• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR PAPUA

PERATURAN GUBERNUR PAPUA

NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA OTONOMI KHUSUS BIDANG KESEHATAN SEBESAR 15% (LIMA BELAS PERSERATUS)

UNTUK KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA

Lampiran : 1 (satu).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua telah di tetapkan Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pelayanan Kesehatan;

b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 6 huruf a Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 7 Tahun 2010 telah ditetapkan alokasi dana 15% (lima belas perseratus) bagi penyelenggaraan pelayanan kesehatan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Papua tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Otonomi Khusus Bidang Kesehatan Sebesar 15% (Lima Belas Perseratus) Untuk Kabupaten/Kota Se Provinsi Papua;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang

Pembentukan Propinsi Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi

Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);

(3)

12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1202/ MENKES/ SK/VIII/2005 Tentang Pelayanan Kesehatan di Puskesmas, Rujukan, Rawat Jalan dan Rawat Inap, kelas III RS yang dijamin Pemerintah;

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 903/Menkes/Per/V/ 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor );

14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

110/Menkes/SK/III/2012 tentang Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat Bagi Penduduk Papua dan Papua Barat;

15. Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2010 Nomor 7);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR PAPUA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA OTONOMI KHUSUS BIDANG KESEHATAN SEBESAR 15% (LIMA BELAS PERSERATUS) UNTUK KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :

1. Gubernur ialah Gubernur Papua.

2. Sekretaris Daerah ialah Sekretaris Daerah Provinsi Papua.

3. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

4. Kepala Dinas ialah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

5. Rumah Sakit Daerah Provinsi adalah Rumah Sakit Umum Daerah dan

Rumah Sakit Jiwa Daerah milik Pemerintah Provinsi Papua.

6. Rumah Sakit Umum Daerah adalah Rumah Sakit Umum Daerah milik

Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Papua.

7. Pusat Kesehatan Masyarakat, yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan disuatu wilayah kerja.

8. Puskesmas Perawatan adalah pusat kesehatan yang dilengkapi dengan

fasilitas perawatan, berfungsi sebagai rujukan antara, sebelum dirujuk ke institusi rujukan.

9. Puskesmas Keliling adalah unit pelayanan kesehatan dari Puskesmas

berupa kendaraan beroda empat atau perahu motor dengan dilengkapi peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari Puskesmas.

10. Puskesmas Pembantu adalah bagian dari unit pelayanan kesehatan

Puskesmas merupakan bagian integral dari Puskesmas yang melaksanakan sebagaian tugas Puskesmas pada sebagian wilayah Puskesmas.

(4)

11. Pondok Bersalin Bidan Kampung adalah unit pelayanan kesehatan yang dibentuk atas swadaya masyarakat untuk memberikan pelayanan terhadap kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana serta pelayanan kesehatan lainnya yang sesuai dengan kemampuan bidan dan di bawah koordinasi Puskesmas.

12. Pos Obat Kampung adalah unit pertolongan pertama bagi masyarakat yang

menyediakan obat obatan sederhana untuk pelayanan kesehatan di kampung

13. Dana Otonomi Khusus yang selanjutnya, disebut Dana Otsus adalah

penerimaan anggaran untuk Provinsi, Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dalam rangka pelaksanaan otonomi Khusus yang sebesar-besarnya digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan Orang Asli Papua.

14. Dana Otonomi Khusus Bidang Kesehatan yang selanjutnya, disebut

DOK-BK adalah penerimaan anggaran untuk Provinsi, Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus dan diperuntukan bagi pembangunan bidang kesehatan.

15. Kartu Papua Sehat, yang selanjutnya disingkat KPS adalah bukti jaminan

pembiayaan pelayanan kesehatan oleh Pemerintah Provinsi Papua kepada masyarakat penerima/peserta penerima jaminan pembiayaan kesehatan.

16. Layanan Kesehatan Terbang dan Terapung adalah program affirmative

bidang kesehatan di Provinsi Papua untuk menjangkau dan memperluas layanan kesehatan di kampung-kampung yang belum pernah terjangkau layanan kesehatan serta disisi lain memberdayakan para kader/dukun kampung yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan di kampung.

17. Jaminan 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah salah satu icon

pembangunan Pemerintah Provinsi Papua 2013 – 2018 berupa Perbaikan generasi baru Papua dari proses kelahiran hingga usia dua tahun dengan dasar kesehatan reproduksi yang baik, gizi yang baik, dan kesadaran kesehatan yang tinggi.

18. Dukungan Pelaksanaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah

Salah satu Program Utama DOK-BK Tahun 2013-2018 guna percepatan Program Prioritas bidang Kesehatan melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya dalam menyelenggarakan management puskesmas, pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif serta upaya kesehatan lainnya.

19. Penyediaan Sarana dan Prasarana Puskesmas adalah salah satu Program

Utama DOK-BK Tahun 2013-2018 guna percepatan program prioritas bidang kesehatan melalui pemenuhan sarana, prasarana, peralatan dan perbekalan kesehatan minimal di Puskesmas.

20. Dukungan Management Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota oleh Dinas

Kesehatan Provinsi adalah salah satu program utama DOK-BK Tahun 2013-2018 berupa penawaran menu kegiatan untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan di Kabupaten/Kota yang menyangkut hal teknis medis program dan teknis medis fungsional.

Pasal 2

DOK-BK diberikan kepada Kabupaten/Kota di Provinsi Papua untuk membantu pencapaian Program Prioritas bidang Kesehatan Pemerintah Provinsi Papua Tahun 2013 - 2018.

(5)

Pasal 3

Program Prioritas bidang Kesehatan sebagaimana di maksud dalam Pasal 2 meliputi :

a. pelibatan tokoh agama, masyarakat adat dalam mensosialisasikan program

kesehatan yang menyangkut kehidupan masyarakat, penanggulangan bencana dan krisis kesehatan.

b. jaminan pembiayaan kesehatan masyarakat papua hingga ke kampung ( total

coverage ) dengan menggunakan KPS.

c. pendirian Rumah Sakit Papua Tipe A sebagai Pusat Rujukan di Kawasan

Pasifik dan Pusat Pendidikan Kedokteran di Tanah Papua.

d. pendirian dan/atau pengembangan 4 (empat) Rumah Sakit Regional Tipe B

di Kabupaten Wamena, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Nabire, dan Kabupaten Merauke.

e. pendirian dan/atau pengembangan Rumah Sakit Spesialis yaitu Rumah

Sakit Penyelamat Ibu dan Anak, Rumah Sakit Penyakit Tropis (Tropical

Disease Center), Rumah Sakit Trauma dan Onkologi (Traumatic and Oncologic Center) di Kota dan Kabupaten Jayapura.

f. penyiapan 1000 dokter umum, 1000 perawat/bidan dengan keahlian

khusus, 750 apoteker dan 500 dokter spesialis yang berasal dari Papua terutama orang asli Papua.

g. pendirian dan pengembangan pusat pendidikan kesehatan/pelatihan

kesehatan khas Papua seperti SPK, SMAKES, Bidan C dan Balai Pelatihan Kesehatan Papua.

h. pendirian dan atau pengembangan Pusat Promosi Kesehatan di Provinsi dan

Kabupaten/Kota guna peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kampung.

i. penurunan angka kematian ibu hingga 275 per 100.000 kelahiran hidup di

Tahun 2018 serta revitalisasi Keluarga Berencana (KB) khas Papua.

j. penurunan angka kematian balita hingga 34 per 1000 kelahiran hidup di

Tahun 2018 serta pencapain kampung UCI hingga 80.

k. penurunan angka presentase gizi buruk pada bayi, balita hingga 13,5 % di

Tahun 2018.

l. peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat sampai ke

kampung-kampung terpencil melalui layanan kesehatan terbang dan layanan kesehatan terapung.

m. pengendalian penyakit menular yang terfokus ATM yaitu : AIDS berupa

penemuan 28.000 kasus HIV dan semua kasus yang ditemukan mendapat intervensi, tidak ada infeksi HIV baru ( Zero infection ), Tuberculosis (TBC) yaitu penemuan kasus TBC hingga 75%, sukses pengobatan TBC hingga hingga 86%, dan malaria berupa Annual Parasite Index (API) hingga 45 perseribu, Slide Positif Rate hingga kurang dari 5%, serta pengendalian penyakit tidak menular di ikuti penyehatan lingkungan.

n. peningkatan ketersediaan, keterjangkauanan, pemerataan, keamanan, mutu

dan penggunaan obat, regensia, alat kesehatan melalui mekanisme satu pintu serta pengawasan obat dan makanan.

o. pengembangan sistim informasi kesehatan terintegrasi melalui Bank data

Kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota.

(6)

Pasal 4

(1) Perhitungan DOK-BK masing-masing kabupaten/kota dilakukan melalui 2

(dua) tahapan yaitu penentuan besaran alokasi bagi kabupaten/kota dan menetapkan dana sebesar 15% (lima belas ) persen dari total dana otsus yang di terima.

(2) Besaran DOK-BK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh

Gubernur dengan keputusan.

Pasal 5

(1) DOK-BK Tahun Anggaran 2014 di arahkan untuk program utama yaitu :

a. layanan kesehatan dasar serta layanan kesehatan terbang & terapung

menggunakan KPS;

b. dukungan pelaksanaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi

management puskesmas serta upaya kesehatan lainnya;

c. dukungan terhadap sarana dan prasarana puskesmas; dan

d. dukungan management dinas kesehatan kabupaten/kota oleh Dinas

Kesehatan Provinsi.

(2) Penentuan bobot pembiayaan bagi masing masing program sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) sebagai berikut :

a. KPS dan layanan kesehatan terbang & terapung sebesar 50% (Lima

puluh perseratus);

b. menunjang BOK sebesar 30 % (tiga puluh perseratus);

c. sarana dan prasarana puskesmas sebesar 10 % (sepuluh perseratus);

dan

d. dukungan management dinas kesehatan kabupaten/kota oleh Dinas

Kesehatan Provinsi sebesar 10 % (sepuluh perseratus).

(3) Pemerintah Kabupaten/Kota tetap berkewajiban menyediakan dana

penyelenggaran Pembangunan Kesehatan yang tidak terbiayai dari DOK-BK. Pasal 6

(1) DOK-BK Kabupaten/Kota di tempatkan di Badan Pengelolaan Keuangan

Daerah Provinsi Papua untuk selanjutnya akan di transfer ke Badan Keuangan Daerah Kabupaten/Kota atau sebutan lain.

(2) Bobot pembiayaan DOK-BK di tentukan sebagai berikut :

a. transfer tahap I pada bulan Januari sebesar 30 % (tiga puluh

perseratus);

b. transfer tahap II pada bulan April sebesar 40 % (empat puluh

perseratus); dan

c. transfer tahap III pada bulan September sebesar 30 % (tiga puluh

perseratus).

(3) Transfer tahap II dan transfer tahap III baru dapat dilakukan setelah Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota mempertanggungjawabkan minimal 80 % (delapan puluh perseratus) penggunaan dana dan telah disetujui serta diverifikasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

(7)

Pasal 7

(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab

kegiatan utama DOK-BK wajib menyampaikan laporan yang memuat pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DOK-BK kepada :

a. Gubernur Papua cq Dinas Kesehatan Provinsi; dan

b. Bupati/Walikota.

(2) Penyampaian laporan kegiatan dan penggunaan DOK-BK dilakukan paling

lama 14 (empat belas) hari setelah tahap I berakhir dan menjadi syarat utama transfer tahap berikutnya.

Pasal 8

(1) Penggunaan DOK-BK dilaksanakan sesuai Petunjuk Teknis sebagaimana

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

(2) Petunjuk teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) agar digunakan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam pengelolaan dan penggunaan DOK-BK.

Pasal 9

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Papua.

Ditetapkan di Jayapura pada tanggal 3 April 2014

GUBERNUR PAPUA, CAP/TTD

LUKAS ENEMBE, SIP, MH Diundangkan di Jayapura

Pada tanggal 4 April 2014

Sekretaris Daerah Provinsi Papua CAP/TTD

T.E.A. HERY DOSINAEN, S.IP

BERITA DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN 2014 NOMOR 8 Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BIRO HUKUM

(8)

Nomor : 8 Tahun 2014 Tanggal : 3 April 2014 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, Pemerintah Provinsi berkewajiban menetapkan standar mutu dan memberikan pelayanan kesehatan bagi penduduk khususnya Orang Asli Papua. Besaran alokasi DOK-BK sekurang-kurangnya 15 % (lima belas perseratus). Sementara itu, Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pelayanan Kesehatan menyatakan bahwa besaran tersebut wajib pula di tetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

Penetapan alokasi DOK-BK selanjutnya digunakan untuk pelayanan

kesehatan dengan biaya serendah-rendahnya, pencegahan dan

penanggulangan penyakit-penyakit endemis dan atau penyakit-penyakit yang membahayakan kelangsungan hidup penduduk serta untuk pelaksanaan program-program perbaikan dan peningkatan gizi penduduk.

Walaupun telah banyak upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Papua sejak pemberlakuan Undang Undang Otonomi Khusus tahun 2001, namun dari data-data yang ada dengan jelas menunjukan bahwa Derajat Kesehatan Masyarakat Papua belum menunjukan adanya perbaikan. Pada bulan agustus 2013 Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan sebuah dokumen tentang Survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dimana hasilnya cukup memprihatikan bagi masyarakat papua. Sebagai contoh angka kematian neonatal atau bayi baru lahir provinsi Papua tahun 2007 sebesar 24 namun ditahun 2012 meningkat menjadi 27 perseribu kelahiran hidup, angka kematian bayi di tahun 2007 sebesar 41 meningkat menjadi 54 perseribu kelahiran hidup di tahun 2012, dan angka kematian balita dimana pada tahun 2007 sebesar 64 meningkat menjadi 115 perseribu kelahiran hidup di tahun 2012.

Disisi lain berdasarkan data dari Unit Percepatan Pembangunan Papua (UP2KP) tahun 2013, rata-rata alokasi dana untuk pembangunan kesehatan di kabupaten/kota se Provinsi Papua hanya berkisar 4 -5 %, jauh dari yang ditetapkan dalam UU Otonomi Khusus. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Papua di tahun 2013 s/d 2018 berkomitmen untuk mengembalikan “roh“ pembiayaan bidang kesehatan melalui DOK sebesar 15 % ( lima belas ) persen.

Petunjuk teknis DOK Bidang Kesehatan ini di susun sebagai panduan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota seProvinsi Papua dalam pelaksanaan 4 (empat) kegiatan utama yang di biayai dari DOK Bidang Kesehatan. Apabila pemerintah daerah merasa perlu menyusun petunjuk yang bersifat lebih operasional sebagai turunan petunjuk teknis ini, maka

pemerintah daerah dapat mengembangkannya sepanjang tidak

(9)

B. Tujuan

a. Tujuan Umum.

Meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatan Promotif, Preventuf, Kuratif dan Rehabilitatif bagi layanan kesehatan dasar guna mewujudkan visi Pemerintah Provinsi Papua tahun 2013 -2018 yaitu Papua Sehat, Mandiri dan Sejahtera di tahun 2018.

b. Tujuan Khusus

1. meningkatnya cakupan Puskesmas dalam Pelayanan Kartu Papua

Sehat (KPS) bagi masyarakat Papua baik itu pelayanan dalam gedung maupun pelayanan luar gedung serta layanan kesehatan terbang dan terapung.

2. tersedianya dukungan biaya dalam pelaksanaan Program Bantuan

Operasional Puskesmas (BOK) bagi seluruh Puskesmas di Provinsi Papua untuk pelayanan kesehatan primer, rujukan pasien serta pendukungnya.

3. tersedianya sarana dan fasilitas minimal di Puskesmas dalam

rangka pelaksanaan KPS.

4. meningkatnya kualitas manajemen Puskemas terutama dalam

perencanaan tingkat Puskesmas dan lokakarya mini Puskesmas guna menggerakan potensi masyarakat adat, agama dan aparat kampung dalam meningkatkan derajat kesehatan melalui program layanan kesehatan terbang dan terapung.

c. Sasaran

a. Dinas Kesehatan Provinsi;

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;

c. Puskesmas dan Jaringannya;

d. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes);

e. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu);

f. masyarakat adat, pihak agama dan aparat pemerintah di kampung.

d. Kebijakan Operasional

a. DOK-BK adalah Dana Otonomi Khusus bidang Kesehatan tahun

anggaran berkenaan diberikan kepada Kabupaten/Kota se Provinsi Papua untuk membantu pencapaian 4 (empat) program utama kesehatan.

b. DOK-BK bukan merupakan pendapat asli daerah Pemerintah

Daerah, sehingga tidak disetorkan ke kas daerah dan dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan upaya kesehatan.

c. DOK-BK bukan merupakan dana utama dalam penyelenggaraan

upaya kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, pemerintah daerah tetap berkewajiban mengalokasikan dana operasional untuk Puskesmas.

d. pemanfaatan DOK-BK untuk kegiatan Puskesmas dan jaringannya

serta Poskesdes dan Posyandu harus berdasarkan hasil perencanaan yang disepakati dalam lokakarya mini Puskesmas, yang diselenggarakan secara rutin/periodik sesuai kondisi wilayah kerja Puskesmas.

(10)

e. pelaksanaan 4 (empat) program utama DOK bidang kesehatan di Puskesmas berpedoman pada prinsip keberpihakan pada Orang Asli Papua (OAP), keterpaduan, kewilayahan, efisien, efektif dan akuntabel.

f. besaran alokasi DOK bidang kesehatan setiap Puskesmas

ditetapkan dengan Surat Keputusan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan memperhatikan situasi dan kondisi, antara lain :

1. jumlah penduduk khususnya jumlah OAP

2. luas wilayah;

3. kondisi geografis;

4. kesulitan wilayah;

5. pencapaian kinerja program di tahun sebelumnya ;

6. jumlah tenaga kesehatan di puskesmas dan jaringannya;

7. jumlah poskesdes/polindes dan posyandu;

8. parameter lain yang ditentukan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan kearifan lokal.

g. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat melakukan relokasi

anggaran antar Puskesmas dalam wilayah Kabupaten/Kota, melalui revisi Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/Kota tentang alokasi DOK-BK di Puskesmas yang tembusannya di sampaikan kepada

1. Gubernur Provinsi Papua cq Dinas Kesehatan Provinsi Papua

2. Bupati/Walikota

h. DOK-BK berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran dan dapat

dimanfaatkan mulai tanggal 1 Januari 2013.

e. Prinsip Dasar

Pelaksanaan Program Utama DOK-BK di 29 Kabupaten/Kota untuk mencapai target Pembangunan Kesehatan di Provinsi Papua tahun 2013 s/d 2018 berpedoman pada prinsip :

a. Berpihak pada Orang Asli Papua.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Otonomi Khusus Nomor 21 Tahun 2001 dan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2001 maka penggunaan DOK bidang kesehtan di utamakan untuk meningkatkan derajat kesehatan OAP.

b. Keterpaduan.

Kegiatan pemanfaatan DOK-BK, sedapat mungkin dilaksanakan secara terpadu (tidak eksklusif 1 program) untuk mencapai beberapa tujuan, dengan melibatkan para pelaksana program di Puskesmas, pihak adat, pihak agama, kader kesehatan, lintas sektor serta unsur lainnya.

c. Kewilayahan

Puskesmas sebagai penanggung jawab pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yang meliputi 1 (satu) kecamatan.

d. Efisien

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara tepat, cermat dan seminimal mungkin untuk mencapai tujuan seoptimal mungkin.

(11)

e. Efektif

Kegiatan yang dilaksankan berdaya ungkit terhadap pencapaian Visi, Misi dan Program Prioritas bidang kesehatan Pemerintah Provinsi Papua tahun 2013 - 2018.

f. Akuntabel

Pengelolaan dan pemanfaatan DOK bidang kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai aturan pada Petunjuk Teknis DOK-BK dan peraturan penggunaan dana lainnya sesuai dengan ketentuan perundan udangan yang berlaku.

(12)

BAB II

RUANG LINGKUP PROGRAM UTAMA

Ruang lingkup program prioritas DOK-BK dan proporsi pembiayaannya secara garis besar di bagi atas 4 (empat) program utama yaitu :

a. layanan kesehatan dasar serta layanan kesehatan terbang & terapung

menggunakan KPS dengan proporsi 50 % (lima puluh perseratus).

b. dukungan pelaksanaan BOK bagi management puskesmas serta upaya

kesehatan lainnya dengan proporsi 30% (tiga puluh perseratus).

c. dukungan terhadap sarana dan prasarana puskesmas dengan proporsi 10%

(sepuluh perseratus).

d. dukungan management Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota oleh Dinas

Kesehatan Provinsi dengan proporsi 10 % (sepuluh perseratus).

Proporsi pembiayaan bagi masing-masing Puskesmas di tetapkan melalui surat keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Rincian kegiatan/menu utama dari masing masing program prioritas DOK bidang kesehatan tahun anggaran berkenaan meliputi :

1. Layanan Kesehatan Dasar

a. Pelayanan Dalam Gedung

1) Pelayanan rawat jalan tingkat pertama

a) pemeriksaan kesehatan dan konsultasi kesehatan

b) pelayanan pengobatan umum

c) pelayanan gigi termasuk cabut dan tambal

d) penanganan gawat darurat

e) pelayanan gizi kurang/buruk

f) tindakan medis/operasi kecil

g) pelayanan kesehatan ibu dan anak

h) pelayanan imunisasi wajib bagi bayi

i) pelayanan kesehatan melalui Kunjungan rumah .

j) pelayanan keluarga berencana (alat kontrasepsi disediakan

badan koordinasi keluarga berencana nasional).

k) pelayanan laboratorium dan penunjang diagnostik lainnya

l) pemberian obat

m) rujukan

2) Pelayanan rawat inap tingkat pertama

a) penanganan gawat darurat

b) perawatan pasien rawat inap termasuk perawatan gizi buruk

dan gizi kurang

c) pertolongan dan perawatan persalinan

(1) penanganan komplikasi aborsi

(2) persalinan normal oleh tenaga kesehatan

(3) management aktif kala III

(4) antibiotik untuk ketuban pecah dini

(5) deteksi dan penanganan preeklampsia dengan MgSO4

(6) Penangan Obsteteri dan Neonatal Dasar (PONED)

(7) deteksi dan pengobatan bakteriuri asimptomatis

(13)

d) perawatan bayi baru lahir

(1) inisiasi menyusui dini

(2) perawatan kangguru untuk bayi baru lahir

(3) perawatan emergency neonatal : managemen sakit serius

(infeksi, asfiksia, prematuritas, jaundice/ sakit kuning)

e) perawatan satu hari (one day care)

f) tindakan medis yang diperlukan

g) pemberian obat

h) pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya

i) Rujukan

b. Pelayanan Luar Gedung

No Program Nama Kegiatan Nama Bentuk Intervensi

1. 1000 Hari kehidupan Pelayanan kesehatan Ibu hamil 1. ANC berkualitas (10 T)

a. Timbang BB dan Ukur

Tinggi Badan

b. Tensi

c. Tentukan Tinggi Fundus

Uteri

d. Tahu status Gizi (Ukur

Lila)

e. Tahu letak dan detak

jantung janin

f. Toxoid Tetanus

(Imunisasi )

g. Test Malaria, HIV dan

IMS

h. Terapi kasus Malaria,

HIV dan IMS

i. Tablet tambah darah

(Besi )

j. Temu Wicara (Rencana

Persalinan & Keluarga Berencana) 2. Pemberian Multimicronutrient 3. Pemberian makanan tambahan 4. Management komplikasi abortus

5. Deteksi dan pengobatan

bakteriuri asimptomatis.

6. Penggunanaan Kelambu

berinsektisida

7. Deteksi, Intervensi dan

Pemantauan Kehamilan Risiko Tinggi

8. Kelas Ibu Hamil

9. Rumah Tunggu

(14)

No Program Nama Kegiatan Nama Bentuk Intervensi Pelayanan

kesehatan ibu bersalin

1. Persalinan dirumah yang

aman (Penanganan Tali Pusat dan Persalinan Bersih)

2. Pelacakan kasus kematian

ibu bersalin termasuk otopsi verbal

Pelayanan kesehatan ibu nifas

1. Kunjungan Ibu Nifas

2. Deteksi, Intervensi dan

Pemantauan ibu nifas risiko tinggi

3. Pelacakan kasus kematian

ibu nifas termasuk otopsi verbal Pelayanan Kesehatan Nenonatus 1. Kunjungan Neonatus 2. Pemantauan Neonatus 3. Dukungan masyarakat

dalam perawatan berat badan lahir rendah

4. Dukungan masyarakat

dalam penanganan sepsis neonatal

5. Pelacakan Kematian

neonates termasuk otopsi verbal Pelayanan Kesehatan Bayi kurang dari 2 tahun 1. Posyandu 2. Sweeping

3. Deteksi, pemantaun dan

intervensi dini bayi risiko tinggi

4. Pemberian Vitamin A

5. Imunisasi Rutin, Tambahan

dan dasar Tatalaksana

gizi 1. Ibu Hamil a. Suplementasi besi folat

b. Pemberian Makanan tambahan (PMT) bagi bumil KEK

c. Penanggulanan

kecacingan bagi bumil

2. Kelompok 0-6 Bulan

a. Promosi menusui

(konseling individu dan kelompok)

3. Kelompok 7-23 Bulan

a. Promosi menyusui b. KIE perubahan perilaku

untuk perbaikan MP-ASI c. Suplementasi Zink

d. Zink untuk manajemen diare

e. Pemberian obat Cacing f. Fortifikasi Besi

(15)

No Program Nama Kegiatan Nama Bentuk Intervensi Pendidikan

gizi

1. PMT Penyuluhan

2. Penyuluhan Gizi

3. Konseling ASI- MP ASI

Pelayanan gizi 1. Posyandu

2. Sweeping Gizi

Kurang/Buruk

3. Pemantau Status Gizi

4. Survey

Imunisasi

Rutin 1. Pemberian Imunisasi Rutin pada kegiatan didalam dan luar gedung

2. Sweeping imunisasi

melengkapi cakupan sebelum bayi mencapai usia 1 tahun

3. Pelayanan Imunisasi pada

daerah yang sulit terjangkau

4. Kampanye Imunisasi

2. Pelayanan

Imunisasi Imuniasi lanjutan 1. Pelayanan Imunisasi pada daerah yang sulit terjangkau

2. Kampanye Imunisasi

3. Bulan Imunisasi Anak

Sekolah (BIAS)

a. DT & Campak (Kelas I) b. Td (Kelas II dan III) Imunisasi

Tambahan 1. 2. Subpin Out Break Respon

Imunisasi (KLB) 3. Pelayanan Kesehatan Balita 1. Posyandu 2. Sweeping 3. Pemberian Vitamin A

4. Deteksi, Intervensi dan

Pemantauan balita risiko tinggi dengan management terpadu balita sakit

(MTBSM)

5. Penemuan dan tatalaksana

kasus penyebab utama kematian balita dengan management terpadu balita sakit berbasis masyarakat (MTBS-M) 4. Pencegahan dan Pemberatasan Penyakit Mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS

1. Inisiatif test dan konseling

dari tenaga kesehatan.

2. Promosi Pengetahuan

komprehensif HIV/AIDS.

3. Penanganan komprehensif

(16)

No Program Nama Kegiatan Nama Bentuk Intervensi

a. Pemberian ARV

b. Tatalaksana kasus dan

rujukan

c. Konseling dan

pencegahan transmisi penularan penyakit HIV/AIDS dari

penderita ke orang lain termasuk kepatuhan minum obat

4. Dukungan masyarakat

dalam penanganan

komprehensif penderita HIV

Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan

1. Penyediaan reagen dan ARV.

2. Peningkatan Kemampuan

petugas dalam Penemuan, tatalaksana dan

managemen kasus serta pengambilan specimen kasus IMS

3. Sero surveilans bagi

populasi resiko tinggi

(serologi, mass blood

survey,blood survey, dll)

4. Pendistribusian pemakaian

kondom bagi populasi risiko tinggi Mengendalika n penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan TB 1. Peningkatan Kemampuan

petugas dalam penemuan, tatalaksana dan

managemen kasus (Malaria dan TB)

2. Konseling dan pencegahan

transmisi penularan

penyakit dari penderita ke orang lain termasuk

kepatuhan minum obat

3. Spot Survei terhadap tempat

perindukan vector

4. Pengendalian vector

5. Pendistribusian kelambu

kepada kelompok berisiko

6. Penyediaan bahan/reagen

diagnostic, Obat anti Malaria dan TBC Eliminasi penyakit yang terabaikan (Frambusia, Filariasis dan Kusta) 1. Peningkatan Kemampuan

petugas dalam survey desa kantong Frambusia,

Filariasis dan Kusta, tatalaksana dan management kasus

termasuk monitoring dan evaluasi.

(17)

No Program Nama Kegiatan Nama Bentuk Intervensi

5. Pembinaan Kesehatan Lingkungan & Sanitasi dasar Meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber

air minum dan sanitasi dasar yang layak

1. Pendampingan penyusunan

rencana kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).

2. Pemicuan stop buang air

sembarangan

(pemberdayaan masyarakat)

3. Pemantauan kualitas air

minum 5. Pelayanan kesehatan dalam situasi bencana Penanganan masalah kesehatan sebelum situasi bencana/KLB 1. Pelatihan Sistem

Penanganan Gawat Darurat Terpadiu bagi petugas

Puskesmas.

2. Peletihan Pertolongan

Penderita Gawat Darurat (PPGD) petugas Puskesmas

3. Penyusunan Kesiapsiagaan

Rumah Sakit dalam menghadapi Bencana. Penangan masalah kesehatan saat terjadi bencana / KLB

1. Pengiriman Tim Kajian

Cepat Bidang Kehatan

2. Pengiriman Tim Reaksi

Cepat

3. Pengiriman Tim Medis

Spesialistik

4. Investigasi dan Penanganan

KLB Wabah. Penangan masalah kesehatan pasca terjadi bencana / KLB

1. Kajian Kerugian Bidang

Kesehatan

2. Penanganan Kesehatan

dampak Bencana atau Krisis 1. Pelayanan Keluarga Berencana Penyuluhan dan konseling KB khas Papua dan kesehatan reproduksi

 Penemuan, tatalaksana dan

rujukan kasus infertilitas.

 Penyuluhan tentang

kesehatan reproduksi bagi pasangan usia subur dan remaja

c. Layanan Kesehatan Terbang dan Terapung

Layanan kesehatan terbang dan terapung adalah salah satu program affirmative bidang kesehatan di Provinsi Papua. Disatu sisi berguna untuk menjangkau dan memperluas layanan kesehatan di kampung-kampung yang belum pernah terjangkau layanan kesehatan, disisi lain program ini akan memberdayakan para kader/dukun kampung yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan di kampung.

Program affirmative ini dilakukan dengan cara Penugasan tenaga

kesehatan (dokter, bidan dan perawat) yang memenuhi syarat ke kampung terpilih untuk jangka waktu tertentu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, dengan melibatkan pihak adat, geraja dan tokoh perempuan.

(18)

Perluasan jangkauan layanan kesehatan ini untuk menjamin dan melindungi proses kehamilan, persalinan, pasca persalinan serta keluarga berencana pasca salin termasuk pula mendeteksi lebih dini tanda-tanda bahaya selama masa kehamilan, nifas dan pasca persalinan.

Disamping upaya perlindungan proses reproduksi wanita, perluasan jangkauan layanan ini menjamin terselenggaranya upaya peningkatan gizi masyarakat, perbaikan kesehatan lingkungan, cakupan imunisasi, pencegahan penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS, TBC serta upaya penanganan dasar manajemen terpadu balita sakit dan manajemen terpadu balita sakit berbasis masyarakat.

Upaya perluasan layanan kesehatan tidak dimaksud untuk melimpahkan kewenangan tenaga medis dan para medis kepada para kader/dukun kampung melainkan suatu upaya memberdayakan para kader/dukun kampung agar menjadi mitra tenaga kesehatan. Bahwa pada awal pelaksanaan program ini ada sejumlah kewenangan medis yang didelegasikan pada kader/dukun kampung seperti pengobatan sederhana dan pertolongan persalinan normal namun ini hanya bersifat sementara, hingga tersedia petugas kesehatan defenitif.

Ruang lingkup program FHC meliputi beberapa program utama yaitu :

a. management terpadu balita sakit berbasis masyarakat.

b. pemeriksaan kehamilan dan deteksi kehamilan risiko tinggi.

c. pencegahan penularan malaria.

d. pencegahan penularan infeksi menular seksual dan HIV/AIDS.

e. perbaikan gizi masyarakat.

f. upaya promosi kesehatan.

g. peningkatan cakupan imunisasi.

h. persalinan normal.

Program utama ini dalam pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap, adapun ruang lingkup dari program ini meliputi :

a. Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas.

1. ibu tidak mau makan dan muntah terus

2. berat badan ibu tidak naik

3. perdarahan

4. bengkak tangan/wajah, pusing dan diikuti oleh kejang

5. gerak janin berkurang atau tidak ada

6. kelainan letak janin didalam rahim

7. ketuban pecah sebelum waktunya

8. persalinan lama

9. penyakit ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan

10. demam tinggi pada masa nifas

b. Pengenalan Kehamilan Risiko Tinggi

1. primi muda : hamil pertama umur kurang dari 16 tahun

2. primi tua : hamil pertama umur lebih dari 35 tahun atau terlambat

hamil, hamil setelah kawin 4 tahun

3. jarak kehamilan kurang dari 2 tahun

4. hamil pada usia lebih dari 35 tahun

5. grande multi : terlalu banyak punya anak (lebih dari 4)

6. terlalu pendek : tinggi badan ibu kurang dari 145 cm

7. riwayat persalinan jelek : pernah mengalami keguguran atau anak

meninggal pada kehamilan sebelumnya.

8. pernah melahirkan dengan operasi sesar

9. pernah melahirkan dengan menggunakan alat

10. hamil kembar

(19)

c. Perawatan Selama Masa Hamil

1. melakukan anamnesis dan mengetahui tanda-tanda pasti kehamilan

2. melakukan periksa pandang kehamilan

3. melakukan periksa raba untuk mengetahui usia hamil dan letak

janin

4. melakukan pemeriksaan 10 T pada ibu hamil

5. melakukan perawatan payudara dan memotivasi tentang pemberian

ASI sedini mungkin

6. melakukan pemeriksaan 10 T pada ibu hamil :

a) timbang berat badan

b) ukur tekanan darah

c) Mengukur Lingkar Lengan Atas (ILA)

d) mengukur tinggi fundus uteri

e) Menentukan letak dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

f) pemberian imunisasi TT

g) pemberian tablet besi (90 tab)

h) pemeriksaan laboratorium sederhana (Hb dan malaria)

i) tata laksana rujukan kasus kehamilan risiko tinggi

j) temu wicara konseling termasuk P4K dan keluarga berencana

pasca salin.

d. Perawatan Selama Masa Persalinan

1. persiapan pertolongan persalinan

a) mengetahui tanda-tanda persalinan normal

b) persiapan fisik dan mental ibu

c) persiapan tempat persalinan

d) persiapan bagi penolong

e) persiapan alat dan obat untuk ibu dan bayi yang baru lahir

2. memimpin persalinan kala I

melakukan observasi kontraksi (HIS), denyut jantung janin, penurunan kepala.

3. memimpin persalinan kala II

a) memimpin lahirnya kepala

b) memimpin lahirnya bahu

c) memimpin lahirnya seluruh badan

d) memotong dan mengikat tali pusat

4. memimpin persalinan kala III

a) menentukan apakah plasenta sudah lepas.

b) melahirkan plasenta & memeriksa plasenta.

c) eksplorasi jalan lahir dan menjahit robekan

5. memimpin persalinan kala IV

a) mengawasi kontraksi uterus

b) mengamati tingginya fundus uterus

c) observasi perdarahan

d) mengukur tekanan darah dan nadi tiap 15 menit

e. Perawatan Pada Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas

1. perawatan ibu

a) melakukan perawatan perineum

b) melakukan perawatan payudara

c) mengenal tanda-tanda bahaya pada masa nifas

(20)

2. perawatan bayi.

a) melakukan penilaian pada bayi baru lahir normal

b) melakukan asuhan perawatan bayi baru lahir mengenal

tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

c) melakukan manajemen terpadu bayi muda sakit (penanganan

dasar)

3. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

a) mengenal gejala gejala balita sakit

b) mengenal tanda bahaya balita sakit melakukan penanganan

dasar balita sakit

c) melakukan rujukan balita sakit ke pusat kesehatan yang lebih

lengkap

4. peningkatan gizi masyarakat

a) melakukan penyuluhan makanan bergizi bagi ibu hamil, bayi dan

balita

b) menemukan kasus ibu hamil dengan gizi kurang, balita gizi

kurang, balita gizi buruk

c) melakukan penanganan/intervensi kasus ibu hamil dengan gizi

kurang, balita gizi kurang dan balita gizi buruk

5. perbaikan kesehatan lingkungan

a) mengetahui pentingnya air bersih dan syarat-syarat air bersih

b) mengetahui dan dapat mempraktekan cara mencuci tangan yang

baik dan benar.

6. peningkatan cakupan imunisasi

a) mengetahui waktu dan jenis pemberian imunisasi

b) mengetahui cara penyimpanan bahan imunisasi

c) mengetahui dan melakukan pemberian imunisasi yang benar

7. pemberantasan malaria

a) mengenal tanda dan gejala malaria pada bayi, balita, orang

dewasa dan ibu hamil.

b) melakukan diagnosis malaria dengan menggunakan Rapid

Diagnostic Test (RDT).

c) memberikan pengobatan dengan menggunakan terapi kombinasi

berbasis artesunat.

d) melakukan pencegahan malaria dengan menggunakan kelambu

berinsektisida dan pemberantasan vektor.

8. Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS

a) mengenal tanda-tanda infeksi menular seksual

b) mengenal tanda-tanda infeksi HIV/AIDS.

c) mengetahui cara mendiagnosis IMS dan HIV/AIDS.

d) mengetahui cara penanganan IMS.

e) melakukan upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi.

f) melakukan pemantauan kepatuhan minum obat penderita HIV/

AIDS

g) melakukan pendampingan penderita HIV/AIDS.

2. Dukungan Pelaksanaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi

Management Puskesmas dan Upaya Kesehatan Lainnya.

a. Management Puskesmas

Untuk dapat terselenggaranya upaya kesehatan di Puskesmas secara optimal, tepat sasaran, efisien, dan efektif perlu dilaksanakan manajemen Puskesmas yang meliputi :

(21)

1) Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1)

a) kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas meliputi penyusunan

Rencana Usulan Kegiatan (RUK), Rencana Pelaksanaan Kegiatan

(RPK) atau Plan of Action (POA) Tahunan, dan POA Bulanan.

Perencanaan dilakukan secara menyeluruh dengan

memanfaatkan seluruh sumber anggaran, baik dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Otsus), BOK maupun sumber anggaran lainnya.

b) Setelah RUK disetujui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

Puskesmas menyusun RPK/POA tahunan pada awal tahun

berjalan. RPK/POA tahunan merupakan dokumen perencanaan

Puskesmas yang berisi rencana kegiatan untuk mencapai target yang akan dicapai selama satu tahun di wilayah kerjanya.

c) RPK/POA tahunan dibahas pada forum Lokakarya Mini

Puskesmas yang dilaksanakan secara berkala untuk

menghasilkan POAbulanan. Rencana kegiatan pada POAbulanan

dapat berbeda dengan rencana kegiatan pada RPK/POA tahunan,

karena disesuaikan dengan kebijakan dan/atau kondisi/ permasalahan terkini yang terpantau melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).

2) Penggerakan Pelaksanaan (P2) melalui Lokakarya Mini Puskesmas

a) Kegiatan Penggerakan Pelaksanaan (P2) dilakukan secara berkala

melalui lokakarya mini. Lokakarya mini Puskesmas terdiri dari Lokakarya mini bulanan (lintas program internal Puskesmas) dan lokakarya mini triwulan (lintas sektor).

b) Pada forum lokakarya mini bulanan dilakukan pembahasan

mengenai kebijakan terkini dan hasil analisis PWS yang dilakukan lintas program. Hasil lokakarya mini digunakan sebagai bahan penyusunan rencana kegiatan bulan berikutnya,

yang dituangkan dalam POA bulanan.

c) Pelaksanaan lokakarya mini bulanan idealnya diselenggarakan

setiap bulan. Pada daerah dengan kondisi geografis sulit, dimungkinkan waktu pelaksanaan lokakarya mini disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, minimal 4 kali dalam setahun. lokakarya mini bulanan melibatkan seluruh jajaran Puskesmas dan jaringannya serta bidan di kampung dan PLKB.

d) Pelaksanaan lokakarya mini triwulan idealnya diselenggarakan

setiap 3 bulan. Pada daerah dengan kondisi geografis sulit, dimungkinkan waktu pelaksanaan lokakarya mini triwulan disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Lokakarya mini triwulan melibatkan lintas sektor di wilayah kerja Puskesmas, seperti kepala kampung/lurah, distrik, TP PKK, kader kesehatan, tokoh masyarakat/agama, sektor pendidikan, sektor pertanian, dan lain-lain.

3) Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)

a) Kepala Puskesmas atau petugas yang ditunjuk dapat melakukan

pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan atau administrasi pengelolaan keuangan di lapangan agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan, tertib administrasi termasuk untuk mengatasi hambatan yang ditemui.

(22)

b) pengawasan dan pengendalian dapat dilakukan melalui kegiatan supervisi/bimbingan teknis/pembinaan ke lapangan (Pustu, Poskesdes, Polindes, UKBM dan tempat lain) pada saat kegiatan maupun di luar kegiatan yang dilakukan di masyarakat.

c) kegiatan dapat dilakukan secara rutin harian/bulanan/

triwulan/semesteran sesuai dengan kebutuhan program.

d) untuk melakukan penilaian keberhasilan pencapaian program

dan laporan keuangan maka Puskesmas dapat melakukan penilaian secara periodik yang dapat terintegrasi dengan rapat lokakarya mini di Puskesmas.

e) hasil penilaian berupa laporan secara periodik dikirimkan ke

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan format yang disepakati. Disamping kegiatan dalam unsur manajemen Puskesmas diatas kegiatan pendukung manajemen Puskesmas seperti SMD, MMD di tingkat desa, rapat-rapat, konsultasi/ koordinasi, pengambilan bahan logistik, atau kegiatan lain yang terkait dengan BOK ke Kabupaten/Kota dapat dibiayai dengan dana BOK di Puskesmas. Ruang lingkup pemanfaatan dana Dukungan Pelaksanaan BOK bagi Management Puskesmas adalah untuk dukungan operasional pelaksanaan kegiatan dan manajemen Puskesmas di Puskesmas dan Jaringannya beserta Poskesdes/Polindes dan Posyandu serta UKBM lainnya. Kegiatannya meliputi :

a. Transport lokal kegiatan ke luar gedung

Transport lokal kegiatan ke luar gedung meliputi :

1. transport petugas kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan upaya

kesehatan di luar gedung (ke Posyandu, Poskesdes/ Polindes, UKBM lainnya, kunjungan rumah dan institusi/ tempat terdapat sasaran yang memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan);

2. transport kader kesehatan termasuk dukun bersalin dari tempat

tinggal ke tempat pelayanan kesehatan atau ke rumah penduduk (ke Posyandu, Poskesdes/Polindes, UKBM lainnya, kunjungan rumah dan institusi/tempat terdapat sasaran yang memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan);

3. transport peserta rapat/pertemuan bagi undangan yang berasal

dari luar tempat diselenggarakannya rapat/pertemuan;

4. transport petugas kesehatan untuk konsultasi/rapat/

pertemuan/pengiriman laporan/pengiriman pertanggung jawaban ke kabupaten/kota apabila perjalanan pulang pergi kurang dari 8 (delapan) jam dan Transport lokal lainnya yang terkait dengan kegiatan BOK.

b. Perjalanan Dinas Dalam Batas Kabupaten/Kota

1. untuk petugas kesehatan Puskesmas, Puskesmas Pembantu,

Poskesdes/Polindes yang dalam melaksanakan upaya kesehatan karena kondisi geografis memerlukan perjalanan lebih dari 12 (dua belas) jam pulang pergi atau menginap di lokasi;

2. untuk petugas kesehatan Puskesmas, Puskesmas Pembantu,

Poskesdes/Polindes menghadiri rapat/pertemuan/konsultasi ke Kabupaten/Kota yang terkait BOK yang karena kondisi geografis memerlukan perjalanan lebih dari 12 (duabelas ) jam atau harus menginap di lokasi rapat/pertemuan/konsultasi di Kabupaten/ Kota;

3. perjalanan dinas lainnya bagi Petugas Puskesmas, Puskesmas

(23)

c. Pembelian/Belanja Barang

1. pembelian/belanja barang untuk mendukung pelaksanaan

kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif ke luar gedung dapat berupa bahan PMT Penyuluhan, bahan PMT Pemulihan, bahan penyuluhan/KIE yang diperlukan dan konsumsi pertemuan;

2. pembelian/belanja barang untuk mendukung pelaksanaan

manajemen Puskesmas, manajemen pengelolaan keuangan BOK, Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), yang dapat berupa belanja ATK, biaya administrasi perbankan, pembelian materai, foto copy, dan pembelian konsumsi.

d. Upaya Kesehatan Lainnya

Di samping kegiatan kegiatan kesehatan prioritas di Puskesmas yang telah ditetapkan di atas, Puskesmas dapat pula melakukan upaya kesehatan lainnya dalam aspek promotif dan preventif (tidak wajib) yang mengacu pada upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan

pengembangan sesuai Kebijakan Menteri Kesehatan Nomor

128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas. Perencanaan kegiatan harus melalui mekanisme lokakarya mini, memperhatikan kearifan lokal serta searah dengan kebijakan pembangunan kesehatan provinsi dan kabupaten/kota. Upaya kesehatan lainnya, meliputi :

a. kesehatan kerja;

b. kesehatan olahraga;

c. kesehatan tradisonal;

d. kesehatan sekolah;

e. kesehatan gigi dan mulut;

f. kesehatan haji;

g. kesehatan indera;

h. kesehatan jiwa;

i. kesehatan lanjut usia;

j. perawatan kesehatan masyarakat;

k. kesehatan matra;

l. upaya kesehatan lainnya bersifat lokal spesifik.

Kegiatan upaya kesehatan di Puskesmas dibiayai dari dana dukungan pelaksanaan BOK bagi management Puskesmas serta upaya kesehatan penunjang lainnya dikelompokan sebagai berikut :

a. biaya transportasi petugas kesehatan untuk kegiatan kesehatan

luar gedung.

b. biaya transportasi kader kesehatan dalam rangka mendukung

kegiatan Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu.

c. biaya transportasi dukun beranak dalam rangka mendukung

kegiatan terkait kemitraan bidan dan dukun.

d. biaya pembelian bahan/makanan untuk kegiatan PMT penyuluhan

dan/atau PMT pemulihan untuk balita 6-59 bulan dengan gizi kurang, gizi buruk pasca perawatan atau rawat jalan dan ibu hamil KEK dengan mengutamakan bahan/makanan lokal.

(24)

Sementara menu pembiayaan untuk kegiatan penunjang kesehatan lainnya serta pemanfaatannya dapat di kelompokan sebagai berikut :

No Kegiatan Pemanfaatan Dana

1. Kegiatan di Poskesdes dan

Posyandu 1. 2. Biaya pembelian ATK Biaya penggandaan

2. Pengelolaan administrasi BOK 1. Biaya pembelian ATK

2. Biaya penggandaan

3. Survei Mawas Diri (SMD) dan

pendampingan Musyawarah

Masyarakat Desa (MMD):

Transportasi petugas kesehatan dan/atau kader kesehatan

4. Rapat koordinasi dengan lintas sektor, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan/ atau kader kesehatan

1. Transportasi peserta rapat;

2. Konsumsi peserta rapat

5. Orientasi kader kesehatan dan/atau tokoh masyarakat

1. Transportasi peserta rapat;

2. Konsumsi peserta rapat

6. Penyuluhan kesehatan pada kelompok masyarakat

1. Transportasi petugas dan/

atau kader;

2. Konsumsi penyuluhan

7. Studi banding antar Puskesmas Transportasi petugas

e. Pembinaan Puskesmas

Agar pemanfaatan 15 % Dana Otonomi Khusus Bidang Kesehatan dapat di manfaatkan dengan baik oleh Puskesmas maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkewajiban melakukan pembinaan ke Puskesmas, sehingga Dukungan dana Pelaksanaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi Management Puskesmas dapat digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat untuk kegiatan management yang meliputi :

1) Teknis Administrasi

Pelaksanaan kegiatan melalui DOK bidang Kesehatan di Puskesmas agar sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hal ini mencakup pelaksanaan sosialisasi,

mekanisme permintaan dana, mekanisme pembayaran,

pemanfaatan dana, pertanggungjawaban, pembukuan dan pelaporan. Pelaksanaan pembinaan dapat dilakukan melalui :

a) Rapat;

b) Pertemuan; dan

c) Kunjungan/supervisi/monitoring ke Puskesmas dan

jaringannya beserta Poskesdes/Polindes dan Posyandu, UKBM lainnya serta tempat pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilaksanakan.

2) Teknis Program

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib memberikan pembinaan dalam aspek teknis program bagi Puskesmas yang mendapat DOK Bidang Kesehatan. Lingkup pembinaan teknis program diselenggarakan oleh bidang-bidang yang terdapat di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota meliputi :

(25)

a) Penyusunan perencanaan/POA;

b) Penggerakan, pelaksanaan dan sosialisasi;

c) Standar pelayanan;

d) Pemantauan Wilayah Setempat dan pencapaian indicator

keberhasilan;

e) Pencatatan dan pelaporan; dan

f) Evaluasi Program

Pelaksanaan pembinaan dapat dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan, antara lain :

1. Verifikasi usulan kegiatan/POA;

2. Rapat di Dinas Kesehatan abupaten/Kota;

3. Pertemuan koordinasi dengan Puskesmas; dan

4. Kunjungan lapangan ke Puskesmas dan jaringannya,

Poskesdes/Polindes dan Posyandu, UKBM lainnya serta tempat pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilaksanakan

3) Konsultasi Pelaksanaan DOK Bidang Kesehatan

Agar pelaksanaan BOK sesuai dengan tujuan dan kebijakan operasional yang berlaku, maka pengelola DOK Bidang Kesehata Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat melakukan konsultasi. Pelaksanaan konsultasi meliputi : Konsultasi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi DOK Bidang Kesehatan ke Dinas Kesehatan Provinsi.

3. Dukungan terhadap Sarana dan Prasarana Puskesmas

Kebijakan dukungan terhadap Sarana dan Prasarana Puskesmas dalam pelaksanaan DOK bidang Kesehatan tahun anggaran berkenaan adalah untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KPS baik itu layanan dalam dan luar gedung. Kualitas ini diharapkan dapat mempercepat penurunan angkat kematian ibu, bayi dan balita, mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas dan jaringannya, menopang kebutuhan sarana dan prasana Puskesmas dalam penanganan kedaruratan pasien termasuk rujukan.

Dukungan DOK bidang kesehatan untuk sarana dan prasarana penunjang upaya kesehatan di Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dapat digunakan untuk pembiayaan :

1. Pemeliharaan ringan Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan

Posyandu termasuk ongkos tukang.

2. Barang penunjang untuk tujuan penyuluhan seperti Pencetakan/

penggandaan media KIE dan Bahan untuk interaksi penyuluh kepada masyarakat.

3. Penyediaan sarana dan prasarana penyehatan lingkungan/ pengadaan

UKBM Kit.

4. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan kegawat daruratan

minimal Puskesmas

5. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan laboratorium sederhana

Puskesmas

6. Pemenuhan/Perbaikan fasilitas rawat inap standar bagi Puskesmas

Rawat Inap

7. Pemenuhan/Perbaikan fasilitas transportasi rujukan pasien.

8. Penyediaan kekurangan obat/reagen/bahan habis pakai serta

(26)

4. Dukungan Management Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota oleh Dinas Kesehatan Provinsi

Adanya perubahan arah kebijakan di Pemerintahan Papua Tahun

2013-2018 yaitu desentralisasi fiskal dan desentralisasi fungsi

mengakibatkan peran Dinas Kesehatan Provinsi Papua lebih pada hal melakukan monitoring, evaluasi, audit program dan teknikal asistensi.

Sejumlah menu di ditawarkan untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan di kabupaten/kota tidak hanya dalam hal teknis medis program tetapi menyangkut pula teknis medis Fungsional.

Menu-menu yang di tawarkan sebagai berikut :

1. Program Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi

a) peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam tatalaksana

gizi buruk, surveilens gizi dan konseling menyusui.

b) pelatihan petugas gizi puskesmas dalam penggunaan standar

pemantauan pertumbuhan balita.

c) peningkatan kapasitas petugas dalam tatalaksana gizi buruk untuk

puskesmas perawatan dan rumah sakit kabupaten/ kota.

d) peningkatan kapasitas/fasilitator petugas kesehatan dalam

konseling menyusui.

e) peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam konseling

pendamping darurat.

f) peningkatan kemampuan petugas dalam pemanfaatan TTD pada

remaja putri dan WUS guna penurunan AKI/AKB di kabupaten/ kota.

g) fasilitasi teknis pengumpulan data akhir manajemen program NICE

kabupaten/kota.

h) peningkatan kemampuan petugas dalam pengelolaan gizi melalui

pemberdayaan masyarakat.

i) peningkatan kapasitas pengelola program dalam pelayanan

antental terpadu.

j) peningkatan kapasitas pengelola program dalam persalinan

ditolong tenaga kesehatan.

k) peningkatan kapasitas pengelola program dalam pelayanan nifas.

l) peningkatan kapasitas pengelola program dalam pelayanan

keluarga berencana.

m) peningkatan kapasitas pengelola program dalam pelayanan

keseshatan reproduksi.

n) peningkatan kapasitas pengelola program dalam penyelenggaraan

kelas ibu hamil.

o) pertemuan teknis dan manajemen program kesehatan ibu.

p) pertemuan koordinasi dalam upaya penurunan angka kematian

ibu dan/atau peningkatan akses universal kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana.

q) pertemuan sosialisasi/desiminasi dalam upaya penurunan angka

kematian ibu dan/atau peningkatan akses universal kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana.

r) pertemuan advokasi dalam upaya penurunan angka kematian ibu

dan atau peningkatan akses universal kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana.

(27)

s) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan neonatal essensial.

t) peningkatan kapasitas tenaga kesehatan tentang manajemen

asfiksia BBLR.

u) peningkatan kemampuan Puskesmas perawatan dalan penanganan

anak sakit.

v) penyiapan tim fasilitator AMP tingkat kabupaten/kota.

w) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan tentang manajement

terpadu balita sakit (MTBS).

x) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan tentang stimulasi,

Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SIDDTK).

y) peningkatan Kapasitas tenaga kesehatan dalam penerapan kelas

ibu balita.

z) orientasi pemanfaatan kohor bayi/balita di Puskesmas dalam

surveilens kesehatan anak.

aa) peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam pelayanan.

bb) kesehatan peduli remaja.

cc) peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penjaringan anak

sekolah.

dd) Peningkatan Kapasitas tenaga kesehatan dalam Tatalaksana Kasus

kekerasan terhadap anak (KtA).

ee) pengembangan MTBS-M/MTBS di tingkat masyarakat.

ff) desiminasi/fasilitasi implementasi program kesehatan anak di

tingkat Puskesmas perawatan.

gg) pertemuan pembahasan rujukan kasus di Puskesmas perawatan

dan rumah sakit tingkat kabupaten/kota.

hh) pembahasan (review) kasus kematian neonatal di tingkat

kabupaten/kota.

ii) pertemuan koordinasi pemantapan pelaporan PWS KIA atau

pelaporan kesehatan anak dalam surveilens kesehatan anak.

jj) pertemuan koordinasi penerapan MTBS, SDIDTK dan buku KIA di

Provinsi, Kabupaten/Kota.

kk) pertemuan koordinasi teknis upaya peningkatan kelangsungan

hidup bayi, balita dan anak di kabupaten/kota.

ll) rapat koordinasi teknis pelayanananan kesehatan tradisional,

alternatif dan komplementer di tingkat kabupaten/kota.

mm) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam penanganan

malaria dalam kehamilan.

nn) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam penanganan

HIV-AIDS dalam kehamilan.

oo) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam kedaruratan

obstetri neonatal dasar.

pp) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam penanganan

HIV-AIDS dalam kehamilan.

qq) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam pertolongan

persalinan normal.

2. program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan

a) monitoring pelaksanaan imunisasi DPT-HB-HIb.

b) asistensi dan koordinasi vaksin serta logistic imunisasi lainnya

oleh pengelola cold chain.

c) pertemuan koordinasi perencanaan dan evaluasi kegiatan

(28)

d) pelaksanaan dan pertemuaan asistensi KIPPI.

e) peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam pengembangan

sistem surveilens kewaspadaan dini dan respon KLB bagi petugas surveilens Puskesmas.

f) peningkatan kapasitas Tim TGC tingkat kabupaten/kota.

g) pertemuan koordinasi penyakit potensial KLB dengan lintas

program dan sektor terkait.

h) investigasi epidemiologi saat KLB.

i) pertemuan koordinasi dalam pengendalian kasus malaria, TBC dan

HIV.

j) pertemuan koordinasi dalam pengendalian kasus penyakit

terabaikan (filariasis, frambusia dan kusta).

k) peningkatan kemampuan petugas dalam pengendalian vector dan

pelatihan fogging.

l) pertemuan koordinasi pengelola program DBD, ISPA dan diare.

m) pelatihan manajemen dan tatalaksana diare bagi petugas

kesehatan.

n) peningkatan kapasitas kader Posbindu Puskesmas tingkat

kabupaten/kota.

o) peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam pengendalian

penyakit tidak menular terintegrasi.

p) fasilitasi peningkatan kesehatan lingkungan di kawasan DTPK.

q) fasilitasi implementasi di kampung program pamsimas.

r) peningkatan kemampuan petugas dalam pelaksanaan sanitasi total

berbasis masyarakat.

s) pertemuan tingkat kabupaten jejaring pengawasan kualitas air

bersih.

t) peningkatan kemampuan tenaga sanitasi dalam bidang sanitasi

total berbasis masyarakat.

u) pertemuan terpadu percepatan MDG’S dan prioritas pembangunan

kesehatan tingkat kabupaten/kota.

3. Program Promosi Kesehatan

a) pergerakan masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan

anak dengan koordinasi dengan Tim Penggerak PKK tingkat kabupaten/kota

b) orientasi bagi fasilitator kampanye aku bangka aku tahu dalam

peningkatan pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang HIV dan AIDS

c) pengerakan masyarakat dalam pengendalian malaria, TBC dan

AIDS

d) penguatan koordinasi kelompok kerja operasional desa dan

kelurahan siaga aktif

e) pertemuaan koordinasi dalam perencanaan program promosi

kesehatan ditingkat kabupaten/kota

f) pelatiahan promosi kesehatan bagi petugas kesehatan.

g) orientasi pemberdayaan masyarakat bagi bidan/perawat Poskesdes

h) orientasi pemberdayaan masyarakat bagi kader kesehatan

4. Program Pembinaan Upaya Kesehatan

a) pertemuaan koordinsi program bina upaya kesehatan dasar dan

daerah bermasalah kesehatan tingkat kabupaten/kota.

b) peningkatan kapasitas teknis manajemen Puskesmas.

(29)

d) pertemuan advokasi dan sosialisasi Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).

e) pertemuan koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam

revitalisasi perkemas/PHN.

f) persiapan perawat penyelia perkemas/PHN tingkat kabupaten/

kota.

g) peningkatan kemampuan teknis operator dalam pemelihataan

peralatan kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit

h) peningkatan kemampuan teknis petugas Laboratorium Puskesmas

dan Labkesda.

i) eliminasi kasus pasung melalui peningkatan ketrampilan

kesehatan jiwa bagi tenaga kesehatan di Puskesmas.

j) pertemuan koordinasi pelayanan kesehatan dasar.

k) peningkatan kemampuan petugas dalam peningkatan kualitas

sistem pelaporan dan ketersediaan obat dan alat kesehatan.

l) perencanaan terpadu program kefarmasian dan alat ksehatan serta

perencanaan dan evaluasi DOK-BK untuk bidang pelayanan kefarmasian.

m) pemutahiran data kefarmasian dan alat kesehatan tingkat

(30)

BAB III

PENGELOLAAN KEUANGAN DANA OTONOMI KHUSUS BIDANG KESEHATAN

1. Pengelolaan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

a. Tahap Persiapan

Setelah terbitnya Peraturan Gubernur tentang Petunjuk Teknis Penggunaan 15% (lima belas perseratus) DOK-BK di Kabupaten/Kota se Provinsi Papua tahun anggaran berkenaan Bupati/Walikota menetapkan pejabat pengelola keuangan/barang yang meliputi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan Surat Perintah Membayar, Pejabat Akuntansi dan Bendahara Pengeluaran. Kemudian Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menyusun rancangan SK Bupati/Walikota tentang penetapan

Pejabat Pengelola Keuangan/Barang.

2. Menetapkan staf pengelola keuangan yang meliputi Staf Pengelola

Keuangan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (3 orang), Pengelola Keuangan DOK Bidang Kesehatan di Puskesmas (Kepala Puskesmas dan Pengelola Keuangan).

3. Menerbitkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota tentang penetapan Tim Pengelola Keuangan DOK-BK.

4. Menerbitkan Petunjuk Operasional Kegiatan DOK-BK

kabupaten/kota.

5. Menerbitkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota tentang penetapan alokasi DOK-BK per Puskesmas.

Besaran alokasi DOK-BK setiap Puskesmas ditetapkan dengan memperhatikan situasi dan kondisi antara lain :

1. Jumlah penduduk terutama orang asli Papua;

2. Luas wilayah;

3. Kondisi geografis;

4. Kesulitan wilayah;

5. Cakupan dan Pencapaian program tahun sebelumnya;

6. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringannya;

7. Jumlah Poskesdes dan Posyandu;

8. Parameter lain yang ditentukan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan kearifan lokal.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Melakukan pemetaan permasalahan kesehatan diwilayah

kabupaten/kota, utamanya dalam koridor fokus pada Program Prioritas DOK-BK dan SPM Kabupaten/Kota

2. Menetapkan prioritas permasalahan kesehatan di tiap wilayah

Puskesmas.

3. Menuntun Puskesmas menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

sesuai prioritas permasalahan kesehatan ditiap wilayah Puskesmas, yang selanjutnya dijabarkan dalam POA Puskesmas

4. Rapat konsultasi teknis dan pelatihan manajemen DOK bidang

Kesehatan untuk Puskesmas.

5. Rekapitulasi RUK Puskesmas.

6. Melaksanakan pembahasan perencanaan kesehatan kabupaten/

kota berdasarkan bahan yang telah disusun Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan hasil rekapitulasi RUK Puskesmas.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tersebut maka hipotesis diterima karena p-value kurang dari 0,05 menunjukkan adanya perbedaan bermakna angka kejadian Sindrom Syok Dengue (SSD) antara anak

Hasil pengujian kriteria model terbaik akan dijelaskan pada Tabel (4). Pada penelitian ini menggunakan α sebesar 5 persen, sehingga keputusannya adalah gagal tolak

Kepala BPPTP Provinsi Papua Barat mempunyai tugas pokok menyusun program kebijakan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas, mengkoordinasikan dan

Semakin tinggi nilai NPM suatu perusahaan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik, kinerja yang baik akan mempengaruhi nilai perusahaan tersebut yang ditunjukkan

Jarak antara mobil bus tersebut dengan mobil bus di depannya relatif dekat, sehingga pada saat mobil bus yang berada di depan membanting setir ke kiri untuk

Program Gelis Batuk dapat meningkatkan minat baca, meningkatkan minat menulis, meningkatkan kemampuan membaca, meningkatkan kemampuan menulis, partisipasi warga

Dalam hal suatu bidang tanah adat setelah dilakukan pendataan dan pengecekan data fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) ternyata telah diterbitkan

Ada beberapa alasan mengapa industri galangan kapal harus dikembangkan, antara lain: (I) nilai ekonomis industri galangan kapal, dimana secara global memiliki