• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksperimen Model Problem Based Learning dan Project Based Learning pada Materi Teorema Pythagoras Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa (Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2017/2018)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eksperimen Model Problem Based Learning dan Project Based Learning pada Materi Teorema Pythagoras Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa (Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2017/2018)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPERIMEN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

NUR LIVIA DEWI MASHITOH A 410 140 145

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

1

EKSPERIMEN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

Abstrak

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu dengan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran, gaya belajar siswa, dan interaksi keduannya. Populasi dalam penelitian ini yaitu kelas VIII SMP Negeri 5 Surakarta. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu VIII D dan VIII G yang dipilih dengan teknik random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes, angket, observasi, dan dokumentasi. Pengujian validitas instrumen dengan product moment dan reliabilitas menggunakan cronbach alpha. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning pada kelas eksperimen dan Project Based Learning pada kelas kontrol terhadap hasil belajar matematika. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan Project Based Learning, dapat dilihat dari nilai rata-rata pada kelas Problem Based Learning 79,53 sedangkan pada kelas Project Based Learning 67,23; (2) tidak ada perbedaan hasil belajar pada siswa dengan kategori gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik; (3) pada masing-masing model pembelajaran dengan siswa kategori gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik memiliki hasil belajar yang sama, serta pada masing-masing kategori gaya belajar hasil belajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dibandingkan Project Based Learning.

Kata kunci: gaya belajar siswa, hasil belajar matematika, problem based learning, project based learning.

Abstract

This research used a quasi-experimental design with two-way analysis of variance with different cells that aims to determine the effect of differences in learning models, learning styles of students, and the interaction of both. The population in this research is class VIII SMP Negeri 5 Surakarta. The sample in this research consisted of two classes, namely VIII D and VIII G are selected technique by random sampling. Data was collected using the method of test, questionnaire, observation, and documentaton. Testing the validity of the instrument with product moment and reliability using Cronbach alpha. The conclusion of this study indicate that (1) there is the influence of the learning model Problem Based Learning in the experimental class and Project Based Learning in class control over mathematics learning outcomes. Application of model of learning Problem Based Learning is more effective than Project Based Learning, can be seen from the average value inclass Problem Based Learning 79,53 while the class Project Based Learning 67,23; (2) there is no difference in learning outcomes in students with learning style categories of visual, auditory, or kinesthetic; (3) on each model of learning with students learning style category visual, auditory, or kinesthetic have the same learning outcomes, as well as on each category of learning styles learning outcomes learning model Problem Based Learning is better than Project Based Learning.

(6)

2

Keywords: learning styles of students, mathematics learning outcome, problem based learning, project based learning.

1. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki. Tujuan dari pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No 20 Tahun 2003). Sebagai upaya mengoptimalkan tujuan pendidikan nasional disusun sebuah kurikulum yang sesuai untuk mengoptimalkan hasil belajar.

Hasil belajar merupakan tahap pencapaian aktual yang ditampilkan dalam bentuk perilaku yang meliputi aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik serta dapat dilihat dalam bentuk kebiasaan, sikap, dan penghargaan (Supardi, 2015, p. 2). Hasil belajar matematika (Lumabi, 2013) adalah pencapaian yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan ilmu eksak mengenai bilangan, logika atau penalaran, geometri, dan trigonometri diukur melalui sebuah tes atau ujian yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, ataupun huruf.

Matematika (Abdullah, 2016) merupakan ilmu pasti yang mempelajari tentang besaran, struktur dan bangun ruang yang kebenarannya dapat diturunkan dari definisi, teorema, serta aksioma. Mengingat akan pentingnya mata pelajaran matematika seharusnya siswa dapat menguasai semua materi yang ada. Namun, pada dasarnya mata pelajaran matematika yang bersifat abstrak serta memiliki tingkat kesulitan yang relatif tinggi mengakibatkan siswa menjadi malas mencoba soal dan hasil nilai ulangan harian lebih banyak yang mendapat di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Menanggapi kondisi tersebut, upaya yang dapat dilakukan agar suatu pembelajaran berlangsung menarik dan sesuai yang dikehendaki siswa maka diperlukan kreativitas guru dalam memilih model pembelajaran.

(7)

3

Model pembelajaran PBL menurut Fitri (2013) merupakan suatu model pembelajaran yang memfokuskan pada pengalaman pembelajaran yang diatur meliputi penyelidikan dan pemecahan masalah khususnya masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Model PBL ini menyebabkan motivasi dan rasa ingin tahu siswa menjadi meningkat juga membuat perubahan dalam pembelajaran terutama pada peran guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas untuk menjelaskan secara keseluruhan materi tetapi pada model PBL guru hanya membantu dan memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. PBL (Wulandari, 2013, p. 181) merupakan pembelajaran berpusat pada masalah yang tidak terstruktur yang digunakan sebagai titik awal dalam proses pembelajaran. PBL menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan masalah-masalah yang muncul.

Pembelajaran berbasis proyek memusatkan diri terhadap adanya sejumlah masalah yang mampu memotivasi , serta mendorong para siswa berhadapan dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pokok pengetahuan secara langsung sebagai pengalaman tangan pertama (hand-on experience). PjBL adalah suatu teknik pengajaran yang khas dan berbeda dengan umumnya teknik pengajaran. PjBL meningkatkan kebiasaan belajar siswa yang khas serta praktek pembelajaran yang baru. Para siswa harus berpikir secara orisinal sampai akhirnya mereka dapat memecahkan suatu masalah dalam kehidupan nyata (Warsono & Hariyanto, 2012, p. 154).

Selain dari model pembelajaran yang digunakan oleh guru, rendahnya nilai hasil belajar matematika dipengaruhi oleh gaya belajar yang biasanya siswa lakukan sehari-hari. Gaya belajar merupakan langkah-langkah penting untuk membantu siswa belajar lebih mudah dan cepat. Menurut De Porter gaya belajar dibagi menjadi tiga yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Ketiga model gaya belajar tersebut mempunyai ciri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Biasanya siswa memilih gaya belajar yang sesuai dengan kondisi yang disukainya, sehingga antara satu siswa dengan yang lainnya mempunyai gaya belajar yang

(8)

4

berbeda-beda serta mempunyai keistimewaan tersendiri (De Porter, 2013, p. 112-115).

Berdasarkan uraian tersebut ditentukan tiga hipotesis yaitu (1) Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning terhadap hasil belajar matematika. (2) Ada pengaruh gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. (3) Ada efek interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika.

Tujuan penelitian ini ada tiga yaitu (1) Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model Problem Based Learning dan Project Based Learning terhadap hasil belajar pada materi teorema pythagoras. (2) Untuk mengetahui pengaruh gaya belajar siswa terhadap hasil belajar pada materi teorema pythagoras. (3) Untuk mengetahui efek interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar pada materi teorema pythagoras. 2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain eksperimen semu (Sutama, 2015, p. 53). Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Desember 2017. Populasi pada penelitian ini yaitu kelas VIII SMP Negeri 5 Surakarta pada tahun ajaran 2017/2018. Pengambilan sampel dari populasi menggunakan teknik random sampling yang diperoleh kelas VIII D yang terdiri dari 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan VIII G terdiri dari 28 siswa sebagai kelas kontrol.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode tes, angket, observasi, dan dokumentasi. Metode tes digunakan untuk mengetahui data hasil belajar matematika kelas sampel. Tes dalam penelitian ini berbentuk soal uraian yang memuat lima soal. Metode angket diberikan pada kelas sampel untuk membedakan antara siswa yang memiliki kategori gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik. Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban yang tersedia. Sebelum diberikan pada kelas eksperimen dan kontrol tes dan angket tersebut diuji validitas dan reliabilitas, hasil dari keduanya dinyatakan valid dan reliabel. Observasi dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan untuk mengetahui permasalah yang pada SMP

(9)

5

Negeri 5 Surakarta. Data kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi.

Uji prasyarat analisis data meliputi uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett dengan taraf signifikansi 5% (Budiyono, 2009, p. 170-177). Data hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi 5% yang bertujuan untuk mengetahui terdapat pengaruh antara model pembelajaran, gaya belajar siswa, dan interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar. Jika H0 pada uji anava ditolak maka akan dilakukan uji pasca

anava. Uji pasca anava meliputi uji komparasi antar baris, antar kolom, antar sel pada kolom yang sama, dan antar sel pada baris yang sama (Budiyono, 2009, p. 215-217).

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini diawali dengan pengujian keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan untuk uji keseimbangan yaitu nilai UTS semester ganjil. Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung=

1,7572 < ttabel = 2,003 maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama sebelum diberikan perlakuan.

Hasil uji coba instrumen tes hasil belajar matematika 7 item soal semuanya dinyatakan valid, dan r11= 0,757 > rtabel = 0,268 sehingga tes hasil belajar

matematika reliabel. Banyaknya soal yang digunakan untuk menguji hasil belajar matematika sebanyak lima item soal. Hasil uji coba angket gaya belajar siswa menunjukkan bahwa dari 30 item terdapat 22 item valid. Uji reliabilitas angket gaya belajar diperoleh nilai reliabilitas r11= 0,703 > rtabel = 0,268 maka angket gaya belajar matematika tersebut dinyatakan reliabel. Banyaknya item yang digunakan untuk mengkategorikan gaya belajar siswa sebanyak 15 item.

Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model Problem Based Learning dan kelas kontrol diberikan model Project Based Learning. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan tes uraian pada kedua kelas tersebut. Tujuan dari pemberian tes tersebut yaitu untuk memperoleh data hasil

(10)

6

belajar matematika. Data hasil belajar matematika kedua kelas tersebut dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 1. Diagram Batang Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen Pada gambar 1. dapat dilihat bahwa nilai terendah pada kelas eksperimen yaitu 48, sedangkan nilai tertingginya yaitu 100. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata dari kelas eksperimen yaitu 78,93.

Gambar 2. Diagram Batang Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol

Pada gambar 2. dapat dilihat bahwa nilai terendah pada kelas kontrol yaitu 27, sedangkan nilai tertingginya yaitu 91. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata dari kelas eksperimen yaitu 67,39.

Penentuan kategori gaya belajar siswa diperoleh dari angket gaya belajar yang diberika pada siswa. Pada angket tersebut terdapat 15 item yang terdiri dari

0 2 4 6 8 Fr ek u en si Nilai

Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen

48-56 57-65 66-74 75-83 84-92 93-101 0 2 4 6 8 10 12 Fre ku en si Nilai

Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol

27-37 38-48 49-59 60-70 71-81 82-92

(11)

7

5 item visual, 5 item auditorial, dan 5 item kinestetik. Berikut data hasil pengkategorian gaya belajar siswa.

Tabel 1. Kategori Gaya Belajar Siswa Model

Pembelajaran

Gaya Belajar Siswa Total Visual Auditorial Kinestetik

Problem Based Learning 11 13 6 30 Project Based Learning 11 10 7 28

Tabel 1. menunjukkan pada kelas eksperimen didominasi kategori belajar gaya siswa auditorial, sedangkan pada kelas kontrol didominasi kategori belajar gaya siswa visual. Jadi pada kedua kelas tersebut mempunyai kategori belajar yang berbeda.

Setelah diperoleh hasil belajar matematika dan gaya belajar siswa maka selanjutnya dilakukan uji prasyarat analisis, yaang terdiri dari uji normalitas dan homogenitas dengan taraf signifikansi 5%. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan semua nilai Lhitung < Ltabel maka H0 diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang kedua yaitu uji homogenitas. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai χ2hitung < χ2tabel maka H0 diterima

maka dapat disimpulkan bahwa variansi dari setiap variabel sama atau homogen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada taraf signifikansi 5 %. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut.

(12)

8

Tabel 2. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama Sumber JK Dk RK Fobs Fα Keputusan

Baris (A) 2037,5298 1 2037,5298 7,671 4,027 H0 ditolak

Kolom (B) 486,2609 2 243,1305 0,915 3,175 H0 diterima Interaksi (AB) 75,0564 2 37,5282 0,141 3,175 H0 diterima Galat 13812,2840 52 265,6209 - - - Total 16411,1312 57 - - - -

Berdasarkan tabel tersebut hipotesis pertama diperoleh harga statistik Fa=

7,671 dan Ftabel = 4,027. Karena Fa> Ftabel maka H0A ditolak yang

menunjukkan ada pengaruh model Problem Based Learning dan Project Based Learning terhadap hasil belajar matematika. Untuk menentukan model pembelajaran yang lebih baik dapat dilihat pada rerata masing-masing kelas. Rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran Problem Based Learning memiliki rerata marginal lebih tinggi yaitu 79,53 sedangkan model pembelajaran Project Based Learning memiliki rerata marginal yaitu 67,23. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning memberikan hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran Project Based Learning.

Hasil tersebut didukung dengan kegiatan selama pembelajaran teorema pythagoras di kelas eksperimen. Siswa lebih kreatif dalam memecahkan masalah yang terdapat pada lembar kerja siswa (LKS) serta aktif berdiskusi. Sehingga siswa terlihat mandiri dan dapat menemukan ide-ide baru dalam menyelesaikan masalah. Selain itu siswa juga lebih percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada model pembelajaran Problem Based Learning masalah yang disajikan berhubungan dengan masalah nyata, hal tersebut memudahkan siswa dalam memahaminya.

Paloloang (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII pada materi panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran.

(13)

9

Penelitian yang dilakukan Nugroho, Budiyono, & Riyadi (2016) menyimpul-kan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model Langsung. Fatade, Arigbabu, Mogari, & Awofala (2014) melakukan penelitian yang menyipulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

Pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based Learning kurang efektif jika diterapkan pada siswa tingkat SMP. Pada strategi ini siswa diharapkan kreatif dan aktif dalam merencanakan dan membuat suatu proyek. Namun, pada saat membuat proyek terdapat siswa yang tidak ikut bekerja dalam kelompoknya. Hanya beberapa siswa yang membuat proyek yang ditugaskan, sedangkan yang lain cenderung diam dan bermain sendiri dengan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat suatu proyek. Sehingga model pembelajaran tersebut tidak berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.

Han dan Carpenter (2014) menjelaskan bahwa model pembelajaran Project Based Learning bertujuan untuk mengukur sikap siswa, gaya belajar, dan kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif digunakan khususnya pada materi teorema pythagoras karena dapat membuat siswa menjadi aktif, kreatif, berfikir kritis, dan mudah dalam memahami konsep sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar matematika.

Hipotesis kedua pada penelitian pada uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fb= 0,915 dan Ftabel = 3,175. Karena Fb < Ftabel maka H0B diterima yang menunjukkan tidak ada pengaruh gaya belajar siswa terhadap

hasil belajar matematika. Hal tersebut didukung dengan kegiatan selama pembelajaran teorema pythagoras. Siswa yang dikategorikan memiliki gaya belajar visual cenderung lebih mudah mengingat apa yang mereka lihat. Siswa dengan gaya belajar auditorial akan lebih suka berbicara, berdiskusi, dan tidak suka menulis. Kategori siswa dengan gaya belajar kinestetik akan lebih menyukai pembelajaran yang langsung praktek dan mereka lebih suka maju untuk

(14)

10

mengerjakan di depan kelas. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa dari masing-masing kategori gaya belajar mempunyai hasil belajar matematika yang sama.

Kesimpulan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Budiardi, & Jabar (2016) menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan gaya belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Banjarmasin. Nurhasanah (2016) melakukan penelitian yang memberikan kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara gaya belajar visual, auditorial, kinestetik secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut didukung penelitian Wardhani, Hanik, & Wulandari (2016) bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara gaya belajar siswa terhadap hasil belajar.

Gambar 3. Profil Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika

Hipotesis ketiga dari hasil perhitungan uji analisis variansi dua jalan diperoleh nilai Fab = 0,141 dan Ftabel = 3,175. Berdasarkan hasil tersebut Fab< Ftabel maka H0AB diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi

antara model pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika.

Gambar 3. menunjukkan tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. Dapat dilihat pada

73,91 81 83,67 65,45 68,8 68,43 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Visual Auditorial Kinestetik

Re ra ta H asi l Be laj ar Gaya Belajar

Rerata Hasil Belajar dan Gaya Belajar Siswa

(15)

11

grafik tersebut tidak terjadi perpotongan antara kedua garis. Budiyono (2009: 222) menjelaskan ada atau tidaknya interaksi diduga dari grafik profil variabel-variabel bebasnya. Jika antara profil tidak berpotongan maka cenderung tidak ada interaksi antara keduanya. Pada gambar 3. Dapat dilihat bahwa model pembelajaran dan gaya belajar siswa memberikan hasil belajar matematika yang konsisten. Hal tersebut dapat dilihat pada kedua profil variabel relatif sejajar tetapi tidak berhimpit.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Efendi (2016) bahwa tidak ada interaksi model pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. Kuslaila, Ningsih, & Kusumaningtyas (2017) melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar siswa pada materi pokok segitiga.

4. PENUTUP

Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi α = 5% menyimpulkan (1) Ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning pada kelas eksperimen dan Project Based Learning pada kelas kontrol terhadap hasil belajar matematika. Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dibandingkan model pembelajaran Project Based Learning. (2) Tidak ada pengaruh gaya belajar (visual, auditorial, atau kinestetik) antar siswa terhadap hasil belajar matematika. (3) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika, dengan harga statistik uji Fab = 0,141.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, F. Y. (2016, Maret 21). Hakikat Matematika, Pembelajaran Matematika, dan Teori Belajar. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017 dari https://yuriniky.wordpress.com/2016/03/21/hakikat-matematika-pembelajar-an-matematika-dan-teori-belajar/.

(16)

12

Afifah, Nur, S. F., & Khabibah. S. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kemilagi Mojokerto. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 2, 6, 147-151.

Budiardi, I., & Jabar, A. (2016). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 2 Banjarmasin Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan Matematika, 2, 3, 142-147.

Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.

DePorter, B., & Hernacki, M. (2013). Quantum Learning. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Efendi, O., A. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa MTs. Diakses dari http://eprints.ums.ac.id-/44121/1/ARTIKEL%20UBLIKASI.pdf.

Fatade, A. O., Arigbabu, A. A., Mogari, D., & Awofala, A. O. (2014). Investigating Senior Secondary School Students’ Beliefs About Further Mathematics In A Problem-Based Learning Context. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), 8, 1, 5-46.

Fitia, Tomo, & Haratua. (2013). Pengaruh Model Problem Based Learning dengan Multireprentasi pada Usaha Energi di SMA. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan. Diakses dari http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/ar-ticle/viewFile/3723/3728.

Kuslaila, M., Ningsih, E., F., dan Kusumaningtyas, W. (2017). Eksperimentasi Model Pembelajaran Pair Checks pada Materi Pokok Segitiga Ditinjau dari Gaya Belajar Peserta Didik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematikam 2, 2, 110-115. Kuslaila, M., Ningsih, E., F., dan Kusumaningtyas, W. (2017). Eksperimentasi Model Pembelajaran Pair Checks pada Materi Pokok Segitiga Ditinjau dari Gaya Belajar Peserta Didik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematikam 2, 2, 110-115. Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Mendikbud.

Lumabi, A. D. (2013, November 12). Pengertian dan Hasil Belajar Matematika Menurut Para Ahli. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017 dari

(17)

13

http://catatanalexandro.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-dan-hasil-belajar-matematika.html.

Nugroho, H. P., Budiyono, & Riyadi. (2016). Eksperimentsi Model Pembelajaran PBL dan GI pada Materi Relasi dan Fungsi Ditinjau Dari Kecerdasan Intrapersonal Siswa Kelas VIII Se-Kabupaten Boyolali. Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika, 20, 9, 181-194.

Nurhasanah. (2016). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Yapis Manokwari. Prosiding Seminar Nasional, 2, 1, 173-182.

Supardi. (2015). Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutama. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D. Surakarta: Fairuz Media.

Wardhani, I., S., Hanik, U., & Wulandari, R. (2016). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Universitas Trunojoyo. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika (JP2M), 2, 1, 42-54.

Warsono, & Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Surakarta: Fairuz Media.

Wulandari, Bekti, & Surjono, H. D. (2013). Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3, 2, 178-191.

Gambar

Gambar 1. Diagram Batang Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen
Tabel 1. Kategori Gaya Belajar Siswa  Model
Tabel 2. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
Gambar 3. Profil Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya Belajar Siswa Terhadap  Hasil Belajar Matematika

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Catatan Pinggir Majalah Tempo: Suatu Tinjauan Semantik Diction and. language of Style The Rubric Of Catatan Pinggir Tempo

memang harus ada di dalam jual beli lada agar harga yang akan diberikan. waktu transaksi tidak berbeda mungkin yang tidak boleh itu kalau

INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO, CALON PEMODAL WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI

process of the students’ reading class by using STAD method at the 8 th year. students in SMP Negeri

(FGD), uji coba, dan revisi. Tahap kedua adalah uji efektivitas pembelajaran menggunakan modul hasil pengembangan yang termasuk dalam penelitian ekperimental semu dengan

Pada siklus II putaran pertama hasil peningkatan sikap sosial dengan bermain kelompok dari 19 anak yang tuntas dalam pembelajaran adalah 10 anak atau 62% dan yang tidak

Menceritakan seorang pelukis terkenal seantero negeri yang dibuat terkapar tidak berdaya alias trauma setelah ditinggal mati istrinya yang sangat dia cintai.Suatu ketika pelukis