• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN URINE KAMBING SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR APLIKASINYA PADA STUM KARET DI PEMBIBITAN (Hevea brasilliensis L) Oleh. Hamdani NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN URINE KAMBING SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR APLIKASINYA PADA STUM KARET DI PEMBIBITAN (Hevea brasilliensis L) Oleh. Hamdani NIM."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN URINE KAMBING SEBAGAI PUPUK

ORGANIK CAIR APLIKASINYA PADA STUM KARET DI

PEMBIBITAN

(Hevea brasilliensis L)

Oleh

Hamdani

NIM. 080500148

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

PEMANFAATAN URINE KAMBING SEBAGAI PUPUK

ORGANIK CAIR APLIKASINYA PADA STUM KARET

DIPEMBIBITAN

(Hevea brasilliensis L )

Oleh

Hamdani

NIM. 080500148

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Sebutan Ahli Madya

Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL KARYA ILMIAH : PEMANFAATAN URINE KAMBING SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN

PENAMBAHAN AKTIVATOR EM4

APLIKASINYA PADA STUM BIBIT KARET (Hevea BrasilliensisL)

NAMA : Hamdani

NIM : 080 500 148

PROGRAM STUDY : Budidaya Tanaman Perkebunan JURUSAN : Manajemen Pertanian

Menyetujui,

Dosen Penguji,

Ir. Budi Winarni, M .Si NIP. 19721025 200112 1 001 Dosen Pembimbing,

Sri Ngapiyatun, SP,MP NIP. 19770827 200112 2 002

Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Polikteknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Syarifuddin, MP NIP. 196507062001121001

Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Hasanuddin, MP NIP. 196308051989031005

(4)

ABSTRAK

HAMDANI. Pemanfaatan Urin Kambing Sebagai Pupuk Organik Cair Dengan Penambahan Aktivator EM4 dan Aplikasinya Pada Bibit Kakao (Theobroma cacao L), di bawah bimbingan SRI NGAPIYATUN.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kandungan unsur hara urine kambing serta untuk mengetahui pemanfaatan pupuk cair (urine kambing) terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao (Theobroma cacaoL).

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan terhitung dari tanggal 5 November 2010 sampai dengan 5 Maret 2011, mulai dari fermentasi urine kambing, pengambilan data pertama hingga pengambilan data terakhir. Penelitian ini dilaksanakan di persemaian Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan,masing- masing perlakuan terdiri dari 10 kali ulangan. Perlakuan terdiri dariP0 (tanpa perlakuan), P1 pemberian pupuk

organik cair urin kambing dengan konsentrasi (10 ml/2 l air), P2 pemberian pupuk

organik cair urin kambing dengan konsentrasi (10 ml/3 l air), P3 pemberian pupuk

organik cair urin kambing dengan konsentrasi (10 ml/4 l air).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan P1 dengan konsentrasi

(10 ml/2 l air) dengan hasil rata-rata pertambahan tinggi yaitu 9 cm, jumlah tangkai daun yaitu 3 helai dan diameter batang 1 mm.

(5)

RIWAYAT HIDUP

HAMDANI. Lahir pada tanggal 10 JUNI 1987 di Nunukan Provinsi Kalimatan Timur. Merupakan anak ke-8 dari 8 bersaudara pasangan Bapak Ismail dan Ibu Janiah.

Pada tahun 1996 mulai menempuh pendidikan Sekolah Dasar SDN 008Nunukan, lulus pada tahun 2002, setelah itu melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama SLTP Negeri 1 Nunukan, lulus pada tahun 2003, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas SMKN Nunukan dan lulus pada tahun 2006.

Pada tahun 2008 melanjutkan perguruan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

Pada tanggal 10 Maret sampai tanggal 10 Mei 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kota Samarinda. Desa Berambai, Kecamatan Sempaja, Provinsi Kalimantan Timur.

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karna atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunasn laporan karya ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Kedua Orang tua yang telah memberikan dukungan secara penuh sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini sesuai pada waktunya.

2. Ir. Wartomo, MP selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Ir. Hasanuddin, MP selaku Ketua Jurusan manajemen Pertanian Politeknik

Pertanian Negeri Samarinda.

4. Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkabunan.

5. Ibu Sri Ngapiyatun, SP, MP selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan penulis mulai dari persiapan penelitian sampai penyusunan laporan Karya Ilmiah ini.

6. Ibu Budi Winarni, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis demi kesempurnaan laporan Karya Ilmiah ini.

7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membatu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Karya Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa laporan Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN... . . 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Tinajuan Umum Tanaman Karet ... 3

B. Pupuk Organik Cair ... 9

C. Aktivator Pengomposan EM4 ... 11

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ... 13

B. Alat dan Bahan ... 13

C. Perlakuan Penelitian ... 13

D. Prosedur Penelitian ... 14

E. Pengambilan Data... 17

F. Analisis Data ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil... 20

B. Pembahasan ... 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 32

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Perubahan warna dan bau pada pembuatan pupuk organik

cair dari urine kambing ... 20 2. Hasil analisis urine kambing sebagai pupuk organik cair ... 21 3. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman dengan pemberian

pupuk organik cair dari urine kambing... 21 4. Rata-rata pertambahan jumlah tangkai daun dengan

pemberian pupuk organik cair dari urine kambing ... 23 5. Rata-rata pertambahan diameter batang dengan pemberian

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk organik

cair (Urine kambing, EM4 dan gula)... 15

2. Pengukuran tinggi tanaman (cm) ... 17

3. Jumlah tangkai daun (helai) ... 18

4. Pengukuran diameter batang (mm) ... 18

5. Grafik pertambahan rata-rata tinggi tanaman (cm) ... 22

6. Grafik pertambahan rata-rata jumlah tangkai daun (helai) ... 24

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Tubuh Utama Halaman

1. Denah Penelitian ... 35

2. Tabel pertumbuhan tinggi stum bibit karet ... 36

3. Tabel pertumbuhan jumlah tangkai daun ... 37

(11)

I.

PENDAHULUAN

Usaha perkebunan karet memegang peran yang penting dalam peningkatan pembangunan, khususnya pembangunan dalam usaha pertanian. Usaha ini menjadi tempat bagi para petani dalam menggantungkan hidupnya, sebagai cabang usaha yang berfungsi untuk menciptakan lapangan kerja, yaitu sebagai sumber devisa non- migas yang sangat diharapkan secara langsung terkait dengan pelestarian sumber daya alam (Setyamidjaja, 1993).

Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditi penghasil getah ini. Karet tak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal mencapai ratusan ribu hektar, tetapi juga di usahakan oleh swasta dan rakyat (Sugito, 1999).

Total luas perkebunan karet di Indonesia mencapai 3 juta hektar lebih, terluas di dunia. Malaysia dan Thailand merupakan pesaing utama. Indonesia memiliki luas lahan yang jauh di bawah jumlah tersebut (Sugito, 1999).

Untuk mengatasi hal tersebut perlu diperhatikan teknis budidaya terutama pemupukan. Pemupukan merupakan cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Dengan adanya pemupukan tanaman dapat tumbuh optimal dan berproduksi maksimal apabila memperhatikan jenis, dosis, aplikasi dan waktu pemupukan yang tepat.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi kandungan unsur hara pada pupuk organik cair dari urine kambing dan mengukur pertumbuhan stum karet dipembibitan (Hevea brasilliensis L).

(12)

Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi bagi para praktisi lapangan yang membudidayakan tanaman karet (Hevea

brasilliensis L) guna mengoptimalkan pertambahan stum bibit karet dengan

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman Karet 1. Sistematikatanaman karet

Menurut Setyamidjaja (1993) sistematika klasifikasi botanis tanaman karet adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dikotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbialeceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasilliensis L.

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya lurus dan mempunyai percabangan tinggi diatasnya. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.

2. Morfologi tanaman karet a. Daun karet

Karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun mencapai 3-10 cm dan panjang ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada

(14)

sehelai daun karet. Anak daun membentuk ellips, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul serta tidak tajam.

b. Bunga karet

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat didalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit, panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut vilt, ukurannya sedikit lebih besar dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah.

c. Buah karet

Buah karet memiliki ruang yang jelas. Masing- masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang, garis tenga h buah 3-5 cm. bila buah sudah masak maka akan pecah sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Pemecahan buah ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami.

d. Biji karet

Biji karet terdapat dalam ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga dan kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran buju besar dengan kulit keras, warna coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola khas. Biji yang sering menjadi mainan anak-anak ini sebenarnya berbahaya karena mengandung racun.

(15)

e. Akar karet

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Setjamidjaja, 1993).

3. Syarat tumbuh a. Iklim

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 150LSdan 150 LU. Bila tanaman diluar zona tersebut, pertumbuhannya agak lambat sehingga memulai produksi lebih lambat.

b. Curah hujan

Curah hujan tahunan yang cocok untuk tanaman karet tidak berkurang dari 2000 mm/tahun, optimal antara 2500-4000 mm/tahun yang terbagi dalam 100-150 hari hujan, pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata setahunnya mempengaruhi produksi, daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok untuk tanaman karet adalah daerah-daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatra, Jawa dan Kalimantan sebab iklimnya lebih basah.

c. Tinggi tempat

Tanaman karet tumbuh optimal didaerah dataran rendah, yakni ketinggian sampai 200 mdpl. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhan

(16)

makin lambat dan produksi lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 mdpl tidak cocok lagi untuk tanaman karet.

d. Angin

Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada musim- musim tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin kencang.

e. Tanah

Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah vulkanik maupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Dengan kandungan pH 3,8 - 8,0, sedangkan pH tanah dibawah 3,0 atau diatas 0,8 menyebabkan pertumbuhan tanaman karet terhambat.

Menurut Setyadmidjaja (1993), sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut :

1) Solum cukup dalam, sampai 100 m atau lebih, tidak terdapat batu- batuann.

2) Aerasi dan drainase baik.

3) Remah, porus dan dapat menahan air. 4) Tekstur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir.

5) Tidak bergambut dan jika ada tidak lebih tebal dari 30 cm. 6) Kandungan unsur hara cukup dan tidak kekurangan unsur mikro. 7) Kemiringan tidak lebih dari 16%.

(17)

8) pH 4,5 – 6,5.

9) Permukaan dari tanah tidak kurang dari 100 cm. 4. Perbanyakan tanaman

a. Perkembangbiakan secara vegetatif

Pembiakan vegetatif adalah sel-sel tertentu atau tubuh sel mengadakan pembelahan dari tubuh induknya dan berkembang menjadi individu baru tanpa mengalami reaksi lebih jauh. Selanjutnya pembiakan vegetatif pada dunia tumbuhan dapat terjadi secara alami dan buatan.

Pembiakan vegetatif dengan cara stek umumnya digunakan untuk menggulangi tanaman-tanaman yang sulit diperbanyak dengan cara biji, serta untuk melestarikan klon tanaman yang unggul dan juga untuk memudahkan dan mempercepat perbanyakan tanaman.

1) Pembiakan vegetatif alami

a) Dengan pembelahan, oleh golongan bakteri.

b) Dengan fermentasi, terutama oleh algae yang bersel banyak dan berbentuk kaloid.

c) Dengan pertunasan, oleh tumbuhan berumpun seperti bambu, pisang.

d) Dengan akar tongkat (rhizoma), dilakukan oleh banyak jenis rumput-rumputan.

e) Dengan umbi, seperti kentang dengan umbi batang dan bawang merah dengan umbi lapis.

(18)

2) Pembiakan vegetatif buatan

a) Dengan mencangkok, yaitu mengusahakan pertumbuhan akar terbaru pada bagian cabang atau ranting dari bagian tanaman yang dicangkok.

b) Dengan stek, yaitu pemisahan bagian tanaman untuk memperoleh individu baru.

c) Dengan okulasi, yaitu memindahkan seiris kulit batangatau cabang bermata tunas baru dari satu tanaman ke tanaman yang lain,dalam satu famili.

d) Dengan sambung, yaitu usaha untuk memudahkan dua jenis tanaman yang masing- masing memiliki keunggulan.

b. Jenis-jenis okulasi

Menurut Setiawan dan Andoko(2007),okulasi dibagi 2 macam yaitu : 1) Okulasi coklat

Okulasi coklat dilakukan pada awal musim hujan batang bawah berumur 9-18 buln di pembibitan, sehingga batang sudah berwarna coklat dengan diameter sudah labih dari 1,5 cm. batang atasnya berasal dari kebun batang atas berwarna hijau kecoklatan, berbatang lurus dan beberapa mata tunas dalam keadaan tidur. 2) Okulasi hijau

Okulasi hijau dilakukan pada batang bawah berusia 5 – 8 bula n di pembibitan, sehingga masih berwarna hijau dengan diameter 1 –

(19)

1,5 cm. batang atasnya berumur 1 – 3 bulan setelah pemangkasan dan berwarna hijau.

B. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair yang diperoleh dari hewan atau ternak. Urine hewan yang digunakan sebagai pupuk kandang berwarna cokelat dengan bau menyengat, yang disebabkan oleh kandungan unsur nitrogen. Dibandingkan pada kotoran padat, kandungan nitrogen pada urine lebih tinggi. Selain unsur N, urine pun mengandung unsur K dan unsur makro lainnya (Djojosuwito, 2000).

Pemanfaatan limbah urine sebagai salah satu pupuk organik memberikan hasil yang cukup menjanjikan, sehingga peternak sudah bisa memperoleh hasil sebelum ternak itu dijual. Harga urine yang sudah diolah dan menjadi pupuk cair, berkisar antara Rp 7.000 - 8.000/liter. Pemanfaatan urine ini sangat berpotensi, sehingga perlu memberdayakan peternak agar semua produk dari ternak bisa dimanfaatkan untuk mendatangkan keuntungan secara ekonomis, meski awalnya perlu ada pendampingan terhadap peternak, terutama soal teknik atau cara menampung urine hingga proses pembuatan menjadi pupuk cair (Djojosuwito, 2000).

1. Manfaat pupuk organik cair

Pupuk organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah,yaitu dapat memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan selain itu juga menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan, sehingga pupuk organik ini dapat digunakan untuk pupuk yang ramah

(20)

lingkungan. Manfaat dari limbah urine kambing adalah turut menjaga keseimbangan alam. Setelah melalui proses pengolahan maka limbah urine kambing tersebut bisa dikemas menjadi pupuk organik, yang memiliki keunggulan ganda selain bermanfaat bagi tumbuhan juga dapat memperbaiki unsur hara pada tanah yang tidak di miliki oleh pupuk kimia, sehingga kesuburan tanah bisa di jaga. Lebih lanjut melihat kondisi yang ada pada saat ini di mana melambungnya harga pupuk an-organik atau pupuk kimia pabrikan, maka limbah kandang merupakan satu peluang usaha tambahan yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi (Anonim, 2008).

2. Kandungan hara urine kambing

Pupuk organik ramah lingkungan dari limbah ternak itu bisa memutus ketergantungan petani terhadap pupuk Urea atau pupuk kimia lainnya. Dari hasil penelitian Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang, urinekambing mengandung kadar nitrogen 36,90-37,31 %, fosfat 16,5-16,8 ppm, dan kalsium 0,67-1,27 %. Kandungan nitrogen pada urine kambing sama dengan yang ada pada pupuk SP36, yaitu 36 % nitrogen, atau tak beda jauh dengan kandungan nitrogen pupuk urea, yakni 45 %. Dengan demikian, para petani tak perlu repot memikirkan dan membeli pupuk Urea, cukup tanaman dipupuk dengan menggunakan pupuk organik yang berasal dari limbah urine kambing. Dimana 2 kg pupuk Urea bisa diganti dan setara dengan 2,5 liter urine kambing. Data menyebutkan, satu ekor kambing menghasilkan 2,5 liter urine per hari. Dengan

(21)

demikian, penggunaan pupuk organik cair dari urine ini dapat menambah keuntungan para petani peternak, karena dapat mengurangi biaya operasional perawatan tanaman(Djojosuwito, 2000).

C. Effective Microorganisme (EM -4)

Menurut Muldjadi (1998),EM-4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan pertumbuhan tanaman. Dalam EM-4 mengandung mikroorganisme yang terpilih yaitu :

- Bakteri Fotosintetik

Berfungsi mengikat nitrogen dari udara bebas memakan gas-gas beracun dan panas dari hasil proses pembusukan sehingga polusi dari tanah menjadi berkurang.

- Ragi

Berfungsi memfermentasikan bahan organik untuk menjadi senyawa-senyawa (dalam bentuk alkohol, gula, dan asam amino) yang siap diserap oleh perakaran tanaman.

- Lactobasilus

Berfungsi untuk menghasilkan bahan organik untuk menjadi senyawa-senyawa asam laktat yang dapat diserap tanaman.

- Actinomycetes

Berfungsi untuk menghasilkan senyawa-senyawa anti biotik yang bersifat taksin terhadap phatogen atau penyakit serta dapat melarutkan ion-ion fospat.

(22)

Adapun fungsi lain dari EM-4 ialah : - Sebagai dekomposisi limbah

- Menekan pertumbuhan pathogen dan menigkatkan mikroorganisme. - Meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa pada tanaman

(23)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di samping ruang kuliah umum Budidaya Tanaman PerkebunanPoliteknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama 4 (empat) bulan terhitung dari tanggal 05 November 2010 hingga 05 Maret 2011.Meliputi persiapan pembuatan pupuk organik dari urine kambing, pengambilan data dan pengolahan data.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah jerijen, cangkul,parang, spidol, label, gelas ukur, kamera, polybag,alat tulis,penggaris,sprayer, mikrokaliper.

Bahan yang digunakan adalah urine kambing, aktivator EM4, gula pasir, stum bibit PB260 karet dan air.

C. Perlakuan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan pemupukan yang mana setiap perlakuan terdiri dari 10 ulangan, yaitu terdiri dari:

P0= Tanpa perlakuan

P1= penyiraman 7 hari sekali dengan konsentrasi 7,5 ml/l air.

P2= penyiraman 7 hari sekali dengan konsentrasi 5 ml/l air.

(24)

Konsentrasi anjuran berdasarkan pupuk Supranik adalah 5 ml/l air untuk itu dalam penelitian ini diuji coba menggunakan konsenstrasi 5 ml/1 air terhadap stum bibit karet.

D. Prosedur Penelitian 1. Penyiapan lokasi

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki pencahayaan yang optimal, dekat dengan sumber air, jauh dari gangguan hama dan penyakit serta mudah diawasi. Areal yang kemudian digunakan dibersihkan dan tanahnya diratakan agar mempermudah proses penyusunan polybag.

a. Persiapan urine kambing

Urine di peroleh dari hewan kambing dengan cara menyiapkan pancuran pada kandang kambing sehingga mempermudah proses masuk nya urine ke dalam wadah yang telah disediakan.

b. Aktivator

Aktivator yang digunakan dalam penelitian ini adalah aktivator EM4, yang mudah didapat dan tersedia hampir di semua toko pertanian serta murah harganya.

c. Pembuatan pupuk cair

Urine kambing dicampur dengan EM4 dan gula pasir dengan perbandingan 1 liter urine : 10 ml EM4 : 10 gram gula pasir, kemudian diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam jerigen serta ditutup rapat. Jerigen diletakkan ditempat yang terlindung atau tidak terkena

(25)

panas matahari dan hujan secara langsung. Waktu yang diperlukan untuk proses fermentasi selama 2 minggu, karena waktu 2 minggu dianggap proses fermentasi sudah berlangsung sempurna dan pupuk organik cair sudah jadi atau masak. Setelah 2 minggu tutup jerigen dibuka.

Gambar 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk organik Cair.

d. Pengamatan pupuk cair

Selama masa fermentasi berlangsung akan dilakukan pengamatan fisik urine kambing seperti warna dan bau. Pengamatan dilakukan setiap harid angan cara melihat perubahan warna dan bau bahan kemudian membandingkan bahan tersebut. Pupuk cair dikatakan jadi jika bahan (urine kambing) sudah tidak terlalu bau.

(26)

e. Analisis pupuk cair

Setelah pupuk cair jadi atau masak, kemudian dilakukan analisis kandungan nutrisi pupuk cair untuk mengetahui kandungan nutrisi yang terdapat dalam pupuk cair (urin kambing). Analisis kimianya meliput i : C/N, N, P, K, C organik dan pH.

f. Aplikasi urine kambing pada bibit karet 1). Persiapan media tanam

Tanah yang digunakan untuk media tanam adalah tanah marjinal yang diambil dari sekitar areal penelitian.Tanah dibersihkan dari akar-akar pohon, daun dan kerikil, lalu digemburkan dan diayak kemudian dimasukkan ke dalam polybag.

2). Persiapan bahan tanaman

Bibit yang digunakan dalam pene litian ini adalah bibit karet dari perbanyakan secara vegetatif. Bibit karetdiperoleh dari Kelompok Mahasiswa Wirausaha, (KMW)Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

3). Penanaman bibit

Masing- masing polybag akan ditanami 1 bibit karet dengan pertumbuhan yang seragam pada setiap perlakuan. Untuk menghindari terjadinya bias pada perlakuan, maka dilakukan pengukuran pendahuluan untuk mengetahui data awal tanaman sebelum dilakukan pengamatan selanjutnya, yang meliputi tinggi tanaman, jumlah tangkaidaun dan diameter batangnya.

(27)

4). Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan alat gembor, jika kondisi tanah lembab/basah maka penyiraman dihentikan.Penyiangan dilakukan hanya apabila terdapat gulma disekitar tanaman.

E. Pengambilan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang 1 cm di atas permukaan tanah sampai pada titik tumbuh ujung tunas tertinggi dengan menggunakan penggaris.

G

(28)

2. Jumlah tangkai daun.

Jumlah tangkai daun dihitung dengan banyaknya tangkai daun yang sudah menjadi sempurna.

Gambar 3. Jumlah tangkai daun 3. Diameter batang

Diukur dari bagian batang paling bawah 1 cm dari okulasi yang telah ditandai dengan menggunakan spidol.

(29)

F. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rataan hitung sederhana dengan rumus yang digunakan adalah (Nugroho, 2005).

x = n x ? x = rata-rata hitung n = banyaknya data x = variasi yang diteliti

(30)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Pupuk Organik Cair

1. Pengamatan Fisik pupuk organik cair (urine kambing).

Tabel 1. Pengamatan fisik pupuk organik cair (urine kambing) selama 2 minggu.

NO Tanggal Pengamatan

Perubahan

Bau Warna

1 20/11/2010 Bau Coklat Tua

2 21/11/2010 Bau Coklat Tua

3 22/11/2010 Bau Coklat Tua

4 23/11/2010 Bau Coklat Tua

5 24/11/2010 Bau Coklat tua

6 25/11/2010 Bau Coklat Tua

7 26/11/2010 Bau Coklat Tua

8 27/11/2010 Tidak terlalu bau Hitam Kecoklatan 9 28/11/2010 Tidak terlalu Bau Hitam Kecoklatan 10 29/11/2010 Tidak terlalu Bau Hitam Kecoklatan 11 30/11/2010 Tidak terlalu Bau Hitam Kecoklatan 12 01/12/2010 Tidak terlalu Bau Hitam Kecoklatan 13 02/12/2010 Tidak terlalu Bau Hitam Kecoklatan 14 03/12/2010 Tidak terlalu Bau Hitam Kecoklatan

Dari tabel diatas terlihat bahwa pupuk organik cair (urine kambing) jadi setelah 2 minggu fermentasi.

(31)

2. Kandungan unsur hara pupuk organik cair (urine kambing). Tabel 2. Analisis pupuk organik cair (urine kambing)

No Kode Sampel pH Total Total (%) H2O P K C N C/N 1 Pupuk Organik Cair dari urin

kambing

5.540 236,55 830,07 15.585 0,0364 42.815 Sumber. Laboratorium Tanah dan Air. Jurusan Pengelolaan Hutan (PH)

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Dari hasil analisis diatas menunjukkan bahwa kandungan N dan pHpada pupuk organik cair relatif rendah.

B. Hasil Analisis Tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan pertumbuhan stum mata tidur tana man karet terhadap pemberian pupuk organik cair (urine kambing) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.Rata-rata tinggi tanaman karet dengan pemberian pupuk organik cair (urine kambing).

Ket : P0 = Tanpa perlakuan

P1= Penyiraman 7 hari sekali dengan konsentrasi 7,5 ml/1 air.

P2= Penyiraman 7 hari sekali dengan konsentrasi 5 ml/1 air.

P3= Penyiraman 7 hari sekali dengan konsentrasi 2,5 ml/1 air.

Perlakuan minggu setelah tanam

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P0 0,22 0,55 0,59 1,46 1,9 2,24 2,48 2,85 3,13 3,39 3,7 4 P1 0,45 0,92 1,47 2,09 2,7 3,33 4 4,7 5,79 6,54 7,4 8,27 P2 0,44 0,89 1,43 1,99 2,5 2,99 3,46 4,03 4,91 5,88 6,8 7,43 P3 0,35 0,78 1,23 1,74 2,1 2,37 2,75 3,16 3,72 4,29 4,8 5,48

(32)

Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat rata-rata pertambahan tinggi stum karet pada minggu ke-1 sampai minggu ke-12 terlihat bahwa perlakuan P1 (7,5 ml/l air) di duga menunjukkan hasil tertinggi dibanding dengan perlakuan yang lain. Sedangkan rata-rata pertambahan tinggi stum bibit karet yang terendah ditunjukkan oleh bibit tanaman karet P0(kontrol).

Perbedaantinggi stum bibit karet dari masing- masing perlakuan pemberian pupuk organik cair (urine kambing) dapat dilihat dengan jelas seperti pada grafik pertambahan tinggi tanaman berdasarkan umur berikut:

Rata-rata Tinggi Tanaman

Gambar 1. Grafik rata-rata tinggi tanaman (cm) secara keseluruhan. 2. Jumlah tangkai daun

Hasil pengamatan jumlah tangkai daun stum mata tidur bibit karet (Hevea brasilliensis L) terhadap pemberian pupuk organik cair (urine kambing) dapat dilihat pada tabel berikut :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rata -rata tinggi (cm) Minggu ke-Tinggi Tanaman p0 p1 p2 p3

(33)

Tabel 4. Rata-ratajumlah tangkai daun dengan pemberian pupuk organik cair (urine kambing).

Perlakuan 1 2 3 4 5Jumlah Tangkai Daun6 7 8 9 10 11 12 P0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1,3 1,8 2,8 P1 0 0 0,1 0,4 0,5 2,6 2,6 2,8 2,8 4,1 4,4 6,6 P2 0 0 0 0,1 0,3 1 2,3 2,4 2,4 4,1 4,1 5,4 P3 0 0 0 0 0 0,7 1,1 2 2 3,1 3,1 4,2

Ket : P0= Tanpa perlakuan

P1= Penyiraman 7 hari sekali dengan konsentrasi 7,5 ml/l air.

P2= Penyiraman 7 hari sekali dengan konsentrasi 5 ml/l air.

P3= Penyiraman 7 hari sekali dengan konsentrasi 2,5 ml/l air.

Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat rata-rata jumlah tangkai daun stum bibit karet pada minggu ke-1 sampai minggu ke-12 terlihat bahwa perlakuan P1 (7,5 ml/l air) di duga menunjukkan hasil tertinggi. Sedangkan rata-ratajumlah tangkai daun bibit karet yang terendah ditunjukkan oleh bibit karetP0 (kontrol).

Perbedaan pertambahan jumlah tangkai daun stum bibit karet dari masing- masing perlakuan, pemberian pupuk organik cair (urine kambing) dapat terlihat dengan jelas seperti pada diagram jumlah tangkai daun bibit karet berdasarkan umur sebagai berikut :

(34)

Rata-rata pertambahan jumlah tangkai daun

Gambar 2. Grafik jumlah tangkai daun (helai) untuk masing- masing perlakuan umur 1 – 12 minggu setelah tanam.

3. Diameter Batang

Hasil pengamatan stum mata tidur bibit karet (Heveabrasilliensis L.) terhadap pemberian pupuk organik cair (urine kambing) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Rata-rata diameter batang bibit karet dengan pemberian pupuk organik cair (urine kambing).

Perlakuan Diameter Batang

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P0 0,05 0,09 0,13 0,17 0,21 0,25 0,29 0,33 0,37 0,41 0,44 0,49 P1 0,1 0,21 0,29 0,45 0,56 0,67 0,8 0,83 0,94 1,05 1,16 1,3 P2 0,09 0,18 0,27 0,36 0,45 0,55 0,67 0,8 0,89 0,99 1,1 1,24 P3 0,09 0,18 0,27 0,36 0,46 0,55 0,63 0,82 0,89 0,98 1,05 1,12

Ket : P0= Tanpa perlakuan

P1= Penyiraman 7 hari sekali dengan konsentrasi 7,5 ml/l air.

P2= Penyiraman 7 hari sekali dengan konsentrasi 5 ml/l air.

P3= Penyiraman 7 hari sekali dengan konsentrasi 2,5 ml/l air.

Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat rata-rata diameter batang stum bibit karet pada minggu ke-1 sampai minggu ke-12 terlihat bahwa perlakuan P1 (7,5 ml/l air) di duga menunjukkan hasil tertinggi di banding

0 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rata

-rata tangkai daun (helai)

Minggu ke-Jumlah Tangkai Daun

p0 p1 p2 p3

(35)

dengan perlakuan yang lain. Sedangkan rata-rata diameter batang bibit karet yang terendah ditunjukkan oleh bibit karet P0 (kontrol).

Perbedaan pertambahan diameter batang bibit karet dari masing-masing perlakuan pemberian pupuk organik cair (urine kambing) dapat terlihat dengan jelas seperti grafik diameter batang bibit karet berdasarkan umur sebagai berikut :

Rata-rata diameter

Gambar 3. Grafik diameter batang (mm) untuk masing- masing perlakuan umur 1 – 12 minggu setelah tanam.

C. Pembahasan

1. Hasil Analisis Pupuk Organik Cair

a. Pengamatan fisik pupuk organik cair (urine kambing).

Dalam proses fermentasi selama waktu 14 hari, telah dilakukan penga matan terhadap sifat fisik urine kambing yang meliputi warna dan bau. Dari hasil penelitian, Tabel 1 dapat dilihat bahwa pupuk cair jadi atau matang terjadi pada hari ke 14 dari perlakuan urine kambing

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rata

-rata Diameter batang

(mm) Minggu ke

Diameter Batang

p0 p1 p2 p3

(36)

dengan penambahan aktivator EM4. Pupuk cair jadi atau matang ditandai dengan warna coklat kehitaman dan tidak terlalu berbau. Sesuai dengan pendapat Ayub (2004), menyatakan campuran bahan pupuk organik dibiarkan selama 14-20 hari setelah itu, pupuk cair bisa digunakan.

Fermentasi ini dilakukan selama 14 hari, secara visual kematangan pupuk cair dapat diketahui antara lain dari :

1) Bau

Pada awal fermentasi tercium bau yang tidak sedap. Disebabkan oleh urine yang tidak segar sehingga terjadinya proses anaerob yang menghasilkan bau tidak sedap. Proses anaerob akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap seperti asam-asam organik dan amonia (Isroi, 2008).

2) Warna

Warna pupuk cair yang sudah matang adalah cokelat kehitaman. Perubahan warna dari coklat tua pada awal fermentasi hingga hitam kecoklatan pada akhir fermentasi disebabkan oleh terdekomposisinya bahan organik oleh aktivitas mikroorganisme. Proses dekomposisi aerob ditujukan dengan terjadinya perubahan warna menjadi kehitaman (Sutanto, 2002).

Dari segi fisik, secara keseluruhan pupuk cair yang dihasilkan dapat dikatakan telah matang dan siap digunakan.

(37)

b. Kandungan unsur hara pupuk orga nik cair (urine kambing).

Dari hasil analisis diatas menunjukkan bahwa pH pada pupuk cair, Berdasarkan SNI pupuk cair masih di bawah standar, namun demikian secara keseluruhan pupuk cair yang dihasilkan masih dalam rentang netral yaitu 5.540. Hal ini disebabkan mengingat bahan baku yang digunakan murni urine kambing tanpa campuran bahan lain yang bisa menaikkan pH seperti kapur dan lain- lain. Sesuai dengan pendapat Isroi (2008),menyatakan bahwa proses fermentasi akan menyebabkan perubahan pada pH bahan itu sendiri, sebagai contoh proses pelepasan asam secara temporer akan menurunkan pH, sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase- fase awal fermentasi.

Nilai nitrogen pada hasil analisis pupuk cair memberikan hasil yang rentang rendah hal ini disebabkan nitrogen dan kalium yang diberikan menunjukkan respon pada tanah-tanah yang defisiensi kalium tinggi dan pemberian nitrogen akan menurun. Bila defisiensi kalium diperbaiki akan diperoleh respon positif terhadap nitrogen. Suatu keseimbangan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak diperoleh, maka kecukupan hara yang lainpun tidak memberikan pengaruh yang baik. (Jumin, 2002).

2. Hasil Analisis Tanaman

Dari hasil pengamatan pemanfaatan urine kambing sebagai pupuk organik cair terhadap tinggi tanaman, jumlah tangkai daun dan diameter

(38)

batang pada stum bibit karet menunjukkan bahwa pada pertumbuhan bibit tanaman karet mengalami perbedaan yang jelas dalam pertambahan dari masing- masing perlakuan.

a. Tinggi stum karet.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P1 (7,5 ml/l air). Di duga menunjukkan rata-rata tertinggi untuk tinggi stum karet baik rata-rata perminggu maupun rata-rata akhir setelah 12 minggu pengamatan. Hal ini diduga pemberian pupuk organik cair (urine kambing) dengan konsentrasi (7,5 ml/l air) ke dalam tanah mampu menambah unsur hara dalam tanah yang dapat di manfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan terutama tinggi stum karet.

Menurut Dwidjoseputro (1996),bahwa tersedianya unsur hara bagi tanaman dapat memacu pembentukan karbohidrat, lemak dan protein melalui proses fotosintesis tersebut kedalam jaringan penyimpanan makanan, senyawa organik lainnya yang selanjutnya digunakan dalam proses pembelahan dan pembesaran sel serta diferensiasi sel akan berlangsung cepat sehingga terjadi pertambahan tinggi sel akan berlangsung cepat sehingga terjadi pertambahan tinggi. Nurhidayat (2008),berpendapat, pupuk organik cair bisa memperbaiki struktur tanah, dan bisa menekan bakteri yang merugikan dalam tanah. Penggunaan pupuk organik secara terus menerus terhadap tanah akan memperbaiki kualitas tanah tersebut, baik secara fisik, biologi, maupun kimia. Sehingga pemanfaatan pupuk organik cair urin kambing

(39)

mampu memberikan unsur hara bagi tanaman dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

b. Jumlah tangkai daun.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P1 (7,5 ml/l air). Di duga menunjukkan rata-rata tertinggi untuk pertambahan jumlah tangkai daun baik rata-rata perminggu maupun rata-rata akhir setela h 12 minggu pengamatan. Hal ini diduga pemberian pupuk organik cair (urine kambing) dengan konsentrasi (7,5 ml/l air) ke dalam tanah mampu menambah unsur hara dalam tanah yang dapat di manfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan terutama jumlah tangkai daun. Menurut Ayub (2004),tumbuhan memerlukan nitrogen (N) untuk pertumbuhan, terutama pada fase vegetatif yaitu pertumbuhan cabang, daun dan batang. Fungsi utama pupuk adalah menyediakan atau menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Lingga dan Marsono (2001), menyatakan peranan utama nitrogen (N) yang terkandung pada pupuk yang diberikan pada tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khusunya batang, cabang dan daun.selain itu nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Sehingga pupuk organik cair (urine kambing) mampu memberikan unsur hara yang cukup untuk tanaman.

(40)

c. Diameter batang

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P1 (7,5 ml/l air). Di duga menunjukkan rata-rata tertinggi untuk pertambahan diameter batang baik rata-rata perminggu maupun rata-rata akhir setelah 12 minggu pengamatan. Hal ini diduga pemberian pupuk organik cair (urine kambing) dengan konsentrasi (7,5 ml/l air) ke dalam tanah mampu menambah unsur hara dalam tanah yang dapat di manfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan terutama pertambahan diameter batang.

Menurut Suratna (1992),pemupukan bertujuan untuk memelihara dan memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan unsur atau zat hara kedalam tanah secara langsung ataupun tidak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Setyati (1979),menyatakan suatu tanaman didalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami proses pembuatan sel-sel baru, pemanjangan sel, pembentukan kambium dan penebalan jaringan-jaringan. Semua proses tersebut tidak lain merupakan perkembangan dari daun, batang dan akar tanaman. Diduga pada batang stum bibit karet mampu berkembang dengan adanya pemberian pupuk yang merangsang pertumbuhan batang sehingga batang dapat berkembang dengan optimal.

(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sbb :

1. Dari hasil analisis urine kambing menunjukkan bahwa kandungan unsur hara yang ada pada limbah urine kambing adalah pH H2O (5.540), P

(236,55 ppm), K (830,07 ppm), C (15,585 %), N (0,0364 %) dan C/N (42.815 %).

2. Hasil pengamatan tertinggi, untuk tinggi batang, jumlah daun dan diameter batang dengan pemberian pupuk organik cair (urine kambing) terdapadat pada perlakuan P1 dengan konsentrasi (7,5 ml/ l air). Yaitu dengan tinggi 3,97 (cm), jumlah daun 2,24 (helai) dan diameter batang 0,69 (mm).

B. Saran

1. Limbah urine kambing dapat di manfaatkan sebagai pupuk organik cair. 2. Disarankan bagi pemerhati pertanian bahwa urine kambing dapat dibuat

menjadi pupuk organik cair dan dosis yang tepat untuk aplikasi ketanaman bibit kakao adalah dengan konsentrasi 7,5 ml/l air.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. http://www.pdf-.com/MembuatPupuk Cair bermutu dari limbah kambing.

Ayub SP. 2004. Pupuk organik Cair. Agromedia Pustaka, Jakarta

Djojosuwito, S.2000. Pemanfaatan Limbah Cair. PT. Smart. Jakarta

Dwidjoseputro. 1996. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta Isroi. 2008. Kompos. Makalah. Balai penelitian bioteknologi perkebunan

Indonesia, Bogor.

Lingga. P dan Marsono. 2006.Petunjuk Penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta

Muldjadi AT.1998.Aplikasi Teknologi Effective Microorganisme dalam pembangunan HTI, Perkebunan dan Tumpang Sari. Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Jakarta. 89 hal.

Nugroho, 2005. Rumus-rumus Statistik Serta Penerapannya. CV. Rajawali.

Nurhidayat, Purwendro.2008.Mengolah Sampah Untuk Pupuk Dan Perstisida Organik. Penebar Swadaya, Jakarta

Setyamidjaja.1993,Karet Budidaya Dan Pengolahannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Setiawan. DH. dan Andoko, A. 2007.Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jaga Karsa. Jakarta

Setyati. HM. 1979. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.

Sutanto, R.2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta

(43)

DENAH PENELITIAN

(P1)1 (P2)7 (P1)7 (P0)3 (P1)3 (P1)5 (P0)8 (P3)1 (P3)2 (P0)5

(P2)8 (P2)4 (P2)6 (P3)3 (P3)3 (P0)10 (P1)9 (P1)10 (P2)2 (P0)2

(P1)8 (P3) 10 (P1)4 (P2)9 (P2)9 (P0)4 (P3)5 (P2)10 (P3)4 (P3)6

(44)

Lampiran 2. Pertumbuhan tinggi tanaman karet (cm)

Po 1 2 3 Pertumbuhan tinggi tanaman (mst) 4 5 6 7 8 9 10 11 12

P0u1 0,30 0,7 1,1 1,7 2,4 2,8 3,1 3,4 3,8 4,1 4,5 4,8 P0u2 0,2 0,5 0,8 1,5 2,0 2,4 2,6 3,0 3,2 3,4 3,6 4,0 P0u3 0,3 0,7 1,2 1,5 1,9 2,4 2,7 3,0 3,4 3,7 3,9 4,2 P0u4 0,2 0,5 0,9 1,4 1,9 2,2 2,4 2,6 2,8 3,0 3,2 3,4 P0u5 0,4 0,6 0,8 1,3 1,7 2,0 2,2 2,8 3,0 3,3 3,6 3,8 P0u6 0,5 0,8 1,4 1,7 2,2 2,8 3,1 3,7 4,1 4,4 4,5 4,8 P0u7 0,2 0,5 1,1 1,7 2,0 2,2 2,4 2,8 3,1 3,3 3,5 3,8 P0u8 0,3 0,5 0,7 1,4 1,7 2 2,2 2,4 2,7 3,0 3,2 3,7 P0u9 0,2 0,5 1,0 1,3 1,6 1,8 2,1 2,4 2,6 2,9 3,5 3,9 P0u10 0,1 0,2 0,5 1,1 1,6 1,8 2,0 2,4 2,6 2,8 3,0 3,6

P1 Pertumbuhan tinggi tanaman (mst)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P1u1 0,6 0,8 1,9 2,5 3,3 4,0 4,7 5,5 6,1 6,7 7,5 8,1 P1u2 0,2 0,8 1,4 2,1 2,5 3,1 3,7 4,1 4,9 6,7 6,5 7,3 P1u3 0,7 1,4 2,1 2,9 3,6 4,4 5,1 5,9 6,4 6,9 7,3 7,9 P1u4 0,8 1,5 2,2 3,0 3,8 4,6 5,3 6,0 6,7 7,2 7,9 8,3 P1u5 0,5 1,1 1,6 2,2 2,6 3,0 3,5 4,0 4,4 4,8 5,1 5,7 P1u6 0,2 0,4 0,6 1,1 1,4 1,8 2,0 2,2 3,2 4,3 5,1 6,2 P1u7 0,3 0,6 0,9 1,2 3 3,7 5,8 7,9 9,2 9,6 10,4 11,7 P1u8 0,4 0,8 1,3 1,9 2,4 3,2 3,5 3,8 5,4 6,3 8,5 9,8 P1u9 0,4 0,9 1,3 1,9 2,4 2,8 3,3 3,8 6,3 6,8 8,6 9,8 P1u10 0,4 0,9 1,4 2,1 2,3 2,7 3,1 3,8 5,3 6,1 7,1 7,9

P2 Pertumbuhan tinggi tanaman (mst)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P2u1 0,5 0,9 1,4 2,2 2,7 3,2 3,6 4,1 4,5 5,1 5,5 6,2 P2u2 0,3 0,6 0,9 1,2 1,5 1,8 2,1 2,4 2,9 3,5 4,1 4,4 P2u3 0,4 0,7 1,6 2,4 3,5 4,2 4,8 5,6 6,8 8,0 9,2 9,8 P2u4 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 2,9 3,4 4,0 5,5 6,9 8,4 9,3 P2u5 0,6 1,5 2,5 3,3 4,3 5,1 6,3 7,0 7,9 9,1 9,7 10,3 P2u6 0,3 0,7 1,1 1,4 1,7 1,9 2,1 2,4 2,9 3,4 3,9 4,4 P2u7 0,4 0,6 1,0 1,4 1,7 2,0 2,4 2,8 3,7 4,6 5,6 6,6 P2u8 0,5 0,9 1,4 1,9 2,5 2,9 3,3 4,0 4,9 6,1 7,2 8,0 P2u9 0,4 0,9 1,4 2,1 2,4 2,8 3,2 4,0 4,5 4,9 5,4 5,9 P2u10 0,5 1,1 1,5 2,0 2,5 3,1 3,4 4,0 5,5 7,2 8,6 9,4

(45)

P3 Pertumbuhan tinggi tanaman (mst) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 p3u1 0,5 1,0 1,4 2,0 2,5 2,9 3,3 4,0 4,4 4,8 5,2 5,4 p3u2 0,2 0,5 0,7 1,0 1,2 1,4 1,7 2,0 2,7 3,3 3,9 4,5 p3u3 0,3 0,5 0,8 1,1 1,4 1,7 1,9 2,3 2,9 3,7 4,4 5,2 p3u4 0,4 1,8 2,7 3,6 4,0 4,4 4,7 5,3 6,0 6,6 7,4 8,3 p3u5 0,2 0,5 0,7 1,0 1,2 1,5 1,7 2,0 2,3 2,6 2,9 3,2 p3u6 0,2 0,4 0,7 1,0 1,3 1,4 1,8 2,1 2,5 2,9 3,4 3,7 p3u7 0,2 0,3 0,4 0,6 0,7 0,8 1,0 1,2 1,8 2,4 2,7 3,5 p3u8 0,8 1,5 3,0 4,0 4,6 5,2 5,9 6,5 7,0 7,5 8,1 8,8 p3u9 0,5 0,9 1,3 2,0 2,5 2,8 3,6 4,0 4,7 5,4 6,0 7,0 p3u10 0,2 0,4 0,6 1,1 1,3 1,6 1,9 2,2 2,9 3,7 4,3 5,2

Lampiran 3. Pertumbuhan Jumlah tangkai daun (helai).

Po Pertumbuhan Jumlah tangkai daun (mst)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 p0u1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 p0u2 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 2 p0u3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 p0u4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 p0u5 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 4 5 p0u6 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2 3 p0u7 0 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 6 p0u8 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2 2 p0u9 0 0 0 0 0 0 2 2 2 3 3 5 p0u10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

P1 Pertumbuhan Jumlah tangkai daun (mst)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 p1u1 0 0 0 0 0 1 1 2 2 4 4 4 p1u2 0 0 0 0 0 2 2 2 2 5 5 5 p1u3 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 7 p1u4 0 0 0 0 1 3 3 3 3 3 3 8 p1u5 0 0 1 1 1 3 3 3 3 4 4 7 p1u6 0 0 0 0 0 4 4 4 4 6 6 7 p1u7 0 0 0 2 2 2 2 3 3 4 7 9 p1u8 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 5 p1u9 0 0 0 1 1 3 3 3 3 5 5 7 p1u10 0 0 0 0 0 3 3 3 3 5 5 7

(46)

P2 Pertumbuhan Jumlah tangkai daun (mst) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 p2u1 0 0 0 0 0 2 2 2 3 3 3 6 p2u2 0 0 0 0 1 1 2 3 3 4 4 7 p2u3 0 0 0 0 0 0 3 3 3 5 5 5 p2u4 0 0 0 0 0 0 2 2 2 5 5 5 p2u5 0 0 0 0 1 2 2 2 2 3 3 5 p2u6 0 0 0 0 0 0 2 2 2 4 4 5 p2u7 0 0 0 0 0 1 2 2 2 5 5 5 p2u8 0 0 0 0 0 2 4 4 4 5 5 5 p2u9 0 0 0 1 1 2 3 3 2 4 4 7 p2u10 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 3 4

P3 Pertumbuhan Jumlah tangkai daun (mst)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 p3u1 0 0 0 0 0 1 2 2 2 4 4 5 p3u2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 p3u3 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 p3u4 0 0 0 0 0 2 2 3 3 4 4 6 p3u5 0 0 0 0 0 0 2 3 3 3 3 5 p3u6 0 0 0 0 0 3 3 3 3 4 4 5 p3u7 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 4 p3u8 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 4 4 p3u9 0 0 0 0 0 0 0 1 1 3 3 3 p3u10 0 0 0 0 0 1 1 3 3 5 5 7

Lampiran 4. Pertumbuhan diameter batang (mm)

Po Pertumbuhan diameter batang (mst)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 p0u1 0,05 0,11 0,14 0,18 0,21 0,24 0,30 0,36 0,40 0,42 0,44 0,49 p0u2 0,03 0,11 0,13 0,19 0,22 0,24 0,27 0,32 0,36 0,39 0,42 0,48 p0u3 0,03 0,08 0,12 0,15 0,18 0,22 0,26 0,32 0,37 0,41 0,43 0,47 p0u4 0,04 0,09 0,14 0,18 0,22 0,25 0,20 0,23 0,28 0,32 0,35 0,39 p0u5 0,06 0,08 0,10 0,13 0,18 0,22 0,26 0,31 0,34 0,37 0,41 0,44 p0u6 0,02 0,08 0,11 0,15 0,22 0,25 0,30 0,35 0,39 0,42 0,45 0,51 p0u7 0,05 0,10 0,12 0,17 0,22 0,26 0,28 0,30 0,36 0,41 0,45 0,49 p0u8 0,05 0,10 0,15 0,20 0,23 0,31 0,34 0,37 0,42 0,48 0,52 0,58 p0u9 0,06 0,10 0,14 0,20 0,23 0,29 0,35 0,40 0,44 0,48 0,51 0,56 p0u10 0,06 0,08 0,14 0,19 0,22 0,25 0,29 0,33 0,36 0,42 0,44 0,49

(47)

P1 Pertumbuhan diameter batang (mst) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 p1u1 0,07 0,16 0,21 0,27 0,55 0,83 1,11 1,12 1,39 1,56 1,83 p1u2 0,02 0,06 0,17 0,27 0,34 0,41 0,45 0,49 0,58 0,67 0,76 p1u3 0,04 0,09 0,11 0,37 0,46 0,55 0,64 0,65 0,74 0,83 0,93 p1u4 0,24 0,48 0,65 0,74 1,00 1,26 1,52 1,53 1,56 1,59 1,62 p1u5 0,16 0,37 0,41 0,49 0,51 0,53 0,55 0,58 0,62 0,66 0,70 p1u6 0,14 0,32 0,40 0,54 0,59 0,64 0,69 0,75 0,82 0,91 0,98 p1u7 0,13 0,24 0,35 0,96 1,08 1,20 1,50 1,56 1,69 1,92 2,15 p1u8 0,07 0,14 0,22 0,28 0,38 0,51 0,59 0,69 0,76 0,83 0,89 p1u9 0,07 0,15 0,24 0,38 0,45 0,52 0,59 0,66 0,78 0,90 1,02 p1u10 0,05 0,10 0,15 0,20 0,24 0,28 0,32 0,36 0,47 0,60 0,72

P2 Pertumbuhan diameter batang (mst)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 p2u1 0,37 0,74 1,11 1,48 1,54 1,6 1,66 1,75 2,04 2,33 2,62 2,95 p2u2 0,10 0,19 0,28 0,43 0,44 0,55 0,61 0,70 0,75 0,81 0,88 0,97 p2u3 0,04 0,07 0,12 0,17 0,24 0,29 0,38 0,48 0,63 0,78 0,93 1,12 p2u4 0,05 0,09 0,13 0,18 0,23 0,41 0,59 0,79 0,86 0,94 1,03 1,09 p2u5 0,06 0,09 0,14 0,20 0,27 0,36 0,48 0,61 0,65 0,73 0,82 0,97 p2u6 0,05 0,10 0,15 0,22 0,35 0,48 0,61 0,76 0,81 0,88 0,95 1,03 p2u7 0,04 0,12 0,18 0,26 0,50 0,74 0,98 1,22 1,27 1,32 1,37 1,42 p2u8 0,09 0,18 0,27 0,36 0,43 0,50 0,57 0,64 0,70 0,76 0,83 0,95 p2u9 0,07 0,09 0,14 0,21 0,20 0,27 0,36 0,47 0,57 0,64 0,78 0,86 p2u10 0,06 0,09 0,14 0,23 0,28 0,32 0,46 0,53 0,59 0,67 0,82 0,99

P3 Pertumbuhan diameter batang (mst)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 p3u1 0,21 0,42 0,56 0,85 0,91 0,97 1,02 1,12 1,23 1,35 1,45 1,54 p3u2 0,05 0,10 0,15 0,22 0,28 0,34 0,40 0,49 0,59 0,69 0,79 0,89 p3u3 0,07 0,14 0,21 0,19 0,37 0,46 0,55 0,65 0,69 0,73 0,81 0,83 p3u4 0,18 0,36 0,54 0,73 0,91 1,09 1,17 1,47 1,51 1,54 1,59 1,63 p3u5 0,02 0,04 0,06 0,08 0,20 0,32 0,44 0,57 0,59 0,63 0,66 0,68 p3u6 0,05 0,10 0,15 0,21 0,35 0,48 0,62 0,75 0,89 1,03 1,16 1,33 p3u7 0,07 0,24 0,36 0,50 0,60 0,69 0,78 1,46 1,58 1,71 1,85 1,89 p3u8 0,09 0,20 0,30 0,41 0,43 0,45 0,47 0,69 0,70 0,72 0,74 0,76 p3u9 0,07 0,14 0,21 0,28 0,37 0,46 0,55 0,66 0,68 0,70 0,72 0,75 p3u10 0,04 0,08 0,12 0,16 0,21 0,26 0,31 0,36 0,48 0,60 0,71 0,87

(48)

Lampiran 6. Bahan –bahan pembuatan pupuk organik cair (urine kambing)

Gambar 1. Bahan-bahan pembuatan pupuk organik cair

Lampiran 7. Kegiatan pengambilan data

(49)

Gambar 3. Perhitungan jumlah tangkai daun. .

Gambar

Gambar 1.  Bahan-bahan yang digunakan untuk  pembuatan pupuk  organik  Cair.
Gambar 2.  Pengukuran tinggi tanaman
Gambar 3.  Jumlah tangkai daun  3.  Diameter batang
Tabel 3.Rata-rata tinggi tanaman karet dengan pemberian pupuk organik cair  (urine kambing)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis rasio, FMII bisa dikatakan berada pada kondisi yang buruk karena keseluruhan tingkat likuiditas dan aktivitasnya rendah meski dengan profitabilitas

(2006) bahwa tanaman cabai yang terinfeksi ganda CMV dan ChiVMV menunjukkan Gambar 1 Gejala infeksi virus pada tanaman cabai di Rejang Lebong; a, mosaik pada daun muda; b,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan ketentuan pidana materil dan pidana formil terhadap Tindak Pidana Niaga Bahan Bakar Minyak Bersubsidi Tanpa

Sasaran strategis Terselenggaranya Pengendalian Layanan IPTEK KP Triwulan III TA 2016 terdiri 1 (satu) indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur

Penelitian dan penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi penyelesaian studi di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

purpose  of  this  study  was  to  identify  the  needs  of  adolescent  for  sexuality .. information.  In  order  to  gain  an  understanding  of  the  needs 

Post-conditions Sistem menampilkan kegiatan dosen tetap bidang keahlian sesuai PS dalam seminar yang telah tersimpan, terupdate, atau terhapus. Failed end condition Admin