ADANYA PERKUATAN (SUPPORT)
Nyoman Wiswara P.A¹
Hendro Yassin
21Program Studi Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa, Jakarta Email: ayuningtiasss@gmail.com
2Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1 Jakarta
ABSTRAK
Perkembangan pembangunan gedung bertingkat semakin banyak seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya jumlah penduduk khususnya di Ibukota Jakarta. Dengan pertumbuhan penduduk yang pesat juga akan menyebabkan kebutuhan lahan tanah semakin meningkat. Sedangkan lahan yang tersedia terbatas sehingga harga tanah menjadi semakin mahal. Oleh karena itu dibutuhkan dinding penahan tanah yang efisien dan efektif. Dengan mengetahui kedalaman maksimum yang dapat dicapai dinding penahan tanah tanpa adanya perkuatan, para perancang (engineer) dapat membuat dinding penahan tanah yang efektif dan efisien.
Kata kunci : Tekanan lateral, diafragma wall, contigous bored pile, sheet pile, secant pile
1. LATAR BELAKANG
Di jaman yang serba modern ini, semakin banyak pembangunan gedung-gedung bertingkat terutama di kota-kota besar. Pembangunan gedung-gedung tersebut tidak hanya untuk pengembangan bisnis dan perkantoran juga untuk apartemen yang berguna untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara. Untuk mengimbangi pesatnya pembangunan gedung-gedung tersebut, maka diperlukan alat-alat dan teknologi yang modern sesuai dengan kebutuhan.
Seperti halnya pembangunan gedung–gedung yang mempunyai basement, pembangunan konstruksi dinding sungai, kelautan, dan konstruksi lainnya. Tipe pembangunan tersebut tergantung dari kondisi tanah setempat sehingga diperlukan konstruksi penahan tanah yang berfungsi mencegah terjadinya keruntuhan atau kelongsoran.
Sebagai contoh, perkembangan pembangunan gedung bertingkat semakin banyak seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya jumlah penduduk khususnya di Ibukota Jakarta. Dengan pertumbuhan penduduk yang pesat juga akan menyebabkan kebutuhan lahan tanah semakin meningkat. Sedangkan lahan yang tersedia terbatas sehingga harga tanah menjadi semakin mahal. Oleh karena itu dibutuhkan dinding penahan tanah yang efisien dan efektif. Dengan mengetahui kedalaman maksimum yang dapat dicapai dinding penahan tanah tanpa adanya perkuatan, para perancang (engineer) dapat membuat dinding penahan tanah yang efektif dan efisien.
2. STUDI PUSTAKA
2.1. Umum
Dalam pekerjaannya pelaksanaannya di lapangan, konstruksi teknik sipil tidak bisa dipisahkan dari tanah, karena tanah merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam konstruksi teknik sipil. dimana Apabila jenis dan sifat pada konstruksi tersebut berbeda maka akan berbeda pula jenis konstruksi yang akan digunakan.
Untuk itu diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai perilaku tanah, agar konstruksi yang dibangun dapat sesuai dengan kondisi tanah yang ada. Untuk mengetahui kondisi tanah dan sifat–sifat tanah maka diperlukan penyelidikian–penyelidikan mengenai tanah. Penyelidikan tanah tersebut pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan data dan pengetahuan mengenai kekuatan geser tanah, yang sangat diperlukan untuk menganalisis masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan konstruksi.
2.2 Definisi Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral merupakan hal yang sangat penting dalam perencanaan dinding basement dan sejumlah persoalan teknik pondasi. Mulai dari dinding penahan tanah dengan jenis turap, galian yang diberi perkuatan, tekanan tanah pada dinding terowongan dan konstruksi-konstruksi lain yang ada di bawah
tanah. Dari semua contoh tersebut memerlukan perkiraan tekanan lateral pada pekerjaan konstruksi, baik untuk analisis perencanaan maupun untuk analisis stabilitas.
Tekanan lateral yang bekerja pada dinding penahan tanah meliputi tekanan tanah pada kondisi diam, kondisi aktif, kondisi pasif, beban terbagi rata di atas permukaan timbunan, ketidakseimbangan muka air tanah di kedua sisi dinding, gaya gempa, gaya benturan gelombang, dan lain-lainnya. Pada perhitungan dinding penahan tanah yang umum, analisis didasarkan pada anggapan bahwa dinding bergerak secara lateral dengan cara menggeser atau berotasi terhadap kaki dinding, sehingga kuat geser tanah di belakang dinding sepenuhnya termobilisasi. Dalam kondisi ini, tekanan lateral tanah memenuhi teori-teori Rankine atau Coulomb.
Gaya-gaya lateral akibat tekanan tanah yang bekerja pada dinding penahan tanah sebenarnya tidak dapat dihitung secara langsung dengan teori-teori Rankine maupun Coulomb. Hal ini disebabkan karena dinding penahan tanah bersifat lebih fleksibel, sehingga kekakuan deformasi atau keluluhan struktur yang terjadi tidak sama dengan keluluhan dinding penahan tanah pada umumnya.
Rankine (1857) menyelidiki keadaan tegangan di dalam tanah yang berada pada kondisi keseimbangan plastis (plastic equilibrium) yaitu suatu keadaan yang menyebabkan tiap-tiap titik di dalam massa tanah menuju proses ke suatu keadaan runtuh. Pada awal dikemukakannya, teori Rankine hanya berlaku untuk tanah berbutir kasar. Kemudian teori tersebut dimodifikasi sehingga dapat berlaku untuk tanah kohesif, tanah terendam air, dan sebagainya. Teori Rankine mempunyai beberapa anggapan :
Tanah adalah semi-infinite, homogen, kering dan tanpa kohesi
Permukaan tanah adalah rata, yang dapat berupa mendatar maupun landai
Dinding adalah tegak dan licin dan tidak timbul gesekan antara dinding dan tanah Dinding runtuh pada dasar dinding.
Untuk tanah urugan kembali yang berupa tanah kohesif seperti tanah lempung, besarnya tekanan tanah aktif menjadi berkurang. Bell (1915) mengerjakan suatu penyelesaian hitungan tekanan tanah lateral pada dinding penahan dengan tanah urugan kembali yang berupa tanah berlempung.
2.2.1. Tekanan Tanah Saat Diam
Ditinjau suatu dinding penahan tanah dengan permukaan tanah mendatar pada Gambar 2.2. Mula-mula dinding dan tanah urug dibelakangnya pada kondisi diam, sehingga tanah pada kedudukan ini masih dalam kondisi elastis. Pada posisi ini tekanan tanah pada dinding akan berupa tekanan tanah pada saat diam dan tekanan tanah lateral pada dinding, pada kedalaman tertentu (h), dinyatakan oleh persamaan:
ߪ = ܭݔ ℎ ݔ ߛ Dimana: ܭ = koefisien tekanan tanah saat diam ߛ = berat volume tanah (kN/m3) 2.2.2. Tekanan Tanah Aktif
Suatu dinding penahan tanah dalam keseimbangannya menahan tekanan tanah horisontal tekanan ini dapat dievaluasi dengan menggunakan koefisien ka. Jadi jika berat suatu tanah sampai kedalaman h
maka tekanan tanahnya adalah γ x h dengan γ adalah berat volume tanah. Dan arah dari tekanan tersebut adalah arahnya vertikal ke atas. Sedangkan untuk mendapatkan tekanan horisontal maka ka adalah konstanta
yang fungsinya mengubah tekanan vertikal tersebut menjadi tekanan horisontal. Tekanan tanah aktif dengan kohesi nol (c = 0)
Tekanan horisontal tanah :
ܲ=ଵଶ ߛ ܪଶ ݇ (2.1) Nilai ka untuk permukaan tanah datar :
ܭ= 1 − ݏ݅݊ ∅1 + ݏ݅݊ ∅ = ݐܽ݊ଶ൬45° −∅2൰ (2.2) Nilai ka untuk kondisi tanah dengan permukaan miring :
ܭ= cos ߚ cos ߚ − ඥ(ܿݏ
ଶߚ − ܿݏଶ∅)
cos ߚ + ඥ(ܿݏଶߚ − ܿݏଶ∅ (2.3) Tekanan tanah lateral untuk tanah kohesi (c > 0) :
ܲ=12 ߛ ܪଶ ݇− 2ܿ ඥ݇ (2.4) 2.2.3 Tekanan Tanah Pasif
Suatu dinding penahan tanah dapat terdorong kearah tanah yang ditahan. Gaya tahan ini dikenal dengan tekanan tanah pasif, yang berlawanan dengan arah tekanan tanah aktif. Tekanan tanah pasif mempunyai koefisien sebesar kp
Tekanan tanah pasif dengan kohesi nol (c = 0) Tekanan horisontal tanah :
Nilai kp untuk permukaan tanah datar :
ܭ= 1 + ݏ݅݊ ∅1 − ݏ݅݊ ∅ = ݐܽ݊ଶ൬45° +∅2൰ (2.6) Nilai kp untuk kondisi tanah dengan permukaan miring :
ܭ= cos ߚ cos ߚ + ඥ(ܿݏ
ଶߚ − ܿݏଶ∅)
cos ߚ − ඥ(ܿݏଶߚ − ܿݏଶ∅ (2.7) • Tekanan tanah lateral untuk tanah kohesi (c > 0) :
ܲ=12 ߛ ܪଶ ݇+ 2ܿ ට݇ (2.8)
3. TEORI DASAR
Dinding penahan tanah adalah bangunan yang digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral yang ditimbulkan oleh tanah urug ataupun tanah asli. Dinding penahan tanah difungsikan sebagai penahan tanah dan air disekitarnya. Dinding penahan tanah juga dapat membantu untuk proses penggalian. Karena kemampuan untuk menahan aliran air dan menahan tekanan tanah, bangunan dinding penahan tanah banyak digunakan pada proyek proyek seperti irigasi, bangunan jalan raya, serta elemen elemen fondasi seperti bangunan ruang bawah tanah (besement), pangkal jembatan (abutment) dan lainnya. Ada beberapa jenis dinding penahan tanah seperti sheet pile, diafragma wall, secant pile, dan contigous bored pile.
Dalam perencanaanya ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan dinding penahan tanah yang akan digunakan antara lain jenis tanah, level muka air tanah, dan lokasi dan kondisi lingkungan sekitar serta ketersediaan alat yang digunakan. Dalam sistem penahan tanah direncanakan digunakan dinding permanen yang sekaligus dapat digunakan sebagai dinding basement. Dinding penahan tanah harus mampu menerima gaya aksial dari kolom yang cukup besar.
3..1 Diafragma Wall
Diafragma wall adalah dinding yang dibangun dibawah permukaan tanah dengan cara mengecor beton atau memasang panel precast kedalam lubang galian yang telah dibuat sebelumnya. Untuk memudahkan dalam proses penggalian, dibuatlah guide wall, guide wall berfungsi supaya mesin grab terarah dengan baik, sebagai dudukan alat grab dan alat penahan dalam pengecoran nanti. Bila kondisi tanah yang lembek, mudah terjadi kelongsoran dam lubang yang digali sangat dalam, maka digunakan digunakan bentonite, memasukkan cairan betonite ke dalam lubang galian sampai lumpur/air yang ada terganti dengan cairan bentonite. Fungsi dari cairan bentonite ini adalah menstabilkan tanah pada dinding lubang agar meminimalisi terjadinya kelongsoran. Proses tersebut disebut proses sending. Setelah proses sending harus segera dilakukan pemasangan tulangan agar kelongsoran tidak terjadi. Lalu dilakukan pengecoran
.
Gambar 3.1 Skema Penggalian Diafragma Wall (sumber Brasfon) Kelebihan dalam menggunakan diafragma wall ialah:
• Tidak menimbulkan polusi suara dan getaran yang dapat mengganggu lingkungan sekitar.
• Dapat digunakan pada saat struktur penahan tanah lainnya tidak dapat digunakan, seperti galian terlalu dalam.
• Dapat digunakan sebagai dinding basement itu sendiri (permanent retaining wall). • Mampu menahan tekanan tanah lateral dan tekanan air yang besar.
• Cocok untuk sistem cut-off dewatering.
• Dapat dilaksanakan tanpa jarak dengan bangunan yang bersebalahan, atau dapat dilaksanakan pada daerah yang sudah padat.
Kekurangan menggunakan diafragma wall:
• Kualitasnya sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah dan mutu pekerjaan.
• Bentonite yang digunakan dalam proses pembuatannya memerlukan tempat pembuangan dan penanganan tersendiri.
• Pembuatan diafragma wall pada tanah yang gembur dan permukaan tanah yang tinggi, dapat menimbulkan masalah dalam menjaga kestabilan dinding galian.
• Kecepatan pelaksanaan penggalian sangat bergantung dari jenis tanah. 3.2 Sheet Pile Wall
Sheet pile wall merupakan sejumlah sheet pile yang disusun sebaris, saling mengunci satu sama lain sehingga membentuk suatu konstruksi dinding penahan tanah sementara maupun permanen, yang mampu menahan beban akibat tekanan tanah dan air dari sebelah luar galian. Pada bagian atas sheet pile diberi capping beam, untuk mengikat sheet pile tersebut agar lebih kaku dan solid. Pada saat pemasangan sheet pile, perlu dibuat guide wall agar dapat tersambung dengan rapi dan lurus.
Steel sheet pile dimasukkan ke dalam tanah dengan cara digetarkan menggunakan hydraulic vibro hammer. Getaran ini cukup berdampak banyak pada lingkungan sekitar dan dapat menyebabkan retak-retak pada bangunan tetangga.
Sedangkan concrete sheet pile, dapat dimasukkan ke dalam tanah dengan cara ditekan atau diinjeksi, sehingga getaran yang terjadi akan lebih kecil dibandingkan dengan steel sheet pile. Oleh karena itu, concrete sheet pile lebih cocok digunakan sebagai struktur penahan tanah di kawasan yang padat, yang jaraknya cukup rapat, resiko retak pada bangunan tetangga sanga sulit dihindarkan, karena pemancangan sheet pile akan membuat desakan di dalam tanah, sehingga resiko terjadi retak tetap masih ada.
Secara garis besar steel sheet pile berdasarkan pada bentuknya dibedakan menjadi 5 bentuk dasar, yaitu:
a. Tipe U (U-type) dikembangkan oleh Larssen. b. Tipe Z (Z-type) dikembangkan oleh Hoesch. c. Tipe S (S-type) dikembangkan oleh Terre Rouge. d. Tipe I (I-type) dikembangkan oleh Peine.
e. Tipe Straight Web dikembangkan oleh Lackawana
Gambar 3.2 Sheet Pile (a) tipe U, (b) tipe Z, (c) tipe I (d) tipe I (e) Straight Web (sumber
http://www.sheetpiling-china.com)
Sheet pile dari beton (concrete sheet pile), terbuat dari batang beton bertulang yang dibuat dengan ukuran penampang dan panjang tertentu, sesuai dengan perencanaan. Pada saat pemancangan concrete sheet pile, massa tanah yang dipindahkan cukup besar, sehingga akan menimbulkan desakan tanah di dalam tanah dan perlawanan akibat gaya gesek tanah sepanjang pile. Maka resiko retak pada bangunan sekitar masih ada.
Gambar 3.3 Concrete Sheet Pile ( sumber http://www.multibeton.net) 3.3 Contigous Bored Piles Wall
Contiguous Bored Piles Wall merupakan sekumpulan bored pile yang disusun segaris, dan diantara bored pile akan disisipkan dengan bored pile lainnya atau dengan bentonite yang dicampur dengan semen
atau bisa denganlagging, sehingga membentuk suatu dinding penahan tanah, contiguous Bored Pile Wall dapat digolongkan dinding penahan tanah permanen, hamper cocok digunakan untuk semua jenis tanah. Contiguous Bored Pile Wall bisa dipaka bila konstruksi terletak pada lahan yang padat dan ramai, karne aselain amat kuat, juga pengerjaannya tidak menimbulkan getaran yang keras dan tidak terlalu bising. Beberapa kekurangan dari contiguous piles wall adalah seperti rembesan air tanah sukar dihindai dan pendetailan joint dengan balok atau pelat lebih rumit
Gambar 3.4 Contiguous Bored Pile dengan menggunakan campuran bentonite dengan semen
Gambar 3.5 Contiguous Bored Pile Wall yang tersusun dari bored pile (sumber http://www.rockal.com)
Proses pelaksanaannya sama seperti bored pile pada umumnya. Pertama dilakukan pengeboran, disertai dengan bentonite slurry ke dalam lubang bor untuk menjaga kestabilan lubang bor. Selanjutnya adukan beton dimasukkan dengan tremi ke dalam lubang bor menggantikan bentonite slurry, demikian seterusnya.
3.4 Secant Pile Wall
Secant Pile Wall pada prinsipnya sama dengan Contigous Bored Pile Wall, merupakan bored pile yang disusun segaris, saling memotong satu sama lain, sehingga membentuk dinding penahan yang kedap air dan lebih kuat dibandingkan sheet pile wall.
Secant Pile Wall terdiri dari 2 bagian pile, yaitu primary pile (female pile) dan secondary pile (male pile).
1. Primary Pile (female pile), merupakan bored pile tanpa tulangan, yang dibuat dengan diameter yang kebih kecil dari secondary pile. Pada pile ini diberi aditif retarder untuk memperpanjang waktu setting beton, sehingga pile ini masih cukup lunak atau lemah pada saat dilakukan pengeboran secondary pile. Tujuan pile ini dibuat lunak karena pada bagian tertentu dari pile ini akan hancur digantikan dengan secobdary pile.
2. Secondary Pile (male pile), merupakan bored pile yang dibuat dengan diameter yang lebih besae dari pada primary pile dan diberi tulangan. Pada proses pengerjaan dinding, pile ini akan disisipkan dianatara primary pile. Pengeboran secondary akan memotong sebagian primary pile, sehingga ketika di cor akan menghasilkan interlocking joint antara pile yang satu dengan lainnya.
Gambar 3.7 Secant Pile Wall (sumber http://www.fhwa.dot.gov)
4. STUDI KASUS
4.1. Gambaran Umum
Sebuah struktur bangunan tentunya berdiri di atas tanah dengan berbagai kondisi yang ditemukan. Penggunaan jenis dinding penahan tanah atau dinding turap disesuaikan berdasar atas kondisi tanah yang ada di area konstruksi. Untuk mengetahui jenis dan sifat tanah yang ada, maka diperlukan hasil pengujian laboratorium yang diambil dari sampel tanah di lapangan. Setelah mengetahui jenis dan sifat tanah yang ada, kita dapat merencanakan dinding penahan tanah yang tepat untuk mengantisipasi keruntuhan dari dinding galian.
Untuk menganalisa kedalaman maksimum dinding penahan tanah tanpa adanya perkuatan, maka dalam bab ini akan dibahas perhitungan dengan menggunakan program BMCOLPY/G dan perhitungan manual.
4..2 Kondisi Tanah Gedung Arsip Pemda DKI
Gambar 4.1 Kondisi Tanah Pada Gedung Arsip Pemda DKI • Tanah Lapis 1
• Jenis Tanah : Clay
• Berat jenis tanah (γ) : 16 kN/m3 • Kuat geser (c) : 15 kN/m2
• Phi (φ) : 100
• Tanah Lapis 2
• Jenis Tanah : Sand.
• Berat jenis tanah (γ) : 18 kN/m3
• Dr (density) : 70 %
• Phi (φ) : 380
4.3 Data Material Konstruksi yang Digunakan • Diafragma Wall
Tabel 4.1 Profil Diafragma Wall
Nilai Satuan
Fc' 30 Mpa
Modulus elastisitas Beton (E) 2.57 x 107 kN/m2
Dimensi 1000 x 600 mm
Momen inersia (I) 1.8 x 1010 mm4
Modulus elastisitas penampang beton (EI) 462600 kN.m2 • Contigous Bored Piles
Tabel 4.2 Profil Contigous Bored Pile
Nilai Satuan
Fc' 30 Mpa
Modulus elastisitas Beton (E) 2.57 x 107 kN/m2
Momen inersia (I) 2.01 x 1010 mm4 Modulus elastisitas penampang beton (EI) 516729.16 kN.m2
• Secant Pile
Tabel 4.3 Profil Secant Pile
Nilai Satuan
Fc' 30 Mpa
Modulus elastisitas Beton (E) 2.57 x 107 kN/m2
Diameter 880 mm
Momen inersia (I) 2.94 x 1010 mm4
Modulus elastisitas penampang beton (EI) 700502.92 kN.m2 • Sheet Pile
Tabel 4.4 Profil Sheet Pile Beton
Sheet Pile Beton Nilai Satuan
Fc' 30 Mpa
Modulus elastisitas Beton (E) 2.57 x 107 kN/m2
Dimensi 1000 x 500 mm
Momen inersia (I) 4.62 x 109 mm4
Modulus elastisitas penampang beton (EI) 118827.03 kN.m2 Tabel 4.5 Profil Sheet Pile Baja
Sheet Pile Baja BJ 41 Nilai Satuan
Modulus elastisitas Beton (E) 21 x 104 Mpa
Dimensi 650 x 480 Mm
Momen inersia (I) 3.99 x 108 mm4
Modulus elastisitas penampang beton (EI) 83718.6 kN.m2 4.4 Analisis terhadap Gaya-Gaya yang Bekerja
4.4.1 Gedung Arsip Pemda DKI • Kondisi Galian -4 meter
• Koefisien tekanan tanah aktif
ܭ= 1 − ݏ݅݊ ∅1 + ݏ݅݊ ∅ =1 − sin 10°1 + sin 10° = 0.7 • Tekanan tanah aktif
Pୟ= ߛ × ℎ × ݇− 2 × ܿ × ඥ݇ (4.2) Tabel 4.6 Perhitungan tekanan tanah aktif Gedung Arsip Pemda DKI
Tanah Lapis ke-
Kedalaman
Ka ඥkୟ
Tekanan Tanah Aktif, Pa
(m) kN/m2 1 0 0.7 0.84 (10 + 16 x 0) x 0.7 - (2 x 15 x 0.84) = -18.1 2.5 -18.1 + (16 x 2.5 x 0.7) = 9.9 4 9.9 + (6 x 1.5 x 0.7) = 16.2
• Tekanan air tanah
P୵= γୟ୧୰× h (4.3) Tabel 4.7 Perhitungan tekanan air tanah Gedung Arsip Pemda DKI
No. Kedalaman Tekanan Air Tanah, Pw
(m) kN/m2
1 0 0 x 0 = 0
2 2.5 0 x 2.5 = 0
• Tekanan total tanah aktif
P total = Pa + Pw (4.4)
Tabel 4.8 Perhitungan tekanan total tanah aktif Gedung Arsip Pemda DKI
Tabel 4.57 Hasil Ouput Program BMCOLPY/G No Nama Proyek Jenis Retaining wall Dalam Galian
(m) Panjang Tiang (m) Lendutan (mm) 1 Gedung Arsip Pemda DKI
Sheet pile baja - - -
Sheet pile beton - - -
Difragma wall 4 9 41
Contigous Bored Pile 4 9 40.3
Secant Pile 4 9 38.7
5. KESIMPULAN
1. Secara umum studi yang dilakukan di beberapa daerah di DKI Jakarta yang sebagian besar berada di daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedalaman maksimum galian yang dapat dicapai tanpa adanya perkuatan (support) adalah 3.5 ± 1 m
2. Secara khusus dapat dibagi menjadi beberapa daerah yaitu :
• Tanjung duren dan daerah sekitarnya : 3.5 ± 0.5 m • Sunter dan daerah sekitarnya : 2 ± 1 m • Kelapa gading dan daerah sekitarnya : 3 ± 1 m • Pademangan dan daerah sekitarnya : 2 ± 0.5 m • Pluit dan daerah sekitarnya : 2 ± 0.5 m • Senen dan daerah sekitarnya : 3.5 ± 0.5 m • Kuningan dan daerah sekitarnya : 3.5 ± 0.5 m • Senayan dan daerah sekitarnya : 3.5 ± 1 m
3. Dengan ouput yang dihasilkan dari bmcolpy yangg menujukkan bawah dengan batasan baja 10cm dan beton 5 cm kedalaman yang di dapat hapir sama maka bilamana di ambil batasan yang sama retaining wall yang terbuat dari beton akan mempunyai kedalaman galian lebih dalam daripada retaining wall yang terbuat dari baja
4. Semakin tinggi muka air tanah maka kedalaman galian akan semakin dangkal. Ini dikarenakan semakin tinggi muka air tanah, tekanan lateral yang terjadi akan semakin besar
5. Bilamana kita memakai nilai EI yang semakin besar maka lendutan yang terjadi akan semakin kecil yang mengakibatkan kedalaman galiaan maksimum akan semakin dalam.
Kedalaman Tekanan Total Tanah Aktif Tekanan Total Tanah Aktif/2
(m) kN/m2 Input BMCOLPY/G
kN/m2
0 0 + 0 = 0 0
2.5 9.9 + 0 = 9.9 4.95
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J.E., 1991, Analisa dan Disain Pondasi, Edisi ketiga jilid kedua, Erlangga, Jakarta. Hardiyatmo, H.C., 2005, Teknik Fondasi 2, Edisi kedua, cetakan ketiga, Beta Offset, Yogyakarta.
GEOSOFT, 1988, BMCOLPY/G, Beam Column Analysis with Nonlinear Supports, Engineering Analysis Program for Geotechnical Engineers, USA.
Gilbert Gedeon, P.E. Bearing Capacity of Soil, http://www.scribd.com/doc/53690271/Bearing-Capacity-of-Soils
Ibrahim Marcho. Studi Perbandingan Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Loading Test, Pile Driving Alalyzer dan Teoritis, 2005
Yuliantina, Renny Nurfitri, Analisis Dinding Penahan Dengan Sistem Diafragma Wall, 2008 Parhat, Valerize Fetrica, Pertimbangan Penggunaan Sheet Pile Untuk Basement