa siklus II menunjukkan bahwa dari 6 aspek yang diamati memperoleh rata-rata 85,83%. Seluruh siswa memperhatikan penjelasan guru atau mencapai 100,00%, siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok sebanyak 18 orang atau 90,00%, siswa yang menjawab pertanyaan guru/teman sebanyak 17 orang atau 85,00%, dan siswa yang mengajukan pertanyaan sebanyak 17 orang atau 85,00%, siswa yang aktif mencari informasi tentang maslah yang dibahas sebanyak 16 orang atau 80,00%, dan siswa yang dapat mengambil kesimpulan untuk memecahkan maslah sebanyak 15 orang atau 75,00%.

(13)

2. Pengamatan Kegiatan Guru

Hasil pengamatan terhadap kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus II sesuai dengan lembar pengamatan yang mencakup 33 aspek yang diamati dengan skor masing-masing aspek minimal 1 dan skor maksimal 4, sebagaimana hasil yang mencapai rata-rata 2,61 dengan total skor perolehan 86 3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh tabel 4.10 dapat dilihat bahwa dari 20 orang siswa yang mengikuti kegiatan evaluasi yang memperoleh nilai 70 keatas sebanyak 17 orang, sedangkan yang mendapat nilai di bawah 70 sebanyak 3 orang, dengan nilai rata-rata kelas 80,00.

Peningkatan aktivitas belajar siswa yang dipengaruhi oleh guru yang telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, hal ini berimbas pula terhadap hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh ketuntasan belajar siswa

Dengan demikian kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa metode inquiry terbukti, setidaknya dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diangkat simpulan sebagai berikut: 1) Metode pembelajaran inqury dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran IPS karena meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS khususnya pada materi masalah sosial di kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. 2) Hasil belajar siswa mata pelajaran IPS dalam materi masalah sosial pada tahap observasi awal dari 20 orang siswa hanya 6 orang atau 30,00% yang tuntas dalam pembelajaran sedangkan 14 orang atau 70,00% tidak tuntas. Pada siklus I hasil belajar siswa meningkat 13 orang siswa atau 65,00% yang tuntas, sedangkan 7 orang lainnya atau 35,00% tidak tuntas. Pada siklus II sebanyak 17 orang siswa atau 85,00% yang tuntas, sedangkan 3 orang lainnya atau 15,00% tidak tuntas.

Berdasarkan simpulan dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1) Metode Inqury hendaknya dapat dijadikan sebagai salah satu metode dalam

(14)

pembelajaran IPS karena secara riil mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi masalah sosial. 2) Perlu adanya bimbingan secara rutin kepada guru untuk menggunakan metode pembelajaran Inquiry sehingga setiap guru memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan metode pembelajaran ini. 3) Perlu dukungan fasilitas pembelajaran IPS yang representatif guna mendukung implementasi penggunaan metode pembelajaran inquiry dalam pembelajaran.

Daftar Pustaka

Anitah Sri, dkk, 2009. Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas Terbuka Arikunto Suharsimi, dkk, 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi

Aksara

Chamisijatin Lise, dkk, 2008. Pengembangan Kurikulum SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Hakim Lukmanul, 2009. Perencanaan Pembelajaran, Bandung : CV Wacana Prima

Hamalik Oemar, 2011. Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara

Hidayati, dkk, 2008. Pengembanagan Pendidikan IPS SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Khotimah Siti, 2009. Skripsi Penerapan Metode Inquiry Sosial pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar, Kemampuan Berpikir, dan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Manaruwi-I Bangil. Universitas Negeri Malang

Lapono Nabisi, 2008. Belajar dan Pembelajaran SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Nuryani, 2012. Skripsi. Skripsi Efektivitas Penggunaan Metode Inquiry Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV SDN Tegalpanggung Danurejan Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Universitas Negeri Malang

Orgenes Tonga, 2011. (http://orgenestonga.blogspot.com/2011/03/metode-inquiry.html, diakses tanggal 1 April 2013).

(15)

PPG-PGSD 2012, (http://ppg-pgsd.blogspot.com/2012/04/pengertian-hasil-belajar.html, diakses tanggal 1 April 2013)

Pomalingo Nelson, Rahmat Abdul, 2009. Think Teacher Think Profesional, Bandung : MQS Publishing

Riyanto Yatim, 2010. Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Sanjaya Wina, 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media.

Sardjiyo, dkk, 2009. Pendidikan IPS di SD, Jakarta : Universitas Terbuka

Siddiq Djauhar M, dkk, 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Sumantri Mulyani, Nana Syaodih, 2009. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta :

Universitas Terbuka

Sumiati, Asra, 2009. Metode Pembelajaran, Bandung : CV Wacana Prima

Sunartombs, 2011. (http://sunartombs.wordpress.com /2011/10/10/faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar/, diakses tanggal 28 Maret 2013)

Sutikno Sobry M, 2009. Belajar dan Pembelajaran “Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil”, Bandung : Prospect

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I, Bandung : PT Imperial Bhakti Utama

Tukijan Eddy, dkk, 2009. Sosiologi Pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Uno B. Hamzah, 2010. Model Pembelajaean Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta : PT. Bumi Aksara

Wahab Aziz Abdul, 2008. Konsep Dasar IPS, Jakarta : Universitas Terbuka Yulaelawati Ella, 2004. Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung : Pakar Raya

Referensi

Dokumen terkait

[r]

It illus- trates how businesses, households, the government, and for- eigners interact within the four key markets (the goods and services, resource, loanable funds, and

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedisiplinan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja, lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja, budaya kerja berpengaruh

Aplikasi penjualan komputer pada distributor PRODATA COMP digunakan untuk menghasilkan data dari kegiatan jual beli dan memudahkan mencari data barang yang diperlukan. Dan

Selain model pembelajaran dapat mengarahkan kegiatan belajar mengajar terhadap tata cara pembelajaran, juga mampu merangsang motivasi siswa untuk belajar, mempunyai minat

Pelatih merupakan sosok yang paling dekat dan berperan penting dalam memotivasi atletnya. Masukan, kritikan serta program latihan yang diberikan oleh pelatih akan

[r]

Berisi tentang kesimpulan dengan mengacu pada tujuan penelitian dan saran yang menunjang untuk pelaksanaan Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama