• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jl. Perintis Kemerdekaan km 10, Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jl. Perintis Kemerdekaan km 10, Makassar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Penentuan Indeks Kesesuaian Kawasan Industri Di Kabupaten Jeneponto

Menggunakan Analytical Hierarchy Process

Dan Compromise Programming Berbasis SIG

Irvan1 1

Program Studi Geofisika, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan km 10, Makassar

Determining Suitability Index Industrial Area of Jeneponto Regency

Using Analytical Hierarchy Process

And Compromise Programming Method Based On GIS

Irvan1

1

Geophysics Study Program, Hasanuddin University In Perintis Kemerdekaan km 10th, Makassar

Abstrak. Telah dilakukan penelitian untuk menghitung indeks kesesuaian kawasan industri di kabupaten Jeneponto menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dan CoPr (Compromise Programming) berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis). Batasan parameter yang digunakan yaitu jalan, pelabuhan, sumber energi, pemukiman, dan pertanian, lereng, serta sungai. Dari hasil perhitungan dan analisis diperoleh, hasil fuzzifikasi parameter-parameter tersebut menghasilkan rentang nilai dari 0.00 sampai 1.00 dengan ketetapan bahwa nilai yang mendekati titik ideal (1.00) merupakan nilai yang terbaik. Dengan penggunaan kompensasi total, sebagian dan tanpa kompensasi, maka dihasilkan Indeks Kesesuaian Kawasan Industri dengan rentang 0.00-1.00, sesuai ketetapan bahwa nilai yang mendekati 0.00 merupakan nilai yang terbaik. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa di kecamatan Bangkala, kecamatan Binamu, kecamatan Arungkeke, kecamatan Batang, dan kecamatan Tarowang merupakan kawasan yang paling sesuai.

Kata Kunci : Indeks Kesesuaian Kawasan Industri, Fuzzifikasi, AHP, Compromise Programming, SIG.

Abstract. A research has been done to calculate the suitability index of industrial area in Jeneponto Regency using the AHP (Analytical Hierarchy Process) and CoPr (Compromise Programming) method based on GIS (Geographical Information System). The limitations of parameters that are used are road, port, source energy, resident, agriculture, slope, and river. As a result of calculating and analyzing, it is achieved that the fuzzification output of the parameters produce score range between 0.00 to 1.00 with firmness that score near to ideal point (1.00) is the best score. By the using of total compensation, half compensation and no compensation, the Suitability Index of Industrial Area is gained in range between 0.00 – 1.00, resemble to firmness that score near to 0.00 is the best score. Based on the analysis product, it is known that Bangkala Subdistrict, Binamu Subdistrict, Arungkeke Subdistrict, Batang Subdistrict, and Tarowang Subdistrict are the most suitable area.

Keyword: Suitability Index of Industrial Area, Fuzzification, AHP, Compromise Programming, GIS.

PENDAHULUAN

Pembangunan kawasan industri merupakan salah satu sarana yang berguna untuk

mengembangkan industri yang berwawasan lingkungan serta memberikan kemudahan dan daya tarik untuk berinvestasi. Perkembangan industri yang diikuti dengan pembangunan fisik

(2)

2 yang semakin meningkat, tanpa didukung oleh

usaha kelestarian lingkungan akan mempercepat proses kerusakan alam (Sunu, 2001)

Banyak kawasan industri yang disediakan pemerintah kurang dapat mengakomodasi kepentingan industri. Sehingga banyak pengusaha lebih memilih lokasi yang bukan peruntukkan kegiatan industri. Permasalahan tersebut juga dikawatirkan bisa terjadi di Kabupaten Jeneponto.

Mengembangkan kegiatan industri yang baik, perlu ditetapkan suatu daerah tertentu di Kabuapten Jeneponto sebagai kawasan industri berdasarkan tata ruang yang ditetapkan pemerintah setempat. Untuk itu Penerapan aplikasi Compromise Programming yang berbasis SIG ini diharapkan mendapatkan indeks kesesuaian lahan untuk kawasan industri.

Penelitian ini mencakup penilaian terhadap kesesuaian lahan untuk Kawasan Industri di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Penilaian tersebut berdasarkan pada kebutuhan dan batasan dari penggunaan lahan untuk menetapkan kriteria keputusan. Data yang digunakan mengacu pada karakteristik kawasan yang menjadi pedoman teknis kawasan industri serta pada peraturan yang berlaku. Parameter yang dipilih adalah Infrakstruktur, jarak terhadap pemukiman, kemiringan lereng, dan karakteristik tanah.

Data-data dari parameter yang telah ditentukan tersebut dianalisis menggunakan Fuzzy Logic dan Analisis Hierarki Proses (AHP) dalam compromise programming yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memudahkan dan mengoptimalkan perencanaan tata guna lahan, hasil dari penelitian ini ditampilkan dalam bentuk Peta Indeks Kesesuaian Kawasan Industri.

BAHAN DAN METODE

Penelitain ini dilakukan di Kabupaten Jeneponto yang terletak pada koordinat antara 5°16’13” sampai 5°39’35” Lintang Selatan, dan 120°4’19” sampai 120°7’51” Bujur Timur. Adapun tahapan dari penelitian ini, yaitu:

Data peta yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data peta dasar dari Bakosurtanal yang terdiri atas peta administrasi, jalan, sungai

dan transportasi yang dijadikan sebagai peta acuan dalam pembuatan peta tematik. Adapun macam-macam peta tematik yang digunakan, yaitu peta topografi, peta infastruktur yang terdisri atas peta jalan, peta pelabuhan, sertanpeta sumber energi. Peta tutupan lahan (landuse) yang terdiri atas peta pemukiman dan peta pertanian. Serta peta dasar yang terdiri atas peta daerah aliran sungi.

Pembobotan Parameter menggunakan AHP

Pembobotan parameter dilakukan dengan Teknik Perbandingan Saaty.

Tabel 1. Tabel Perbandingan Saaty

untuk pengisian kuesioner oleh pakar. Pemprosesan kuesioner dilakukan dengan perangkat lunak Expert Choice 11, dan hasil akhirnya berupa rata-rata dari seluruh kuesioner.

Fuzzyfikasi Parameter

Fuzzifikasi merupakan proses pertama dalam pemprosesan data fuzzy, yaitu mengubah variabel non fuzzy menjadi variabel fuzzy dengan melakukan standarisasi terhadap infrastruktur, karakteristik tanah, kemiringan lereng, dan jarak. Fuzzifikasi dilakukan untuk membuat indeks kecocokan parameter terhadap kawasan industri.

Fuzzyfikasi yang digunakan Distance Operators terhadap parameter yang ada untuk mendapatkan indeks fuzzy setiap parameter.

Compromise Programming

Pendekatan Compromise Programming digunakan untuk mencari solusi kompromi terbaik yang menghasilkan penyimpangan minimal dari solusi yang dihasilkan. Untuk menghasilkan Indeks Kesesuaian Kawasan Industri yang berdasarkan pada tabel perbandingan Saaty, dapat dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai yang telah dihasilkan pada pembobotan AHP dan

(3)

3 Fuzzifikasi parameter dengan menggunakan

persamaan, Lp = [∑ 𝛼𝑗|𝑍𝑗∗− 𝑍𝑗| 𝑝 𝑛 𝑗=1 ] 1/𝑝 …...(1) Dimana: Lp :jarakdarititik ideal, 0 ≤ Lp ≤ 1 Z*j :titik ideal

Zj : titik yang dipertimbangkan,

p :parameter yang mengatur jarak geometris antara Z*j danZj, dan

𝛼𝑗 :bobot kriteria.

Dengan modul Image Calculator, dilakukan pemberian nilai 𝑥𝑖 ditetapkan 1, nilai 𝑥

𝑖𝑘 merupakan data hasil fuzzifikasi dan nilai βI merupakan hasil pembobotan AHP Algoritma Compromise Programming. Dengan memasukan nilai dari paremeter formulasi pada persamaan (1) maka kita dapat menentukan atau memetakan indeks dari kesesuaian kawasan industri yang kita cari.

HASIL DAN DISKUSI

Dilakukan rasterisasi jarak (distance) terhadap data peta tematik untuk memperoleh data gambaran jarak. Gambaran dari peta yang dihasilkan tersebut memperlihatkan gradasi warna dari ungu, hijau, kuning, serta jingga. Warna tersebut mewakili jarak terhadap lokasi, jarak yang paling dekat diwakili oleh warna ungu, sedangkan jingga mewakili untuk jarak terjauh.

Gambar 1. Profil Hasil Rasterisasi Peta Infrastruktur Jalan

Gambar 2. Profil Hasil Rasterisasi Peta Infrastruktur Pelabuahn

Kedua gambar di atas merupakan contoh hasil rasterisasi jarak (distance) terhadap data peta tematik

Pembobotan Parameter Menggunakan AHP

Pembobotan dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh dua orang pakar, dan hasil dari suatu perangkat lunak pembuat keputusan dirata-ratakan. Tabel 2. menunjukkan rata-rata keseluruhan dari seluruh data yang diperoleh.

Tabel 2. Pembobotan Rata-rata Hasil kuesioner

Dari hasil tersebut diperoleh bahwa jarak ke sungai memiliki nilai tertinggi yang berarti bahwa tingkat kepentingan jarak ke sungai berada di atas parameter yang lain. Dan jarak ke sumber energi (listrik) memiliki tingkat kepentingan yang paling rendah dibandingkan dengan parameter yang lain dalam penentuan suatu wilayah layak menjadi kawasan industri.

Fuzzifikasi Parameter

Parameter-parameter yang dikumpulkan tidak berada dalam format perhitungan fuzzy set yang dapat langsung dilakukan perhitungan. Parameter ini memerlukan proses pengolahan data dalam sebuah perangkat lunak. Dilakukan GIS Analysis untuk Distance Operators terhadap

(4)

4 parameter yang ada untuk mendapatkan data

model fuzzy setiap parameter.

Lapisan data jalan, jarak pelabuhan dan sumber energi, pemukiman dan pertanian, serta lereng dan sungai, semuanya tersedia dalam struktur raster (grid), sehingga penentuan nilai keanggotaannya dilakukan dalam operasi berbasis sel.

Gambar 3. Profil Hasil Fuzzifikasi Jalan

Gambar 4. Profil Hasil Fuzzifikasi Pelabuhan

Kedua gambar di atas merupakan hasil fuzzifikasi berdasarkan fungsi jarak (distance) yang digunakan, nilai indeks tertinggi dari hasil fuzzifikasi terhadap jalan yaitu 1.00 (warna ungu). Didapatkan nilai indeks terendah untuk jarak yang terjauh dengan jalan yaitu 0.56.

Indeks Kesesuaian Kawasan Industri

Indeks kesesuaian lahan berasal dari penilaian parameter untuk menggambarkan fungsi kawasan dalam hal ini kawasan industri. Dikembangkan menggunakan metodologi fuzzy set, dan disajikan dalam bentuk kontinyu mulai dari 0 sampai 1.

Fuzzifikasi menghasilkan rentang 0.00-1.00, dan yang mendekati 1.00 merupakan titik ideal untuk setiap parameter. Alternatif yang digunakan pada Compromise Programming adalah p=1, p=2, dan p=10. Dengan demikian alternatif-alternatif dengan nilai dp tertinggi akan

menawarkan solusi kompromi terbaik, karena jaraknya yang dekat dengan titik ideal masing-masing. Oleh karena pada persamaan (1) nilai 𝑥𝑖∗ ditetapkan 1, dan 𝑥𝑖𝑘 merupakan data hasil fuzzifikasi untuk semua alternatif pada lapisan data dari parameter yang dipertimbangkan.

Dengan kompensasi total yaitu p=1, menghasilkan indeks kesesuaian kawasan industri seperti pada Gamabr IV.19. Terlihat bahwa lebih dominan dengan daerah yang memiliki indeks mendekati 1.00, yaitu perubahan warna kuning ke jingga dengan indeks 0.50-1.00.

Daerah yang memiliki indeks yang mendekati 0.00 dan masuk dalam kawasan yang dianggap cocok untuk industry masuk dalam daerah administrasi kecamatan Bangkala, kecamatan Binamu, kecamatan Arungkeke, kecamatan Batang, dan kecamatan Tarowang.

Gambar 5. Kompensasi Total.

Dengan kompensasi sebagian yaitu p=2, menghasilkan indeks kesesuaian kawasan industri seperti pada Gamabr IV.20. Kompensasi ini memperlonggar kompromi atas parameter yang ada. Terlihat bahwa warna ungu dan jingga mendominasi dengan indeks mendekati 1.00, yaitu perubahan warna kuning ke ungu dengan indeks 0.94-1.00. warna yang mendominasi adalah jingga.

(5)

5 Secara keseluruhan, kompensasi sebagian

masih tidak berbeda jauh dengan kompensasi total, yaitu tetap menunjukkan bahwa kecamatan Bangkala, kecamatan Binamu, kecamatan Arungkeke, kecamatan Batang, dan kecamatan Tarowang lebih berpotensi untuk dijadikan sebagai kawasan Industri

Kompensasi terbuka terhadapa parameter yang ada untuk menentukan suatu kawasan industri sangat dipengaruhi oleh hasil penilaian AHP (tabel.2). Parameter dengan nilai bobot tertinggi menjadi acuan untuk menentukan suatu lahan layak menjadi kawasan industri.

KESIMPULAN

1. Indeks fuzzy set yang menentukan Kesesuaian Lahan Kawasan Industri di Kabupaten Jeneponto adalah nilai indeks hasil fuzzifikasi dari tiap parameter yang ditentukan.

2. Berdasarkan hasil analisis Compromise Programming terhadap parameter yang ada, maka wilayah yang sesuai untuk bisa dijadikan sebagai kawasan industri terdapat di kecamatan Bangkala, kecamatan Binamu, kecamatan Arungkeke, kecamatan Batang, dan kecamatan Tarowang.

REFERENSI

1. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB, Bogor.

2. Baja, S. 2002. Aplikasi Sistem Informasi Geografi dan ‘Analytic Hierarchy Process’ dalam studi alokasi dan optimasi penggunaan lahan pertanian. Warta Information Pertanian, Volume 11: 619-635.

3. Baja, S., & Ramli, S. 2005. Aplikasi Fuzzy Set Berbasis Sistem Informasi Geografis dalam Evaluasi Kesesuaian Lahan. Informatika Pertanian Voleme 14. Instalasi Laboaratorium Tanah Maros; Litbang Pertanian; Jurusan Ilmu Tanah, Universitas Hasanuddin, Makassar. 4. Baja, S. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan

dalam Pengembangan Wilayah. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

5. Baja, S. 2012. Metode Analitik Evaluasi Sumber Daya Lahan (Aplikasi GIS, Fuzzy Set,

dan MCDM). Penerbit Identitas. Universitas Hasanuddin.

6. Gorantiwar.,S.D & Smouth.,I.K. 2005. Multicriteria Decision Making (Compromise Programming) for Integrated Water Resource Management in an Irrigation Scheme. Loughborough University, Los Angeles. 7. Kahraman, C. 2008. Fuzzy Multi-Criteria

Decision Making, Theory and Applications with Recent Developments, Springer Optimization and Its Applications Volume 16. Istanbul Technical University, Istanbul, Turkey.

8. Keppres. No.33 Tahun 1990, Penggunaan Tanah Bagi Pembangunan Kawasan Industri, Ditetapkan di Jakarta.

9. Keppres. No.41 Tahun 1996, Kawasan Industri, Ditetapkan di Jakarta.

10. Kusumadewi Sri, Harjoko Agus, Hartati Sri, Wardoyo Retantyo. 2006. Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MADM). Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

11. Lillesand, T.M. & Kiefer, R.W. 1990, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

12. PP No.24 Tahun 2009, Kawasan Industri. Ditetapkan di Jakarta.

13. Prahasta, E. 2009. Sistem Informasi Geografis. Penerbit Informatika, Bandung.

14. Ritung, S., Agus F., Hidayat H., Wahyunto. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. Bogor.

15. Syaifullah, 2010. Pengenalan Metode AHP(Analitycal Hierarchy Process). Copyright dari Syaifullah08.wordpress.com 16. Syartinilia. 2004. Penerapan Multi Criteria

Decision Making (MCDM) dan Geographical Information System pada Evaluasi Peruntukan Lahan (Studi Kasus: DAS Ciliwung Hulu, Kab.Bogor, Jawa Barat). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

17. Soemarwoto, O. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan, 2001, Jakarta. 18. Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi

Lingkungan Dengan ISO 14001. PT Gramedia, Jakarta

(6)

6 19. Tambunan, T. 2008. Ketahanan Pangan di

Indonesia. Pusat Studi Industri dan UKM,

Gambar

Tabel 1. Tabel Perbandingan Saaty
Gambar 2. Profil Hasil Rasterisasi Peta Infrastruktur  Pelabuahn
Gambar 5. Kompensasi Total.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahapan ini berisi analisis dari hasil pengolahan data, data yang telah dianalisis akan dievaluasi proses perhitungannya dan ditentukan pada kategori mana

Hasil penelitian menunjukkan formulasi biopotting yang terbuat dari bahan baku kompos serbuk gergaji 70% + tanah liat 30% +Mikoriza FMA (S7T3M) memberikan pengaruh terbaik

Hasil menunjukkan bahwa algoritma yang dirancang untuk sistem analisis peringatan dini pencurian ikan (illegal fishing) dengan data AIS berhasil mendeteksi 6 jenis

Ekonomi dan Bisnis Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ilmu Budaya Peternakan Pertanian Ilmu Kelautan dan Perikanan Kehutanan Kedokteran Kedokteran Gigi Kesehatan Masyarakat

Peserta Kejuaraan Nasional Pencak Silat Rektor Unhas CUP VII adalah pelajar dan mahasiswa Pencak Silat dari seluruh