RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021 IV-1
BAB IV
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN
4.1 Analisis Sosial
i. Pangarusutamaan Gender
Aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebagai pembelajaran di masa datang.
ii. Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Muara Enim umumnya tidak mengalami banyak kendala dan hambatan terhadap masyarakat. Hal ini dikarenakan lokasi pembangunan kegiatan cipta karya sebagian besar milik Pemerintah Kabupaten Muara Enim. Bila menggunakan lahan yang bukan milik Pemerintah Kabupaten Muara Enim maka akan dibebaskan telebih dahulu. Hanya saja untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka Pemerintah Kabupaten Muara Enim melakukan sosialisasi melalui pemerintah kelurahan setempat dimana lokasi kegiatan Cipta Karya dilaksanakan. Kesulitan yang sering terjadi adalah apabila pembangunan harus dilakukan di lahan masyarakat sebagai bagian dari partisipasi masyarakat seperti yang disyaratkan dalam Sanimas.
Kesulitan tersebut dikarenakan penerima manfaat adalah warga MBR sehingga lahan yang mereka miliki ingin dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian mereka (tidak untuk dihibahkan). Kendala lainnya adalah penolakan dalam pembangunan prasarana persampahan dan air limbah oleh masyarakat di sekitar lokasi pembangunan. Hal tersebut
RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021 IV-2
dikarenakan kekhawatiran akan dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan seperti pencemaran udara dan air. Terhadap masalah ini yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi dan penjelasan secara teknis untuk meningkatkan pemahaman warga, dan melibatkan warga dalam penyusunan dokumen lingkungan (Amdal/UKL/UPL/SPPL) dan mengawasi pelaksanaan rekomendasi.
4.2 Analisis Ekonomi
Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin mencapai 98,63 ribu jiwa, dan pada tahun 2013 telah bertambah menjadi 108,20 ribu jiwa. Atau telah terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sekitar 9,6 ribu jiwa dalam kurun waktu satu tahun.
Persentase penduduk miskin pad tahun 2013 sebesar 14,26 persen. Jika dikaitkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) secara nasional dimana pencapaian persentase penduduk miskin pada tahun 2015 ditarget sebesar 7,5 persen, maka Kabupaten Muara Enim masih harus menurunkan angka kemiskinan hingga setengahnya pada tahun 2015.
Garis kemiskinan Kabupaten Muara Enim yang sebelumnya sebesarnya Rp. 262.718 meningkat menjadi salah satu penyebab kenaikan jumlah penduduk miskin di kabupaten Muara Enim. Sejalan dengan hal itu, indeks kedalaman kemiskinan indeks keparahan kemiskinan juga menunjukkan peningkatan. Hal ii berarti rata-rata pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan makin jauh ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin jauh.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021 IV-3
Tabel 4.1
Statistik Kemiskinan Kabupaten Muara Enim
Uraian Tahun
2011 2012 2013
Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) 100,39 98,63 108,20 Persentase Penduduk Miskin (%) 13,71 13,21 14,26 Indeks Kedalaman Kiemiskinan/P1 (%) 2,10 1,95 2,62
Indeks Keparahan Kemiskinan/P2 (%) 0,51 0,41 0,76
Garis Kemiskinan/GK (Rp/kapita/bulan) 250.892 262.718 275.302
Sumber : BPS 2015
4.3 Analisis Lingkungan
Bagian ini berisikan analisis lingkungan melalui kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dari berbagai analisis pada KLHS Kabupaten Kabupaten/Kota, beberapa hal yang perlu dimasukkan antara lain identifikasi isu pembangunan berkelanjutan, serta kajian pengaruh kebijakan/rencana/program terhadap kondisi lingkungan hidup di kabupaten/kota.
Analisis lingkungan adalah seperangkat alat peningkatan kualitas lingkungan yang digunakan untuk penillaian lingkungan (environment assessment) dan rencana mitigasi dampak subproyek, yang dirumuskan dalam bentuk :
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak
Lingkungan – AMDAL dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan – RKL dan Rencana Pemantapan Lingkungan – RKL)
Upaya Pengelolaan Lingkungan – UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan – UPL.
Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri atas beberapa kegiatan utama, yakni : penapisan awal sub – proyek sesuai dengan kriteria sesuai dengan persyaratan safeguard, evaluasi dampak lingkungan, pengklasifikasian / kagerorisasi dampak lingkungan dari sub – proyek yang di usulkan, perumusan dokumen SPO, UKL/UPL atau AMDAL (KA –
RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021 IV-4
ANDAL, ANDAL dan RKL/UPL), pelaksanaan pemantauan pelaksanaan. Kategori Subproyek menurut dampak lingkungan dapat di lihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2
Kategori Subproyek Menurut Dampak Linkungan
Kategori Dampak Persyaratan Pemerintah
A Subproyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan
ANDAL dan RKL/RPL
B Subproyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak linkungan, akan tetapi upaya pemulihannya sangat dilakukan
UKL / UPL C Subproyek yang tidak memiliki kompnen
konstruksi dan tidak mengakibatkan perencanaan udara, tanah dan air
Tidak diperlukan ANDAL dan UKL / UPL
Catatan :
ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan
*) Sumber : SK Menteri Lingkungan Hidup No 17/2011 : SK Menteri PU No. 17/KPTS/M/2003 : UU No. 23/1997, pasal 15 (1), pasal 1 dan PP no. 27/1999, Pasal 5 (1)
AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan subproyek.
Sejauh mungkin subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, subproyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Subproyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa, harus dilengkapi dengan AMDAL.
Usulan program investasi infrastruktur bidang PU Cipta Karya tidak dapat dipergunakan mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap
RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021 IV-5
habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur internasional sengketa.
Disamping itu, usulan RPIJM juga tidak boleh membiayai pembelian, produksi atau penggunaan :
Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk – produk tembakau
Asbes atau bahan – bahan yang mengandung unsur asbes
Bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).
Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan atau mengakut bahan / material beracun, korosif atau eksploitasi atau bahan material yang termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Pestisida, herbisida, insektisida. RPIJM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang
dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya, baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sakral atau memiliki nilai spiritual dan
Penebangan kayu, RPIJM bidang infrastruktur PU / Cipta Karya tidak membiayai
kegiatan yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu.
Bila dalam pelaksanaan RPIJM memerlukan pengadaan tanah, maka proses pengadaannya tidak boleh merugikan masyarakat atau berdampak pada menurunnya tingkat pendapatan masyarakat atau rusaknya sumber – sumber pendapatan masyarakat yang sah menurut hukum Indonesia.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kab. Muara Enim 2017 – 2021 IV-6
Tabel 4. 3
Matriks Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
No Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat 4.1. Sosial
1 Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit
4.2. Ekonomi
1. Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan
Kerusakan lingkungan akan mengakibatkan kerusakan ekosistem lingkungan permukiman yang berdampak pada terjadinya bencana alam yang lebih besar.
2. Perkembangan ekonomi lokal dari pembangunan infrastruktur permukiman
Pembangunan infastruktur dasar permukiman mendukung kelancaran kegiatan perekonomian, terutama terhadap pelaku yaitu manusia.
4.3. Lingkungan
1 Kecukupan air baku untuk air minum Pemulihan badan air agar dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum
2 Pencemaran lingkungan oleh infastruktur yang tidak berfungsi maksimal
Pemulihan badan air agar dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum
3 Dampak kumuh terhadap kualitas lingkungan Pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga yang tidak baik pada kawasan permukiman kumuh derdampak pada kerusakan lingkungan.