• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI DENGAN PERILAKU TIDAK ETIS SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI DENGAN PERILAKU TIDAK ETIS SEBAGAI VARIABEL INTERVENING"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KECENDERUNGAN

KECURANGAN AKUNTANSI DENGAN PERILAKU TIDAK ETIS SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi Kasus Pada Universitas Brawijaya Malang)

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister

Oleh: Anisya Sukmawati

106020310111035

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI & BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2016

(2)
(3)
(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Anisya Sukmawati., SE., Ak., lahir di Malang, 23 Februari 1987. Anak dari Bapak Kastolani dan Ibu Aisyah Rachman, SD sampai SMA di Kota Malang lulus SMA tahun 2005, studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Brawijaya. Pengalaman kerja sebagai tenaga pangajar di Program Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Malang 2015-sekarang. Lulusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Brawijaya dengan predikat cumlaude.

Malang, Juni 2016

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyajikan tulisan tesis yang berjudul: “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening”.

Tesis menggambarkan pengaruh keefektifan pengendalian intern, sistem kompensasi, asimetri informasi, ketaatan aturan akuntansi pada organisasi dengan perilaku tidak etis sebagai variabel intervening terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi di Universitas Brawijaya. Semoga adanya Tesis ini dapat memberikan manfaat bagi khasanah pengetahuan teori kecurangan dalam akuntansi pada umumnya dan perkembangan ilmu akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya khususnya.

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak kekurangtepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, Juni 2016

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, karena atas segala rahmat dan anugerahNya sehingga Tesis yang berjudul: “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Magister Sains Accounting pada Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama menyelesaikan tesis ini, tesis ini tidak akan mungkin dapat penulis selesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada para pihak:

1. Prof. Candra Fajri Ananda, SE., MSc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya;

2. Prof Made Sudarma., SE., MM., Ak., CPA. selaku ketua SPI Universitas Brawijaya.

3. Bapak Lutfi Haris, SE, MAK, Ak., Bapak Achmad Zaky, SE, MSA, Ak, SAS, CMA, CA., Bapak Ir. Helmy Sjokoer, Bapak Suprapto, ST, MT, dan Bapak Dr. Ir.Syamsuddin Djauhari, MS., Brawijaya selaku kepala bidang Audit SPI Universitas Brawijaya. Terima kasih banyak atas waktu dan informasi yang telah bapak berikan selama penelitian yang penulis lakukan.

4. Prof. Made Sudarma SE., MM., Ak., CPA dan Prof. Gugus Irianto, SE., MSA., Ak Ph.D selaku dosen pembimbing I dan pembimbing II yang telah dengan begitu baik dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan kepada penulis, menyediakan waktu, tenaga, serta pikiran demi mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini;

5. Bapak Dr. Aji Dedi Mulawarman, SP., MSA., selaku penguji pada sidang Tesis penulis, terima kasih.

6. Para Dosen Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, terima kasih kepada Bapak/ Ibu yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama penulis belajar di Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya;

7. Keluargaku tercinta, Bapak, Ibu, terima kasih atas segala support yang telah kalian berikan dari sejak saya lahir sampai hari ini dan semua pencapaian saya selama ini akan saya persembahkan untuk kalian. Pencapaian kali ini sungguh tidak mudah saya dapatkan;

8. Suamiku Basuki Widodo dan anakku Dean Dizhwar AlFath terima kasih atas segala doa, kesabaran dan supportnya selama ini.

9. My best friend, auditor-auditor SPI Universitas Brawijaya, Rudi, Putri, Ratna, Nia, Agung, Andrias, Alfy dan Rika, terima kasih atas segala supportnya selama penelitian ini berlangsung.

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh efektivitas pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, asimetri informasi, ketaatan aturan akuntansi, dan perilaku etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wilopo (2006). Penelitian ini berangkat dari research gap bahwa kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan, ternyata tidak menurunkan perilaku kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian juga dikembangkan dengan membuat model perilaku tidak etis sebagai variabel intervening.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan pendekatan Structural Equation Model (SEM) menggunakan software Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh signifikan asimetri informasi, ketaatan aturan akuntansi, dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi seharusnya dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, serta menghilangkan asimetri informasi. Namun penelitian ini menemukan hal yang bertentangan dengan hipotesis serta teori dan hasil penelitian sebelumnya, bahwa kompensasi yang sesuai yang diberikan ternyata tidak menurunkan perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi.

Kata kunci: kecurangan akuntansi, pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, asimetri informasi, ketaatan aturan akuntansi, dan perilaku tidak etis, intervening variable.

(9)

ABSTRACT

Factor Analytic Toward Fraud Accounting Influencing Through Unethical Behaviors as Intervening Variable. This research purpose to have analysis encouragment internal control effectivity and ethical behavior towardaccounting fraud tendency. Examination method using is Structural EquationModel (SEM) and software Partial Least Square (PLS). The result of thisresearch shows that has significantly influencing information asymmetry information, adherence to accounting rules. The adhenrence to accounting rules should be decreased by increasing internal control effectivity, obeying accounting regulation and also dismissing asymmetry information. However,this research has discovered clash finding that shows suitable compensation given does not decrease unethical behavior and Accounting fraud tendency

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ……...……… 25 Gambar 5.1 Full Structural Equation Model Standardized Estimates .……. 53 Gambar 5.2 Hasil Analisis Parameter Estimasi Untuk Structural Equation

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Variabel, Indikator, dan Item Pertanyaan ………...……... 44 Tabel 5.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ...……….... 49 Tabel 5.2

Tabel 5.3 Tabel 5.4

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .…………... Komposisi Responden Berdasar Umur .………... Komposisi Responden Berdasarkan Jabatan ...

50 50 51 Tabel 5.5 Komposisi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 51 Tabel 5.6 Evaluasi Kenormalan Data ... 52 Tabel 5.7 Nilai Signifikansi Parameter Estimasi ... 55

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hampir di seluruh dunia, kecenderungan kecurangan akuntansi telah berkembang secara luas pada beberapa dekade terakhir. Dampak dari kecurangan tersebut sangat besar dan terbukti merugikan banyak pihak. Kecurangan diindikasikan oleh adanya bentuk tindakan dan kebijakan yang secara sengaja bertujuan untuk menipu atau memanipulasi, sehingga merugikan pihak lain. Kecurangan akuntansi bisa meliputi berbagai bentuk, seperti kecenderungan korupsi, kecenderungan penyalahgunaan asset, dan kecenderungan menyajikan laporan akuntabilitas yang menipu. Soepardi (2007: 24) menyatakan bahwa kecurangan akuntansi bisa menjadi istilah yang setara dengan korupsi, dalam hal pengertian dan penggunaan istilahnya. Hal tersebut dengan argumentasi karena keduanya melibatkan semua atau beberapa elemen yang terdiri atas pengungkapan fakta yang tidak benar, pelanggaran aturan atau amanah yang dipercayakan, dan penghilangan fakta-fakta kritis seperti penggelapan tanda terima barang dan uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas.

Pada tahun 2001 terjadi kasus Enron yang diperkirakan menimbulkan kerugian bagi Enron sebesar US$50 miliar, plus kerugian investor sebesar US$32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus kehilangan dana pensiun mereka sekitar US$1 miliar.

(13)

Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada eksternal auditor salah satunya dialami oleh Enron, cukup membuktikan bahwa kecurangan banyak dilakukan oleh orang-orang dalam. Terungkapnya skandal-skandal sejenis ini menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat khususnya masyarakat keuangan, yang salah satunya ditandai dengan turunnya harga saham secara drastis dari perusahaan yang terkena kasus.

Kecurangan akuntansi juga terjadi di Indonesia sebagai Negara dengan peringkat korupsi tertinggi di dunia. Beberapa perusahaan besar di Indonesia seperti Kimia Farma dan Bank Lippo yang dahulunya mempunyai kualitas audit yang tinggi, juga pernah mengalami kasus yang sama. Juga mencuatnya kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, dan korupsi APBD (Transparancy International, 2005).

Meskipun kasus kecurangan akuntansi sudah sering terjadi, namun di Indonesia, penelitian yang membahas topik ini masih sangat terbatas. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) terhadap perusahaan publik dan BUMN di Indonesia, menunjukkan bahwa pengendalian internal yang efektif, mampu memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Namun keefektifan pengendalian internal suatu perusahaan bukan merupakan suatu data yang dapat diperoleh dengan mudah oleh publik, khususnya pemegang saham dan stakeholder perusahaan yang lain. Sangat sulit bagi pihak stakeholder untuk dapat menggunakan model tersebut dalam menganalisa kemungkinan terjadinya kecurangan akuntansi pada suatu perusahaan publik yang menjadi tempat investasinya.

(14)

Pada tahun 1999, COSO (coso.org) menyatakan bahwa 72% dari kasus kecurangan akuntansi yang terjadi melibatkan CEO, dan dewan direktur didominasi oleh orang dalam dan pihak-pihak yang memiliki ikatan yang signifikan terhadap perusahaan. Pernyataan dari COSO tersebut didukung oleh Troy (2003) yang menyimpulkan bahwa faktor manajerial yang terdiri dari latar belakang pendidikan CEO dan usia CEO berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Geriesh (2003) juga mendukung pernyataan COSO yang menyimpulkan bahwa besarnya persentase pendiri perusahaan (founder) dalam dewan direksi dan sedikitnya persentase akuntan dalam dewan direksi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini menandakan bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi tidak terlepas dari faktor manajemen dan kultur organisasi.

Keinginan yang tidak sama antara pengelola dan pemilik (prinsipal) menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemilik, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Menurut Shivdasani seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006) menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan permasalahan kecurangan akuntansi dengan memberi kompensasi yang sesuai kepada agen, serta mengeluarkan biaya monitoring. Untuk mendapatkan hasil monitoring yang baik, diperlukan pengendalian internal perusahaan yang efektif. Ikatan Akuntan Indonesia (2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai :1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan , 2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan

(15)

penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu diantara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga.

Menurut Abbott, L. J., Susan Parker, and Gary F. Peters (2002) seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006) menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Jika suatu sistem pengendalian internal lemah maka akan mengakibatkan kekayaan perusahaan tidak terjamin keamananya, informasi akuntansi yang ada tidak teliti dan tidak dapat dipercaya, tidak efisien dan efektifnya kegiatan-kegiatan operasional perusahaan serta tidak dapat dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang ditetapkan. Dengan adanya pengendalian wewenang oleh pemilik kepada pengelola, maka fungsi pengendalian semakin bertambah penting. Hal ini untuk menentukan apakah tugas dan wewenang yang didelegasikan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Proses pengendalian intern tersebut dilakukan oleh pihak manajemen yang bertanggung jawab untuk melindungi dan mangamankan harta perusahaan.

Wilopo (2006) meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan publik dan BUMN di

(16)

Indonesia. Hasil penelitian menemukan hal yang bertentangan dengan hipotesis serta teori dan hasil penelitian sebelumnya, bahwa kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan ternyata tidak menurunkan perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal tersebut disebabkan kompensasi yang diberikan perusahaan ternyata tidak sesuai dengan keinginan manajemen perusahaan, serta hasil yang diperoleh dari perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi lebih besar dibanding kompensasi yang diterimanya.

Fauzi (2011) menganalisis pengaruh efektivitas pengendalian internal, persepsi, kesesuaian kompensasi, dan moralitas manajemen terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif pada karyawan Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan faktor keefektifan pengendalian internal dan moralitas manajemen berpengaruh signifikan terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Faktor persepsi kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Banyaknya kecurangan yang terjadi lebih dipengaruhi oleh kualitas moral seseorang.

Widigjaya (2010) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan akuntan publik dalam mendeteksi kecurangan manajemen. Analisisnya didasarkan pada jawaban responden yang diperoleh dari 14 Kantor Akuntan Publik di Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kondisi buruk perusahaan klien yang semakin besar akan memberikan deteksi kecurangan manajemen yang semakin tinggi, motivasi dari manajemen untuk bertindak curang tinggi akan meningkatkan adanya deteksi kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, dan sikap

(17)

yang tinggi dari manajemen mengenai kecurangan akan meningkatkan adanya deteksi kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.

Soselisa dan Mukhlasin (2008) melakukan penelitian yang menguji pengaruh kultur organisasi, manajemen, strategik, keuangan, dan auditor terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian dilakukan terhadap 110 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003 – 2007. Hasil penelitian disimpulkan bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi akan semakin besar apabila jumlah transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa yang dilakukan perusahaan semakin sedikit, semakin muda usia CEO yang dimiliki perusahaan, semakin besar komposisi aktiva lancar dalam total aktiva, semakin besar ukuran perusahaan, semakin kecil nilai capital turnover, dan perusahaan diberikan opini non-unqualified oleh auditor.

Irianto. G, Novianti. N, Rosalina. K, and Firmanto. Y (2012: 144-163) melakukan penelitian terhadap staf divisi keuangan dan pengadaan lembaga pendidikan menggunakan indikator integritas serta sistem kompensasi, dan pengaruhnya terhadap perilaku tidak etis. Penelitian juga menguji pengaruh perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integritas tidak berpengaruh terhadap perilaku tidak etis, sedangkan sistem kompensasi memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak etis. Hasil lain menunjukkan bahwa sistem yang tepat, integritas, dan lingkungan etis bisa menjadi faktor penentu terhadap perilaku etis.

Nicholson (1997: 487-489) mencatat bahwa tindakan yang dilakukan oleh manajemen dipengaruhi oleh situasi asimetri informasi. Asimetri informasi

(18)

disebabkan oleh permasalahan keagenan yang terjadi bila prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang sebenarnya dilakukan oleh agen. Menurut Prayogo (2009), adanya asimetri informasi antara manajer sebagai (agent) dan pemilik (principal) menyebabkan kesenjangan pengetahuan keuangan internal perusahaan sehingga pihak manajer bisa melakukan rekayasa demi meningkatkan laba untuk mendapat kompensasi atau imbalan dari pemilik. Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Pemilik menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi atau bonus yang “memadai” dan sebesar-besarnya atas kinerjanya.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang faktor-faktor penyebab terjadinya kecurangan akuntansi menghasilkan hasil yang berbeda antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain. Oleh karena perbedaan hasil peneltian dan uraian latar belakang permasalahan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Universitas Brawijaya Malang)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, kita dapat melihat bahwa perilaku etis dalam kaitannya dengan kecenderungan untuk melakukan penipuan merupakan suatu

(19)

masalah besar, dan sangat mungkin terjadi pada sektor publik di Indonesia. Oleh sebab itu, pengujian ulang untuk menemukan bukti empiris adanya perbedaan hasil pada institusi pendidikan, khususnya pendidikan negeri yang secara fundamental memiliki perbedaan tata kelola dengan perusahaan yang murni berorientasi pada laba, dinilai sangat relevan.

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wilopo (2006) dan Irianto et al (2012). Penelitian ini berangkat dari research gap bahwa kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan, ternyata tidak menurunkan perilaku kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini disebabkan kompensasi yang diberikan perusahaan ternyata tidak sesuai dengan keinginan manajemen perusahaan, serta hasil yang diperoleh dari perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi lebih besar dibanding kompensasi yang diterimanya. Demikian pula saat ini di Indonesia belum ada sistem kompensasi yang menjadi acuan secara nasional bagi perusahaan, dan pemerintah untuk mengatur hak dan kewajiban, ukuran prestasi dan kegagalan, serta ganjaran dan pinalti dalam mengelola organisasi.

Pengembangan model faktor dalam penelitian berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi, dengan penggabungan beberapa variabel dari beberapa studi, yaitu pengendalian internal, sistem kompensasi, asimetri informasi, ketaatan aturan akuntansi sebagai proksi dari sistem yang ada di institusi pendidikan. Penelitian juga dikembangkan dengan membuat model perilaku tidak etis sebagai variabel intervening. Perilaku tidak etis diduga mampu berperan sebagai variabel antara (intervening) karena hubungan kausal antara variabel independen dengan variabel dependen tidak bersifat langsung, perilaku tidak etis merupakan proksi dari perilaku

(20)

individu yang dalam hal ini pelaku (responden) dalam institusi pendidikan. Penelitian menggunakan metode PLS (Partial Least Square) melalui software Smart PLS.

Obyek Universitas Negeri dinilai layak untuk diteliti karena merupakan institusi pendidikan tinggi yang diharapkan masyarakat mampu menjadi sumber kekuatan dalam mengatasi permasalahan akuntansi tersebut, serta memiliki peran aktif dalam menciptakan generasi penerus yang berbudi luhur (Mahfud, 2007). Harapan tersebut diharapkan mendapat sambutan positif, baik dari pihak Universitas Negeri, maupun seluruh pihak yang terkait, dalam upaya untuk menuju akuntabilitas yang lebih transparan bagi semua stakeholder Universitas Negeri.

Sesuai uraian tersebut di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah efektivitas pengendalian internal berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?

2. Apakah kesesuaian sistem kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?

3. Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?

4. Apakah ketaatan aturan akuntansi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?

5. Apakah perilaku tidak etis berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi?

6. Apakah perilaku tidak etis merupakan variabel intervening hubungan antara keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, ketaatan aturan

(21)

akuntansi, dan asimetri informasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi?

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah diperlukan supaya dihasilkan penarikan kesimpulan yang komprehensif dan terarah. Penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut; pertama, penelitian dibatasi pada Perguruan Tinggi, yaitu Universitas Brawijaya Malang. Kedua, dalam hal variabel dalam model analisis, variabel moralitas manajemen dikeluarkan dari model. Faktor moral juga memiliki manfaat dalam mengendalikan perilaku seseorang. Namun, kebenaran moral dinyatakan bersifat relatif, yaitu benar tidaknya nilai moral hanya didasarkan kesepakatan dari pelaku (Velasques, 2005). Ada kemungkinan, nilai moral tertentu yang berlaku, yang semula dianggap baik, akan menjadi tidak berlaku karena perubahan pemahaman seseorang akan nilai moral tersebut. Dengan pertimbangan tersebut, karena sifat ukurannya yang sangat subyektif, variabel aturan akuntansi dinilai telah cukup mewakili sebagai proksi dari variabel moralitas. Selain itu, hasil penelitian Wilopo (2006) juga hanya menghasilkan signifikansi yang lemah dari pengaruh moralitas.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

(22)

2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh kesesuaian sistem kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

3. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh asimetri informasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

4. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh ketaatan aturan akuntansi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

5. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

6. Untuk memberikan bukti empiris kemampuan perilaku tidak etis sebagai variabel intervening hubungan antara keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, ketaatan aturan akuntansi, dan asimetri informasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi.

1.5. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut: 1. Teori

a. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan semua ilmu yang didapat selama di perguruan tinggi serta dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan dalam pelaksanaan kegiatan operasional.

b. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengembangan teori mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan dalam pelaksanaan kegiatan operasional.

(23)

c. Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengembangan teori ke dalam praktek.

2. Praktek

a. Hasil penelitian dapat digunakan oleh pengambil kebijakan dalam institusi untuk memperhatikan perilaku tidak etis sebagai bahan pertimbangan utama terjadinya kecurangan akuntansi.

b. Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan dalam pelaksanaan kegiatan operasional.

c. Sebagai bahan acuan dan bahan referensi bagi penelitian sistem informasi di masa yang akan datang tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan dalam pelaksanaan kegiatan operasional.

(24)

BAB II

TELAAH LITERATUR

2.1. Teori Perkembangan Moral

Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan Kohlberg (1969). Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti pekembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia, logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg (1969) memperluas pandangan dasar ini dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan. Kohlberg (1969) menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama.

Kohlberg (1969) kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan post-konvensional. Manajemen pada tahapan post konvensional menunjukkan kematangan moral manajemen yang tinggi. Kematangan moral menjadi dasar dan pertimbangan manajemen dalam merancang tanggapan dan sikap terhadap isu-isu etis. Perkembangan pengetahuan moral menjadi indikasi pembuatan keputusan yang secara etis serta positif berkaitan dengan perilaku pertanggung-jawaban sosial.

(25)

Karena adanya tanggung jawab sosial, manajemen dengan moralitas yang tinggi diharapkan tidak melakukan perilaku menyimpang dan kecurangan dalam kinerjanya. Termasuk adanya perilaku tidak etis dari manajemen dan kecurangan akuntansi. Moralitas manajemen yang tinggi diharapkan akan menurunkan perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi yang dilakukan manajemen perusahaan.

2.2. Kecenderungan Kecurangan

Pada dasarnya, penipuan bisa terjadi kapan saja, di mana saja dan oleh siapa saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Albrecht, W. S., and Chad Albrecht (2006) bahwa "hampir semua orang bisa jujur". Setiap manusia harus memiliki tujuan dan kebutuhan masing-masing dalam hidupnya. Untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan tersebut, kita dapat menggunakan cara apapun, baik jujur atau tidak jujur. Oleh karena itu, Singleton et. al. (2006) mendefinisikan penipuan sebagai strategi untuk mencapai tujuan pribadi atau organisasi dan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan cara-cara yang tidak jujur. Sutherland sebagaimana dikutip oleh Geis dan Meier (1977: 40), menjelaskan bahwa kecurangan akuntansi dalam dunia usaha di antaranya berbentuk salah saji atas laporan keuangan, manipulasi di pasar modal, penyuapan komersial, penyuapan dan penerimaan suap oleh pejabat publik secara langsung atau tidak langsung, kecurangan atas pajak, serta kebangkrutan.

Albrecht et. al. (2006) menjelaskan bahwa kecurangan adalah istilah generik, dan mencakup semua sarana yang aneka kecerdikan manusia dapat merancang, yang terpaksa oleh satu individu, untuk mendapatkan keuntungan lebih dari yang lain oleh

(26)

perwakilan palsu. Tidak ada aturan yang pasti dan tidak berubah-ubah dapat diletakkan sebagai proposisi umum dalam mendefinisikan penipuan.

Namun, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memiliki pernyataan yang berbeda untuk definisi kecurangan. IAI (2001) menjelaskan kecurangan (akuntansi) sebagai (1) salah saji terjadi dari penipuan dalam pelaporan keuangan, yaitu salah saji atau sengaja kelalaian jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk menipu pengguna laporan keuangan dan (2) salah saji terjadi dari penanganan yang salah terhadap aset yang berkaitan dengan pencurian aset entitas menyebabkan penyajian laporan keuangan yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi. IAI menyatakan, tidak secara eksplisit, bahwa penipuan akuntansi adalah kejahatan.

Kecenderungan penipuan bisa dilakukan dalam bentuk apapun. Pendapat Wells (2005) menyatakan bahwa salah saji dalam laporan keuangan dalam bentuk menyajikan aset yang lebih tinggi atau lebih rendah, atau keuntungan dapat dilakukan dalam beberapa skema yang (1) penipuan dalam penilaian aset, (2) pendapatan fiktif, (3) menyembunyikan kewajiban perusahaan dan pengeluaran, (4) perbedaan dalam penerimaan pendapatan, dan (5) penipuan dalam mengungkapkan informasi laporan keuangan.

Dalam PSA No 70 (SA Seksi 316), juga dijelaskan beberapa jenis penipuan akuntansi yang dilakukan dalam beberapa bentuk seperti (1) manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data untuk laporan keuangan, (2) representasi salah dalam atau kelalaian dari laporan keuangan peristiwa signifikan, transaksi, atau informasi, dan (3) tidak diterapkan dengan benar prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi jalan,

(27)

presentasi, atau mengungkapkan yang dilakukan dengan sengaja. Tindakan tersebut juga dapat dikategorikan sebagai bentuk dari salah saji yang bertujuan untuk menipu pengguna laporan keuangan.

Hasil-hasil penelitian tentang kecurangan akuntansi, menunjukkan bahwa kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh tingkat korupsi di suatu negara (Sheifer and Vishny, 1993 dan Gaviria, 2001). Hasil penelitian Mayangsari dan Wilopo (2002) membuktikan bahwa internal birokrasi memberikan pengaruh terhadap kecurangan akuntansi pemerintahan. Artinya, semakin baik pengendalian internal birokrasi, maka semakin rendah tingkat kecurangan akuntansi pemerintah. Pada penelitian ini, kecenderungan kecurangan lebih mengacu pada definisi Singleton et. al. (2006) yang mendefinisikan penipuan sebagai strategi untuk mencapai tujuan pribadi atau organisasi. dan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan cara-cara yang tidak jujur.

2.3. Perilaku Tidak Etis

Buckley et al., (1998) dalam Wilopo (2006) menjelaskan bahwa perilaku tidak etis merupakan sesuatu yang sulit untuk dimengerti, yang jawabannya tergantung pada interaksi yang kompleks antara situasi serta karakteristik pribadi pelakunya. Meski sulit dalam konteks akuntansi, dan hubungannya dengan pasar sering tidak jelas, namun memodelkan perilaku perlu dipertimbangkan guna memperbaiki kualitas keputusan serta mengurangi biaya yang berkaitan dengan informasi dan untuk memperbaiki tersedianya informasi yang tersedia bagi pasar (Hendriksen, 1992:237).

(28)

Perusahaan sebagai pribadi artifisial memiliki tanggung jawab moral dan sosial, yang pada tingkat operasional diwakili secara formal oleh manajemen (Keraf, 1998: 113-136). Dengan mengacu pada dimensi perilaku yang menyimpang dalam bekerja dari Robinson (1995), Tang et al., (2003) menjelaskan indikator dari perilaku yang menyimpang atau tidak etis dalam perusahaan. Perilaku ini terdiri dari perilaku yang menyalahgunakan kedudukan/posisi (abuse position), perilaku yang menyalahgunakan kekuasaan (abuse power), perilaku yang menyalahgunakan sumber daya organisasi (abuse resources), serta perilaku yang tidak berbuat apa-apa (no action). Penelitian ini meminjam konsep Tang et al., (2003) untuk menjelaskan indikator perilaku tidak etis perusahaan.

2.4. Keefektifan Pengendalian Internal

Teori atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin maupun orang yang diberikan wewenang dipengaruhi oleh atribut penyebab (Green and Mitchell, dalam Waworuntu, 2003). Oleh sebab itu, diperlukan sistem pengendalian untuk mengurangi penyebab terjadinya tindakan yang tidak etis dan kecurangan akuntansi.

Sistem pengendalian internal merupakan proses yang dijalankan untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum, dan efektivitas dan efisiensi operasi (Mulyadi dan Puradiredja , 1998). Sistem pengendalian yang efektif diharapkan dapat mengurangi adanya perilaku tidak etis yang dilakukan manajemen untuk memaksimalkan kepentingan pribadi. Selain mengurangi adanya perilaku tidak etis, sistem pengendalian internal diharapkan mampu mengurangi adanya tindakan menyimpang

(29)

yang dilakukan oleh manajemen. Manajemen cenderung melakukan tindakan menyimpang untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Salah satu contoh tindakan menyimpang yaitu kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi.

Pengendalian merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan manajemen untuk memastikan (secara memadai, bukan mutlak) tercapainya tujuan dan sasaran organisasi. Tindakan/aktivitas pengendalian yang ada dalam organisasi dikelompokkan dalam (BPK, 2009) :

a. Pengendalian Pencegahan (preventive controls) bertujuan untuk mencegah galat (errors) atau peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.

b. Pengendalian Pendeteksian (detective controls) bertujuan untuk menginformasikan kepada manajemen galat atau masalah yang sedang terjadi atau beberapa saat setelah terjadi.

c. Pengendalian Pemulihan (corrective controls) biasanya digunakan bersama dengan pendeteksian, bertujuan untuk memperbaiki kembali dari akibat terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.

Menurut COSO, pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh direksi organisasi, manajemen, dan personel lainnya, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai akan tercapainya tujuan dalam kategori berikut (BPK, 2009) :

a. Efektivitas dan efisiensi operasi b. Keandalan pelaporan keuangan

c. Ketaatan pada hukum dan peraturan yang berlaku

(30)

a. Tujuan perusahaan yang ditetapkan akan dapat dicapai.

b. Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya.

c. Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Pengendalian internal dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian internal dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan. Sasaran Pengendalian Internal adalah :

1. Mendukung operasi perusahaan yang efektif dan efisien. 2. Laporan Keuangan yang handal/akuntabel

3. Perlindungan aset

4. Mengecek keakuratan dan kehandalan data akuntansi

5. Kesesuaian dengan hukum dan peraturan–peraturan yang berlaku 6. Membantu menentukan kebijakan manajerial

American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) dalam Christofel (2010) rmendefenisikan sistem pengendalian internal mencakup susunan organisasi dan semua metode beserta kebijakan/ peraturan yang terkoordinasi dalam perusahaan, dengan tujuan untuk melindungi:

a. Harta kekayaan perusahaan

b. Memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi c. Meningkatkan efisiensi operasi usaha

(31)

2.5. Kesesuaian Kompensasi

Dalam teori atribusi, tindakan sesorang dalam organisasi dipengaruhi oleh atribut penyebab (Waworuntu, 2003). Tindakan curang yang dilakukan seseorang, disebabkan oleh keinginan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Kompensasi yang sesuain diharapkan mampu mengurangi adanya keinginan untuk melakukan tindakan curang. Kompensasi tersebut bertujuan agar manajemen dapat bertindak sesuai keinginan pemilik perusahaan dan tidak melakukan tindakan menyimpang. Tindakan menyimpang seperti adanya perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi, diharapkan dapat berkurang dengan adanya sistem kompensasi yang diberikan.

Pada dasarnya manusia bekerja juga ingin memeroleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah seorang karyawan mulai menghargai kerja keras dan semakin menunjukkan loyalitas terhadap perusahaan dan karena itulah perusahaan memberikan penghargaan terhadap prestasi kerja karyawan yaitu dengan jalan memberikan kompensasi. Salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi dan meningkatkan kinerja para karyawan adalah melalui kompensasi (Mathis dan Jackson, 2000).

Kompensasi penting bagi karyawan sebagai individu karena besarnya kompensasi mencerminkan ukuran karya mereka diantara para karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Kompensasi seringkali juga disebut penghargaan dan dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi. Pengertian kompensasi dari beberapa tokoh yaitu :

(32)

1. Menurut William B. Werther dan Keith Davis kompensasi adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya. Baik upah per jam ataupun gaji periodic didesain dan dikelola oleh bagian personalia.

2. Menurut Andrew F. Sikula kompensasi adalah segala sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggap segai suatu balas jasa atau ekuivalen.

Tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) antara lain adalah: 1. Ikatan Kerja Sama

Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

2. Kepuasan Kerja

Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.

3. Pengadaan Efektif

Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah

4. Motivasi

Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya.

(33)

Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turn-over relatif kecil.

6. Disiplin

Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.

7. Pengaruh Serikat Buruh

Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.

8. Pengaruh Pemerintah

Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum) maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.

2.6. Asimetri Informasi

Asimetri informasi adalah situasi di mana terjadi ketidakselarasan informasi antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak yang membutuhkan informasi. Asimetri informasi ini membuat manajemen memanfaatkan ketidakselarasan informasi untuk keuntungan mereka serta sekaligus merugikan pihak luar perusahaan, seperti membiaskan informasi yang terkait dengan investor (Scott, 2003:7-8).

(34)

Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:

1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.

2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.

(35)

2.7. Ketaatan Aturan Akuntansi

Dalam suatu organisasi atau perusahaan terdapat aturan yang menjadi dasar perilaku manajemen yang dibuat untuk mencegah terjadinya aktivitas menyimpang yang dapat merugikan perusahaan. Salah satu aturan dalam suatu perusahaan atau organisasi adalah aturan akutansi. Aturan akuntansi mengatur tentang pelaporan keuangan yang berpedoman pada PSAK yang dikeluarkan oleh IAI. Informasi yang tersedia dalam laporan keuangan sangat penting bagi investor dan manajemen sehingga harus dapat diandalkan. Sehingga dibutuhkan suatu aturan untuk menjaga keandalan informasi tersebut dan menghindari tindakan yang menyimpang yang dapat merugikan perusahaan atau organisasi.

(36)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Penelitian ini merupakan pengembangan model faktor yang berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi melalui penggabungan beberapa variabel dari beberapa studi, yaitu pengendalian internal, sistem kompensasi, asimetri informasi, ketaatan aturan akuntansi, perilaku tidak etis, dan yang terakhir adalah kecurangan akuntansi. Berdasar enam variabel tersebut, peneliti menyusun sebuah kerangka konseptual. Kerangka konseptual tersebut dijelaskan pada gambar berikut ini.

Gambar 3.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Dalam menentukan variabel-variabel tersebut peneliti mereplikasi dari beberapa peneliti terdahulu yang sesuai. Variabel-variabel tersebut diambil dari penelitian yang

Pengendalian internal

Sistem kompensasi

Asimetri informasi Ketaatan aturan

akuntansi

Perilaku tidak etis Kecurangan akuntansi 1

2

3

4

(37)

dilakukan oleh Smith, R., Sam Tiras, and Stan Vichitlekarn., (1997), Wilopo (2006), Wright (2003), Jensen and Meckling (1976), Dunk (1993), M. Van Dyck (2000), Larkin (2000), D’Aquila (2001), Adams, J. S., Armen Tashchian and Ted H. Shore., (2001), Dallas (2002), Green and Calderon (1999), Reinstein (1998), serta COSO (2002). Berikut akan disajikan mengenai penelitian terdahulu tiap kerangkanya, yaitu hubungan :

1 = Smith et al., (1997), Wilopo (2006)

2 = Wright (2003), Jensen and Meckling (1976)

3 = Dunk (1993), M. Van Dyck (2000), Wilopo (2006)

4 = Larkin (2000), D’Aquila (2001), Adams et al., (2001), Wilopo (2006)

5 = Dallas (2002), Green and Calderon (1999), Reinstein (1998), COSO (2002), Wilopo (2006)

Variabel pertama yaitu pengendalian internal. Penelitian ini menggunakan elemen variabel pengendalian internal yang dikembangkan oleh Wilopo (2006) dari IAI 2001), yaitu sebagai berikut :

a. Wewenang dan tanggung jawab b. Otorisasi

c. Pemeriksaan fisik d. Pencatatan

e. Evaluasi

Pengukuran indikator variabel menggunakan skala likert lima poin. Berdasarkan indikator pengukuran tersebut, maka diuraikan instrument dalam kuesioner sebagai berikut :

(38)

a. Penerapan wewenang dan tanggung jawab b. Otorisasi transaksi dan bukti pendukung c. Pemeriksaan fisik atas kekayaan

d. Pencatatan kegiatan operasional e. Evaluasi aktivitas operasional

Variabel kedua adalah kesesuaian sistem kompensasi. Penelitian ini menggunakan variabel sistem kompensasi yang dikembangkan oleh Wilopo (2006) dari Gibson (1997: 182 – 185), yaitu sebagai berikut :

a. Kesesuaian kompensasi b. Kesesuaian pekerjaan c. Kesesuaian promosi

d. Kesesuaian sistem manajemen e. Kesadaran pribadi

f. Kesesuaian

Pengukuran indikator variabel menggunakan skala likert lima poin. Berdasarkan indikator pengukuran tersebut, maka diuraikan statement dalam kuesioner sebagai berikut :

a. Kesesuaian kompensasi dengan pekerjaan b. Kesesuaian pekerjaan dengan kemampuan c. Kesesuaian promosi dengan prestasi kerja

d. Kesesuaian system manajemen dengan penyelesaian tugas

(39)

f. Kesesuaian antara tanggung jawab penyusunan laporan keuangan dengan keahlian.

Variabel ketiga adalah asimetri informasi. Penelitian ini menggunakan variabel asimetri informasi yang dikembangkan dari Dunk (1993), yaitu sebagai berikut :

a. Transparansi informasi b. Transparansi hubungan data

c. Pemahaman penyajian laporan keuangan d. Transparansi proses dan prosedur

e. Transparansi pengaruh penyusunan laporan keuangan f. Transaparansi isi laporan keuangan

g. Pertimbangan moral dan profesi penyusunan laporan keuangan

Pengukuran indikator variabel menggunakan skala likert lima poin. Berdasarkan indikator pengukuran tersebut, maka diuraikan statement dalam kuesioner sebagai berikut :

a. Transparansi informasi yang berkaitan dengan transaksi

b. Transparansi hubungan data transaksi dengan proses penyusunan laporan keuangan

c. Kemudahan memahami penyajian laporan keuangan oleh pihak luar d. Transparansi proses dan prosedur penyusunan laporan keuangan e. Transparansi faktor yang mempengaruhi pembuatan laporan keuangan f. Transparansi isi dan angka pada penyajian laporan keuangan

(40)

Variabel keempat adalah ketaatan aturan akuntansi. Penelitian ini menggunakan variabel ketaatan aturan akuntansi yang dikembangkan peneliti dari IAI (1998) perihal kode etik akuntan, yaitu sebagai berikut :

a. Prioritas kepentingan b. Pengungkapan (disclosure) c. Independensi d. Kehati-hatian e. Pertimbangan hukum f. Konsistensi ketaatan g. Ketaatan

Pengukuran indikator variabel menggunakan skala likert lima poin. Berdasarkan indikator pengukuran tersebut, maka diuraikan statement dalam kuesioner sebagai berikut :

a. Prioritas kepentingan pengguna laporan keuangan

b. Pengungkapan (disclosure) transaksi dan kejadian keuangan c. Independensi penyusunan laporan keuangan

d. Prinsip kehati-hatian

e. Pertimbangan hukum dalam hal pengungkapan tahasia akuntansi perusahaan f. Konsistensi ketaatan terhadap aturan akuntansi

g. Ketaatan pada penggunaan starndar akuntansi keuangan

Variabel kelima adalah perilaku tidak etis. Penelitian ini menggunakan variabel perilaku tidak etis yang dikembangkan oleh Robinson (1995) dan Tang, T. L. P. and Randy K. Chiu., (2003), yaitu sebagai berikut :

(41)

a. Penggunaan kendaraan b. Penggunaan peralatan

c. Penerimaan bonus oleh pimpinan d. Perilaku merugikan

Pengukuran indikator variabel menggunakan skala likert lima poin. Berdasarkan indikator pengukuran tersebut, maka diuraikan statement dalam kuesioner sebagai berikut :

a. Penggunaan kendaraan b. Penggunaan peralatan

c. Penerimaan bonus oleh pimpinan d. Perilaku merugikan di lingkungan kerja

Variabel keenam adalah kecurangan akuntansi. Penelitian ini menggunakan variabel kecurangan akuntansi yang merupakan modifikasi model yang dikembangkan oleh Wilopo (2006) dari SPAP, seksi 316 IAI, 2001, yaitu sebagai berikut :

a. Penyajian biaya b. Penghilangan catatan c. Penyajian piutang

Pengukuran indikator variabel menggunakan skala likert lima poin. Berdasarkan indikator pengukuran tersebut, maka diuraikan statement dalam kuesioner sebagai berikut :

a. Penyajian biaya-biaya

(42)

c. Penyajian piutang macet

3.2. Penelitian Terdahulu dan Perumusan Hipotesis

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang melandasi penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari dan Wilopo (2002) yang meneliti pengaruh pengendalian internal dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Menemukan bahwa pengendalian internal dan perilaku tidak etis berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Penelitian lain yang telah dilakukan yaitu penelitian dari Wilopo (2006) yang meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Menemukan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Namun penelitian ini menemukan hal yang bertentangan dengan hipotesis serta teori dan hasil penelitian sebelumnya, bahwa kompensasi yang sesuai yang diberikan perusahaan ternyata tidak menurunkan perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini disebabkan kompensasi yang diberikan perusahaan ternyata tidak sesuai dengan keinginan manajemen perusahaan, serta hasil yang diperoleh dari perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi lebih besar dibanding kompensasi yang diterimanya.

Penelitian yang dilakukan Thoyibatun (2008) yang meneliti pengaruh keefektifan pengendalian internal dan sistem kompensasi terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Dengan menambah sistem pengukuran

(43)

dengan menggunakan COSO (1998) menemukan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi lain halnya dengan sistem kompensasi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa sistem kompensasi tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak etis dan berpengaruh positif terhadap kecenderungan akuntansi.

1. Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan Kohlberg (1969). Oleh sebab itu, diperlukan sistem pengendalian untuk mengurangi penyebab terjadinya tindakan yang tidak etis dan kecurangan akuntansi.

Sistem pengendalian internal diharapkan mampu mengurangi adanya tindakan menyimpang yang dilakukan oleh manajemen. Manajemen cenderung melakukan tindakan menyimpang untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Salah satu contoh tindakan menyimpang yaitu kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi.

Kecenderungan kecurangan akuntansi dapat terjadi apabila ada peluang untuk melakukan hal tersebut. Peluang yang besar membuat kecenderungan kecurangan akuntansi lebih sering terjadi. Peluang tersebut dapat dikurangi dengan sistem pengendalian internal yang baik. Pengendalian internal yang baik dapat mengurangi atau bahkan menutup peluang untuk melakuakan kecenderungan kecurangan akuntansi.

(44)

Smith et al., (1997) menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini berpendapat bahwa pengendalian internal yang efektif mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi.

H1: keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

2. Pengaruh Kesesuaian Sistem Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Kompensasi yang sesuai menjadi bagian yang sangat penting bagi kinerja karyawan serta keberhasilan organisasi (Luthans, 1998: 231-238). Pendapat ini didukung oleh Wright (2003) yang menyatakan bahwa insentif, pengawasan serta sistem yang berjalan dengan baik dapat mencegah perilaku tidak etis manajemen perusahaan. Meski Robinson (1995), Tang et al., (2003), serta Dallas (2002) menyatakan sebaliknya, penelitian ini berpendapat bahwa pemberian kompensasi yang sesuai akan menurunkan perilaku tidak etis manajemen perusahaan.

Jensen and Meckling (1976) menjelaskan dalam teori keagenan bahwa pemberian kompensasi yang memadai ini membuat agen (manajemen) bertindak sesuai dengan keinginan dari prinsipal (pemegang saham). Yaitu dengan memberikan informasi sebenarnya tentang keadaan perusahaan. Pemberian kompensasi ini diharapkan mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Meski terdapat beberapa pendapat dan hasil penelitian yang berbeda dengan teori keagenan, seperti dari Dallas (2002), Pritchard (1999), Ribstein (2002), Chtourou, S. M., Jean Bédard, and Lucie Courteau., (2001), Apostolou, B. A., Jhon M. Hassel, Sally A. Webber,

(45)

Glenn E. Sumners., (2001), serta Church, B. K., Jeffrey J. McMillan., and Arnold Schneider., (2001), penelitian ini berpendapat bahwa kompensasi yang sesuai akan menurunkan kecenderungan kecurangan akuntansi.

Dalam teori atribusi, tindakan sesorang dalam organisasi dipengaruhi oleh atribut penyebab (Waworuntu, 2003). Tindakan curang yang dilakukan seseorang disebabkan oleh keinginan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Tindakan tersebut didorong oleh ketidakpuasan individu atas imbalan yang mereka peroleh dari pekerjaan yang mereka kerjakan. Sistem kompensasi yang sesuai diharapkan dapat membuat individu merasa tercukupi sehingga individu tidak melakukan tindakan yang merugikan organisasi termasuk melakukan kecurangan akuntansi. Kompensasi yang sesuai diharapkan mampu mengurangi adanya keinginan untuk melakukan tindakan curang.

H2: kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

3. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Asimetri informasi adalah situasi di mana terjadi ketidakselarasan informasi antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak yang membutuhkan informasi. Asimetri informasi ini membuat manajemen memanfaatkan ketidakselarasan informasi untuk keuntungan mereka serta sekaligus merugikan pihak luar perusahaan, seperti membiaskan informasi yang terkait dengan investor (Scott, 2003:7-8). Demikian pula berkaitan dengan teori keagenan, Healy P.M (2000) dan Lambert (2001) menyatakan bahwa keberadaan asimetri informasi akan

(46)

menimbulkan permasalahan perilaku yang disfungsional bagi agen (manajemen perusahaan). Hasil penelitian Dunk (1993) dan M. Van Dyck (2000) menunjukkan hubungan antara asimetri informasi dengan perilaku yang tidak etis, baik yang dilakukan bawahan maupun pihak luar perusahaan (auditor eksternal).

Bila terjadi asimetri informasi, manajemen perusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang bermanfaat bagi mereka, demi motivasi untuk memperoleh kompensasi bonus yang tinggi, mempertahankan jabatan dan lain-lain (Khang, 2002). Demikian pula, bila terjadi asimetri informasi, manajemen perusahaan membuat bias atau memanipulasi laporan keuangan sehingga dapat memperbaiki kompensasi dan reputasi manajemen, serta ratio-ratio keuangan perusahaan (Scott, 2003:13). Pendapat ini didukung oleh Albercht (2004: 26-33), Green and Calderon (1999), Reinstein (1998) dan COSO (2002). Menurut Irianto et al (2012: 144-163): “to solve agency problems, the management of the company should implement the right accounting principles”. Untuk menyelesaikan permasalahan agen, maka manajemen sepatutnya menerapkan prinsip-prinsip akuntansi dengan benar.

Teori keagenan (Jensen and Meckling, 1976) sering digunakan untuk menjelaskan kecurangan akuntansi. Teori keagenan bermaksud memecahkan dua problem yang terjadi dalam hubungan keagenan. Salah satunya adalah problem yang muncul bila keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen bertentangan, dan juga disaat prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang sebenarnya dilakukan oleh agen. Bila agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki kenginan dan motivasi yang berbeda, maka agen (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal (pemegang saham). Keinginan,

(47)

motivasi dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham. H3: asimetri informasi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi.

4. Pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Roberts, Clare, Pauline Weetman, and Paul Gordon., (2002:23) berpendapat bahwa cara profesi diorganisir, melalui antara lain kode etik, dan ketaatan atas aturan akuntansi, akan memberikan pengaruh serta mengendalikan perilaku manajemen perusahaan. Terdapat beberapa penelitian yang mendukung pendapat tersebut di atas, di antaranya adalah dari Larkin (2000), D’Aquila (2001), serta Adams et al., (2001). Dengan demikian semakin perusahaan taat pada aturan akuntansi, semakin rendah perilaku tidak etis manajemen perusahaan.

Faktor-faktor yang mendorong perusahaan untuk menyediakan informasi laporan keuangan adalah kekuatan pasar serta kekuatan regulasi (Foster, 1986: 24-45). Regulasi ini mensyaratkan perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai aturan atau standar akuntansi kepada para pihak yang membutuhkan. Wolk and Tearney (1997: 93-95) menjelaskan bahwa kegagalan penyusunan laporan keuangan yang disebabkan karena ketidaktaatan pada aturan akuntansi, akan menimbulkan kecurangan perusahaan yang tidak dapat dideteksi oleh para auditor.

(48)

Pada teori perkembangan moral Kohlberg (1969), moralitas manajemen yang tinggi juga didukung pada ketaatan aturan yang berlaku. Dalam teori tersebut pada tahap pasca konvensional, manajemen berorientasi pada peraturan yang berlaku, sehingga ketaatan aturan akuntansi dapat membentuk moralitas manajemen yang tinggi dan dapat menurunkan kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen.

H4: Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

5. Pengaruh Perilaku Tidak Etis Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Dalam teori perkembangan moral Kohlberg (1969) menyatakan bahwa moral berkembang melalui tiga tahapan, yaitu tahapan pra-konvensional, tahapan konvensional, dan tahapan post-konvensional. Pada tahap postkonvensional merupakan akhir dari tahapan perkembangan moral yang membentuk prinsip etika yang dimiliki manajemen. Prinsip tersebut menunjukan sikap dari manajemen dalam pengelolaan perusahaan untuk menentukan keputusan yang baik atau buruk bagi perusahaan.

Prinsip etika suatu manajemen diwakili oleh prilaku manajemen dalam pengelolaan perusahaan. Jika perilaku yang ditunjukan oleh manajemen cenderung tidak etis maka dapat menyebabkan terjadinya tindakan kecurangan akuntansi. Dengan kata lain, semakin tinggi perilaku tidak etis maka semakin tinggi pula tindakan kecurangan akuntansinya.

(49)

Dallas (2002) menyatakan bahwa berbagai kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan Enron, WorldCom, Xerox, dan lain-lain di USA dikarenakan perilaku tidak etis manajemen perusahaan. Demikian pula CIMA (2002) dalam Wilopo (2006) berpendapat bahwa perusahaan dengan standar etika yang rendah memiliki risiko kecurangan akuntansi yang tinggi.

Berbagai kajian dan penyampaian fakta, seperti oleh Green and Calderon (1999), Reinstein (1998) dan COSO (2002) menunjukkan bahwa perilaku tidak etis dalam bentuk penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, kedudukan, dan sumberdaya perusahaan, mendorong manajemen melakukan kecurangan akuntansi. H5: perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi.

H6: perilaku tidak etis mampu meng-intervening hubungan antara keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, ketaatan aturan akuntansi, dan asimetri informasi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi.

(50)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory research). Explanatory research adalah penelitian yang menjelaskan ada atau tidaknya hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti melalui suatu pengujian hipotesis yang dirumuskan. Studi ini penting untuk memperoleh pengertian yang baik mengenai fenomena perhatian dan melengkapi pengetahuan lewat pengembangan teori lebih lanjut dan pengujian hipotesis (Sekaran, 2006).

4.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey (survey method). Survey adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu agar peneliti memperoleh data lapangan / empiris untuk memecahkan masalah penelitian dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Jogiyanto, 2004).

Kuesioner yang digunakan mereplikasi dari Wilopo (2006). Peneliti mengurangi 2 item pertanyaan terkait kecenderungan kecurangan akuntansi, yaitu:

1. Agar laba tampak lebih besar, wajar bila pimpinan bagian akuntansi memperkecil biaya-biaya yang tercatat dalam pembukuan.

(51)

2. Bila ingin menunjukkan laba yang lebih besar dari yang sebenarnya, penanggung jawab penyusunan laporan keuangan diperkenankan untuk memperkecil cadangan piutang yang macet.

Peneliti mengurangi 2 item pertanyaan tersebut karena penelitian dilakukan di Universitas Brawijaya yang merupakan institusi pendidikan yang tidak berorientasi pada laba. Sebaliknya, penelitian sebelumnya dilakukan di perusahaan publik dan BUMN di Indonesia.

Selanjutnya peneliti melakukan uji validitas dan uji reliabilitas kuesioner melalui pilot test. Pilot test dilakukan pada 28 karyawan bagian akuntansi dan keuangan, pengadaan, pengelola hibah, dan auditor internal di universitas brawijaya. Peneliti memilih non-sampel ini karena karyawan tersebut sebagai pelaku yang mengetahui sekaligus memahami aktivitas akuntansi dan keuangan khususnya bagaimana teknis pengelolaan dana BLU. Peneliti melakukan pemeriksaan ulang atas kuesioner yang telah dibagikan kepada non-responden agar tidak terjadi bias dalam pengumpulan data pada penelitian yang sebenarnya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut:

1. Pembagian kuesioner

2. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan beberapa data yang berasal dari jurnal/literatur para ahli, situs-situs internet, serta berbagai data dan informasi terkait.

Teknik survey memiliki beberapa permasalahan seperti pada pertanyaan yang tidak dimengerti dan tidak meresponnya responden. Untuk meningkatkan kualitas

(52)

dari survey, peneliti melakukan beberapa hal, yaitu:

1. Diskusi dengan beberapa karyawan bagian akuntansi dan keuangan tentang pemahaman indikator yang ada dalam kuesioner.

2. Melakukan personalisasi, yaitu menandatangani langsung surat pengantar penelitian.

3. Tidak mencantumkan kolom terkait pemberian nama responden. 4. Memberitahu tanggal jatuh tempo terakhir survey harus direspon.

4.3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah entitas akuntansi di lingkungan Universitas Brawijaya terdiri atas 12 Fakultas. Mereka dianggap sebagai entitas akuntansi karena semuanya merupakan unit pengguna anggaran yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan pertanggungjawaban yang dikonsolidasi ke Kantor Pusat. Penelitian menggunakan metode survey sehingga semua anggota populasi mendapat kesempatan yang sama untuk mengisi kuesioner dengan pertimbangan jumlah anggota populasi yang tidak terlalu besar.

Sebagai unit analisis, penelitian ini melibatkan pembuat kebijakan dan pelaksana teknis yang mendapat delegasi wewenang dan tanggung jawab untuk terlibat dalam penggunaan dana yang dianggarkan dan penyelenggaraan akuntansi. Unit analisis tersebut terdiri dari pengelola, pejabat keuangan, kepala bagian tata usaha, pejabat sub-bag umum dan perlengkapan, dan sub-bag keuangan dan kepegawaian yang dalam kegiatannya memiliki keterlibatan langsung dalam panggunaan anggaran, panyelenggaraan akuntansi, (PP nomor 23/2005 pasal 32: hal

(53)

22). Dengan melibatkan aspek SDM dalam melakukan pengukuran, diharapkan dapat diketahui keterkaitan langsung antara kualitas pelaporan dengan standar pelaksanaan yang selama ini digunakan oleh pembuat kebijakan dan pelaksana teknis entitas akuntansi.

4.4. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 4.4.1. Variabel Dependen (Y1)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecurangan akuntansi. IAI (2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecenderungan kecurangan akuntansi terdiri dari tiga item pertanyaan yang merupakan modifikasi model yang dikembangkan oleh Wilopo (2006) dari SPAP, seksi 316 IAI, 2001.

Skala Likert 1 – 5 digunakan untuk mengukur respons dari responden. Semakin tinggi nilai yang ditunjukan menunjukan semakin curang. Pertanyaan bersifat pendapat dan bukan judgement, hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak akan ada responden yang mau mengaku telah berbuat curang.

Gambar

Tabel 4.1  Variabel, Indikator, dan Item Pertanyaan …………….....……...  44  Tabel 5.1  Tingkat Pengembalian Kuesioner ........................……………...

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Pengaruh Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi, dan Perilaku Tidak Etis Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris Pada Bank Konvensional

komitmen organisasi terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi menjadi hubungan tidak langsung dengan masuknya perilaku tidak etis sebagai.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk menganalisis pengaruh keefektifan sistem pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi dengan perilaku

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa keadilan prosedural berpengaruh negatif terhadap kecurangan akuntansi pada SKPD Kabupaten Maros, hal ini dapat dilihat dari

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi (fraud) yaitu penegakkan peraturan, asimetri informasi,

Secara eksplisit penelitian ini memiliki kontribusi untuk mencari faktor yang dapat menghindari adanya kecurangan akuntansi di masa yang akan datang yang mungkin akan dilakukan oleh

Wilopo 2006 Analisis Faktor - faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia